5
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis. Pengertian apendisitis akut adalah apendisitis dengan mula gejala akut yang memerlukan intervensi bedah dan biasanya ditandai dengan nyeri dikuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan lokal dan alih, spasme otot yang ada diatasnya, hiperestesia kulit dan juga adanya demam dan leukositosis. (Dorland, 1996) Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, insiden apendisitis di Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya. Angka kejadian pada bayi dan anak usia 2 tahun adalah kurang dari 1% . Anak usia 2 sampai 3 tahun 15%. Frekuensi mulai meningkat setelah umur 5 tahun dan mencapai puncaknya berkisar pada umur 9 sampai 11 tahun. Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun, setelah itu menurun. (Sjamsuhidajat, 2010). Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan apendektomi. Apendektomi adalah bedah pemotongan 1

Apendisitis

Embed Size (px)

DESCRIPTION

apendisitis

Citation preview

Page 1: Apendisitis

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Apendisitis adalah peradangan dari apendiks vermiformis. Pengertian apendisitis akut

adalah apendisitis dengan mula gejala akut yang memerlukan intervensi bedah dan

biasanya ditandai dengan nyeri dikuadran abdomen kanan bawah dan dengan nyeri tekan

lokal dan alih, spasme otot yang ada diatasnya, hiperestesia kulit dan juga adanya demam

dan leukositosis. (Dorland, 1996)

Dari hasil Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) di indonesia, insiden apendisitis di

Indonesia menempati urutan tertinggi di antara kasus kegawatan abdomen lainya. Angka

kejadian pada bayi dan anak usia 2 tahun adalah kurang dari 1% . Anak usia 2 sampai 3

tahun 15%. Frekuensi mulai meningkat setelah umur 5 tahun dan mencapai puncaknya

berkisar pada umur 9 sampai 11 tahun. Insidens tertinggi pada kelompok umur 20-30 tahun,

setelah itu menurun. (Sjamsuhidajat, 2010).

Tindakan pada kasus apendisitis tanpa komplikasi adalah pembedahan apendektomi.

Apendektomi adalah bedah pemotongan apendiks yang mengalami radang atau infeksi.

(Janning StephenW, 1997)

Pemberian antibiotik sebelum dan sesudah dilakukan tindakan operasi menjadi hal yang

penting untuk mencapai hasil operasi yang optimal. Pemberian antibiotik profilaksis

intravena sebelum dilakukan operasi apendektomi merupakan hal yang selalu dilakukan

dan pemberian antibiotik pasca operasi juga masih tetap diberikan (Clair S.T, 2013)

Di negara-negara maju, pemberian antibiotik spektrum luas sebelum operasi pada

pasien apendisitis akut sudah merupakan kewajiban. Penggunaan antibiotik pasca operasi

hanya diberikan pada kasus-kasus apendisitis dengan perforasi dan diberikan secara

intravena dalam kurun waktu pemberian 3-5 hari atau sampai tanda klinis infeksi tidak ada.

(Scandinavian Journal of Surgery, 2014)

1

Page 2: Apendisitis

Di Indonesia, seluruh rumah sakit yang memberikan pelayanan operasi

appendektomi selalu memberi antibiotik baik pre-operasi maupun pasca operasi, baik

secara intravena maupun peroral. Di RS Dr. Moewardi, pemberian antibiotik secara

intravena baik pre-operasi dan pasca operasi apendektomi non komplikasi masih tetap

diberikan.

Operasi apendektomi non komplikasi merupakan operasi bersih dengan potensial

terkontaminasi, sehingga pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi dan pasca operasi

merupakan pemberian yang rasional. Pemberian antibiotik profilaksis pre-operasi diberikan

melalui injeksi intravena, karena berhubungan dengan operasi emergensi yang akan segera

dilakukan, sehingga penderita dalam keadaan puasa sebelum dilakukan pembiusan dan

operasi, namun pemberian antibiotik pasca-operasi hingga saat ini pada sebagian besar

pusat pelayanan kesehatan masih memberikan antibiotik pasca-operasi secara injeksi

hingga minimal 2x24 jam pasca-operasi. Di RS Dr. Moewardi, pemberian antibiotik pasca-

operasi apendektomi non komplikasi masih diberikan secara injeksi intravena sampai

penderita dipulangkan dan kemudian digantikan dengan antibiotik peroral.

Efektivitas kerja antibiotik secara umum tergantung pada host, jenis antibiotik yang

diberikan, serta dosis yang tepat, sedangkan cara pemberiannya per-oral ataupun intravena

hanya berhubungan dengan duration of action dari obat tersebut. Pemberian obat pasca

operasi, dalam kondisi pasien yang sadar penuh, tanpa gangguan motilitas usus dan

memerlukan mobilisasi segera sehingga mengurangi length of stay di rumah sakit

sebaiknya segera dilakukan pemberian obat peroral, sehingga secara psikologis pasien

merasa lebih sehat karena sudah bisa segera diet dan pemberian obat tidak melalui

intravena lagi.

Terapi antibiotik sebagai pengobatan tunggal untuk appendiksitis akut bukanlah hal

baru. Pada tahun 1959 Eric Coldrey melakukan penelitian pada 471 pasien yang

didiagnosis appendiksitis dilakukan menejemen konservatif dengan antibiotik, istirahat dan

bowel rest. Hasilnya disimpulkan jika menejemen ini aman dan didapatkan hasil yg

memuaskan dengan hanya satu kematian pada pasien-pasien tersebut. Penelitian RCT

lainnya dilakukan pada tahun 1995, dilakukan pada 40 pasien dewasa dan didapatkan hasil

yang memuaskan. Hanya satu dari dua puluh pasien (5%) yang menerima terapi antibiotik

2

Page 3: Apendisitis

tidak sembuh dan tetap memerlukan apendiktomi, tujuh pasien (37%) mengalami

kekambuhan dalam waktu satu tahun. Para penelitin menyimpulkan bahwa terapi antibiotik

sama efektifnya dengan operasi, tetapi dengan tingkah kekambuhan tinggi. (Hanson 2012)

Karena operasi apendektomi pada pasien dengan apendisitis non komplikasi

merupakan operasi yang bersifat bersih dengan potensi terkontaminasi, maka pemberian

antibiotik profilaksis pre-operasi dan pasca-operasi baik secara intravena maupun per-oral

menjadi hal yang rasional. Dengan demikian dalam penilitian ini, akan diteliti apakah

pemberian antibiotik per-oral pasca operasi apendektomi non komplikasi mempunyai hasil

yang sama optimumnya dengan pemberian antibiotik per-injeksi seperti yang selama ini

dilakukan terutama di RS Dr. Moewardi.

B. Rumusan Masalah

Atas dasar latar belakang masalah tersebut di atas, dirumuskan masalah apakah ada

perbedaan hasil pemberian antibiotik intravena dengan per-oral pada pasien-pasien

apendisitis non komplikasi.

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui apakah ada perbedaan hasil pemberian antibiotik intravena denga

per-oral pada pasien apendisitis non-komplikasi

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Hasil penilitian ini diharapkan memberikan sumbangan pemikiran, menambah

ilmu pengetahuan serta wawasan, khususnya mengenai efektifitas antibiotik per-

oral pada pasien apendisitis akut non-komplikata.

2. Manfaat Terapan

- Dengan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan suatu bahan pertimbangan

dalam pemberian antibiotic pada kasus apendisitis.

- Dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk mengurangi penggunaan antibiotik

intravena.

3