Upload
jayantara-fakiee
View
36
Download
1
Embed Size (px)
DESCRIPTION
tugas arsitektur indonesia
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya dengan hasil rempah-rempah yang
dibutuhkan oleh bangsa eropa untuk. Dalam perjalanannya mengumpulkan rempah rempah
dari bangsa Indonesia masyarakat eropa khususnya belanda berbaur dengan masyarakat
loKal yang menyebabkan terjadinya akulturasi budaya antara belanda dan Indonesia salah
satunya di bidang arsitektur yang memeberikan corak berbeda terhadap perkembangan
arsitektur di Indonesia. Dalam mata kuliah arsitektur Indonesia mahasiswa diarahkan untuk
memahami lebih dalam pengaruh arsitektur di masa penjajahan belanda atau yang dikenal
dengan arsitektur kolonial terhadap perkembangan arsitektur di Indonesia. Dalam pembuatan
makalah ini mahasiswa ditugaskan untuk memilih salah satu objek di seluruh Indonesia
untuk digali penaru kolonial pada arsitektur tersebut, pada makalah ini akan dijelaskan
mengenai pengaruh arsitektur kolonial terhadap arsitektur di indoneisa yang menggunakan
objek kajian puri kanginan yang terletak di kabupaten buleleng, bali.
Puri kanginan merupakan salah satu dari beberapa puri yang terdapat di kabupaten
buleleng yang memiliki cerita ejarah panjang pada jaman kolonial dari wilayah yang dimiliki
kabupaten buleleng dapat dikatakan kabutaen ini sebagai daerah yang strategis untuk lokasi
perdagangan karena daerahnya yang dekat dengan pesisirpantai sehingga menjadi incaran
para penjajah belanda untuk dijadikan daerah kekuasaan sehingga meberikan keuntungan
bagi pemerintahan belanda,
Di bali rumah tinggal memiliki beberapa tipologi yang diperuntukan menurut profesi di
masyarakat yang digolongkan menjadi empat warna atau kasta yaitu : kasta brahmana( orang
suci, pendeta di bali), kasta ksatria( perofesi di bidang pemerintahan maupun kerajaan), kasta
waisya( profesi sebagai pedagang ), kasta sudra( profesi sebagai petani) dari penggolongan
tersebut akan berpengaruh kepada tampilan bangunan yang akan memberikan informasi
profesi dari pemilik rumah tersebut mulai dari pintu masuk sampai susunan bangunan di
dalam site yang bertujuan untuk menciptakan keharmonisan dengan alam maupun
lingkungan sekitar site. proporsi bangunan di bali berbeda dengan di eropa yang
mengutamakan kemegahan sedangkan di bali lebih mengutamakan kesesuaian ukuran antara
1
penghuni dengan bangunan fungsional.dengan konsep konsep yang diterapkan pada tapak
maupun pada bangunan, hal ini tentu akan meberi warna berbeda pada arsitektur
setempat.fungsi puri yang paling penting adalah sebagai pusat pemerintahan sehingga
memiliki ruangan yang berbeda dari masyarakat pada umunya.
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas , maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh arsitektur kolonial terhadap fasad bangunan puri kanginan?
2. Elemen apakah yang masih dipertahankan pada bangunan puri kanginan?
1.3 Tujuan penulisan
Adapun tujuan dilakukannya penulisan pada puri kanginan yaitu :
1. Untuk mengetahui pengaruh arsitektur kolonial pada puri kanginan
2. Sebagai studi banding dalam menggabungkan arsitektur bali dengan arsitektur luar bali
sehingga menghasilkan desain yang baik.
1.4 Manfaat penulisan
Adapun manfaat yang didapat dengan dilakukannya penulisan ini yaitu :
1. Lebih memahami arsitektur kolonial.
2. Dapat mengetahui unsure arsitektur bali yang dipengaruhi arsitektur kolonial.
2
BAB II
ARSITEKTUR KOLONIAL
2.1 Pengertian arsitektur kolonial
Arsitektur kolonial merupakan sebutan singkat untuk langgam arsitektur yang
berkembang selama masa pendudukan Belanda di tanah air. Masuknya unsur Eropa ke
dalam komposisi kependudukan menambah kekayaan ragam arsitektur di nusantara.
Seiring berkembangnya peran dan kuasa, kamp-kamp Eropa semakin dominan dan
permanen hingga akhirnya berhasil berekspansi dan mendatangkan tipologi baru.
Semangat modernisasi dan globalisasi (khususnya pada abad ke-18 dan ke-19)
memperkenalkan bangunan modern seperti administrasi pemerintah kolonial, rumah sakit
atau fasilitas militer. Bangunan – bangunan inilah yang disebut dikenal dengan bangunan
kolonial
2.1.1 Awal kolonial
Kolonialisme di Indonesia dan bangsa Belanda dimulai ketika ekspedisi Cornelis de
Houtman berlabuh di pantai utara Jawa guna mencari rempah-rempah. Pada
perkembangan selanjutnya terjadi hubungan dagang antara bangsa Indonesia dengan
orang-orang Belanda. Hubungan perdagangan tersebut lambat laun berubah drastis
menjadi hubungan antara penjajah dan terjajah, terutama setelah didirikannya VOC.
Penjajahan Belanda berlangsung sampai tahun 1942, meskipun sempat diselingi oleh
Inggris selama lima tahun yaitu antara 1811-1816. Selama kurang lebih 350 tahun bangsa
Belanda telah memberi pengaruh yang cukup besar terhadap kebudayaan Indonesia.
2.1.2 Perkembangan kolonial
Sejarah mencatat, bahwa bangsa Eropa yang pertama kali datang ke Indonesia adalah
Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris dan Belanda. Pada mulanya
kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Mereka membangun rumah dan
pemukimannya di beberapa kota di Indonesia yang biasanya terletak dekat dengan
pelabuhan. Dinding rumah mereka terbuat dari kayu dan papan dengan penutup atap ijuk.
Namun karena sering terjadi konflik mulailah dibangun benteng. Hampir di setiap kota
3
besar di Indonesia. Dalam benteng tersebut, mulailah bangsa Eropa membangun beberapa
bangunan dari bahan batu bata. Batu bata dan para tukang didatangkan dari negara Eropa.
