Upload
hoangdung
View
218
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH JUMLAH PlfLANGGAN PLN DAN JUMLAH
KWH (KILOWATT HOUR) TERHADAP PEMUNGUT AN
PAJAK PENERANGAN JALAN
(Studi Empiris Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Pelayanan Menteng Untuk Kelompok Bisnis) ·.
SKRIP SI
Diajukan Kepada Fakulas Elwnomi dan llmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Cuna Meraih Ge/at Sarjana Ekonomi
Ill Ill Ill !'DD
111 Universitas Islam Negeri
SYARIF HIDAYATULLAH .JAKARTA
Oleh:
ENDANG WITANTRf111c1n.
NIM: 104082002754 .arl
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSIT AS ISLAM NEGERI SY ARIF Hlll)A YA TULLAH
JAKARTA
PENGARUH .JUMLAH PELANGGAN PLN DAN
.JlJMLAH PEMAKAIAN KWH TERHADAP PEMUNGUTAN
P A.JAK PENERAN~AN .JALAN
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS. NIP. 131474891
Oleh:
Endaog Witantri NIJ\1: 104082002754
Di Bawah Bimbingan
Rah awati, SE.,MM NIP. 150 377 441
JURUSAN AKUNT ANSI FAKUL TAS EKONOI\11 DAN lLMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAY A TULLAH
Hari ini Tanggal 24 Bulan Maret Tahun Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian
Kompn:hensif atas nama Endang Witantri NIM: 104082002754 dengan Judul
Skripsi "Pengaruh Jmillah Pelanggan PLN dan .Jumlah Pemalrnian Kwh
Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan". Memperhatikan penampilan
mahasiswa tersebut selama masa ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat
diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
'
.r--A · n, SE.,Ak.,Msi
Ketua
Jakarta, 24 Maret 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
Afif Sulfa, SE.,Ak.,Msi Sekretaris '
Hari ini Jumat Tanggal 28 Bulan November Tahun Dua Ribu Delapan telah
dilakukan Ujian Skripsi atas nama Endang Witantri NIM: 104082002754 dengan
judul Skripsi "Pengaruh Jumlah Pelanggan PLN dan Jlumlah Pemakaian
Kwh Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan". Memperhatikan
penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah
dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 November 2008
Tim Pengujian Ujian Skripsi
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Ke tu a
Yessi Fitri, SE.,Ak.,Msi Penguji Ahli
Juhmawati, SE.,MM Sekretaris
DAFTAR RIW AYAT HIDlfP
IDENTITAS PRIBADI
• Nama : Endang Witantri
• Jenis Kelamin : Perempuan
• Tempat!Tanggal Lahir : Jakarta/ 18Desember1985
• Agama : !slam
• Alamat : JL. H. Kamang, RT 09 I RW 010 No.50,
Kel. Pondok La bu, Kee. Cilandak, Jakarta
Selatan 12450
• Te!epon 085697173165
• Email : [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
• Ml. Miftahul Umam
• MTs. Miftahul Umam
• MA. Miftahul Umam
• Universitas Islam Negeri Syarif H!dayatullah Jakarta
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Sahuri
2. Tempat dan Tanggal Lahir : Kediri, 31 ,Januari 1B57
3. Alamat : JI. H. Kamang No. SO
4. Telepon :08157471!>818
5. lbu : Nani
6. Tempat dan Tanggal lahir : Jakarta, 18 Juli 1959 .., /\ ! ................ , · II t..I V ~m~n,.. f\ln t~n
: 1993-1998
: 1998- 2001
: 2001 - 2004
: 2004-2008
Abstract
Endang Wi!antri: 'The Effect of The Number of PLN's Customer and 1/ie Kwh (Kilowall Hour) Use toward 7/1e Road Lighting Tax Collection".
The aim of this research is intended to know the effect of the number of PLN's Customer and the kWh used toward the road lighting tax collected by PLN (Perusahaun Listrik Negara). 1'l1e lype of data in !his research is quanlilalive data by using the secondmy data that oblained fi'om PT P LN (Persero) .Jakarta Raya and Tangerang Distribution of Area of Service of Menteng.171e sampling method is purposive sampling. The sample was taken with data of the number PLN's customer and the kWh used.from the business group from year 2002 until 2007. nie method used is classical assumption analysis and hypotheses analysis using multiple tinier regression.
The research proved that all variables fulfilled the classical assumption. The result of hypotheses analysis show !hat !he number of PLN's customer and !he kWh used fi'om the business group have significantly effected toward the road lighting tax collected by P LN of Area of Service of A4enteng for business consumption.
Keyword~: nie number of PLN's customer, The Kwh used, Road Lighting Taxes
Abstrak
Endang Witantri: "Pengaruh Jumlah Pelanggan PLN dan Jumlah Pemakaian Kwh (Kilowatt Hour) terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan".
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh j umlah pelanggan PLN dan Jumlah kwh terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dilakukan oleh PLN (Perusahaan Listrik Negara). Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari PT. PLN Distribusi Jaya dan Tangerang Area Pelayanan Menteng. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan metocle purposive sampling. Sampel yang diambil adalah data jumlah pelanggan clan jumlah kwh dari kelompok bisnis dari tahun 2002 sampai 2007. Metode analisis data yang cligunakan aclalah uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi linier berganda.
Penelitian ini membuktikan bahwa semua variabel dinyatakan memenuhi asumsi klasik. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa jumlah pelanggan PLN clan jumlah Kwh dari kelompok bisnis berpengaruh secara signifikan terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan untuk keperluan bisnis yang dilakukan oleh PLN Area Pelayanan Menteng.
Kata Kunci: Pelanggan PLN, Jumlah Pemakaian Kwh, Pajak Penerangan Jalan.
7. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan llmu Sosial yang telah banyak
memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis.
8. Staf akademik FEIS UIN yang telah banyak membantu
9. Rekan-rekan seperjuangan di Akuntansi E, terima kasih telah memberikan
semangatnya.
I 0. Seluruh rekan Akuntansi angkatan 2004.
11. Sahabat-sahabat terbaik penulis, terimakasih atas dukungannya.
Mohon maaf apabila ada pihak-pihak yang namanya tidak tercantum.
Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua kebaikan kepada pihak
pihak yang selama ini telah banyak membantu penulis.
Jakarta, Oktober 2008
Endang Witantri
DAFTARISI
Lembar Pengesahan Skripsi ....................................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif ................................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi ............................................................................ .iii
Daftar Riwayat Hidup ................................................................................................ iv
Abstract ...................................................................................................................... v
Abstrak ....................................................................................................................... vi
Kata Pengantar ........................................................................................................... vii
Daftar lsi .................................................................................................................... ix
Daftar Tabel ............................................................................................................... xii
Daftar Gambar ........................................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ......................................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A Latar Belakang Penelitian ..................................................................... l
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 9
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian ............................................................ 9
BAB II TINJAUAN PUST AKA ........................ .................................................. 11
A Pajak Secara Umum .............................................................................. 11
l. Definisi dan Ciri-ciri Pajak .............................................................. 11
3. Paradigma Perpajakan ..................................................................... J !
3 J ... j). k -2 . ems-Jems aJa .............................................................................. 1
4. Fungsi Pajak ................................................................................. 13
5. Sistem Pemungutan Pajak ............................................................... 14
6. Struktur PerpajBkan di Indonesia ....................................... 15
B. Pajak Daerah ......................................................................................... 19
1. Kebijakan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah ............................. 19
2. Paradigma Baru Pajak Daerah di Indonesia .................................... 20
4. Jenis-jenis Pajak Daerah ................................................................. 21
8. Kriteria Pajak Daerah ..................................................... 22
C. Pajak Penerangan Jalan ........................................................................ 25
l. Definisi Pajak Penerangan Jalan ..................................................... 25
2. Objek dan Subjek Pajak Penerangan Jalan ..................................... 26
3. Dasar Pengenaan Pajak Penernngan Jalan ...................................... 27
4. Tarif Pajak Penerangan Jalan ........................................................ 27
5. Cara Perhitungan Pajak Penerangan Jalan ..................................... 28
6. Tata Cara Pemungutan Pajak Penerangan Jalan ............................. 30
7. Kewajiban Pemerintah Daerah Terhadap
Penerimaan PPJ ............................................................................ 34
8. Sistem Pembayaran Rekening Listrik Lampu
Jalan ............................................................................................. 35
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pajak
Pemungutan Pajak Penerangan Jalan .................................................. 37
1. Jumlah Pelanggan PLN ................................................................... 3 7
2. Jumlah Pemakaian Kwh .................................................................. 38
E. Kerangka Pemikiran .............................................................................. 39
F. Hipotesis ............................................................................................... 4 l
BAR Ill METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. .42
A Ruang Lingkup Penelitian ................................................................... 42
B. Metode Penentuan Sampel.. ................................................................ .42
C. Metode Pengumpulan Data .................................................................. .43
D. Metode Analisis Data ............................................................................ 43
I. Uji Asumsi Klasik ........................................................................... 43
a. Uji Multikolinearitas ................................................................. 43
b. Uj i Heteroskedastisitas ............................................................ .44
~~i~~~ ....................................................................... M
d. Uji Autokorelasi ....................................................................... .44
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................................... 46
1. Jumlah Pelanggan Kelompok Bisnis ............................................. .46
2. Jumlah Pemakaian Kwh Pelanggan
Kelompok Bisnis ............................................................................. 46
3. Pemungutan Pajak Penerangan Jalan ............................................. .47
BAB IV PEN EMU AN DAN PEMBAHASAN ...................................................... 48
A. Gambaran Um um Objek Penelitian ..................................................... .48
1. PT PLN (Persero) Distribusi Jaya dan
Tangerang ....................................................................................... 48
2. PT PLN (Perssero) Area Pelayanan
Menteng ..................................................................................... : .... 56
B. Deskripsi Data ....................................................................................... 60
C. Statistik Deskriptif ................................................................................ 64
D. Uji Asumsi Klasik ................................................................................. 66
1. Uji Multikolinearitas ....................................................................... 66
2. Uji Heteroskedastisitas .................................................................... 66
3. Uji Nonnalitas ................................................................................. 67
4. Uji Autokorelasi .............................................................................. 68
E. Peneujian Hipotesis .............................................................................. 68
I. Hasil Uji Koefisien Detem1inasi ................................................. 68
2. Hasil Uji Signifikansi Simultan ...................................................... 70
3. Hasil Uji Signifikan Parameter
Individual ........................................................................................ 71
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI.. ..........................................•..•......... 77
A. Kesimpulan ........................................................................................ 77
B. lmplikasi ........................................................................................... 77
DAFT AR PUSTAKA .............................................................................................•. 79
DAFT AR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran I Hasil Uji Asumsi Klasik ................................................................... 82
Lampiran 2 Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 92
Lampiran 3 Surat Riset dan Data Hasil Riset.. ...................................................... 95
A. Latar Belakang Masalah
BABI
PENDAHULUAN
Dalam rangka memenuhi dan merealisasikan belanja negara yang
telah dianggarkan untuk penyelenggaraan pemerintah dan pelaksanaan
pembangunan diperlukan dana yang tidak sedikit. \Tolwne dana yang
ditentukan oleh pemerintah Indonesia untuk penyelenggaraan pemerintahan
dan pelaksanaan pembangunan setiap tahun terus meningkat sejalan dengan
globalisasi perekonomian dan dinamika pembangunan.
Sumber pendapatan negara dalam rangka pemenuhan belanja negara
terdiri dari dua sumber, yaitu penerimaan dalam negeri dan hibah. Penerimaan
dalam negeri terbagi rnenjadi penerimaan pajak dan bukan pajak. Jika kedua
sumber penerimaan tersebut belum cukup untuk rnenutupi jumlah belanja
negara, maka untuk menutupi defisit anggaran pemerintah mencari sumber
pembiayaan eksternal berupa pinjaman luar negeri
Cara untuk mengurnng1 ketergantungan dari sumber pembiayaan
eksternal tersebut, pemerintah Indonesia secara terus-menerus berusaha
meningkatkan sumber pembiayaan intemai. Sumber pembiayaan internal yang
sedang ditingkatkan peranannya adalah penerimaan pajak.
Hampir semua negara di dunia ini menganclalkan pajak sebagai
penyumbang utama penclapatan dalam negeri. Begitu juga halnya dengan
pemerintah lndonesia, pajak merupakan sumber penerimaan negara yang
paling besar bagi penenmaan negara terutama sejak harga minyak bumi
semakin menurun pada dekade 1980-an. Kondisi ini memaksa pemerintah
mengambil kebijakan untuk menyelamatkan penerimaan negara, yakni dengan
menggali penerimaan di luar sektor migas. Kebijakan yang ditempuh adalah
menjadikan penenmaan pajak sebagai andalan penenmaan negara
(Sya' dullah, 1999:27).
Pajak adalah suatu kewajiban kenegaraan dan pengabdian serta peran
aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya untuk membiayai berbagai
keperluan negara berupa Pembangunan Nasional yang pelaksanaannya diatur
dalam Undang-undang dan peraturan-peraturan untuk tujuan kesejahteraan
bangsa dan negara (Judisseno, 1997:7). Pemungutan pajak dilakukan
pemerintah pada setiap jenjang yang ada mulai dari pemerintah pusat, yang
disebut pajak pusat seperti Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai
(PPN), Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM), Bea Materai dan pajak
lainnya (Saleh, 2005 :20). Dalam hal tersebut, pemerintah pusat lebih
mengurusi semua kepentingan negara pada umumnya.
Pemerintah Daerah (Pemda) juga memungut pajak yang disebut
dengan pajak daerah seperti Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) dan Bea Balik
Nama Kendaraan Bennotor (BBNKB) untuk daerah tingkat I (Provinsi) dan
Pajak Reklame, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan dan Pajak
Penerangan Jalan merupakan contoh pajak daerah tingka.t II (Kabupaten/Kota)
(Saleh, 2005:20). Berbeda dengan pajak pusat, pajak daerah dikelola dn
dipungut oleh Pemda, di mana Pemda hanya mengurusi kepentingan
daerahnya saja.
Digulirkannya otonomi daerah yang dimulai 1 Januari 200 I melalui
dua Undang-undang yang saling terkait (Undang-undang No. 22 Tahun 1999
dan Undang-undang No. 25 Tahun 1999) mengantar bangsa Indonesia
memasuki gerbang barn dalam tatanan pemerintahan, terutama dengan
perubahan yang mendasar pada sistem pengelolaan keuangan dan
pembangunan daerah. Desentralisasi fiskal sebagai bagian penting dari
otonomi daerah terutama dalam bidang keuangan dan pembangunan
memberikan kewenangan lebih luas kepada daerah untuk mengelola keuangan
daerah di sisi penenmaan maupun pengeluaran untuk kepentingan
pembangunan daeralmya. Peningkatan kewenangan tersebut memberi
implikasi besarnya tuntutan agar daerah mampu mengelola keuangan secara
efektif sehingga tttjuan-tujuan pembangunan dapat tercapai (Isdijoso, 2001 ).
Undang-undang tersebut menegaskan bahwa otonomi daerah
memberikan penekanan pada daerah. Artinya pemerintah dan masyarakat di
daerah dipersilahkan mengurus rumah tangganya sendiri secara bertanggung
jawab. Peran pemerintah pusat hanya rnelakukan supervisi, memantau,
mengawasi dan mengevaluasi peiaksanaan otonomi daerah (Azra, 2003: 156).
Sebagai konsekuensi dengan diserahkannya kewenangan kepada
Pemda dalam pelaksanaan otonomi daerah tersebut, maka tanggungjawab
pembiayaan pelaksanaan demi kelancaran pembangunan bertumpu pada
Pemda. Untuk memberikan pelayanan publik yang baik Pemda membutuhkan
kemampuan keuangan yang cukup agar dapat mengatur dan mengurus rmnah
tangganya sendiri. Oleh karena itu guna mewujudkan kemampuan keuangan
yang cukup Pemda perlu memperhatikan potensi daerah yang dimilikinya
(lsmartani, 2003:2).
Berbicara mengenai potensi, Pemda perlu mencari upaya untuk
menggali dan mengembangkan sumber pendapatan daerahnya. Salah satu
potensi yang dapat digali oleh Pemda untuk mengembangkan sumber
pendapatan daerahnya adalah dengan memungut pajak daerah.
Pajak Penerangan Jalan (PPJ) adalah salah satu diantara pajak-pajak
daerah yang memberikan kontribusi besar terhadap Pendapatan Asli Daerah
(PAD). Secara um um PP J sampai dengan pertengahan l 990-an merupakan
salah satu pajak pemerintah daerah yang paling besar. Pajak ini dibebankan
langsung pada rekening listrik sehingga pengumpulannya dilakukan oleh
Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Ismail, 2005:206). Acuan Pemda untuk
memungut PPJ adalah Undang-undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah serta Peraturan Pelaksana:annya yaitu Peraturan
Pemerintah No. 65 Tahun 200 I tentang Pajak Daerah (Supit, 2007).
Lahirnya PP.I adalah atas dasar pertimbangan bahwa pemerintah
rnembutuhkan biaya yang cukup besar untuk perluasan pernbangunan
penerangan jalan yang selama ini biaya tersebut ditanggung oleh Pemda.
Sarana penerangan jalan disediakan oleh Pemda dimaksudkan untuk
rneningkatkan kesejahteraan masyarakat, khususnya keamanan, ketertiban,
keindahan dan kesegaran kehidupan kota (Sugianto, 2002: I).
