Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
ARAH PENGEMBANGAN DAN PENYELENGARAAN
INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DARAT
Direktorat Transportasi
Bappenas
Yogyakarta, 15 Oktober 2014
Dail Umamil Asri
Kasubdit Transportasi Darat Bappenas
OUTLINE
Kondisi Saat ini dan Permasalahan
Arahan Kebijakan Pengembangan Konektivitas Nasional
Kerangka Pendanaan dan Strategi Pembiayaan
DAK Transportasi
Global Competitiveness Index
Kesenjangan ekonomi wilayah sangat laten
dan konsisten
Distribusi PDRB Wilayah Rata Rata Selama Beberapa
Tahun
Sumber: Pembangunan Daerah Dalam Angka, Bappenas,
2012
Pertumbuhan
Ekonomi Wilayah
2007-2012 (%)
Sumber:
Pembangunan
Daerah Dalam
Angka, Bappenas,
2012
Upaya regional balancing harus dilakukan
melalui keseimbangan pembangunan
konektivitas global dan nasional, perkotaan
dan perdesaan, pusat-pusat pertumbuhan
dan daerah tertinggal, serta pembangunan
transportasi intra pulau dan antar pulau
Sumber: ADB, ILO & ILO, 2009
Maluku &
Papua=4,6 %
Persebaran Kemiskinan
Laju Pertumbuhan Sektor Unggulan (%)
Kondisi Konektivitas Nasional
Jalan: 85% penumpang
91% barang >40 T Anggaran
Kereta Api: 7% penumpang
0,7% barang ~14 T Anggaran
Pelabuhan & Bandara: 8% penumpang
8,3% barang ~ 14 T Anggaran
Ko
nd
isi s
aa
t ini
Pergerakan ekonomi Indonesia kedepan tidak dapat dibebankan sepenuhnya
kepada jalan raya saja. Skenario RIPNAS 2030 pangsa KA akan menjadi 13% dan
17% masing-masing untuk penumpang dan barang. Diperlukan USD 67.3 miliar
investasi untuk tracks dan rolling stocks dengan pembagian 30% dari investasi
pemerintah dan 70% dari swasta.
Terjadi ketidak-seimbangan moda
yang sangat timpang dan ideologi
transportasi Indonesia adalah
mewujudkan modal share yang lebih
seimbang
Year Scope Sea Road Rail 2014 Indonesia 4% 94% 2%
North Java 2% 97% 2% Jkt - Sby 9% 90% 1%
Modal Share
Sumber: Kajian Multimoda Pantai Utara Jawa
6
Kondisi Transportasi Darat
Kinerja yang buruk dari sektor Pelabuhan • Kendala utama dari sektor pelabuhan adalah rendahnya waktu
bongkar-muat selama 8 hari di pelabuhan Tanjung Priok. Waktu
bongkar-muat ini lebih lama dibandingkan dengan pelabuhan di
Thailand yaitu selama 5 hari dan di Singapura selama 1.2 hari.
Lambatnya pembaharuan dan pembangunan pada
sektor kereta api
• Pertumbuhan di sektor kereta api hanya 7.7% dari
total 4,800 km adalah jalur ganda, dimana kereta
penumpang dan barang menggunakan jalur yang
sama
• Efisiensi waktu pada jaringan sektor tersebut sangat
rendah.
Kurang berimbangnya komposisi moda dalam
bidang transportasi
• Tingginya pengguna kendaraan pribadi menjadi
sumber kemacetan di kota-kota besar.
• Menurut survey, Jakarta didominasi dengan
kendaraan pribadi sebanyak 62.2%, yang berarti
sekitar 10 juta komuter melakukan perjalanan setiap
harinya.
1,1
2
3
3
4
4
5
8
0 2 4 6 8 10
Singapore
Hong Kong
France
Australia, NZ
UK, Los Angeles (USA)
Malaysia (Port Klang)
Thailand
Tanjung Priok
Waktu Dwelling/Dwelling Time (hari)
7,7%
13,4%
18,0%
28,4%
38,8%
41,1%
Indonesia
Thailand
Malaysia
India
China
Japan
Pangsa Moda (%)
2,3
14
25
62,2
46
11
12,9
20
63
22,6
19
0
0% 50% 100%
Jakarta
Taipei
Hong Kong
Rail Private Transport
Non-Rail Public Transport Others
Kondisi jalan yang buruk mengakibatkan
berkurangnya kecepatan
• Kualitas jalan yang rendah, terutama di daerah
• Kondisi jalan menjadi berbahaya ditambah dengan
tingkat kemacetan yang tinggi
• Menyebabkan jarak tempuh di Indonesia menjadi 2.6
jam untuk jarak 100 km.
Waktu Tempuh (jam/100km)
Rasio Double Tracking Jalur KA (%)
Biaya logistik terhadap PDB di Indonesia
diperkirakan mencapai 25.1%, jauh melampaui
standar negara tetangga seperti Thailand (20.4%),
China (18.1%) dan jauh di bawah Jepang (11.4%)*.
Hal ini disebabkan oleh besarnya backlog dalam
waktu dwelling pelabuhan, kemacetan di jalan raya,
dan kurangnya kapasitas perkeretaapian nasional.
*berdasarkan studi oleh World Bank dan ITB, 2012
Biaya Logistik Nasional
Sumber: Pusat Kajian Logistik ITB
Komposisi Biaya Logistik Nasional Terhadap PDB
Pada tahun 2012 biaya logistik di
Indonesia mencapai 27% dari GDP atau
terjadi peningkatan biaya logistik 3%
dibandingkan tahun 2011. Biaya
transportasi tertinggi berasal dari moda
darat yaitu 71%. Diperlukan upaya
untuk mengintegrasikan sistem logistik
nasional sehingga dapat menekan biaya
logistik.
0
5
10
15
20
25
30
35
Co
st
(%
GD
P)
Administration costs Inventory costs
71%
22%
3% 0% 4%
Komponen Biaya Transportasi
2011
Jalan Laut Udara KA Services
8
Urbanisasi Dan Penurunan Peran Angkutan Umum
Perkembangan Sistem Transit
10
Kota yang Sudah Mengoperasikan Sistem Transit
Pekanbaru
Ambon
Manado
Gorontalo
Sarbagita Solo Yogyakarta
Semarang Bandung
Bogor Jakarta
Palembang
Batam
Makassar Lampung
Padang
No.Sistem Transit dan
BRTKota
Jumlah
Penduduk
Luas
Wilayah
(Km2)
Panjang
Jalan
Jumlah
Bus
Armada Sistem
Transit/ 1000
Penduduk (%)
1 Trans Jogja Yogyakarta 456.915 32,5 244 54 11,8
2 Trans Pakuan Bogor 895.596 118,5 621 30 3,3
3 Trans MusiPalembang 1.394.954 400,6 903 25 1,8
4 Batik Solo Trans Solo 564.920 44,1 523 15 2,7
5 Trans Metro Pekanbaru 905.000 632,0 289 20 2,2
6 Trans Semarang Semarang 2.300.000 373,0 2.763 20 0,9
7 Bus Pilot Project Batam 975.000 415,0 387 22 2,3
8 Trans Kawanua Manado 434.845 157,3 572,8 14 3,2
9 Trans Hulonthalangi Gorontalo 165.175 64,8 256 15 9,1
10 Trans Metro Bandung Bandung 2.390.120 167,7 933 10 0,4
RATA-RATA 1.048.253 240,5 749 23 3,8
11 Trans Jakarta Jakarta 9.041.605 632,0 7.645 426 4,7
Meskipun demikian peran angkutan umum massal
perkotaan masih jauh dari kemampuan minimum yang
dianggap sebagai peran minimum yang mampu
menggerakkan perpindahan pengguna kendaraan
pribadi ke angkutan umum.
