Upload
zhi-siwu
View
275
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Suatu gejala penyakit dapat merupakan indikasi dari suatu
penyakit yang akan diderita. Setiap orang wajib menjaga kesehatannya
masing-masing, tetapi pada kenyataannya banyak sekali orang yang lupa
atau bahkan meremehkan gejala penyakit yang dideritanya. Maka
dengan adanya kemajuan teknologi saat ini, suatu penyakit akan
terdeteksi dengan lebih cepat melalui gejala-gejala tersebut. Tidak hanya
hal tersebut, dalam hal proses diagnosa dikenal dengan adanya uji tes
darah di laboratorium untuk mengetahui jenis penyakit yang diderita
oleh pasien secara pasti.
Seiring perkembangan teknologi, dikembangkan pula suatu
teknologi yang mampu mengadopsi proses dan cara berpikir manusia
yaitu teknologi Artificial Intelligence atau Kecerdasan Buatan. Sistem
pakar merupakan program komputer dapat meniru proses pemikiran dan
pengetahuan pakar untuk menyelesaikan suatu masalah yang spesifik.
Implementasi sistem pakar banyak digunakan untuk kepentingan
komersial karena sistem pakar dipandang sebagai cara penyimpanan
pengetahuan pakar dalam bidang tertentu ke dalam suatu program,
sehingga dapat memberikan keputusan dan melakukan penalaran secara
cerdas. Dengan adanya teknologi mobile communication seperti
sekarang ini, maka penyajian informasi akan lebih cepat dan mudah.
Kesehatan organ hati sangat penting maknanya bagi tubuh
manusia. Hati sebagai organ yang memiliki tugas utama sebagai penetral
racun ditubuh menjadikan racun-racun yang selama ini masuk melalui
tubuh kita dari makanan atau lingkungan mampu dinetralisir oleh hati.
Manusia tidak akan hidup tanpa organ hati tersebut. Salah satu penyakit
yang menyerang hati adalah Hepatitis yang terdiri atas berbagai macam
tipe. Kebutuhan informasi yang cepat dan tepat dari seorang pakar
kesehatan atau dokter spesialis penyakit dalam sangatlah dibutuhkan.
Hal inilah yang mendorong pembangunan sebuah sistem pakar diagnosa
Hepatitis untuk diwujudkan. Penanganan solusi kesehatan Hepatitis
akan sangat banyak membantu terutama dalam hal menjaga kesehatan
hati yang mungkin selama ini diabaikan oleh orang-orang. 2
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut diatas, dalam
pengerjaan proyek akhir ini timbul permasalahan yang akan dihadapi
yang diantaranya adalah :
1. Mendiagnosa penyakit Hepatitis melalui penerapan sistem pakar
berdasarkan input gejala maupun hasil tes darah.
2. Mengimplementasikan metode Certainty Factor guna proses
diagnosa penyakit Hepatitis.
3. Menggunakan teknologi J2ME (Java 2 Micro Edition) sebagai
media untuk mengimplementasikan aplikasi tersebut ke dalam
mobile device yang ada guna penyajian informasi secara optimal.
1.3 BATASAN MASALAH
Batasan yang digunakan acuan pada pembuatan proyek akhir
ini yaitu :
1. Mendiagnosis suatu penyakit berdasarkan gejala-gejala fisik yang
diderita ditambah dengan uji tes darah.
2. Penyakit yang akan didiagnosis adalah penyakit Hepatitis A,
Hepatitis B dan Hepatitis C.
3. Input berupa gejala-gejala penyakit Hepatitis yang menyerang
pasien dan hasil tes darah guna akurasi diagnosa.
4. Output berupa identifikasi kemungkinan jenis penyakit Hepatitis
yang menyerang pasien serta nilai kepastian terhadap penyakit
tersebut. Ditambahkan pula langkah-langkah sehat berupa terapi
dan pengobatan sederhana.
5. Spesifikasi aplikasi yang dibuat adalah J2ME Profile ; MIDP 2.1
dan J2ME Configuration ; CLDC 1.1
6. Perhitungan menggunakan metode faktor kepastian (certainty
factor) yang menunjukkan ukuran kepastian terhadap suatu fakta.
7. Representasi pengetahuan yang digunakan adalah sistem pakar
berbasis rule dan dalam penalaran menggunakan metode backward
chaining.
8. Terbatas pada sumber pengetahuan yang didapat, baik dari pakar
maupun dari buku dan sumber lain mengenai penyakit Hepatitis.3
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
1.4 TUJUAN PROYEK AKHIR
Proyek akhir ini bertujuan untuk membangun sebuah sistem
berbasis pengetahuan kedokteran dalam mendiagnosa penyakit Hepatitis
yang dapat ditampilkan dalam perangkat mobile, sehingga alasan
efisiensi waktu dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan kesehatan
dapat teratasi.
1.5 METODOLOGI
Dalam pengerjaan proyek akhir ini meliputi langkah-langkah
sebagai berikut :
Studi Literatur
Pada tahap ini akan diadakan studi literatur tentang diagnosa
hepatitis, pemrograman J2ME dan implementasi inference engine
menggunakan metode Certainty Factor serta pengumpulan data
pendukung yang dibutuhkan. Pada pengembangan aplikasi ini
akan menggunakan software Netbeans sehingga dilakukan studi
literatur tentang software ini.
