Upload
irene-taradias
View
79
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
transistor
Citation preview
APLIKASI FUNGSI TRANSISTOR
1. Transistor Sebagai Penguat
Berdasarkan cara pemasangan ground dan pengambilan output, transistor yang
sebagi penguat dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1.1. Penguat Common Base (grounded-base)
Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di
groundkan, lalu input di masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor.
Penguat Common Base mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Sifat atau karakter pada Penguat Common Base adalah :
Adanya isolasi input dan output tinggi sehingga Feedback lebih kecil
Cocok sebagai Pre-Amp karena mempunyai impedansi input tinggi yang
dapat menguatkan sinyal kecil
1
Dapat dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi (biasanya terdapat pada jalur
UHF dan VHF)
Dapat dipakai sebagai buffer atau penyangga
1.2. Penguat Common Emitor
Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di
groundkan, lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor .
serta mempunyai karakter sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini Emitor di-
ground-kan/ ditanahkan, Input adalah Basis, dan output adalah Collector.
Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Emitor:
Signal output berbeda phasa 180 derajat atau berbalik phasa sebesar 180
derajat terhadap sinyal input.
Sangat memungkinkan adanya osilasi akibat feedback atau umpan balik
positif,sehingga untuk mencegahnya sering dipasang feedback negatif.
Sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) terutama pada sinyal
audio
Mempunyai stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan
bias transistor
2
1.3. Penguat Common Collector
Penguat Common Collector adalah penguat dimana kaki kolektor transistor di
groundkan / ditanahkan , lalu input di masukkan ke basis dan output diambil pada
kaki emitor dan penguat ini berkarakteristik sebagai penguat arus. Rangkaian ini
hampir sama dengan Common Emitor tetapi outputnya diambil dari Emitor. Input
dihubungkan ke Basis dan output dihubungkan ke Emitor. Rangkaian ini disebut juga
dengan Emitor Follower (Pengikut Emitor) karena tegangan output hapir sama
dengan tegangan input.
Sifat atau karakter pada Transistor sebagai Penguat Common Collector:
Signal output dan signal input satu phasa (tidak terbalik seperti Common
Emitor)
Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1
Mempunyai penguatan arus tinggi (sama dengan HFE transistor)
3
2. Fungsi Transistor Sebagai Saklar
Karena mempunyai Impedansi input tinggi dan impedansi output rendah
sehingga cocok digunakan sebagai bufferFungsi transistor yang pertama adalah
sebagai saklar. Dengan mengontrol bias dari transistor hingga komponen ini menjadi
jenuh, akan menyebabkan seolah-olah diperoleh hubungan singkat diantara emitor
dan kaki kolektor. Fenomena ini lah yang dapat dimanfaatkan hingga transistor bisa
dipakai sebagai saklar elektronika.
Fungsi Transistor sebagai saklar
Perhatikan gambar diatas fungsi transistor sebagai saklar, yang merupakan
rangkaian saklar elektronic dgn memakai transistor PNP serta transistor jenis NPN.
Terlihat pula TR4 (PNP) serta TR3 (NPN) digunakan untuk mematikan dan
menghidupkan LED.
TR3 digunakan sebagai pemutus serta penyambung hubungan diantara
katoda-LED dgn ground. Dengan demikian apabila transistor dalam posisi ON maka
LED akan nyala, sedangkan bila transistor dalam keadaan OFF maka LED menjadi
mati. Dengan kaki emitor yang berhubungan dengan ground, maka kita harus
melakukan cara tertentu agar transistor menyala. Caranya dengan membuat keadaan
saklar SW1 menjadi ON hingga basis-transistor TR3 memperoleh bias yang
4
bersumber dari tegangan positir, hal ini akan menyebabkan transistor jadi jenuh / ON
kemudian kaki emitor dengan kaki kolektor menjadi tersambung. Sebaliknya, untuk
membuat LED mati caranya adalah dengan membuat keadaan SW1 menjadi OFF.