Mereka membangun banyak rumah, gereja dan bangunan-bangunan umum lainnya
dengan bentuk tata kota dan arsitektur yang sama persis dengan negara asal mereka. Dari
era ini pulalah mulai berkembang arsitektur kolonial Belanda di Indonesia. Setelah
memiliki pengalaman yang cukup dalam membangun rumah dan bangunan di daerah
tropis lembab, maka mereka mulai memodifikasi bangunan mereka dengan bentuk-
bentuk yang lebih tepat dan dapat meningkatkan kenyamanan di dalam bangunan
2.1.3 Peroidesasi arsitektur kolonial
Abad 16 sampai tahun 1800 – an Waktu itu Indonesia masih disebut sebagai Nederland
Indische (Hindia Belanda) di bawah kekuasaan perusahaan dagang Belanda, VOC. Arsitektur
Kolonial Belanda selama periode ini cenderung kehilangan orientasinya pada bangunan
tradisional di Belanda. Bangunan perkotaan orang Belanda pada periode ini masih bergaya
Belanda dimana bentuknya cenderung panjang dan sempit, atap curam dan dinding depan
bertingkat bergaya Belanda di ujung teras. Bangunan ini tidak mempunyai suatu orientasi
bentuk yang jelas, atau tidak beradaptasi dengan iklim dan lingkungan setempat. Kediaman
Reine de Klerk (sebelumnya Gubernur Jenderal Belanda) di Batavia.
Tahun 1800-an sampai tahun 1902 Pemerintah Belanda mengambil alih Hindia Belanda
dari VOC. Setelah pemerintahan tahun 1811-1815 wilayah Hindia Belanda sepenuhnya
dikuasai oleh Belanda. Pada saat itu, di Hindia Belanda terbentuk gaya arsitektur tersendiri
yang dipelopori oleh GubernurJenderal HW yang dikenal engan the Empire Style, atau The
Ducth Colonial Villa: Gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis)
yang diterjemahkan secara bebas. Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra
Kolonial yang disesuaikan dengan ingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada
masa itu. Bangunan-bangunan yang berkesan grandeur (megah) dengan gaya arsitektur Neo
Klasik dikenal Indische Architectuur karakter arsitektur seperti : 1. Denah simetris dengan
satu lantai, terbuka, pilar di serambi depan dan belakang (ruang makan) dan didalamnya
terdapat serambi tengah yang mejuju ke ruang tidur dan kamar-kamar lainnya. 2. Pilar
menjulang ke atas (gaya Yunani) dan terdapat gevel atau mahkota di atas serambi depan dan
belakang. 3. Menggunakan atap perisai.
4
Tahun 1902 sampai tahun 1920-an Secara umum, ciri dan karakter arsitektur kolonial di
Indonesia pada tahun 1900-1920-an : 1. Menggunakan Gevel (gable) pada tampak depan
bangunan 2. Bentuk gable sangat bervariasi seperti curvilinear gable, stepped gable, gambrel
gable, pediment (dengan entablure). 3. Penggunaan Tower pada bangunan 4. Tower pada
mulanya digunakan pada bangunan gereja kemudian diambil alih oelh bangunan umum dan
menjadi mode pada arsitektur kolonial Belanda pada abad ke 20. 5. Bentuknya bermacam-
macam, ada yang bulat, segiempat ramping, dan ada yang dikombinasikan dengan gevel
depan. 6. Penggunaaan Dormer pada bangunan 7. Penyesuaian bangunan terhadap iklim
tropis basah -> Ventilasi yang lebar dan tinggi. Membuat Galeri atau serambi sepanjang
bangunan sebagai antisipasi dari hujan dan sinar matahari.
Tahun 1920 sampai tahun 1940-an Gerakan pembaharuan dalam arsitektur baik di tingkat
nasional maupun internasional. Hal ini mempengaruhi arsitektur kolonial Belanda di
Indonesia. Pada awal abad 20, arsitek-arsitek yang baru datang dari negeri Belanda
memunculkan pendekatan untuk rancangan arsitektur di Hindia Belanda. Aliran baru ini,
semula masih memegang unsur-unsur mendasar bentuk klasik, memasukkan unsur-unsur
yang terutama dirancang untuk mengantisipasi matahari hujan lebat tropik. Selain unsur-
unsur arsitektur tropis, juga memasukkan unsur-unsur arsitektur tradisional (asli) Indonesia
sehingga menjadi konsep yang eklektis. Konsep ini nampak pada karya Maclaine Pont
seperti kampus Technische Hogeschool (ITB), Gereja Poh sarang di Kediri.
2.2 Aliran yang mempengaruhi arsitektur kolonial
2.2.1 Gaya Neo Klasik (the Empire Style / the Dutch Colonial Villa) (tahun 1800)
Ciri – Ciri dan Karakteristik :
1. Denah simetris penuh dengan satu lanmtai atas dan ditutup dengan atap perisai.
2. Temboknya tebal
3. Langit – langitnya tinggi
4. Lantainya dari marmer
5. Beranda depan dan belakang sangat luas dan terbuka
6. Diujung beranda terdapat barisan pilar atau kolom bergaya Yunani (doric, ionic,
korinthia)
7. Pilar menjulang ke atas sebagai pendukung atap
5
8. Terdapat gevel dan mahkota diatas beranda depan dan belakang
9. Terdapat central room yang berhubungan langsung dengan beranda depan dan
belakang, kiri kananya terdapat kamar tidur
10. Daerah servis dibagian belakang dihubungkan dengan rumah induk oleh galeri.
Beranda belakang sebagai ruang makan.
