16
EVALUASI PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TANPA ROKOK DI PUSKESMAS KECAMATAN CILAMAYA WETAN KABUPATEN KARAWANG JANUARI – DESEMBER 2012 Titis Kusuma Anindya Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran UKRIDA [email protected] Abstrak Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007. Pada tahun 2010, sekitar 190.260 orang Indonesia yang terdiri dari 100.680 pria dan 89.580 wanita meninggal karena sakit yang disebabkan merokok. Data tersebut berasal dari riset Soewarta Kosen, Center For Community Empowerment Health Policy and Humanities, Institute Kesehatan dan Pengembangan Nasional, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Terkait dengan prevalensi rokok di Indonesia yang terus meningkat tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah dengan menyusun berbagai rencana program. Program tersebut adalah dengan menyusun UU 36/2009 tentang kesehatan pasal 113 sampai dengan pasal 115. Evaluasi program pembinaan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan membandingkan cakupan terhadap indikator yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi didapatkan Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok dan masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR. Penyebab dari masalah itu adalah masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan, sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR, dan sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian edukasi yang efektif mengenai bahaya dan kerugian merokok, menegur perokok di kawasan tanpa rokok, dan penetapan sanksi yang lebih besar. Kata kunci : evaluasi program, KTR 1 | Artikel Evaluasi Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok

Artikel Evprog

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Artikel Evprog

EVALUASI PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TANPA ROKOK

DI PUSKESMAS KECAMATAN CILAMAYA WETAN

KABUPATEN KARAWANG JANUARI – DESEMBER 2012

Titis Kusuma Anindya

Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran UKRIDA

[email protected]

Abstrak

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007. Pada tahun 2010, sekitar 190.260 orang Indonesia yang terdiri dari 100.680 pria dan 89.580 wanita meninggal karena sakit yang disebabkan merokok. Data tersebut berasal dari riset Soewarta Kosen, Center For Community Empowerment Health Policy and Humanities, Institute Kesehatan dan Pengembangan Nasional, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Terkait dengan prevalensi rokok di Indonesia yang terus meningkat tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah dengan menyusun berbagai rencana program. Program tersebut adalah dengan menyusun UU 36/2009 tentang kesehatan pasal 113 sampai dengan pasal 115. Evaluasi program pembinaan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan membandingkan cakupan terhadap indikator yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi didapatkan Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok dan masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR. Penyebab dari masalah itu adalah masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan, sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR, dan sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian edukasi yang efektif mengenai bahaya dan kerugian merokok, menegur perokok di kawasan tanpa rokok, dan penetapan sanksi yang lebih besar.

Kata kunci : evaluasi program, KTR

I. Pendahuluan

Latar Belakang

Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia

setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5

konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007.1

1 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 2: Artikel Evprog

Pada tahun 2010, sekitar 190.260 orang Indonesia yang terdiri dari 100.680 pria dan

89.580 wanita meninggal karena sakit yang disebabkan merokok. Jumlah ini

menyumbang total kematian di tahun yang sama sejumlah 1.539.288 jiwa. Data tersebut

berasal dari riset Soewarta Kosen, Center For Community Empowerment Health Policy

and Humanities, Institute Kesehatan dan Pengembangan Nasional, dan Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, yang dipresentasikan di WCTOH (World Conference on

Tobacco or Health) ke-15 pada 25 April 2012 di Singapura.2

Data terbaru menunjukan prevalensi merokok dewasa usia 15 tahun ke atas pada

2010 mencapai 35%; yang terdiri atas 65% pria dan 35% wanita. Dalam sepuluh tahun

terakhir (2001-2010), dilaporkan bahwa usia perokok pemula yaitu 5-9 tahun meningkat

400% dari 0,4% (Susenas 2001) menjadi 1,7% (Riskesdas 2010). Prevalensi perokok

usia remaja 13-15 tahun juga mengalami peningkatan dari 12,6% pada tahun 2006

menjadi 20,3% pada tahun 2009.3

Secara nasional, prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%, tertinggi di Provinsi

Kalimantan Tengah (43,2%) dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 28,3%.

Prevalensi perokok usia 10-14 tahun tahun 1995 sebesar 0,3% atau sekitar 71.000 orang,

dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi sekitar 426.000 orang. Artinya dalam

kurun waktu 15 tahun, jumlah perokok pada kelompok umur ini meningkat enam kali

lipat.3

Bahaya penyakit pernapasan, jantung, neoplasma/kanker dan gangguan perinatal

sepertinya tidak membuat mereka takut untuk terus menerus mengonsumsi tembakau.