Sebagai penyambung dan pemutus hubungan diantara tegangan positif dan
anoda LED, digunakanlah TR4. Dengan begitu apagila transistor ON maka LED jadi
menyala, sebaliknya bila transistor posisinya OFF maka LED jadi mati. Berbeda
dengan penjelasan dalam paragraf sebelumnya, disini kaki emitor berhubungan
dengan tegangan posifit. Karena itu untuk menyalakan transistor, kita harus mengatur
keadaan saklar SW2 menjadi ON hingga basis transistornya T4 memperoleh bias dr
tegangan negatif yang menyebabkan transistor jadi jenuh / ON dengan psisi kakli
emitor tersambung dengan kaki kolektor. Cara mematika LED nya sama, yaitu
merubah posisi SW1 menjadi OFF.
Misalkan kita memiliki lampu dan ingin menyalakan dan mematikan lampu
tersebut dengan menggunakan saklar seperti ditunjukkan pada rangkaian sederhana
gambar 1a.
Sekarang kita ganti saklar pada rangkaian gambar 1a dengan transistor. Transistor
berfungsi sebagai saklar, yaitu melewatkan dan menahan aliran arus listrik menuju
lampu. Ingat bahwa arus yang dikontrol pada transistor adalah arus yang melewati
kolektor-emitor. Karena kita ingin mengontrol arus listrik yang melewati lampu,
maka kita letakkan pin kolektor dan emitor dari transistor menggantikan kedua
terminal saklar. Selain itu kita juga harus memastikan bahwa arus yang keluar dari
sumber tegangan harus searah dengan arah panah dari transistor yang digunakan.
Ingat bahwa arah arus dari transistor npn dan pnp saling berlawanan. Susunan
rangkaian untuk penggunaan transistor npn sebagai saklar ditunjukkan pada gambar
1b, sedangkan penggunaan pnp ditunjukkan pada gambar 1c.
5
Gambar 1 (a) Rangkaian dengan saklar mekanik. (b) saklar mekanik diganti transistor
npn. (c) saklar mekanik diganti dengan transistor pnp
Mana yang harus kita pilih, transistor npn atau pnp? Pilihan itu terserah anda.
Yang perlu diperhatikan adalah arah arus nya harus sesuai dengan panah dari
transistor dan pemberian tegangan bias pada masing-masing sambungan PN nya
harus tepat.
Kita bahas tentang penggunaan transistor npn. Kita masih belum bisa
menggunakan transistor sebagai saklar pada rangkaian gambar 1b. Dibutuhkan sedikit
modifikasi dan penambahan resistor pada basis sehingga kita memiliki arus basis
seperti ditunjukkan pada gambar 2. Apabila basis dibiarkan tidak terhubung kemana-
mana, maka arus basis sama dengan nol, dan transistor tidak bisa “menyala” sehingga
lampu akan selalu padam. Ingat, untuk transistor npn, arah arus pada basis harus
diarahkan dari basis menuju ke emitor sesuai arah panah. Mungkin cara yang paling
mudah untuk mempelajari bagaimana transistor dapat mengontrol arus, kita bisa
menambahkan saklar pada bagian basisnya seperti ditunjukkan pada gambar 2.
Gambar 2 Penggunaan transistor sebagai pengontrol lampu. (a) transistor mengalami
cutoff, lampu padam. (b) transistor mengalami saturasi, lampu menyala
6
Apabila saklar dalam kondisi terbuka seperti ditunjukkan pada gambar 2a,
maka tidak akan ada arus yang mengalir pada basis. Untuk kasus ini, transistor
dikatakan berada dalam kondisi cutoff. Transistor yang mengalami cutoff, memiliki
resistansi yang sangat tinggi antara kolektor dan emitor nya atau bisa dikatakan antara
pin kolektor dan emitor mengalami open circuit. Karena open circuit, maka tidak ada
arus yang melewati lampu sehingga lampu padam. Apabila saklar ditutup seperti pada
gambar 2b, maka arus bisa mengalir pada basis. Untuk kasus ini, transistor
mengalami saturasi. Transistor yang mengalami saturasi memiliki resistansi yang
sangat rendah antara kolektor dan emitornya atau bisa dikatakan hampir mendekati
short circuit. Pada kondisi saturasi, arus yang mengalir dari kolektor ke emitor
memiliki nilai yang maksimum. Karena arus bisa mengalir melewati transistor, maka
lampu bisa menyala.