11. Terletak ditanah luas dengan kebun di depan, samping dan belakang.
2.2.2 Bentuk Vernacular Belanda dan Penyesuaian Terhadap Iklim Tropis (sesudah
tahun 1900)
Ciri dan karakteristik
1. Penggunaan gevel(gable) pada tampak depan bangunan
2. Penggunaan tower pada bangunan
3. Penggunaan dormer pada bangunan
Beberapa penyesuaian dengan iklim tropis bsaah di Indonesia:
1. Denah tipis bentuk bangunan rampingBanyak bukaan untuk aliran udara
memudahkan cross ventilasi yang diperlukan iklim tropis basah
2. Galeri sepanjang bangunan untuk menghindari tampias hujandan sinar matahari
langsung
3. Layout bangunan menghadap Utara Selatan dengan orientasi tepat terhadap sinar
matahari tropis Timur Barat
2.2.3 Gaya Neogothic ( sesudah tahun 1900)
Ciri-ciri dan karakteristik
1. Denah tidak berbentuk salib tetapi berbentuk kotak
2. Tidak ada penyangga( flying buttress)karena atapnya tidak begitu tinggi tidak runga
yang dinamakan double aisle atau nave seperti layaknya gereja gothic
3. Disebelah depan dari denahnya disisi kanan dan kiri terdapat tangga yang dipakai
untuk naik ke lantai 2 yang tidak penuh
4. Terdapat dua tower( menara ) pada tampak mukanya, dimana tangga tersebut
ditempatkan dengan konstruksi rangka khas gothic
6
5. Jendela kacanya berbentuk busur lancip 6. Plafond pada langit-langit berbentuk
lekukan khas gothic yang terbuat dari besi.
2.2.5 Nieuwe Bouwen / International Style( sesudah tahun 1900-an)
Ciri-ciri dan karakteristik ;
1. Atap datar
2. Gevel horizontal
3. Volume bangunan berbentuk kubus
4. Berwarna putih
Nieuwe Bouwen / International Style di Hindia Belanda mempunyai 2 aliran utama ;
A. Nieuwe Zakelijkheid
Ciri-ciri dan karakteristik ;
Mencoba mencari keseimbangan terhadap garis dan massa Bentuk-bentuk asimetris
void saling tindih ( interplay dari garis hoeizontal dan vertical) Contoh ;
B. Kantor Borsumij ( GC. Citroen) B. Ekspresionistik ;
Ciri-ciri dan karakteristik ;
Wujud curvilinie Contoh : villa Isola ( CP.Wolf ), Hotel Savoy Homann( AF aalbers
2.2.6 Art Deco Ciri – ciri dan karakteristik :
1. Gaya yang ditampilkan berkesan mewahdan menimbulkan rasa romantisme
2. Pemakaian bahan – bahan dasar yang langka serta material yang mahal
3. Bentuk massif
4. Atap datar
5. Perletakan asimetris dari bentuka
7
BAB III
KARAKTER ARSITEKTUR DI INDONESIA
3.1 Perkembangan arsitektur di indonesia
3.1.1 Budaya Setempat
Arsitektur di Indonesia dipengaruhi oleh iklim lingkuangan sekitar yang merupakan
daerah dengan iklim tropis sehingga bangunan harus tahan terhadap iklim , selain itu
wilayah Indonesia juga merupakan daerah yang terdiri memiliki hutan produktif
sehingga juga dihuni binatang buas.sehingga bangunan juga harus mampu melindungi
penghuni dari serangan hewan buas, untuk membangun yang sesuai dengan kondisi
lingkungan masyarakat sekitar menggunakan bahan-bahan di sekitar lingkungan
tempat mereka tinggal yang memiliki potensi berbeda pada setiap daerah dan pada
setiap pulau di Indonesia, sebagaian besar masih menggunakan kayu dari hasil hutan
sebagai bahan bangunan, sebagian juga telah menggunakan batu alam sebagai bahan
dasar bangunan dan di bagian atas menggunakan kayu, alang-alang , daun kelapa dan
sebaginya, terbukti bangunan yang digunakan menggunakan bahan-bahan di
lingkungan sekitar mampu bertahan hingga puluhan tahun. Sehingga Indonesia kaya
akan keanekaragaman arsitekturnya mulai dari wilayah sabang di bagian barat,
hingga wilayah merauke di bagian timur yang memiliki cirri-ciri yang berbeda dalam
penerapan bahan hingga bentuk bangunan, khusus di bali arsitektur sebelum
datangnya penjajahan sudah dipengaruhi oleh kedatangan majapahit dari wilayah
jawa yang mempengaruhi budaya masyarakat dataran, dan beberapa daerah di
pegununungan atau masyarakat bali mula masih menerapkan arsitektur leluhur
mereka. Wilayah dataran meliputi Sembilan kabupaten yang ada di bali meliputi
buleleng, badung, gianyar, jembrana, karangasem , kelungkung, tabanan, bangle.
Yang secara umum meliki tipologi bangunan yang sama dengan penerapan konsep
ruang terbuka di tengah atau disebut .
8
3.1.2 Arsitektur Klasik Indonesia
Ciri khas arsitektur klasik Indonesia dapat dilihat paada bangunan candi dengan
struktur menaranya. Candi Buddha dan Hindu dibangun dari batu, yang dibangun di
atas tanah dengan cirikhas piramida dan dihiasi dengan relief. Secara simbolis,
bangunan adalah sebagai representasi dari Gunung Meru yang legendaris, yang dalam
mitologi Hindu-Buddha diidentifikasi sebagai kediaman para dewa. Candi Buddha
Borobudur yang terkenal dari abad ke-9 dan Candi Prambanan bagi umat Hindu di
Jawa Tengah juga dipenuhi dengan gagasan makro kosmos yang direpresentasiken
dengan sebuah gunung. Di Asia Timur, walau dipengaruhi oleh budaya India, namun
arsitektur Indonesia (nusantara) lebih mengedapankan elemen-elemen masyarakat
lokal, dan lebih tepatnya dengan budaya petani.
Budaya Hindu paling tidak 10 abad telah mempengaruhi kebudayaan Indonesia
sebelum pengaruh Islam datang. Peninggalan arsitektur klasik (Hindu-Buddha) di
Indonesia sangat terbatas untuk beberapa puluhan candi kecuali Pulau Bali yang masih
banyak karena faktor agama penduduk setempat.
