28
Nyeri Perut Kanan Bawah karena Apendisitis Pendahuluan Sistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan ditambah organ- organ pencernaantambahan (aksesori).Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat giziatau nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internaltubuh.Makanan sebagai sumber ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantungenergi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.Makanan juga merupakanmakanan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan dan penambahan jaringan tubuh.Sistem pencernaan tidak dapat melaksanakan fungsinya jika dalam keadaan terganggu.Walaupun sistem pencernaan mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan kita, akan tetapi tidak jarang juga kelainan pada sistem ini juga dapat mengakibatkan kematian.Salah satunya adalah apendisitis, Penyakit ini merupakan penyakit bedah mayor yang palingsering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak diperlukan pada apendisitis akut untuk menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya seperti peritonitis generalisata. Padalaporan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sistem pencernaan dan gangguannya apendisitis. Skenario 102013317 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Arjuna utara No.6 Jakarta Barat E-mail: [email protected]

apendisitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pbl blok 16

Citation preview

Nyeri Perut Kanan Bawah karena Apendisitis

PendahuluanSistem pencernaan terdiri dari saluran pencernaan ditambah organ-organ pencernaantambahan (aksesori).Fungsi utama sistem pencernaan adalah untuk memindahkan zat giziatau nutrien, air, dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internaltubuh.Makanan sebagai sumber ATP untuk menjalankan berbagai aktivitas bergantungenergi, misalnya transportasi aktif, kontraksi, sintesis dan sekresi.Makanan juga merupakanmakanan sumber bahan untuk perbaikan, pembaruan dan penambahan jaringan tubuh.Sistem pencernaan tidak dapat melaksanakan fungsinya jika dalam keadaan terganggu.Walaupun sistem pencernaan mempunyai manfaat yang sangat besar dalam kehidupan kita, akan tetapi tidak jarang juga kelainan pada sistem ini juga dapat mengakibatkan kematian.Salah satunya adalah apendisitis, Penyakit ini merupakan penyakit bedah mayor yang palingsering terjadi dan tindakan bedah segera mutlak diperlukan pada apendisitis akut untuk menghindari komplikasi yang umumnya berbahaya seperti peritonitis generalisata. Padalaporan ini akan dibahas lebih lanjut mengenai sistem pencernaan dan gangguannya apendisitis.

SkenarioSeorang perempuan berusia 35 tahun diantar oleh keluarganya ke UGD RS dengan keluhan nyeri hebat pada perut kanan bawahnya sejak 6 jam yang lalu. Pasien mengeluh sejak 3 hari yang lalu, ulu hatinya terasa sakit disertai mual, akan tetapi keluhan tersebut tidak berkurang setelah pasien mengkonsumsi obat maag.

PembahasanAnamnesisBerdasarkan kasus didapat data mengenai pasien secara auto anamnesis (anamnesa yangdilakukan secara langsung kepada pasien), yaitu:1 Identitas pasien: Nama lengkap :Ny. NN Umur : 35 tahunKeluhan utama: Pasien merasakan demam dan nyeri lebih dominan pada daerah perut kanan bawahyang sebelumnya merasakan nyeri pada ulu hati. Riwayat sekarang: Demam Nyeri pada daerah perut kanan bawah Lokalisasi : perut kanan bawahPemeriksaan Fisik Inspeksi: Pada appendisitis akut dengan pengamatan akan tampak adanya pembengkakan(swelling) rongga perut dimana dinding perut tampak mengencang (distensi).2

Palpasi: Palpasi dilakukan dengan dimulai pada kuadran kiri bawah dilanjutkan ke kuadrankiri atas, kuadran kanan atas dan diakhiri di kuadran kanan bawah. Kadang-kadang pada appendiitis lanjut, teraba suatu massa. Nyeri tekan kuadran kanan bawah dengan spasme ototmerupakan indikasi untuk melakukan operasi kecuali ada indikasi lain yang menunjukkan bahwaappedisitis bukan WD. Pada daerah perut kanan bawah apabila ditekan akan terasa nyeri. Dan bila tekanan dilepas juga akan terasa nyeri. Nyeri tekan perut kanan bawah merupakan kuncidiagnosis dari apendisitis. Pada penekanan perut kiri bawah akan dirasakan nyeri pada perutkanan bawah. Ini disebut tanda Rovsing ( Rovsing Sign). Dan apabila tekanan di perut kiri bawahdilepaskan juga akan terasa nyeri pada perut kanan bawah.Ini disebut tanda Blumberg (Blumberg Sign) yang mana merupakan kunci dari diagnosis apendisitis akut.2