Pengumpulan Data
Data-data atau informasi yang diperoleh adalah secara langsung
dari seorang pakar dalam hal ini adalah dokter spesialis penyakit
dalam. Teknik pengumpulan data ini adalah sebagai berikut :
a. Metode Interview
Metode wawancara (interview), wawancara atau tanya
jawab langsung dengan pihak-pihak terkait dalam hal ini
seorang dokter spesialis penyakit dalam, guna
mendapatkan data yang tepat sehingga perancangan sesuai
dengan tujuan semula.
b. Metode Kepustakaan (Library Research)
Metode Kepustakaan (Library Research), mengumpulkan
data-data yang diperoleh dengan cara mengumpulkan data
melalui buku-buku dan sumber-sumber lain (internet)
yang relevan dengan permasalahan yang dihadapi, dalam
hal ini tentang jenis-jenis penyakit Hepatitis dan gejalagejalanya.
Perancangan Sistem
Perencanaan pembuatan sistem meliputi perencanaan sistem
pakar dalam perancangan sistem diagnosa menggunakan metode
Certainty Factor.4
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
Persiapan Data
Data-data penunjang yang didapatkan berupa suatu kesimpulan,
fakta-fakta dan aturan yang mengatur proses pencarian data yang
saling berhubungan satu sama lain disimpan ke dalam basis data
RMS (Record Management System) sebagai media penyimpanan.
Pembuatan program komputer yang meliputi pembuatan
antar muka dan mesin inferensi.
Dalam pembuatan program, terlebih dahulu dibuat desain antar
muka antara lain mengenai menu utama, konten dan form serta
link untuk sistem navigasinya. Kemudian koneksi database dan
implementasi sistem pakar melalui metode yang sudah
ditetapkan. Sehingga aplikasi dapat menampilkan sistem pakar
tersebut ke dalam perangkat mobile.
Pengujian dan Analisa
Pengujian dan analisa dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana sistem yang dibuat pada proyek akhir ini dapat berfungsi
sesuai dengan proses sistem yang diharapkan. Hasil yang
dianalisa adalah data-data berupa hasil diagnosis jenis penyakit
hepatitis dan nilai CF (Certainty Factor) yang dihasilkan.
Simpulan
Dibuat kesimpulan dari pengujian sistem proyek akhir dengan
membandingkan apakah hasilnya seperti yang diharapkan pada
tujuan proyek akhir sebelumnya.
Pembuatan Laporan
Membuat dokumentasi dari semua tahapan proses diatas berupa
laporan yang berisi tentang dasar teori, hasil proyek akhir dan
hasil analisa.
1.6 SISTEMATIKA PEMBAHASAN
Sistematika pembahasan yang akan diuraikan dalam buku
laporan proyek akhir ini terbagi dalam beberapa bab yang akan dibahas
sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjelaskan mengenai latar belakang masalah,
permasalahan beserta batasan-batasan masalah yang 5
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
digunakan, tujuan, metodologi serta sistematika
pembahasan proyek akhir ini.
BAB II DASAR TEORI
Bab ini berisi dasar teori kecerdasan buatan dan sistem
pakar untuk melandasi pemecahan masalah serta teori-teori
sehubungan dengan metode Certainty Factor yang
digunakan dalam penyelesaian masalah. Terdapat pula dasar
teori mengenai Java 2 Micro Edition (J2ME) sebagai
teknologi yang digunakan dalam pembuatan proyek akhir
ini untuk mengimplementasikannya pada mobile device.
BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PERANGKAT
LUNAK
Bab ini membahas tentang perancangan umum maupun
uraian lebih lanjut mengenai perancangan sistem dalam
pembuatan perangkat lunak. Uraian perancangan sistem ini
meliputi perancangan input dan output sistem, perancangan
proses mengenai bagaimana sistem akan bekerja dengan
proses-proses tertentu, maupun perancangan antar muka
dalam desain dan implementasi yang akan digunakan dalam
pembuatan proyek akhir ini.
BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA
Bab ini menjelaskan tentang pengujian sistem. Pengujian
sistem secara umum akan membahas mengenai lingkungan
uji coba dalam penggunaan sistem ini. Selanjutnya secara
lebih terperinci dijelaskan dalam pengujian sistem meliputi
skenario pengujian oleh user, beserta langkah-langkah
dalam uji coba sistem. Dari seluruh hasil uji coba tersebut,
kemudian dianalisa kembali apakah telah sesuai dengan
tujuan pembuatan pada bab I.6
Aplikasi Diagnosis Penyakit Hepatitis Menggunakan J2ME
Dengan Metode Certainty Factor
BAB V PENUTUP
Bab ini berisi simpulan yang telah didapatkan dari hasil uji
coba sistem dan analisanya mengenai keterkaitan dengan
tujuan pembuatan sistem, dan selanjutnya akan
dikemukakan saran-saran mengenai penggunaan sistem
serta bahan masukan dari penulis bagi rencana
pengembangan proyek akhir untuk masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
Pada bagian ini berisi mengenai referensi – referensi yang
telah dipakai oleh penulis sebagai acuan dan penunjang
serta parameter yang mendukung penyelesaian proyek akhir
ini baik secara praktis maupun secara teoritis.