Sekarang anda sudah mengetahui bagaimana transistor dapat bekerja sebagai
saklar. Tapi rangkaian pada gambar 2 sepertinya adalah rangkaian yang sia-sia,
mengapa? Karena di awal pembahasan tadi kita ingin memposisikan transistor
sebagai pengganti saklar. Namun pada kenyataannya rangkaian pada gambar 2 masih
menggunakan saklar walaupun sudah memakai transistor. Lalu apa gunanya
menggunakan transistor, apakah tidak lebih baik kembali ke rangkaian awal seperti
pada gambar 1a.
Rangkaian pada gambar 2 memang tampak sia-sia, tetapi dari percobaan
sederhana tersebut kita mendapatkan fakta bahwa kita hanya memerlukan arus
pengontrol yang nilainya kecil sekali untuk mengontrol arus yang lebih besar. Ini
adalah suatu keuntungan apabila saklar yang kita gunakan memiliki rating arus yang
sangat kecil sedangkan arus yang mengalir pada lampu memiliki nilai yang jauh lebih
besar. Keuntungan lainnya adalah kita bisa mengontrol lampu menyala dan padam
dengan cara yang baru, berbeda, dan unik seperti diilustrasikan pada contoh
rangkaian berikut ini. Perhatikan gambar 3, ada solar cell yang memiliki rating
tegangan 1 V dihubungkan pada basis transistor. Nilai tegangan 1 V ini sudah cukup
untuk membuat basis emitor menjadi bias maju (forward bias) karena hanya
7
memerlukan tegangan 0.7 V. Jadi, begitu solar cell menerima cahaya, solar cell
tersebut akan menghasilkan tegangan dan mengalirkan arusnya ke basis. Karena ada
arus yang melewati basis, maka arus bisa melewati kolektor ke emitor dan lampu
menyala. Sebaliknya, apabila tidak ada cahaya yang mengenai solar cell, maka tidak
akan ada arus pada basis dan lampu akan padam. Dengan kata lain, nyala lampu pada
rangkaian gambar 3 dikontrol oleh cahaya.
Gambar 3 Solar cell sebagai sensor cahaya untuk mengontrol lampu
Cara unik lainnya adalah mengganti solar cell dengan termokopel
(thermocouple) untuk menghasilkan arus pada basis seperti ditunjukkan pada gambar
4. Apabila termokopel menerima energi kalor/panas yang cukup, maka akan
dihasilkan tegangan yang digunakan untuk menyuplai arus pada basis. Apabila ada
arus pada basis, maka arus bisa lewat dari kolektor ke emitor dan lampu menyala.
Jadi, apabila termokopel mendapatkan energi panas, lampu baru akan menyala.
Tetapi termokopel yang digunakan pada basis tidak cukup satu. Karena sebuah
termokopel hanya bisa menghasilkan tegangan sekitar 10 mV. Untuk bisa membuat
“on” transistor, maka setidaknya butuh tegangan sekitar 0.7 V antara basis dan
emitornya. Untuk mencapai tegangan 0.7 V, dibutuhkan beberapa termokopel yang
dirangkai seri.
8
Gambar 4 Termokopel sebagai sensor suhu digunakan untuk mengontrol lampu
Cara unik lainnya untuk menyalakan dan memadamkan lampu adalah dengan
menggunakan energi suara yaitu dengan memanfaatkan speaker seperti ditunjukkan
pada gambar 5. Apabila speaker mendapatkan suara yang cukup keras, maka speaker
akan mengubah energi suara/getaran itu menjadi pulsa listrik. Karena pulsa listrik
dari suara berupa gelombang AC, maka kita harus menyearahkan sinyal dari speaker
tersebut sehingga menjadi tegangan DC dan digunakan untuk menyuplai basis.
