11
Aplikasi Google Maps API untuk Pembuatan Sistem Informasi Geografis Batas Maritim Indonesia Berbasis Internet I W. G. Krisna Arimjaya, V. Haga Mursa, I N. Nala Aswina, I M. Andi Arsana Email kontak: [email protected] Jurusan Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta, 55281 P: (0274) 902122 F: 520226 E: [email protected] , http://geodesi.ugm.ac.id Intisari Indonesia adalah negara kepulauan yang berbatasan dengan sepuluh negara tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua Nugini, Australia dan Timor Leste. Indonesia sudah menetapkan batas maritim dengan beberapa negara tetangga yang dimulai sejak tahun 1969 dengan Malaysia. Meski demikian, masih ada beberapa batas maritim yang harus diselesaikan denagn negara tetangga. Penetapan batas maritim dengan Filipina, Palau dan Timor Leste, misalnya, belum dilaksanakan hingga penulisan ini dilakukan. Belum tuntasnya penyelesaian batas maritim memicu terjadinya kasus-kasus batas maritim. Kasus Blok Ambalat di awal tahun 2005, penetapan batas maritim dengan Malaysia dan Singapura yang belum tuntas, penangkapan nelayan Indonesia oleh Malaysia dan Australia serta berbagai kasus lain merupakan indikasi hal ini. Yang menarik untuk disimak adalah adanya reaksi yang sangat keras dari masyarakat dalam menyikapi kasus-kasus batas maritim semacam ini. Emosi dan nasionalisme masyarakat Indonesia relatif mudah tersulut sehingga seringkali memberikan reaksi yang tidak proporsional. Selain itu, reaksi seperti ini sering sekali tanpa didasari oleh pemahaman akan hukum laut dan batas maritim internasional yang memadai. Makalah ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya pemahaman akan batas maritim Indonesia dengan pendekatan geospasial. Dalam hal ini dibangun suatu sistem informasi batas maritim Indonesia yang menampilkan dan mendeskripsikan batas maritim Indonesia dalam sistem informasi geografis berbasis internet. Sebagai sistem informasi geografis, ini dapat menampilkan posisi batas maritim sekaligus deskripsi batas maritim tersebut secara rinci. Sistem ini dibuat dengan Google Maps API dengan data domain publik sehingga akan tercipta sistem yang murah dan bisa diakses dengan mudah. Kata kunci: batas maritim, Sistem Informasi Geografis, Google Maps API, delimitasi

Aplikasi Google Maps API

  • Upload
    bayukr

  • View
    5.330

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Aplikasi Google Maps API untuk Pembuatan Sistem Informasi Geografis BatasMaritim Indonesia Berbasis Internet

Citation preview

Page 1: Aplikasi Google Maps API

Aplikasi Google Maps API untuk Pembuatan Sistem Informasi Geografis Batas Maritim Indonesia Berbasis Internet

I W. G. Krisna Arimjaya, V. Haga Mursa, I N. Nala Aswina, I M. Andi Arsana

Email kontak: [email protected]

Jurusan Teknik Geodesi

Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada

Jl. Grafika No. 2 Yogyakarta, 55281

P: (0274) 902122 F: 520226 E: [email protected], http://geodesi.ugm.ac.id

Intisari Indonesia adalah negara kepulauan yang berbatasan dengan sepuluh negara

tetangga yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filipina, Palau, Papua

Nugini, Australia dan Timor Leste. Indonesia sudah menetapkan batas maritim dengan

beberapa negara tetangga yang dimulai sejak tahun 1969 dengan Malaysia. Meski

demikian, masih ada beberapa batas maritim yang harus diselesaikan denagn negara

tetangga. Penetapan batas maritim dengan Filipina, Palau dan Timor Leste, misalnya,

belum dilaksanakan hingga penulisan ini dilakukan.

Belum tuntasnya penyelesaian batas maritim memicu terjadinya kasus-kasus

batas maritim. Kasus Blok Ambalat di awal tahun 2005, penetapan batas maritim dengan

Malaysia dan Singapura yang belum tuntas, penangkapan nelayan Indonesia oleh

Malaysia dan Australia serta berbagai kasus lain merupakan indikasi hal ini. Yang

menarik untuk disimak adalah adanya reaksi yang sangat keras dari masyarakat dalam

menyikapi kasus-kasus batas maritim semacam ini. Emosi dan nasionalisme masyarakat

Indonesia relatif mudah tersulut sehingga seringkali memberikan reaksi yang tidak

proporsional. Selain itu, reaksi seperti ini sering sekali tanpa didasari oleh pemahaman

akan hukum laut dan batas maritim internasional yang memadai.