3.1.3 Arsitektur vernakular di Indonesia.
Arsitektur tradisional dan vernakular di Indonesia berasal dari dua sumber. Pertama
adalah dari tradisi Hindu besar dibawa ke Indonesia dari India melalui Jawa. Yang
kedua adalah arsitektur pribumi asli. Rumah-rumah vernakular yang kebanyakan
ditemukan di daerah pedesaan dibangun dengan menggunakan bahan-bahan alami
seperti atap ilalang, bambu, anyaman bambu, kayu kelapa, dan batu. Bangunan adalah
penyesuain sepenuhnya selaras dengan lingkungan sekitar. Rumah-rumah di
pedalaman di Indonesia masih banyak yang menggunakan bambu, namun dengan
seiring dengan proses modernisasi, bangunan-bangunan bambu ini sedikit demi sedikit
diganti dengan bangunan dinding bata.
9
Arsitektur tradisional di Indonesia
Bangunan vernakular yang tertua di Indonesia saat ini tidak lebih dari sekitar 150
tahun usianya. Namun dari relief di dinding abad ke-9 di candi Borobudur di Jawa
Tengah mengungkapkan bahwa ada hubungan erat dengan arsitektur rumah vernakular
kontemporer yang ada saat ini. Arsitektur vernakular Indonesia juga mirip dengan
yang dapat ditemukan di seluruh pulau-pulau di Asia Tenggara. Karakteristik
utamanya adalah dengan digunakannya lantai yang ditinggikan (kecuali di Jawa), atap
dengan kemiringan tinggi menyerupai pelana dan penggunaan material dari kayu dan
bahan organik tahan lama lainnya.
3.1.4 Pengaruh Islam dalam Arsitektur
Budaya Islam di Indonesia dimulai pada tahun 13 Masehi ketika di Sumatra bagian
utara muncul kerajaan Islam Pasai di 1292. Dua setengah abad kemudian bersama-
sama juga dengan orang-orang Eropa, Islam datang ke Jawa. Islam tidak menyebar ke
kawasan Indonesia oleh kekuatan politik seperti di India atau Turki namun lebih
melalui penyebaran budaya. Budaya Islam pada arsitektur Indonesia dapat dijumpai di
masjid-masjid, istana, dan bangunan makam.
Menurunnya kekuatan kerajaan Hindu Majapahit di Jawa menandai bergantinya
periode sejarah di Jawa. Kebudayaan Majapahit tersebut meninggalkan kebesarannya
10
dengan dengan serangkaian candi-candi monumental sampai abad keempat belas.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa "Zaman Klasik" di Jawa ini kemudian diganti
dengan zaman "biadab" dan juga bukanlah awal dari "Abad Kegelapan". Selanjutnya
kerajaan-kerajaan Islam melanjutkan budaya lama Majapahit yang mereka adopsi
secara jenius. "New Era" selanjutnya menghasilkan ikon penting seperti masjid-masjid
di Demak, Kudus dan Banten pada abad keenam belas. Juga dengan situs makam
Imogiri dan istana-istana Yogyakarta dan Surakarta pada abad kedelapan belas. Fakta
sejarah menunjukkan bahwa Islam tidak memperkenalkan bentuk-bentuk fisik baru
dan ajaran-ajarannyapun diajarkan lebih dalam cara-cara mistis oleh para sufi, atau
dengan kata lain melalui sinkretisme, sayangnya hal inilah yang mempengaruhi
‘gagal’nya Islam sebagai sebuah sistem baru yang benar-benar tidak menghapuskan
warisan Hindu ( lihat Prijotomo, 1988).
Masjid Kudus dengan Gaya Hindu untuk Drum Tower dan Gerbang
Penyebaran Islam secara bertahap di kawasan Indonesia dari abad ke-12 dan
seterusnya dengan memperkenalkan serangkaian penting pengaruh arsitektur. Namun,
perubahan dari gaya lama ke baru yang lebih bersifat ideologis baru kemudian
teknologi. Kedatangan Islam tidak mengarah pada pengenalan bangunan yang sama
sekali baru, melainkan melihat dan menyesuaikan bentuk-bentuk arsitektur yang ada,
yang diciptakan kembali atau ditafsirkan kembali sesuai persyaratan dalam Islam.
Menara Kudus, di Jawa Tengah, adalah contoh dalam kasus ini. Bangunan ini sangat
mirip dengan candi dari abad ke-14 di era kerajaan Majapahit, menara ini diadaptasi
untuk kepentingan yang lebih baru dibangun masjid setelah runtuhnya kerajaan
11
Majapahit. Demikian pula, masjid-masjid di awal perkembangan Islam di Indonesia
murni terinspirasi dari tradisi bangunan local yang ada di Jawa, dan tempat lain di
Nusantara, dengan empat kolom utama yang mendukung atap tengahnya. Dalam kedua
budaya ini empat kolom utama atau Saka Guru mempunyai makna simbolis
12
3.2 Struktur , Fungsi , Estetika
3.2.1 Struktur bangunan
Struktur bangunan di Indonesia umumnya menggunakan bahan-bahan lokal hasil dari
daerah dimana arsitektur berkembang yang terbagi atas bagian pondasi, bagian dinding,
dan bagian atap bangunan yang masih menggunakan bahan bahan berupa kayu. Batu
alam dan daun-daun sebagai bahan penutup atap yang kemudian berkembang dipengaruhi
kerajaan-kerajaan yang berkuasa di Indonesia kemuadia muncul bahan seperti bata merah
dan teknologi perekatnya yang masih alami berupa tanah.
struktur bawah bangunan
struktur bawah bangunan di Indonesia berneka ragam yang menyesaikan dengan
kondisi lingkungan pada kondisi lingkungan sekitar jika bangunan berada pada
lahan yang tergenang air maka menggunakan struktur banguan terapung, jika
bangunan berapa pada lahan berkontur dan daerah dataran yang banyak terdapat
hewan buas makan menggunakan struktur bangunan panggung. Dan struktur
pondasi batu kali pada lahan datar, beberapa contoh penerapan struktur pondasi
pada bangunan di Indonesia :
Gambar 2.1 struktur panggung
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia
Struktur panggung bertujuan untuk mencegah air tanah naik ke bangunan
sehingga kelembaban bangunan tetap terjaga dan terciptanya ruang di bawah
bangunan juga dapat dimanfaatkan sebagai tempat menyimpan ternak. Bahan
untuk struktur panggung menggunakan bahan kayu dan pada bagian pertemuan
dengan tanah menggunakan batu.
