Upload
mira-yanti
View
119
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit. Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter 7,2 µm tanpa inti, lebih dari separuh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya berbentuk substansi koloidal padat. Sel ini bersifat elastis dan lunak.Lekosit (sel darah putih) terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan agranulosit.Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya, Trombosit terdapat khusus pada sel darah mammalia.Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah. Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles (metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput (film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Cahya, 2013).
Citation preview
PAPER HEMATOLOGI
PEMBUATAN HAPUSAN DARAH
Oleh
Kelompok I (Ganjil) :
Ni Wayan Windi Ferina (P07134012001)
A.A.I.N. Gayatri Agung (P07134012011)
Kadek Ayu Lestariani (P07134012021)
Ni Komang Mirayanti (P07134012031)
Luh De Trisna Dewi (P07134012041)
Disampaikan kepada :
Dosen Pengampu Mata Kuliah Hematologi
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
DIII JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2014
PEMBUATAN HAPUSAN DARAH
A. Tujuan
Tujuan diadakannya praktikum pembuatan preparat apusan darah adalah mampu
membuat preparat apusan darah dengan metode apus.
B. Metode
Metode yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah metode apus (smear).
C. Prinsip
Setetes darah dipaparkan di atas sebuah glas objek, kaca perata di dorong sepanjang kaca
sediaan, kemudian dilakukan pewarnaan.
D. Dasar Teori
Darah merupakan suatu suspensi sel dan fragmen sitoplasma yang dapat dianggap
sebagai jaringan pengikat dalam arti luas, karena pada dasarnya terdiri atas unsur-unsur sel
dan substansi interseluler yang berbentuk plasma. Fungsi utama dari darah adalah
mengangkut oksigen yang diperlukan oleh sel-sel diseluruh tubuh.Darah juga menyuplai
jaringan tubuh dengan nutrisi, mengangkut zat-zat sisa metabolisme, dan mengandung
berbagai bahan penyusun sistem imun yang bertujuan mempertahankan tubuh dari berbagai
penyakit.
Sel darah pada umumnya dikenal ada tiga tipe yaitu: eritrosit, lekosit dan trombosit.
Eritrosit manusia dalam keadaan normal berbentuk cakram bulat bikonkaf dengan diameter
7,2 µm tanpa inti, lebih dari separuh komposisi eritrosit terdiri dari air (60%) dan sisanya
berbentuk substansi koloidal padat. Sel ini bersifat elastis dan lunak.Lekosit (sel darah putih)
terdapat pada bagian pinggir sel darah, lekosit ini dibagi menjadi dua yaitu granulosit dan
agranulosit.Tipe ketiga yaitu Trombosit (disebut juga keping darah), berbentuk sebagai
keping-keping sitoplasma lengkap dengan membran yang mengelilinginya, Trombosit
terdapat khusus pada sel darah mammalia.
Untuk melihat struktur sel-sel darah dengan mikroskop cahaya pada umumnya dibuat
sediaan apus darah. Sediaan apus darah ini tidak hanya digunakan untuk mempelajari sel
darah tapi juga digunakan untuk menghitung perbandingan jumlah masing-masing sel darah.
Pembuatan preparat apus darah ini menggunakan suatu metode yang disebut metode oles
(metode smear) yang merupakan suatu sediaan dengan jalan mengoles atau membuat selaput
(film) dan substansi yang berupa cairan atau bukan cairan di atas gelas benda yang bersih dan
bebas lemak untuk kemudian difiksasi, diwarnai dan ditutup dengan gelas penutup (Cahya,
2013).
Sediaan apusan darah
Sediaan apus darah tepi adalah suatu cara yang sampai saat ini masih digunakan pada
pemeriksaan di Laboratorium. Sediaan apusan darah adalah suatu sarana yang digunakan
untuk menilai berbagai unsur sel darah tepi, seperti
a. Evaluasi morfologi dari sel darah tepi (eritrosit, trombosit, dan leukosit)
b. Memperkirakan jumlah leukosit dan trombosit
c. Identifikasi parasit (misal : malaria. Microfilaria, dan Trypanosoma).
