Upload
titis-kusuma-anindya
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
EVALUASI PROGRAM PEMBANGUNAN KAWASAN TANPA ROKOK
DI PUSKESMAS KECAMATAN CILAMAYA WETAN
KABUPATEN KARAWANG JANUARI – DESEMBER 2012
Titis Kusuma Anindya
Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran UKRIDA
Abstrak
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5 konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007. Pada tahun 2010, sekitar 190.260 orang Indonesia yang terdiri dari 100.680 pria dan 89.580 wanita meninggal karena sakit yang disebabkan merokok. Data tersebut berasal dari riset Soewarta Kosen, Center For Community Empowerment Health Policy and Humanities, Institute Kesehatan dan Pengembangan Nasional, dan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Terkait dengan prevalensi rokok di Indonesia yang terus meningkat tersebut, Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah dengan menyusun berbagai rencana program. Program tersebut adalah dengan menyusun UU 36/2009 tentang kesehatan pasal 113 sampai dengan pasal 115. Evaluasi program pembinaan kawasan tanpa rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012 dengan membandingkan cakupan terhadap indikator yang ditetapkan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dari hasil evaluasi didapatkan Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok dan masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR. Penyebab dari masalah itu adalah masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan, sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR, dan sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera. Upaya untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan pemberian edukasi yang efektif mengenai bahaya dan kerugian merokok, menegur perokok di kawasan tanpa rokok, dan penetapan sanksi yang lebih besar.
Kata kunci : evaluasi program, KTR
I. Pendahuluan
Latar Belakang
Indonesia menduduki peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah China dan India (WHO, 2008) dan tetap menduduki posisi peringkat ke-5
konsumen rokok terbesar setelah China, Amerika Serikat, Rusia dan Jepang tahun 2007.1
1 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Pada tahun 2010, sekitar 190.260 orang Indonesia yang terdiri dari 100.680 pria dan
89.580 wanita meninggal karena sakit yang disebabkan merokok. Jumlah ini
menyumbang total kematian di tahun yang sama sejumlah 1.539.288 jiwa. Data tersebut
berasal dari riset Soewarta Kosen, Center For Community Empowerment Health Policy
and Humanities, Institute Kesehatan dan Pengembangan Nasional, dan Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia, yang dipresentasikan di WCTOH (World Conference on
Tobacco or Health) ke-15 pada 25 April 2012 di Singapura.2
Data terbaru menunjukan prevalensi merokok dewasa usia 15 tahun ke atas pada
2010 mencapai 35%; yang terdiri atas 65% pria dan 35% wanita. Dalam sepuluh tahun
terakhir (2001-2010), dilaporkan bahwa usia perokok pemula yaitu 5-9 tahun meningkat
400% dari 0,4% (Susenas 2001) menjadi 1,7% (Riskesdas 2010). Prevalensi perokok
usia remaja 13-15 tahun juga mengalami peningkatan dari 12,6% pada tahun 2006
menjadi 20,3% pada tahun 2009.3
Secara nasional, prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%, tertinggi di Provinsi
Kalimantan Tengah (43,2%) dan terendah di Sulawesi Tenggara sebesar 28,3%.
Prevalensi perokok usia 10-14 tahun tahun 1995 sebesar 0,3% atau sekitar 71.000 orang,
dan pada tahun 2010 meningkat tajam menjadi sekitar 426.000 orang. Artinya dalam
kurun waktu 15 tahun, jumlah perokok pada kelompok umur ini meningkat enam kali
lipat.3
Bahaya penyakit pernapasan, jantung, neoplasma/kanker dan gangguan perinatal
sepertinya tidak membuat mereka takut untuk terus menerus mengonsumsi tembakau.
90% wanita yang terkena kanker memiliki suami yang merokok. Hal ini membuktikan
bahwa pria yang merokok di rumah bisa membuat anak dan istrinya terkena penyakit
karena paparan karbon monoksida dari asap rokok yang mempunyai daya lekat lebih
besar terhadap sel darah merah.2
Diperkirakan lebih dari 40,3 juta anak tinggal bersama dengan perokok dan terpapar
asap rokok di lingkungannya. Mereka inilah yang disebut perokok pasif. Kita ketahui
bahwa anak yang yang terpapar asap rokok dapat mengalami peningkatan resiko terkena
Bronkitis, Pneumonia, infeksi telinga tengah, Asma serta keterlambatan pertumbuhan
paru-paru dan menyebabkan kesehatan yang buruk pada masa dewasa. 3
Angka kematian tersebut harusnya dapat dicegah, apalagi terdapat undang-undang
kesehatan yang mengatur tentang tembakau, yaitu UU no 36 tahun 2009 pasal 113.
