9
ANISOSITOSIS A. Eritrosit Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm 3 darah terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal, eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti (Widayati, dkk, 2010). Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin. Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin. Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara hemoglobin dengan oksigen. Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah berwarna merah (Widayati, dkk, 2010). a. Struktur Eritrosit Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit merupakan substansi koloidal yang homogen,

ANISOSITOSIS

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kuliah

Citation preview

Page 1: ANISOSITOSIS

ANISOSITOSIS

A. Eritrosit

Eritrosit merupakan bagian utama dari sel-sel darah. Dalam setiap 1 mm3 darah

terdapat sekitar 5 juta eritrosit atau sekitar 99%, oleh karena itu setiap pada sediaan

darah yang paling banyak menonjol adalah sel-sel tersebut. Dalam keadaan normal,

eritrosit manusia berbentuk bikonkaf dengan diameter sekitar 7 -8 μm, tebal ± 2.6 μm

dan tebal tengah ± 0.8 μm dan tanpa memiliki inti (Widayati, dkk, 2010).

Tiap-tiap sel darah merah mengandung 200 juta molekul hemoglobin.

Hemoglobin (Hb) merupakan suatu protein yang mengandung senyawa besi hemin.

Hemoglobin mempunyai fungsi mengikat oksigen di paru-paru dan mengedarkan ke

seluruh jaringan tubuh. Jadi, dapat dikatakan bahwa di paruparu terjadi reaksi antara

hemoglobin dengan oksigen. Kandungan hemoglobin inilah yang membuat darah

berwarna merah (Widayati, dkk, 2010).

a. Struktur Eritrosit

Komposisi molekuler eritrosit menunjukan bahwa lebih dari separuhnya terdiri

dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi padat. Secara keseluruhan isi eritrosit

merupakan substansi koloidal yang homogen, sehingga sel ini bersifat elastis dan

lunak. Eritrosit mengandung protein yang sangat penting bagi fungsinya yaitu globin

yang dikonjugasikan dengan pigmen hem membentuk hemoglobin untuk mengikat

oksigen yang akan diedarkan keseluruh bagian tubuh. Seperti halnya sel-sel yang lain,

eritrositpun dibatasi oleh membran plasma yang bersifat semipermeable dan

berfungsi untuk mencegah agar koloid yang dikandungnya tetap didalam (Iqbal,

2012).

Dari pengamatan eritrosit banyak hal yang harus diperhatikan untuk

mengungkapkan berbagai kondisi kesehatan tubuh. Misalnya tentang bentuk, ukuran,

warna dan tingkat kedewasaan eritrosit dapat berbeda dari normal. Eritrosit normal

mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak

berinti. Warna eritrosit kekuning-kuningan dan dapat berwarna merah karena dalam

Page 2: ANISOSITOSIS

sitoplasmanya terdapat pigmen warna merah berupa hemoglobin (Widayati, dkk,

2010).

Jika dalam sediaan apus darah terdapat berbagai bentuk yang abnormal

dinamakan poikilosit, sedangkan sel-selnya cukup banyak maka keadaan tersebut

dinamakan poikilositosis. Eritrosit yang berukuran kurang dari normalnya dinamakan

mikrosit dan yang berukuran lebih dari normalnya dinamakan makrosit (Widayati,

dkk, 2010).

Warna eritrosit tidak merata seluruh bagian, melainkan bagian tengah yang lebih

pucat, karena bagian tengah lebih tipis daripada bagian pinggirnya. Pada keadaan

normal bagian tengah tidak melebihi 1/3 dari diameternya sehingga selnya dinamakan

eritrosit normokhromatik. Apabila bagian tengah yang pucat melebar disertai bagian

pinggir yang kurang terwarna maka eritrosit tersebut dinamakan eritrosit

hipokromatik. Sebaliknya apabila bagian tengah yang memucat menyempit selnya

dimanakan eritrosit hiperkhromatik (Iqbal, 2012).

b. Pembentukan Eritrosit

Eritrosit dibentuk dalam sumsum merah tulang pipih, misalnya di tulang dada,

tulang selangka, dan di dalam ruas-ruas tulang belakang. Pembentukannya terjadi

selama tujuh hari. Pada awalnya eritrosit mempunyai inti, kemudian inti lenyap dan

hemoglobin terbentuk. Setelah hemoglobin terbentuk, eritrosit dilepas dari tempat

pembentukannya dan masuk ke dalam sirkulasi darah

Eritrosit dalam tubuh dapat berkurang karena luka sehingga mengeluarkan

banyak darah atau karena penyakit, seperti malaria dan demam berdarah. Keadaan

seperti ini dapat mengganggu pembentukan eritrosit.

Eritrosit (sel darah merah) dihasilkan pertama kali di dalam kantong kuning telah

saat embrio pada minggu-minggu pertama. Proses pembentukan eritrosit disebut

eritropoisis. Setelah beberapa bulan kemudian, eritrosit terbentuk di dalam hati, limfa,

dan kelenjar sumsum tulang. Produksi eritrosit ini dirangsang oleh hormon

eritropoietin. Setelah dewasa eritrosit dibentuk di sumsum tulang membranosa.

Page 3: ANISOSITOSIS

Semakin bertambah usia seseorang, maka produktivitas sumsum tulang semakin

turun.