90% wanita yang terkena kanker memiliki suami yang merokok. Hal ini membuktikan

bahwa pria yang merokok di rumah bisa membuat anak dan istrinya terkena penyakit

karena paparan karbon monoksida dari asap rokok yang mempunyai daya lekat lebih

besar terhadap sel darah merah.2

Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar

asap rokok di lingkungannya. Mereka inilah yang disebut perokok pasif. Kita ketahui

bahwa anak yang yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan resiko terkena

Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma serta keterlambatan pertumbuhan

paru-paru dan menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. 3

Angka kematian tersebut harusnya dapat dicegah, apalagi terdapat undang-undang

kesehatan yang mengatur tentang tembakau, yaitu UU no 36 tahun 2009 pasal 113.

Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010 yang dilakukan oleh Unit Analisis Kebijakan dan

2 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 3: Artikel Evprog

Ekonomi Kesehatan Pusat Humaniora, sebanyak 34,7% perokok aktif adalah remaja

berusia 15 tahun, 30,8% penduduk di pedesaan, dan 25,9% penduduk di perkotaan

merokok setiap hari.2

Tembakau merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Kematian prematur

karena konsumsi tembakau biasanya terjadi rata-rata 15 tahun sebelum umur perokok

mencapai usia manula.2 Data yang dirilis oleh WHO pada tahun 2008 menyebutkan

bahwa tembakau dan produk turunannya merupakan faktor resiko terbesar yang

menyebabkan 6 dari 8 penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Di Indonesia,

penyakit tidak menular dengan rokok sebagai faktor resikonya telah menjadi penyebab

kematian yang meningkat dari presentase 41% di tahun 1995 menjadi 60% pada tahun

2007. Sementara itu, beberapa studi menunjukan bahwa biaya ekonomi penyakit akibat

rokok sangat tinggi, sekitar 4-6 kali lipat dibandingkan pemasukan pendapatan negara

dari cukai tembakau. 3

Terkait dengan prevalensi rokok di Indonesia yang terus meningkat tersebut,

Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah dengan menyusun berbagai rencana

program. Program tersebut adalah dengan menyusun UU 36/2009 tentang kesehatan

pasal 113 sampai dengan pasal 115, Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dengan

Menteri Kesehatan, dan Surat edaran Menteri Dalam Negeri.1,3 Banyaknya jumlah

perokok di Indonsia, seharusnya mendapatkan perhatian serius dan pengawasan ekstra

dari pemerintah. Tapi hal ini sepertinya sulit diterapkan di Indonesia, sampai akhirnya

rokok bebeas dihisap oleh siapa pun. Di kawasan Asia Pasific, Indonesia menjadi negara

yang belum menendatangani FCTC (Framework Convention Tobacco Control) yang

bertujuan uantuk melindungi generasi sekarang dan mendatang terhadap gangguan

kesehatan, dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi karena konsumsi tembakau dan

paparan asap tembakau. Padahal, Indonesia ikut berperan dalam penyusunan konvensi

FCTC ini.2

Pemberlakuan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) sebenarnya merupakan aplikasi dari

pemenuhan hak konstitusional hak waga negara yang dijamin dalam UUD 1945. Di

samping itu, pengaturan KTR di tempat kerja dan tempat umum dimaksud untuk

mematuhi amanat konstitusi yang diwujudkan dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009,

guna melindungi warga masyarakat terutama anak dan perempuan dari bahaya paparan

asap rokok orang lain.2

3 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 4: Artikel Evprog

Keberhasilan pelaksanaan program pengembangan kawasan tanpa rokok di

Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2012. Oleh karena itu, evaluasi program ini perlu dilakukan untuk menilai

tingkat keberhasilan pelaksanaan program.

Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan

masalahnya adalah :

1. Indonesia mendudukin peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia

setelah China dan India menurut World Health Organization (WHO), 2008.

2. Prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%. Prevalensi perokok usia 10-14

tahun tahun 1995 sebesar 0,3% atau sekitar 71.000 orang, dan pada tahun 2010

meningkat tajam menjadi sekitar 426.000 orang.

3. Di Indonesia, penyakit tidak menular dengan rokok sebagai faktor resikonya telah

menjadi penyebab kematian yang meningkat dari presentase 41% di tahun 1995

menjadi 60% pada tahun 2007.

4. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan

sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).

5. Belum diketahuinya keberhasilan pelaksanaan program Pembangunan Kawasan

Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode

Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

Tujuan Umum

Mengetahui keberhasilan pelaksanaan program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di

Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012.

Tujuan Khusus

1. Diketahui hasil keluaran dari penyiapan dan pengadaan infrastruktur Program

Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya (fasilitas

pelayanan kesehatan), Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan

Desember 2012.

4 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 5: Artikel Evprog

2. Diketahui petugas kesehatan yang tidak merokok menegur perokok untuk mematuhi

ketentuan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya,

Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

3. Diketahui perokok merokok di luar Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja di

Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012.

4. Diketahui adanya sanksi bagi yang melanggar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di

Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai

dengan Desember 2012.