Secara umum, beroperasinya Sistem Transit di kota-kota di Indonesia masih bergantung pada
subsidi operasional yang dialokasikan dari APBD Pemda. Maka pengembangan BRT juga
terkendala kemampuan finansial APBD.
No. Kota
Jumlah
Penumpang
Subsidi
Operasional
Rata-rata
Subsidi
(juta
pnp/thn)
(juta
Rp/thn)
(Rp/pnp)
1. TransJakarta *2012 111 251.000 2.264
2. Trans Jogja *2014 5,8 14.500 2.586
3. Trans Pakuan, Bogor
*2013
1,0 3.000 3.333
4. Trans Metro Pekanbaru
*2012
2,2 6.170 2.804
Sumber: Forum Transit VIII (2014)
Besaran Subsidi Sistem Transit di Beberapa Kota
Transportasi dan Konsumsi BBM
11
Hal tersebut didorong oleh peningkatan volume kendaraan komersial dan pribadi (dari 115 kendaraan per 1.000 orang, menjadi 312 per 1.000 pada tahun 2030 apabila tidak ada intervensi)
Porsi konsumsi energi sektor transportasi 2005 adalah sbb: Darat 90.7%; Air 6.9%; Udara 2.4%; Kereta Api 0.0%.
• Transportasi Darat adalah kontributor utama pencemaran udara dan berkontribusi terhadap 27% emisi dan cenderung terus bertambah.
ICCSR 2010 & DNPI 2010
2011: Indonesia became Net Importer
The fuel price of Indonesia is far less than US
price and the lowest European prices (BMZ, 2011)
Data Kecelakaan Lalu Lintas Jalan
Kerugian ekonomi jelas terlihat bahwa korban kecelakaan lalu
lintas terjadi pada kelompok usia produksi dan remaja.
Sepeda motor dan usia di bawah syarat usia
memiliki SIM merupakan kelompok terbesar Walaupun Jumlah Kecelakaan terbesar terjadi di Jalan Kabupaten, tetapi
jumlah korban meninggal dunia dan luka luka terjadi di Jalan Provinsi
ARAH PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS
NASIONAL
13
Pada RENSTRA III dan
RENSTRA IV transportasi adalah
lokomotif yang ikut menghela
pembangunan ekonomi Indonesia
2015-2025 menuju ke negara
berpendapatan menengah atas
keluar dari jebakan negara
berpenghasilan menengah bawah
(middle income trap)
Political Determination <Conjecture>
The future of the future
Conjecture
Apakah ini dapat
terwujud?
Dapat seandainya
transportasi
dibangun secara
cepat, efisien, dan
mengikutsertakan
seluruh potensi
masyarakat
termasuk kapital,
teknologi,
manajemen, dan
profesionalisme
yang tersedia di
sektor swasta.
2010
2010 2015 2035 2030
RPJM III dan RPJM IV dan RENSTRA III dan IV
membantu menciptakan masa depan Indonesia
dengan membentuk transportasi yang maju,
efisien, dan terintegrasi.
Technocratic Determination <Projection>
PDB USD 700 M
PDB/Kapita USD 3.000
PDB USD 15-17,5 triliun
PDB/Kapita USD 44.500-49.000
PDB USD 4.-4,5 triliun PDB/Kapita
USD 14.250-15.500 (negara
berpendapatan tinggi)
2025
2045
2020 2025
Lintasan kritis 10 tahun kedepan keluar dari MIT
Aspirasi pencapaian
PDB Indonesia
Sumber: MP3EI, 2011
Keluar dari middle income trap? Sulit rasanya tanpa
transportasi yang maju dan efisien
Naskah Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bappenas & Indonesia Infrastructure Initiative Slide No. 14
TUJUAN
a. Menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi utama untuk memaksimalkan pertumbuhan berdasarkan prinsip keterpaduan, bukan keseragaman, melalui inter-modal supply chains systems;
b. Memperluas pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan aksesibilitas dari pusat-pusat pertumbuhan ekonomi ke wilayah belakangnya (hinterland);
c. Menyebarkan manfaat pembangunan secara luas (pertumbuhan yang inklusif dan berkeadilan) melalui peningkatan konektivitas dan pelayanan dasar ke daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan dalam rangka pemerataan pembangunan.
STRATEGI
PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR BARU (Asset Creation)
- Pembangunan proyek-proyek konektivitas yang terintegrasi dengan kebutuhan industri
- Pembangunan proyek-proyek debottlenecking
OPTIMALISASI (Value Creation)
- Penguatan kerangka kerja konektivitas nasional melalui sinkronisasi dan integrasi kebijakan transportasi, logistik, ICT dan pengembangan koridor/KEK/Klaster industri
- Pengembangan upaya-upaya debottlenecking melalui reformasi kebijakan dan regulasi
- Peningkatan produktivitas prasarana yang tersedia
Tujuan dan Strategi Penguatan Konektivitas Nasional
SASARAN Terwujudnya konektivitas lokal yang tangguh dan terhubung dengan konektivitas global dalam mendorong peningkatan daya saing nasional sehingga menjadi negara maju.