Makalah ini bertujuan untuk memaparkan pentingnya pemahaman akan batas

maritim Indonesia dengan pendekatan geospasial. Dalam hal ini dibangun suatu sistem

informasi batas maritim Indonesia yang menampilkan dan mendeskripsikan batas maritim

Indonesia dalam sistem informasi geografis berbasis internet. Sebagai sistem informasi

geografis, ini dapat menampilkan posisi batas maritim sekaligus deskripsi batas maritim

tersebut secara rinci. Sistem ini dibuat dengan Google Maps API dengan data domain

publik sehingga akan tercipta sistem yang murah dan bisa diakses dengan mudah.

Kata kunci: batas maritim, Sistem Informasi Geografis, Google Maps API, delimitasi

Page 2: Aplikasi Google Maps API

I. Pendahuluan Indonesia mempunyai batas maritim yang potensial dengan sepuluh negara

tetangga. Menurut Konvensi Hukum Laut PBB (UNCLOS) 1982, maka Indonesia berhak

untuk menetapkan batas-batas terluar beberapa zona maritim seperti Laut Teritorial,

Zona Tambahan, Zona Ekonomi Ekslusif, dan Landas kontinen. Pada setiap zona

terdapat kedaulatan atau hak berdaulat yang penting bagi Indonesia. Itulah yang

menyebabkan penetapan zona maritim dan penyelesaian batas maritim dengan negara

tetangga mendesak untuk dilakukan.

Sementara itu, pemanasan global (global warming) memberi dampak tersendiri

bagi wilayah perairan Indonesia, khususnya mengenai batas maritim Indonesia. Film The

day after tomorrow dan an inconvenient truth, memberikan gambaran tentang bagaimana

perubahan iklim ini dapat berakibat buruk bagi dunia dan mahluk hidup di dalamnya.

Mencairnya es di kutub yang meningkatkan volume air laut akan menyebabkan terjadinya

perubahan garis pantai. Sementara itu untuk menentukan sebuah garis pangkal, muka

surutan air laut terendah digunakan sebagai acuan dalam menentuk zona-zona maritim

dan batas maritim dengan Negara tetangga. Dengan meningkatnya volume air laut, maka

garis pantai akan semakin bergeser ke daratan. Dengan kata lain klaim zona perairan

yang dapat diajukan akan berubah.

Fenomena lain yang bisa diamati terkait batas maritim adalah kurangnya

pemahaman masyarakat. Tidak banyak yang mengetahui batas maritim yang sudah

ditetapkan dan belum ditetapkan dengan negara tetangga, misalnya. Kurangnya

pemahaman ini bisa menimbulkan kesalahpahaman dan reaksi yang tidak proporsional

ketika terjadi kasus perbatasan dengan Negara tetangga. Hal ini memotivasi perlunya

pembuatan sistem informasi yang dapat menampilkan dan menjelaskan batas maritim

Indonesia dengan Negara tetangga. Sistem Informasi Geografis (SIG) berbasis internet

adalah salah satu pilihan. Sebelum pembahasan SIG batas maritim Indonesia, berikut

disajikan informasi tentang batas maritim Indonesia dengan Negara tetangga, baik yang

sudah diselesaikan maupun yang belum.

II. Batas Maritim Indonesia

Dari sepuluh negara tetangga, Indonesia sudah berhasil membuat kesepakatan

dengan 7 negara, sedangkan 3 negara lainnya masih belum disepakati sama sekali.

II.1. Batas Maritim yang Sudah Disepakati II.1.1. Indonesia – India. Batas maritim yang telah disepakati adalah perpanjangan garis

batas landas kontinen antara Laut Andaman dan Samudra Hindia, yang ditarik dari titik

pertemuan 3 negara (Indonesia, India dan Thailand, 07º47’00” LU 95º 31’48” BT) ke arah

barat daya, dan mempunyai koordinat 07º46’06” LU ; 96º31’12” BT.1 Kesepakatan ini

1 Lihat http://www.siki.dkp.go.id/PANGKALAN%20DATA/A-Butr%203/Perjanjian%20atau%20Persetujuan/Persetujuan%20Indonesia-India-Thailand%20Tahun%201978.htm (menjelaskan koordinat batas maritim Indonesia-India-Thailand)

Page 3: Aplikasi Google Maps API

ditandatangani di New Delhi pada tanggal 14 Januari 1977, dan disahkan di Indonesia

pada tanggal 16 Agustus 1978.