Sasaran

Semua pasien maupun pengunjung yang berada di Puskesmas Kecamatan Cilamaya,

Kabupaten Karawang, sebagai salah satu tempat fasilitas kesehatan umum, yang

ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 untuk menjalankan

Program Kawasan Tanpa Rokok periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.

II. Materi dan Metode

1.2. Materi

Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari hal-hal yang menjadi dasar

dalam Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan

Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012,

yang berisi kegiatan :

1. Pembentukan komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan

2. Terbentuknya kebijakan kawasan tanpa rokok

3. Penyiapan infrastruktur

4. Sosialisasi penerapan kawasan tanpa rokok

5. Penerapan kawasan tanpa rokok

6. Pengawsan dan penegakan hukum

1.3. Metode

Metode yang digunakan pada kegiatan evaluasi program ini adalah dengan

melakukan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data dengan menggunakan

pendekatan sistem terhadap Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di

5 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 6: Artikel Evprog

Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai

dengan Desember 2012 sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan

pelaksanaan program yang terjadi, baik pada awal, pertengahan ataupun di akhir

program.

III. Kerangka Teoritis

3.1 Pengertian Evaluasi Program

Evaluasi adalah metode penilaian yang sistematis untuk mengumpulkan,

menganalisis dan menggunakan informasi untuk menjawab pertanyaan tentang program-

program dan kebijakan, terutama tentang efektivitas dan efisiensi. 4

3.2 Metode evaluasi dengan Pendekatan Sistem

Evaluasi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan

evaluasi sumatif. Secara garis besar, evaluasi formatif ditujukan untuk mengetahui

apakah pelaksanaan program sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan yang

dicanangkan pada awal program. Manakalah evaluasi sumatif secara garis besar

bertujuan untuk mengetahui apakah semua target sudah sesuai dengan output yang telah

dicapai pada akhir program. 4

Pendekatan sistem (system approach) adalah penterapan dari jalan atau cara berpikir

yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencarikan jalan keluar dari suatu

keadaan atau permasalahn yang dihadapi. 5 Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau

cara kerja yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem

terbentuk dari elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut,

yaitu : 4

1. Masukan (input). Ialah masukan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam

sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.

2. Proses (process). Ialah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem

dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.

3. Keluaran (output). Ialah bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya

proses dalam sistem.

4. Umpan balik (feed back). Adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan

keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.

5. Lingkungan (environment). Adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola oleh

sistem tetapi dapat mempengaruhi sistem (memiliki pengaruh besar).

6 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 7: Artikel Evprog

6. Dampak (impact). Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.

3.3 Tolok Ukur

Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan balik,

dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam

Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok.

IV. Penyajian Data

Lokasi gedung UPTD Puskesmas Cilamaya di Jalan Pasar Cilamaya nomor 1,

Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Wilayah kerja UPTD

Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan meliputi 7 (tujuh) desa, 33 dusun,

154 RT dan 73 RW, dengan luas wilayah ± 6.158 Ha, dimana meliputi luas wilayah 7

(tujuh) desa. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya tahun 2012

adalah 46.076 orang dan jumlah Kepala Keluarga adalah 16.677 KK. Jumlah penduduk

berdasarkan jenis kelamin adalah jumlah penduduk laki-laki 25.864 jiwa dan jumlah

penduduk perempuan 23.222 jiwa. Mata pencaharian terbanyak adalah sebagai petani

sebanyak 60%. Jumlah keluarga miskin 36.824 jiwa. Mayoritas penduduk dengan

pendidikan SMP 50,89% dan SD 23,55%. Tingkat kepercayaan/agama terbanyak adalah

Islam 99,9%.

Metode

Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok dapat dicapai dengan :

1) Membentuk kelompok kerja penyusun kebijakan kawasan tanpa rokok di fasilitas

pelayanan kesehatan.

2) Membuat kebijakan kawasan tanpa rokok.

3) Menyiapkan infrastruktur seperti surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung

jawab dan pengawas kawasan tanpa rokok di fasilitas pelayanan kesehatan, materi

sosialisasi penerapan kawasan tanpa rokok, pembuatan dan pemasangan tanda larang

merokok, pelatihan bagi pengawas kawasan tanpa rokok, pelatihan kelompok sebaya

bagi karyawan.

7 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 8: Artikel Evprog

4) Pengawasan, pencatatan, dan pelaporan pelanggaran peraturan kawasan tanpa rokok.

V. Perumusan Masalah

Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pembangunan Kawasan

Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari

sampai dengan Desember 2012, sebagai berikut :

Masalah menurut Keluaran (masalah sebenarnya) :

1. Lingkungan sekitar tempat umum pelayanan kesehatan, Puskesmas Kecamatan

Cilamaya masih didapatkan adanya asap rokok.