Pemeriksaan colok dubur: Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis, untuk menentukan letak apendiks apabila letaknya sulit diketahui. Jika saat dilakukan pemeriksaan ini dan terasanyeri, maka kemungkinan apendiks yang meradang terletak didaerah pelvis. Pemeriksaan inimerupakan kunci diagnosis pada apendisitis pelvika.2

Pemeriksaan uji psoas dan uji obturator: Pemeriksaan ini juga dilakukan untuk mengetahui letak apendiks yang meradang. Uji psoas dilakukan dengan rangsangan otot psoaslewat hiperektensi sendi panggul kanan atau fleksi aktif sendi panggul kanan kemudian pahakanan ditahan. Bila appendiks yang meradang menempel di m. psoas mayor, maka tindakantersebut akan menimbulkan nyeri. Sedangkan pada uji obturator dilakukan gerakan fleksi dan endorotasi sendi panggul pada posisi terlentang. Bila apendiks yang meradang kontak denganm.obturator internus yang merupakan dinding panggul kecil, maka tindakan ini akanmenimbulkan nyeri. Pemeriksaan ini dilakukan pada apendisitis pelvika. Suhu dubur (rectal)yang lebih tinggi dari suhu ketiak (axilla), lebih menunjang lagi adanya radang usus buntu.2Pemeriksaan Penunjang1. Laboratorium. Pemeriksaan laboratorium darah: yang dapat ditemukan adalah kenaikan dari seldarah putih (leukosit) hingga sekitar 10.000-18.000/mm3 (normal adalah 5.00-10.000/mm3).Jika terjadi peningkatan yang lebih dari itu maka kemungkinan apendikssudah mengalami perforasi (pecah).22. Radiologi: terdiri dari pemeriksaan ultrasonografi dan CT-scan. Pemeriksaanultrasonografi: ditemukan bagian memanjang pada tempat yang terjadi inflamasi padaapendiks. Pemeriksaan CT-scan: ditemukan bagian yang menyilangdengan apendikalit serta perluasan dari apendiks yang mengalami inflamasi serta adanya pelebaran sekum.Foto polos perut dapat memperlihatkan adanya fekalit (timbunan tinjayang keras).2Namun pemeriksaan ini jarang membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis. Ultrasonografi (USG) cukup membantu dalam penegakkan diagnosis apendisitis (71-97 %), terutama untuk wanita hamil dan anak-anak. Tingkat keakuratan yang paling tinggi adalah dengan pemeriksaan CT scan (93-98 %).Dengan CT scand apat terlihat jelas gambaran apendiks.Sinar X bermanfaat dalam memeriksa kemungkinan ulkus perforasi, obstruksi usus atau nefrolitiasis.Pielogram intravena bias menunjukkan kelainan traktus urinarius seperti kolik ginjal.2