11
Kerangka Kerja Konektivitas
adalah menghubungkan intra
koridor ekonomi, antar koridor
ekonomi, dan internasional melalui
: Meningkatkan kelancaran arus barang, jasa dan informasi
Menurunkan biaya logistik
Mengurangi ekonomi biaya tinggi
Mewujudkan akses yang merata di seluruh wilayah
Mewujudkan sinergi antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi
1
2
3
4
5
Kerangka Kerja Konektivitas 10
17
Pusat Distribusi Provinsi
Pusat Distribusi Nasional
Legend:
By sea / by rail By land / by rail / by seaBy sea / by rail / by land
Konektivitas:
Short Sea Shipping
Jaringan Transportasi Laut Sebagai Tulang Punggung Logistik Nasional
ARAH PEMBANGUNAN KONEKTIVITAS
NASIONAL 2015-2019
18
a. Rasio elektrifikasi mencapai 100% (81,4% pada tahun 2014)
b. Akses air minum layak mencapai 100% (68.5% pada tahun 2014)
c. Sanitasi layak mencapai 100%
(60.5% pada tahun 2014) d. Akses perumahan layak
mencapai 100%
Kerangka Pikir Kebijakan Pembangunan
Bidang Infrastruktur
SASARAN RPJMN 2015-2019 ISU STRATEGIS
PENINGKATAN KETERSEDIAAN
INFRASTRUKTUR PELAYANAN DASAR
PENINGKATAN KETAHANAN AIR, PANGAN DAN ENERGI
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL
Slide - 19
Gambaran Umum
saat ini 1. Kondisi jalan khusunya jalan daerah
kurang memadai
2. Pembangunan Kereta api masih
terbatas.
3. Kurang berimbangnya komposisi
moda dalam bidang transportasi
4. Kinerja yang kurang kompetitif dari
sektor Pelabuhan
5. Jaringan Transportasi Udara yang
melebihi kapasitas
6. Rendahnya Rasio Elektriikasi – Krisis
Energi
7. Kurangnya infrastruktur sumber daya
air – Krisis Pangan dan Managemen
Bencana
8. Kapasitas cadangan air masih
terbatas– Krisis Air
KERANGKA PELAKSANAAN
Kerangka Pendanaan:
APBN dan Non-APBN
Kerangka Regulasi
Kerangka Kelembagaan
KEBIJAKAN & STRATEGI
• Peningkatan bauran energi (diversifikasi energi), konservasi energi dan iklim investasi infrastruktur energi dan ketenagalistrikan
• Peningkatan peran pemerintah daerah dalam penyediaan rumah baru layak huni dan meningkatkan kualitas hunian MBR
• Penyelenggaraan sinergi air minum dan sanitasi di tingkat nasional, kabupaten/kota, dan masyarakat
• Optimalisasi neraca air domestik
• Peningkatan layanan jaringan irigasi/rawa
• Peningkatan cakupan pemenuhan dan kualitas layanan air baku
• Pengendalian daya rusak air • Peningkatan kapasitas kelembagaan,
ketatalaksanaan, dan keterpaduan dalam pengelolaan sumber daya air
• Pembangunan Transportasi Multimoda dan transportasi yang mendukung Sislognas.
• Membangun transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.
• Membangun transportasi yang terintegrasi dengan investasi untuk mendukung Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Industri, dan pusat-pusat pertumbuhan.
• Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband infrastruktur broadband di daerah perbatasan negara.
• Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost effective.
• Mengembangkan Transportasi Massal Perkotaan
e. Kondisi mantap jalan mencapai 100%
(94 % pada tahun 2014) f. Biaya logistik menurun
menjadi 20% terhadap PDB (27% pada tahun 2014)
g. Pangsa Pasar Angkutan Umum menjadi 32%
(23% pada tahun 2014) h. Fixed broadband populasi 30%
(kota) dan 6% (desa) dan mobile broadband 100% populasi
i. Areal irigasi yang dilayani waduk menjadi 20%
(11% pada tahun 2014)i. j. Kapasitasi air baku menjadi
109,5 m3/detik
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI MASSAL
PERKOTAAN
PENINGKATAN EFEKTIVITAS, SERTA EFISIENSI PEMBIAYAAN
DALAM PENYEDIAAN INFRASTRUKTUR
Arahan RPJPN
(untuk RPJMN III
Pemenuhan Infrastruktur dasar:
• Rasio Elektrifikasi 100%
• Akses Air kepada sumber
air bersih 100 %
• Permukiman kumuh 0%
Dimulainya pemanfaatan tenaga
nuklir dan pembangkit listrik
Visi dan Misi serta 9 Agenda Prioritas Presiden dan Wakil Presiden Terpilih
terkait Sektor Infrastruktur
6. Meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar
internasional sehingga bangsa Indonesia bisa maju dan bangkit
bersama bangsa-bangsa asia lainnya
• Membangun infrastruktur jalan baru sepanjang sekurang-
kurangnya 2000 kilometer
• Membangun sekurang-kurangnya 10 pelabuhan baru dan
merenovasi yang lama
• Membangun sekurang-kurangnya 10 bandara baru dan
merenovasi yang lama
• Membangun sekurang-kurangnya 10 kawasan industri baru berikut
pengembangan untuk hunian buruhnya
• Membangun sekurang-kurangnya 5000 pasar tradisional di seluruh
Indonesia dan memodernisasikan pasar tradisional yang ada
• Menciptakan layanan satu atap untuk investasi, efisiensi perijinan
bisnis menjadi maksimal 15 hari
• Membangun sejumlah Science dan Technopark di kawasan
politeknik dan SMK-SMK dengan prasarana dan sarana teknologi
terkini
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakan sektor-
sektor strategis ekonomi domestik
• Membangun kedaulatan pangan
• Mewujudkan kedaulatan energy
• Mewujukan kedaulatan keuangan
• Mendirikan bank petani/nelayan dan UMKM termasuk gedung
dengan fasilitas pengolahan paska panen di tiap sentra produksi
tani/nelayan
• Mewujudkan penguatan teknologi melalui kebijakan penciptaan
sistem inovasi nasional
Dalam Nawa Cita, yakni 9 Agenda Prioritas pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla, sasaran dalam bidang
Infrastruktur dicerminkan pada agenda ke-6 dan sebagian agenda ke-7, terutama dalam pemenuhan kebutuhan
dasar serta meningkatkan daya saing.
Diperlukan penyesuaian KPI bidang infrastruktur sebagai sektor penunjang dengan target makro dan sektor lainnya.