Jenis Apusan darah:
1.Sediaan darah tipis
Ciri-ciri sediaan apus darah tipis yaitu lebih sedikit membutuhkan darah untuk
pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tebal, morfologinya lebih jelas,
dan perubahan pada eritrosit dapat terlihat jelas.
2.Sedian darah tebal
Ciri-ciri sediaan apus darah tebal yaitu lebih banyak membutuhkan darah untuk
pemeriksaan dibandingkan dengan sediaan apus darah tipis, jumlah selnya lebih banyak
dalam satu lapang pandang, dan bentuknya tak sama seperti dalam sediaan apus darah
tipis (Imam Budiwiyono 1995).
Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan pemeriksaan yang baik. Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar
yang berasal dari kapiler atau vena dengan atau tanpa EDTA. Darah yang diperoleh dari
tusukan jarum pada ujung jari.Sebaiknya tetesan darah pertama dibersihkan agar diperoleh
hasil yang memuaskan.Tetesan yang kedua diletakan pada daerah ujung kaca sediaan yang
bersih.
Untuk membuat sediaan apus darah diperlukan 2 buah kaca objek. Kaca objek yang
satu dijadikan tempat apusan darah(disebut sebagai kaca sediaan) dan yang lain dijadikan
alat perata(disebut kaca perata atau spreader). Kaca objek yang harus dipakai harus benar-
benar bersih,kering dan tidak berlemak.Kaca objek yang telah bersih dan kering dapat dipakai
untuk membuat sediaan apusan darah. Diatas kaca sediaan,diletakkan setetes darah kira-kira
1- 2cm dari salah satu ujungnya,sebaiknya tetesan darah berdiameter 1mm. Kaca perata
dipegang sedemikian rupa sehingga membentuk sudut antara 300-450 dengan kaca sediaan.
Diletakkan di depan tetesan darah tadi, lalu dimundurkan menyentuh tetesan darah,tetesan
darah akan merambat sepanjang sisi garis temu kedua kaca objek itu, kaca perata di dorong
sepanjang kaca sediaan dengan gerakan yang cepat,tetap dan tidak ragu (KAKU).
Gerakan memdorong dan sudut yang dibentuk antara kedua kaca objek merupakan
factor yang penting,demikian pula sisi kaca perata,karena akan memepengaruhi mutu sediaan
:
Sudut lebih dari 450 atau gerakan mendorong terlalu cepat akan menghasilkan sediaan
yang tebal
Sudut kurang dari 300 atau gerakan terlalu pelan akan menyebabkan sediaan menjadi tipis
Gerakan mendorong yang ragu-ragu dapat menghasilkan sediaan yang tidak rata atau
bergelombang
Sisi kaca perata yang tidak rata akan menghasilkan sediaan yang tidak rata atau ujung
apusan yang tampak “bergerigi”.
Untuk memperoleh sediaan apus yang baik diperlukan latihan-latihan dengan
memperhatikan factor-faktor diatas. Pada sediaa apus yang baik akan diperoleh juga
distribusi sel yang baik,hal ini penting dalam hal memperoleh hasil hitung jenis leukosityang
benar dan dalam melakukan evaluasi gambaran darah tepi.
Apusan diatas kaca sediaan dapat dibagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian Pangkal (Head) yaitu bagian dimana tetesan darah mulai diapuskan. Pada
bagian ini sebagian besar eritrosit tampak(dibawah tabung mikroskop)terletak
tumpang tindih.
2. Bagian Tengah (Body) dimana letak sebagian eritrosit mulai terpisah dan sebagian
lainya masih tumpang tindih.
3. Bagian Ujung (Tail) yaitu bagian paling tipisdibagian ini eritrosit kelihatan saling
berpisah atau bersinggungan.