Working DiagnosisBerdasarkananamnesis, pemeriksaanfisik dan penunjang pasien tersebut di diagnosa menderita Appendisitis.Appendisitismerupakanperadangan yangterjadipadaappendisitisvermiformisdan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Appendisitis pula boleh dibagikan kepada dua yaitu apendisitis akut dan kronik:3 Akut: Pada kondisi ini gejala yang ditimbulkan tubuh akan panas tinggi, mual-muntah, nyeri perut kanan bawah, buat berjalan jadi sakit sehingga agak terbongkok, namun tidak semua orang akan menunjukkan gejala seperti ini bisa juga hanya bersifat meriang, atau mual-muntah saja. Kronik: Pada stadium ini gejala yang timbul sedikit mirip dengan sakit maag dimana terjadi nyeri samar (tumpul) di daerah sekitar pusar dan terkadang demam yang hilang timbul. Seringkali disertai dengan rasa mual bahkan kadang muntah kemudian nyeri itu akan berpindah ke perut kanan bawah dengan tanda-tanda yang khas pada apendisitis akut yaitu nyeri pada titik Mc Burney (istilah kesehatannya). Namun, terdapat enam DD (differential diagnosis) yang memiliki gejala mirip yaitu penyakit Crohn, salphigitis, kista ovarium, kehamilan ektopik terganggu, kolik ureter dan perintonitis. DD dibedakan dengan lebih lanjut berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan.Different DiagnosisKehamilan EtopikAda riwayat terhambat menstruasi dengan keluhan yang tidak menentu. Jika terjadi ruptur tuba atau abortus diluar rahim dengan perdarahan akan timbul nyeri yang mendadak difus di daerah pelvis dan mungkin akan terjadi syok hipovolemik. Pada pemeriksaan colok vaginal didapatkan nyeri dan penonjolan kavum Douglas, dan pada kuldosentesis akan didapatkan darah.4PemeriksaanWalaupun diagnosanya agak sulit dilakukan, namun beberapa cara ditegakkan, antara lain dengan melihat:1 Anamnesis dan gejala klinis Riwayat terlambat haid, gejala dan tanda kehamilan muda, dapat ada atau tidak ada perdarahan per vaginam, ada nyeri perut kanan / kiri bawah.Berat atau ringannya nyeri tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam peritoneum. Pemeriksaan fisik Didapatkan rahim yang juga membesar, adanya tumor di daerah adneksa. Adanya tanda-tanda syok hipovolemik, yaitu hipotensi, pucat dan ekstremitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut, yaitu perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. Pemeriksaan ginekologis.Pemeriksaan dalam: seviks teraba lunak, nyeri tekan, nyeri pada uteris kanan dan kiri. Pemeriksaan Penunjang Laboratorium :Hb, Leukosit, urine B-hCG (+). Hemoglobin menurun setelah 24 jam dan jumlah sel darah merah dapat meningkat. USG: Tidak ada kantung kehamilan dalam kavum uteri Adanya kantung kehamilan di luar kavum uteri Adanya massa komplek di rongga panggul Kuldosentesis : suatu cara pemeriksaan untuk mengetahui apakah dalam kavum Douglas ada darah. Diagnosis pasti hanya ditegakkan dengan laparotomi. Ultrasonografi berguna pada 5 10% kasus bila ditemukan kantong gestasi di luar uterusEtiologiTidak dapat dipastikan penyebab kehamilan ektopik tetapi faktor resikonya adalah:4 merokok kerusakan tuba karena kehamilan pertambahan usia ibu.Gejala Klinis1. Gejalanya mirip dengan gejala keguguran. Biasanya segera setelah terlambat haid yang pertama, sang wanita merasa nyeri kram dan tampak adanya spotting(perdarahan).2. Kadang kala perdarahan dapat membahayakan kesehatan maupun nyawa wanita hamil tersebut.3. Saat terjadi perdarahan berulang-ulang yang menyebabkan nyeri dan tekanan tapi bila perdarahannya cepat dapat menimbulkan shock atau hipotensi.4. Jika terjadi nyeri pada perut bawah pada kehamilan sekitar 6-8 minggu dan ini disertai adanya pingsan, biasanya berarti terjadi rupture (robekan) tuba yang disertai perdarahan intra abdominal.5. Terjadi pembesaran uterus (rahim) tapi lebih kecil daripada yang seharusnya pada usia kehamilan dan adanya nyeri gerak pada servix.6. Nyeri kencing dan buang air besar juga terjadi.4Komplikasi1. Anemia Merupakan suatu keadaan dimana jumlah sel darah merah atau jumlah hemoglobin (protein pengangkut oksigen) kurang dari normal.Selama hamil, volume darah bertambah sehingga penurunan konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin yang sifatnya menengah adalah normal.Selama hamil, diperlukan lebih banyak zat besi (yang diperlukan untuk menghasilkan sel darah merah) karena ibu harus memenuhi kebuhan janin dan dirinya sendiri.Jenis anemia yang paling sering terjadi pada kehamilan adalah anemia karena kekurangan zat besi, yang biasanya disebabkan oleh tidak adekuatnya jumlah zat besi di dalam makanan.Anemia juga bisa terjadi akibat kekurangan asam folat (sejenis vitamin B yang diperlukan untuk pembuatan sel darah merah). Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan darah yang menentukan jumlah sel darah merah, kadar hemoglobin dan kadar zat besi dalam darah.Anemia karena kekurangan zat besi diobati dengan tablet besi. Pemberian tablet besi tidak berbahaya bagi janin tetapi biasa menyebabkan gangguan lambung dan sembelit pada ibu, terutama jika dosisnya tinggi.42. Plasenta previaPlasenta previa adalah plasenta yang tertanam di atas atau di dekat serviks (leher rahim), pada rahim bagian bawah.Di dalam rahim, plasenta bisa menutupi lubang serviks secara keseluruhan atau hanya sebagian.Plasenta previa biasanya terajdi pada wanita yang telah hamil lebih dari 1 kali atau wanita yang memiliki kelainan rahim.Pada akhir kehamilan, tiba-tiba terjadi perdarahan yang jumlahnya bisa semakin banyak.Darah yang keluar biasanya berwarna