II.1.2. Indonesia – Thailand. Garis batas dasar laut yang telah disepakati adalah garis

lurus di sekitar Laut Andaman, yang ditarik dari titik pertemuan 3 negara ke arah

Tenggara sampai ketitik yang mempunyai koordinat 07º48’00” LU ; 95º32’48” BT.

Kesepakatan ini juga ditandatangani di New Delhi pada tanggal 26 Juni 1978.

II.1.3. Indonesia – Singapura. Penegasan batas negara mulai di adakan sejak awal

1970an, setelah dilakukan perundingan, akhirnya kedua negara menyepakati 6 titik

koordinat sebagai batas laut. Kesepakatan ini berlaku mulai tanggal 8 Desember 1973.

Namun setelah itu masih terdapat beberapa perundingan, yang terakhir berlangsung

pada 29 Maret 20072.

II.1.4. Indonesia – Vietnam. Rangkaian perundingan landas kontinen bergulir sejak tahun

1972. Akhirnya kata sepakat dicapai pada tanggal 23 Juni 2003, dengan prinsip main

land to main land (landas kontinen ditarik dari pulau besar ke pulau besar), dan disahkan

4 tahun kemudian pada tanggal 13 februari 2007. 3

II.1.5. Indonesia – Papua Nugini. Berdasarkan perundingan yang berlangsung dari tahun

1971 – 1980, diperoleh titik-titik batas daerah dasar laut, yaitu garis lateral yang

menghubungkan 6 buah titik batas di depan pantai selatan Irian, dan 2 titik batas di

depan pantai utara Irian. Kesepakatan ini di tandatangani pada tanggal 13 November

1980, dan di sahkan pada tahun 1982 oleh pemerintah Indonesia.4

II.1.6. Indonesia – Australia. Sampai saat ini Indonesia telah menyepakati 6 perjanjian

batas maritim, beberapa diantaranya murni atas nama Australia dan sisanya atas nama

Papua Nugini. Kesepakatan yang ada mulai tentang batas landas kontinen di Laut

Arafuru dan Laut Timor, batas maritim di sebelah selatan Pulau Tanimbar, Pulau Rote

dan Pulau Timor, batas maritim di Samudra Pasifik sampai yang terakhir pada tanggal 14

Maret 1997 untuk tubuh air, ZEE, dan dasar laut.

II.1.7. Indonesia- Malaysia. Hal yang telah disepakati adalah garis batas antar kedua

negara yang teletak di Selat Malaka yang sempit , yaitu di selat yang lebar antara garis

dasar kurang dari 24 mil. Dilakukan dengan metode garis tengah, yaitu garis yang

menghubungkan titik-titik yang sama jaraknya . Kesepakatan ini berlangsung di Kuala

Lumpur pada tanggal 21 Desember 1971 dan disahkan pada tanggal 11 Maret 1972.5

II.2. Batas Maritim yang Belum Disepakati. II.2.1. Indonesia – Filipina. Pada awalnya ada 2 permasalahan pokok yang menyebabkan

Filipina dan Indonesia belum menemukan kata sepakat. pertama mengenai masih

diberlakukannya Traktat Paris 1989 dan Traktat 1930, yang mengakibatkan wilayah

maritim Filipina berbentuk kotak. Di lain pihak Indonesia cenderung mengacu pada

2 Lihat http://www.unmit.org/legal/IndonesianLaw/uu/Uu197307.htm (untuk batas maritim Indonesia-Singapura) 3 Lihat http://hukumonline.com/detail.asp?id=16105&cl=Berita (untuk batas maritim Indonesia-Vietnam) 4Lihat http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=88 (untuk batas maritim Indonesia-PNG) 5 Lihat http://www.theceli.com/dokumen/produk/1971/2-1971.htm (untuk batas maritim Indonesia-Malaysia)

Page 4: Aplikasi Google Maps API

UNCLOS. Permasalahan kedua adalah sengketa kepemilikan ganda Pulau Miangas.

Perkembangan selanjutnya menunjukkan kedua negara bersepakat untuk mengacu

kepada UNCLOS dan menetapkan Miangas sepenuhnya milik Indonesia. Meski

demikian, perundingan antara kedua negara belum mencapai kata sepakat dan masih

terus berlangsung, saat penulisan ini dilakukan.