Secara teori, PPJ adalah pajak alas penggunaan tenaga listrik, dengan
ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang
rekeningnya dibayar oleh Pemda. Penerangan jalan yang dimaksud adalah
penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan umum yang rekeningnya
dibebankan kepada Pemda. Selanjutnya, biaya tersebut dibebankan kepada
masyarakat pelanggan listrik dalam bentuk PPJ. PPJ ini wajib dibayar oleh
orang pribadi atau badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna
tenaga listrik (Kumalasari, 2005:3).
PPJ yang dipungut oleh PLN dari tahun ke tahun mengalami
peningkatan. Tabel dibawah ini memperlihatkan besarnya PP J yang dipungut
oleh PT PLN (Persero) Area Pelayanan (APL) Menteng untuk kelompok
bisnis.
-No Tahun Pajak Penerangan Jalan
I 2002 193.353.211.100
------ --·-2 2003 231.746.142.860
-3 2004 254.487.692.535
4 2005 268.139.994.165
5 2006 298.237.967.275
6 2007 320.976.372.690
Sumber: PT PLN APL Menteng, data d10lah kembah
Dari data diatas dapat dilihat bahwa dari tahun 2002 sampai dengan tahun
2007 PPJ yang dipungut oleh PLN Distribusi Jaya dan Tangerang APL
Ada beberapa faktor yang diduga berpengaruh dalam kenaikan PPJ
yang dipungut tersebut. Faktor yang pertama adalah subjek pajak yang
dibebankan PPJ adalah orang pribadi atau badan yang memakai tenaga listrik
atau dengan kata lain adalah pelanggan PLN (Ismartani, 2003:47). Pelanggan
PLN dalam ha! ini bertindak sebagai wajib pajak, maka muncul suatu prediksi
bahwa jumlah pelanggan PLN dapat mempengaruhi besarnya pemungutan
PPJ.
Jumlah pelanggan listrik yang sudah terdaftar dari tahun ketahun
mengalami peningkatan terns ml!nerus. Begitu halnya dengan konsumen listrik
kelompok bisnis. Walaupun konsumen kelompok rumah tangga yang paling
besar mengkonsumsi tenaga listrik dari PLN tapi seiring dengan
berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya
perkembangan pada dunia bisnis.
Sebagai lbukota negara, Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi,
hal ini menjadikan para investor cenderung untuk memulai bisnisnya di
Jakarta karena sarana dan prasarana yang menunjang dan peluang pasar yang
cukup terbuka dan menjanjikan keuntungan (Kismono, 200 l ). Oleh karena itu
sudah banyak lahan di Jakarta yang dijadikan bangunan untuk kegiatan bisnis.
Dunia bisnis yang terns berkembang berdampak terhadap konsumsi
penggunaan energi listrik. Listrik merupakan penunjang dan kebutuhan yang
vital bagi kegiatan ekonomi dari sektor bisnis. Konsumsi listrik yang
dilakukan oleh sektor bisnis itu berarti akan berpengaruh terhadap besarnya
jumlah PPJ yang dipungut.
Selainjumlah pelanggan PLN dari kelompok bisnis,jumlah pemakaian
kwh yang digunakan oleh pelanggan kelompok bisnis juga diprediksi dapat
mempengaruhi pemungutan PPJ. Sebenamya perkembangan penerimaan PPJ
berkaitan langsung dengan Tarif Dasar Listrik (TDL) (Ismartani, 2003:57).
Namun data tentang pengenaan TDL untuk tiap-tiap kelompok pelanggan
PLN khususnya kelompok bisnis tidak dapat diperoleh secara rinci. Hal ini
disebabkan karena pelanggan kelompok bisnis berbeda-beda dalam
penggunaan tarif sesuai dengan golongan tarifnya masing-masing, sehingga
tidak dapat dimasukkan ke dalam variabel yang dapat mempengaruhi
pemungutan PPJ.
Jumlah pemakaian kwh diprediksi dapat mempengaruhi pemungutan
PPJ karena dalam melakukan pembayaran rekening listrik, total tagihan listrik
pelanggan berpatokan kepada jumlah pemakaian kwh yang dipakai dikalikan
dengan tarif dasar listrik (lsmartani, 2003:56) Hastl perkalian tersebut
merupakan bagian dari perhitungan nilai jual tenaga listnk yang menjadi dasar
pengenaan pajak penerangan jalan. Semakin besar pemakaian kwh akan
menyebabkan nilai jual tenaga listrik (OPP penerangan jalan) meningkat.
Dengan kata lain semakin besar dasar pengenaan pajaknya, maka PP.I yang
terutangpun akan ikut meningkat.
Berdasarkan teori diatas, dapat disimpulkan bahwa jumlah pelanggan
PLN dan jumlah pemakaian kwh merupakan faktor-faktor yang diperkirakan
dapat mempengaruhi pemungutan PPJ. Teori tersebut diperkuai dengan
oenelitian yang dilakukan oleh Virny Kumalasari yang menganalisa faktor-
faktor yang mempengaruhi penenmaan pajak penerangan jalan. Penelitian
tersebut menguji pengaruh dua faktor, yaitu jumlah pelanggan PLN dan
penerimaan PLN dari tagihan rekening listrik pelanggannya yang diperkirakan
dapat mempengaruhi penerimaan PPJ khususnya di Kota Surabaya. Sampel
yang digunakan dalam penelitian sebelumnya adalah pelanggan PLN
kelompok rumah tangga.
Namun dari hasil penelitian sebelumnya jumlah pelanggan PLN
kelompok rumah tangga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
penerimaan PPJ karena disebabkan oleh kenaikan taiif dasar listrik
(Kumalasari, 2005:38). Kenaikan tarif dasar listrik tersebut terjadi pada tahun
2003 berlaku sejak Januari 2003 yang diputuskan melalui Keppres No. 89
Tahun 2002 tangga! 31 Desember 2002 sebagaimana telah diubah dengan
Keppres No. 76 Tahun 2003 dan terakhir sampai dengan saat ini yaitu tahun
2008 harga jual tenaga listrik atau besamya tarif dasar listrik mengacu pada
Keppres No. 104 Tahun 2003 (lsmartani, 2003:57). Kenaikan tersebut
menyebabkan pelanggan PLN kelompok rJmah tangga khususnya di kota
Surabaya tidak mampu menanggung beban pembayaran rekening tagihan
listrik.
Kenaikan tarif dasar listrik tersebut belum tentu berdampak buruk
terhadap konsumsi energi listrik yang digunakan oleh pelanggan PLN
kelompok lain. Oleh karena itu, dalam penelitian kali ini ingin meneliti lebih
lanjut tentang analisa pengaruh jumlah pelanggan PLN dan jumlah pemakaian
kwh terhadao oemungutan PPJ. Dalam oenelitian ini, aki:n diambil sampel
pelanggan PLN kelompok bisnis di daerah Jakmia, khusu:mya pelanggan yang
terdaftar di PT PLN Distribusi Jaya dan Tangerang Area Pelayanan Menteng.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penehti mengambil judul
"Analisis Pengaruh .Jumlah Pelanggan PLN dan Jumlah Pemakaian Kwh
Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan"
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalal1 diatas, maka masalah dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah jumlah pelanggan PLN kelompok bisnis berpengaruh signifikan
terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan?
2. Apakah jumlah pemakaian kwh berpengaruh signifikan terhadap
pemungutan Pajak Penerangan Jalan?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
I. Tuju~m Penelitian
a. Untuk mengetahui pengaruh jumlah pelanggan PLN kelompok bisnis
terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan.
b. Untuk mengetahui pengaruh jumlah penerimaan PLN dari tagihan
rekening listrik pelanggan sektor bisnis terhadap pemungutan Pajak
Penerangan J alan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi penulis, untuk memperluas wawasan berfikir serta menambah
pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemungutan
Pajak Penerangan Jalan yang dilakukan oleh PLN.
b. Bagi pembaca, menambah wawasan dan referensi ilmiah tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi pemungutan Pajak Penerangan
Jalan.
A. Pajak Secara Um um
BABH
TINJAUAN PUST AKA
1. Definisi dan Ciri-ciri Pajak
Pajak secara umum adalah suatu kewajiban kenegaraan berupa
pengabdian serta peran aktif warga negara dan anggota masyarakat lainnya
untuk membiayai berbagai keperluan negara berupa Pembangunan
Nasional yang pelaksanaannya diatur dalam Undang-undang dan
peraturan-peraturan untuk kes~jahteraan bangsa dan negara (Judisseno,
1997:7).
Ciri-ciri yang mdekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut
(Marsyahrul, 2006:2):
a. Pajak dipungut berdasarkan Undang-undang;
b. Jasa timbal tidak dapat d1tunjukkan secara langsung;
c. Pajak <lipungut oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah:
<l. Pajak <lipergunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah;
e. Dapat dipaksakan (bersifat yuridis ).
2. Paradigma Perpajakan
Sejak awal dekade 2000 modernisasi telah menjadi salah satu
kunci yang melekat di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak dan
Deoartemen Keumrnan. Hal ini dilaksanakan bertuiuan untuk menernpkan
good governance dan pelayanan prima kepada masyarakat, demikian
juga dengan tuntutan pelayanan yang lebih baik dari stakeholders
perpajakan. Konsep modernisasi perpajakan Indonesia. disesuaikan dengan
iklim, kondisi dan sumber da.ya yang ada (Pandiangan, 2008:6).
Adapun paradigma perpajakan Indonesia saat 1111 yaitu
(Pandiangan, 2008:9):
a. Organisasi berubah dari berdasarkan ')enis pajak" menjadi
berdasarkan "fungsi" dalam rangka client oriented;
b. Sistem dan proses kerja berubah dari "manual" menjadi berdasarkan
"sistem", Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak (SIDJP) dengan
ca.ve rnanagernent;
c. Lebih mengedepankan aspek pelayanan kepada wajib pajak dengan
adanya help desk maupun Account Representative (AR);
d Adanya unit khusus yang menangani keluhan;
e. Tuntutan profesional Sumber Daya Manusia dalarn bekerja;
f. Adanya "kode etik pegawai".
3. Jenis-jenis Pajak
Terdapat berbagai macam jenis pajak, yang dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu pengelompokkan menurut golongannya, menurut
sifatnya dan menurut lembaga pemungutnya (Resmi, 2003:6).
a. Menurut Golongannya
I) Pajak Langsung, adalah pajak yang harus dipikul atau ditanggung
sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapa1 dilimpahkan atau
dibebankan kepada orang lain atau pihak lain;
2) Pajak Tidak Langsung, adalah pajak yang pada akhimya dapat
dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau pihak ketiga.
b. Menurut Sifatnya
I) Pajak Subjektif, adalah pajak yang pengenaannya memerhatikan
pada keadaan pribadi wajib pajak atau pengenaan pajak yang
memerhatikan keadaan subjeknya;
2) Pajak Objektif, adalah pajak yang pengenammya memerhatikan
pada objeknya baik berupa benda, keadaan, perbuatan atau
peristiwa yang mengakibatkan timbulnya kewajiban membayar
pajak, tanpa memperhatikan keadaan pribadi subjek pajak maupun
tempat tinggal.
c. Menurut Lembaga Pemungutnya
I) Pajak Negara (Pajak Pusat), adalah pajak yang dipungut oleh
pemerintah pusat dan digunakan untuk mernbiayai rumah tangga
negara pada umumnya;
2) Pajak Daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah
baik daerah tingkat l maupun daerah tingkat II dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah masing-masing.
4. Fungsi Pajak
Terdapat dua fungsi pajak (Suandy, 2000: 14), yaitu:
a. Fungsi Budgetair1Financial, yaitu memasukkan uang sebanyak
banyaknya ke kas negara dengan tujuan untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran Negara;
b. Fungsi Reguleren (fungsi mengatur), yaitu pajak digunakan sebagai
alat untuk mengatur masyarakat baik dibidang ekonomi, sosial maupun
politik dengan tujuan tertentu
5. Sistem Pemungutan Pajak
Dalam memungut pajak dikenal beberapa system pemungutan,
Yaitu ( Resmi, 2003:10):
a. Official Assesment System
Suatu system pemungutan pa,jak yang memberikan kewenangan
aparatur perpajakan untuk menentukan sendiri jumlah pajak yeng
terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku;
b. Self Assesment System
Suatu sistem pemungutan pajak yang membe1i wewenang kepada
Wajib Pajak (WP) untuk menentukan sendiri jumlah pajak yang
terutang setiap tahunnya sesuai dengan ketentuan undang-undang
perpajakan yang berlaku;
c. With Holding System
Suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada
pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh WP
sesuai dengan undang-undang perpajakan yang berlaku.
6. Struktur Perpajakan di Indonesia
Indonesia telah lama menempatkan pajak sebagai sumber
penerimaan Negara, baik itu di masa pendudukan penjajah hingga
sekarang ini. Sejak awal kemerdekaan, para pendiri Negara telah
menempatkan dalam Pasal 23 ayat (2) UUD 1945 bahwa "Segala pajak
untuk keperluan Negara berdasarkan undang-undang ". Sehingga dasar
hukum pengenaan pajak di Indonesia telah kuat. Untuk menyesuaikan
pajak dengan iklim dan perkembangan yang dialami oleh Negara kita,
pemerintah telah melakukan reformasi terhadap perpajakan, baik itu atas
pajak pusat maupun pajak daerah (Pandiangan, 2002: 11 ).
Pajak telah mengalami masa-masa sulit dan gemilang di Indonesia,
yang indikasinya terlihat dari persentase penerimaan pajak dalam
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) maupun Anggaran
Pendapatan Belanja Daerah (APBD). Untuk menyesuaikan pajak dengan
iklim dan perkembangan yang dialami oleh Negara Indonesia, pemerintah
telah melakukan refonnasi terhadap perpajakan, baik itu atas pajak pusat
maupun pajak daerah. Dengan refonnasi tersebut diharapkan terciptanya
fonnat perpajakan yang Jebih ideal untuk dapat dilaksanakan oleh
pemerintah dan masyarakat. Di samping itu juga sebagai reposisi pajak
sebagai sumber penerimaan, baik itu penerimaan untuk pusat maupun
untuk daerah (Pandiangan, 2002: 11 ).
Refonnasi perpajakan yang pertama dilakukan oleh pemerintah
terhadap pajak pusat pada tahun 1983 melalui pengaiuan dan
ditetapkannya 3 Undang-undang (UU) Perpajakan nasional sebagai pilar
pelaksanaan pajak pusat, yaitu UU No. Tahun 1983 tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan dan UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Dengan langkah reformasi
perpajakan ini, telah memberi sejarah dan mengantarkan perpajakan
nasional ke suatu iklim barn, baik dalam ha! sistem (:>ystem), aturan dasar
(regulation), maupun kelembagaan (institution). Kemudian telah
dikeluarkan lagi UU Perpajakan di bidang Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, Bea Materai, Bea Masuk, Cukai,
masalah Penagihan Pajak hingga Badan Penyelesaian Sengketa Pajak bila
masyarakat mengajukan banding atas Ketetapan Pajak (Pandiangan,
2002: l l ).
Selanjutnya pada tahun 1997 juga dilakukan reformasi terhadap
pajak daerah, yaitu melalui UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah. Namun pcngaturan secara regulasi atas pajak
tersebut tidaklah kaku dan monoton, melainkan dinamis dan berkembang
terns. Hal ini terlihat dari dilakukannya beberapa kali pernbahan atas UU
perpajakan yang ada, untuk menyesuaikan aturan pengenaan pajak dengan
perkembangan yang terjadi yang dialami oleh suatu negara. Sehingga
antara pajak dan perkembangan negara tidak berjalan sendiri-sendiri,
melainkan berjalan seirama dan selaras (Pandiangan, 2002: 11 ).
Saat ini Undang-undang tentang Ketentuan Uinum dan Tata Cara
Perpajakan, PPh, PPN dan PPn-BM serta Pajak dan Retribusi Daerah
tersebut sudah tidak berlaku. Perubahannya yaitu Undang-undang No. 16
Tahun 2000, mulai sekarang berlaku UU No. 28 Tahun 2007 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, UU No. 17 Tahun 2000
tentang Pajak Penghasilan, UU No. 18 Tahun 2000 tentang Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan UU No.
34 Tahun 2000 tentang Pajak daerah dan retribusi daerah.
Selain itu, perubahan atas UU Perpajakan yang ada dilakukan
untuk memberikan keseimbangan antara beban pajak dan tingkat
pelayanan yang diberikan kepada wajib pajak. Hal ini pada akhirnya akan
memberikan dampak positif bagi perekonomian dan pembangunan daerah
serta nasional pada umumnya (Ismail, 2005: 174).
Dampak positif itu tidak akan tercapai meskipun semua peluang
investasi dibuka lebar dan berbagai kemudahan serta intensif ditawarkan
kepada m11syarakat dan investor, apabila paradif,,'lna paj<ik pusat maupun
pajak daerah itu sendiri tidak diubah sesuai dengan perkembangan dan
kebutuhan (Ismail, 2005: 174 ).