merah terang.Untuk memperkuat diagnosis, dilakukan pemeriksaan USG.Jika perdarahannya hebat, dilakukan transfusidarahberulang.Jika perdarahannya ringan dan persailinan masih lama, bisanya dianjurkan untuk menjalani tirah baring. Hampir selalu dilakukan operasi sesar karena cenderung terjadi pelepasan plasenta sebelum waktunya, bayi bisa mengalami kekurangan oksigen dan ibu bisa mengalami perdarahan hebat.4PenatalaksanaanPenanganan kehamilan ektopik pada umumnya adalah laparotomi.Pada laparotomi perdarahan selekas mungkin dihentikan dengan menjepit bagian dari adneksa yang menjadi sumber perdarahan.Keadaan umum penderita terus diperbaiki dan darah dalam rongga perut sebanyak mungkin dikeluarkan. Dalam tindakan demikian, beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu: kondisi penderita pada saat itu, keinginan penderita akan fungsi reproduksinya, lokasi kehamilan ektopik. Hasil ini menentukan apakah perlu dilakukan salpingektomi (pemotongan bagian tuba yang terganggu) pada kehamilan tuba. Dilakukan pemantauan terhadap kadar HCG (kuantitatif). Peninggian kadar HCG yang berlangsung terus menandakan masih adanya jaringan ektopik yang belum terangkat Penanganan pada kehamilan ektopik dapat pula dengan transfusi, infus, oksigen, atau kalau dicurigai ada infeksi diberikan juga antibiotika dan antiinflamasi.Sisa-sisa darah dikeluarkan dan dibersihkan sedapat mungkin supaya penyembuhan lebih cepat dan harus dirawat inap di rumah sakit.PrognosisKematian karena kehamilan ektopik terganggu cenderung turun dengan diagnosis dini dengan persediaan darah yang cukup. Hellman dkk., (1971) melaporkan 1 kematian dari 826 kasus, dan Willson dkk (1971) 1 diantara 591 kasus. Tetapi bila pertolongan terlambat, angka kematian dapat tinggi.Sjahid dan Martohoesodo (1970) mendapatkan angka kematian 2 dari 120 kasus.4Penderita mempunyai kemungkinan yang lebih besar untuk mengalami kehamilan ektopik kembali. Selain itu, kemungkinan untuk hamil akan menurun. Hanya 60% wanita yang pernah mengalami kehamilan ektopik terganggu dapat hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan berkisar antara 0 14,6%. Kemungkinan melahirkan bayi cukup bulan adalah sekitar 50%.4SalpingitisSalpingitis atau radang tuba fallopi merupakan bagian dari penyakit radang panggul atau pelviksitis.Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi.Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat bertemu dengan sperma.5Ada dua jenis salpingitis:5 Salpingitis Akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel padabagian intestinal yang terdekat.Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis). Salpingitis Kronis : Biasanyamengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dantidak menunjukan banyak tanda dan gejala.Pemerikasaan Pemeriksaan umum:1Hasil pemeriksaannya: Suhu meningkat Tekanan darah normal Denyut nadi cepat Pemeriksaan abdomen Nyeri perut bawah Nyeri lepas Pemeriksaan inspekulo Tampak secret purulen di ostium serviks. Pemeriksaan Laboratorium Leukosit meningkatEtiologiKondisi ini tidak diketahui, kemungkinan penyebabnya adalah karena seperti proses pasca-inflamasi distorsi dan adenomiosis. Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan nodul tersebar kelenjar epitel tuba dikelilingi oleh area-area muskularis.Pada hysterosalpingography, diagnosis mungkin bingung dengan endometriosis tuba, bagaimanapun adanya epitel tuba yang melapisi kelenjar pada aturan pemeriksaan histopatologi yang keluar adalah endometriosis.Hiperplasia endometrium kompleks terlihat pada kasus dapat yang dikaitkan dengan pengobatan hormonal yang digunakanuntuk infertilitas.Komplikasi salpingitis isthmica nodosa adalah infertilitas dan berulang kehamilan ektopik dan karenanya, salpingitis isthmica nodosa merupakan penyebab penting untuk dikesampingkan dalam kasus tersebut.Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasanya menyebabkan Salpingitis:Mycoplasma, staphylococcus dan steptococus.Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea, Chlamydia, infeksi puerperal dan postabortum.Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.Selanjutnya biasa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.3,5PatofisiologiInfeksi biasanya berawal pada bagian vagina dan menyebar ke bagian tuba fallopi. Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Mycoplasma, Staphylococcus dan Streptococcus.Selain itu salpingitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan kalmidia.5Gejala KlinisAda pun gejala salphingitis:5 Nyeri pada kedua sisi perut Demam Mual muntah Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau Nyeri selama ovulasi Sering kencing Lower back pain Disminorhoe Nyeri abdomen bagian bawahPenatalaksanaanPerawatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:51. Antibiotik untuk menghilangkan infeksi dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus.2. Perawatan di rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena (infuse)3. Pembedahan dilakukan jika pengobatan dengan antibiotic menyebabkan terjadinya resisten pada bakteri.4. Berobat jalan. Jika keadaan umum baik, tidak demam. Berikan antibiotic: Cerfolaksitim 2 gr IM atau amoksisilin 3 gr peroral atau ampisilin 3,5 per os atau prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1 gr per os, diikuti dengan dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari serta tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari5. Rawat inap, jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu.