BID
AN
G U
TA
MA
SU
B-B
IDA
NG
• Infrastruktur Dasar dan
Strategis
• Transportasi Darat dan
Laut
• Perumahan Rakyat
• Infrastruktur Dasar dan
Strategis
• Infrastruktur Energi dan
Keternagalistrikan
• Tol Laut
• Teknologi
Telekomunikasi dan
Informatika
Kerangka Pikir Kebijakan Pembangunan Bidang Infrastruktur berdasarkan
Program Kerja Tim Transisi
ISU STRATEGIS TEKNOKRATIK RPJMN
2015-2019
PENINGKATAN KETAHANAN AIR, PANGAN, DAN ENERGI
PROGRAM KERJA TIM TRANSISI JOKOWI - JK
Arahan RPJPN
(untuk RPJMN III)
Pemenuhan Infrastruktur dasar:
• Rasio Elektrifikasi 100%
• Akses air minum dan
sanitasi 100 %
• Permukiman kumuh 0%
Dimulainya pemanfaatan tenaga
nuklir dan pembangkit listrik
Kemantapan Jalan Nasional:
92.5% (2013)
Pembangunan pelabuhan:
402 lokasi (2013)
Pembangunan Embung:
213 lokasi (2013)
Rasio Elektrifikasi Tenaga
Listrik: 80.2% (2013)
Akses Air Minum Layak:
66.80% (2013)
Akses Sanitasi Layak:
59.80% (2013)
Rumah Sehat Sederhana
Bersubsidi: 121,000 unit (2013)
Desa yang dilayanai akses
telekomunikasi: 100%
Pencapaian Aktual RPJMN
2010-2014
PEMENUHAN KETERSEDIAAN INFRASTRUKTUR DASAR DAN
STANDAR PELAYANAN MINIMUM
PENGUATAN KONEKTIVITAS NASIONAL UNTUK MENCAPAI
KESEIMBANGAN PEMBANGUNAN
PENGEMBANGAN SISTEM TRANSPORTASI MASSAL
PERKOTAAN
PERCEPATAN KONTRIBUSI KPS DAN CREATIVE FINANCING
LAINNYA DALAM PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
INFRASTRUKTUR DASAR DAN STRATEGIS
TRANSPORTASI DARAT DAN LAUT
PR
OG
RA
M K
ER
JA
UT
AM
A
PERUMAHAN RAKYAT
INFRASTRUKTUR DASAR DAN STRATEGIS
INFRASTRUKTUR ENERGI DAN KETENAGALISTRIKAN
TOL LAUT
TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI DAN
INFORMATIKA
SU
B-P
RO
GR
AM
KE
RJ
A
a. Rasio elektrifikasi mencapai 100%
b. Akses air minum layak mencapai 100%
c. Sanitasi layak mencapai 100%
d. Rumah Tangga kumuh perkotaan mencapai 0%
e. Kondisi mantap jalan mencapai 100%
f. Biaya logistik menurun menjadi 20% terhadap PDB
g. Pangsa Pasar Angkutan Umum menjadi 32%
h. Layanan Pita Lebar 100% Kab/Kota
i. Index e-government mencapai 3,4 (skala 4.0)
j. Areal irigasi yang dilayani waduk menjadi 20%
k. Kapasitasi air baku menjadi 118,6 m3/detik
TARGET TEKNOKRATIK RPJMN 2015-2019
RPJMN & RENSTRA 2015-2019 Seharusnya Mengacu
Kepada “Long-term Full-scale Economic Study”
Ekonomi Regional dan Global
Kekuatan Baru Ekonomi Asia :
China, India, dan the Emerging
Economies Asia
Kerjasama Ekonomi
Regional: ASEAN Economic
Community, ASEAN
Connectivity
Ekonomi Makro & Sektor Riil Indonesia
Pertumbuhan 6-7%
Keluar dari Middle Income Trap
Inisiatif Baru
Koridor Ekonomi Kawasan Ekonomi
Khusus
Mainstreaming Infrastructure & Transportation
Mobilitas Ekonomi Regional dan Global
Internasional Sea Borne Trade
Global & Regional Transport
Connectivity
Mobilitas Ekonomi Makro & Sektor Riil Indonesia
Mobilitas Antar Wilayah
Mobilitas Intra Wilayah
Mobilitas Perkotaan
Inisiatif Baru
Mobilitas Koridor Mobilitas KEK New Projects
Naskah Teknokratik RPJMN 2015-2019 Bappenas & Indonesia Infrastructure Initiative Slide No. 22
Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan Pembangunan
Tantangan:
1.Debottlenecking infrastruktur transportasi
2.Pengembangan infrastruktur transportasi multimoda dan antarmoda secara terpadu
3.Pengembangan Sarana dan Prasarana Transportasi Perkotaan terutama pada kota besar.
4. Pengembangan infrastuktur komunikasi dan informatika yang berdaya saing.
5. Adopsi dan utilisasi layanan komunikasi dan informatika yang berkualitas
6. Terganggunya kinerja infrastruktur akibat daya rusak air seperti banjir dan longsor
7. penanganan daerah pesisir/pantai secara teringrasi (integrated coastal development)
Arah Kebijakan:
1. Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda.
2. Mempercepat pembangunan transportasi yang mendukung Sistem
Logistik Nasional.
3. Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang
berorientasi nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal
dan kewilayahan.
4. Membangun kaitan sistem dan jaringan transportasi dengan
investasi untuk mendukung Koridor Ekonomi, Kawasan Industri
Khusus, Sistem Logistik Nasional, Komplek Industri, dan pusat-
pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.
5. Meningkatkan Penyelengaraan Transportasi yang Berkeselamatan
baik transportasi darat, lperkeretaapian, laut, dan udara
6. Mentransformasi kewajiban Pelayanan Universal menjadi Broadband-ready.
7. Mengoptimalisasi pemanfaatan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit sebagai sumber daya terbatas.
8. Mendorong pembangunan fixed/wireline broadband.
9. Mendorong dunia usaha sebagai aktor utama pembangunan broadband.
10. Mendorong infrastruktur broadband di daerah perbatasan negara.
11. Mempercepat implementasi e-government dengan mengutamakan prinsip keamanan, interoperabilitas dan cost effective.
12. Mendorong tingkat literasi dan inovasi ICT.
13. Meningkatkan perlindungan terhadap kawasan strategis nasional, pusat pertumbuhan ekonomi, dan pulau-pulau terdepan dari
dampak daya rusak air (banjir, longsor, abrasi pantai)
14. Meningkatkan level of safety terhadap banjir dengan pendekatan flood management
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
Penguatan Konektivitas Nasional untuk Mencapai Keseimbangan
Pembangunan
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Mempercepat pembangunan Sistem Transportasi Multimoda.
Mempercepat pembangunan transportasi yang mendukung Sistem Logistik Nasional
Melakukan upaya keseimbangan antara transportasi yang berorientasi
nasional dengan transportasi yang berorientasi lokal dan kewilayahan.
Membangun kaitan sistem dan jaringan transportasi dengan investasi untuk
mendukung Koridor Ekonomi, Kawasan Industri Khusus, Komplek Industri, dan pusat-
pusat pertumbuhan lainnya di wilayah non-koridor ekonomi.
1
2
4
3
STRATEGI TRANSPORTASI
1
2
4
3
Pengembangan Sistem Transportasi Yang Saling Terintegrasi Antar Moda dengan Pembangunan
Terminal Terpadu Untuk Pelayanan Perpindahan Penumpang dan Barang Secara Cepat dan Nyaman.
Pembangunan Prasarana Transportasi Terutama Angkutan Laut Untuk Mendukung dan Berorientasi
Kepada Fasilitasi Kebutuhan Distribusi Logistik Nasional.