13
Gambar 2.2 struktur pondasi batu kali
(rumah joglo)
Sumber : www.google.co.id/ struktur
bangunan Indonesia.
Struktur bangunan yang menggunakan batu kali menjadikan bangunan tahan
terhadap gempa yang sering terjadi di Indonesia, struktur ini banyak digunakan
untuk banguan di daerah dataran.pada mulanya perekat pondasi menggunakan
bahan tanah liat.
Gambar 2.3 struktur terapung
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Struktur bangunan terapung banyak di temukan di daerah sungai musi
Kalimantan . ketinggian bangunan akan mengikuti pasang surut air. Suhu di sekita
bangunan akan terjaga karena penguapan air di bawah dan sekitar bangunan
sehingga tetap pada suhu optimum.
Struktur dinding
Struktur dinding bangunan menggunakan bahan-bahan alami seperti bambu, kayu,
dan batu alam, untuk bahan batu alam perekat menggunakan tanah liat .pada
14
penggunaan bahan bambu.penggunaan bahan lebih singkat karena umur bamboo
yang lebih pendek daripada kayu dan lebih cepat dimakan rayap jika tidak
memperhatikan masim saat mengambil bamboo dari alam.
Gambar 2.4 struktur kayu
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Gambar 2.5 struktur bambu
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Gambar 2.6 struktur
batu / bata
15
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Struktur bata pada bangunan diperkenalkan pada masa kerajaan majapahit di jawa
yang kemudian digunakan untuk bangunan rakyat.
Struktur atap.
Struktur atap bangunan mengikuti bentuk atap yang umumnya berbentuk limas
an, pelana dan kerucut sebagai tanggapan terhadap iklim tropis sudut yang
digunakan juga di atas 35 sehingga air hujan cepat di bawa ke tanah. Hal ini
mempengaruhi bahan yang dgunakan untuk bahan penutup atap yang umumnya
menggunakan bahan sperti alang-alang, daun kelapa, bamboo dan sebagainya,
untuk menopang penutup atap digunakan bahan dambu dan kayu dengan
sambungan tradisional atau menggunakan tali bamboo sebagai pengikat
tergantung dari dimensi struktur bangunan
Gambar 2.7 struktur bambu
dengan penutup atap alang-
alang
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan
Indonesia.
Gambar 2.8 struktur kuda-
kuda kayu dengan penutup
atap sirap kayu
Sumber : www.google.co.id/
struktur bangunan
Indonesia.
Gambar 2.9 penutup atap daun kelapa
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
16
Dari penggunaan bahan struktur atap dan bahan penutup atap semuanya berasal dari
lingkungan sekitar dan merupakan bahan-bahan yang masih alami dengan sedikit
pengolahan tangan manusia.sehingga tahan terhadap iklim setempat.
3.2.2 Fungsi bangunan
Fungsi bangunan rakyat Indonesia mengikuti kegiatan aktifitas sehari-hari yang sebagian
besar berprofesi sebagai petani dan nelayang sehingga terdapat fungsi seperti tempat
menyimpan beras dan hasil panen. Masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan memiliki
ruang yang digunakan untuk tempat menyimpan jala. Dan fungsi umum bangunan seperti
ruang tidur, ruang keluarga, ruang tamu dan ruang dapur. Dan beberapa daerah memiliki
ruang suci sebagai tempat pemujaan. Fungsi tersebut ada yang menjadi satu masa
bangunan dan ada yang menjadi beberapa masa bangunan sehingga menjadikan arsitektur
Indonesia beranekaragam.
3.2.3 Estetika/ keindahan
Estetika terbentu dari bentuk bentuk bangunan yang beraneka ragam. Bentuk atap yang
bebrbeda pada setiap daerah menjadikan arsitektur Indonesia tidak bosan untuk dinikmati
namun tetap terlahir dari tanggapan terhadap iklim. Ornament yang bersatu dengan
struktur bangunan juga memberikan sentuhan magis pada bangunan yang dapat
digunakan sebagai status soial pemilik rumah
Gambar 2.10 rumah panggung di
bagian barat indonesia
Sumber : www.google.co.id/
struktur bangunan Indonesia.
17
Ruamah tradisional Indonesia ini menampilkan bentuk atap yang unik dan memberikan
identitas daerah setempat.selain meampilkan bentuk bangunan bagian struktur juga
dihiasi dengan ornament dan elemt dekorasi yang menjadikan bangunan ini terlihat
agung.
Gambar 2.11 rumah tradisional bali
Sumber : www.google.co.id/ struktur
bangunan Indonesia.
Pada bangunan tradisional bali mnampilkan ukiran yang merupakan konsep trihita karana
sehingga memberikan kesan bahwa bangunan menyatu dengan lingkungan yang dapat dilihat
dari motif flora dan fauna yang terdapat pada element dekorasi dan ornament bangunan.
18
3.3 Pengaruh kolonoal terhadap arsitektur di Indonesia
Arsitektur kolonial merupakan langgam arsitektur yang datang dari daerah barat atau
eropa yang merupakan perkembangan dari arsitektur clasik di jama yunani dan romawi
sehingga memiliki perbedaan yang menciolok dengan arsitektur di belahan bumi timur
yang dapat dilihat dari penerapan skala manusia . selain itu iklim di wilayah eropa
berbeda jauh dengan iklim tropis di Indonesia. Jika di Indonesia menghindari atau
meminimalisir masuknya panas matahari ke dalam bangunan sedangkan di eropa
memasukkan sebanyak-banyaknya matahari ke dalam bangunan sehingga memiliki
bentuk dan penerapan bahan yang berbeda.