AdneksitisAdneksitis adalah suatu radang pada tuba fallopi dan radang ovarium yang biasanya terjadi bersamaan.Radang ini kebanyakan akibat infeksi yang menjalar keatas dari uterus, walaupun infeksi ini bisa berasal dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah atau menjalar dari jaringan sekitarnya.6Pemeriksaan Penunjang USG UKG Kuldoskopi dan laparoskopi tidak berarti kecuali bilamana pemeriksaan tersebut tidak dilakukan pemeriksaan biopsy.6EtiologiSebab yang paling banyak terdapat adalah infeksi gonorroe dan infeksi puerperal dan postpartum.Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh tuberculosis.Selanjutnya bisa timbul radang adnexa sebagai akibat tindakan kerokan, laparotomi, pemasangan IUD serta perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks.6

Pada wanita rongga perut langsung berhubungan dengan dunia luar dengan perantara traktus genetalia. Radang atau infeksi rongga perut disebabkan oleh:6

Sifat bactericide dari vagina yang mempunyai pH rendah. Lendir yang kental dan liat pada canalis servicalis yang menghalangi naiknya kuman-kuman.Adapun bakteri yang biasanya menyebabkan terjadinya penyakit ini adalahBaktery Gonorrhea dan Bakteri Chalmydia.6