Apabila tidak ada suara, lampu padam. Begitu ada suara yang cukup berisik, maka
lampu akan menyala.
Gambar 5 Mikrofon digunakan sebagai sensor suara untuk mengontrol lampu. Sinyal
dari mikrofon harus disearahkan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menyuplai
tegangan bias pada basis emitornya.
Dari ketiga contoh ilustrasi rangkaian di atas, kita bisa lebih merasakan
manfaat dari transistor. Point penting yang bisa kita simpulkan dari ketiga rangkaian
tersebut adalah, kita hanya memerlukan arus listrik yang sangat kecil untuk
9
mengontrol arus yang lebih besar yaitu arus yang digunakan untuk meyuplai lampu.
Dari contoh tersebut kita bisa melihat bahwa transistor tidak hanya berfungsi sebagai
saklar, tetapi juga berfungsi sebagai penguat arus yaitu dengan menggunakan sinyal
dengan daya yang relatif kecil, kita dapat mengontrol arus dengan daya yang lebih
besar. Perhatikan pada tiga contoh rangkaian pengendali lampu di atas. Sinyal listrik
yang dihasilkan oleh solar cell, termokopel, dan speaker jauh lebih kecil daripada
daya yang digunakan untuk menyuplai lampu.
10
3. Transistor Sebagai Osilator
Osilator bisa dibangun dengan beberapa teknik dasar, yaitu: Menggunakan
komponen-komponen dengan memperlihatkan karakteristik resistansi negatif, dan
lazimnya menggunakan Salah satu penggunaan yang sangat penting yang lain dari
transistor adalah fungsinya sebagai Oscillator atau pembangkit pulsa. Rangkaian
oscillator biasanya digunakan untuk pemicu rangkaian counter atau pencacah,
rangkaian lampu hias atau lampu berjalan serta sebagai pembangkit sinyal pembawa
atau carrier pada rangkaian radio baik AM ataupun FM. Dari jenis dan variasi
rangkaian oscillator banyak sekali jenisnya mulai dari yang sederhana hingga yang
paling rumit bahkan banyak yang sudah langsung jadi yang dikemas dalam IC
(Integrated Circuit).
Rangkaian oscillator diatas adalah merupakan salah satu rangkaian oscillator
yang sederhana. Pada dasarnya prinsip kerja rangkaian oscillator adalah sama, hanya
saja beberapa variasi rangkaian terkadang dibutuhkan sesuai dengan hasil yang
11
dibutuhkan. Pada saat transistor Q1 mengalami cutoff atau terbuka kapasitor C1 akan
melakukan pengisian dan kapasior C2 akan melakukan pelepasan muatan serta Q2
akan aktif dan membuat led D2 hidup, kemudian pada saat transistor Q1 aktif maka
C1 akan melakukan pelepasan muatan melalui kolektor Q1 ke ground.
12
4. Transistor Sebagai Penguat Suara
Transistor dapat dipakai untuk penguatan modulasi atau penguat suara.
Rangkaiannnya ialah sebuah atau beberapa buah transistor dirangkai dengan beberapa
tahanan (resistor) dan beberapa kondensator (kapasitor). Biasanya, transistor yang
diperlukan untuk rangkaian penguat suara ialah jenis PNP yang memang oleh pabrik
dibuat untuk keperluan ini. Umumnya menggunakan tipe OC71, 2SB175 atau yang
sejenis.