Pembangunan Prasarana Transportasi di Daerah Terluar Terdalam dan Perbatasan Dengan
Pembangunan Bandara, Pelabuhan laut dan penyeberangan Serta Mengoptimalkan penyelengaraan
Subsidi Angkutan Perintis Untuk Daerah Tersebut secara terintegrasi dan multimoda
Pembangunan dan Peningkatan Prasarana Transportasi Yang Mendukung Pengembangan Industri
dan Pariwisata Nasional Sesuai dengan RIPIN dan KSPN.
a. Rencana Aksi Komoditas Penggerak Utama sebanyak 1 indikator;
b. Rencana Aksi Pelaku dan Penyedia Jasa Logistik sebanyak 5 indikator;
c. Rencana Aksi Infrastruktur Transportasi, antara lain:
- Sebanyak 30 indikator terkait angkutan laut;
- Sebanyak 15 indikator terkait angkutan multimoda;
- Sebanyak 7 indikator terkait angkutan sungai danau dan penyeberangan;
- Sebanyak 4 indikator terkait angkutan jalan;
- Sebanyak 8 indikator terkait angkutan kereta api;
- Sebanyak 4 indikator terkait angkutan udara;
d. Rencana Aksi SDM dan Manajemen sebanyak 1 indikator.
e. Rencana Aksi regulasi dan Kebijakan sebanyak 8 indikator.
Kementerian Perhubungan menjadi leading sector pada 83 indikator rencana aksi pengembangan sistem logistik nasional :
PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA
Target : 1. Pembangunan Jalan akses (tol)
dan Jalur Kereta Api akses Pelabuhan Tanjung Priok, Tanjung Emas dan Tanjung Perak.
2. Pembangunan jalan akses (tol) dan Kereta Api Bandara di Kualanamu, Soekarno Hatta.
Penguatan Konektivitas Daerah Terluar Terdalam Dan Perbatasan
No Sektor Program Aksi
1. Jalan dan Perhubungan Darat
Pembangunan Jalan Perbatasan sepanjang 1.500 km di bagian utara Kalimantan, NTT, dan Papua serta penyelenggaraan perintis jalan
2.
Perhubungan Laut dan Penyeberangan
Pengadaan Kapal Perintis Kepulauan dan pelabuhan terpencil di 50 lokasi wilayah kepulauan antara lain di Riau ,Nusa Tenggara, Maluku ,dan Papua
3. Perhubungan Udara
Pengembangan Bandara Perintis sebanyak 45 Lokasi dan Pengembangan Bandara Perintis Baru sebanyak 18 Lokasi
KETERPADUAN PENETAPAN JARINGAN ANTAR MODA DAN INTERMODA perlu dilakukan secara komprehensif dengan terlebih dahulu mengidentifikasi arus muatan dan penumpang secara komprehensif dengan melakukan O-D survei terhadap wilayah-wilayah yang sudah terlayani secara komersial (ship follow the trade ) yang berdekatan dan bersinggungan dengan wilayah yang masih memerlukan penyediaan angkutan perintis (ship promote the trade)
Pengembangan Sistem Transportasi Massal Perkotaan
Tantangan: 1. Rendahnya pergerakan di
sejumlah kota meteropolitan berdampak pada kegiatan ekonomi
2. Tingginya polusi udara yang disebabkan oleh emisi gas buang kendaraan bermotor di perkotaan
3. Tingginya angka kecelakaan kendaraan bermotor di perkotaan
4. Tingginya kemacetan di sejumlah kota metropolitan
5. Rendahnya pengembangan sarana dan prasarana transportasi perkotaan terutama pada kota besar
Arah Kebijakan dan Strategi
Pembangunan
1. Mengembangan Transportasi
Perkotaan – Interaksi Antara
Transportasi Dan Tata Guna
Lahan
2. Meningkatkan Mobilitas
Perkotaan - Peningkatan
Pelayanan Angkutan Umum Dan
Angkutan Barang
3. Menurunkan Tingkat Kemacetan
perkotaan
4. Mengendalikan Dampak
Lingkungan
5. Meningkatkan Keselamatan
Jalan Perkotaan
Asean Highway Network
Asean Highway Route
TRANS SUMATERA TOLL
ROAD ROAD SIGNAGE
Installation of signs on the designated
route numbers Transit Transport
Routes planned to be implemented in
2014
NORTH JAVA ROAD
Status :
• Merak-Cikampek has been
upgrade to be class I, mean while
Semarang-Surabaya-Banyuwangi
has been upgrade to be class II
and Gilimanuk-Denpasar to be
class III.
Status:
• There has been no form of
assignment provisions through
legislation
• There are 2 forms of the draft of
regulation:
1. The draft of regulation on the
assignment to PT. Hutama work
for trans-Sumatra highway
concession
2. Draft Regulation on guidelines
for the assignment of SOE for
toll road concession.
29
Follow Up:
• Chosing option 1 of draft regulation is recommended for accelerating the
implementation of groundbreaking,, but it must be justified on the limited
coordination meeting Ministry of Economic Affairs
• Ministry of SOE’s should conduct he comprehensive assessment for
capacity and capability PT. Hutama Karya (Persero)
• Ministry of Public Work must coordinating actions that is needed for drafting
accelerate of land clearing.
Asean Roro Network
Asean Roro Supporting Facility PROGRESS 1.Physical development for
RoRo Dumai-Malacca has been finished, but still waiting for implementation.
2.RoRo Bitung-Davao has been operate on July 2014, open for foods, clothes, and electronics use Permendag 36/2014 (issue: customs, vehicle, etc.)
FOLLOW UP Bilateral discussion with connecting countries regarding customs, and other issue are required.
30
ISSUES • Customs • Vehicles regulation • Subsidy • Commodities
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN
Pengembangan Sistem Transportasi Massal Perkotaan
KEBIJAKAN TRANSPORTASI
Mengembangan Transportasi Perkotaan – Interaksi Antara
Transportasi Dan Tata Guna Lahan
Meningkatkan Mobilitas Perkotaan - Peningkatan Pelayanan
Angkutan Umum Dan Angkutan Barang
Menurunkan Tingkat Kemacetan perkotaan
Mengendalikan Dampak Lingkungan
Meningkatkan Keselamatan Jalan Perkotaan
1
2
4
3
5
3. Peningkatan Sistem Transportasi Perkotaan dengan
Mengurangi Penggunaan Kendaraan Pribadi diiringi dengan
penyediaan sarana transportasi massal serta Penggunaan
Teknologi Informasi dalam pengaturan Lalulintas di
Kawasan Perkotaan.
4. Menggiatkan penggunaan bahan bakar alternatif baik
pada kendaraan umum dan juga kendaraan pribadi.
