21
APIl K K.r:, r-crl<teristii< Hukunr P,.:i il<crtcrrr lnclonesicr : Menuiu F'cr n i:cr [rcr i ii(-, n fJul<um Peril<..-rtrr r-r NcsionCII a t

APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

APIl K

K.r:, r-crl<teristii< Hukunr P,.:i il<crtcrrr lnclonesicr :

Menuiu F'cr n i:cr [rcr i ii(-, n

fJul<um Peril<..-rtrr r-r NcsionCIIa

t

Page 2: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

rl

PROCEEDINGKONFERENSI NASIONAL HUKUM PERDATA II

"Karakteristik Hukum Perikatan Indonesia:

Merutyu Pembaharuan Ilukam Perikatan Nailonal"

i

Page 3: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

PROCEEDINGKONFERENSI NASIONAL HUKUM PERDATA II

' Karakteristik Hu kum Pei katan Indonesia :

Menulu Pembaha.ruan Hukum Perikatan Naional"

Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan

dan Fakultas Hukum Universitas Udayana

Denpasar 2015

Page 4: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

PROCEEDINGKonferensi Nasional Hukum Perdata ll"Karakteristik Hukum Perikatan Indonesia: Menuju Pembaharuan Hukum Perikatan Nasional"

Perpustakaan Nasiona.l: Katalog Dalam Terbitan (KDT)

ISBN: 978-502-687 4-09-2

Copyright @ Maret, 2015x + 488 :27crn X 29,7crn

a

Tim Penulis:M. IsnaeniR.A. Retno MurniRidwan tr(hairandyAhmadi NiruHerowati PoesokoPutu Sudarma StrmadiAgus Yudha FlernokoABD ShornadAbdul SalamAgungAhmad

Sujatmiko,Dakhoir,

Celina Tri Siwi KristiyantiDjumikasihEtty MulyatiFifiJturitaFiska Silvia Raden RoroGhansham AnandHanum Rahmaniar HelmiHilda Yunita SabrieRizki AmaliaI Wayan WiryawanI Ketut MarkelingI Made Deddy PriyantoI Nyoman DharmadaFaizal KurniawanEmi Agustinladud AhrbaltarLeonora bakarbessyMardalena HanilahMerry TjoandaMudrtar A.H Labetubun

Hak Gpta dilindungi undang-trndangAll rights reserueil

Najib ImanullahNancy S HaliwelaNi Ketut Supasti DharmawanIda Ayu SukihanaAnak Agurg Sri IndrawatiNindyo PramonoMokhamad Khoirul HudaNinis NugrahmiNurul FibriantiSuhariningsihRatih Dheviana Puru IlitaningtyasWahyu SasongkoPrawiha ThalibKukuh Leksono S. AdityaRA Retno MumiI Gusti Ayu PuspawatiRafflesRatna Artha WindariRindia FannyTeng BerliantyRonald SaijaRudy Haposan SiahaanRudyanti Dorotea TobingSulistyandariTeng BerliantyAgustina BalikTriAndaiDd&rTri HandayaniYenny Eta Widyanti,Yohanes Suhardin,Zatrry Vandawati Chumaida

Cooer: Dino Songgrha lrnandoLay Out: Komilio Sukmawati

Diterbitkan atas keriasama:Asosiasi Pmgajar Hukum Keperdataan dan Fakultas.Hukum Universitas Udayana

Page 5: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

Kata Pengantdr...

t

Yth. I'ara Kolega Asosiasi Pengajar Hukum Keperdataan dan Pembaca yang budiman,

Pr-rji syukur kita panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-NyaProsiding Seminar Konferensi Nasional Hukum Keperdataan II dapat diterbitkan. Seminardengan tema "Karakteristik Hukum Perikatan Indonesia" telah dilaksanakan pada tanggal76-77 Aprll2015 di Denpasar-Bali dengan bekerjasama antara Asosiasi Pengajar Hukum Keper-dataan (APHK) dan Fakultas Hukum Universitas Udayana. Berbagai artikel mengenai perikatandi Indonesia disajikan dalam konferensi tersebut dan dimuat clalam prosiding ini.

Sebagaimana diketahui bahwa hukum perdata di Indonesia berkarakter pluaralistik, dimanaterdapat tiga hukum sekaligus yang hidup di tengah-tengah masyarakat Indonesia dan diakuikeberadaannya oleh Negara, yaifu hukum adat, hukum Islam, dan hukum barat (bersumber dariKUH Perdata). Dernikian pula halnya hukum perikatan sebagai salah satu bagian dalam hukumperdata di rnana ketiga hukum tersebut hidup dan berlaku di rnasyarakat. Konferensi ini berupayarnenghimpun pemikiran dan pandangan akademik mengenai fenomena pluralistik hukum per-ikatan yang ada di Indonesia yang dapat berlaku dengan harmonis serta diakui oleh Negara. Pemi-

kiran dan pandangan akademik tersebut diharapkan menjadi salah satu bahan dalam upayamenghasilkan hukum perdata dalam hal ini hukum perikatan yang bercorak Indonesia.

Akhirnl,a, kami yakin bahwa kumpulan artikel dari para anggota APHK dalam prosidingini akan rnemberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan ilmu hukum khususnyahukum perdata serta memajukan dan memberikan energi ke arah pembaharuan hukurn perdatanasional. Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penye-lenggaraan konferensi hingga penerbitan prosiding ini. Selamat membaca dan semoga artikel-artikel yang tersaji dalam prosiding ini menggairahkan budaya akademik di kalangan anggotaAPHK dan menginspirasi pembaharuan hukum perdata nasional.

Denpasar, April 2015

Ketua APHK,

Prof. Dr. Y. Sogar Simamora, S.H., M.Hum.

1)

Page 6: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

Doftor Isi

1. PRINSIP SYARIAH DAN ADAT DALAM PEMBANGUNAN SISTEM HUKUM

PERIKATAN NASIONAL INDONESIA(M. lsnaeni) -- 7

2. PRINSIP HUKUM PERIKATAN ADAT DALAM SISTEM HUKUM PERIKATAN

NASIONAL(R.A. Retno Murni) -- 7

3' KEBEBASAN BERK.NTRAK DAN PACT^ 'UNT

SERVANDA l,Rsus IKTIKAD BAIK:

SIKAP YANG HARUS DIAMBIL PENGADILAN(Ridwan KhairandY) -- 13

4'PERKEMBANGANHUKUMPERLINDUNGANKONSUMEN(Ahmadi Miru)'- 34

5. PERKEMBANGAN TANGGUNG GUGAT RISIKO

(Herowati Poesoko) - 42

6. PERSPEKTIF SEIARAH HUKUM MENGENAI KEABSAHAN PERJANIIAN

(Putu Sudarma Sumadi) - 52

7. METODE PENENTUAN ISI KONTRAK (Upaya Memahami spektrum Hak dan Kewajiban

Para Pihak)(Agtrs Yudha Hernoko) - 59

8. HARMONISASI HUKUM DALAM BISNIS SEPARO SYARIAH (I'AW HATMONiZAIiON iN HAf

Sharia Business)