Daftar komponen :
C1 = 5uF – 35uF
C2 = 5uF – 50uF
C3 = 30uF
R1 = 1 – 20K Ohm
R2 = 5 – 20K Ohm
R3 = 3 – 15K Ohm
B = Baterai
Q = Mikrofon
13
Sekarang haruslah kita ketahui cara kerja dari semua komponen sebagai
perangkat transistor penguat suara ini. C1 yaitu kondensator elco menerima getaran
suara dari mikrofon. Sedangkan R1 (tahanan pertama) berfungsi untuk
membangkitkan potensial forward bias (arah maju). Dengan demikian tep basis dan
emitor akan mendapatkan potensial yang besarnya tertentu. R2 (tahanan kedua)
bertugas menyalurkan potensial ke tep kolektor dan basis transistor. R3 (tahanan
ketiga), juga disebut resistor kolektor. Fungsinya membangkitkan potensial suara
yang sudah dihasilkan tahanan R1.
Getaran dari potensial tahanan kolektor tadi akan menghasilkan suara Vo
(voltase output). Sedangkan R4 (tahanan keempat) disebut Re (resistor emitor)
karena berhubungan dengan tep emitor. Fungsinya mencegah pengaruh panas pada
transistor yang sedang bekerja. Lalu C2 (kondensator elco kedua), penghubung
transistor potensial suara dengan transistor lain. C2 ini juga berfungsi untuk menahan
aliran dari kaki kolektor agar tidak masuk ke kaki basis berikutnya. Fungsi lain ialah
meneruskan getaran potensial Vo dari kaki tahanan kolektor ke transistor lain.
Sementara C3 disebut kondensator emitor (Ce). Fungsinya menyimpangkan aliran
AC sehingga getaran potensial suara Vi yang diterima basis tidak mengalami aliran
penentang.
14
5. Transistor Sebagai Stabilisasi Tegangan
Stabilisasi Tegangan Charger Dengan Cut Off Relay
Skema ini sebenarnya digunakan pada Turbin Angin Pico Dengan Roda
Sepeda. Tapi bisa saja digunakan sebagai regulator pada charger (cas) aki dengan
menambahkan trafo untuk menghubung ke jaringan PLN.
Beberapa turbin angin menggunakan sistem dump load untuk membuang
kelebihan daya bila baterai terisi penuh. Sirkuit ini akan memutus daya dari turbin
angin bila baterai terisi penuh. Dengan cara ini akan membiarkan turbin angin
berputar bebas bila baterai terisi penuh, dengan demikian juga akan menyelamatkan
turbin angin dari kelebihan beban (overload). Juga ketika angin kencang, turbin angin
akan menghasilkan daya berlebihan, dan cut off regulator ini akan memutus daya ke
baterai dan membiarkan turbin angin berputar bebas untuk menghindari kerusakan.
Tapi turbin angin harus mampu bertahan terhadap gaya sentrifugal yang tinggi ketika
berputar bebas.
Karena sirkuit ini menggunakan relay 5 pin SPDT, maka dapat juga dirancang
untuk menjadi sistem dump load (beban untuk membuang daya) untuk mencegah
turbin angin berputar liar tanpa beban. Lampu 12 volt 30 watt dapat digunakan
sebagai dump load. Jika dump load terlalu besar dapat menyebabkan bilah turbin
bengkok dan dinamo terbakar saat angin kencang.
15
Komponen-komponennya:
D adalah dioda jembatan (bridge diode) atau kuprok dengan kapasitar arus
10A, tegangan 500 volt. Dioda ini membutuhkan pendingin. Bagian input ini
dihubungkan pada dinamo yang terpasang pada turbin angin. Jika rangkaian
digunakan untuk charger aki dengan trafo, maka kabel input dihubungkan dengan
output trafo. Trafo yang cocok adalah bertegangan output 15-16 volt.
Sekring F nilainya dihitung berdasarkan kapasitas aki yang akan dicas atau
diisi-ulang. Besar arus pengisian aki adalah 10% dari kapasitas aki. Untuk aki 50AH
maka arus pengisiannya mencapai 5 ampere. Jadi nilai F juga sekitar 5 ampere.