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-12126-7406030004-Chapter1.pdf
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Hepatitis B adalah salah satu penyakit menular berbahaya yang dapat
menyebabkan Kejadian Luar Biasa (KLB) dan termasuk masalah kesehatan
masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Penyakit Hepatitis B juga merupakan
infeksi virus yang paling banyak tersebar dan dapat menimbulkan infeksi yang
berkepanjangan, sirosis hati, kanker hati hingga kematian.
Penyakit Hepatitis B disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang bersifat
akut atau kronik dan termasuk penyakit hati yang paling berbahaya dibanding dengan
penyakit hati yang lain karena penyakit Hepatitis B ini tidak menunjukkan gejala
yang jelas, hanya sedikit warna kuning pada mata dan kulit disertai lesu. Penderita
sering tidak sadar bahwa sudah terinfeksi virus Hepatitis B dan tanpa sadar pula
menularkan kepada orang lain (Misnadiarly, 2007).
Penyebaran penyakit Hepatitis B sangat mengerikan. Menurut World Health
Organization (WHO) Tahun 1990 diperkirakan satu biliun individu yang hidup telah
terinfeksi Hepatitis B, sehingga lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia terinfeksi,
dan 1-2 juta kematian setiap tahun dikaitkan dengan VHB. Pada Tahun 2008 jumlah
orang terinfeksi VHB sebanyak 2 miliar, dan 350 juta orang berlanjut menjadi pasien
dengan infeksi Hepatitis B kronik (Shulman, 1994).
Kelompok pengidap Hepatitis kronik yang ada di masyarakat, sekitar 90
persen diantaranya mengalami infeksi saat masih bayi. Infeksi dari ibu yang
mengidap virus Hepatitis B bisa terjadi sejak masa kehamilan hingga bayi mencapai
Universitas Sumatera Utarausia balita. Infeksi juga bisa terjadi saat ibu munyusui karena terjadi kontak luka pada
puting ibu sehingga menjadi jalan mudah masuknya virus Hepatitis B (Budihusodo,
2008).
Berdasarkan data WHO Tahun 2008, penyakit Hepatitis B menjadi pembunuh
nomor 10 di dunia dan endemis di China dan bagian lain di Asia termasuk Indonesia.
Indonesia menjadi negara dengan penderita Hepatitis B ketiga terbanyak di dunia
setelah China dan India dengan jumlah penderita 13 juta orang, sementara di Jakarta
diperkirakan satu dari 20 penduduk menderita penyakit Hepatitis B. Sebagian besar
penduduk kawasan ini terinfeksi VHB sejak usia kanak-kanak. Sejumlah negara di
Asia, 8-10 persen populasi orang menderita Hepatitis B kronik (Sulaiman, 2010).
Ningsih (2010) mengatakan bahwa mayoritas pengidap Hepatitis B terdapat di
negara berkembang. Di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(Riskesdas) Tahun 2007, prevalensi penduduk yang pernah terinfeksi virus Hepatitis
B adalah sebesar 34% dan cenderung meningkat karena jumlah pengidapnya terus
bertambah terlebih lagi terdapat carrier atau pembawa penyakit dan dapat menjadi
penyakit pembunuh diam-diam (Silent Killer) bagi semua orang tanpa kecuali. Di
pedesaan penyakit Hepatitis menduduki urutan pertama sebagai penyebab kematian
pada golongan semua umur dari kelompok penyakit menular, sedangkan di daerah
perkotaan menduduki urutan ketiga.
Imunisasi merupakan suatu upaya pencegahan yang paling efektif untuk
mencegah penularan penyakit Hepatitis B. Di Indonesia program imunisasi Hepatitis
B dimulai pada Tahun 1987 dan telah masuk ke dalam program imunisasi rutin secara
nasional sejak Tahun 1997. Pada Tahun 1991 Indonesia dinyatakan telah mencapai
Universitas Sumatera UtaraUniversal Child Immunization (UCI) secara nasional, akan tetapi tetap saja masih ada
ditemukan kasus penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) seperti kasus
Hepatitis. Kasus penyakit Hepatitis B masih ada ditemukan di beberapa desa terutama
desa dengan cakupan imunisasi Hepatitis B rendah khususnya imunisasi Hepatitis B
(0-7 hari) (Anwar, 2000).
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2008, cakupan imunisasi
Hepatitis B 0-7 hari di Indonesia sebesar 59,19% (Depkes RI, 2009). Berdasarkan
Profil Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2008 jumlah kasus Hepatitis
B di Sumatera Utara adalah sebanyak 48 kasus sedangkan pada Tahun 2009 jumlah
kasus Hepatitis B di Sumatera Utara adalah sebanyak 64 kasus. Ini berarti
menunjukkan adanya kenaikan kejadian Hepatitis B.