(Abd. Shomad) - 70

g, DOKTRIN UN/UST ENR/CHMEN4 PERBANDINCAN HUKUM PERIANJIAN ANTARA

INDONESIA, BELANDA, JERMAN DAN PERANCIS

(Abdul Salam) - 75

10. LISENSI MEREK PRINSIP HUKUM KONTRAK DALAM PERJANJIAN

(Agung Suiatmiko) - 83

11. BANK ZAKNI: GAGASAN, TAIANAN, DAN PENERAPAN PENGELOLAAN ZAKAT

TERINTEGRASI(Ahmad Dakhoir) - 99

12. KEPASTIAN HUKUM KREDITUR PREFEREN PADA PERJANJIAN KREDIT DENGAN

IAMINAN FIDUSIA(Celinahi Siwi KristiYanti) - 11.0

13. URGENSI I'ENYERAPAN ASAS ILAHIYAH DALAM HUKUM PER]ANIIAN NASIONAT

INDONESIA(Djumikasih) -- 720

n

Page 7: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

14. ASAS KESEIMBANGAN, KEADILAN DAN KEWAJARAN DALAM PEMBUATANPERIANIIAN KREDIT PERBANKAN DENGAN NASABAH PELAKU USAHA KECIL(Etty Mulyatil -- L35

15. PEMBAHARUAN HUKUM KONTRAK DI INDONESIA DAN PERAN UN/DROITPRINCIPL ES OF INIERN/4TI ON AL COMMERCI AL CON TRACT S (UPICC):BEBERAPA

PROPOSAL PERLIBAHAN(Fifi lunita) - 1.44

16. PRINSIP SYARIAH DALAM IUAL-BELI DARING (ONIINE) MELALUI MEDIA IE]ARINGSOSIAL(Fiska Siloia Raden Roro) - 75'l'

17. PERIKATAN ANTARA NOTARIS DENGAN PENGHADAP (KLTEN)

(Ghansham Anantl) - 177

18. KARAKTERISTIK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PENGGUNA JASA BADANPENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL (BP]S) KESEHATAN(Hanum Rahmaniar Helmi) - 781'

i9. KARAKTERIS'TIK HUBUNGAN HUKUM DALAM ASURANSI IASARAHAR]ATERHADAP KLAIM KORBAN KECELAKAAN ANGKUTAN UMUM(Hiltla Yunita Sabrie dan Rizky Atnalia) -- 1'88

20. PRINSIP TRI HITA K.ARANA DALAM KONTEKS HUKUM PERIKATAN INDONESIA(l Wayan Wiryawan, I Ketttt Markeling, I Made Dedy Priyatrto, I Nyomnn Darmadha) -- 199

21. KARAKTERISTIK PERIKATAN PUBLIK DALAM KONTRAK YANG MELIBATKAN

PEMERINTAH SEBAGAI KONTRAKTAN(Faizal Kurniawan, Erni Agustin, Rizky Amaliil -- 208

22. IMPLIKASI PENGGUNAAN PRINSIP SYARIAH DALAM AKTIVITAS EKONOMITERHADAP PENGEMBANGAN HUKUM EKONOMI INDONESIA(Lastuti Abubakar) '- 277

23. IDERA SEBAGAI UPAYA PEMULIHAN ATAS WANPRESTASI DEBITOT{ TERKAITTRANSAKSI OBIEK I'ESAWAT UDARA DALAM KEPENTINGAN INTERNASTONAL(Lconora Bakarbessy) -- 226

24. EKSISTENST ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK PADA KONTRAK BAKU DALAMPERIANIIAN PEMBIAYAAN(Mardalena Hanifuh) -- 234

25. PERKEMBANGAN PRINSIP KONSENSUALISME DALAM KONTRAK PENGADAAN

BARANG/]ASA PEMERINTAH(Merry Tjoanda) - 243

26. URGENSI GUGATAN WANPRESTASI DALAM PENYELESAIAN SENGKETA EKONOMI

SYARIAH(Muchtar A H Labetubun) - 251

27. KLAUSUL MINIMAL YANG HARUS ADA DALAM SEBUAH KONTRAK TERKAIT

KEABSAHAN KONTRAI((Moch Najib lmanullah) - 264

28, KECAKAPAN SUBIEK HUKUM DALAM E-COMMERCE DIKAITKAN DENGAN KUH

I'ERDATA DAN UU NO. 11 TAHUN 2OO8 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI

ELEKTRONIK(NancySHaliuela)-272

1,,/1

Page 8: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

29. PENGATURAN PER]AN]IAN LISENSI BROADCASTING RIGHT KARYA SIARAN

DALAM PERSPEKTIF PERBANDINGAN(Ni Ketut Supasti Dharmawan,lda Ayu Sukihana, Annk Agung Sri lndrawatl -- 283

30. PENYALAHGUNAAN KEADAAN (M/SBRUIK VAN OMSTANDIGHEDEN) DALAM

PERJANJIAN ASURANSI(Mokhamad Khoirul Lluda Ninis Nugraheni) - 291

31. PENCIDERAAN HAK KONSUMEN DALAM PELAKSANAAN AKAD MURABAHAH

DENGAN WAKALAH PADA PEMBIAYAAN SYARIAH(Nurul Fibrianti) - 302

32. PRINSIP.PRINSIP HUKUM ADAT DALAM PERIKATAN DENGAN OBYEK BERUPA

TANAH(Suhariningsih) -- 309

33. PEMAKNAAN KEMBALI FRASE 'BATAL DEMI HUKLIM" DALAM PERJAN]IAN KERIA

SEBAGAI UPAYA PENGUATAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEKERJA ANAK

(Ratih Dheuiana Punr Hitaningtyas) - 3L5

34. ASAS KONSENSUALISME DAN KEBEBASAN BERKOTRAK DALAM TRANSAKSI

BISNIS: PELUANG DAN TANTANGAN DALAM PENGATURAN HUKUM ABSTRAK

(Wahyu Sasongko) -- 324

35. KEPAILITAN DALAM PERBANKAN SYARIAH(Prnwitra Thalib, Kukuh Leksono S. Aditya) -- 336

35. PERBUATAN MELAWAN HUKUM DALAM KONTEKS ETIKA BISNIS

(RARetno Murni, I Gusti Ayu Puspawati) - 342

37. PROBLEMATIKA PEMUTUSAN SEPIHAK KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

(Raffleil - 34e

38. ASAS FREEDOM OF CONTRACT DALAIvI TRANSAKSI ELEKTRONIK (E-COMMERCE)

(Ratna ArthaWindari) - 356

39. TANGGUNG IAWAB PERUSAHAAN PELAYARAN DOMESTIK ATAS KERUGIAN

PEMILIK MUARAN DITINJAU DARI PERJANIIAN PENGANGKUTAN (KONOSEMEN)

(Rindia Fanny) - 354

40. ARSITEKTUR KONTEMPORER ASAS KEBEBAS.qN BERKONTRAK DAI-AM PERJAN]IAN

BAKU SEWA BELI BAGI KONSUMEN(Ronald Saija, Teng Belianty) -- 374

41. KONSTRUKSI KLAUSULA ASURANSI DALAM KONTRAK PENGADAAN BARANG/

]ASA PEMERINTAH DI INDONESIA(Ronald Saija) - 389

42. PERJANIIAN KREDIT BANK DAI,.AM KERANGKA HUKTIM PERTKATAN DI INDONESIA

(Rudy Haposan Siahaan) -- 407

43. KONSEP PERIANJIAN KREDIT SINDIKASI YANG BERASASKAN DEMOKRASI

EKONOMI(Rudyanti Dorotea Tobing) - 475

44. MENINJAU PASAL 1367 AYAT (2) KT.JHPERDATA TENTANG TANGGUNG JAWAB ORANC

TUA DAN WALI( Sulistyanilari) -- 428

xtn

Page 9: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

45. ASPEK KEADILAN DALAM PEMBERLAKUAN BUNGA ANUITAS PADA PER]AN]IAN

KREDIT(Teng Berlianty, Agustina Balik) - 435

45. PELAKSANAAN PERIAN]IAN SEWA TANAH PEMAKAMAN UMUM DI KOTA

SEMARANG(Tii Andari Dahlan) - 447

47. PERKEMBANGAN JASA PERBANKAN DAN KAITANNYA DENGAN PEMBARUAN

HUKUM PERDATA(Tri Handayani) - 451

48. PERLTNDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN ATAS PENIUALAN KOSMETIK

PALSU SECARA ONLINE(Yenny EtaWidyantt -- 453

49. PERIAN]IAN KEMITRAAN ANTARA PEMERINTAH DE}.IGAN MASYARAKAT (PEMDA

DKI IAKARTA DENGAN ASOSIASI PEDAGANG KAKI LIMA)(Yohanes hrhardid -- 468

50. TANGGUNG IAWAB PERUSAHAAN ASURANSI DARI ASPEK HUKUM PERIKATAN

TERHADAP KORBAN JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA QZ 8501

(Zahry Vandawati Chumaida)'- 475

51. HUKUM PERIKATAN INDONESIA DALAM KANCAH KONTRAK DAGANGINTERNASIONAL(Nindyo Pramono)'- 485

1X

Page 10: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

METODE PENENTUAN ISI KONTRAKApaya Memahami spektrum Hak dan Kewajiban para pihak)