Resistor, semuanya berdaya 1/2 watt:
R1 = 10k
R2 = 5k6
R3, 4, 5 = 820 ohm
16
R6 = 3k3
Kondensor:
C1 = 1 mikrofarad 100 volt
C2 = 4700 mikrofarad 50 volt
Dioda zener, semua berdaya 1 watt:
Dz1 = 15 volt
Dz2, 3, 4 = 16 volt
Dz5 = 14 volt
Zener 1 (Dz1) menentukan tegangan output T1, jika nilai Dz1 adalah 15 volt
maka output T1 adalah 14.4 volt. Zener 5 (Dz5) menentukan tegangan cut-off dari
relay (relay memutus), dengan Dz5 senilai 14 volt maka relay akan aktif dan
memutus jika tegangan output sedikit diatas 14 volt. Tegangan tersebut cocok untuk
mengisi-ulang aki basah, tapi tidak cocok untuk aki kering yang mempunyai tegangan
pengisian 13.5-13.8 volt. Jika anda membutuhkan desain rangkaian dengan tegangan
yang berbeda, maka kedua zener (Dz1 dan Dz5) harus diganti.
Transistor:
T1, 2 = BD139
Transistor 1 (T1) mengalirkan arus maximal sekitar 0.1 ampere dengan
tegangan 14.4 volt. Transistor ini hanya bekerja saat relay memutus. Transistor ini
membantu relay mengalirkan arus agar relay tidak terlalu sering menyambung dan
memutus (on dan off). Tegangan 14.4 volt adalah tegangan zener 1 (Dz1) yang
sebesar 15 volt dikurangi kehilangan tegangan pada transistor yaitu sebesar 0.6 volt.
Transistor ini cukup tangguh dan mampu bertahan hingga tegangan kolektor-emitor
17
(Vceo) 80 volt. Inilah salah satu alasan mengapa rangkaian ini digunakan untuk
regulasi tegangan pada turbin angin Pico. Transistor 1 membutuhkan pendingin.
Transistor 2 (T2) memberi arus untuk menggerakan relay agar memutus
hubungan dari dioda ke kondensor atau aki. Transistor 2 hanya akan bekerja jika
tegangan pada aki atau kondensor 2 (C2) sudah melebihi 14 volt. Tegangan 14 volt
tersebut ditentukan oleh zener 5 (Dz5). Transistor 2 ini bisa menggunakan pendingin
bisa tidak, tergantung arus yang dibutuhkan relay.
Relay: coil 12 volt dan 400 ohm SPDT (Single Pole Double Throw), 5 kaki,
mampu mengalirkan arus 7 ampere DC. Relay hanya akan memutus jika tegangan
pada kondensor C2 sudah mencapai sekitar sekitar 14 volt. Jika ada aki pada bagian
output, relay akan memutus jika tegangan aki mencapai sekitar 14 volt. Untuk relay 7
ampere maka kapasitas aki maximal dan aman untuk dicas adalah 50 AH. Tegangan
yang dihasilkan bergantung pada relay ini, berfluktuasi antara 14.1 - 14.3 volt. Jika
aki dihubungkan pada output maka fluktuasi tegangan tidak terbaca alias stabil.
Jadi tidak ada komponen rangkaian yang bekerja atau mengkonsumsi arus
sebelum tegangan output pada kondensor 2 (C2) atau tegangan aki mencapai 14 volt,
maka rangkaian ini sangat irit daya. Hanya ada kehilangan tegangan sebesar 1.2 volt
pada dioda jembatan dan kehilangan arus pada resistor 1 (R1) yang sangat kecil.
Resistor 1 berfungsi menghilangkan tegangan tinggi dari induksi medan magnet pada
dinamo atau trafo.