Dari perkembangan pengaturan pajak tersebut, hingga saat ini
struktur perpajakan Indonesia sebagaimana terlihat dalam bagan berikut:
(Pandiangan, 2002: 11)
1. Direktorat Jenderal Pajak a. Pajak Penghasilan b. Pajak Pertambahan Nilai c. Pajak Penjualan atas Barang
Mewah d. Pajak Bumi dan Bangunan e. Bea Materai f. Bea Perolehan Hak atas Tanah
- Pajak dan bangunan Pu sat
2. Direktorat Jendernk Bea dan Cukai a. Beamasuk b. Cukai
I. Propinsi a. Pajak Kendaraan Bem1otor dan
Kendaraan di atas Air
I PAJAK I b. Bea Batik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air
c. Pajak Bah an Bakar Kendaraan Bermotor
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air di bawah Tanah dan Air Permukaan
Pajak -~
Daerah ~upaten/Kota Pajak Hotel
b. Pajak Restoran c. Pajak Hiburan d. Pajak Reklame e. Popk P'•cra•g<m fafa• j f. Pajak Pengambilan Ballan Galian
Golongan C g. Pajak Parkir
B. Pajak Daerah
1. Kebijakan dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah
Untuk dapat mewujudkan otonomi bagi daerah agar memiliki
kekuasaan dalam penyelenggaraan pemerintahan di daerah, maka menurut
Agus ( 1999) dalam Nugroho (2000: 13) hams mempunyai hal-hal berikut:
a. Self Regulating Power, yaitu kemampuan mengatur dan melaksanakan
otonomi daerah demi kesejahteraan mesyarakat di daerahnya;
b. Self Modifying Power, yaitu kemampuan melakukan penyesuaian
penyesuaian dari peraturan yang ditetapkan secara nasional dengan
kondisi daerah;
c. Local Political Support, yaitu penyelenggaraan pemerintahan daerah
yang mempunyai legitimasi luas dari rnasyarakat, baik pada posisi
Kepala Daerah sebagai unsur eksekutif maupun DPRD sebagai unsur
legislatit;
d. Financial Recourse, yaitu mengembangkan kemampuan dalam
mengelola sumber-sumber penghasilan dan keuangan yang memadai
untuk membiayai kegiatan-kegiatan pemerintahan, pembangunan dan
pelayanan masyarakat yang segera menjadi kebutuhannya;
e. Developing Brain Power, yaitu membangun sumber daya manus1a
aparatur pemerintah dan masyarakat yang handal yang hertumpu pada
kapabilitas intelektual dalam menyelesaikan berbagai masalah.
2. Paradigma Baru Pajak Daerah di Indonesia
Seiring dengan tujuan otonomi daerah yang mendekatkan
pelayanan pemerintah dengan rakyatnya, maka fungsi pajak daerah tidak
semata-mata untuk mengisi daerah (APBD). Karena ha! tersebut tidak
sesuai dengan tujuan otonomi daerah. Dalam definisi pajak sebagai pengisi
kas daerah ir.i, titik berat pajak diletakkan pada fungsi budgeter meskipun
terdapat fungsi lain, yaitu fungsi mengatur (reguleren~. Dari kedua fungsi
paja.1< tersebut yang lebih mendekati makna otonomi daerah dan hams
lebih dieksploitasi atau dikembangkan adalah fungsi mengalur, yang
dalam hal ini berkaitan erat dengan upaya meningkatkan pelayanan
(Ismail, 2005:176).
Fungsi mengatur pajak tersebut tidak semata-mata dalam lingkup
fungsi budgeter atau taxation for revenue only, tetapi juga untuk mengatur
tingkat pendapatan di sektor swasta yaitu mengadakan redistribution
pendapatan tersebut dan mengatur volume pengeluaran swasta. Bahkan
seiring dengan perkembangan sistem pemerintahan dan sistem demokrasi,
fungsi mengatur dari pajak daerah ini hams diarahkan pada fungsi
pelayanan pemerintah daerah kepada rakyatnya. Dengan demikian,
paradigma pajak daerah yang selama ini melekat pada pajak, yaitu tanpa
imbalan/kontraprestasi hams diubah dan diarahkan pada fungsi pajak yang
diarahkan pada fungsi pajak yang memberikan imbalan kepada sektor
pajak bersangkutan. Dengan demikian, pungutan pajak daerah hendaknya
memenuhi rasa keadilan dan ditujukan tmtuk kemanfaatan dan
kesejahteraan rakyat (Ismail, 2005: 177).
3. Definisi dan Tujuan Pelaksanaan Pajak Daerah
Kewenangan daerah untuk memungut pajak daerah dan retribusi
diatur dalam UU Nomor 34 Tahun 2000, yang merupakan penyempumaan
UU Nomor 18 Tahun 1997, Undang-undang itu ditindaklanjuti dengan
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah.
Pendefinisian pajak daerah menurut UU No. 34 Tahun 2000 adalah:
Pajak Daerah, yang selanjutnya disebut pajak adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan penmdang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.
Tujuan Pelaksanaan Pajak Daerah yang merupakan salah satu
bentuk perwujudan dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) diharapkan
menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintah dan
pembangunan daerah untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan
masyarakat. Dengan demikian daerah mampu melaksanakan otonominya,
yaitu rnampu mengatur dan mengurus rurnah tangganya sendiri
(Kurnalasari, 2005: 13).
4. Jenis-jenis Pajak Daerah
Pajak daerah dibedaknn menjadi dua jenis pajak, yaitu (Prakosa,
2003:3):
a. Pajak Propinsi yang terdiri dari:
b.
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di atas Air;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bem10tor;
4) Pajak Pengembilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
Pajak Kabupaten/ Kota yang terdiri dari:
I) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C;
7) Pajak Parkir.
5. Kriteria Pajak Daerah
Untuk menilai potensi dan kinerja suatu jenis pungutan, diperlukan
seperangkat kriteria. Secara umum kriteria-kriteria ini dapat digolongkan
ke dalam enam butir, yal<ni: (Ismail, 2005: 197).
a. Kecukupan dan Elastisitas
Pernyataan yang pertama dari suatu sumber penerimaan tentu
saJa kecukupan dari perolehan sumber tersebut terutama apabila
dikaitkan dengan biaya pelayanan yang harus diberikan. Akan tetapi
tidak boleh dilupakan bahwa berbagai biaya cenderung tidak stabil
karena berbagai sebab, seperti inflasi, pertumbuhan penduduk, naiknya
standar hidup yang menuntut standar pelayanan yang lebih tinggi.
Oleh karena itu, sumber-sumber penerimaan seyogyanya cukup
elastis, yakni kapasitas untuk meningkatkan pendapatan cukup besar
sebagai respon terhadap tekanan meningkatnya permintaan belanja
publik. Basis pajak juga seyogyanya meningkat seiring meningkatnya
harga, bertambah penduduk dan ekspansi ekonomi.
b. Keadilan
Keadilan atau pemerataan yakni bahwa 'beban untuk belanja
publik seyogyanya ditanggung oleh mesyarakat secara proporsional
dengan kekayaan mereka. Dengan demikian, siswm perpajakan akan
baik apabila progresif, yaitu apabila presentase pendapatan seseorang
yang dibayarkan sebagai pajak meningkat seiring; dengan peningkatan
pendapatan.
Dalam ha! pajak daerah, persoalan keadilan haris dilihat dari
tiga dimensi, yaitu:
1) Behan pajak hams seimbang; antara kelompok masyarakat yang
berada ditingkat pendapatan yang berbeda;
2) Beban hams seimbang antara kelompok dan sumber pendapatan
yang berbeda; orang yang menerima pendapatan tetap seyogyanya
tidak diberi beban lebih jika dibandingkan dengan mereka yang
mempunyai pendapatan sama tetapi dari usaha sendiri;
3) Beban pajak seharusnya tidak boleh berbeda hanya karena
seseorang tinggal di daerah yang berbeda.
c. Kapasitas Administratif
Tuntutan kemampuan administrasi dalam ha! keahlian,
integritas dan determinasi sangat bervariasi untuk berbagai sumber
penerimaan. Biaya administrasi untuk menilai dan menghimpun pajak
langsung dari masyarakat yang mempunyai karakteristik demikian
cenderung sangat tinggi, walaupun perolehan rata-ratanya sangat
mungkin rendah. Di sisi lain perolehan sangat signifikan bisa diperoleh
dari pajak atas bahan bakar, misalnya dengan biaya administratif yang
relatif rendah.
d. Kesepakatan Politis
Membayar pajak merupakan kewajiban bagi masyarakat
dengan konsekuensi hukum bagi pelanggarnya. Oleh karena itu,
dibutuhkan suatu kesepakatan bersama jika dirasakan perlu dalam
pengambilan keputusan perpajakan.
e. Efisiensi Ekonomi
Perpajakan pada dasarnya memiliki dua tujuan, yaitu untuk
menyediakan dana bagi kepentingan publik dan mempengaruhi
perilaku ekonorni. Misalnya, pajak penjualan sangat mempengaruhi
harga pembelian pakaian. Oleh karena itu, peni:laian atas suatu pajak
juga harus dilihat dari pengaruhnya atas keputusan wajib pajak.
Kriteria efisiensi ekonomi secara urnurn lebih bermanfaat untuk
digunakan dalam menilai pajak pusat daripada pajal< daerah.
Menurut Pasal 2 ayat (4), menyatakan bahwa kriteria pajak daerah
adalah sebagai berikut (Ismail, 2005: 178):
a. Bersifat pajak dan bukan retribusi;
b. Objek pajak terletak atau terdapat di wilayah daerah kabupaten/kota
yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta
hanya melayani masyarakat di wilayah daerah kabupatenlkota yang
bersangkutan;
c. Objek dan dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan
kepentingan umum;
d. Objek pajak bukan merupakan objek pajak provinsi dan atau objek
pajak pusat;
e. Potensinya memadai;
f. Tidak memberikan dampak ekonomi yang negatif;
g. Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat;
h. Menjaga kelestarian lingkungan.
C. Pajak Penerangan Jalan
1. Definisi Pajak Penerangan Jalan
Menurut Prakosa (2003) dalam Kumalasari (2005:13) Pajak
Penerangan Jalan (PPJ) adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik
dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan
jalan yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah. Penerangan Jalan
yang dimaksud adalah penggunaan tenaga listrik untuk menerangi jalan
umum yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah Daerah.
2. Objek Pajak dan Subjek Pajak Penerangan Jalan
Menurut Peraturan Daerah Khusus lbu Kota Jakarta Nomor 9
Tahun 2003 yang menjadi objek Pajak Penera:ngan Jalan adalah
penggunaan tenaga listrik di propinsi OKI Jakarta. Pengecualian Objek
Pajak Penerangan Jalan:
a. Penggunaan tenaga listrik oleh instansi pemerintah pusat dan
pemerintah daerah;
b. Penggunaan tenaga listrik pada tempat-tempat yang digunakan oleh
kedutaan, konsulat, perwakilan asmg dan lembaga-lembaga
internasional dengan asas timbal balik;
c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN dengan
kapasitas tertentu yang tidak memerlukan izin dari instansi teknis
terkait
d. Penggunaan tenaga listrik lainnya yang ditetapkan dengan keputusan
Gubernur.
Sedangkan yang menjadi subjek pajak menurut Undang-undang
tersebut adalah orang pribadi atau badan yang memakai tenaga listrik. Jadi
yang menjadi wajib Pajak Penerangan Jalan adalah orang pribadi atau
badan yang menjadi pelanggan listrik dan atau pengguna listrik.
3. Dasar Pengenaan Pajak Penerangan Jalan
Oasar pengenaan pajak yang dimaksud dalam hal ini adalah Nilai
Jual Tenaga Listrik. Menurut Peraturan Oaerah Propinsi OKI Jakarta
Nomor 9 Tahun 2003 Pasal 5 tentang Pajak Penerangan Jalan, Dasar
Pengenaan pajak Penerangan Jalan yang berlaku di OKI Jakarta ditetapkan
sebagai berikut:
a. Oalam hal tenaga listrik berasal dari PLN dengan pembayaran, nilai
jual tenaga listrik adalah jumlah tagihan biaya beban ditambah dengan
biaya pemakaian kwh yang ditetapkan dalam rekening listrik;
b. Dalam hal tenaga listrik berasal dari bukan PLN dengan tidak dipungut
bayaran, nilai jual tenaga listrik dihitung berdasarkan kapasitas
tersedia, penggunaan listrik atau taksiran penggunaan listrik, dan harga
satuan listrik yang berlaku di wilayah Propinsi DK! Jakarta.
4. Tarif Pajak Penerangan Jalan
Berdasarkan Peraturan Oaerah Nomor 9 Tahun 2003 Pasal 6,
ditetapkan tarif Pajak Penerangan Jalan yang berlaku di Propinsi DK!
Jakarta sebagai berikut:
a. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN,. untuk bukan industri
sebesar 3%;
b. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari PLN, untuk industri,
pertambangan minyak bumi dan gas alam sebesar 8%;
c. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN untuk bukan
industri sebesar 3%;
d. Penggunaan tenaga listrik yang berasal dari bukan PLN, untuk industri
sebesar 8%.
5. Cara Perhitungan Pajak Penerangan jalan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 Pasal 7
besarnya Pajak Penerangan Jalan yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pungutan Pajak Penerangan Jalan dengan dasar
pengenaan pajaknya.
Contoh perhitungan pajak penerangan jalan:
a. Pelanggan PLN kelompok rumah tangga
Biaya rekening listrik terdiri dari Biaya beban dan biaya
pemakaian. Biaya beban adalah biaya yang besamya tetap, dihitung
berdasarkan daya tersambung. Sedangkan biaya p~makaian merupakan
biaya pemakaian energi. Untuk pelanggan-pelanggan golongan
tertentu, yaitu R-1 dan R-2, perhitungan tariff biaya pemakaian
dikenakan sistem blok. Artinya, untuk pemakaian sampai jumlah
tertentu, yaitu 60 jam pe1tama mendapat tarif yang lebih murah dan
selebihnya tariff yang lebih mahal. Diba.wah ini tabel tarif dasar listrik
kelompok mmah tangga berdasarkan Keputusan Presiden RI No. l 04
Tahun 2003:
I GOL Bl BLOK I Biaya
TAR!f Be ban (Rp/kWh)
1· 1 l I.
s.d450 VA
lo-3okWhr ~ 11000 .
] 1 I
I
Biaya Pemakaian (Rp/kWh)
169 I 360 J
. -@iQJ{ji'li] I 2101
~ I 445 I 900VA h
20.000
l>60kWhl [ 495 I ~-20 kWh]cr __ 385 -- l
1300 VA ~ 30 100 11 445 I cl (>60kWhi I 495 _J 10-20 kWh[ ·11 390 I
2200 VA ~ h 30.200
I 445 I 1>60kWhi I 495 I
B > 2200 VA sd Cl 30.400s ][ 560 I 6600VA
I R-3 II >6600VA II -11 34.260 JI 621 I Contoh perhitungan untuk Golongan Tarif R-1 450 VA, pemakaian 90
kwh (Penghitungan tarif listrik, 2008):
Biaya Beban = (450/1000) x Rp 11.000
Biaya Pemakaian =
Blok I = 30kWh xRp 169 = Rp 5.070
Blok II = 30 kWh x Rp 360 = Rp l 0.800
Blok Ill= 30 kWh x Rp 495 = Rp 27.720 (+)
Total Tagihan =
=Rp 4.950
=BJ230.720(+) Rp 35.670 + PPJU .
Pajak penerangan yang dipungut adalah 3% x Rp. 35.670 "" Rp. 1.070
b. Pelanggan PLN kelompk bisnis
Dibawah ini tabel tarif dasar listrik kelompok bisnis:
~ -
GOL Biaya Biaya ~~l~I\ Behan l Pemakaian E_jL.:_:__JL::_l1 (Rp/kWh~ (RplkWh)
~-~·-.--
I --__ =:it> 30 kwiiJ[~---rc420 =i [ 900 v A 11 O-l 08 J~Wh]\ 26.500 I 420 I
J> 10s~ I 465 I
I 1300 v~I 0-
146kWh11 2s.200 I 410 I
[> 146 kWh I J 473 =:J
I 2200 v ~I 0-
264 kWh I\ 29.200 J 480 I
I 518 _J . -·
. ~64kWhJ __
0-100 jam
I 520 I B-2 2200 VA s.d nyala 30.000
200 kVA > IOOjam L I nyala 545
:_ ___
Bl >200kVA 11
WBP IEJ' 452 J LWBP I 2s.400 [ 452 I !
Keterangan: WBP = Waktu Beban Puncak, LWBP = Luar Waktu
Beban Puncak.
Contoh perhitungan untuk Golongan TarifB-1 450 VA, pemakaian
120 kWh:
Biaya Beban = ( 450/1000) x Rp 23.500
Biaya Pemakaian =
Blok I = 30 kWh x Rp 254 = Rp 7.620
Blok lI = 90 kWh x Rp420 = Rp 37.800 (+)
Total Tagihan =
= Rp 10.575
=-Rn 45.420 \ +) Rp 55.995 + PPJU
6. Tllta Cllra Pemungutan Pa_jak Penerangan Jalan
Sesuai dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2003 Pasal 7
pemungutan Pajak Penerangan Jalan dilakukan oleh PLN dalam hal tenaga
listrik yang disediakan oleh PLN dan Dinas Pendapa.tan Daerah dalam hal
tenaga listrik yang disediakan bukan oleh PLN.
Pelaksanaan pemungutan PPJ belum dapat dilakukan secara sistem
se(l assessment mumi, karena kebanyakan penanggung pajak atau WP
didominasi oleh konsumen rumah tangga yang sangat tidak
memperdulikan atau memperhatikan daya/tenaga listrik terpakai serta
tidak membukukan atau mencatatnya sehingga tidak dapat menghitung
sendiri jumlah PPJ yang harus dibayar. Oleh karena itu, penetapan PPJ
dilakukan oleh instansi yang bekerjasama dengan Pemerintah Propinsi
DK! Jakarta, yaitu Kantor Cabang PT. PLN (Persero) Distribusi Jaya dan
Tangerang, yang melakukan pelayanan kepada masyarakat WP dalam
memenuhi kewajiban perpajakan daerah yaitu PPJ (Sugianto, 2000:59).
Pelayanan yang dilakukan oleh Kantor Cabang PT. PLN (Persero)
Distribusi Jaya dan Tangerang khususnya PT PLN (Persero) Area
Pelayanan Menteng meliputi penghitungan jumlah PPJ yang terutang,
pemungutan pajak yang dilaksanakan bersamaan dengan tagihan rekening
listrik PLN. Setelah itu melakukan penyetoran PPJ kepada Kantor
Pembendaharaan dan Kas Daerah Propinsi DK! Jakarta melalui Bank DK!