Agus Yudha Hernoko*

A. Latar Belakang dan Rumusan Masalah

p rihne dan aktifitas hidup manusia untukmempertahankan eksistensiny a,,sun)iue,,),lingkupinya, khususnya hukum kontrak

oeople). Bukankah mulai dari rnakan, minum, sandang,Pangan, PaPa& hansportasi dan lain-lain diperoleh dan difasilitasi melalui wadah kontrak. ,,Belideit or not", ... contract is daily actiaities in the social life.

Tidak berlebihan kiranya apabila fenomenamaka adagium "setiap langkah bisnb adalah layang tepat dalam menjelaskan aktualitas dinaharus diperhatikan para pihak yang berinteraksisimpul utama yang menghubungkan kepentimenyadarinya, namun perlu diingat bahwa setidasamya melakukan langkah-langkah hukum dbisnis, aspek hukum tersebut termanifestasi dalamdari suafu proses bisnis, yang sarat dmgan per

Kontrak pada dasamya sebuah formulasi penuangan proses bisnis ke dalam format hukumyang dikonstruksikan secara komprehensif. Oleh karena itu keberhasilan dalam bisnis antara lainjuga akan ditentukan oleh stmktur atau bgsunan kontrak yang di buat oleh para pihak. Tentu-nya sebagai suafu Proses, kontrak yang ideal seharusnya mampu mewadahi pertutaran kepen-tingan para pihak secara fair dan adil (proporsional).

- Persepektifp aratkansebuahkereta api hanya n rel yang ber_fungsi sebagai la di tujuan akhir

'Guru Besar Hukum Kontrak, Fakultas Hukum universitas Airlangga surabaya.

Page 11: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

para pihak akan termanifestasi dengan baik apabil.r men'rperhatikan aspek kontraktttal yangmembingkai aktifitas bisnis tersebut. Dengan dernikian lcontrak sebagai ir-rstrumen pertukaranhak dan kewajiban para pihak diharapkan dapat berlangsung dengan baik, Jair dan proporsionalsesuai kesepakatan para pihak. Atrrran main pertukaran ini nrenjadi domain para pihak, kecualidalam batas-batas tertentu muncul intervensi, antara lain, baik dari trrdang-undang yang bersifatmemaksa maupun dari otoritas tertentu (hakim). Nzrrnur.r si tat interverrsi ini lebih ditujtrkanuntuk menjaga proses pertukaran hak dan kewajiban berlangsung secara fair.

Dinamika bisnis dengan pasang surubnya, juga berakibat pada keberlangsungan hubungarrkontraktual para pihak. Apa yang diproyeksikan lancar, untung, memnaskan, prospek bisniscerah kadangkala dapat berubah merugi dan memutus hubungan bisnis para pihak. "Sialtn yang

dnpat memastikan hujan esok hari", demikian pula dengan kontrak. Para kontraktan senantiasa

berharap kontraknya berakhir dengan "hoppy ending", namun tidak menutup kemungkinan kontrakdimaksud menemui hambatan bahkan bemjung pada kegagalan kontrak. Kegagalan kontrakyang bermuara pada sengketa acapkali bersumber pada berbagai macam penyebab, antara lainwanprestasi yang banyak dijumpai dalam praktik pengadilan. Problematika wanprestasi padadasarnya tida,k dapat dilepaskan dari konteks isi kontrak yang menjacli dasar pertukaran keperr-tingan dalam hubungan kontraktr.ral dimaksud. Manakala isi kontrak tidak dapat dikonstmksidengan tepat dalam rumusan klausula kontraknya, tidak terinterpretasi dengan tepat sertasistematis maka pelaksanaan kontrak niscaya akan terkendala (i.c. wanprestasi) bahkan bermuartrpada bubar atau putusnya hubungan kontraktual tersebut.

Untuk itu dalam diskusi ini saya mencoba menyajikan sebuah isu sederhana namrur tetappenting dan membufuhkan pemahaman yang komprehensif terhadtrp bangunan asas-asas hukumkontrak, dengan harapan agar mampu menangkap hakikat atau nilai substantif atas kasus-kasus kontrak yang timbul serta penggunaan metode yang tepat dalam penyelesaiannva. Isulrukum tersebut terkait dengan "Metode Penenfuan isi Kontrak (Uyaya Memahani SpektnnnHak ilan Kewajiban Para Pihak)", sebagai instrumen penting untuk memaharni, menata serta

menyelesaikan problematika kontrak.

B. Hakikat Isi Kontrak

Sebelum masuk pada pembahasan isi kcntrak, beberapa ilustrasi berikut ini mencoba meng-gambarkan problematika isi kcntrak dalam berbagai variannya. Ilustrasi Kasus 1:

- Para pihak mempermasalahkan pengertian "lantni sntu atau leoel satu" dalam perjanjian seu,a

menyewa stand di pusat perbelanjaary karena pelaksanaan prestasi ditolak oleh pihak petryewadengan mendalilkan "lantai satu alau leoel sntu" adalah bagian yang sama dengan rata jalan(ground floor) sedang pihak yang menyewakan berdalih bahwa "lantai satu atau larcl satu"

adalalr bagian yang berada di atas rata jalan (ground floor). Apa makna "luntai sntu atau letelsfrtu", apa kriterianya apa akibat hukumnya apabila tidak terdapat titik temu di antara parapihak terkait pelaksanaan atau pemenuhan prestasi dimaksud, serta apa upaya penyelesaianhukumnya?

Ilustrasi Kasus 2:

A : "Kirimkan saya satu ayam lagi, temyata ayarn kemarin kurang hanga/'

B : "Mau ayam lokal atau impor. Ada dari Rusia, Cina dan Thailand."

A : "C-oba yang.lokaf duhr aia"

B : "OK. Ayam lokal, mau ayarm kampung atau ayam kampus ?"

Apa yang dimakzud dengan kata "ayam" dalam konteks transaksi di atas? Apakah para pihakharus tunduk pada pengertian/peristilahan umum yang berlaku dimasyarakat atau para pihakbebas menentukan pengertiarVperistilahan yang secara eksklusif disepakati oleh mereka?

Ilustrasi Kazus 3:

- Dalam perianiian jual beli secara angsuran, seandainya tidak diahrr tentang mekatrisme/tata cara pembayaran harus djlakukan dimana, di tempat pihak penjual atau pihak pembeli,temyata di kemudian hari hal ini menimbulkan perrnasalahan tentang."siapa yang wajib

60

Page 12: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

bcrprestasi" apakah pcnjual yang datang menag,ih kepada pembeli atau sebaliknya pcmbcliyantrl datang kcpada penjual untuk memcnuhi kcwajiban pembayaran tcrscbut?