II.2.2. Indonesia – Palau. Hal yang paling mendasar yang timbul mengapa belum terjadi

kesepakatan adalah belum terjadinya hubungan diplomatik antar kedua negara. Dan

sejauh ini palau belum menerima usulan penyelesaian batas Maritim yang diajukan

Indonesia. Meski demikian, penjajagan untuk membuka hubungan diplomatik sudah

dilakukan sehingga harapannya penyelesaian batas segera bisa dirundingkan.

II.2.3. Indonesia – Timor Leste. Timor Leste melepaskan diri dari bagian NKRI dan

memplokamirkan kemerdekaanya pada tanggal 20 Mei 2002. Dengan demikian timbul

permasalahan baru antara kedua negara, dikarenakan seiring pemisahan diri itu maka

batas wilayah maritim harus diselesaikan. Terdapat 3 daerah potensi lokasi batas maritim

Indonesia-Timor Leste. Penanganan batas maritim belum bisa dilaksanakan dikarenakan

harus menunggu penyelesaian batas darat terlebih dahulu (batas darat baru + 97 % yang

terselesaikan).

III. Kasus- kasus Batas Maritim di Nusantara

Dengan sudah terjadinya kesepakatan mengenai batas maritim Indonesia

dengan negara tetangga, bukan berarti tidak terjadi sengketa di dalamnya. Jika ingin

dilihat secara global, masih banyak permasalahan atau sengketa yang timbul mengenai

batas maritim antara Indonesia dengan beberapa negara tetangga.

III.1. Kasus Ambalat (Indonesia – Malaysia) Blok Ambalat terletak di Laut Sulawesi, sebelah timur Pulau Borneo. Kasus ini

terkait dengan hak berdaulat (sovereign rights) bukan kedaulatan (sovereignty) karena

terjadi di kawasan landas kontinen, bukan di laut teritorial. Awal mula terjadinya konflik

adalah ketika tanggal 16 Februari 2005 perusahaan minyak Malaysia (Petronas)

memberikan konsensi untuk esksplorasi minyak kepada perusahaan Shell asal Inggris.

Sementara Ambalat yang oleh Indonesia disebut dengan blok Ambalat dan blok East

Ambalat itu sendiri adalah wilayah yang padanya Indonesia telah melakukan

eksplorasi/eksploitasi. Indonesia sudah memberikan konsensi eksplorasi kepada

perusahaan Italia (ENI) pada tahun 1999. Sedangkan untuk blok East Ambalat diberikan

kepada perusahaan Amerika Serikat (UNOCAL) pada tahun 2004.6

Terjadinya sengketa ini terkait erat dengan belum terselesaikannya batas maritim

antara Indonesia dengan Malaysia di Laut Sulawesi. Diberikannya kedaulatan atas

Sipadan dan Ligitan kepada Malaysia tahun 2002 oleh Mahkamah Internasional, dalam

beberapa hal juga berpengaruh atas sengketa ini. Secara teoritis, Malaysia mungkin

6 Lihat http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html (penjelasan konsesnsi ke perusahaan asing)

Page 5: Aplikasi Google Maps API

memperlebar klaimnya ke arah selatan karena kepemilikannya atas Sipadan dan Ligitan.

Sayangnya, ketika sengketa atas kedua pulau itu dibawa ke Mahkamah Internasional,

Indonesia dan Malaysia tidak sekaligus meminta mahkamah menetapkan batas maritim.

Idealnya, untuk mengetahui siapa yang berhak atas ambalat, kedua negara harus duduk

bersama dalam meja perundingan dan menentukan garis batas maritim di Laut Sulawesi.

Hingga penulisan ini dilakukan, indonesia dan Malaysia sedang merundingkan

penyelesaian delimitasi batas maritim di kawasan tersebut.

III.2. Kasus Reklamasi Pantai (Indonesia – Singapura) Setelah kesepakatan antara Indonesia – Singapura telah sama-sama diratifikasi,

sebenarnya tidak ada sengketa yang timbul diantara kedua belah pihak pada tahun 1974.