Hasil laporan bulanan imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Aek Habil Kota
Sibolga Tahun 2009 didapatkan jumlah bayi yang mendapatkan imunisasi Hepatitis B
sebanyak 295 bayi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1.1 Hasil Laporan Bulanan Imunisasi Hepatitis B di Puskesmas Aek
Habil Kota Sibolga Tahun 2009
N
o
Kelura
han
Sasaran
Bayi
Bayi yang Mendapat Imunisasi Hepatitis B ( 0-7 Hari)
Jlh %
Jan
Fe
b
M
a
r
Ap
r
Me
i
Jun Jul
Ag
t
Se
p
Ok
t
Nov
D
e
s
1
Aek
Habil
200 8 8 0 5 14 5 12 11 10 10 15 0 98 49,0
2
Aek
Manis
183 7 10 0 6 13 6 12 10 12 10 10 0 96 52,5
3
Aek
Parom
bunan
194 7 7 0 3 2 2 10 11 13 15 0 0 70 36,1
4
Aek
Muara
Pinang
146 8 5 0 2 1 0 5 3 2 5 0 0 31 21,2
Sumber : Profil Puskesmas Aek Habil Kota Sibolga Tahun 2009
Universitas Sumatera UtaraPada Tabel 1.1 menunjukkan (1) di Kelurahan Aek Habil Kecamatan Sibolga
Selatan sasaran bayi yang diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 200 orang, yang
diimunisasi hanya 98 orang (49,0%), ini berarti ada sebanyak 102 orang (51%) yang
tidak diimunisasi, (2) di Kelurahan Aek Manis Kecamatan Sibolga Selatan sasaran
bayi yang diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 183 orang, yang diimunisasi 96
orang (52,5%), ini berarti ada sebanyak 87 orang (47,5%) yang tidak diimunisasi, (3)
di Kelurahan Aek Parombunan Kecamatan Sibolga Selatan sasaran bayi yang
diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 146 orang, yang diimunisasi 70 orang
(36,1%), ini berarti ada sebanyak 124 orang (63,9%) yang tidak diimunisasi, (4) di
Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan sasaran bayi yang
diimunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 146 orang, yang diimunisasi 31 orang
(21,2%), ini berarti ada sebanyak 115 orang (78,8%) yang tidak diimunisasi.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa Kelurahan Aek Muara Pinang
adalah kelurahan dengan cakupan imunisasi Hepatitis B terendah yaitu sebesar
21,2%. Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan termasuk wilayah
kerja Puskesmas Aek Habil. Menurut Petugas Imunisasi Puskesmas Aek Habil
Sibolga hal ini terkait dengan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang penyakit
Hepatitis B. Selain itu ibu merasa takut untuk mengimunisasikan bayinya karena bila
diimunisasi anaknya akan demam terutama bila imunisasi diberikan 12 jam setelah
bayi lahir.
Data Monografi Kelurahan Aek Muara Pinang Tahun 2009, diperoleh
Kelurahan Aek Muara Pinang memiliki jumlah penduduk 6.728 jiwa. Jumlah ibu
yang mempunyai bayi berusia di bawah 12 bulan adalah sebanyak 67 orang dengan
Universitas Sumatera Utaramata pencaharian kepala keluarga mayoritas nelayan dan rata-rata ibu tidak bekerja.
Kelurahan Aek Muara Pinang mempunyai 4 posyandu. Kegiatan posyandu ini
didukung oleh peran serta kader posyandu sebanyak 20 orang akan tetapi tetap saja
para ibu tidak datang membawa bayinya untuk diimunisasi.
Sebagian besar suku masyarakat di Kelurahan Aek Muara Pinang adalah Suku
Nias. Ada kebiasaan masyarakat di kelurahan tersebut apabila ada ibu ingin bersalin
maka pertolongan persalinan dibantu oleh dukun tidak terlatih. Akibatnya sering kali
imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari tidak diberikan sehingga berdampak pada
penurunan cakupan imunisasi Hepatitis B.
Daerah geografi tertentu juga berhubungan peningkatan VHB misalnya
daerah pesisir. Kelurahan Aek Muara Pinang merupakan daerah pesisir. Daerah
pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60%
masyarakat Indonesia bermukim di kawasan pesisir. Salah satu karakteristik daerah
pesisir adalah memiliki kepadatan penduduk yang tinggi dan sangat identik dengan
lingkungan sanitasi yang buruk. Hal ini dapat menyebabkan timbulnya berbagai
macam penyakit menular di antaranya penyakit Hepatitis B (Shulman, 1994).
Menurut Azwar (1999), salah satu faktor yang menentukan timbulnya kasus
Hepatitis B adalah ciri/karakteristik manusia seperti pengetahuan, pendidikan,
pekerjaan, status perkawinan, status sosial ekonomi, ras/etnik, agama dan sosial
budaya. Begitu juga halnya dalam masalah status imunisasi Hepatitis B juga
dipengaruhi oleh karakteristik ibu dan lingkungan sosial budaya.
Menurut Helmi (2008) dalam penelitiannya menyebutkan ada hubungan
antara faktor internal (pengetahuan, tingkat pendidikan) dan faktor eksternal (peran
Universitas Sumatera Utarapetugas kesehatan) dengan perilaku ibu dalam pemberian imunisasi Hepatitis B
sedangkan faktor internal (kepercayaan) dan faktor eksternal (pendapatan) secara
statistik tidak terdapat adanya hubungan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Gunawan (2009) menyatakan bahwa
adanya pengaruh antara penolong persalinan terhadap pemberian imunisasi Hepatitis
B pada bayi 0-7 hari, dimana ibu bersalin yang ditolong oleh petugas kesehatan
memiliki peluang 7 kali untuk memberikan imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.