Distribusi leukosit terjadi di bagian pangkal sampai dibagian ujung apusan.Biasanya
limfosit cenderung berada dibagian tepi dan ujung apusan,makin tipis sediaan yang dibuat
maka makin besar proporsi sel-sel segmen di bagian ujung. Sediaan yang terlalu tebal akan
menyebabkan pengecatan sediaan makin sukar menyebabkan sel-sel leukosit tampak lebih
kecil sehingga menyulitkan identifikasi sel.
Sedian apusan darah yang baik harus memenuhi kriteria berikut :
Panjang apusan kira-kira 3-4 cm.bila pangkal apusan berada 1-2 cm dari ujung kaca
sediaan maka panjang apusan akan melampaui ½ panjang kaca sediaan.
Sediaan lebih tebal dibagian pangkal dan makin ke ujung makin tipis
Sediaan /apusan tampak rata,tidak bergelombang dan tidak berlobang
Sepanjang sisi apusan ada daerah bebas (free margin) yakni daerah kaca sediaan yang
tidak terlintasi oleh apusan darah.
Imam, Budiwiyono. 1995
Gambar: Sediaan Hapusan Darah
Setelah sediaan darah dikeringkan pada suhu kamar barulah dilakukan pewarnaan
sesudah difiksasi menurut metode yang dipilih, yaitu metode Giemsa dan Wright yang
merupakan modifikasi metode Romanosky.
Pulasan giemsa
Zat warna yang digunakan dalam metode Romanovsky adalah Giemsa yang
sebelumnya telah diencerkan dengan aquades. Sediaan apus yang telah dikeringkan diudara,
difixir dulu dengan methyl alkohol selama 3-5 menit. Semakin lama pewarnaan yang
dilakukan maka intensitasnya menjadi semakin tua. Preparat apus yang yang telah selesai
dibuat kemudian diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran 100x. Gambar yang didapat
dalam hasil menunjukan sel-sel butir darah baik eritrosit, leukosit, trombosit, atau yang lain.
Pembuatan sediaan apus menggunakan beberapa bahan yang berupa larutan-larutan
khusus yang memiliki fungsi masing-masing. Diantaranya menggunakan methanol/ alkohol
100%, alkohol ini diteteskan ke atas sediaan, sehingga bagian yang terlapis darah tertutup
seluruhnya.Metanol atau alkohol ini berfungsi untuk proses fiksasi yaitu untuk membunuh
sel-sel pada sediaan tersebut tanpa mengubah posisi (struktur) organel yang ada di dalamnya.
Dari literatur lain disebutkan, tujuan fiksasi adalah untuk menghentikan proses metabolisme
secara cepat, mencegah kerusakan jaringan, mengawetkan komponen-komponen sitologis
dan histologist, mengawetkan keadaan sebenarnya, dan mengeraskan (Rudyatmi, 2011).
Pembuatan sediaan apus juga menggunakan xylol. Xylol berfungsi untuk
menjernihkan sediaan, karena zat pewarna Giemsa masih bersisa disediaan.Xylol terus
diberikan agar sediaan tidak kering. Pada akhir pengamatan sediaan apus yang telah dibuat,
kaca bendaa diberi zat entellen serta langsung ditutup kaca penutup. Zat entellen ini berfungsi
untuk melekatkan kaca penutup pada objek, selain itu agar objek yang sudah diamati tidak
rusak dan tetap awet (Mescher, Anthony L. 2012).
Pulasan wright
Zat pulas wright dapat dibeli dalam bentuk serbuk atau sebagai cairan siap pakai.
Untuk membuat larutan koloid yang siap pakai larutan ini harus dilarutkandalam
metilalkohol, tiap 0,1 g serbuk itu digerus dalam sebuah mortar dengan metilalkohol
ditambahkan sedikit demi sedikit sampai 60 ml. Simpanlah larutan itudalam botol berwarna
yang diisi sampai penuh, kocoklah isinya setiap hari.Larutan itu 10 hari cukup matang
digunakan. Jauhkan larutan wright dari uap asam atau basa.Tutuplah botol selalu rapat –
rapat agar tidak kemasukan hawa lembab.