Ilustrasi kasus tcrsebut di atas masih dapat dikembangkan dengan bcrbagai macam Pcrtanyaan,serta varian-varian kasr.rs yang bcrbeda, namun sattr hal yang mcndasar dan krusial adalah

menemukan scrta mt:ncntukan isi kontrak yang discpakati para pihak. Bukan hal yang muclah,

namun juga bukan hal yang mustahil apabila dipahami dcngan mctode serta sistcmatika bcrpikiryang beranjak pada basis nalar hukum kontrak.

Apa yang dimaksud dcngan isi kontrak hendaknya dibcdakan dcngan causa (tujuan) kontrak.Causa kontrak diartikan scbagai tujuan bcrsama yang hcndak dicapaipara pihak dalam hubungankontraktual yarrg mcreka buat (vide Pasal 1320 BW syarat 4 jis. Pasal 1335 dan 1337 BW).

Sementararjtu terkait dengan pcmahaman isi kontrak,,berhubunghn.dengan pcncntuan sifatserta luasnya hak dan kcwajiban yang timbul dari hubungan konhaktual para pihak (i.c. tcrkaitdengan substansi hak dan kewajiban yang saling dipertukarkan oleh para pihak).t

Niewenhuis berpcndapat bahwa untuk mengetahui sifat seita luasnya hak clan kewajibanyang timbul dari hubungan kontraktual, pcrlu diperhatikan_dua aspek utama, yaitu:2

a. Interpretasi (pcnafsiran; uitleg) lcrhadap sifat scrta luasnya hak dan kcwajiban konlraktua!, dan

b. Faktor-(aktor yang, bcrpcngaruh terhadap sifat scrta luasnya hak dan kcwajiban kontraktual,meliputi:(i) t:aktor otonom (tcrkait daya mengikatnya kontrak)

(ii)Faktor hcleronott (iaktor-faktor yang bcrasal dari Iuar para pihak), tcrdiri dali:

- Undang,-ttndang,

- Kebiasaa n (gcbruik),

- Syarat yang biasa dipcrjanjikan (beslartdig gebruikeliik beding), dan

- Kepatutan (billijkheid\.

I,emikiran Niewenhuis di atas, sebenamya dapat ditelusuri dari sumbcr I'asal 1339 tsW yangmenyatakan bahwa, "kontrak tidak hanya mengikat untuk hal-hal ydng secara tegas dinyatakat didalnrnnyn, tetnpi juga untuk segala sesuat" Vang menl.rul sifat kontrak, diharuskan oleh kepatulan,

kebiasaan, dan trttdang-undnng."3 Rumusan tcrscbut sccara tcgas mcngatur bahwa sclain kctcrikatan

kontraktual yang, bcrsumbcr dari kcscpakatan para pihak (faktor otonom), juga pcrlu clipcrhatikanfaktor-faktor lain ([aktor hetcronom). IIal ini'mcngingat kontrak yang dibuat para pihak kadang-kala hanya mcngatrr hal-hal yang bcrsifat pokok, sehingga ketika muncul pcrmasalahan dalam

pelaksanaan kontrak iclah diantisipasi melalui pcnr:rapan faktor hetcronom.

I)cngan dcnril<ian dapat ditarik kcs;impulan balrwa faktor yang mcnentukan isi kontrakadalah kchcndak para pihak scbagai faktor primcr (oLonom), scrta faktor-faktor lain (hctcronom)

mcjlipuli: kebias:ran, r,r r.rdang-undang, kcpatuLan dan kcadilan.

C. Interpretasi lsi Kontrak: Upaya untuk menemukon makna yang hakiki

Menurut I'aul Scholtenuntuk memahami scbuah teks undang-undang, kclntrak mauPun

dokumen-dokumcn bisnis kiranya perlu untuk mclakukan interpretasi dcngan baik. Menurut-

I Agus Yudha llcrnoko, Hukunr Perjonjint Asos Proporsionolitos Dolnm Kontrnk Komcrsinl, Cct. IV- Koncana Prcnada

Media Group, (Jakarta 2O14) 2252 J'H..Niewenhuis, lrokttk-Pokok tlukum Penkdtnt n Saragih), Surabaya, 1985,37-45.'l'crkait isi

kotrtrak, kopustakaan hukum kontrak mcmbaginya da tu: (a). unsirr cscnsialia, mcrupitkan unsur yangmutlak harus ada dalam suatu kontrak. Misal: dalani' barang dan harga tncrupakan unsur csctrsialia

dalam perjanjian tersebut. (b).

pcr.qturan yang bersr[at rncrrguns'ur accidentalia, mcrtrpakan

. ludl .ueli rumqh bcsert;: pt:raht,50; J.Satrio, Ilukurn l)crianjian.. iSubstansi I'asal 1339 IIW tclscbtrt di ataspada prinsip

f Rcchts., I by thq

r 6f rdirI j fat kontrak, undang-undang, kebiasaan, kclayakan dan kepatutan).

- ,.r,a.'!;

6l

Page 13: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

n/a Lrndclng-LrndanB tidak selalu jclas, tidak mungkin undang-r-rndang mcmbcrikan pcnycle-saian bagi 100.1 persoalan yang diajukan kepadanya dengan scmudah itu. Dengan clcmikianadalah scbuah arogansi atau kekhilafan yang dilakukan olch pihak-pihak yang menyatakanbahwa kodifikasi r-rndang-undang telah mampu mcngakomodir .segala problema yang munculcli masyarakat, akibatnya mcrcka beranggapan bahwa intcrprctasi tidak pcrlu bahkan dilarang.Scliap utrdang-r-rnciang; jr-rg,a yang paling baik dirumuskan sckalipun, mcmbutuhkan penafsiran.I'}acla sctiap pt:nafsiran, kcadilan itu harus selalu dipcrhatikan dan dalam sctiap usaha untukmcnr"mukan hukrrm yang konkrit, keadilan adalah awal dan akhirnya.{

Vollmars mr:ngingaLkan pcntingnya interpretasi, mengingat bahasa yang dipcrgunakan cialamunclang-undan11 tt:rmasuk kontrak, sulit untuk mcwujudkan pikiran-pikiran pcmbentuknya se-hingga selalu muncul peristiwa-peristiwa baik seluruhnya maupun scbagian yang tidak masukdalam Perumusannya. Mclalui interpretasi, menurut Vollmar6 kita mencari tujuan serta maksuddari kata-kata yang terdapat dalam undang-undang, schingga interpretasi tidak lain adalahuntuk mcncmukan hukum (rechtsvinding).

I.si kontrak tcrutama ditcntukan oleh apa yang saling diperjanjrkan olch para pihak. Dcnganmcnafsirkan Pom)/ataan-pcmyataan tertentu, dalam hal ini trntuk mcncntukan maknanya, akanjclas tcrhad ap apa para pihak mcngikatkan diri. Mcngapa pcnafsiran dipcrlukan, fakta di lapanganmt:mbr:rikan pclajaran bcrharga, bctapa banyak scngkcta (i.c. scngketa komersial) justrtr munculkctika pclaksanaan kontrak. Scngkcta ini bcrawal manakala para pih.ak mcmpunyai pcngcrtianbcrbccla mcngt:nai pcrnyaLaan yang mercka pergunakan clalam kontrak. Mcmang pelaku bisnissangat paham clt:ngan proscs bisnis yang mcreka lakukan, namlrn pada saat proscs bisnis tcrscbutdittrangkan dalam bahasa kontrak dan dirancang oleh mcreka yang tidak paham aspck-aspckhukum kontrak, clapat dipastikan kontrak terscbut membuka pcluang tcrjadinya scngkcla.