Namun baru-baru ini isu batas maritim kembali merebak, hal ini dikarenakan Singapura

melakukan reklamasi pantai. Reklamasi ini merupakan kegiatan memperluas daerah

daratan Singapura dengan penimbunan dan membentuk area baru. Dengan demikian

bisa dikatakan ini akan menyebabkan perubahan garis pantai. Dalam kondisi tertentu, hal

ini bisa mengakibatkan perubahan garis pangkal Singapura. Perlu untuk diantisipasi

bilamana Singapura mengklaim garis pangkal baru untuk kepentingan delimitasi batas

antara Indonesia dengan Singapura di segmen yang hingga kini belum terselesaikan. 7

III.3. Kasus Penangkapan Nelayan

Belakangan sering terdengar penangkapan kapal-kapal nelayan tradisional

Indonesia oleh pemerintah Australia di daerah perbatasan Indonesia-Australia. Kasus

ini juga terkait dengan batas maritim. Dalam hal ini bukan karena tidak ada garis batas

tetapi lebih karena kurangnya pemahaman akan garis batas terutama oleh nelayan.

Selain itu, bisa juga disebabkan oleh tidak dihormatinya (oleh Australia) kesepakatan

yang ada seperti Memorandum of Understanding 1974 tentang hak penangkapan ikan di

sekitar Pulau Pasir oleh nelayan Indonesia meskipun secara hukum Pulau Pasir adalah

milik Australia.8 Yang tidak diizinkan ialah penangkapan kura-kura (turtles).

Pada contoh lain, penangkapan nelayan di Selat Malaka juga terjadi. Perlu diingat bahwa

pada kawasan Selat Malaka bagian utara, indonesia dan Malaysia belum menegaskan

batas maritim ZEE sehingga secara hukum tubuh air belum terdelimitasi.

Konsekuensinya, belum bisa dikatakan adanya pelanggaran batas oleh nelayan.

Sayangnya Malaysia bersikukuh menganggap bahwa batas landas kontinen adalah

sekaligus batas ZEE. Ini adalah akar persoalannya yang sampai kini belum terselesaikan.

7 Lihat Arsana, I M. A. (2007), Indonesia-Singapore talks on maritime borders making progress, The Jakarta Post, 5 April 2007, Jakarta 8 Lihat http://www.indonesia-ottawa.org/information/printfriendly.php?id=1667&type=news (zona nelayan tradisional)

Page 6: Aplikasi Google Maps API

IV. Pendekatan Sistem Informasi Geografis berbasis Internet. Untuk memahami batas maritim Indonesia dengan lebih baik, informasi

mengenai batas maritim Indonesia, yang telah di sepakati dan yang belum dispakati,

akan disajikan dalam sebuah sistem informasi geografis.

IV.1. Apa, dan Mengapa Dipilih Sistem Informasi Geografis berbasis Internet

Sistem Informasi geografis (SIG), hingga saat ini merupakan sistem yang selalu

dibuat untuk interaktif dan dapat mengintegrasikan data spasial dan atribut. Yang

menarik, SIG sebagai perangkat lunak mempunyai kemampuan kartografis yang bisa

menjawab serta menganalisis masalah yang berkaitan dengan spasial, atribut serta

kombinasi dari dua hal tersebut. Untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan

mendekati keadaan yang sebenarnya, SIG juga mempunyai kemampuan untuk

menampilkan keadaan 3 dimensi sebagai alat bantu pemodelan yang mewakili keadaan

bumi.

Seiring dengan bergesernya waktu, kebutuhan yang semakin bertambah serta

teknologi yang semakin canggih, maka orang mulai berfikir mungkinkah SIG bisa diakses

oleh seluruh pengguna dimana saja, secara interaktif, dan tanpa harus bertemu secara

fisik antar satu pengguna dengan penggunan lainnya (Prahasta, 2006). Oleh karena itu,

internet sebagai salah satu hasil perkembangan teknologi yang bisa menjembatani

pertanyaan itu mulai di kupas secara detail, agar SIG bisa mempunyai akses ke

dalamnya.

Pada karya ilmiah ini tim penulis memanfaatkan internet sebagai media untuk

membuat Sistem Informasi Geografi Batas Maritim Indonesia dengan memanfaatkan

Google Maps API. Untuk masalah teknis akan dibahas pada sub bab di bawah ini.

IV.2. Langkah Pembuatan SIG Internet menggunakan Google Map API IV.2.1. Melakukan Pendaftaran untuk mendapatkan API key. Sebelum dapat

menampilkan suatu peta pada website pribadi, maka harus dilakukan pendaftaran untuk

mendapatkan Google API key. Untuk melakukan pendaftaran, harus disediakan URL dari

situs yang akan menggunakan Google API key tersebut. Sebaiknya URL yang

didaftarkan adalah direktori utamanya. Dengan mendaftarkan direktori utama, maka

dapat ditampilkan peta di seluruh situs tersebut, baik pada direktori utama maupun pada

sub-direktori. Misalnya: diberikan alamat URL http://www.contoh.com/, maka dengan

Google API key yang sama dapat ditampilkan peta pada sub-direktori dari situs tersebut,

misalnya http://www.contoh.com/contohlagi/ tetapi tidak demikian sebaliknya.