Variabel jumlah anak, tempat persalinan tidak menunjukkan adanya pengaruh dengan
pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari.
Menurut Green yang dikutip oleh Notoatmodjo (2010), perilaku seseorang
dipengaruhi oleh 2 (dua) faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan
faktor di luar perilaku (non-behavior causes). Perilaku seseorang atau masyarakat
tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya
dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas,
perilaku para petugas kesehatan terhadap kesehatan juga akan mendukung dan
memperkuat terbentuknya perilaku, misalnya seseorang ibu yang tidak mau
mengimunisasikan anaknya di posyandu dapat disebabkan karena ibu tersebut tidak
atau belum mengetahui manfaat imunisasi bagi anaknya.
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis ingin
melakukan penelitian tentang pengaruh karakteristik ibu dan lingkungan sosial
budaya terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari di Kelurahan
Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2010.
Universitas Sumatera Utara1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh
karakteristik ibu (meliputi pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak,
pengetahuan) dan lingkungan sosial budaya (meliputi penolong persalinan, tempat
persalinan, kepercayaan) terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari
di Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga pada
Tahun 2010”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjelaskan pengaruh karakteristik
ibu (meliput i pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah anak, pengetahuan) dan
lingkungan sosial budaya (meliputi penolong persalinan, tempat persalinan,
kepercayaan) terhadap pemberian imunisasi Hepatitis B pada bayi 0-7 hari di
Kelurahan Aek Muara Pinang Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga Tahun 2010.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi tenaga kesehatan,
pemerintah/pengambil keputusan tentang permasalahan terkait sehingga dapat
digunakan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dengan membuat
program yang sesuai untuk meningkatkan cakupan imunisasi.
2. Sebagai bahan masukan untuk pengembangan Ilmu Administrasi dan
Kebijakan Kesehatan.
Universitas Sumatera Utara3. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi penelitian sejenis dan
berkelanjutan.
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/22569/5/Chapter%20I.pdf
Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis
19 Nov, 2010
ASKEP
Please Comments
Kuliah sebagai perawat ada enaknya tapi ada
juga susahnya. Susahnya ketika mendapatkan tugas untuk membuat makalah
seperti ASKEP. Untung saya sekarng sudah tidak lagi kuliah di keperawatan jadinya
bisa lebih focus ke hal yang lain sesuai dengan bidang kesehatan. Kalau sebelumnya
saya sudah memberikan beberapa contoh asuhan keperawatan seperti asuhan
keperawatan pada pasien hipertensi dan juga asuhan keperawatan pada pasien
diabetes mellitus. Kali ini saya akan memberikan satu lagi Contoh Makalah Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Hepatitis.
Contoh Makalah Asuhan Keperawatan Pada Pasien Hepatitis ini merupakan
hasil rangkuman dari beberapa tugas saat saya masih menempuh pendidikan
sebagai perawat. Dan nantinya dapat Anda gunakan sebagai referensi tugas.
Pengertian
Hepatitis adalah peradangan dari sel-sel liver yang meluas/ menyebar , hepatitis
virus merupakan jenis yang paling dominan . Luka pada organ liver dengan
peradangan bisa berkembang setelah pembukaan untuk sejumlah farmakologi dan
bahan kimia dari inhalasi, ingesti, atau pemberian obat secara parenteral (IV) . Toxin
dan Drug induced Hepatitis merupakan hasil dari pembukaan atau terbukanya
hepatotoxin, seperti : industri toxins, alkohol dan pengobatan yang digunakan dalam
terapi medik.
Hepatitis kemungkinan terjadi sebagai infeksi sekunder selama perjalanan infeksi
dengan virus-virus lainnya, seperti :
Cytomegalovirus
Virus Epstein-Barr
Virus Herpes simplex
Virus Varicella-zoster
Klien biasanya sembuh secara total dari hepatitis, tetapi kemungkinan mempunyai
penyakit liver residu. Meskipun angka kematian hepatitis relatif lama, pada hepatitis
virus akut bisa berakhir dengan kematian.
B. Etiologi
1. Infeksi Virus
Hepatitis merupakan hasil infeksi yang disebabkan oleh salah satu dari lima
golongan besar jenis virus, antara lain :
o Virus Hepatitis A ( HAV )
o Virus Hepatitis B ( HBV )
o Virus Hepatitis C ( HCV )
o Virus Hepatitis D ( HDV ) atau Virus Delta
o Virus Hepatitis E ( HEV )
Hepatitis F dan G mempunyai kesamaan atau identitas tersendiri , tetapi jenis ini
jarang ada.
1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
1. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
C. Tanda dan Gejala
Gejala dan tanda penyakit hepatitis adalah sebagai berikut :
Selera makan hilang
Rasa tidak enak di perut
Mual sampai muntah
Demam tidak tinggi
Kadang-kadang disertai nyeri sendi
Nyeri dan bengkak pada perut sisi kanan atas (lokasi hati)
Bagian putih pada mata (sklera) tampak kuning
Kulit seluruh tubuh tampak kuning
Pada orang dewasa sebagian besar infeksi virus hepatitis akut akan sembuh dan
hanya sebagian kecil (5 – 10%) yang akan menetap/ menahun.