Vicnyikapi koncljsi tcrscbut di atas, perlu diperhatikan faktor-faktor apa saja yang mcncntu-kan rnakna pcrnyataan-pcrnyataan yang diungkapkan dalam hubungan kontraktual para pihak.Ada dua kcmungkinan yang dapat dijadikan landasan dalam menentukan makna pcrnyataan-pcrnvataan tcrsebut, yaitu:a. Maksud yang melandasi pemyataan, dan

b. lslilah-istilah yang digunakan dalam pernyataan.

Instrumcn penting untuk mcnemukan makna pcrnyataan-pernyat'aan dalam hubungankontraktual para pihak, adalah mclalui "interpretasi". Interpretasi merupakan scbuah metode untukmtlncari atatt mcncmukan makna yang hakiki (sesungguhnya) dari suatu ketcntuan, peraturan,pt:rnyataan clan lain-lain. I)cndck kata interprctasi bcrtuju an"mencnriyang tersiral dariynng lersural",namLrn LrPayil ini bukan hal yang mudah untuk dilakukan sctiap orang, terlebih mereka yangawam hukum. Mcnurut Corbin,T interpretasi kontrak adalah proscs di mana scscorang mcmberikanmakna tcrhadap .suatu simbol dari ekspresi yang digunakan olch orang lain (baik bcrupa bahasaoral, tulisan maLrplrn pcrbr"ratan). Interpretasi kontrak ini harus dibcdakan dcngan konstrtrksikontrak. I)ada kontrak yang senantiasa dimulai dengan intcrpretasi bahasa yang digunakan(gramatikal), p.ost:s intcrprctasi berhcnti manakala sampai pada pencntuan hubungan hukumdiantara para pihak. Mcnurut A. Joanne Kellermann,8 penafsiran kontrak adalah pcnentuanmakna yang harus ditetapkan dari pcmyataan-pcrnyataan yang dibuat olch para pihak dalamkontrak dan akibat hukum yang timbul karenanya. I)engan demikian pemahaman komprchcnsiftcrhadap substansi kontrak sangat tergantung pada kemampuan dan penguasaan metode intcr-pretasi, dan tentunya hal ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang memang professional dibidangnya (i.c. para yuris).

Intcrpretasi scbagai suatu metode untuk menemnkan pemahaman yang utuh dan padu,bukanlah mcrupakan langkah mudah dan sederhana, namun lebih dari itu dibutuhkan pema-

a Paul Scholten, Mr. C. Asser L!ondleicling'Ibt De Beoefening ztnn IIct Netlerlnntlsch Burgertijk ll,echt: Algentccn Dcel,(tcrjemahan Siti Socmarti Ilartono), Cet. II, (Gadjah Mada University Press Yogyakarta 1993) 3-4.

5 FI.l'^.n. Vollmar, Pengonlor Stutli Llukum Podoln lititl I, Cet. II, Raiawali, Jakarta, 1992,h. 15.6Il.lr.A. Vollmar, llnknm Buulo Meiunrl KIJH Pertlotn, (terjemahan Chidir Ali), ('tarsito, Bandung 7990) 77.7 Ridwan Khairandy. Ilkotl llnik ilalanr Kebebasan Berklntrnk, FH IJI: Pascasar1ana,2003,277.8 tbid.

62

Page 14: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

haman komprehensif dan integratif terhadap konteks pemyataan, ketentuan atau aturan di-maksud. Dengan demikian proses menafsirkan bukanlah sekedar memaknai secara harfiahgramatikal, namun lebih dari itu pemahaman pada konteksnya dan berujung pada suatu kon-klusi yang tepat dan valid.

Prosedur sederhana yang dapat dijadikan pedoman unfuk menafsirkan pernyataan-pernyataan

para pihak, terkait "maksud" maupun "peristilahan" yurgdipergunakan, adalah sebagaiberikuhe

a. Pertama, gambaran para pihak berkenaan dengan hak dan kewajiban, kata-kata dalam per-nyataan tidak penting. Berarti interpretasi didasarkan pada "maksud" para pihak mengenaipenggunaaan istilah-istilah dalam kontrak yang mereka buat. Tidak menjadi masalah, apakah

istilah tersebut dimaknai sebagaimana lazimnya di rnasyarakat atau tidak. Disini "maksud"para pihak merupakan manifestasi kebebasan berkontrak dalam menentukan makna ber-dasar istilah yang dipergunakan, dan karenanya mengikat mereka;

b. Kedua, apabila gambaran yang berkenaan dengan hak dan kelvajiban tidak dapat ditunjuk-kan, artinya para pihak tidak sama pemahaman dan pengertian:rya terhadap "peristilahan"yang dipergunakan, maka pernyataan ditentukan oleh kepercayaan yang wajar dari per-nyataan tersebut. Kepercayaan yang wajar disini berarti menyerahkan penilajan makna "per-istilahan" tersebut kepada praktik di masyarakat-

Berbeda dengan BW lama, termasuk BW lndonesia yang mengatur tentanpi interpretasi dalam

bagian khusus (Bagian Keempat, Tentarrg Penafsiran Perjaniian, Pasal 1342-1351 BW), makaNBW tidak lagi mengatur secara khusus. Penghapusan ketentuan interpretasi dalam NBW karena

substansi pasal-pasal tentang interpretasi tersebut dianggap terlalu ulnum rLtrnusannya, sehingga

maknanya menjadi tidak tepat dan sulit untuk diterapkan. Namun demikian menurut ArthurS. Hartkamp dan Marianne M.M. Tillema masih terdapat beberapa prinsip umurn terkait inter-pretasi kontrak yang diterima dalam praktik penerapan interpretasi di pengadilan Belanda.lo

D. Faktor-Faktor Penentu Isi Kontrak: Faktor Otonom dan Faktor Heteronom

Faktor Otonom

Kontrak atau perjaniian obligatoir merupakan sarana utama bagi para pihak untuk men-ciptakan sendiri norrna-norma hukum yang akan menguasai tingkah laku mereka masing-masing.

Hak dan kewajiban yang timbul dari kontrak ditentukan oleh aPa yang saling diperjanjikan(dipertukarkan) oleh para pihak melalui pernyataan-pemyataan mereka. Makna pernyataantersebut, yang ditetapkan melalui interpretasi merupakan "faktor otonom" yang menentukanhak dan kewajiban para pihak.rt

Faktor otonom atau dikenal dengan "otonomi para pihak" $tartij autononrie) merupakan faktorutarna ata.r "faktor penentu primer"t2 dalam menentukan isi kontrak, artinya sifat serta luasnyahak dan kewajiban para pihak yang berkontrak dapat dilihat pada apa yang disepakati mereka.Sebagai faktor penenlu primer, faktor otonom menempati hirarki atau umtan utama untuk me-nentukan daya mengikatnya kontrak.

Landasan pemikiran bahwa faktor otonom merupakan faktor penentu primer yang ber-sumber pada diri para pihak, sebagaimana ditegaskan dalam Pasal 1338 (1) BW, bahwa "semuA

perjanjianyang dibuat secara sahberlaku sebagai wtdang-rntdangbaginrcreknyang membuatnya. " Menurutke-tentuan Pasal1338 (1) BW suatu kontrak mempunyai daya mengikat, dengan syarat kontrakitu dibuat secara sah. artinya dalam pembentukannya hanrs mernpefiatikan syarat satrnya kcrrUak

dalam Pasal 1320 BW 1335 dan 1.337 BW. Dengan kata lain, kontrak yang dibuat secara sah me-nurut ketentuan Pasal 1320 BW 1335 dan 1.337 BW, mempunyai kekuatatr mengikat yang sama

e J.H. Niewenhui+ Op.Cit., 38.r0 Ridwan Khairandy, Op.Cit., 226. Menurut pendapat saya dalam banyak hal prinsippriruip umum tersebut pada dasamya

masih sebangun dengan model interpretasi dalam sistem BW Indonesia.1r |.H. Niewenhuis, Op.Cit., 38.r2 "Faktor penentu primer" (faktor otonom) merupakan faktor penentu dalam upaya mengetahui keterikatan kontraktual

para pihak. Dalam sengketa kontrak, pembuktian serta pembenaran dalil-dalil para piha& pertama-tama dinilai pada 'opa yanE

dinyntokan para pihak dalam kontraknga' (otonomi para pihak; partij autonomie). Selanjutny4 apabila faktor otonom tidakmampu memberi jawaban penyelesaiannya, maka hakim wajib memperhatikan faktor sekundei (faktor heteronorn).