Cabang Utama.
Besarnya ketetapan PP.I sangat berkaitan dengan besamya tagihan
pemakaian tenaga listrik sebagai dasar pengenaan pajak. Oleh karena itu,
penetapan PPJ dilakukan oleh Kantor Cabang PT PLN (Persero) Distribusi
Jaya dan Tangerang, di mana proses penetapan PPJ dapat diuraikan
sebagai berikut (Sugianto, 2000:60) :
a. Petugas PLN setiap bulannya mendata pelanggan dan mencatat
pemakaian tenaga listrik;
b. Secara berjenjang data pemakaian tenaga listrik disampaikan kepada
Kantor Cabang PT PLN (Persero) Distribusi Jaya dan Tangerang;
c. Data direkam di bagian Tata Usaha Langganan (TUL) dan kemudian
diterbitkan tagihan listrik termasuk jumlah PPJ yang terutang;
d. Dalam proses perekaman terjadi penghitungan:
I) Jumlah tagihan rekening listrik sebagai DPP PPJ, yaitu bi a ya beban
ditambah biaya pemakaian kwh;
2) PPJ terutang sebesar 3% dari DPP atau jumlah tagihan rekening
listrik PLN;
3) Bia ya penggantian administrasi untuk PT PLN sebesar 5% dari PP J
yang dipungut;
4) Upah pungut PPJ untuk PT PLN sebesar 1,8% dari PPJ yang
dipungut;
5) Jumlah PPJ yang harus disetor oleh FT PLN sebesar 93,2% dari
PP J yang di pun gut kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah
Propinsi DK! Jakarta.
e. Penerbitan lembar tagihan rekening listrik yang sudah termasuk jumlah
PPJ yang terutang kemudian didistribusikan kepada loket-loket
pembayaran, yaitu sebanyak 234 loket inkaso dan akses data kepada
414 Kantor Bank yang tersebar di Propinsi DK! Jakarta.
Pelaksanaan pemungutan PPJ dan penyetoran pajak tersebut
kepada Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah DK! Jakarta adalah
sebagai berikut (Sugianto, 2000:62):
a. Lembaran tagihan Iistrik yang sudah dibayar pelanggan pada loket
loket pembayaran atau pada Bank yang ditunjuk oleh PT PLN
kemudian disetor kepada rekening bank Kantor Cabang PT PLN
(Persero) Distribusi Jaya dan Tangerang yaitu Kantor Cabang Utama
Bank Mandiri Gambir;
b. PLN Distribusi Jaya dan Tangerang secara aktif memantau rekening
Koran dan memperhitungkan kewajiban menyetor PPJ kepada
Pemerintah Propinsi DK! Jakarta, Kabupaten Bekasi, Kabupaten
Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kota Administratif Depok;
c. Pada awal bulan, kantor cabang PT PLN melaporkan penerimaan dan
kewajiban menyetor PPJ serta mentransfor se!uruh penerimaan tagihan
Jistrik kepada rekening Bank Kantor Pusat PLN;
d. Setelah mendapat persetujuan atau perintah Kantor Pusat PLN, maka
dilakukan transfer jumlah pajak yang dipungut setelah dikurangi biaya
penggantian administrasi dan upah pungut sebesar 6,8% kepada
rekening Bank kantor cabang PT PLN (Persero) Distribusi Jaya dan
Tangerang, kemudian kantor cabang PT PLN (Persero) Distribusi Jaya
dan Tangerang membuat perintah kepada bank tersebut untuk
mentransfer sejumlah uang tertentu kepada rekening Kantor
Perbendaharaan dan Kas Daerah DK! Jakmia di Bank DK! sebagai
penyetor PP J;
e. Setelah ada pemberitahuan atau penerimaan nota !credit dari Bank DK!
maka Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah DK! Jakarta baru
mengakui adanya penerimaan PP J;
f Dinas Pendapatan daerah Propinsi DKI Jakarta mengakui adanya
penerimaan PPJ setelah ada bukti transfer.
7. Kewajiban Pemerintah Daerah Terhadap Penerimaan PPJ
Lampu penerangan jalan adalah tanggungjawab Pemda setempat.
Dalam ha! ini PLN hanya bertugas untuk menarik PPJ untuk kemudian
disetorkan ke Pemda dan mensup!ai aliran listrik ke penerangan jalan
tersebut. Sementara untuk pemasangan baru, pemeliharaan dan
penanganan gangguan penarangan jalan adalah tanggungjawab Pemda,
dalam hai ni Dinas Penerangan Jalan Umum (Suryt Online, 2007).
Kebijakan yang terkait pengelolaan Pajak Penerangan Jalan Umum
(PPJU) ini didasarkan Surat Keputusan Bersama (8KB) Menteri Dalam
Negeri dan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor 71.A Tahun 1993
dan Nomor 2862.K/84 l!M.PE/1993 tanggal 31 Agustus 1993, serta
diperkuat dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 65 Tahun 2001
tentang Pajak Daerah yang diikuti Peraturan Daerah (Perda). Dengan
demikian, pengelolaan PJU dapat dirumuskan sebagai berikut (Surya
Online, 2007):
a. PJU dibangun, dipelihara dan rekening listrik ya dibavar oleh Pemda;
b. PJU swadaya masyarakat yang tidak didaftarkan ke PLN adalah
pencurian listrik sekalipun itu untuk kepentingan umum;
c. Pajak Penerangan Jalan Umum (PPJU) dihitung, ditetapkan dan ditagih
oleh PT. PLN bersamaan dengan tagihan rekening listrik pelanggan;
d. Hasil pemungutan PPJU disetor ke kas Pemda.
Adapun kewajiban Pemda setelah menelima haknya berupa
pembayaran PPJU, adalah (Surya Online, 2007):
a. Mengadakan material PJU, dari mulai bola lampu, tiang-tiang hingga ke
jaringan kabel yang ada di wiiayah pengeiolaannya;
b. Mengurus penyambungan tenaga listrik ke kantor cabang PLN;
c. Merawat serta memelihara seluruh perlengkapan PJU;
d. Membayar seluruh rekening listrik yang terpakai PJU tersebut kepada
PLN.
8. Sistem Pembayaran Rekening Listrik Lampu Jalan
Penyusunan perhitungan daya adalah sangat menentukan biaya
pemeliharaan dan operasional di lapangan. Adapun beberapa perhitungan
daya atau sistem pembayaran rekening listrik lampu jalan sebagai berikut
(Erminton, 2005:70):
a. Perhitungan pemakaian daya dengan aturan pelepas gas
Perhitungan dengan memakai sistem perhitungan pe\epas gas khusus
aturan yang dikeluarkan oleh PLN pusat terha,dap pemakaian \ampu
pelepas gas untuk penerangan jalan umum di kota-kota seluruh
Indonesia dengan memakai rumus sebagai berikul:
Jumlah titik Iampu x daya x 2 x 12 jam x 30 hari Daya x Rp. 630
1000
Keterangan : Angka 2 = Faktor pelepas gas
b. Perhitungan daya dengan metode meterisasi dan kapasitor
Perhitungan daya dengan menggunakan K wh meter adalah menghitung
daya dengan menggunakan meteran pengukur yang tidak dibatasi oleh
jam nyala lampu dan perhitungan daya yang terpakai dalam perbulan
berjalan dikalikan dengan harga per K wh. Di sini akan terjadi
penghematan pemakaian daya baik rnelalui meteran maupun yang
dihemat oleh kapasitor yang terhubung dengan komponen Jampu yang
terletak dalam rangkaian lampu. Untuk rnenghemat daya yang terpakai
dengan rurnus sebagai berikut:
1) Perhitungan daya tanpa Kwh meter misalkan lmpu 150 watt
Daya= 500/1000 x 375 x Rp. 630
2) Perhitungan daya dengan Kwh tanpa kapasitor
Daya= 150/1000 x 375 x 2 VA x Rp. 630
3) Perhitungan daya Kwh meter ditambah kapasitor
Daya= 150/1000 x 375 x 1,18 VA x Rp. 630
Keterangan : Angka 2 dan 1, 18 faktor pengali.
Data Dinas Penerangan Jalan Umum dan Sarana Jalan Utilitas (PJU-
SJU), di Jakarta kini terdapat 205.582 unit larnpu. Dari jurnlah itu, 10.250 di
antaranya atau sekitar 5% dipastikan padarn setiap pekannya. Banyaknya
larnpu penerangan jalan yang padam, umumnya diakibatkan kare11a usia
pemakaiannya yang sudah tua. Jronisnya, ha! ini justru menyebabkan
anggaran pembayaran listrik pemerintah Provinsi DK! Jakarta mubazir
setiap tahunnya. Sistem pambayaran rekening listrik lampu jalan
menggunakan sistem tarif tetap (jix rate). Artinya, Pemprov tetap membayar
dengan jumlah yang telah disepakati walaupun tidak digunakan. Walaupun
jumlah lampu penerangan yang mati mencapai ribuan, pemakaian tetap
dihitung 12 jam per hari (Nusantara, 2008).
Sistem perhitungan daya di Dinas PJU DK! Jakarta masih banyak
yang menggunakan sistem perhitungan pelepas gas. Akibatnya, besaran
listrik bertambag dua kali lipat. Oleh karena itu, Dinas PJU DK! berusaha
mencegah pemborosan lebih lanjut. Caranya, dengan mengubah strategi
pembayaran melalui kesepakatan barn dengan PLN, yakni dengan
memasang meteran. Penggunaan meteran pada gardu penerangan jalan, akan
membuat perhitungan penggunaan listrik lebih tepat dan hemat (Nusantara,
2008) ..
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Penerangan Jalan
I. .Jumlah Pelanggan PLN
Menurut Keputusan Dirjen Listrik dan Pemanfaatan Energi Nomor
16-12/43/600.3/2003 yang dimaksud dengan pelanggan PLN adalah setiap
orang atau badan usaha yang menggunakan listrik yang disediakan oleh
Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara berdasarkan
perianiian iual beli tenaga listrik. Pelanggan PLN dike!omookkan meniadi
beberapa golongan, yaitu: golongan sosial, rnmah tangga, bisnis, industri
dan pemerintah (Kumalasari, 2005:17).
Penggolongan konsumen pelanggan listrik im dimaksudkan untuk
memenuhi kriteria penetapan tarif yang baik ya.itu keadilan dalam
menanggung beban biaya konsumsi tenaga listrik. Biaya yang harus
ditanggung oleh pelanggan listrik ini tidak mungkin dilakukan dengan
menggunakan tarif yang sama, karena itu diperlukan tarif yang berbeda
untuk setiap golongan (lsmartani, 2003:61 ).
Dalam konteks PPJ, pelanggan PLN bertindak sebagai wajib pajak
atau pembayar PPJ. .lumlah pelanggan PLN khususnya kelompok bisnis
diduga menjadi salah satu faktor yang dapat mempengarnhi penerimaan
PPJ yang dipungut oleh PLN. Hal ini seiring dengan berkembangnya
dunia bisnis yang berdampak terhadap konsumsi penggunaan energi
listrik. Listrik merupakan penunjang dan kebutuhan yang vital bagi
kegiatan ekonomi dari sektor bisnis. Konsumsi listrik yang dilakukan oleh
sektor bisnis itu berarti akan berpengaruh terhadap pemungutan PP J yang
dipungut oleh PLN.
2. Jumlah Pemakaian Kwh
Kwh (kilowatt-hour) berarti energi yang digunakan selama satu
Jam pemakaian. Dalam melakukan pembayaran rekening listrik, total
tagihan listrik pelanggan berpatokan kepada jumlah pemakaian kwh yang
dipakai dikalikan dengan tarif dasar listrik (Jsmartani, 2003 :56)s. Basil
perkalian tersebut ditambah biaya beban menjadi nilai jual tenaga listrik.
Dengan kata lain nilai jual tenaga listruk merupakan dasar pengenaan
pajak penerangan jalan.
Dalam penelitian ini jumlah pemakaian kwh diperkirakan sebagai
salah satu faktor yang dapat mendukung pemungutan PPJ. Apabila jumlah
pemakaian kwh yang digunakan oleh pelanggan PLN khususnya
kelompok bisnis meningkat maka pemungutan pajak penerangan jalanpun
ikut meningkat. Hal ini disebabkan karenajwnlah pernakaian kwh me1tjadi
bagian dari perhitungan nilai jual tenaga listrik yang merupakan dasar
pengenaan pajak penerangan jalan. Khusus pada kelompok bisnis tarif
pungutan PPJ sebesar 3% dari dasar pengenaan pajaknya. Apabila dasar
pengenaan pajak meningkat maka pajak yang terutangpun akan meningkat.
Berapapun dasar pengenaan pajaknya dalam hal ini nilai jual
tenaga listrik, tarif PPJ tetap. Oleh karena itu, tarif PPJ tersebut dapatjuga
disebut sebagai tarif proporsional, yaitu tarif yang persentasenya tetap dan
jumlah pajak yang terutang tentu akan berubah sesuai dengan dasar
pengenaan pajaknya (Lubis, 2006: 19).
E. Kerangka Pemikiran
Salah satu Pajak Daerah yang berpotensi besar terhadap penerimaan
daerah adalah Pajak Penerangan .lalan (PP J). Lahirnya PPJ adalah atas dasar
pertimbangan bahwa Pemda membutuhkan biaya yang cukup besar untuk
perluasan pembangunan penerangan jalan yang selama ini ditanggung oleh
Pemda. Oleh karena itu, pungutan PPJ terhadap masvarakat pengguna listrik
dimaksudkan untuk membiayai perluasan pembangunan dan membayar
pemakaian daya listrik PLN untuk peneranganjalan.
Sebagai lbukota negara, Jakarta merupakan pusat kegiatan ekonomi,
hal ini menjadikan para investor cenderung untuk memulai bisnisnya di
Jakarta karena sarana dan prasarana yang menunjang dan peluang pasar yang
cukup terbuka dan menjanjikan keuntungan (Kismono, 2001 ). Oleh karena itu
sudah banyak lahan di Jakarta yang dijadikan bangunan untuk kegiatan bisnis.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa dunia bisnis yang
terus berkembang berdampak terhadap konsumsi penggunaan energi listrik.
Listrik merupakan penunjang dan kebutuhan yang vital bagi kegiatan ekonomi
dari sektor bisnis. Konsumsi listrik yang dilakukan oleh sektor bisnis itu
berarti akan berpengaruh terhadap besamyajumlah PPJ yang dipungut.
Selain jumlah pelanggan PLN, jumlah pemakaian kwh juga diduga
dapat mempengaruhi penerimaan Pajak Penerangan Jalan. Hal ini disebabkan
karena jumlah pemakaian kwh menjadi bagian dari perhitungan nilai jual
tenaga listrik merupakan dasar pengenaan Pajak Penernngan Jalan. Jumlah
pemakaian kwh yang besar dapat menyebabkan nilai jual tenaga listrik
meningkat yang berdampak pada besamya pungutan Pajak Penerangan Jalan
yang dilakukan oleh PLN.
Kerangka berfikir ini dapat dituangkan dalam sebuah model penelitian
sebagai berikut:
Gambar 1 Model Penelitian
Pengaruh Jumlah Pelanggan PLN dan Jumlah Pemakaian Kwh Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
.Tumlah pelanggan PLN kelompok bisnis (X 1)
Jumlah pemakaian kwh (X2)
F. Hipotesis
Pemungutan Pajak Pe:nerangan Jalan
kelompok bisnis(Y)
Berdasarkan kerangka teori dan kerangka berfikir, maka dapat
dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
H1: Jumlah pelanggan PLN kelompok bisnis berpengaruh signifikan
terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dipungut oleh PLN.
H2: Jumlah pemakaian kwh pelanggan kelompok bisnis berpengaruh
signifikan terhadap pemnngutan Pajak Penerangan Jalan yang dipungut
oleh PLN.
BAB HI
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa adanya pengarnh jumlah
pelanggan PLN kelompok bisnis dan jumlah pemakaian kwh pelanggan
kelompok bisnis terhadap pemungutan Pajak Penerangan Jalan kelompok
bisnis di PT PLN (Persero) Distribusi Raya dan Tangerang Area Pelayanan
Menteng.
B. Metode Penentuan Sampel
Sampel yang digunakan adalah pelanggan PLN, pemakaian kwh dan
jumlah Pajak Penerangan Jalan yang dipungut oleh PLN kelompok bisnis dari
tahun 2002 sampai 2007. Pengambilan sampel dengan menggunakan
purposive sampling (pe111ilihan sampel bertujuan) dengan metode judgment
sampling yang merupakan tipe pemiliha1~ secara tidak acak yang informasinya
diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu yang sesuai dengan
tujuan dan rnasalah penelitian (lndriantoro dan Bambang, 2002: 131 ).
Pertimbangan yang digunakan adalah pelanggan PLN dan pemakaian kwh
dengan kriteria pelanggan kelompok bisnis, karena pelanggan kelompok bisnis
memberikan kontribusi paling besar terhadap Pajak Penerangan Jalan yang
dipungut oleh PLN.
C. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi
pustaka, terutama yang berhubungan dengan data-data sekunder. Data
sekunder terdiri dari (Jndriantoro dan Barn bang, 2002: 149 ):
1. Data Internal
Data internal diperoleh dengan melakukan pengumpulan data yang berasal
dari PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang Area Pelayanan
Menteng.
2. Data Eksternal
Data eksternal diperoleh melalui buku, jurnal, artikel, terbitan yang
dipublikasikan oleh instansi pemerintah, terbitan yang dikeluarkan oleh
media masa danjuga data yang diperoleh dari internet.