1. Pembangunan sistem angkutan massal perkotaan berbasis
rel dan bus, dengan memperhatikan kebutuhan akses
sesuai dengan perencanaan tata ruang perkotaan
2. Penambahan sarana angkutan massal dan angkutan
barang serta dengan memberikan insentive ke daerah serta
berupa bantuan bus
STRATEGI TRANSPORTASI
1
2
3
4
Tahapan Operasional
Audit dan Stock Taking Transportasi Kota Kota Besar
Membangun Sistem Angkutan Umum Cepat Masal
Meningkatkan Kapasitas dan Kualitas Jaringan Jalan Kota
Menerapkan Manajemen Sistem Transportasi
Integrasi Kelembagaan Transportasi Perkotaan
PENGEMBANGAN ANGKUTAN MASSAL PERKOTAAN
33
Ruas Periode
Stasiun Pondok Jati – Rajawali
2014-2015
Pondok Jati – Manggarai 2015-2016
Rajawali – Kampung Bandan
2015-2016
Manggarai – Tanah Abang – Kampung Bandan
2015-2018
Pembangunan Angkutan Massal Cepat berbasis Rel :
• MRT Jakarta
• Monorail dan Tram Surabaya
• Monorail Bandung
Pengembangan Kereta Perkotaan di 9 Kota
Metropolitan
Yaitu : Medan, Palembang, Jakarta, Bandung,
Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, dan
Makasar.
Komponen Pengembangan BRT
Pembangunan jalur khusus bus
Penngadaan armada bus
Pembangunan halte
Pembangunan sistem kontrol / ATCS
Pengembangan BRT di 29 Kota Besar
Medan, Pekanbaru, Batam, Padang, Palembang, Bandung,
Jakarta, Bogor, Semarang, Yogyakarta, Solo, Pontianak,
Samarinda, Balikpapan, Makassar, Gorontalo dan Ambon.
(Pada tahun 2014 masih 17 Kota)
Revitalisasi Dan Reposisi Peran
Angkutan Jalan
ISU STRATEGIS DATA & FAKTA LANGKAH STRATEGIS 2015-2019
Belum tuntasnya proses reformasi regulasi dan kelembagaan bidang LLAJ
• PP Angkutan Jalan belum ditetapkan • RIJLLAJN belum disusun • Forum LLAJ Nasional belum dibentuk • Kelembagaan OTJ belum jelas • Belum ada kelembagaan pengelola DPJ
• Penuntasan regulasi turunan UU 22/2009 tentang LLAJ
• Penyusunan RIJLLAJN • Pembentukan lembaga berikut tata
kerjanya (FLLAJN, OTJ, DPJ)
Belum optimalnya kinerja jaringan jalan nasional
• Beban jaringan jalan tinggi (> 80% pergerakan orang dan barang via jalan)
• Kecepatan rata-rata jalan nasional rendah (37 km/jam)
• Tingkat kecelakaan lalu lintas jalan tinggi (Tahun 2013 = 93.578 kejadian)
• Traffic regulation untuk mendorong modal-shifting
• Kajian MRLL di seluruh ruas jalan nasional
• Pemenuhan kebutuhan fasilitas jalan (APILL, rambu, marka)
Angkutan umum perkotaan hampir punah
• Modal share angkutan umum perkotaan terus menurun (Kota Metro: Kota Besar: Kota Menengah = 27,2% : 7,0% : 5,1%)
• Kecepatan lalu lintas jalan di kota-kota besar kurang dari 20 km/jam
• Reformasi kelembagaan • Revitalisasi angkutan umum • Strukturisasi jaringan jalan • Aplikasi terknologi informasi
KERANGKA PENDANAAN DAN
STRATEGI PEMBIAYAAN
Keperluan Investasi Infrastruktur RPJMN 2015-2019 (trilliun rupiah)
Sektor Skenario Penuh
(100%)
Skenario Parsial (75%) Skenario Dasar (50%)
Kebutuhan Proporsi pada
100% Kebutuhan
Proporsi pada
100%
Jalan Raya 1,274 851 67% 637 50%
Perkeretaapian 278 222 80% 140 50%
Transportasi Perkotaan 166 115 69% 75 45%
Transportasi Laut 563 424 75% 282 50%
Ferry dan ASDP 91 80 88% 60 66%
Transportasi Udara 182 165 91% 100 55%
Ketenagalistrikan 1,080 762 71% 714 66%
Energi dan Gas 535 420 79% 268 50%
Sumber Daya Air 1,091 845 77% 645 59%
Air Bersih dan Limbah 666 450 68% 330 50%
Perumahan Rakyat 384 247 64% 180 47%
Teknologi Komunikasi dan
Informatika
242* 200 83%
130 54%
Jumlah Keperluan Investasi 6,552 4,781 3,561
Keperluan Investasi Infrastruktur
RPJMN 2015-2019
Keperluan Investasi (prioritas) 5,452 *)dari jumlah ini terdapat IDR 22 Triliun sebagai porsi pemerintah murni
APBN + APBD
Selisih
Pendanaan
(Financing Gap)
BUMN – 6%
KPS – 20%
Off Balance Sheet
– 2%
sekitar Rp. 350T
sekitar Rp. 1.090T
sekitar Rp. 2.741T
1. Angka menunjukkan nilai investasi murni (CAPEX) dan rehabilitasi besar, belum termasuk
biaya operasi dan pemeliharaan rutin
2. Angka masih bersifat sementara
Skema
Pembiayaan
Alternatif
Sumber Pembiayaan Infrastruktur
RPJMN 2015-2019
Sasaran
Investasi
Infrastruktur
(Infrastuktur
Strategis Rp.
5.452 Trilliun)
Kesenjangan
Pendanaan - 50%
sekitar Rp. 93T } APBN + APBD –
22% sekitar Rp. 1.178T
Menurut background study RPJMN 2015-2019 bidang Infrastruktur, jumlah dana yang diperlukan untuk
membangun infrastruktur mencapai Rp. 5.452 trilliun. Alokasi dana dari APBN dan APBD diperkirakan hanya
mencapai Rp. 1.178 Trillion. Sumber dana alternatif diperlukan untuk menutupi selisihnya.