PatofisiologiRadang tuba fallopii dan radang ovarium biasanya terjadi bersamaan.Radang itu kebanyakan akibat infeksi yang menjalar ke atas dari uterus, walaupun infeksi ini juga bisa datang dari tempat ekstra vaginal lewat jalan darah, atau menjalar dari jaringan jaringan sekitarnya.6Pada salpingo ooforitis akuta gonorea ke tuba dari uterus melalui mukosa.Pada endosalping tampak edema serta hiperemi dan infiltrasi leukosit, pada infeksi yang ringan epitel masih utuh, tetapi pada infeksi yang lebih berat kelihatan degenarasi epitel yang kemudian menghilang pada daerah yang agak luas dan ikut juga terlihat lapisan otot dan serosa.Dalam hal yang akhir ini dijumpai eksudat purulen yang dapat keluar melalui ostium tuba abdominalis dan menyebabkan peradangan di sekitarnya.6Infeksi ini menjalar dari serviks uteri atau kavum uteri dengan jalan darah atau limfe ke parametrium terus ke tuba dan dapat pula ke peritonium pelvik.Disini timbul salpingitis interstialis akuta, mesosalping dan dinding tuba menebal menunjukkan infiltrasi leukosit, tetapi mukosa seringkali normal.6Gejala Klinis Kram atau nyeri perut bagian bawah yang tidak berhubungan dengan haid(bukan pre menstrual syndrome) Keluar cairan kental berwarna kekuningan dari vagina Nyeri saat berhubungan intim Demam Nyeri punggung Leukosit tinggi Setelah beberapa hari dijumpai tumor dengna batas yang tidak jelas dan nyeri tekanPenatalaksanaanPenyakit ini dapat diterapi dengan pemberian antibiotika.Tergantung dari derajat penyakitnya, biasanya diberikan suntikan antibiotik kemudian diikuti dengan pemberian obat oral selama 10-14 hari.Beberapa kasus memerlukan operasi untuk menghilangkan organ sumber infeksi, ini dilakukan jika terapi secara konvensional(pemberian antibiotik) tidak berhasil.Jika terinfeksi penyakit ini melalui hubunganseksual, maka pasangannya juga harus mendapat terapi pengobatan, sehingga tidak terinfeksi terus menerus.Operasi radikal ( histerektomi dan salpingo ooforektomi bilateral ) pada wanita yang sudahhampir menopause. Pada wanita yang lebih muda hanya adnexia dengan kelainan yang nyata yang diangkat.6EtiologiPenyebab apendisitis belum sepenuhnya dimengerti tapi pada kebanyakan kasus, peradangan dan infeksi usus buntu mungkin didahului oleh adanya penyumbatan di dalam usus buntu.Bila peradangan berlanjut tanpa pengobatan, usus buntu bisa pecah.6Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri. Berbagai hal berperan sebagai faktor pencetusnya. Diantaranya adalah obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. Obstruksi ini biasanya disebabkan karena adanya timbunan tinja yang keras (fekalit), hiperplasia jaringan limfoid, tumor apendiks, striktur, benda asing dalam tubuh, dan cacing askaris dapat pula menyebabkan terjadinya sumbatan. Namun, diantara penyebab obstruksi lumen yang telah disebutkan di atas, fekalit dan hiperplasia jaringan limfoid merupakan penyebab obstruksi yang paling sering terjadi. Penyebab lain yang diduga menimbulkan apendisitis adalah ulserasi mukosa apendiks oleh parasitE. histolytica.6 Usus buntu yang pecah bisa menyebabkan :6 Masuknya kuman usus ke dalam perut, menyebabkan peritonitis, yang bisa berakibat fatal. Terbentuknyaabses. Pada wanita, indung telur dan salurannya bisa terinfeksi dan menyebabkan penyumbatan padasaluran yang bisa menyebabkan kemandulan. Masuknya kuman ke dalam pembuluh darah (septikemia), yang bisa berakibat fatal.