IV.2.2. Memodifikasi Template yang Tersedia. Setelah selesai melakukan pendaftaran,

maka akan didapatkan key yang diperlukan beserta template kode program yang

diberikan oleh Google API yang selanjutnya bisa dimodifikasi. Secara defaul Google API

menyediakan template berikut :

Page 7: Aplikasi Google Maps API

<script

src="http://maps.google.com/maps?file=api&v=2&key=ABQIAAAAbta1OAo0jfu19DOUPNVgsBRah

oqnFz9wDouIHgNBziz_TZ8v_RR9gSgVN1FuRitL_JIvEbUH4dBMTA"

type="text/javascript"></script> <script type="text/javascript">

function initialize() {

if (GBrowserIsCompatible()) {

var map = new GMap2(document.getElementById("map_canvas"));

map.setCenter(new GLatLng(-6.337308, 106.679392), 16);

map.setMapType(G_SATELLITE_MAP);

map.addControl(new GSmallMapControl());

map.addControl(new GMapTypeControl());

}

}

</script>

</head>

<body onload="initialize()" onunload="GUnload()">

<div id="map_canvas" style="width: 800px; height: 600px"></div>

</body>

</html>

IV.2.3. Menampilkan Peta dan Menentukan Bagian Peta yang Ditampilkan. Template

yang disediakan oleh Google Maps tersebut dapat diedit sesuai dengan keinginan

pemrogram. Baris pertama sampai ketiga digunakan untuk memanggil API dengan

menggunakan key yang dimiliki. Proses penampilan peta baru dimulai pada baris

keenam, dengan syarat browser yang digunakan oleh pengguna kompatibel, maka peta

yang diambil dari Google API akan menampilkan peta dengan titik tengah peta menunjuk

ke koordinat (-6.337308,106.679392) serta memiliki zoom level 16 (di mana zoom level

paling kecil bernilai 1). Baris kesembilan menunjukkan bahwa yang ditampilkan adalah

peta satelit sebagai default tampilan peta. Terdapat 3 buah tampilan peta yang dapat

dipilih yaitu map, satellite dan hybrid.

IV.2.4. Koordinat dalam Google Maps API. Untuk dapat membuat garis batas wilayah,

maka harus dimasukkan dahulu nilai koordinat titik-titik batas tersebut baru kemudian

menggunakan garis untuk menyambungkan garis tersebut sehingga garis batasnya

dapat terlihat dengan jelas. Google Maps API dapat menerima input koordinat dalam

format derajat lintang dan derajat bujur, tanpa mengenal menit dan detik dengan tanda

positif untuk Lintang Utara dan Bujur Timur, sedangkan untuk Lintang Selatan dan Bujur

Barat digunakan tanda negatif. Perlu diketahui bahwa Google Maps menggunakan

ellipsoid referensi WGS’84, jadi data koordinat yang dimasukkan juga harus

menggunakan WGS’84 sebagai ellipsoidnya.

Untuk bisa membuat garis maka digunakan GPolyline. GPolyline menggambarkan garis

dengan menggunakan kemampuan dari tiap-tiap browser dalam melakukan pembuatan

Page 8: Aplikasi Google Maps API

vektor, bisaanya pada Internet Explorer digunakan VML dalam melakukan

penggambaran vektor tersebut, sedangkan browser lainnya menggunakan SVG.

IV.2.5. Pembuatan Titik dan Garis. Apabila ingin dibuat garis batas Indonesia-Thailand

yang memiliki titik-titik batas di koordinat (7°46’06”N, 95°33’06”E), (7°5’48”N, 96°36’30”E),

(7°5.8’N, 96°36.5’E), (6°21.8’N, 97°54.0E) maka untuk membuat polyline yang melewati

titik-titik tersebut digunakan syntax (lihat juga Gambar 1):

var indothai = new GPolyline

([new GLatLng(7.768333,95.55167), new GLatLng(7.085556,96.60139),new

GLatLng(6.352222,97.9),new GLatLng(5.95,98.01806)],"#ff0000", 1);

Gambar 1 Perbatasan Indonesia-Thailand

Dalam syntax tersebut dapat diatur koordinat titik yang dilewati dengan

menggunakan GLatLng. Pada script di atas koordinat dimasukkan dengan

menggunakan new GLatLng(lintang, bujur), warna dari garis dapat diatur dengan

memasukkan angka heksadesimal pada kolom GPolyline. GPolyline hanya menerima

input warna dalam angka heksadesimal, jadi tidak bisa menggunakan “red” untuk

membuat warna merah. Tebal-tipisnya garis juga dapat diatur dengan mengganti tipe

garis berupa angka.