Peran Pemerintah dan Swasta
Kaw Strategis Provinsi
Kaw. Industr
i
Potensi KEK
Kaw. Berikat
Kaw. Wisata
Kaw. Hortikultura
Kaw. Strategis Cepat
Tumbuh
Zona Ekonom
i Lainnya
Zona Logistik
Techno Park
Zona Pengolahan
Ekspor Zona
Industri
FTZ/KEK/MP3EI KAPET Daerah Tertinggal (KSCT, RM)
Peran Pemerintah semakin besar
Peran Swasta semakin besar
38
KSCT
Metode Pendanaan Penjelasan
Dana
Pemerintah
Pemerintah
Pusat
APBN Anggaran pemerintah pusat yang dialokasikan untuk infrastruktur
Pinjaman Donor Pinjaman mata uang asing dari negara donor
Obligasi Negara Emisi obligasi berdasarkan penilaian kredit negara
Likuiditas Aset Dana yang dihasilkan dari penjualan aset, sekuritisasi, IPO BUMN
Pemerintah
Daerah
APBD APBD tahunan yang dialokasikan untuk infrastruktur
Obligasi Daerah Emisi obligasi berdasarkan penilaian kredit kota
Pinjaman Langsung Pemerintah
Daerah Pinjaman langsung kepada pemerintah daerah
Pembiayaan BUMN
Dana Kas + Operasional Kas Didanai aset BUMN atau arus kas operasional
Obligasi Korporasi Emisi obligasi berdasarkan penilaian kredit BUMN
Pinjaman Langsung BUMN Pinjaman negara donor. Pinjaman bank komersial
Pendanaan PPP Dana Swasta dan dukungan
pemerintah Ekuitas investor dengan pembiayaan proyek + VGF dan jaminan
Pendanaan Di Luar Neraca
Sumber Pendanaan (Pemerintah
Pusat)
Ekuitas investor dengan pembiayaan proyek, didasarkan pada
komitmen pembayaran anuitas tahun jamak dari pemerintah / BUMN
Pinjaman Langsung BUMN dengan
jaminan
Donor dari pinjaman bank komersial kepada BUMN berdasarkan
jaminan pemerintah pusat
Pendanaan Strategis
Pemisahan Vertikal dan Horizontal Metode hybrida dengan memisahkan aset
Pemaketan Lintas Sektor Metode hybrida dengan memisahkan aset
Lain-lain Dana Infrastruktur/Obligasi. Obligasi proyek dan paket finansial
Variasi Opsi Pendanaan untuk Infrastruktur baik Pemerintah, KPS, Maupun
Swasta Murni
Realisasi Pendanaan APBN untuk Infrastruktur selama periode 2010-2015
dalam IDR Trilliun
KEMENTERIAN/LEMBAGA 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (APBN-P)
Kemen. Pekerjaan Umum IDR37,773 IDR58,366 IDR63,577 IDR82,713 IDR84,148 IDR75,662
Kemen. Perhubungan IDR15,648 IDR22,112 IDR24,494 IDR36,679 IDR40,371 IDR44,634
Kemen. ESDM IDR7,797 IDR15,299 IDR15,805 IDR18,804 IDR16,263 IDR11,299
Kemen. Kominfo IDR2,812 IDR3,450 IDR3,246 IDR3,807 IDR3,620 IDR4,756
Kemen. Perumahan Rakyat IDR1,956 IDR2,760 IDR4,604 IDR5,168 IDR4,565 IDR4,620
BPLS IDR1,216 IDR1,286 IDR1,607 IDR2,257 IDR845 IDR843
BPWS IDR- IDR293 IDR300 IDR400 IDR382 IDR196
BASARNAS IDR591 IDR1,164 IDR1,112 IDR1,666 IDR2,189 IDR1,627
LPP TVRI IDR- IDR- IDR- IDR864 IDR1,076 IDR847
LPP RRI IDR- IDR- IDR- IDR985 IDR999 IDR875
Total IDR67,801 IDR104,728 IDR114,744 IDR153,344 IDR154,457 IDR145,358
IDR-
IDR50.000
IDR100.000
IDR150.000
IDR200.000
2010 2011 2012 2013 2014 2015Kemen. Pekerjaan Umum Kemen. Perhubungan Kemen. ESDM
Kemen. Kominfo Kemen. Perumahan Rakyat BPLS
BPWS BASARNAS LPP TVRI
LPP RRI
9%
14%
15%
21%
21%
20% 2010
2011
2012
2013
2014
2015
TREN ALOKASI APBN UNTUK INFRASTRUKTUR 2010-2015 PERBANDINGAN
ALOKASI 2010 s/d 2015
KETIMPANGAN TRANSFER DAERAH
Total (real 2007 prices)
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0
50
100
150
200
250
300
350
400
2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011
IDR
Tri
llio
ns
IDR
Tri
llio
ns
DAU
DAK
Rev sharing
Others
Total (real constant2007 prices)
Transfer Daerah 2001-2011 Desentralisasi Fiskal dalam
bentuk Transfer ke daerah
meningkat dari tahun 2001-2011
dengan pertumbuhan 18%
pertahun.
Namun tren transfer hanya sekitar
Jawa Sumatera
Peta Sebaran Transfer Daerah, 2011
Skema Pembiayaan Alternatif
INSTITUSIONAL
KEBIJAKAN • Infrastructure Bond yang penggunaannya dikhususkan hanya untuk
pembiayaan proyek-proyek infrastruktur
• Private Finance Initiative (PFI) – multi-year contract 15 hingga 30 tahun
• Performance-Based Annuity Scheme (PBAS) atau Availability Payment
• Pengenaan tariff/biaya akses seperti Electronic Road Pricing (ERP)
• Asset Sale/Lease back – penjualan asset untuk pendanaan pembangunan
atau kontrak-sewa jangka panjang
• Penugasan BUMN (seperti penugasan Hutama Karya dalam proyek Trans
Sumatera Highway) yang didukung melalui penyertaan modal pemerintah
dan direct-lending yang dijamin oleh pemerintah
• Infrastruktur swasta (private infrastructure)
• Pembangunan infrastruktur berbasis partisipasi masyarakat (community-
based infrastructure)
• Bank khusus pendanaan infrastruktur (infrastructure bank)
DAK BIDANG TRANSPORTASI
43
Arah Kebijakan DAK Transportasi 2015 (Usulan Revisi Perpres No. 43 Tentang RKP 2015)
1. Mendukung pembangunan daerah dalam rangka mendanai kegiatan transportasi yang mendukung aksesibilitas termasuk pemeliharaan berkala, peningkatan dan pembangunan jalan provinsi, jalan kabupaten/kota, dan jalan poros desa beserta fasilitas perlengkapan keselamatan yang telah menjadi urusan daerah, dan pengembangan angkutan wilayah
2. Mempertahankan dan meningkatkan pelayanan transportasi dalam mendukung pengembangan koridor ekonomi wilayah;
3. Meningkatkan kualitas pelayanan transportasi (termasuk antara lain keselamatan bagi pengguna transportasi jalan provinsi dan kabupaten/kota guna menurunkan tingkat fatalitas kecelakaan lalu lintas secara bertahap sebesar 20% pada akhir tahun 2015).
4. Mendukung pengembangan wilayah yang memiliki nilai strategis dan diprioritaskan pada pusat-pusat pertumbuhan seperti wilayah KSCT, KSPN dan KPI,serta daerah tertinggal, dan wilayah perbatasan.
5. Menunjang percepatan pembangunan sarana dan prasarana transportasi
Ruang Lingkup Kegiatan DAK Bidang Transportasi (Usulan Revisi Perpres No. 43 Tentang RKP 2015)
1. Pengadaan/pembangunan sarana dan prasarana transportasi
termasuk sarana/prasarana jalan, angkutan perairan yang sesuai
dengan karakteristik wilayah untuk mendukung konektivitas nasional,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi di daerah.