Sel pembentuk eritrosit adalah hemositoblas yaitu sel batang myeloid yang

terdapat di sumsum tulang. Sel ini akan membentuk berbagai jenis leukosit, eritrosit,

megakariosit (pembentuk keping darah). Rata-rata umur sel darah merah kurang lebih

120 hari. Sel-sel darah merah menjadi rusak dan dihancurkan dalam sistem retikulum

endotelium terutama dalam limfa dan hati.

Globin dan hemoglobin dipecah menjadi asam amino untuk digunakan sebagai

protein dalam jaringan-jaringan dan zat besi dalam hem dari hemoglobin dikeluarkan

untuk dibuang dalam pembentukan sel darah merah lagi. Sisa hem dari hemoglobin

diubah menjadi bilirubin (warna kuning empedu) dan biliverdin, yaitu yang berwarna

kehijau-hijauan yang dapat dilihat pada perubahan warna hemoglobin yang rusak

pada luka memar.

Masa hidup eritrosit hanya sekitar 120 hari atau 4 bulan, kemudian dirombak di

dalam hati dan limpa. Sebagian hemoglobin diubah menjadi bilirubin dan biliverdin,

yaitu pigmen biru yang memberi warna empedu. Zat besi hasil penguraian

hemoglobin dikirim ke hati dan limpa, selanjutnya digunakan untuk membentuk

eritrosit baru. Kira-kira setiap hari ada 200.000 eritrosit yang dibentuk dan dirombak.

Jumlah ini kurang dari 1% dari jumlah eritrosit secara keseluruhan (Iqbal, 2012).

B. Anisositosis

Gambar 1: eritrosit normal

Page 4: ANISOSITOSIS

Pada keadaan normalnya, eritrosit mempunyai bentuk bikonkaf, seperti cakram

dengan garis tengah 7,5 uM dan tidak berinti. Secara klinis, kelainan eritrosit dapat

diamati dalam pemeriksaan laboratorium. Dalam sediaan apus, eritrosit normal

berukuran sama dengan inti limposit kecil dengan area ditengah berwarna pucat.

Kelainan morfologi eritrosit berupa kelainan ukuran (size), bentuk (shape), warna

(staining characteristics) dan benda-benda inklusi (Zakaria, 2012).

Anisositosis adalah suatu keadaan dimana ukuran diameter eritrosit yang terdapat

di dalam suatu sediaan apus berbeda-beda (bervariasi). Anisositosis tidak

menunjukkan suatu kelainan hematologik yang spesifik. Keadaan ini ditandai dengan

adanya eritrosit dengan ukuran yang tidak sama besar dalam sediaan apus darah tepi.

Anisositosis jelas terlihat pada anemia mikrositik yang ada bersamaan dengan anemia

makrositik seperti pada anemia gizi (Arjatmo Tjokronegoro dan Hendra Utama,

1996).

Kelainan eritrosit berdasarkan ukurannya dapat dibedakan menjadi:

a. Makrosit

Ukuran eritrosit yang lebih dari 8,2 Nm. MCV lebih dari normal dan MCH

biasanya tidak berubah. Terjadi karena pematangan inti eritrosit terganggu, dijumpai

pada defisiensi vitamin B₁₂ atau asam folat. Penyebab lainnya adalah karena

rangsangan eritropoietin yang berakibat meningkatkatnya sintesa hemoglobin dan

meningkatkan pelepasan retikulosit kedalam sirkulasi darah. Sel ini didapatkan pada

anemia megaloblastik, penyakit hati menahun berupa thin macrocytes dan pada

keadaan dengan retikulositosis, seperti anemia hemolitik atau anemia paska

pendarahan (Anonim, 2011).

b. Mikrosit

Ukuran eritrosit yang kurang dari 6,2 Nm, biasa disertai dengan warna pucat

(hipokromia). Pada pemeriksaan sel darah lengkap didapatkan MCV yang rendah.

Terjadinya karena menurunnya sintesa hemoglobin yang disebabkan defisiensi besi,

defeksintesa globulin, atau kelainan mitokondria yang mempengaruhi unsure hem

Page 5: ANISOSITOSIS

dalam molekul hemoglobin. Sel ini didapatkan pada anemia hemolitik, anemia

megaloblastik, dan pada anemia defisiensi besi (Anonim, 2011).

Gambar 2: ukuran eritrosit normal kira-

kira sama dengan ukuran inti limfosit

matur (normositik). 1. limfosit

Gambar 3: eritrosit mikrositer

Gambar 4: eritrosit makrositer

Page 6: ANISOSITOSIS

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2011. Eritrosit. Diakses di:

http://nheniethree.blogspot.com/2011/06/eritrosit-sel-darah-merah.html.

Diakses tanggal: 6 April 2013

Anonim. 2012. Eritrosit. Diakses di:

http://www.psychologymania.com/2012/09/kelainan-eritrosit.html Diakses

tanggal: 6 April 2013

Iqbal. 2012. Eritrosit. Diakses di:

http://aboutlabkes.wordpress.com/2012/01/30/eritrosit/. Diakses tanggal: 6

April 2013

Rahayu, Puji. 2011. Eriteosit. Diakses di:

http://blog.uad.ac.id/ratnasari/2011/12/06/eritrosit-sel-darah-merah/. Diakses

tanggal: 6 April 2013.

Widayati, dkk. 2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus

Darah. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Zakaria. 2012. Morfologi Sel Darah Merah. Diakses di:

http://zakariadardin.wordpress.com/2012/01/09/morfologi-sel-darah-merah/.

Diakses tanggal: 6 April 2013