Pada kasus yang menahun :
manifestasi bisa tanpa keluhan/ gejala atau dengan keluhan/ gejala ringan
diagnosis umumnya ditemukan pada waktu mengadakan konsultasi ke dokter, hasil
laboratorium menunjukkan peninggian SGPT/ SGOT.
Air seni berwarna coklat seperti air teh.
D. Patofisiologi
Setelah liver membuka sejumlah agen seperti virus, liver menjadi membesar dan
terjadi peradangan sehingga dalam kuadran kanan atas terasa sakit dan tidak
nyaman . Sebagai kemajuan dan kelanjutan proses penyakit, pembelahan sel-sel
hati yang normal berubah menjadi peradangan yang meluas, nekrosis dan
regenerasi dari sel-sel hepar. Meningkatnya penekanan dalam lintasan sirkulasi
disebabkan karena virus masuk dan bercampur dengan aliran darah kedalam
pembelahan jaringan-jaringan hepar ( sel-sel hepar ). Oedema dari saluran-saluran
empedu hati yang terdapat pada jaringan intrahepatik menyebabkan kekuningan.
Data spesifik pada patogenesis hepatitis A, hepatitis C, hepatitis D, dan hepatitis E
sangat terbatas . Tanda-tanda investigasi mengingatkan pada manifestasi klinik dari
peradangan akut HBV yang ditentukan oleh respon imunologi dari klien. Komplex
kekebalan – Kerusakan jaringan secara tidak langsung memungkinkan untuk
manifestasi extrahepatik dari hepatitis akut B . Hepatitis B diyakini masuk kedalam
sirkulasi kekebalan tubuh tersimpan dalam dinding pembuluh darah dan aktif dalam
sistem pengisian. (Dusheiko,1990) . Respon-respon klinik terdiri dari nyeri
bercampur sakit yang terjadi dimana-mana.
Phase atau tahap penyembuhan dari hepatitis adalah ditandai dengan aktifitas
fagositosis dan aktifitas enzym , perbaikan sel-sel hepar . Jika tidak sungguh-
sungguh komplikasi berkembang , sebagian besar penyembuhan fungsi hati klien
secara normal setelah hepatitis virus kalah . Regenerasi lengkap biasanya terjadi
dalam dua sampai tiga bulan.
E. Pemeriksaan Diagnostik
Pengkajian Laboratorium
Ditemukannya Hepatitis A dan B menunjukkan tingkatan nilai enzim hatinya yang
akut, ditunjukkan adanya kerusakan sel-sel hati dan khususnya nilai serologi.
Serum Enzim-enzim Liver
Tingkatan alanine aminotransferase atau ALT bernilai lebih dari 1000 mU/mL dan
mungkin lebih tinggi sampai 4000 mU/mL dalam beberapa kasus virus Hepatitis nilai
aspartat aminotransferase atau AST antara 1000 – 2000 mU/mL. Alanine pospatase
nilai normalnya 30 – 90 IU/L atau sedikit lebih tinggi. Nilai serum total bilirubin naik
kepuncak 2,5 mG/dL dan berlangsung ketat dengan tanda-tanda klinik penyakit
kuning. Tingkatan nilai bilirubin juga terdapat pada urine.
Pemeriksaan serologi
Dinyatakan terkena Hepatitis A jika virus Hepatitis A anti body (Anti-HAV) terdeteksi
dalam darah. Peradangan pada liver yang terjadi secara terus- menerus disebabkan
oleh HAV adalah bukti nyata munculnya antibody Imonoglobin M ( Ig M ) yang
bertahan dalam darah 4 – 6 minggu. Infeksi sebelumnya diindikasi dengan
munculnya antobodi Imonoglobin G atau Ig G. Antobodi ini terdapat dalam serum
dan melindungi kekebalan HAV secara permanen.
Kemunculan virus Hepatitis B ( HBV ) dapat dinyatakan jika test serologi
memperkuat kemunculan sistem antogen antibody Hepatitis B dalam darah. HBV
adalah virus DNA double – shelled yang terdirri dari dalam intim dan diluar kerangka.
Antigen terletak diatas permukaan ataau kerangka virus ( HBSAG ) sangat penting
bagi pemeriksaan serologi dan mereka akhirnya memunculkan diagnosa Hepatitis B.
Selama HBSAG terdapat dalam darah maka klien diperkirakan dapat menularkan
Hepatitis B. Ketakutan para peneliti selorogi selama lebih dari 6 bulan menunjukkan
faktor pembawa pada Hepatitis atau hepatitis kronik. Secara normal tingkatan
HBSAG akan mengalami kemunduran dan bahkan menghilang setelah masa
Hepatitis B akut. Munculnya antibody terhadap HBSAG dalam darah menunjukkan
kesembuhan dan kekebalan terhadap Hepatitis B.
Hepatitis B bermula saat antigen ( Hbe AG ) ditemukan didalam serum 1 minggu
setelah kemunculan HBs AG, kemunculan inilah yang menentukan kondisi klien.
Seseorang klien yang hasil testnya pada HbsAG dan HbeAG bernilai positif lebih
menularkan penyakit dari pada klien yang testnya untuk HbsAG positif ddan HbeAG
negatif.