Perkembangan industry di eropa jauh lebih maju dari Indonesia sehingga bahan
bangunana sudah memerapkan teknologi modern yang di bawa ke Indonesia oleh para
penjajah. Pada perkembangannya beberapa bahan yang dianggap kualitasnya kurang pada
bangunana di Indonesia diganti dengan bahan dengan teknologi terbaharukan yang di
bawa kaum kolonial dari belanda sehingga memiliki corak yang berbeda, selain itu
masyarakat eropa yang telah mengenal arsitektur clasik sejak lahir tidak dapat lepas dari
bentuk-bentuk clasik yang sudah berkembang di Negara mereka , sehingga itu juga
diterapkan pada arsitektru di Indonesia yang mencolok pada penggunaan kolom dan
pemasangan jendela atau bukaan yang memiliki pola monoton dan simetris.
a. Struktur bangunan
Struktur atap
Bangunan yang di bawa bangsa kolonial merupakan pengembangan dari budaya
di eropa yang berkar dari bangunan classic. Yang berkemmbang sesaui dengan
kondisi lingkungan di eropa yang tanggap terhapad salju yang jatuh ke atap
sehingga atap bangunan memiliki sudut yang besar .sedangkan tritisan lebih
pendek agar matahari lebih maksimal masuk ke dalam dinding dan
menghangatkan bangunan .hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan kondisi
di Indonesia yang meminimalisir panas matahari mengenai dinding
bangunan.struktur penahan penutup atap sudah menggunakan baut sebagai system
19
penyambung struktur sehingga menghasilkan struktur yang lebih kuat dan
bentang yang lebih besar. Penutup atap diperkenalkan bahan tanah liat
Super Structure
Pada struktur yang memegang dinding sudah menggunakan bahan bahan besi dan
baja sebagai pendukung struktur tradisional di Indonesia. Perekat dinding sudah
berkembang menggunakan bahan semen . dan pewarnaan dinding sudah
menggunakan bahan kimia sehingga menghasilkan warna putih. Abu. Merah dan
sebagainya.
Pondasi /struktur bawah
Pondasi bangunan yang awalnya menggunakan tanah liat sebagai perekat(struktur
batu kali) kini dipengaruhi dengan bahan yang menghasilkan beton sperekat yang
menjadikan struktur bangunan lebih kokoh dan stabil terhadap cuaca . pertemuan
dengan elemen dinding juga terdapat keramik yang sudah berkembang seperti
keramik yang kita jumpai sekarang.
b. Fungsi bangunan
Fungsi bangunan berkembang dengan bertmbahnya aktifitas yang dilakukan kaum
kolonial fungsi baru seperti kantor, pabrik dan sebagainya memberikan warna baru
terhadap arsitektur di Indonesia. Fungsi seperti pabrik dan kantor membutuhkan
ruang bebas di dalamnya yang lebih luas sehingga memunculkan tipologi bangunan
baru di Indonesia. Fungsi ruang yang lebih besar berpengaruh pada struktur bangunan
karena dibutuhkan bentang yang lebih lebar.
c. Estetika
Pada bangunan kolonial menonjolkan permainan skala seperti bangunan di masa
romawi dengan menampilkan kolom kolom yang bercirikan arsitektur eropa. Denah
bangunan pada bangunan eropa memiliki bentuk yang simetris sehingga pada
tampilan bangunan memiliki sisi yang sama.penempatan jendela dengan pola
monoton juga menjadi cirri khas arsitektur reopa. pada kondisi reopa yang dingin
masyarakat skitar memnfatkan ruang antara plafond an dinding sebagai ruang pribadi
20
karena memiliki suhu yang tinggi sehinnga terdapat jendela di bagian atap bangunan .
perapian yang terdapat di dalam rumah juga berkahir di bagian atap yang memberikan
tambahan bentuk pada atap bangunan.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Studi kasus 1
Pada bagian ini penulis mengambil objek kajian di wilayah buleleng dengan tipologi
banguna puri.alasan di gunakan objek puri karena pada masa penjajahan golongan kerajaan
memiliki kaitan erat dengan kaum kolonial.karena dalam merebut kekuaaan di wilayah jajahan
para penjajah mempengaruhi raja setempat untuk di ajak kerjasama. Pada bangunana puri
kanginan sangat kental nuansa erpa mulai dari penerapan bahan. Kaidah estetika dan furniture
bangunan, beberapa unsure masih dipertahankan pada bangunan puri kanginan yaitu konsep
natah dan perletakan masing-masing masa bangunan yang masih menerapkan konsep tradisional
bali. Berikut ini beberapa unsure yang dipengaruhi oleh arsitektur kolonial.
21
7
Gambar (1, 2, 3, 1-3, 5, 6, 7) penjelasan siteplan
Sumber : dokumentasi sakhapradnya tahun 2015
4.1.1 FUNGSI
A. Pintu masuk
pada pintu masuk puri kanginan terlihat saka-saka disertai dengan elemen atas yang
membentuk ruang yang memberikan kesan terdapat fungsi tertentu pada ruang tersebut
sedangkan pada fungsi sesungguhnya pada puri , fungsi pintu masuk( kori agung) sebagai
petunjuk yang membedakan antara profesi ksatria, brahmana, sudra dan waisya. pada fungsinya
23
Gambar 3.4 : pintu masuk panglipuran
Sumber : google ,panglipuran)
Gambar 3.2 : pintu masuk puri kanginan
Sumber : dokumentasi( sakhapradnya, 2014)
Gambar 3.3 : pintu masuk puri
Sumber : google ,panglipuran)
tetap sebagai fungsi pintu masuk dari ruang luar menuju ruang dalam atau jaba tengah puri
namun terjadi penurunan makna terhadap fungsi kori agung.
4.1.2 STRUKTUR
Tri angga merupakan konsep yang menunjukkan tata nilai dari bagian bangunan mulai dari
bagan kepala( utama), bagian badan ( madya) ,mdan bagian kaki ( nista ) pembagian tiga bagian
tersebut mengandung nilai filosofi yang diturunkan dari konsep tri loka.