2. Masih adanya perokok yang tetap merokok meskipun sudah mendapat teguran. Sikap

acuh tak acuh dari perokok masih tinggi dan kurangnya kesadaran untuk berhenti

merokok.

Masalah menurut unsur lain (penyebab lain):

Dari masukan :

Jumlah petugas kesehatan yang termasuk ke dalam program ini terlalu sedikit yaitu

hanya satu orang dokter sebagai penanggung jawab dan satu orang promkes

sebagai pelaksana program ini.

Tidak didapatkan data mengenai ada-tidaknya kebijakan kawasan tanpa rokok.

Dari Proses :

Tidak adanya data tertulis mengenai struktur organisasi dari program ini.

Tidak didapatkan data mengenai sosisalisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.

VI. Penyelesaian Masalah

1.1. Masalah 1

Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok.

Penyebab

Masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan.

Penyelesaian

Tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan semakin menegaskan kepada perokok bahwa

lingkungannya merupakan area tanpa rokok dengan cara menegur dan memberikan

sanksi.

8 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 9: Artikel Evprog

Tenaga kesehatan dapat melakukan pendekatan kepada perokok supaya para perokok

mau ikut serta dalam program konseling berhenti merokok.

Mempromosikan dengan lebih efektif yaitu edukasi setiap perokok, baik pasien

maupun bukan pasien.

1.2. Masalah 2

Masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR.

Penyebab

Sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR.

Sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera.

Penyelesaian

Memberikan edukasi tentang bahaya merokok dan kerugian dari merokok.

Memberikan sanksi yang lebih berat sehingga para perokok menjadi jera.

VII.Kesimpulan dan Saran

1.3. Kesimpulan

Dari hasil Evaluasi Program Pembinaan Kawaswan Tanpa Rokok yang dilakukan dengan

cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Cilamaya periode Januari-Desember

2012, belum berjalan dengan baik melihat ditemukan berbagai masalah berikut :

Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok.

Masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR.

Masalah di atas disebabkan karena :

Masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan.

Tingginya sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR.

Sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera.

Pembinaan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk mempersempit area bagi perokok

sehingga generasi sekarang maupun yang akan datang dapat terlindung dari bahaya

rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik

individu, masyarakat maupun pemerintah. Komitmen bersama sangat dibutuhkan

dalam keberhasilan penerapan Kawasan Tanpa Rokok terutama di Puskesmas

Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang ini sendiri.

1.4. Saran

9 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k

Page 10: Artikel Evprog

Pembinaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) akan terlaksana dengan sukses dengan kerjasama

dari semua pihak yang terlibat di tempat, antara lain :

1. Di tempat pelayanan kesehatan, saya menginovasikan penggantian rokok dengan permen.

Dengan cara memilih kader yang tidak merokok untuk menegur baik pasien maupun

petugas atau klien yang terlihat merokok dan menggantikan rokoknya dengan permen.

Kader yang dipilih sebaiknya merupakan petugas kesehatan yang memiliki peran yang

besar sehingga disegani dan warga takut untuk merokok lagi di lingkungan kesehatan.

2. Memberikan edukasi yang efektif yang mudah diterima oleh masyarakat mengenai bahaya

kerugian merokok.

3. Menetapkan sanksi yang lebih berat kepada perokok yang masih merokok di kawasan

tanpa rokok sehingga mereka jera.

4. Puskesmas berkoordinasi dengan Kecamatan Cilamaya untuk berkomitmen dalam

program kawasan tanpa rokok. Ini bermaksud untuk meminta bantuan Kecamatan untuk

melarang pemasangan pamflet ataupun iklan-iklan rokok di sekitar wilayah Cilamaya.

5. Penambahan jumlah anggota dalam organisasi program pembinaan Kawasan Tanpa Rokok

supaya memudahkan pencatatan dan pelaporan untuk setiap aktivitas dijalankan.

Tersedianya buku laporan setiap penyuluhan kelompok dijalankan dan pertemuan dengan

pemimpin setiap tempat yang terpilih untuk pembinaan KTR.

Kepustakaan

1. Sulistyowati L.S.Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.Katalog Dalam

Terbitan.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010. Edisi I. Cetakan kedua.

2. Pengendalian Tembakau Perjuangan Tanpa Henti. Kawasan Tanpa Rokok Perjuangan

Tanpa Henti dalam Interaksi. Edisi 2. Jakarta. 2012.h.7

3. Indonesia (Bukan) Surga Rokok. Kawasan Tanpa Rokok Perjuangan Tanpa Henti dalam

Interaksi. Edisi 2. Jakarta. 2012.h.17

4. Susanto D.H. pedoman Evaluasi Program. Jakarta: UKRIDA. 2011.h.4-5.

5. Azwar A. Sistem pelayanan kesehatan. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: P.T

Medika Pers.1980.h.12

10 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k