Jembatan dioda atau penyearah gelombang penuh cocok digunakan jika
regulator ini disuplai oleh trafo atau alternator, sehingga semua gelombang dari arus
bolak-balik dapat dimanfaatkan. Jembatan dioda dapat diganti penyearah setengah
gelombang (satu dioda) jika regulator ini disuplai oleh dinamo yang menghasilkan
arus searah, seperti pada turbin angin. Dioda pada turbin angin dengan dinamo
berfungsi mencegah arus dari aki kembali ke dinamo. Kehilangan tegangan pada
18
penyearah gelombang penuh adalah 1.2 volt karena arus melewati 2 dioda.
Kehilangan tegangan pada penyearah setengah gelombang hanya 0.6 volt.
Beberapa kelebihan regulator dengan cut off relay jika dibanding dengan
regulator transistor adalah: relay banyak dijual dan harganya murah, kapasitas ampere
besar, berukuran kecil dan tidak butuh pendingin, tahan tegangan tinggi. Karena
itulah diputuskan untuk menggunakan regulator dengan cut off relay untuk stabilisasi
tegangan pada charger aki yang memakai Pico wind turbine sebagai sumber daya.
19
PENUTUP
Kesimpulan
Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai
sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi tegangan, modulasi sinyal
atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana
berdasarkan arus inputnya (BJT) atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan
pengaliran listrik yang sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya. Transistor
through-hole (dibandingkan dengan pita ukur sentimeter) Pada umumnya, transistor
memiliki 3 terminal, yaitu Basis (B), Emitor (E) dan Kolektot (C). Tegangan yang di
satu terminalnya misalnya Emitor dapat dipakai untuk mengatur arus dan tegangan
yang lebih besar daripada arus input Basis, yaitu pada keluaran tegangan dan arus
output Kolektor. Transistor merupakan komponen yang sangat penting dalam dunia
elektronik modern. Dalam rangkaian analog, transistor digunakan dalam amplifier
(penguat). Rangkaian analog melingkupi pengeras suara, sumber listrik stabil
(stabilisator) dan penguat sinyal radio. Dalam rangkaian-rangkaian digital, transistor
digunakan sebagai saklar berkecepatan tinggi. Beberapa transistor juga dapat
dirangkai sedemikian rupa sehingga berfungsi sebagai logic gate, memori dan fungsi
rangkaian-rangkaian lainnya.
20
DAFTAR PUSTAKA
Satrio, Reza Indra. 2014. Transistor, http://www.academia.edu/6640204/Transistor, (diakses 17 September 2014)
http://www.infoservicetv.com/transistor-sebagai-saklar.html (diakses 17 September 2014)
Isparela, Yuda. 2012. Transistor Sebagai Penguat, http://www.linksukses.com/2012/03/transistor-sebagai-penguat.html, (Diakses 17 September 2014)
Ubanan, Reginem. 2014. Stabilisasi Tegangan Charger dengan Cut, http://rikirido.blogspot.com/2014/01/stabilisasi-tegangan-charger-dengan-cut.html, (Diakses 17 September 2014)
Natsir, Marina. 2014. Aplikasi Transistor, http://www.slideshare.net/bundahamka/kelompok-6aplikasi-transistor, (Diakses 17 September 2014)
2013. Transistor Sebagai Penguat Suara, http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:http://rangkaianelektronika.info/transistor-sebagai-penguat-suara/, (Diakses 17 September 2014)
21
DAFTAR ISI
HalamanHALAMAN JUDUL …………………………………………………………………… iDAFTAR ISI ........................................................................................................ ii
APLIKASI FUNGSI TRANSISTOR1. Transistor Sebagai Penguat ………………………………………………. 1
1.1. Penguat Common Base (grounded-base)………………………............. 11.2. Penguat Common Emitor………………………………………………. 21.3. Penguat Common Collector……………………………………………. 3
2. Transistor Sebagai Saklar…………………………………………………… 4
3. Transistor Sebagai Osilator………………………………………………… 11
4. Transistor Sebagai Penguat Suara………………………………………… 13
5. Transistor Sebagai Stabilisasi Tegangan…………………………………… 15
PENUTUP1. Kesimpulan .…………………….……..……………………………….…… 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 21
22