Arti Triple Down

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Arti Triple Down

    1/2

    Trickle down dan trickle up adalah dua istilah yang kontradiktif yang menarik dalam kajian ekonomi politik dan pembangunan. Keduanya terkait dengan teori dan akibat dari pembangunan yang diharapkan dan yang terjadi di banyak negara. Meskipun teori trickle down ini menjadi populer di Amerika dalam Era Presiden Reagan, tetapi pendekatan ini sebenarnya sudah lama muncul di Amerika Serikat. John Kenneth Galbraith mencatat, bahwa pendekatan yang serupa sudah dikenal di Amerika Serikat sejak tahun 1890 dengan nama \\\'horse and sparrow\\\' theory.

    Teori trickle down menganggap, jika kebijakan ditujukan untuk memberi keuntunganbagi kelompok orang-orang kaya, maka keuntungan itu akan menetes kebawah kepadagolongan miskin melalui perluasan kesempatan kerja, distribusi pendapatan melalui upah dan perluasan pasar.

    Aplikasi teori ini dalam bentuk supply-side economics oleh Presiden Reagan yangdikenal sebagai Reaganomics (diotaki oleh Prof Laffer dan Prof Bartley, dilaksanakan oleh David Stockman, Direktur Anggaran pada waktu itu), cukup berhasil menekan inflasi dan kemacetan ekonomi di Amerika Serikat. Antara lain ada dua sebabyang menjadi alasan keberhasilan Reaganomics itu.

    Pertama, sebagai negara Kapitalis, lapisan pengusaha dalam masyarakat Amerika Serikat sangat dominan dibandingkan dengan kekuatan golongan lain. Pendekatan supply side economics yang dilakukan melalui pengurangan pajak (taxes cuts) segera dapat mendorong kegiatan ekonomi lapisan atas yang cukup luas itu. Akibatnya, aplikasi supply side economics melalui pengurangan tingkat pajak mendorong peningka

    tan kegiatan produksi atau memperbanyak jumlah barang dalam masyarakat dan memperluas kesempatan kerja.

    Kedua, bersamaan dengan kebijakan berdasarkan teori trickle down itu diterapkanpula kebijakan moneter dan kebijakan anggaran ketat yang dapat mengurangi jumlahuang beredar. Dengan demikian, kedua pendekatan itu secara bersama mengandungefek deflator sehingga mampu menekan tingkat inflasi. Tingkat inflasi yang tinggi pada akhir tahun 1970 (sebelum Reagan menjadi presiden), dapat diturunkan.Bagaimana halnya dengan teori trickle up? Teori trickle up mengemukakan, bahwa pembangunan yang ditujukan untuk kepentingan golongan miskin, pada akhirnya akanmengalirkan manfaat itu kepada golongan kaya di lapisan atas. Alasannya, orang-orang miskin yang secara umum mempunyai marginal propensity to consume (kecenderu

    ngan pengeluaran untuk konsumsi dari tambahan pendapatan yang diterima) yang lebih besar, cenderung mengeluarkan bagian dari pendapatannya yang lebih besar darisetiap tambahan pendapatan yang diterima dibandingkan dengan bagian pengeluaranorang kaya dari tambahan pendapatannya, maka tambahan penerimaan orang-orang miskin itu akan meluaskan pasaran bagi barang-barang yang dihasilkan oleh orang-orang kaya.

    Dengan demikian dapat dibayangkan, kalau pembangunan yang dilakukan untuk kepentingan golongan miskin saja dapat mengalirkan manfaatnya kepada golongan kaya (trickle up), apalagi kalau kebijakan itu tidak ditujukan untuk kepentingan golongan miskin?

    Berdasarkan asumsi dari kedua teori tersebut, timbul pertanyaan, bagaimana kita

    dapat menerapkan teori-teori tersebut dalam pembangunan wilayah dan menghilangkan kemiskinan di Indonesia? Pilihan terhadap kedua teori ini, tergantung pada struktur masyarakat dan kombinasi teori lain yang yang sesuai, sehingga dapat memberi efek komulatif.Pengalaman dibanyak negara berkembang menunjukkan bahwa sekedar aplikasi kedua teori ini secara netral, keduanya tidak dapat memberi manfaat bagi golongan miskin. Dapat dipahami, golongan miskin adalah kelompok yang lemah dalam masyarakat.Pada umumnya kelompok miskin tidak mempunyai pendapatan yang mencukupi, kurang berpendidikan, berwawasan sempit dan kurang inisiatif. Maka itu, kalau kelompok k

  • 7/26/2019 Arti Triple Down

    2/2

    aya mampu memanfaatkan fasilitas yang ada, atau bahkan dapat mendorong diadakannya fasilitas baru yang dibutuhkan, golongan miskin bahkan tidak mampu memanfaatkan fasilitas yang tersedia. Mereka tidak dapat memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk dapat menerima fasilitas tersebut. Akibatnya, fasilitas yang diberikantidak termanfaatkan atau beralih kepada pihak yang lebih kuat.Gunnar Mirdal dalam Cumulative causation theory mengatakan, kalau dalam masyarakat semula terdapat keseimbangan antara dua kekuatan, kemudian terjadi sesuatu perubahan, maka akan terjadi ketidak seimbangan diantara kekuatan-kekuatan itu secara terus menerus. Perubahan itu akan memberi keuntungan secara berlanjut kepadayang kuat dan kerugian bagi yang lemah. \\\"The spiral work up ward to the richand down ward to the poor\\\". Sejalan dengan itu, Gunnar Mirdal menjelaskan pengaruh teori itu dalam hubungan antara dua daerah yang berbeda tingkat kemajuannya.