63

a

Page 15: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

t

dengan undang-undang. Undang-undang yang dimaksudkan l'asal 1338 (1) BW adalah ketentuantersebut mempunyai kualifikasi sebagaihukum yang bersifat memaksa bukan hukurn pelengkap.

Lebih lanjut Pasal 1339 BW menyatakan bahwa, "kontrnk tidak hanya mengikat Lmtuk hnl-hal

yang secara tegas dinyatakan di dalntnnyn, tetapi juga untuk segala sesuntu yang menurut sifat kontrak,

diharuskan oleh kepatutan, kebiasnan dan undang-undang." Secara a-contrario muatan materi Pasal1339 BW dapat disimpulkan telah memberi penegasan bahwa:

- Pertama, kontrak itu mengikat para pihak karena para pihak secara tegas memperjanjikannyasesuai dengan otonomi para pihak (faktor otonom-faktor penentu primer);

- Kedua, selain itu kekuatan mengikat kontrak juga didasarkan pada sifat kontrak, kepatutan,kebiasaan dan undang-undang (faktor heteronom-faktor penentu subsidair).

Dengan menganalisis ketentuan Pasal 1338 (1) dan (2) BW serta Pasal 1339 BW kekuatanmengikat kontrak memperoleh daya kerja yang menjangkau para pihak karena memang di-kehendaki oleh mereka. Konsekuensi yuridis kekuatan mengikatnya kontrak tersebut diakuisebagai faktor penentu primer (bahkan setara dengan undang-undang), sehingga tidak dapatdikesampingkan begitu saja oleh para pihak. Hal ini sebagaimana terdapat dalam rumLrsanPasal 1338 (2) BW yang menyatakan bahwa, "kontrak itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan

kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan y{tng ditentukan oleh undang-undang. Dengandemikian, menurut Pasal 1338 (2) BW ciaya mengikatnya kontrak yang didasarkan pada otonomipara pihak diakui dan semakin dipertegas kekuatan berlakunya terhadap para pihak. Penarikankembali kontrak yang telah dibuat oleh para pihak hanya dapat dilakukan melalui:

a. Kesepakatan para pihak untuk menarik kembali apa yang telah disepakati; atau

b. Undang-undang yang bersifat memaksa (duringend recht).

Bahkan apabila dianilisis secara mendalam temyata rumusan Pasal 1338 (3) BW yang me-nyatakan bahw+ "kontrak harus dilnkan*an dertgnn itikad baik" , jusiru dimaksudkan untuk mem-berikan penegasan mengenai daya mengikatnya kontrak yang didasarkan pada otonomi parapihak. Sehingga melalui intelpretasi yang sistematis-kcmprehensif terhadap muatan materiPasal L338 BW yang tersusun dalam tiga ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa kontrakmerupakan Proses lrang saling terkait satu dengan lainnya dalam satu sistem, mulai dari pem-bentukan kontrak sampai dengan pelaksanaan kontrak.

Faktor Heteronom

Kalatr faktor otonom bersumber dari diri para pihak sendiri Qtartij autortomie), unitkbersama-sama menentukan sifat serta luasnya hak dan kewajiban para pihak, maka sebaliknya faktorheteronom merupakan faktor yang bersumber dari luar para pihak. Faktor heteronom merupakan"faktor penentu subsidair"r3 yang menempati hirarki atau urutan setelah faktor otonom untukmenenhrkan daya mengikatnya kontrak.

Faktor heteronom yang merupakan faktor penentu subsidair untuk mmentukan daya meng-ikabrya suahr kontrak dapat diteluzuri pada rumusan Pasal 1339 BW yang menempatkan sifatkontrak, kepatutary kebiasaan dan undang-undang sebagai elemen-elemennya. Sementara itupasal lain yang dapat dirujuk untuk mengelaborasi faktor heteronom dalam kontrak yaitu Pasal1347 BW, yang menyatakaru " Syarat-syarat yang selalu diperjanji-kan merutrutkebiasaan, harus dianggap

telah termasuk dalam kontrak, walaupun tidak dengan tegas dimasulcknn dalam kontral(' . Rumusan Pasal1347 BW ini te*ait dengan syarat-syarat yang biasa diperianiikan (batandig gebruikcliik beding)yang juga berhubungan dengan sifat kontrak sebagaimana yang dimaksud Pasal L339 BW.Oleh karma itu tepatkiranya, apabila kedua pasal tersebut ditempatkan sebagai faktor heteronom(faktor penentu subsidair) yang menenhrkan daya mengikatnya suatu kontrak.

Dengan demikian apabila memperhatikan rumusan Pasal 1339 BW dan'1,347 BW, makafaktor heteronom yang merupakan faktor penentu sub-sidair untuk menentukan daya meng-ikahrya suatu kontrak, terdiri dari:

13 "Faktor penentu srbsidair" (faktor yang munorl di luat apa yang ditegaskan para pihak dalam kor,traknya),faktor penentu berikutnya dalam upaya mengetahui keterikatan kontraktual para pihak. Faktor peoentu subsidairapabila faktor otonom tidak mampu memberi iawaban penyelesaiannya.

merupakan'ini munorl

64

Page 16: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

a

(1) Syarat yang biasa diperjanjikan (bestandig gebruikelijk beding);

(2) Kepatutan;

(3) Kebiasaan; dan

(4) Undang-undang.

pertanyaan kritis yang dapat diajukan terhadap urutan faktor heteronom di atas, apakah

urutan ini menunjukkan hirarki berlakunya elemen-elemen tersebut dalam menilai daya meng-

ikatnya kontrak? Artinya, apakah syarat yang biasa diperjanjikan (bestcndig gebruikeliik beding)

lebih unggul dibandingkan kepatutan, kepatutan lebih unggul dibandingkan kebiasaan, demikian

seterusnya, atau ini sekedar penempatannya saja. Untuk itu akan dibahas masing-masing

elemen dalam uraian berikut.

Undang-UndangKetentuan hukum yang mengafur bidang keperdataan, khususnya hukum kontrak, lebih

banyak dicirikan dengan sifatnya yang mengatur dan melengkapi(regelend redtt; aanaullend recht).

Sebagairnana diketahui, materi muatan Buku LII BW (Tentang Perikatan) didominasi aturan

yang bersifat menambah atau melengkapi. Hal itu sejalan dengan sifat terbuka buku trI yang

menganut azas kebebasan berkontrak (otonomi para pihak). Yang dimaksud dengan aturan

yang be.sifat menambah atau melengkapi (nnnaullend recht) dicirikan dengan sifatnya yang

subsiaul.. Sifat subsidair ini dimaksudkan untuk memberikan "jalan keluar" melengkapi

hubungar-r kontraktual para pihak apabila mereka tidak mengahrmya.