D. Metode Analisis Dara
I. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolineaiitas
Uji multikolinearitas berfungsi untuk me:nguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (Ghozali,
2001:91 ). Deteksi terhadap ada tidaknya multikolinearitas yaitu
dengan menganalisis nilai tolerance serta nilai Variance Inflation
Fae/or (VIF). Jika nilai tolerance >0,10 atau sama dengan nilai V!F
<10, maka model terbebas dari multikolinearitas (Ghozali, 2001 :92).
b. Uji Heteroskedastisitas
Uji Heteroskedastisitas berfungsi untuk menguji apakah ada
kesamaan atau ketidaksamaan varians dari model regresi dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Pedoman suatu model regresi bebas
dari heteroskedastisitas adalah tidak ada pola yang jelas serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka no! pada sumbu Y (Santoso,
2001:210).
c. Uji Normalitas
Ujt Normalitas berfungsi untuk melihat penyebaran data
apakah normal atau tidak, karena data diperoleh langsung dari pihak
pertama dilakukan dengan uji normal probability plot dimana data
dikatakan normal jika nilai sebaran data berada di sekitar garis lurus
diagonal (Ghozali, 2001:112).
d. Uji Autokorelasi
Ujt autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam mod~! regresi
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelurnnya (Ghozali, 2001:
95). Pengujian ini menggunakan uji Durbin-Watson (DW test).
Pedoman terjadinya problem autokorelasi jika terjadi korelasi antar
kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode
t-1. Bila hasil uji DW dibawah -2 bera11i terjadi autokorelasi positif.
Hasil DW yang menunjukkan nilai berkisar -2 sampai 2 maka tidak
tagihan listrik pelanggan berpatokan kepada jumlah pemakaian kwh yang
dipakai dikalikan dengan tarif dasar listrik. Jumlah Pemakaian kwh
diperoleh dari PT PLN Distribusi Jaya dan Tangerang Area Pelayanan
Menteng
3. Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dipungut oleh PLN berasal
dari penggunaan tenaga listrik dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah
tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh
Pemerintah Daerah yang dibebankan kepada orang pribadi atau badan
yang menjadi pelanggan listrik. Jumlah pemungutan Pajak Penerangan
Jalan kelompok bisnis juga diperoleh PT PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang Area Pelayanan Menteng.
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. PT PLN (Persero) Disjaya dan Tangerang
a. Data Perusahaan
Nama
Ditetapkan
Kantor lnduk
Bisnis Uta.ma
PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang
16 Januari 2003, sesuai SK Direksi PT PLN
(Persero) No. 0lO.KJO1 O/DIR/2003
Jl. M.l. Ridwan Rais No. I Jakarta 10110
Indonesia
-Penjualan Tenaga. Listrik
-Pengoperasia.n, pemeliharaan & pengembang
Jaringan Tenaga Listrik Sistem Tegangan
Menengah (20 KV) dan Jaringan Tegangan
Rendah (220 V).
b. Sejarah Singkat PT PLN Distribusi Jaya dan Tangerang
Sejarah berdirinya PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
diawali pada tahun 1897, yaitu dengan mulai digarapnya bidang listrik
oleh salah satu perusahaan Belanda (NV NIGM) yang ditandai dengan
pendirian pusat Pembangkitan Tenaga Listrik (PTL) yang berlokasi di
Gambir. Seialan dengan oasang surutnva seiarah oeriuangan bangsa.
maka pada masa pemerintahan Jepang NV NIGM (Belanda) diambil
alih oleh Pemerintah Jepang yang pada akhirnya dialihkan ke
perusahaan Djawa Denki Jogyosha Djakarta Shisha.
Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945,
maka dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang
selanjutnya dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada
tahun 1947 dan namanya berubah menjadi NV OGEM. Kemudian
dengan berakhirnya masa konsesi NV OGEM Cabang Jakarta yang
selanjutnya diikuti dengan nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia
sesuai Keputusan Menteri PU dan Tenaga No. 161911 tanggal 30
Desember 1953, maka pada tanggal 01 Januari 1954 dilakukan serah
terima dan pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan Listrik Jakarta
dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta Raya dan Ranting
Kebayoran & Tangerang.
Seiring dengan berjalannya waktu, maka perubahanpun terns
bergulir sesuai kroaologi bedkut ini:
I) Berdasarkan UU No. 19 tahun 1960 dan PP No. 67 tahun 1961,
dibentuk Badan Pimpinan Umum Pernsahaan Listrik Negara (BPU
PLN) khusus untuk wilayah Jakaiia dengan nama Perusahaan
Listrik Negara Exploitasi XII;
2) Berdasarkan SK Direksi BPU PLN No. Kpts/030/DIRPLN/62
tanggal 21 Desember 1962, wilayah kerja PLN Exploitasi XII
dibagi menjadi 7 buah distrik dengan kelas yang berbeda-beda;
3) Pada tahun 1965 terjadi perubahan tanggung jawab, dimana PLN
Exploitasi Xll meliputi Cabang Gambir & Cempaka Putih, Jakarta
Kota, Kebayoran, Jatinegara & Cawang, Tangerang dan Cabang
Tanjung Priok pada tahun 1970;
4) Berdasarkan PP No. 18 tahun 1972, status Perusahaan Listrik
Negara dirubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara;
5) Berdasarkan Peraturan Menteri PUTL No. OJ/Prt/1973 tanggal 23
Maret 1973, PLN Exploitasi XI! dirubah menjadi Penun Listrik
Negara Distribusi IV yang meliputi Cabang Gambir, Kota,
Kebayoran, Jatinegara, Tanjung Priok, Tangerang dan Bengkel
Karet;
6) Berdasarkan penjelasan dan pengumuman Pemerintah tentang
pembentukan Kabinet Pembangunan III tanggal 29 Maret 1978,
PLN yang semula bemaung di bawah Departemen PUTL dialihkan
menjadi di bawah naungan Departemen Pertambangan dan Energi;
7) Pada kurun waktu 1984 sampai dengan I 988 terjadi beberapa
penambahan Unit Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang memiliki tujuh cabang sebagai unsur pelaksana, satu
unit pengatur distribusi dan satu bengkel pemeliharaan kelistrikan.
Dua yang disebut terakhir adalah sebagai unsur penunjang;
8) Berdasarkan SK Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8
Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV dirubah menjadi PLN
Distribusi Jakarta Rava dan Tangerang ( sesuai SE Direksi PLN No.
025/PST/1976 tanggal 17 April 1976);
9) Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN
yang dulunya dikenal sebagai PERUM berubah statusnya menjadi
PERSERO, sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang;
I 0) Berdasarkan White Paper Mentamben Agustus 1998, maka
Pemerintah meluncurkan kebijakan Restrukturisasi Sektor
Ketenagaiistrikan sesuai Keputusan Menko WASP AN No.
39/KEP/MK.WASPAN/9/1998 serta kebijakan PT PLN (Persero)
Kantor Pusat, maka PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya &
Tangerang diarahkan kepada Stategic Business Unit-Investment
Center;
11) Sehubungan dengan butir no. IO di atas, maka Direksi PLN telah
mengeluarkan SK No. 16 l.K/010/D!R/2000 tanggal 05 September
2000 tentang organisasi PT PLN (Persero) Unit Bisnis Distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang.
c. Visi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Sebagai satu kesatuan usaha PLN. PT. PLN (Persero) Distribusi
.Jakarta Raya dan Tangerang memiliki Visi "Menjadi perusahaan
distribusi tenaga listrik yang handal, tangguh clan berkembang".
d. Misi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
Misi yang diemban adalah:
1) Melaksanakan bisnis distribusi tenaga listrik yang berorientasi
kepada pelanggan, karyawan dan pemilik;
2) Meningkatkan profesionalisme Sumber Daya Manusia;
3) Menjadikan bisnis tenaga listrik sebagai sarana pendorong
pertumbuhan ekonomi nasional;
4) Melaksanakan usaha sesuai kaidah bisnis.
e. Tujuan PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
I) Korporatisasi (kelayakan keuangan) sebagai perusahaan yang
mandiri;
2) Transparansi atau akuntabilitas dalam bidang peran, tugas,
tanggungjawab dan wewenang.
3) Peningkatan efisiensi dan pengembangan usaha.
f Sasaran PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
I) Menyiapkan Strategi Unit Bisnis menjadi anak perusahaan yang
mandiri;
2) Meningkatkan Customer Value, Share holder Value dan Employee
Value;
3) Meningkatkan kompetensi dan efektifitas kinerja SDM;
./) Mengupayakan penerapan tarif tena.ga listrik sesuai dengan nilai
ekonominya (Customer Oriented Compony);
5) Menyediakan tenaga listrik dengan jumlah dan kualitas yang
memadai sesuai dengan kaidah bisnis yang wajar.
Dalam rangka program peningkatan pelayanan pelanggan
tersebut PLN Disiava dengan 35 unit Area Pela.vanan sebagai uiung
tombak di lapangan yang langsung berhubungan dengan pelanggan
serta 4 unit Area Jaringan dan 1 unit Area Pengatur Distribusi selaku
unit yang hams menjaga stabilitas jaringan hams dapat
menterjemahkan tuntutan pelanggan tersebut. Adapun visi clan 1111s1
pelayanan pelanggan adalah sebagai berikut:
a. Visi Pelayanan Pelanggan
1) Pelayanan melalui satu pintu (one stop service);
2) Tingkat pelayanan melebihi harapan pelanggan;
3) Kemitraan dengan pelanggan;
4) Paradigma pelayanan prima di selumh jajaran pemsahaan;
5) Menjamin kepuasan dan kesetiaan pelanggan;
6) Menjamin pertumbuhan pemsahaan yang berkesinambungan;
7) Berbasis sistem teknologi informasi.
b. Misi Pelayanan Pelanggan
I) Mengembangkan paradigma pelayanan prima di seluruh jajaran
pemsahaan;
2) Mengembangkan konsep atau produk pelayanan secara
berkesinambungan;
3) Mensosialisasikan konsep atau produk pelayanan ke seluruh
jajaran pemsahaan, melakukan koordinasi dan memotivasi
dalam implementasinya;
4) Memonitor pelaksanaan pelayanan kepada pelanggan.
Dalam rangka peningkatan pelayanan pelanggan sebagai
implementasi dari visi dan misi tersebut PLN Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang membuat "Peduli Pela11gga11" dengan motto "Kepedulia11
Kami Kepuasan Anda"·
PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang
merupakan salah satu ujimg tombak PLN dalam melayani pelanggan di
wilayah DKI Jakarta. Kotamadya Tangerang, Kabupaten Tangerang, serta
sebagian Kabupaten Bogor, Kabupaten Depok dan Kabupaten Bekasi.
Total luas wilayah operasi adalah 2.067 km2.
Tugas pokok PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang. meliputi distribusi, penjualan tenaga listrik dan pelayanan
pelanggan. Operasionalisasi tugas pokok tersebut dikendalikan melalui
unsur pelaksana yang terdiri dari 35 Area Pelayanan yang tersebar
dipenjuru Jakarta dan Tangerang, didukung oleh 4 Area Jaringan dan I
Area Pengatur Distribusi.
Pengembangan bisnis dilakukan dengan berpedoman pada konsep
retail dan wire, dimana retail menekaPkan pada aktivitas bisnis
berorientasi pelanggan dan wire memfokuskan pada pengembangan
jaringan fisik untuk mendukung layanan bagi pelanggan.
Dari sisi retail kegiatan dilaksanakan oleh Area Pelayanan dengan
tujuan untuk meningkatkan kualitas dan kecepa1an layanan melalui
peningkatan efektivitas dan efisiensi proses bisnis yang saling berkaitan.
Model pelayanan yang dibangun adalah one stop service. Dari sisi wire
kegiatan dilaksanakan o!eh Area Jaringan dengan tujuan mcnjaga mutu
dan keandalan pasokan tenaga listrik.
Dengan didukung oleh aplikasi sistem informasi yang berbasis
teknologi mutakhir, menjadikan sistem pelayanan pelanggan PLN Disjaya
& Tangerang menjadi lebih mudah, sehingga pelanggan dapat menikmati
kemudahan-kemudahan proses pelayanan seperti:
a. Komunikasi antara Area Pelayanan (AP) dan Area Jaringan (AJ), serta
tempat pembayaran (bank), sehingga program pelayanan satu atap (one
stop service.1) dapat dengan mudah dilaksanakan;
b. Pelanggan dapat mengetahui/monitor starus rekening (berjalan atau
tunggakan) secara online melalui aplikasi info rekening yang tersedia.
c. Penelusuran data lebih mudah, terutama jika ada complaint dari
pelanggan;
d. Sesuai dengan visi PLN, yaitu menjadi perusahaan pelayanan berkelas
dunia yang bertumbuh kembang, unggul dan terpercaya dengan
bertumbuh pada potensi insani, PT PLN (Persero) Disjaya dan
Tangerang terus berusaha meningkatkan kualitas manajemen mutu dan
memberikan pelayanan terbaik kepada seluruh pelanggannya. Berkat
keseriusan menjalankan proses bisnisnya, PT PLN (Persero) Disjaya
dan Tangerang berhasil dalam meningkatkan prestasi kerja dan
mendapatkan beberapa penghargaan, diantaranya:
!. Memperoleh Sertifikat ISO 900 I: 2000 oleh sepuluh unit Area
Pelayanan (APL) dan Area Jaringan (AJ) di akhir Deseraber 2004
oleh Badan Sertifikasi SAi Global Indonesia (SAI Global) dau PT
'1
PLN (Persero) Jasa Sertifikasi. Pemberian sertifikat ISO 9001:
2000 diberikan sehubungan dengan prestasi yang telah dicapai oleh
unit Area Pelayanan di bidang pelayanan peLanggan, pembacaan
meter, pembuatan rekening, pembukuan pelanggan, penagihan dan
pengawasan kredit.
2. Di Bulan Maret 2005, berdasarkan riset yang dilakukan oleh
Quadrant Positioning and Branding, Call Center 123 PLN
Distribusi Jakarta dan Tangerang memperoleh penghargaan
sebagai call center terbaik pada kategori perusahaan public service
oleh Majalah Marketing dan Center of Customer Satisfaction &
Loyalty.
Salah satu Area Pelayanan yang terkait dengan penelitian m1
adalah PT PLN (Persero) Area Pelayanan Ment-eng. Di bawah 1m
merupakan gambaran umum tentang PT PLN Area Pelayanan Menteng.
2. PT PLN (Persero) Area Pelayanan Menteng
a. Sekilas PT PLN Area Pelayanan Menteng
PT PLN (Persero) Area Pelayanan Menteng melayani pelanggan di
Daerah Pusat Pemerintahan (lstana Presiden, Departemen), Pusat
Bisnis (Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Plaza Semanggi), Pusat
Perkantoran dan Kedutaan Besar Negara Asing yakni Daerah
Sudirman, Kuningan, Gambir dan sekitar Martraman dengan luas
daerah 23 km2.
PT PLN (Persero) Area Pelayanan telah menerapkan Manajemen Mutu
ISO 9001-2000 sejak Maret 2004 untuk melayani 83.120 pelanggan,
dengan penjualan Kwh rata-rata sebesar 246 Gwh perbulan,
pendapatan sebesar Rp. 185 M perbulan serta daya rata-rata terpasang
17.5 Kva per pelanggan. Jumlah pelanggan bisnis adalah 14% dari
total jumlah pelanggan, namun pendapatan yang diperoleh mencapai
72.2% dari total pendapatan.
b. Visi PT PLN (Persero) Area Pelayanan Menteng
Diakui sebagai perusahaan public utility dengan kinerja kelas dunia
yang unggul, tumbuh berkembang bertumpu kepada potensi insani.
c. Misi PT PLN (persero) Area Pelayanan Menteng
Melaksanakan distribusi clan penjualan tenaga listrik serta
mengembangkan usaha dalam bisnis yang terkait berdasarkan kaidah
industri dan usaha yang sehat yang berorientasi kepada kepuasan
pelanggan, anggota perusahaan dan pemegang saham.
d Kawasan Pelanggan PT PLN (Persero) APL Ment•eng
Dalam rangka peningkatan pelayanan pelanggan untuk menuju "Word
Class Service" PT PLN (Persero) Distribu;i Jaya dan Tangerang tel ah
menetapkan PLN APL Menteng dan APL Bulungan menjadi Kawasan
Etalase Pelayanan (KEP), yang dibagi menjadi empat tahapan wilayah,
yaitu KEP I, KEP II, KEP III dan KEP IV. KEP ini secara bertahap
sampai dengan tahun 2008 akan dirubah menjadi "Kawasan Pelayanan
Prima". Pembagian KEP tersebut adalah sebagai berikut:
Batas Wilayah KEP-I
Utara : JI. Veteran
Selatan : JI. Latuharhari/ Kali Ciliwung
Barat : JI. Abdul Muis, Budi Kemuliaan dan Tharnrin
Timur : Rel KA Gambir-Menteng Jaya Jl. Sindanglaya
Batas Wilayah KEP-U
Utara : JL Fachrudin dan abdul Mnis
Selatan : JI. Gatot Subroto
Barat : JI. KH. Mas Mansyur- Jenderal Sudinnan
Timur : Kali Cideng- Karet Setia Budi
Batas Wilayah KEP-III
Utara : JI. Zainudin Arifin, Sarnanhudi, Laksana dan Bungur
Selatan : JL Veteran, Prapatan Kwitang
Baral : JI. Cideng Timur
Timur : Rel KA Jatinegara Senen
Batas Wilayah KEP-IV
Utara : Prapatan K witang
Selatan : JI. Karet Kubur, Dr. Sahardjo dan Pramuka
Barat : Kali Cideng- Karet Setia Budi
Timur : Rel KA Jatinegara Senen
e. Jajaran Manajemen PT PLN APL Menteng
Manajer
I I I I Asman Asman Asman Asman I Asman
Komersi Dallos Adkeu Cater Sar PP
f. Fasilitas Pelayanan
Dalam rangka mencapai pelayanan Kawasan Pelayanan Prima, upaya
yang dilakukan serta fasilitas yang telah dibangun antara lain:
l) CIS RISI, dengan sistem ini seluruh proses bisnis di APL Menteng
terintegrasi dalam satu sistem melalui komputerisasi;
2) Call Center 123 yang dapat dihubungi melaJui melalui Telp 123
atau HP 021123 selama 24 jam untuk memberikan informasi
produk layanan, Gangguan Listrik dan keluhan lainnya;
3) SMS Peduli Pelanggan, dengan layanan i11i, pelanggan dapat
menyampaikan seluruh masalahnya melalui 0812-123-7-123, dan
akan mendapatjawaban melalui SMS;
4) Pembacaan Meter dengan AMR (Automatic Meter Reading),
Portable Data Terminal (PDT), PLC Tuter/GSM dan Camera;
5) Layanan i-SMS yakni layanan yang dapat menginformasikan
tagihan rekening listrik dengan mengirim SMS ke 8123;
6) SMS Banking yakni layanan yang dapat menginforrnasikan tagihan
rekaning listrik serta media pembayaran rekening listrik;
dengan 33 Bank. Pembayaran dapat dilakukan melalui ATM,
Phone Banking, Internet Banking;
8) Mengurangi antrian di loket-loket Bank pada saat pelunasan
rekening, telah diterapkan pembayaran secara gelombang (SS-
TUL);
9) Dinas Gangguan 24 jam: melayani langsung dilokasi pelanggan
jika ada gangguan listrik;
I 0) Gardu dan Gensel Mobile disiapkan untuk pelanggan yang
mengalami gangguan listrik secara spesifik;
11) Tim PDKB merupakan tim yang dapat bekerja pada jaringan
bertegangan.