Perintah GPolyline digunakan untuk menampilkan suatu obyek dan Google map

akan menggambarkannya sebagai kumpulan titik-titik yang relatif mudah dilakukan, tetapi

hal ini mengakibatkan proses yang dilakukan tidak compact. Suatu garis yang panjang

dan rumit akan memerlukan jumlah memory yang besar, memakan lebih banyak

bandwidth dan akan mengakibatkan proses penggambaran menjadi lebih lama.

Kekurangan lainnya adalah ketika dilakukan peningkatan zoom level. Suatu polyline akan

tetap tergambar pada peta walaupun garis tersebut tidak ditampilkan pada muka peta.

Google Maps API menyediakan solusi bagi masalah tersebut dengan menyediakan fitur

encoded polyline, yang menyajikan kumpulan titik-titik untuk membentuk suatu polyline

dengan menggunakan format yang telah terkompres dan dilambangkan dengan

menggunakan karakter ASCII. Dengan menggunakan fitur encoded polyline ini maka

garis yang tidak terlihat pada muka peta tidak akan digambarkan oleh browser sehingga

akan lebih menghemat memory, bandwidth dan waktu penggambaran.

Page 9: Aplikasi Google Maps API

Contoh dari penggunaan encoded polyline ini adalah pada saat pembuatan garis

batas dari Indonesia-Malaysia, di mana terdapat 25 titik yang harus dihubungkan dengan

garis. Syntax dalam pembuatan encoded polyline dapat dilihat pada script di bawah:

var indomalay1 = new GPolyline.fromEncoded({

color: "#FF0000",

weight: 1,

points:

"omg`@}q|vQl{dB_cmAvruDwciExuf@obd@rouEm~yFv}sAc~nBbw`A{pvAjql@_ieAjseAsa}AvsMwo

|@",

levels: "BBBBBBBBBB",

zoomFactor: 32,

numLevels: 4

});

Pada script tersebut color menyatakkan warna dalam format heksadesimal.

Sedangkan weight menyatakan tingkat ketebalan dari garis tersebut. Points menunjukkan

kode ASCII titik-titik yang harus dilewati oleh garis polyline tersebut, algoritma dan cara

pembuatan kode ASCII ini dapat dilihat langsung pada situs Google Maps. Levels, zoom

factor dan numLevel mengatur tentang zoom level. Mengatur warna garis bisa sangat

membantu dalam proses membedakan garis batas dengan dua Negara yang berbeda

tetapi disambungkan dengan suatu trijunction.

IV.2.6. Pemberian Label dengan Menggunakan Marker. Garis merupakan suatu obyek

yang berformat vektor yang ketika dioverlay garis tersebut akan berformat VML/SVG.

Agar dapat diklik dan menghasilkan informasi, dierlukan java script yang terletak di

tempat yang terpisah. Dalam file java script tersebut dinyatakan apa saja yang harus

dilakukan ketika mouse berada di atas polyline ataupun ketika mouse mengklik polyline

tersebut.

Marker mengidentifikasikan titik yang ada di peta. Secara default, akan

digunakan icon yang diberikan Google Maps, yang sesungguhnya bisa diganti dengan

ikon lain. Dalam pembuatan GMarker harus disertakan GLatLng untuk menentukan

koordinat posisi marker tersebut. Suatu marker didesain sebagai icon yang interaktif,

pada settingan defaultnya suatu marker akan menerima “click” event, dan bisaanya

disertakan juga suatu event listeners yang akan menampilkan window baru yang

bisaanya berisi informasi tambahan mengenai lokasi marker tersebut.