Namun demikian, tidak dapat disimpulkan bahwa seluruh ketentuan Buku III BW bersifat

menambah atau melengkapi (aanaullend recht). Ada beberapa pasal dalam Buku III BW yang

materi muatannya bersifat memaksa, antara lain Pasal 1320, 1335, 7337 dan 1339 BW. Melalui

aturan yang bersifat memaksa tersebut, undang-undang mernbatasi otonomi para pihak. Artinya,

dalam mencipta hubungan kontraktualnya, pata pihak tidak dapat rnengesamPingkan aturan

hukum yang bersifat rnemaksa.

Dengan demikian, meskipun undang-undang merupakan faktor heteronom terkait dengan

daya mengikatnya kontrak, namun mempunyai pengaruh terhadap eksistensi kontrak dalam

dua aspeh vaitu:

a. Undang-undang bersifat memaksa (dwingenil recht)

Terhadap ketentuan undang-undang yang bersifat memaksa, otonomi para pihak (faktor

otonorn) harus tunduk. Ketentuan tersebut tidak dapat disimpangi para pihak dengan cara

a1)a pun. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan membawa konsekuensi pada batabrya

kontrak yang dibuat Para Pihak.Pcrr-rbatasan otonomi para pihak oleh undang-undang yang bersifat memaksa diclasarkan

pada berbagai motif, misal Pasal23 AB (Algemene Bepalingenl memberikan kekuatan memaksa

kepada semua undang-undang yang berhubungan dengan ketertiban umum dan kesusilaan.

Derlikian hal dengan beberapa substansi Buku III BW, antara lain Pasal 1,667 BW membatasi

kemungkinan penghibahan (sclrenking)yang dilakukan oleh orang yang terlalu murah hati

atau suka memberi (arijgnigheid), hanya sebatas barang yang sudah ada. Demikian pulapasat 1601 huruf L yang memberikan perlindungan pada pihak yang secara ekonornis lemah

(buruh) terhadap dorninasi majikan-l4

b. Undang-undang bersifat menambah atau melengkapi (aanaullcnd recht)

Sesuai dengan sifabnya yangmenambal-r atau melengkapi, apabila berhadapan dengan'syarat

yang biasa cliperjanjikan' atau kebiasaan, maka undang-undang harus mengalah.

Virit, dalam kontr:ak sewa menyewa, mengenai perbaikan kecil apabila para pihak tidak

mengafurnya, maka Pasal 1583 BW menetapkan penyewa sebagai pihak yang harus ber-

tanggung jawab. Demikian pula dalam kontrak jual beli, apabila tidak diperjanjikan maka

menurrt Pasal7476 BW penyerahan barang menjadi tanggung jawab penjuaf sedang PenS-ambilan barang menjadi tangung jawab pernbeli'

t+;.H. Niewenhuis, Op.Cit., 3.

65

Page 17: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

Kebiasaan

Hubungan hukum yang terjalin antar anggota masyarakat terutanra diserahkan kepaclapara pihak serta praktik dan kebiasaan yang berlaku di antara mereka. Demikian ptrla, kontrakyang dibuat oleh para pihak tidak hany'a rnengikat unhrk apa yang telah mereka sepakati nrelainkanjuga dipengaruhi aspek-aspek lain, i.c. kebiasaan, artinya kontrak juga nrengikat berdasarkanhrntutan kebiasaan. Pada aspek ini hubungan antara kebiasaan dan hukum memperoleh pene-gasan Pasal 1339 BW yang menyatakan bahwa, "kontrak tidak lunya mengiknt untuk hal-hai yrrgsecara tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segaln sesuntu yang menurti sifut kontrak, dihantskcmoleh lcepatutan, kebinsam dan undang-undang." (garis bawah oleh saya).

Kebiasaan bermakna cara atau tingkah laku yang umum diikuti dalarn pelaksanaan suatujenis kontrak tertentu di dalam wilayah atau bidang usaha tertentu. Selanjutnya cara atatr tingkahlaku tersebut diikuti dalam praktik sebagai kewajiban hukum, tirtak menjaii soal apaka6 parapihak bermakzud mengikuti kebiasaan tersebut (mengetahui atau tidak mengetahui a.lanyi ke-biasaan teisebut). Dengan demikiarl kebiasaan ditekankan pada garis tingk"ah lak. ,Jalam pe-Iaksanaan kontrak.rs

Menurut Scholteryt6 pada umumnya orang beranggapan, bahwa kata-kata dari suatu ke-sanSSuPan harus ditafsirkan sedemikian rupa seperti yang 'dapat dan mungkin'r7 ciiterima olehorang kepada siapa kesanSsuPan itu ditujukan. Bulanny, up" yur,g dimaksud oleh orang yalgberjanji melainkan aPa yar.1 oleh orang lain itu dapat ut"o-...,gkin dianggap dirnaksudkanoleh orang yang berjanji itu (kriteria obyektif). Lebih lanjut ScholtenB me"n"plast ar-r, arti darikata-kata menurut percakapan sehari-hari menjadi pegangan, harapan-ha.rpun yang bersandarpada arti dari kata-kata itu harus dijadikan kenyataan. Melalui kebiasaan, luasnya kewajiban-kewajiban yang lahir dari suatu pernyataan dapat ditentukan dengan -".,y"iidiki luasnyajangkauan dari kata-kata yang dipergunakan. Setiap kontrak yu^g *""r.,rrut hukum merrgikat,dapat dilihat dari dua sudut pandang:- Pertama, menurut arti individualnya (apa yang dimaksudkan oleh yang berjanji?);- Kedua, menurut fungsi kemasyarakatannya (apakah sifat kontrak ini sebag ai gejala dalam

hubungan kemasyarakatan?).

Keduanya, baik menurut arti individualnya maupun fungsi kemasyarakatannya bersama-sama menentukan isinya. Para pihak bebas unhrk mengatur rer,airi

^puyungmereka kehendaki,

akan tetapi sepanjang mereka tidak mengatumya, maka kontrak dilam kata-katanya akan dj-pahami menurut arti umum dari kontrak sejenis (kebiasaan).

t menyangkut tingkah laku semua anggota masyarakattetapi yang lehih sering adalah menyangkut tingkah lakusuatu kelompok tertentu (i.c.kelompok yang dipersatukan

ahaan). Daya mengikat kontrak yang bersumber dariperson-person di dalam lingkungan di mana ja berlaku,hukum yang harus dipatuhi. Tanpa keyakinan umum

ini, kebiasaan sebagai sumber hukum tidak akan *"rnp,rr,yui makna sama sekaii.Misal kebiasaan sebagaimand n perburuhan (kontrak kerja),

meskipun dalam kontrak tidak ada p"t"4u membersihkan tempatkerjanya, namun sudah menjadi keb ai maica lazimnya pekeria wijib

juga diahrr dalam keterrtuan pasal 1503rj ann yan g diprjanjikan manurut ketnan4t u nnny an yang harus dilakulcon tidak dirumusknn dalant

h kebiasaan. (garis bawah oleh saya).

'5 Ibid., 41.16 Paul Scholtm, Op.Cit., 143-145.rz dmgan nrmikarrkan pada kata 'dapnt dan murgkin'Sctrolten memberikan pedoman bahwa, daya mengikatnva kontrakmenurut kebiasaan bersandlrkan pada kriteria obyek"tif.,t lbid.

66

D Periksa A. Pitlo, Hukum Perdala, alih bahasa M. Moerasad, (Intermas4 lakarra 1979) s6.