Struktur bangunan rumah ringgal di bali umunya menggunakan bahan kayu, bamboo, dan
bahan alam lainnya. Sedangkan beton, dan bebatuan yang terdapat di dinding bangunan hanya
sebagai elemen pengisis atau elemen pembatas fungsi bangunan. Pada fungsi bangunan di puri
kanginan sub struktu menggunakana kolom dengan style eropa yang menyerupai kolom Doric
24
Utama angga
Bagian atap, kepala
Madya angga
Bagian dinding, badan
Nista angga
Bagian pondasi, kaki
pada bangunan yunani, namun pada bangunan ini proporsi kolom memiliki proporsi yang lebih
kecil karena menyesuaikan dengan proporsi rumah tinggal di bali.
Pembesaran di bagian bawah kolom jikan dibandingkan dengan sesaka ATB menyerupai
jongkok asu yang menghubungkan antara saka dengan bebaturan atau pondasi bangunan
sehingga konep lanang wadon masih muncul pada kolom yang digunaka
25
Gambar 3.5 : penerapn orden yunani
Sumber : dokumentasi( sakhapradnya, 2014)
Gambar 3.6& 3.7 : gambar MA yang di bagung masa kolonial menggunakan kolom yunani
Sumber : google ,gedung ma)
4.1.3 Estetika
a. Ornament
Onamen merupakan elemen dekoratif yang mempengaruhi struktur bangunan , pada
bangunan bali dekorasi menerapkakan konsep trihita krana yaitu palemahan dengan mengambil
bentuk-bentuk alam beruapa hewan dan tumbuhan yang disajikan ke fasad bangunan.pada
pengaruh kolonial menyebabkan berkurangnya dekorasi yang digunakan pada struktur bangunan
sehingga bangunan trlihat minimalis.penggunaan kolom-kolom dengan corak garis searah kolom
banyak digunakan pada banguna di eropa yang memberikan kesan megah pada bangunan
tersebut. Kolom pada bangunan ini terlihat meberikan irama pada tampilan bangunan dengan
jarak, ukran dan posisis yang sejajar kesan yang ditimbulkan pada bangunan ini terlihat
monoton. Dengan proporsinya yanga terlihat besar kolom ini terlihat mendominasi bangunan di
belkangnya sehingga kesan kolonian menjadi lebih dominan.
Penggunaan material alam khususnya alam sekitar merupakan salah satu penerapan konsep tri
hita karana. Pada sesaka puri kanginan warna putih digunakan pada beberapa bagian saka
26
Gambar 3.8 : sesaka pada bangunan tradisional bali
Sumber : google ,rumahtradisional bali)
sehingga memberikan kesan kontras , warna putih meruapaka cirri dari bangunan di eropa
sehingga pada ssesaka gambar di samping terjadi perpaduan, warna putih juga member kejelasan
pada bagian kekupakan saka yang pada saka yang tidak diberikan warna putih bias terlihat jelas
jika dipandang pada jarak dekat. Warna putih memberikan kesan kolonial pada saka yang tetap
mepertahankan konsep aslinya dengan jongkok asu pada bagian bawah yang masih
menggunakan bata merah sebagai ciri
4.1.4 Unsur yang dipertahankan
B. dekorasi
27
Gambar 3.11 : sesaka pada bangunan puri kanginan
Sumber : dokumentasi( sakhapradnya,
Gambar 3.13 :penggunaan warna putih pada bahan kayu mengasilkan kontras antara alami dan sintetis
Dekorasi pada emenet bangunan untuk mempersatukan dengan alam sekitar sehingga terjadi
keharminsan antara alam dengan manusi sebagi penghuni bangunan dekorasi berpa ukiran pada
kayu maupun pada batu yang dibuat permanen dengan motif flora maupun fauna, motif juga
dapat berupa kisah pewayangan yang terdapat di dalam kitab suci weda.
4.2 Studi kasus 2
( Detasemen Markas KODAM III Siliwangi)
28
Gambar 3.15 suasan depan gedung
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
4.2.1 Struktur bangunan
Upper structure (struktur atas, struktur atap )
Struktur bangunan terlihat memiliki kemiringan dengan sudut yang besar yang
merupakan cirri dari arsitektur kolonial, pengaruh kolonial juga terlihat pada
bahan penutup atap yang sudah menggunakan bahan modern dan juga terdapat
penambahan bukaan di bagian atapdengan bentuk segitiga yang mirib dengan
bangunan panteon di zaman romawi.dengan struktur atap dengan bentang yang
besar tentu harus digukung dengan teknologi minimal pada bagian sambungan
kuda-kuda sehingga kolonial mempengaruhi budaya masyarakat Indonesia di
bidang teknologi khususnya di bidang arsitektur.
Super structure (dinding bangunan )
29
Struktur pada dinding bangunan pada bagian terluar sudah dilapisis pewarna yang
sekilas terlihat tidak menggunakan bahan alami seperti arsitektur tradisional di
Indonesia yang menggunakan bahan-bahan alami pada bagian berikutnya dinding
bangunan yang terlihat sangat mulus sangat tidak mungkin menggunakan bahan
bamboo atau anyaman bambu untuk menciptakan tektur yang halus sehingga
teknologi yang di bawa bangsa kolonial telah menciptakan wajah baru pada
bangunan di Indonesia. Pada bukaan bangunan terlihat sudah menggunakan
bahan-bahan seperti kaca yang pada awalnya tidak diproduksi di Indonesia
dengan penambahan bahan kaca juga sangat derastis mempengaruhi tampilan
bukaan yang membedakan dengan bangunan tradisional di Indonesia.pada bagian
atas bukaan yang kini dikenal dengan ventilasi menggunakan bentuk lengkung
dengan gaya spanyol(daerah di eropa ) dengan lantai banguan bertingkat tentu
sudah menggunakan bahan beton bertulang dan plat lantai dengan bahan beton
Sub structure (struktur bawah, pondasi)
Dengan bangunan yang bertingkat dan dimensi yang besar bangunan tidak cukup
hanya menggunakan bahan pondasi batu kali sehingga bahan bangunan di
bangunan ini sudah didukung dengan teknologi terbaharukan yang di bawa
bangsa kolonial.pada gambar terlihat tipe pondasi yang digunakan masih mirib
dengan pondasi batu kali pada tipologi arsitektur di Indonesia.