Misalnya akan memberikan keterangan pada salah satu titik batas antara

Indonesia dengan India maka harus dibuat sebuah jendela yang memuat keterangan

tentang titik batas tersebut. Untuk memuat keterangan tersebut sebaiknya digunakan

window baru yang akan muncul apabila marker diklik. Window tersebut dibuat dengan

script berikut:

Page 10: Aplikasi Google Maps API

var WINDOW_inaindia = '<div style="width: 210px; padding-right:

10px"><center><b>PERBATASAN INDONESIA-INDIA<b> </center><\/div>';

Pada window_inaindia tersebut akan ditampilkan tulisan “PERBATASAN

INDONESIA-INDIA” untuk menginformasikan bahwa titik tersebut merupakan salah satu

titik yang merupakan perjanjian batas antara Indonesia dengan India. Untuk bisa

menampilkan marker yang akan memuat window tersebut digunakan script berikut

sehingga muncul jendela seperti pada Gambar 2.

var inaindia = new GMarker(new GLatLng(4.027778,92.39861));

map.addOverlay(inaindia);

GEvent.addListener(inaindia, "click", function() {

inaindia.openInfoWindowHtml(WINDOW_inaindia);

});

Gambar 2 Perbatasan Indonesia-India

Hal serupa bisa diterapak untuk titik lain seperti trijunction point dan sebagainya,

seperti yang terlihat di Gambar 3.

Gambar 3 Trijunction Point India-Indonesia-Thailand9

9 Gambar-gambar dalam tulisan ini merupakan prototype dari SIG Batas Maritim Indonesia. SIG ini masih dalam tahap pembuatan dan belum dipublikasikan

Page 11: Aplikasi Google Maps API

V. Kesimpulan Pembuatan system informasi geografis berbasis internet yang memuat dan

mendeskripsikan batas meritim Indonesia merupakan salah satu alternatif untuk

memberikan pemahaman yang benar tentang batas maritim Indonesia. Dengan system

ini, masyarakat umum akan bisa mengetahui dengan jelas batas maritim yang sudah

ditetapkan dan yang belum. Kemudahan mengakses informasi ini akan memicu

kesadaran Bangsa Indonesia untuk memelihara dan mengelola wilayah perbatasan,

termasuk memotivasi penyelesaian sengketa batas maritim dengan lebih cepat. Selain

itu, pemahaman yang baik dan proporsional akan menghindarkan masyarakat dari reaksi

yang tidak proporsional dalam menghadapi kasus batas maritim.

Penggunaan Google Maps API untuk pembuatan sistem ini merupakan opsi yang

baik karena bersifat gragis dan kompatibilitasnya tinggi. Dengan adanya sistem informasi

geografis batas maritim Indonesia berbasis internet diharapkan akan tercipta sistem yang

berbiaya tetapi cukup efektif dalam hal penyebaran informasi untuk kepentingan

masyarakat.

VI. Daftar Pustaka _____. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.Diakses tanggal 14

Februari 2008 dari http://hukumonline.com/detail.asp?id=16105&cl=Berita _____. Embassy Of The Republic Of Indonesia . Diakses tanggal 11 Maret 2008

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html _____. Kelompok Keilmuan Geodesi ITB. Diakses tanggal 10 Maret 2008 dari

http://geodesy.gd.itb.ac.id/?page_id=88 _____. Persetujuan Pemerintah Indonesia,Pemenrintah India ,Pemerintah Thailand

tentang Penetapan Batas Maritim di Laut Andaman. Diakses tanggal 10 Maret 2008 dari http://www.siki.dkp.go.id/PANGKALAN%20DATA/AButr%203/ Perjanjian%20atau%20Persetujuan/Persetujuan%20Indonesia-India-Thailand%20Tahun%201978.htm

_____. UU No.2 Tahun 1971 . Diakses tanggal 13 Maret 2008 dari http://www.theceli.com/dokumen/produk/1971/2-1971.htm

_____. UU No.7 Tahun 1973. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari http://www.unmit.org/legal/IndonesianLaw/uu/Uu197307.htm

Arsana, I M. A. (2007), Indonesia-Singapore talks on maritime borders making progress, The Jakarta Post, 5 April 2007, Jakarta

Arsana, I.M.A. 2007. BATAS MARITIM ANTAR NEGARA Sebuah Tinjauan Teknis dan Yuridis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta

Azizy, A. 2005. Menyikapi Kasus Ambalat. Diakses tanggal 11 Maret 2008 dari http://www.sinarharapan.co.id/berita/0503/14/opi01.html

Prahasta, E. 2007. Membangun aplikasi web-based GIS dengan Map Server. Informatika. Bandung 2006.

Sudjiono. 2005. Sengketa dengan Negara Lain. Suara Merdeka. Diakses tanggal 5 Maret 2008 dari http://www.suaramerdeka.com/harian/0504/28/opi4.htm.