B. Deskripsi Data
Penelitian ini mengambil objek PT PLN (Persero) Area Pelayanan
Menteng yang merupakan salah satu pelaksana dari PT PLN (Persero)
Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang yang memiliki tugas pokok meliputi
distribusi, penjualan tenaga listrik dan pelayanan pelanggan. Pengambilan data
dimulai pada tanggal 4 Agustus 2008 dan selesai pada tanggal 4 September
2008. Data yang diambil dalam penelitian ini adalah jumlah pelanggan,
jumlah Kwh dan jumlah PPJ dari pelanggan kelompok bisnis yang dipungut
oleh PLN APL Menteng dari tahun 2002 sampai 2007 (data diambil per
bulan). Data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
NO
--1
2
3
4
5
6
7 --8 9
~-
10
11
'12
13
'14
15
16 -17
18 --19
20
21
22
23
24
25
26 --27
28
29
30
31
32
Tabel 4.1 .Jumlah Pelanggan PLN kelompok bisnis, Jumlah Kwh kelompok
bisnis dan Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Jurnlah TotalPajak Bulan
Pelangggan Jurnlah KWH Kel. Penerangan Jalan PLN Kel. Bisnis
(Rp) Bisnis
2002 m2 10,947 131,309,358 2,022,344,080
2002 m3 10,990 108, 112,297 1,757,012,310 --
2002 m4 11,000 119,467,062 1,889,824,925
-
2002 m5 11,022 135,787,056 2,144,000,120
2002 ma 11,067 136,562,004 2, 151,638,685
2002 m7 11,093 133,883,494 2,121,874,960
2002 ma 11,165 138,972,968 2,239,288,330
2002 mo 11,203 133,689,300 2,181,230,275
2002 m10 11,197 133,952,782 2, 169,648,915
2002 m,, 11,222 138,407,058 2,299,037,230
2002 m,2 11,245 126,385,470 2, 147,234,245
2003 m1 11,264 131,331,875 2,210,303,240
-
2003 m2 11,271 134,989,243 2,296,085,435
2003 m3 11,297 120,542, 127 2, 113,911,480
2003 m. 11,298 130,376,108 2,237,453,205
2003 m5 11,685 141,519,618 2, 479, 152, 125 -
2003 m6 11,334 133,577,545
I 2,379,588,675
2003my 1'1,342 146,024,013 2,547,233,02~ 2003 m8
11,360 141,528,163 2,594,942,885
2003 mg 11,357 139,464,389 2,569,872,440
2003 m10 11,366 140,322,984 2,587,156,050
2003 m11 11,358 143,492,823 2,631,810, 7 45
2003 m,2 11,351 132,099,324 2,479, 116,535
2004 m, 11,310 133, 139,807 2,494 565,455 ---
2004 m2 11,336 136, 794,087 2,605,276, 770
2004 m3 11,345 138,233,352 2,630,680,525
2004 m. 11,363 142,946,469 2,699,458,030 -2004 m, 11,390 143,734,900 2,712,710,495
2004 ma 11,402 145,942,762 2,747,536,230
2004 my 11,417 141,393,357 2,677,944, 185
2004 ma 11,415 144,401,972 __ 2_,_?292'_1_!:!,_61 ~--·--
2004 mg 11,431 148,808,991 2,791,642,700
34 2004m11 11,444 161,282,408 2,982,031,715
35 2004 mt? 11,468 141,398,944 2,688, 705,430
36 2005 m1 11,443 149,975,6132 2,680, 106,800
37 2005 m2 11,443 140,550,443 2,815,415,335
38 2005 m3 11,437 131,688,302 2,554,253,520 .
39 2005 m4 11,454 152,549,079 2,860,350,655
40 2005 m5 11,455 153,558,465 2,880,362,540
41 2005 ms 11,481 159, 182,375 2,959,467,290
42 2005 m1 11,471 156,253,899 2,922, 139,045
43 2005 m8 11,492 153,321,211 2,884, 166,030
44 2005 mg 11,487 151,155,143 3,016,225,920
45 2005 m10 11,504 152,487 ,843 3,033,480,580
46 2005 m11 11,499 150,144,907 3,409,490,295
47 2005 m,2 11,507 144,430,054 3, 193,279, 195
48 2006 m1 I 11,511 150,908,645 3, 193,279, 195 --·-~----·
49 2006 m2 11,538 148,223,694 3,265,540,900
50 2006 m3 11,535 142,444,772 3, 159,972, 105
51 2006 m4 11,569 154,302,709 3,343,389,760
52 2006 m, 11,606 151,801,790 3,302,246,860
53 2006 ms 11,630 160,414,688 3,494,221,630
54 2006 m1 11,649 158,221,420 3,419,743,830
55 .. 2006 m!L_ 11,652 163,560,143 3,507,155,045 ---- -· .
56 2006 mg 11,655 155,272,918 3,374,095,615 -·
57 2006 mw 11,666 158,525,666 3,417' 179,205
58 2006 m11 11,650 152,430,224 3,380, 117,545
59 2006 m,2 11,646 170,412,253 3,652,446, 135
60 2007 m1 11,647 163,801,351 3,557,139,530 ·--·
61 2007 m2 11,688 169,718,732 3,665,6·12,725
62 2007 m3 11,704 148, 767 ,593 3,256,787,810
63 2007 ffi4 11,699 167,861,137 3,628,204,775
64 2007 ms 11,710 166,320,504 3,638,617,205
65 2007 ms 11, 713 173,509,421 3,788,313,095
66 2007 m1 11,711 169,556,920 3,699,243, 725
67 2007 m8 11,709 176,394,965 3,835,301,590
68 2007 mg 11,716 178, 152,149 3,896,997,245
69 2007 m1o 11,715 175,406,496 3,841,388,955
70 2007 m11 11,728 164,377,865 3,644,700,940
71 2007 m11 11,731 180,035,959 3,939,558,285 I ..
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pelanggan dan jumlah
pemakaian kwh untuk konsumsi bisnis dari bulan ke bulan rata-rata
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan karena aktivitas perekonomian
berkembang seiring dengan kebutuhan fasilitas listrik. Kebutuhan listrik sudah
hampir sama dengan kebutuhan pokok. Listrik merupakan penunjang dan
kebutuhan vital bagi kegiatan ekonomi dari sektor bisnis.
Dari tabel diatas tersebut juga dapat dilihat bahwa terjadi penurunan
jumlah pelanggan dan jumlah pemakaian kwh yang terjadi pada Bulan Juni
2003. Hal ini disebabkan karena terjadi kenaikan tarif dasar listrik tahun 2003
yang berlaku sejak I Januari 2003 yang diputuskan melalui Keppres No. 89
Tahun 2002 tanggal 31 Desember 2002, yang menyebabkan besarnya beban
tagihan listrik yang harus dibayar oleh pelanggan, khnsusnya pelanggan
bisnis.
Walaupun terjadi kenaikan tarif dasar listrik, pelanggan listrik yang
berasal dari sektor bi$nis ternyata tidak mengalami penurunan secara terus
menerus dan lebil1 cenderung tidak terpengaruh oleh kenaikan tarif dasar
listrik tersebut. Hal ini dapat dilihat dari semakin membaiknya atau terjadi
pemulihan kenaikan jumlah pelanggan dan jumlah pemakaian kwh pada
golongan bisnis setelah terjadi penurunan pada Bulan Juni 2003. Pada Bulan
Juli 2003 sampai Desember 2007 jumlah pelanggan dan jumlah pemakaian
kwh terus mengalami kenaikan. Hal ini membuktikan bahwa listrik
merupakan kebutuhan pokok yang vital untuk memmjang kegiatan bisnis.
C. Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, Varian, maksimum,
minimum, dan total (.mm). Hasil perhitungan dari statistik deskriptif disajikan
dalam tabel 4.2, tabel 4.3 dan tabel 4.4 dibawah ini:
Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Jumlah Pelanggan
Descriptive Statistics
N Ranae Minimum ~Jlaximum Sum Mean Std. Deviation pelanggan 71 784 10947 11731 812642 11445.66 202.163 Valid N (listwise 71
Dari tabel 4.2 menunjukkan jumlah pelanggan kelompok bisnis dari 71
bulan, yaitu dari tahun 2002 sampai 2007. Rata-rata jumlah pelanggan dari 71
bulan adalah 11.446 pelanggan dengan standar deviasi 202, 163. Total jumlah
pelanggan seluruhnya adalah 812.642 pelanggan dengan jumlah pelanggan
terkecil sebesar 10. 947 pelanggan yang terjadi pada Bulan Februari 2002 dan
jumlah pelanggan terbesar 11. 731 pelanggan yang terjadi pada Bulan Desember
tahun 2007. Standar deviasi yang sangat kecil (hanya 1 % dari mean)
menunjukkan variasi yang sangat kecil atau tidak adanya kesenjangan yang cukup
besar antara jumlah pelanggan terbesar dan terendah.
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif Jumlali Kwh
Descriptive Statistics
N Ranae Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation KWH 71 71923662 1.1E+G8 1.8E+08 1.0E+10 1.SE+08 4852943.936 Valid N (listwise) 71
Tabel 4.3 menunjukkan jumlah kwh yang dipakai oleh pelanggan PLN
kelompok bisnis dari 71 bulan. Rata-rata pemakaian kwh dari 71 bulan adalah
1,5 (ratusan juta) kwh dengan standar deviasi 1,4 (puluhan juta). Total
pemakaian kwh seluruhnya sebesar 1,0 (puluhan milyar) kwh dengan
pemakaian kwh terkecil 1,1 (ratusan juta) kwh dan pemakaian kwh terbesar
1,8 (ratusab juta) kwh. Standar deviasi yang kecil (kurang dari 10% dari
mean) menunj ukkan variasi yang sangat kecil atau ti dale adanya jarak yang
cukup besar antara jumlah pemakaian kwh terbesar dengan pemakaian kwh
terkecil.
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Descriptive Statistics
N RanQe Minimum Maximum Sum Mean Std. Deviation PPJ 71 2.2E+09 1.8E+09 3.9E+09 2.0E+11 2.9E+09 565015371.8 Valid N (listwise) 71
Tabel 4.4 menunjukkan jumlah penenmaan pajak penerangan jalan
yang dipungut PLN untuk kelompok bisnis dari 71 bulan. Rata-rata
pemungutan PPJ dari 71 bulan adalah 2,9 (milyaran) dengan standar deviasi
sebesar 5 (ratusan juta). Total pemungutan PPJ seluruhnya sebesar 2,0
(ratusan milyar) dengan pemungutan terkecil 1,8 (milyaran) dan pemungutan
tcrbesar 3,9 (milyaran). Standar deviasi yang sangat kecil (kurang dari 20%
dari mean) menunjukkan variasi yang kecil atau tidak adanya kesenjangan
yang cukup besar antara PPJ yang terbesar yang dipungut dengan PPJ yang
terkecil yang dipungut oleh PLN.
D. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Multikolinieritas
Hasil uji multikolinearitas terlihat pada tabel.4.5.
Tabel 4.5 Hasil Uji Multikolinieritas Pengaruh Jumlah Pelanggan dan Jumlah
Kwh Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan Coefficients '
Collinear;f Statistics
Model Tolerance VIF
1 KWH ,283 3,531
Pe!anggan ,283 3,531
a. Dependent Variable· PPJ
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa semua variabel independen (jumlah
pelanggan dan jumlah pelanggan) mempunyai nilai Variance Inflation
Factor (VIF) kurang dari IO dan nilai tolerance !ebih dari 0, I 0. Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak ada multikolinieritas antar variabel dalam
model regresi.
2. Uji Heteroskedastisitas
Hasil uji Heteroskedastisitas dapat dihhat pada Garn bar 4.1.
Gambar 4.1 Basil Uji Heteroskedastisitas
Pengaruh Jumlah Pelanggan dan Jumlah Kwh terhadap Pemungutan Pajak Penernngan Jalan
2 0
-3
Scatterplot Dependent Variable: PPJ
-2 -1 0 2
Dari gambar 4. J menunjukkan titik-titik menyebar secara acak dan
tidak membentuk suatu pola tertentu, serta tersebar diatas dan dibawah
angka 0 pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskediastisitas pada model
regresi, sehingga model regresi layak dipakai untuk memprediksi
pemungutan Pajak Penerangan Jalan yang dipengaruhi oleh jumlah
pelanggan danjumlah Kwh.
3. Uji Normalitas
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan normal probability
p/01, dimana suatu model dikatakan terdistribusi nonnal jika titik-titik
sebaran terletak di sekitar garis diagonal. Hasil uji nonnalitas dapat dilihat
pada gambar 4.2.
Gambar 4.2 Hasil Uji Normalitas
Pengaruh Jumlah Pelanggan dan Jumlab Kwh Terhadap Pemungutan Pajak Penerangan Jalan
Normal P-P Plot of Regreission Standardized Residual
Dependent Variable: PPJ .Q 1.0
e a. 0.8
E :I 0.6 (.)
'ti Q) 0.4 .... (.) Q) 0.. 0.2 ><
UI 0.0-?l--~-~--~·--1
0.2 0.4 0.6 0.8 1.0
variabel independen terhadap variabel dependen secara individual. Hasil
pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 4.7.
Tabel.4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summary
Adjusted Std. Error of Model R R Sauare R Sauare the Estimate 1 ,969• ,938 ,936 142714378
a. Predictors: (Constant), Pelanggan, KWH
Berdasarkan Tabel 4. 7 diperoleh nilai koefisien determinasi
(Adjusted R Square) sebesar 0,936. Artinya 93,6% pemungutan Pajak
Penerangan Jalan dapat dijelaskan oleh jumlah pelanggan dan jumlah
K wh. Sedangkan sisanya 6,4% dijelaskan oleh variabel lain di luar model.
Variabel lain yang dapat mempengaruhi PPJ antara lain dapat berupa
faktor internal dan fakior eksternal (Sugianto, 2000:43).
Menurut Sugianto (2000) faktor eksternal adalah faktor lingkungan
dari pcmungutan PPJ sedangkan faktor internal adalah kebijakan
perpajakan yang tertuang khususnya dalam peraturan perundang-undangan
baik ditingkat nasional maupun ditingkat daerah. Adapun faktor eksternal
menurut Widjayanti (1998) dalam Ismartani (2003:44) salah satunya dapat
berupa jumlah penduduk. Sedangkan faktor internal dapat berupa tarif
dasar I istrik.
Perttunbuhan penduduk merupakan salah satu indikator penting
untuk mengetahui potensi suatu daerah. Berkembangnya jum !ah penduduk
akan menyebabkan bertambahnya penerimaan pajak daerah, disamping
Pertumbuhan jumlah penduduk terns bertambah berdampak terhadap
konsumsi penggunaan energi listrik yang berarti akan menambah jumlah
pemungutan PPJ (Ismartani, 2003:45).
Faktor internal yang rhempengaruhi penerimaan PP J adalah tarif
listrik. Tarif listrik perlu mengalami penyesuaian untuk mengefisienkan
penggunaan energi listrik agar masyarakat berhemat. Penyesuaian tarif
dasar listrik secara keseluruhan memberikan dampak kontribusi terhadap
penerimaan PPJ. Kenaikan tarif dasar listrik justru akan meningkatkan
penerimaan PPJ (Ismartani, 2003:47).
Selain itu faktor internal yang diduga dapat mempengaruhi
pemungutan PPJ adalah biaya beban. Biaya beban di<luga <lapat
mempengaruhi pemungutan PPJ karena disamping jumlah pemakaian
kwh, biaya beban juga merupakan bagian dari perhitungan total tagihan
listrik sebagai dasar pengenaan pajak penerangan jalan. Dengan kata lain,
apabila dasar pengenaan pajak dalam ha! ini total tagihan listrik meningkat
yang disebabkan oleh meningkatnya biaya beban maka pemungutan pajak
penerangan jalanpun ikut meningkat.