Kemunculan Hepatitis D bisa dipastikan dengan mengidentifikasi antigen D pada
intrahepatik atau sering kali didapatkan dengan naiknya titer antibody virus
Hepatitis D ( Anti – HD ). Penyebaran antigen Hepatitis D ( HDAG ) merupakan
diagnosa penyakit akut, tetapi hanya dapat diketahui melalui laporan pemeriksaan
serum.
Mereka mempunyai kecanggihan atau alat yang canggih untuk memeriksa test
serologi pada Hepatitis C. Penemuan perdana : Enzim ImonoAssay ( EIA ) yang
digunakaan untuk memriksa antibody virus Hepatitis C ( anti HCV ). Pengujian
mereka tidak membedakaan antara IgM dan IgG. Saat ini penemuan kedua : Enzim
ImonoAssay dengan kemampuan dapat mendeteksi antibody dengan menambahkan
antigen sebelum digunakan dan sekarang ini EIA tidak dapat diandalkan untuk test
serologi scrining untuk mgidentifikasi Hepatitis C. Hal ini akan menambahkan nomor
hasil positif yang palsu dengan adanya test screening yang dilakukan. Pada kejadian
yang sama serokan versi dengan Hepatitis C akan tertunda sanpai tahun depan.
Meskipun meningkatnya hasil ImonoAssay akan menambah spesifikasi dan
sensitifitas untuk test. Anti HCV menentukan diagnosa yang tepat, merupakan
kombinasi dari pemeriksaan secara klinis biokimia dan hasil serologi. Hal ini bukan
untuk para peneliti serologi Hepatitis E.
Pengkajian Radiografi
Hanya dengan penggunaan X-Ray dapat menemukan pembesaran liver dengan
menempatkan X-Ray tepat diatas bagian abdominal.
Pengkajian Diagnosa Yang Lain
Hepatitis kronik merupakan diagnosa biasa biopsy jaringan perkutan pada liver.
Biopsi membedakan antara antif kronik dengan Hepatitis kronik persisten.
Penemuan jaringan lemak yang masuk pada spesimen biopsy liver dan peradangan
dengan neutrofil yang tetap dengan Hepatitis Laennecs (yang disebabkan oleh
alkohol).
Tags: Hepatitis, Keperawatan, Makalah ASKEP, Obat Hepatitis, Pasien
Hepatitis, Tanda dan Gejala Hepatitishttp://www.jurug.com/artikel-pendidikan/contoh-makalah-asuhan-keperawatan-pada-pasien-hepatitis.html
Penanganan dan Pengobatan Hepatitis A,B,CPenyakit Hepatitis adalah penyakit yang disebabkan oleh beberapa jenis virus yang menyerang dan menyebabkan peradangan serta merusak sel-sel organ hati manusia. Hepatitis diketegorikan dalam beberapa golongan, diantaranya hepetitis A,B,C,D,E,F dan G. Di Indonesia penderita penyakit Hepatitis umumnya cenderung lebih banyak mengalami golongan hepatitis B dan hepatitis C. namun disini kita akan membahas pada fokus artikel penyakit Hepatitis A,B dan C.
Penyakit Hepatitis AHepatitis A adalah golongan penyakit Hepatitis yang ringan dan jarang sekali menyebabkan kematian, Virus hepatitis A (VHA=Virus Hepatitis A) penyebarannya melalui kotoran/tinja penderita yang penularannya melalui makanan dan minuman yang terkomtaminasi, bukan melalui aktivitas sexual atau melalui darah. Sebagai contoh, ikan atau kerang yang berasal dari kawasan air yang dicemari oleh kotoran manusia penderita.
Penyakit Hepatitis A memiliki masa inkubasi 2 sampai 6 minggu sejak penularan terjadi, barulah kemudian penderita menunjukkan beberapa tanda dan gejala terserang penyakit Hepatitis A.
1. Gejala Hepatitis APada minggu pertama, individu yang dijangkiti akan mengalami sakit seperti kuning, keletihan, demam, hilang selera makan, muntah-muntah, pusing dan kencing yang berwarna hitam pekat. Demam yang terjadi adalah demam yang terus menerus, tidak seperti demam yang lainnya yaitu pada demam berdarah, tbc, thypus, dll.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis APenderita yang menunjukkan gejala hepatitis A seperti minggu pertama munculnya yang disebut penyakit kuning, letih dan sebagainya diatas, diharapkan untuk tidak banyak beraktivitas serta segera mengunjungi fasilitas pelayan kesehatan terdekat untuk mendapatkan pengobatan dari gejala yang timbul seperti paracetamol sebagai penurun demam dan pusing, vitamin untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan nafsu makan serta obat-obatan yang mengurangi rasa mual dan muntah.
Sedangkah langkah-langkah yang dapat diambil sebagai usaha pencegahan adalah dengan mencuci tangan dengan teliti, dan suntikan imunisasi dianjurkan bagi seseorang yang berada disekitar penderita.
Penyakit Hepatitis BHepatitis B merupakan salah satu penyakit menular yang tergolong berbahaya didunia, Penyakit ini disebabkan oleh Virus Hepatitis B (VHB) yang menyerang hati dan menyebabkan peradangan hati akut atau menahun. Seperti hal Hepatitis C, kedua penyakit ini dapat menjadi kronis dan akhirnya menjadi kanker hati. Proses penularan Hepatitis B yaitu melalui pertukaran cairan tubuh atau kontak dengan darah dari orang yang terinfeksi Hepatitis B.