4.3.1 Fungsi bangunan
Aktifitas yang dilakukan bangsa kolonial saat menjajah di Indonesia
memunculkan fungsi fungsi bangunan baru. Pada gedung kasus 2 ini fungsi nya sebagai
gedung kantor pada awalnya tidak terdapat pada tipologi bangunan tradisional di
Indonesia .dan penambahan bukaan di bagian atas bangunan juga menunjukkan terdapat
fungsi tertetntu di bagian atas banguan baik ruang yang fungsional maupun ruang pasif.
4.4.1 Estetika
Unity
30
Gambar 3.16 suasan dena gedung dari seberang jalan
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Pada gambar di atas terlihat tiga gubahan masa besar yang dihubungkan sebuah bagunan
memperlihatkan keterpaduan fungsi yang terdapat pada bangunan ini. Pola seperti ini
31
tidak dijumpai pada bangunan di Indonesia.jika dibandingkan dengan rumah gadang yang
di dalamnya ditempati banyak kepala keluarga namun dari tampilan masih terlihat sebuah
gubahan yang mencerminkan satu fungsi namun pada gedung ini tiga fungsi yang
dihubungkan menjadi bangunan monolit seolah-olah mengisyaratkan mamiliki 3 fungsi
yang berhubungan.
Skala
Bangunan di jaman eopa yang dimulai pada masa romawi dikelan memiliki
proporsi yang besar sehingga orang yang berada di dalamnya seolah-olah menjadi
terlihat kecil dari gambar d atas juka dibandingkan dengan pohon di sekitar
bangunan memperlihatkan skala yang besar seperti cirri banguan di eropa jika
dibandingkan dengan rumah minang di Indonesia bangian dinding rumah minang
tetap mencerminkan skala manusia hanya terlihat besar pada bagian atap
Gambar 3.17 perbandingan skala manusia
Sumber : www.google.co.id/ struktur bangunan Indonesia.
Terlihat perbandingan antara manusia dengan bangunan
32
Gambar 3.18 sketsa tampak depan gedung
Sumber : www.google.co.id/ gedung kolonial di malang
Keseimbangan
Pada gambar terlihat 3 bagian dominan dengan 1 masa ditengan jika dilihat
memiliki keseimbangan antara di bagian kiri dan kanan, dari segi tampak
bangunan ini terlihat simetris yang merupaka cirri bangunan eropa.
Gambar 3.19
tampak atas
gedung
Sumber : sketsa
jayantara tahun
2015
33
Dari sketsa tampak di atas dapat dibayangkan bentuk denah bangunan yang kemungkinan besar
memiliki komposisi yang simetris seperti pada sketsa di atas
Irama
Pada tampilan jendela bangunan yang berjejer dari ujung ke ujung bangunan
memberikan irama yang monoton bukaan yang banyak merupakan cirri arsitektur
di eropa karena pada iklim dingin memerlukan banyak masukan sinar matahari
Gaya arsitektur
Gaya arsitektur yang mempengaruhi banguann kantor di atas dapat dikatakan indisce
empire “Indische”, secara harfiah berarti seperti “Indies” atau Hindia. “Indischgast”
atau “Indischman”,dalam bahasa Belanda berarti orang Belanda yang dulu tinggal
lama di Indonesia. “Hij is Indisch”, berarti dia mempunyai darah Indonesia.
Kebudayaan “Indisch”, adalah percampuran antara kebudayaan Eropa, Indonesia dan
sedikit kebudayaan tertentu dari orang Cina peranakan yang menyesuaikan dengan
iklim di Indonesia sumber : portfolio.petra.ac.id
34
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan :
Arsitektur eropa yang di bawa bangsa kolonial banyak mempenngaruhi arsitektur di
Indonesia yang terlihat dari tampilan arsitektur di daerah yang terkena jajahan belanda dari
negative arsitektur kolonial mengkaburkan cirri khas arsitektur di Indonesia yang berbeda di
setiap daerah sehingga masyarakat terpengaruh untuk mengikuti budaya bangsa
eropa ,sedangkan dari sisi positif bangsa belanda memperkenalkan teknologi terbaharukan
kepada masyarakat sekitar sehingga masyarakat lebih efisien tenaga waktu dan biaya dalam
berarsitektur , bangsa belanda juga menbah keragaman fungsi arsitektur di Indonesia yang
menambah fungsi kantor pabrik dan sebagainya. Dengan teknologi yang diperkenalkan pada
masa kolonial, bangsa Indonesia mampu menciptakan bangunan yang megah bahkan
mengalahkan bangsa-bangsa di asia tenggara
Kesimpulan kasus 1
Arsitektur kolonial memberikan wajah yang berbeda pada tampilan bangunan dan
struktur bangunan, pada fungsi bangunan tetap sebagai fungsi puri pada umunya yang digunakan
sebagai tempat tinggal golongan ksatria yang terlibat dalam pemerintahan, pengaruh kolonial
terlihat pada penggunaan warna dan kolom-kolom klasik, namun konsp natah tetap
dipertahankan yang merupa cirri utama bangunan rumah tinggal di bali dan beberapa bangunan
masih menggunakan sesaka, ragam hias seperti pepatran , ikut celedu dan unsur lain yang
merupakan cirri khas bali.
Kesimpulan kasus 2
Arsitektur kolonial memunculkan fungsi fungsi bangunan baru yang sebelumnya belum
ada di Indonesia dan mempengaruhi dari segi, skala, propossi, Tampilan , teknologi bahan pada
kasus 2 lebih diminan terlihat gaya arsitektur kolonial dari susunan jendela bahan material kaca,
warna bangunan dan yang paling menonjol adalah bentuk atap yang curam dan terdapat bukaan.
35
5.2 saran :
Dengan kekayaan yang dimili indonesi sebagai Negara bekas jajalah bangsa eropa
sebaginya merapat penginggalan peninggalan sejarah agar tidak terputus antara masa depan
dengan masa lalu sehingga rancangan bergerak kearah yang lebih baik yang menghasilkan desain
yang inovatif dan kreatif.
36