2. Pemeliharaan berkala, peningkatan kapasitas, dan pembangunan
jalan dan jembatan beserta fasilitas keselamatan jalan, meliputi:
rambu, marka jalan, cermin tikungan, pagar pengaman jalan, pada:
Jalan Provinsi yang merupakan akses penghubung ke jalan nasional atau strategis nasional;
Jalan Kabupaten/Kota yang merupakan akses penghubung ke jalan
provinsi atau strategis provinsi serta akses ke jalan nasional atau strategis nasional
Jalan non status (di provinsi, kabupaten/kota, poros wilayah) yang menghubungkan kawasan strategis pusat pertumbuhan ekonomi nasional dan wilayah (KSN, PKN, Kapet, KSCT, KSPN dan KPI) serta untuk meningkatkan akses-akses ke daerah tertinggal, terpencil, pulau terluar,
dan lokasi prioritas perbatasan.
• Kementerian Pekerjaan Umum ? • Kementerian Perhubungan ? • POLRI ? • Kementerian Kesehatan ?
SKEMA PENDANAAN KESELAMATAN JALAN
APBN Melalui Anggaran K/L DAK
• Sub bidang Jalan
• Sub bidang Keselamatan Transportasi Darat
• Sub bidang Transportasi Perdesaan
PEMERINTAH PUSAT
PEMERINTAH DAERAH
Sasaran DAK Bidang Transportasi 2015
• Untuk membantu pencapaian target kondisi mantap jalan
Propinsi sebesar 75% dan Jalan Kab/Kota sebesar 60% pada
akhir 2019.
• Mendukung penanganan jalan daerah yang mencapai
panjang sekitar 432.000 Km melalui kegiatan pemeliharaan
berkala, peningkatan kapasitas dan pembangunan jalan
dan jembatan.
• Membuka keterisolasian aksesibilitas di daerah tertinggal dan
kawasan perbatasan; serta menghubungkan daerah
tertinggal dan kawasan perbatasan dengan pusat-pusat
pertumbuhan dan penyediaan sarana transportasi.
Mendukung peningkatan aksesibilitas yang menghubungkan pusat kegiatan/sentra produksi/pusat pertumbuhan (KSCT, KSPN, KEK, Kapet, KPBPB, dan KPI) menuju sentra perdagangan;
Mendukung penurunan indeks fatalitas kecelakaan lalu lintas sebesar 20 % pada tahun 2015 melalui penyediaan
fasilitas keselamatan jalan.
Sub Bidang
Infrastruktur Jalan
Sub Bidang
Transportasi
Perdesaan
Sub Bidang
Keselamatan
Transportasi Darat
DA
K B
IDA
NG
TR
AN
SP
OR
TASI
47
Ruang Lingkup Kegiatan Per Sub Bidang DAK Bidang Transportasi
Pembangunan, pemeliharaan berkala, dan peningkatan kapasitas jalan dan jembatan pada: 1. Jalan Provinsi; 2. Jalan Kabupaten/Kota;
1. Pembangunan Jalan Poros Desa (dan jalan Non
Status )dalam mendukung peningkatan aksesibilitas
yang menghubungkan pusat-pusat pertumbuhan
(KSCT, KSPN, KEK, KAPET, KPBPB, dan KPI), dan
membuka akses Lokpri wilayah perbatasan
2. Pengadaan sarana transportasi antarmoda,
termasuk angkutan perairan yang sesuai dengan
karakteristik dan kebutuhan daerah
Pengadaan dan pemasangan fasilitas
keselamatan lalu lintas jalan (rambu, marka jalan, cermin tikungan, pagar pengaman jalan)
Sub Bidang
Infrastruktur Jalan
Sub Bidang
Transportasi
Perdesaan
Sub Bidang
Keselamatan
Transportasi Darat
Ruang
Lingkup
Kegiatan
48
Kelembagaan DAK Bidang Transportasi
Kemen. PU Kemen.
Hub Kemen.
Dagri
SEKRETARIAT BERSAMA TINGKAT PUSAT (Dikoordinasikan oleh Direktorat Transportasi. Bappenas)
Kemen. PDT
BNPP Kemen.
Keuangan
Bappenas mengkoordinasikan
dan mensinergikan
perencana-an,
penganggaran, peng-
alokasian, penyusunan
Petunjuk Teknis (Juknis), dan
Monev DAK Transportasi.
49
Tingkat Provinsi Tingkat Kabupaten
Bappeda
Dinas PU
Dinas Perhubungan
Badan Pengelola
Perbatasan Provinsi
Bappeda
Dinas PU
Dinas Perhubungan
Badan Pengelola
Perbatasan Kabupaten
TIM KOORDINASI DAK TINGKAT PROVINSI (Dikoordinasikan oleh Bappeda Provinsi)
Mekanisme Koordinasi
Kemen. PU Kemen.
Hub Kemen.
Dagri
SEKRETARIAT BERSAMA TINGKAT PUSAT (Dikoordinasikan oleh Direktorat Transportasi. Bappenas)
Kemen. PDT
BNPP Kemen.
Keuangan
DINAS PU DINAS
Perhubungan BAPPEDA
TIM KOORDINASI DAK TINGKAT KABUPATEN (Dikoordinasikan oleh Bappeda Kab/Kota)
GUBERNUR
BUPATI/ WALIKOTA
MENTERI
Bappenas mengkoordinasikan
dan mensinergikan
perencana-an,
penganggaran, peng-
alokasian, penyusunan
Petunjuk Teknis (Juknis), dan
Monev DAK Transportasi.
BPPP
DINAS PU DINAS
Perhubungan BAPPEDA BPPK
50
ALOKASI DAK TRANSPORTASI 2015
No. Bidang/Sub Bidang 2014
Reguler Tambahan Total
1 Infrastruktur Jalan 4.414.360,0 1.691.130,0 6.105.760,0
2 Transportasi Perdesaan 301.340,0 - 301.340,0
3 Keselamatan Transportasi Darat 235.940,0 - 235.940,0
4 Sarpras Daerah Tertinggal 754.740,0 - 754.740,0
5 Sarpras Kawasan Perbatasan 493.000,1 - 493.000,1
Total 6.199.380,1 1.691.130,0 7.890.780,1
USULAN ALOKASI 2015
Reguler Tambahan Total
6.223.282,8 1.812.171,0 8.035.453,80
391.742,0 - 391.742,0
254.815,2 - 254.815,2
- - -
- - -
6.869.840,00 1.812.171,00 8.682.011,00
Alokasi DAK sub bidang Keselamatan Transportasi Darat untuk pengadaan peralatan keselamatan lalu lintas jalan meliputi : - Pengadaan rambu - Marka jalan - Cermin tikungan - Pagar pengaman jalan
51
TERIMA KASIH
52