EpidemiologiApendisitis paling sering ditemukan pada usia 20 sampai 40 tahun. Penyakit ini jarangditemukan pada usia yang sangat muda atau orang tua, dikarenakan bentuk anatomis apendiks yangberbeda pada usia tersebut.7Penelitian epidemiologi menunjukkan peranan kebiasaanmengkonsumsi makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap timbulnya penyakitapendisitis.Tinja yang keras dapat menyebabkan terjadinya konstipasi.Kemudian konstipasiakan menyebabkan meningkatnya tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya sumbatanfungsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. Semua ini akanmempermudah timbulnya apendisitis.7PatofisiologiPatologi apendisitis berawal di jaringan mukosa dan kemudian menyebar ke seluruhlapisan dinding apendiks.Jaringan mukosa pada apendiks menghasilkan mukus (lendir) setiapharinya.Terjadinya obstruksi menyebabkan pengaliran mukus dari lumen apendiks ke sekummenjadi terhambat.Makin lama mukus makin bertambah banyak dan kemudian terbentuklah bendungan mukus di dalam lumen.Namun, karena keterbatasan elastisitas dinding apendik sehingga hal tersebut menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intralumen. Tekanan yangmeningkat tersebut akan menyebabkan terhambatnya aliran limfe, sehingga mengakibatkantimbulnya edema, diapedesis bakteri, dan ulserasi mukosa. Pada saat inilah terjadi apendisitisakut fokal yang ditandai oleh nyeri di daerah epigastrium di sekitar umbilikus.1Jika sekresi mukus terus berlanjut, tekanan intralumen akan terus meningkat. Hal ini akanmenyebabkan terjadinya obstruksi vena, edema bertambah, dan bakteri akan menembus dindingapendiks. Peradangan yang timbul pun semakin meluas dan mengenai peritoneum setempat,sehingga menimbulkan nyeri di daerah perut kanan bawah.Keadaan ini disebut denganapendisitis supuratif akut. Bila kemudian aliran arteri terganggu, maka akan terjadi infark dinding apendiks yang disusul dengan terjadinya gangren. Keadaan ini disebut denganapendisitis ganggrenosa.Jika dinding apendiks yang telah mengalami ganggren ini pecah, itu berarti apendisitis berada dalam keadaan perforasi.1Sebenarnya tubuh juga melakukan usaha pertahanan untuk membatasi proses peradanganini. Caranya adalah dengan menutup apendiks dengan omentum, dan usus halus sehinggaterbentuk massa periapendikuler yang secara salah dikenal dengan istilah infiltrat apendiks. Didalamnya dapat terjadi nekrosis jaringan berupa abses yang dapat mengalami perforasi. Namun, jika tidak terbentuk abses, apendisitis akan sembuh dan massa periapendikuler akan menjaditenang dan selanjutnya akan mengurai diri secara lambat.6Pada anak-anak dengan omentum yang lebih pendek, apendiks yang lebih panjang dandinding apendiks yang lebih tipis serta daya tahan tubuh yang masih kurang, memudahkanterjadinya perforasi.Sedangkan pada orang tua, perforasi mudah terjadi karena adanya gangguan pembuluh darah.Apendiks yang pernah meradang tidak akan sembuh dengan sempurna, tetapiakan membentuk jaringan parut. Jaringan ini menyebabkan terjadinya perlengketan dengan jaringan sekitarnya.Perlengketan tersebut dapat kembali menimbulkan keluhan pada perut kanan bawah.Pada suatu saat organ ini dapat mengalami peradangan kembali dan dinyatakanmengalami eksaserbasi.6Gejala klinisApendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari mual, muntah dannyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah.Nyeri bisa secara mendadak dimulai di perutsebelah atas atau di sekitar pusar, lalu timbul mual dan muntah.Setelah beberapa jam, rasa mualhilang dan nyeri berpindah ke perut kanan bagian bawah.Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambahtajam. Demam bisa dialami oleh pasien dan boleh mencapai 37,8C-38,8C.9Pada bayi dan anak-anak, nyerinya bersifat menyeluruh di semua bagian perut.Pada orang tua dan wanita hamil, nyerinya tidak terlalu berat dan di daerah ini nyeri tumpulnyatidak terlalu terasa.Bila usus buntu pecah, nyeri dan demam bisa menjadi berat dan bisa menyebabkan syok.9Gejala awal yang khas, yang merupakan gejala klasik apendisitis adalah nyeri samar (nyeri tumpul) di daerah epigastrium di sekitar umbilikus atau periumbilikus. Keluhan ini biasanya disertai dengan rasa mual bahkan terkadang muntah dan pada umumnya nafsu makanmenurun.Kemudian dalam beberapa jam, nyeri akan beralih ke kuadran kanan bawah ke titik Mc Burney. Di titik ini nyeri terasa lebih tajam dan jelas letaknya, sehingga merupakan nyerisomatik setempat.Namun terkadang tidak dirasakan adanya nyeri di daerah epigastrium, tetapiterdapat konstipasi sehingga penderita merasa memerlukan obat pencahar.Tindakan ini dianggap berbahaya karena bisa mempermudah terjadinya perforasi. Terkadang apendisitis juga disertaidengan demam derajat rendah sekitar 37,5C -38,5C.9Selain gejala klasik, ada beberapa gejala lain yang dapat timbul sebagai akibat