Perbedaan pulasan giemsa dengan pulasan wright yaitu dengan pulasan giemsa,
granul basofil tidak terlihat karena granula akan larut dan pulasan ini baik untuk melihat
bentuk dari eritrosit. Sementara itu, pulasan wright baik untuk darah yang banyak
mengandung sel – sel muda dan sediaan sumsum tulang karena struktur plasma dan inti
lebih jelas terlihat.
E. Alat dan Bahan
Alat
1. Objek gelas
2. Holder
3. Lanset
Bahan
1. Alkohol swab 70 %
2. Darah
3. Kapas kering
F. Cara Kerja
a) Pengambilan Darah Kapiler:
1. Memilih salah satu ujung jari tangan, kecuali ibu jari dan jari kelingking, lebih baik
menggunakan jari manis.
2. Membersihkan ujung jari dengan kapas yang telah dibasahi dengan alkohol 70%,
biarkan kering lebih dulu.
3. Menusuk ujung jari yang telah bersih dengan blood lancet. Usahakan jangan
sampai tusukannya terlalu dalam.
4. Darah yang keluar pertama kali jangan digunakan, usap tetesan pertama dengan
kapas steril.
5. Lalu teteskan darah pada objek glass secukupnya (± 3 tetes), lalu dibuat hapusan.
b) Pembuatan Hapusan Darah Tebal:
1. Darah yang sudah diteteskan pada objek glass, diputar secara melingkar dengan
ujung objek glass
2. Ukuran lingkaran ± 1 cm x 1 cm, dengan arah putaran melingkar dari arah luar ke
dalam dengan tersebar dan rapi.
c) Pembuatan Hapusan Darah Tipis:
1. Menyentuhkan ujung objek glass lain yang bersih pada ujung objek glass yang
telah ditetesi darah dengan posisi sudut 450,tarik mundur menyentuh tetesan darah
(untuk meratakan penyebaran darah).
2. Setelah tetesan darah melebar (± 3 cm), dorong ujumg objek glass lain , ke arah
depan dengan cepat dan merata hingga hapusan terlihat tipis.
3. Mengeringkan hapusan darah di udara terbuka.
4. Memberi tanda pada kaca benda yang ada hapusan darahnya.
Daftar Pustaka
Asri, 2013, Pembuatan Preparat Apus Darah Manusia, Online, Available :
http://asrie02.blogspot.com/2013/12/laporan-praktikum-histologi.html, 4
Maret 2014
Anonim, 2013.Cara Pembuatan Apusan Darah Tipis.Online.Available
:http://www.katsanakes.com/2013/03/cara-pembuatan-apusan-darah-
tipis.htm, 5 maret 2014.
Aceh, 2012. Pembuatan Sediaan Apusan Darah. (online). Available : http://aceh-
laboratorium.blogspot.com/2012/01/pembuatan-sediaan-apusan-darah.html.
5 Maret 2014.
Cahya, 2013, Laporan Anfisman Sediaan Apus Darah, Online, Available :
http://cahyaaulia.blogspot.com/2013/12/laporan-anfisman-sediaan-apus-
darah_8.html, diakses pada 3 Maret 2014
Budiwiyono, Imam. 1995. Prinsip Pemeriksaan Preparat Hapus Darah Tepi.
Dalam : Imam BW, Purwanto AP ed. Workshop Hematologi III. Keganasan
Hematologik. Pembacaan Preparat Darah Hapus (Workshop Hematologi
III). Bagian PK FK Undip. Semarang. Online.Available :
http://sketsaistjourney.wordpress.com/2013/03/23/hemoglobin-dan-apusan-
darah/, diakses pada 3 Maret 2014
Kd, Mita. 2013. Pembuatan Preparat Hapusan Darah Smear. (online). Available:
http://mitakd.blogspot.com/2013/05/pembuatan-preparat-hapusan-darah-
smear_23.html. 5 Maret 2014.
Mescher, Anthony L. 2012. Histologi Dasar JUNQUIERA. Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC.
Rudyatmi,Eli. 2011. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi FMIPA
UNNES