2. Hasil Uji Signifiksnsi Simultan (Uji Statistik F)
Tabel.4.8 Has ii Uji Statistik F
ANOVAb
Surr. of Model Sau ares di Mean Sauare F Sia. 1 Regression 2.10E+19 2 1.048E+19 514,5&7 ,oooa
ReF>idual 1.38E+18 68 2.037E+16 Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant), Pe!a;oggan, KWH
Dari uji Anova atau F test pada tabel 4.8 didapat nilai F hitung
sebesar 514,597 dengan probabilitas 0,000, karena probabilitas jauh lebih
kecil dari 0,005, maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi
penerimaan pajak penerangan jalan atau dapat dikatakan bahwa jumlah
pelanggan dan jumlah kwh secara bersama-sama berpengaruh terhadap
penerimaan pajak penerangan jalan.
3. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t)
Model 1 (Constant)
KWH Pelanggan
Tabel.4.9 Hasil Uji Statistik t
CoefficientS'
Unstandardized Stanclardized Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta -1.6E+10 1.6E+09
19,508 2,158 ,513
1383757 158547.2 ,495
a. Dependent Variable: PPJ
I Sia. -10,190 ,000
9,040 ,000
8,728 ,000
Dari kedua variabel independen yang dimasukkan ke dalam model
regresi, yaitu jumlah pelanggan dan jumlah kwh hasilnya signifikan, ha!
ini dapat dilihat dari probabilitas signifikan untuk jumlah kwh 0,000 dan
jumlah pelanggan 0,000, nilai keduanya tidak lebih dari 0,05. dari nilai
tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel PPJ dipengaruhi oieh jumlah
kwh danjumlah pelanggan dengan persamaan matematis:
Y = -1,6 + 19,508 X1 + 1383757 X2
Dimana:
Y = Penerimaan Pajak Penerangan Jalan kelompok bisnis
'l.T _ T ____ 1_1_ 1_ ___ 1_ l__l _____ l_ 1_:_
X2= Jumlah Pelanggan kelompok bisnis
Dari tabel 4.9 menunjukkan konstanta intersep sebesar -1,6
menyatakan bahwa jika tidak ada jumlah kwh dan jumlah pelanggan PLN
dari kelompok industri, maka penerimaan atau pajak penerangan jalan
yang dipungut PLN adalah Rp. -1,6 (puluhan milyar). [(oefisien regresi Xi
sebesar 19,508 menyatakan bahwa setiap 1 penambahan kwh untuk
kelompok bisnis akan meningkatkan penerimaan atau pungutan pajak
penerangan jalan yang dipungut oleh PLN sebesar RP. 19,508. Demikian
pula dengan koefisien regresi X2 sebesar 1383757 menyatakan bahwa
setiap penambahan 1 pelanggan dari kelompok bisnis,. akan meningkatkan
penerirnaan atau pungutan pajak penerangan jalan yang dipungut oleh
PLN sebesar Rp. 1.383.757.
Hasil penelitian ini bertentangan dengan penelitian sebelurnnya
yang dilakukan oleh Kumalasari (2005), dimana hasil dari jurnlah
pelanggan berpengaruh negatif atau tidak berpengaruh signifikan terhadap
penerirnaan pajak penerangan jalan. Hasil yang berbeda ini kemungkinan
disebabkan karena objek penelitian yang berbeda dengan penelitian
sebelumnya. Pada penelitian ini rnenggunakan objek PT PLN Distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang Area Pelayanan Menteng untuk pelanggan
kelornpok bisnis, sedangkan penelitian sebelumnya di PT PLN Distribusi
Jawa Timur untuk pelanggan kelompok rumah tangga.
Tidak berpengaruhnya jumlah pelanggan PLN kelompok rumah
tangga pada penelitian sebelumnya juga · disebabkan karena terjadi
kenaikan tarif dasar listrik yang dibagi ke dalam ernpat tahap: pertama
mulai berlaku sejak I Januari 2003, kedua dilakukan kenaikan pada I
April 2003, ketiga pada 1 Juli 2003 dan terakhir dilaksanakan pada I
Oktober 2003. Di bawah ini data pelanggan PLN, pe:nerimaan PLN dari
kelompok rumah tangga dan PP J yang dipungut oleh PLN dari penelitian
sebelumnya:
Tabel.4.10 Jumlah pelanggan PLN, Jumlah penerimaan F'LN dan Jumlah
penerimaau PP.J dari kelompok rumah tangga di Kota Surabaya
Pelanggan Penerimaan P1merimaan Pajak Bulan PLN Rumah PLN rumah P1~nerangan Jalan
tangga tangga rumah tangga
2001 m7 658,175 45,427,874,432 2, 769,959,235
2001 ma 660,544 46, 165,987,243 2,614, 144,873
2001 mg 662,560 43,569,081,224 2,688,992,476
2001 m,q_ _____ 663,948 -- 44,816,541,274 _2.731,465,961
2001 m,, 665,736 45.524 432,680 3,079,809,533
2001 m12 667,433 51,330, 158,891 2,853, 187,545
2002 m, 668,332 58,508,716,055 3,510,522,963
..±QC)2 m2 669,630 56,744,686,385 3,404,681, 183 --2002 m3 1370, 175 58,216,896,770 3,493,013,806
2002 m4 671,505 65,370,498,230 3,922,829,894
2002 m5 672,944 64,031,296,495 3,841,877,790 '
2002 m6 674,498 64,661,330,908 3,879,679,854
2002 m7 676,563 65,039,296,616 3,902,357, 797
2002 ma 678,069 65,123,859,815 3,907,431,589
2002 mo 679,971 65,293,451,280 3,917,607,077
2003 m10 681,838 69,421, 100,570 4, 165,266,034
2002 m11 683,890 72,565,973,720 4,353,958,423
2002 m12 685,664 65, 766,940,620 3 946,016,437 ,
2003m1 687,439 72,738,305.860 4,364,298,352
2003 m2 689,343 72,657,076,865 4,359,424,612
2003 m3 689,921 71, 146,290,270 4,268,777,416
2003 m4 690,567 80,959,319,020 4,857,559, 141
I
- - ----,.-··---- -~--------------·- ·-------·-·----
2003 m_6 694,182 _ z9,783,482,385 _ "-__ 4,78Z,IJ08,943 _._ _
2003 m7 696,021 80,040,382,970 4,802,422,979
2003 m8 574,546 81,392,438, 780 4,883,546,327
2003 m9 574,423 36,769,753,324 2,206, 185, 199
2003 m10 574,744 81,890,836,330 4,913,450,180
2003 m11 577,453 85,207,846,785 5, 112,470,807
2003 m,? 578,900 80,224,766,355 4,813,485,981 '
2004 m1 462,402 85,_376,872,595 5, 122,612,356 ·----2004 mz 463,720 85,660,087,965 5, 139,605,278
2004 m3 465,017 84,852,538,145 5,091, 152,289
2004 m4 465,979 83,555,962,005 5,013,357,720
2004 ms 468, 133 86,982,008,030 5,218,920,482
2004 m6 469,'152 87,280,717,"160 5,236,843,030
2004 m1 470,958 85,052,549,795 5, 103, 152,988
2004 ms 472,891 84,577,830, 705 5,07 4,669,842
2004 mg 475,237 84,822,537,585 5,089,352,255
2004 mm 477,629 89,756,670,085 5,385,400,205 ~
Dari data diatas, dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik
menyebabkan berkurangnya total jumlah pelanggan PLN dari kelompok
rumah tangga di Kota Surabaya. Walaupun jumlah pelanggan PLN
tersebut berkurang tetapi tidak herpengaruh terhadap pemungutan PPJ di
Kota Surabaya. Pemungutan PP J di Kota Surabaya pada penelitian
sebelumnya dari bulan ke bulan mengalami kenaikan walaupun terjadi
penurunan jumlah pelanggan PLN dari kelompok rum ah tangga.
Padahal seharusnya, dengan adanya penurunan jumlah pelanggan
PLN kemungkinan besar yang akan terjadi adalah menurunnya jumlah
penerimaan PLN yang berarti akan berakibat terhadap menurunnya PP J
yang dipungut oleh PLN. Tetapi yang terjadi malah sebaliknya, penurunan
jumlah pelanggan PLN tidak mengurangi jumlah penerimaan PLN atau
Begitu halnya juga dengan pemakaian jumlah kwh. Walaupun
terjadi kenaikan tarif dasar listrik, tetapi ticlak membuat pemakaian kwh
menurun. Hal ini clisebabkan karena jumlah kebutuhan pemakaian listrik
kelompok bisnis semakin meningkat dengan aclanya perkembangan clalam
dunia bisnis seiring dengan kemajuan tekhnologi dan mformasi.
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN IMPJLIKASI
Penelitian ini bertujuan untuk menguJi: pertama, pengaruh jumlah
pelanggan PLN terhadap penerimaan Pajak Penerangan Jalan yang dipungut
o!eh PLN. Kedua, pengaruh jumlah kwh terhadap penerimaan Pajak
Penerangan Jalan yang dipungut oleh PLN. Data dalam penelitian ini diambil
dari tahun 2002 sampai 2007 yang terbagi dalam tiap-tiap bulan yang
diperoleh dari PT PLN Distribusi Jaya dan Tangera.ng Area Pelayanan
Menteng. Pengujian ini menggunakan analisis re1,rresi linier berganda.
Basil pengujian dan analisis terhadap data dapat disimpulkan bahwa:
I. Jumlah pelanggan kelompok bisnis PT PLN APL Menteng berpengaruh
terhadap penerimaan PP J yang dipungut oleh PLN tersebut, sebab nilai
signifikansinya 0,000 kurang dari 0,05, dengan demikian Hi diterima.
2. Jumlah Kwh yang dipakai oleh pelanggan kelompok bisnis PT PLN APL
Menteng juga berpengaruh terhadap penerimaan PP.I yang dipungut oleh
PT PLN tersebut, sebab nilai signifikansinya juga 0,000 kurang dari 0,05,
dengan demikian H2 diterima.
B. Implikasi
Dalam rangka meningkatkan realisasi pemungutan serta penerimaan
faktor yang dapat meningkatkan penerimaan PLN seperti halnya penetapan
tarif dasar listrik, mengingat dari hasil penelitian terbukti bahwa walaupun ada
kenaikan tarif dasar listrik, tetapi penerimaan PPJ yang dipungut oleh PLN
tidak mengaiami penurunan, karena mengingat pentingnya listrik bagi
aktivitas sehari-hari. Selain itu, dengan adanya kenaikan tarif dasar listrik
dapat memberikan pendidikan kepada masyarakat agar kbih berhemat dalam
mengkonsumsi energi listrik, ha! ini juga dapat mencegah terjadinya krisis
listrik.
Selain itu, Pemerintah Daerah juga harus melakukan kewajibannya
setelah menerima haknya berupa pembayaran PPJ. Pemda wajib mengadakan
material Penerangan Jalan Umum, mengurusi penyambungan tenaga listrik ke
kantor cabang PLN, merawat dan memelihara seluruh perlengkapan PJU
seerta membayar tagihan rekening PJU ke PLN.
Begitu halnya juga dengan PT PLN Area Pelayanan Menteng maupun
Area Pelayanan lainnya diharapkan dapat memberikan pelayanan yang terbaik
kepada pelanggannya. Seperti kemudahan dan kenyaman dalaP.1 melakukan
pembayaran tagihan rekening liatrik. Sehingga kepatuhan pelanggan PLN
meningkat yang akan berdampak terhadap peningkatan pemungutan PP J.
DAFT AR PUST AKA
Azra, Azyumardi. "pendidikan Kewargaan ". Tim ICCE UIN Jakarta, 2003.
Enninton. "Sistem Jnfimnasi Manajemen Pemeliharaan Penerangan Jalan Umum Kola Palembang. Tesis S-2, Universitas Sriwijaya, 2005.
Ghozali, Imam. "Ap/ikasi Analisis Multivariate dengan Progrnm SPSS". Edisi 3. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, 200 l.
Hamid, Abdul. "Pedoman Penulisan Skripsi ". FEIS UIN Press, Jakarta, 2007.
lndriantoro, Nur dan Bambang Supomo. "lvfetodologi Penelilian Bisnis ". BPFE, Y ogyakarta, 2002.
Isdijono, Brahmantio, dkk. "Pr().lpek Penerapan Budget Tramparancy dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah dan Desentralisasi Fiskal di Daerah Kola dan Kabupaten di Indonesia". Center for Economic: and Social Studies (CESS), Jakarta, 2001.
Ismail, 1jip. "Pengaturan Pajak Daerah di Indonesia". Departemen Keuangan RI Badan Pengkajian Ekonomi Keuangan dan Kerjasama Internasional Pusat Evaluasi Pajak dan Retribusi Daerah, Jakarta, 2005.
lsmartani. "Faktor-jaktor yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak l'enerangan Jal an di DK/ Jakarta". Tes is S-2, FISIP Ul, 2003.
Judisseno, Rim sky. "Pajak dan Strategi !31snis ". PT. Ikrar Mandiri Abadi, Jakarta, 2005.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 104 Tahun 2003 Tentang Harga Jual Tenaga Listrik Tahun 2004 yang Disediakan oleh Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perusahaan Listrik Negara.
Kumalasari, Virny. "Analisis Faktor-faktor yang A1empengaruhi Penerimaan Pajak Penerangan Jal an Ke!ompok Rumah Tangga di Kot a Surabaya". Skripsi S-l Akuntansi, Universitas Kristen Petra, Surabaya, 2005.
Lubis, Irwansyah. "Hukum Pajak Indonesia Suatu Pengantar". Yayasan Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (YP2SDM), Jakarta, 2006.
Marsyahrul, Tony. "Penganlar Perpajakan ". PT. Gra.media Widiasarana
Surya Online. "Penerangan .!a/an Umum Tanggungjawab Pemerinlah Daerah ". Senin, 19 Maret, 2007, artikel diakses tanggal I Desember 2008, dari http://www.surya.eo.id/web Powered by Journal.
Sya'dullah, Makmun. "Prospek Pendapatan Pemerintah dari Sektor Perpajakan". Jumal Kipas, Vol.1, No.13, Oktober, 1999.
~ LAMPIRAN 1
HASIL UJI ASUMSI KLASIK
Multikolonieritas
Variables Entered/Removed'
Variables Variables Model Entered Removed Method 1 Jml_KWH,
Jml_ a Enter pelanggan
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PPJ
Model Summary
Adjusted Std. Error of Model R R Sauare R Sauare the Estimate 1 .969• .938 .936 142714378
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
ANOVJll>
Sum of Model Sauares di Mean Square F Sia. 1 Regression 2. 10E+19 2 1.048E+19 514.597 .ooo•
Residual 1.38E+18 68 2.037E+16
Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
Coefficientor
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
Model B Std. Error Beta t SiQ. Tolerance I/IF 1 (Constant) -1.6E+10 1.6E+09 -10.190 .000
Jml_pelanggan 1383757 158547.2 .495 8./'28 .000 .283 3.531 jml_KWH 19.508 2.158 .513 9.040 .000 .283 3.531
a. Dependent Var.i@le: PPJ
Coefficient Correlation!f
Jml_ Model Jml KWH pelanaoan 1 Correlations Jml_KWH 1.000 -.847
Jml_pelanggan -.847 1.000 ·--
Covariances Jml_KWH 4.657 -289668.73 Jml_pelanggan -289668.7 2.514E+10
a. Dependent Variable: PPJ
Collinearity Diagnostic~
Variance Prooortions
Condition Jml_ Model Dimension Eiaenvalue Index (Constant) pelannnan Jml KWH 1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00
2 .006 22.806 .01 .00 .32 3 .000 245.234 .99 1.00 .68
a. Dependent Variable: PPJ
Heteroskedastisitas
Variables Entered/Removed'
Variables Variables Model Entered Removed Method 1 Jml_KWH,
Jml_ a Enter pelanggan
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PPJ
Model SummarY'
Adjusted Std. Error of Durbin Model R R Sauare R Sauare the Estimate Watso 1 .969a .938 .936 142714378
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
ANOVfJP
Sum of Model Squares df Mean Sauare F Sia. 1 Regression 2.10E+19 2 1.048E+19 514.597 .oooa
Residual 1.38E+18 68 2.037E+16 Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
Model 8 Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -1.6E+10 1.6E+09 -10.190 .000
Jml_pelanggar 1383757 158547.2 .495 8.72EI .000 .283 3.531 Jml_KWH 19 508 2.158 .513 9.0Ll(I .000 .283 3.531
Coefficient CorrelationS'
Jml_ Model Jml KWH oelannnan 1 Correlations Jml_KWH 1.000 -.847
Jml_pelanggan -.847 1.000 Covariances Jml_KWH 4.657 -289668.73
Jml_pelanggan -289668.7 2.514E+10
a. Dependent Variable: PPJ
Collinearity Diagnostid
Variance Prooortions
Condition Jml_ Model Dimension Ei!lenvalue Index (Constant) pelanaaan Jml KWH 1 1 2.994 1.000 .00 .DO .00
2 .006 22.806 .01 .00 .32 3 .000 245.234 .99 1.00 .68
a. Dependent Variable: PPJ
Casew!se Diagnostics>
Predicted Case Number Std. Residual PPJ Value Residual 16 -4.313 2.48E+09 3.09E+09 -6.2E+08
a. Dependent Variable: PPJ
Residuals Statistic$'
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 1.5E+09 3.9E+09 2.'9E+09 54722()554.6 71 Std. Predicted Vaiue -2.568 1.870 .000 1.000 71 Standard Error of
1.7E+07 5.5E+07 2.8E+07 95563!;7.406 71 Predicted Value
Adjusted Predicted Value 1.4E+09 3.9E+09 2.9E+09 549555544.6 71 Residual -6.2E+08 4.0E+08 .000 140660827.1 71 Std. Residual -4.313 2.830 .000 .986 71 Stud. Residual -4.642 2.852 .000 1.021 71 Deleted Residual -7.1 E+08 4.1E+08 -40838.1 151184796.7 71 Stud. Deleted Residual -5.576 3.017 ""l '"" 71 Mahal. Distance .051 9.448 1.972 2.180 71 Cook's Distance .ODO 1.109 .026 .136 71 Centered Leverage Value .001 .135 .028 .031 71
•0 a. Dependent Variable: PPJ
Charts
0
' -3
0
Scatttuplot
Dependent Variable: PPJ
0
8 0
0
0 0 ~ 0
0 0 oo 0
co 0 0 oO 6> 0 0 0
1:0 ~Cl> 0 02ieo o ct>,o
0 O><c, 0
0
I I I I
-2 -1 0 1
Regression Standardized Predicted Value
Normalitas
Variables Entered/Removed'
Variables Variables McJel Entered Removed Method 1 Jml_KWH,
Jml_ a Enter pelanggan
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PPJ
Model Summar;!'