Adapun beberapa hal yang menjadi pola penularan antara lain penularan dari ibu ke bayi saat melahirkan,
hubungan seksual, transfusi darah, jarum suntik, maupun penggunaan alat kebersihan diri (sikat gigi, handuk) secara bersama-sama. Hepatitis B dapat menyerang siapa saja, akan tetapi umumnya bagi mereka yang berusia produktif akan lebih beresiko terkena penyakit ini.
1. Gejala Hepatitis BSecara khusus tanda dan gejala terserangnya hepatitis B yang akut adalah demam, sakit perut dan kuning (terutama pada area mata yang putih/sklera). Namun bagi penderita hepatitis B kronik akan cenderung tidak tampak tanda-tanda tersebut, sehingga penularan kepada orang lain menjadi lebih beresiko.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis BPenderita yang diduga Hepatitis B, untuk kepastian diagnosa yang ditegakkan maka akan dilakukan periksaan darah. Setelah diagnosa ditegakkan sebagai Hepatitis B, maka ada cara pengobatan untuk hepatitis B, yaitu pengobatan telan (oral) dan secara injeksi. a. Pengobatan oral yang terkenal adalah ; - Pemberian obat Lamivudine dari kelompok nukleosida analog, yang dikenal dengan nama 3TC. Obat ini digunakan bagi dewasa maupun anak-anak, Pemakaian obat ini cenderung meningkatkan enzyme hati (ALT) untuk itu penderita akan mendapat monitor bersinambungan dari dokter. - Pemberian obat Adefovir dipivoxil (Hepsera). Pemberian secara oral akan lebih efektif, tetapi pemberian dengan dosis yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap fungsi ginjal.- Pemberian obat Baraclude (Entecavir). Obat ini diberikan pada penderita Hepatitis B kronik, efek samping dari pemakaian obat ini adalah sakit kepala, pusing, letih, mual dan terjadi peningkatan enzyme hati. Tingkat keoptimalan dan kestabilan pemberian obat ini belum dikatakan stabil.
b. Pengobatan dengan injeksi/suntikan adalah ;Pemberian suntikan Microsphere yang mengandung partikel radioaktif pemancar sinar ß yang akan menghancurkan sel kanker hati tanpa merusak jaringan sehat di sekitarnya. Injeksi Alfa Interferon (dengan nama cabang INTRON A, INFERGEN, ROFERON) diberikan secara subcutan dengan skala pemberian 3 kali dalam seminggu selama 12-16 minggu atau lebih. Efek samping pemberian obat ini adalah depresi, terutama pada penderita yang memilki riwayat depresi sebelumnya. Efek lainnya adalah terasa sakit pada otot-otot, cepat letih dan sedikit menimbulkan demam yang hal ini dapat dihilangkan dengan pemberian paracetamol.
Langkah-langkah pencegahan agar terhindar dari penyakit Hepatitis B adalah pemberian vaksin terutama pada orang-orang yang beresiko tinggi terkena virus ini, seperti mereka yang berprilaku sex kurang baik (ganti-ganti pasangan/homosexual), pekerja kesehatan (perawat dan dokter) dan mereka yang berada didaerah rentan banyak kasus Hepatitis B.
Penyakit Hepatitis CPenyakit Hepatitis C adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis C (VHC). Proses penularannya melalui kontak darah {transfusi, jarum suntik (terkontaminasi), serangga yang menggiti penderita lalu mengigit orang lain disekitarnya}. Penderita Hepatitis C kadang tidak menampakkan gejala yang jelas, akan tetapi pada penderita Hepatitis C kronik menyebabkan kerusakan/kematian sel-sel hati dan terdeteksi sebagai kanker (cancer) hati. Sejumlah 85% dari kasus, infeksi Hepatitis C menjadi kronis dan secara perlahan merusak hati bertahun-tahun.
1. Gejala Hepatitis CPenderita Hepatitis C sering kali orang yang menderita Hepatitis C tidak menunjukkan gejala, walaupun infeksi telah terjadi bertahun-tahun lamanya. Namun beberapa gejala yang samar diantaranya adalah ; Lelah, Hilang selera makan, Sakit perut, Urin menjadi gelap dan Kulit atau mata menjadi kuning yang disebut "jaundice" (jarang terjadi). Pada beberapa kasus dapat ditemukan peningkatan enzyme hati pada pemeriksaan urine, namun demikian pada penderita Hepatitis C justru terkadang enzyme hati fluktuasi bahkan normal.
2. Penanganan dan Pengobatan Hepatitis CSaat ini pengobatan Hepatitis C dilakukan dengan pemberian obat seperti Interferon alfa, Pegylated interferon alfa dan Ribavirin. Adapun tujuan pengobatan dari Hepatitis C adalah menghilangkan virus dari tubuh anda sedini mungkin untuk mencegah perkembangan yang memburuk dan stadium akhir penyakit hati. Pengobatan pada penderita Hepatitis C memerlukan waktu yang cukup lama bahkan pada penderita tertentu hal ini tidak dapat menolong, untuk itu perlu penanganan pada stadium awalnya.
http://makalah-kesehatan-online.blogspot.com/2009/11/penanganan-dan-pengobatan-hepatitis-abc.html