Page 18: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

MenurutPitro,2odavamenciptakanhukumt:;::i:,nif l"illlff ffiPl:ill*:llila adalah sumber hukum yang harus dipatuhi'

berarti aPa-aPa dan kehilangan fundamennya'

hukum berlandasan pada geiala yang sama'

yaihr kepercayaan massa, bahr,a demikianlah seharusnya' oleh karena itu kebiasaan tidak ber-

ada di bawah ,rr,a*g-rr,dang, bahkan dalam kondisi tertentu, undang-undang sebaliknya

harus mengalah Pada kebiasaan'

Syarat yang biasa diperianjik an (bestondig gebruikeliik beilingl

biasaan, sebagai berikut:

"kebiasaandapnt dilukiskansbagaigais anltan-

peqaniian tertmtu telahbiasa uniuk terus h suatu

' janiibahwa orang dalam membuat periani

Mencermatipendapatdiatasmengenai ilpedoman

bahwa kebiasaan ditekankan pada garis t

diperjaniikan'n'syarat Yangki lebih tinggi

ambah (aanaullend),kebiasaan mauPun kepatutan'

Kepatutan

MenurutRutte&2ameskipundemikianharusdiakuibahwakalauadapertentanganantara

sifat menambah dengan kebiasaan atau'syarat

20 Ibid.t4.n tersebut sebagaimana dikutip oleh purwahid Patik, Dasar-Dasar blukum -Perikalan'

(Mandar

Maiu, g. padu dasarirya pJi;t":f ;;;";';;;;a*g;i "p' vans dikemukakan Pitlo' scholten

dan |.:-r;.H. Niewenhuis, Loc. Cit.2. J. Satrio, Op.Cit., 385.

67

Page 19: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

pkali disandingkan dengan itikad baik, artinya dayake.selarasan antara kepatutan dan itikad baik. pendapatbcgril) antara Pasal 1338 (3) BW dan pasal 13gg BW,dalarr pelaksanaan konhak tidak lain adalah menafsir-

kan kontrak berdasar keadilan dan kepatutan.2s Dengan demikian menurut pitlo,26 terdapathubungan erat arrtara ajaran itikad baik dala n pelaksinaan kontrak dengan teod kepercnyur^pada saat pembentukan kontrak.

Hoge Raad memperkuat pandangan adanya htrbr-rngan antara itikad baik clal kepatutantersebut melalui putusannya tanggal 9 Febrtrari 1923, NJ. 7923,h.6762? dan putusan tanggalL1 Januari 7924,28 bahwa hakim setelah menguji berdasarkan kepatutan suatu iontrut, t"..,|ututidak irikad baik), makaberar susilaan.,, puhrsanHoge

- an dalam pelaksa_naan kontrak' Bahkan dalam banyak kasus, kepatutan (senantiasa) dihubungkan dengan"ketertiban Llmum dan kesusilaan", karena for uiasinya secara tepat tidak ada rumrrsannya.Sehingga dengan memperhatikan fungsi kepatutan tersebut di atas, maka dapat disimpuJkan hirarkidaya mengikatrya konhak yang bersumber kepah-rtan berada pada urutan- terbawah.2e

Dengan demikian, PeneraPan berbagai faktor yang menentukan claya mengikatnya kontrak(isi perjanjian) dapat ditentukan menurut hirarki atau umtan, sebagai bcriklt:o' Pertann, isi kontrak ditenfukan berdasarkan faktor otonom (otonomi para pihak), kecuali

apabila berhadapan dengan undang-unclang yang bersifat memaksa, maka'faktor otonomharus mengalah.

b' Kedua, isi perjanjian ditentukan berdasarkan faktor heteronom, dengan urutan:(1 ) syarat yang biasa diperjanjika n (bestmdi g gebruikerij k beiting);(2) Kebiasaan;

(3)Undang-undang yang bersifat menambah atau melengkapi (aanaullend recht);(4) Kepatutary dengan catatan apabila mengikuti pola pikir NBW30 maka kepatutan tlitempat-

kan secara sejajar dengan undang-undang ying bersifat memaksa.

E. PenutupDen anjian) terhadap sifat serta luasnya

hak dan taiikan daya ke4a perhrkaran hakdan kew unfuk memahami kontrak, metodePenentuan i si, faktor otonom, dan faktor heteronom), maka lebihlanjut dapa pertukaran hak dan kewajiban dalam hubungankontraktual

6airness).

Daftar Bacaan

Hemoko, Agus Yudha-, HufumPerjanjian Asos Proporsionalitas Dalam KontrakKomersial,Cet. Keenrpat(Kencana Prenada Media Group Jakarta 2014)

Khairandy, Ridwan, Itikad Baik ilalam Kebebasan Berkontrak, FH UI: pascasarjana, 2003.

pelalaanaan Aontrak harus menurut itikad baik berarti perjanjian han:s <lilaksanakangr-r billillhe_i9". lstilah tersebur disamakan dengan "nen,r*ttyurat-syarat budi dandilan". P.L. Werry, Perkembangan Hukum Tentan[ Iukad aaik di trietherl#d, ll,ercetakan

b Purwahid Pabilg Op.Gt., 62.n P.L. Werry, Loc. Cit.28 lbid.

68

Page 20: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

Niewenhuis, J.H., Pokok-Pokok Hukum Perikatm, (Ieriemahan Diasadin Saragih), Surabaya, 1985.

Etlo, A., Hukum Pcrdata, alih bahasa M. Moerasa4 (InErmasa, Jakarta 7979)

Satrio, J., Hukum Perjanjian, (Citra Aditya Bakti, Bandung 1992).

Scholten, Paul, Mr. C. Asser Handlelding Tot De Beufening aan Het Nederlandsch Burgerlijk Recht:

Algemeen Deel, (terlemahan Siti Soemarti Hartono), Cet. II, (Gadjah Mada University Press,

Yogyakarta, 1993)

Vollmar, H.F.A., Hukum Benda Menurut KUH Perdata, (terjemahan Chidir Ali), Tarsito, Bandung,1990.

Pengantar Studi Hukwn Perdata lilid t Cet. n, (Rajawali, lakafia 7992)

Werry, P.L., Perkembangan Hukum Tentang ltikad Ba* di Netherland, Percetakan Negara RI, Jakarta1990).

69

Page 21: APIl - repository.unair.ac.idrepository.unair.ac.id/87636/1/12. Metode Penentuan isi kontrak... · APIl K K.r:, r-crl

?

c-

HARMONISASI HUKUM DALAM BISNIS SEPARO SYARIAHLAW HARMONIZATION IN IIALF SHARIA BUSINESS

Abd Shomad'

A. IntroductionNational banking system recognize two types of bank, which are conventional bank and,

sharia bank2. Tradition function of bank is as intermediary institution which is accompanied

also by other function such as social function in sharia banking field.

Pursuant to article 2law no.21. year 2008 conceming Sharia Banking, Sharia Banking inconductilg business is based on Sharia Principle+ economic democracy, and prudential principle.Then, in Article 3 stated that the objectives of Sharia baking is to support the implementation

of national clevelopment in the framework of improving justice, cooperation, and the people's

welfare equitable distribution. Furthermore, Article 4 stated that The Sharia bank and UUS

have the obligation to execute its functions to mobilize and distribute public func'ls. They may

conduct social functions in the form of baitul mol instifution, receiving fund frorn "zakat","infaq", "shodaqoh", grarrt, or other social funds and distribute it to a "zakat" managingorganization. They also may raise social fund originating from "waqaf" money and distrib-uted it to "waqaf" management (nazhir) according to the will of the "waqaf" (zoakifl donator. While

those social function execution shall be according to the provisions of lalvs and regulations.

Pursuant to Article 2 of BankingLaw, Bank is a corporate entity mobilizing funds from

thepublicin the forms ofDeposits ahd channeling them to the public in the forms of Credit and/or other forms in

order to improve the living standards of the corunon people. As a finance institution, bank has

I Guru besar Fakultas Hukurn UNAIR

wtrich isbased onbased onparty (ijarah wa iqtina).