Adjusted Std. Error of Durbir Model R R Square R Square the Estimate Watso 1 .969a .938 .936 142714378 Q n
.798
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
• 2
ANOV~
Sum of Model Sauares df Mean Sauare F Sia. 1 Regression 2.10E+19 2 1.048E+19 514.5£17 .oooa
Residual 1.38E+18 68 2.037E+16 Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
Coefficient!!
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -1.6E+10 1.6E+09 -10.190 .000
Jml_pelanggar 1383757 158547.2 .495 8.7213 .000 .283 3.531 Jml_KWH 19.508 2.158 .513 9.040 .000 .283 3.531
a. Dependent Variable: PP J
Coefficient CorrelationS'
Jml -Model Jml KWH oelannnan 1 Correlations Jml_KWH 1.000 -.847
Jml pelanggan -.847 1.000 Covariances Jml_KWH 4.657 -289668.73
Jml_pelanggan -289668.7 2.514E+10
a. Dependent Variable: PPJ
Collinearity Diagnostics
Variance Prooortions Condition Jml_
Model Dimension Einenvalue Index I Constant\ oelannnan Jml KWH 1 1 2.994 1.000 .DO .00 .OD
2 .006 22.806 .01 .00 .32 3 .ODO 245.234 .99 1.00 .68
a. Dependent Variable: PPJ
Casewise Diagnostic$'
Predicted Case Numbsr Std. Resid~al PPJ Value Residual 16 -4.313 2.48E+09 3.09E+09 -6.2E+08
a. Dependent Variable: PPJ
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
..0 e a..
101
081
E o.6 :I
0 "C $ (.) 0.4 Q) c. J)
0.2
0.0
Dependent Variable: PP,J
0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Observed Cum Prob
Autokorelasi
Variables Entered/Removed'
Variables Variables Model Entered Removed Method 1 Jml_KWH,
Jml_ a Enter pelanggan
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PPJ
Model Summarf
Adjusted Std. Error of Durb Model R R Souare R Sauare the Estimate Wats 1 .969a
. .938 .936 142714378 Q n
8
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
ANOV~
Sum of Model Squares df Mean Sauare F Sia. 1 Regression 2.10E+19 2 1.048E+19 514.5()7 .oooa
Residual 1.38E+18 68 2.037E+16
Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
Coefficients
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearit Statistics
Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF 1 (Constant) -1.6E+10 1.6E+09 -10.190 .000
Jml_pelanggan 1383757 158547.2 .495 8.728 .000 .283 3.531
Jml_KWH 19.508 2.158 .513 9.040 .000 .283 3.531
a. Dependent Variable: PPJ
Coefficient Correlation$'
Jml_ Model Jml KWH pelanpaan 1 Correlations Jml_KWH 1.000 -.847
Jml_pelanggan -.847 1.000
Covariances Jml_KWH 4.657 -289668.73
Jml_pelanggan -289668.7 2.514E+10
a. Dependent Variable: PPJ
Collinearity Diagnostic!!
Variance Proportions
Condition Jml_ Model Dimension Eiaenvalue Index I Constant) pelannoan Jml KWH 1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00
2 .006 22.806 .01 .00 .32 3 .000 245.234 .99 1.00 .68
a. Dependent Variable: PPJ
Casewise Diagnostic$'
Predicted Case Number Std. Residual PPJ Value Residual 16 -4.313 2.48E+09 3.09E+G9 -6.2E+08
a. Dependent Variable: PPJ
Residuals Statistic$'
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 1.5E+09 3.9E+09 2.9E+09 547226554.6 71 Residual -6.2E+08 4.0E+08 .000 140660827.1 71 Std. Predicted Value -2.568 1.870 .000 1.000 71
Std. Residual -4.313 2.830 .000 .986 71
a. Dependent Variable: PPJ
~ LAMPIRAN 2
HASIL UJI HIPOTE~)IS;
Regression
Variables Entered/Removed>
Variables Variables Model Entered Removed Method 1 Jml_KWH,
Jml_ a Enter pelanggan
a. All requested variables entered.
b. Dependent Variable: PPJ
Model Summarf
Adjusted Std. Error of Durbi1 Model R R Square R Square the Estimate Watsc 1 _959• .938 .936 142714378 Q in
.798
a. Predictors: (Constant), Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PPJ
ANOVN
Sum of Model Squares df Mean Square F Sin. 1 Regression 2.10E+19 2 1.048E+19 514.(i97 .000"
Residual 1.38E+18 68 2.037E+16
Total 2.23E+19 70
a. Predictors: (Constant}, Jml_KWH, Jml_pelanggan
b. Dependent Variable: PP J
Coefficient~
Unstandardized Standardized Coefficients Coefficients Collinearil Statistics
Model B Std. Error Beta t S!o. Tolerance VIF 1 (Constant) -1.6E+10 1.6E+09 -10.190 .000
Jml_pelanggan 1383757 158547.2 .495 8.7213 .000 .283 3.531
Jml_KWH 19.508 2.158 .513 9.041) .000 .283 3.531
a. Dependent Variable: PPJ
Coefficient Correlations>
Jml_ Model Jml KWH pelannoan 1 Correlations Jml_KWH 1.000 -.847
Jml_pelanggan -.847 1.000 Covariances Jml_KWH 4.657 -289668.73
Jml_pelanggan -289668.7 2.514E+10
a. Dependent Variable: PPJ
Collinearity Diagnostics
Variance Proportions
Condition Jml_ Model Dimension EiQenvalue Index (Constant) pelanac1an Jml KWH 1 1 2.994 1.000 .00 .00 .00
2 .006 22.806 .01 .GO .32 3 .ODO 245.234 .99 1.00 .68
a. Dependent Variable: PPJ
Casewise DiagnosticS'
Predicted Case Number Std. Residual PPJ Value Residual 16 -4.313 2.48E+09 3.09E+09 -6.2E+08
a. Dependent Variable: PPJ
Residuals Statistic$'
Minimum Maximum Mean Std. D•3viation N Predicted Value 1.5E+09 3.9E+09 2.9E+09 547226554.6 71 Std. Predicted Value -2.568 1.870 .000 1.000 71 Standard Error of
1.7E+07 5.5E+07 Predicted Value 2.8E+07 9556357.406 71
Adjusted Predicted Value 1.4E+09 3.9E+09 2.9E+09 5495t>5544.6 71 Residual -6.2E+08 4.0E+08 .000 1406Ei0827.1 71 Std. Residual -4.313 2.830 .000 .986 71 Stud. Residual -4.642 2.852 .000 1.021 71 Deleted Residual -7.1E+08 4.1E+08 -40838.1 151184796.7 71 Stud. Deleted Residual -5.576 3.017 -.009 1.097 71 Mahal. Distance .051 9.448 1.972 2.180 71 Cook's Distance .000 1.139 .026 .136 71 Centered Leverage Value .001 .135 .028 .031 71
a. Dependent Variable: PPJ
~ LAMPIRAN 3
SURAT RI.SET DAN
DATA HASIL RISET
1mlah Petanggan PLN, Jumlah Kwh, Jumlah Tagihan Rekening Listrik dan Pajak Penerangan Jalan yang Dipungut oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jaya dan Tangerang Area Pelayanan Menteng untuk Kelompok Bisnis
Jumlah Jumlah KWH Penjualan Penerimaan Pajak Penerangan Jalan /Rp) Total Pajak Pelanggg Ke!. Bisnis Tenaga Listrik B-1 B-2 2200 sld
B-3 > 200 KVA Penerangan
an PLN IR.ol Kai. Bisnis IR"I s/d 450 VA 900VA 1300 VA 2200VA 200 KVA Jalan {Rn\
10,947 131,309,358 67,887,760,885 812,865 1, 116,540 2,402,325 5,772,280 341,738,035 1,670,502,035 2,022,344,080
' 10,990 108, 112,297 58,984,748,650 821,820 1,161,255 2,320,325 6,069,500 315,606,215 1,431,033, 195 1,757,012,310
' 11,000 119,467,062 63,468,113,730 727,735 1,064,520 2,064,170 5,673,030 335,662,080 1,544,633,390 1,889,824,925
' 11,022 135,787,056 71,941,845,755 889,160 1,241,100 2,435, 175 6,413,710 376,616,595 1, 756,404,380 2, 144,000, 120
; 11,067 136,562,004 72,233,048,915 880,485 1,396,815 2,495,060 6,928,830 390,246,285 1, 7 49,691,210 2, 151,638,685
l 11,093 133,883,494 71,220,046,200 939,545 1,437,865 3,076,505 7, 166,725 384,276, 705 1,724,977,615 2,121,874,960
11,165 138, 972, 968 75,207,233,490 1,002,330 1,399,395 2,776,775 7,353,315 405,365,855 1,821,390,660 2,239,288,330
l 11,203 133,689,300 73,276, 172,410 991,735 1,448,420 2,875,170 7,922,835 407,323,680 1,760,668,435 2, 181,230,275
l 11, 197 133,952,782 73,2'13,260,880 1,013,410 1,508,810 3,004,970 7,686,035 402,246, 185 1,754, 189,505 2, 169,648,915
11 11,222 138, 407, 058 77, 954, 057,280 927,555 1,410,075 2,779,020 7,322,515 421,011,145 1,865,586,920 2, 299, 037, 230
12 11,245 126,385,470 72,505,848,195 948,465 1,445,225 2,836,260 7,365,280 400,704,040 1,733,934,975 2, 147,234,245
I 11,264 131,331,875 74,576,166,540 898,255 1,468,345 2,777,795 7,007, 170 382,861,080 1,815,290,595 2,210,303,240
2 11,271 134, 989,243 77,478,851, 700 999,075 1,560,620 2,962,970 1,400,920 406,625,025 1, 876, 536, 825 2,296,085,435
l 11,297 120,542, 127 71,355,084,595 978,245 1,513,865 2,861,415 7,040,210 389, 123,605 1,712,394, 140 2,113,911,480
' 11,298 130,376, 108 7 5 ,489' 465' 580 952,545 1,461,325 2,795,120 6,986,100 381, 713,940 1,843,544, 175 2,237,453,205
5 11,685 141,519,618 83,827,679,670 1,125,495 1,764,490 3,242,010 8, 137,670 470,043,400 1,994,839,060 2,479, 152, 125
l 11,334 133,577,545 80,383,663,875 966,275 1,665,110 2,930,805 7,588,060 408,470,420 -1,957,968,005 2,379!588,675
11,342 146,024,013 86,054,327,045 1,072,586 1,784,865 3.109,830 8,116,010 442,272, 100 2,090,877,635 2,547,233,026
l 11,360 141,528,163 87,703, 164,235 1,059,580 1,840,390 3,241,925 8,342,805 449,790,285 2, 130,667,900 2,594,942,885
l 11,357 139,464,389 86,823, 117,060 1,112,745 1,840,235 3,230,540 8,527,235 444,847,390 2,110,314,295 2,569,872,440
10 11,366 140,322,984 87,446,567,600 1,052,700 1,735,420 3, 195, 170 8,099,095 451,865,660 2, 121,208,005 2,587, 156,050
11 11,358 143,492,823 89,038,205,410 1,067,025 1,818,935 3,230.455 8,467,965 450,879,945 2, 166,346,420 2,631,810,745
12 11,351 132,099,324 83,788,664,345 1,070,770 1,766,950 3,217,775 8,343,610 431,259,480 2,033,457,950 2,479, 116,535
96
11,606 151,801, 790 110,737,118,030 1,089,875 2,001,450 3,476,945 8,573, 140 454,335,385 2,832, 770, 065 3,302,246,860
11,630 160,414,688 117,359,615,760 1,138,660 2,066,930 3,654,000 8,984,215 499,387,465 2,978,990,360 3,494,221,630
11,649 158,221,420 114,696,767,315 1,113,605 2,158,205 3,736,170 9,144,295 501,493,410 2,902,098, 145 3,419,743,830
11,652 163,560,143 117,739,899,715 1,024,410 1,970,790 3,607,400 8,638,110 489,696, 135 3,002,218,200 3,507, 155,045
11,655 155,272,918 113,293,647,790 1,116,555 2, 136,485 3,907,680 9,318,290 503,442,480 2,854,174,125 3,37 4,095,615
11,666 158,525,666 114,748,488,050 1,084,455 2,076,710 3,831,230 8,822,810 507,239,350 2,894, 124,650 3,417, 179,205
11,650 152, 430, 224 113,748,118,485 939,575 1,799,775 3,402,895 3, 165,590 466,393,655 2, 904, 416, 055 3,380, 117,545
11,646 170,412,253 123,116,531,365 1, 147,655 2,227, 110 4,059,670 9,317,955 529, 143,000 3,106,550,745 3,652,446, 135
11,647 163,801,351 119, 189,824,930 1,050,655 2,083,300 3,845,385 8,635,425 511,530,635 3,029,994,130 3,557,139,530
11,688 169,718,732 123,239,058,350 1,087,930 2, 152,725 3,876,510 8,734, 180 510,455,670 3,138,305,710 3,665,612, 725
11,704 148,767,593 109,656,390,075 1,020,435 1,975, 190 3,619,460 8,041,335 458,065,695 2,784,065,695 3,256,787,810
11,699 167,861,137 122, 107,323,955 1,065,410 2,035,605 3,863,295 8,282,915 496,675,255 3, 116,282,295 3,628,204, 775
11,710 166,320,504 122,047,337, 160 1,061,610 2,035,245 3,888,070 8,475,970 500,429,365 3, 122, 726, 945 3,638,617,205
11, 713 173,509,421 127, 139,973,895 1, 149,590 2, 161,975 4,280, 180 9, 149,280 536, 165, 140 3,235,406,930 3,788,313,095
11, 711 169,556,920 124,152,311,660 1,076,680 2,047,225 3,893,455 8,631,270 507,662,600 3,175,932,495 3,699,243, 725
11,709 176,394,965 128,871,676,525 1,009,215 1,977,950 3,854,460 8,462,335 518,274,610 3,301,723,020 3,835,301,590
11,716 178,152,149 130,826,504,660 1,120,515 2,239,590 4,226,515 9, 127,935 524,638,965 3,355,643, 725 3,896,997,245
11,715 175,406,498 128,910,611,580 1, 142,035 2,167,450 4,024,945 9,095,695 538,077,220 3,286,881,610 3,841,388,955
11,728 164,377,865 122,380,390,525 999,455 1,970,545 3,861,105 8,384,210 488,507,320 3, 140,978,305 3,644,700,940
11, 731 180,035,959 132,593,527, 730 1,090,470 2, 117,455 4, 116, 135 9, 113,925 533,586,615 3,389,533,685 3,939,558,285
98
'T PLN (Persero) HSTRIBUSI JAKARTA RAY A DAN TANGERANG
IAMMAD IKHWAN RIDWAN RAIS NO. I ··JAKARTA PUSAT 10110
54000 )455000 Koiak Pus: 1141
: ~) \, /330/DISJA Y N200S : Un.01/F.08/0T.01.6/2787/2008
: Jawaban Permohonan PKL I Rise!
http : II WWW ploinya co jd Fucsimilc : (021) 3456694
Jakarta, Aguslus 2008
Kepada Yth, PUDEK BllDANG AKADEMIK FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSl"f AS ISLAMI NEGERI ( UIN ) SYARIF HIDAY A TULi.AH JAKARTA DI·
JAKARTA
Sehubungan dengan surat dari FEIS - UNIVERSITAS !SLAM NEGiERI JAKARTA SYARIF HIDAYATULLAH Nomor : Un.01/F.08/0T.01.6/2787/2008tanggal18 Juli 2008 perihal izin melaksanakan PKL/Rlset, maka dengan ini disampaikan bahwa kaml dapat menerima mahasiswi tersebut yaitu:
No. NAMA NIM JURUSAN ENDANG WITANTRI 104082002754 .AKUNTANSI
untuk melaksanakan PKL/Rlset pada perusahaan kami mulai tanggal 4 Agustus s.d 04 September 2008 dalam rangka memberi kesempatan kepada mahasiswi yang bersangkutan untuk menambah pengetahuan diperusahaan. Sebagai nara sumber dart PT PLN ( Persero ) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang adalah sebagai berikut :
Jabatan : MANAJER PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAKARTA RAY A & TANGERANG AREA PELAYANAN MENTENG.
Demikian untuk menjadi maklum dan dipergunakan sepertunya.
Tembusan: • Manajer PT PLN (Persero) AP.Menteng.
I I I