dariapendisitis. Timbulnya gejala ini bergantung pada letak apendiks ketika meradang.Berikutgejala yang timbul tersebut:91. Bila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum (terlindung olehsekum), tanda nyeri perut kanan bawah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. Rasa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakanseperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan.Nyeri ini timbul karena adanya kontraksim psoas mayor yang menegang dari dorsal.2. Bila apendiks terletak di rongga pelvis Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala danrangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rectum akan menjadi lebih cepat dan berulang-ulang (diare). Bila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya.Gejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukandiagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada waktunya, sehingga biasanya barudiketahui setelah terjadi perforasi.Berikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelasdan tidak khas.91. Pada anak-anak Gejala awalnya sering hanya menangis dan tidak mau makan.Seringkali anak tidak bias menjelaskan rasa nyerinya. Dan beberapa jam kemudian akan terjadi muntah- muntah dan anak menjadi lemah dan letargik. Karena ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi.Begitupun pada bayi, 80-90 % apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi.2. Pada orang tua berusia lanjutGejala sering samar-samar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita barudapat didiagnosis setelah terjadi perforasi.3. Pada wanitaGejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupadengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital (proses ovulasi, menstruasi), radang panggul,atau penyakit kandungan lainnya. Pada wanita hamil dengan usia kehamilan trimester, gejalaapendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasatimbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiksterdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan bawah tetapi lebih keregio lumbal kanan.PenatalaksanaanBila diagnosis sudah pasti, maka penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pada kondisi dini apabila sudah dapat langsung terdiagnosa kemungkinan pemberian obat antibiotika dapat saja dilakukan, namun demikian tingkat kekambuhannya mencapai 35%.4Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari. Selanjutnya adalah perawatan luka operasi yang harus terhindar dari kemungkinan infeksi sekunder dari alat yang terkontaminasi dan lain-lain.4PrognosisMortalitas adalah 0,1% jika apendisitis akut tidak pecah dan 15% jika pecah padaorangtua.Kematianbiasanyadarisepsis,emboliparu,atauaspirasi;prognosismembaik dengan diagnosis dini sebelum rupture danantibiotic yang lebih baik.3Morbiditas meningkat dengan ruptur dan usia tua. Komplikasi dini adalah septik.Infeksilukamembutuhkanpembukaankembaliinsisikulityangmerupakanpredisposisi terjadinya robekan.Abses intraabdomen dapat terjadi dari kontaminasiperitonalis setelah ganggren danperforasi.Fistulafekalistimbuldarinekrosis suatubagian dari sekum oleh abses atau konstriksi dari jahitan kantong atau dari pengikatanyang tergelincir.Obstruksi usus dapat terjadi dengan abses lokulasi dan pembentukanadhesi.Komplikasi lanjut mencakup pembentukan adhesi dengan obstruksi mekanisdan hernia.3KesimpulanAppendisitismerupakanperadangan yangterjadipadaappendisitisvermiformisdan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis umumnya terjadi karena infeksi bakteri dan obstruksi yang terjadi pada lumen apendiks. penatalaksanaan standar untuk penyakit radang usus buntu (appendicitis) adalah operasi. Pembedahan dapat dilakukan secara terbuka atau semi-tertutup (laparoskopi). Setelah dilakukan pembedahan, harus diberikan antibiotika selama 7 -10 hari.Daftar Pustaka1. Alwi L, Aru S. Ilmu penyakit dalam anamnesis dan pemeriksaan fisik umum. Jakarta: Pusat Penerbit Departemen Ilmu Penyakit dalam FKUI 2006.hal.20,382. Morris AJ, Sawyers LJ. Abdomen Akuta. Dalam: Buku ajar bedah. Sabiston DC. Jakarta: EGC 2006.hal 490-83. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC 2013.hal.688-9 4. Stright RB. Keperawatan ibu-bayi baru lahir. Edisi 3. Jakarta: EGC 2004.hal.2455. Widjaja H. Anatomi abdomen. Jakarta: EGC 2009.hal.3-56. Cerwin, Elizabeth J. Buku saku patofisiologi system pencernaan. Edisi 3. Jakarta: EGC 2009.hal.607-117. Hartman EG. Apendisitis akut. Dalam: Ilmu kesehatan anak. Behrman, Kliegman. Edisi 15. Jakarta: EGC 2007.hal.289-908. Gunawan SG, Setiabudy R, Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Penerbit FKUI 2009.hal.664-89. Sjamsuhidajat, Jong WD. Buku ajar ilmu bedah apendisitis akut. Jakarta: EGC 2013.hal.7-10102013317Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida WacanaJalan Arjuna utara No.6 Jakarta BaratE-mail: [email protected] Kristen Krida Wacana Ha. 10