Menurut Riset Kesehatan Dasar 2010 yang dilakukan oleh Unit Analisis Kebijakan dan
2 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Ekonomi Kesehatan Pusat Humaniora, sebanyak 34,7% perokok aktif adalah remaja
berusia 15 tahun, 30,8% penduduk di pedesaan, dan 25,9% penduduk di perkotaan
merokok setiap hari.2
Tembakau merupakan penyebab kematian yang dapat dicegah. Kematian prematur
karena konsumsi tembakau biasanya terjadi rata-rata 15 tahun sebelum umur perokok
mencapai usia manula.2 Data yang dirilis oleh WHO pada tahun 2008 menyebutkan
bahwa tembakau dan produk turunannya merupakan faktor resiko terbesar yang
menyebabkan 6 dari 8 penyakit yang menyebabkan kematian di dunia. Di Indonesia,
penyakit tidak menular dengan rokok sebagai faktor resikonya telah menjadi penyebab
kematian yang meningkat dari presentase 41% di tahun 1995 menjadi 60% pada tahun
2007. Sementara itu, beberapa studi menunjukan bahwa biaya ekonomi penyakit akibat
rokok sangat tinggi, sekitar 4-6 kali lipat dibandingkan pemasukan pendapatan negara
dari cukai tembakau. 3
Terkait dengan prevalensi rokok di Indonesia yang terus meningkat tersebut,
Kementerian Kesehatan telah mengambil langkah dengan menyusun berbagai rencana
program. Program tersebut adalah dengan menyusun UU 36/2009 tentang kesehatan
pasal 113 sampai dengan pasal 115, Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri dengan
Menteri Kesehatan, dan Surat edaran Menteri Dalam Negeri.1,3 Banyaknya jumlah
perokok di Indonsia, seharusnya mendapatkan perhatian serius dan pengawasan ekstra
dari pemerintah. Tapi hal ini sepertinya sulit diterapkan di Indonesia, sampai akhirnya
rokok bebeas dihisap oleh siapa pun. Di kawasan Asia Pasific, Indonesia menjadi negara
yang belum menendatangani FCTC (Framework Convention Tobacco Control) yang
bertujuan uantuk melindungi generasi sekarang dan mendatang terhadap gangguan
kesehatan, dampak sosial, lingkungan, dan ekonomi karena konsumsi tembakau dan
paparan asap tembakau. Padahal, Indonesia ikut berperan dalam penyusunan konvensi
FCTC ini.2
Pemberlakuan KTR (Kawasan Tanpa Rokok) sebenarnya merupakan aplikasi dari
pemenuhan hak konstitusional hak waga negara yang dijamin dalam UUD 1945. Di
samping itu, pengaturan KTR di tempat kerja dan tempat umum dimaksud untuk
mematuhi amanat konstitusi yang diwujudkan dalam UU Kesehatan No. 36 tahun 2009,
guna melindungi warga masyarakat terutama anak dan perempuan dari bahaya paparan
asap rokok orang lain.2
3 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Keberhasilan pelaksanaan program pengembangan kawasan tanpa rokok di
Puskesmas Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012. Oleh karena itu, evaluasi program ini perlu dilakukan untuk menilai
tingkat keberhasilan pelaksanaan program.
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan
masalahnya adalah :
1. Indonesia mendudukin peringkat ke-3 dengan jumlah perokok terbesar di dunia
setelah China dan India menurut World Health Organization (WHO), 2008.
2. Prevalensi perokok tahun 2010 sebesar 34,7%. Prevalensi perokok usia 10-14
tahun tahun 1995 sebesar 0,3% atau sekitar 71.000 orang, dan pada tahun 2010
meningkat tajam menjadi sekitar 426.000 orang.
3. Di Indonesia, penyakit tidak menular dengan rokok sebagai faktor resikonya telah
menjadi penyebab kematian yang meningkat dari presentase 41% di tahun 1995
menjadi 60% pada tahun 2007.
4. Rendahnya kesadaran masyarakat tentang bahaya merokok pun menjadi alasan
sulitnya penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR).
5. Belum diketahuinya keberhasilan pelaksanaan program Pembangunan Kawasan
Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode
Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
Tujuan Umum
Mengetahui keberhasilan pelaksanaan program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di
Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012.
Tujuan Khusus
1. Diketahui hasil keluaran dari penyiapan dan pengadaan infrastruktur Program
Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya (fasilitas
pelayanan kesehatan), Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan
Desember 2012.
4 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
2. Diketahui petugas kesehatan yang tidak merokok menegur perokok untuk mematuhi
ketentuan kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya,
Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
3. Diketahui perokok merokok di luar Kawasan Tanpa Rokok di wilayah kerja di
Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012.
4. Diketahui adanya sanksi bagi yang melanggar kebijakan Kawasan Tanpa Rokok di
Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari sampai
dengan Desember 2012.
Sasaran
Semua pasien maupun pengunjung yang berada di Puskesmas Kecamatan Cilamaya,
Kabupaten Karawang, sebagai salah satu tempat fasilitas kesehatan umum, yang
ditetapkan Undang-Undang Republik Indonesia No.36 Tahun 2009 untuk menjalankan
Program Kawasan Tanpa Rokok periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012.
II. Materi dan Metode
1.2. Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini terdiri dari hal-hal yang menjadi dasar
dalam Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan
Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2012,
yang berisi kegiatan :
1. Pembentukan komite atau kelompok kerja penyusunan kebijakan
2. Terbentuknya kebijakan kawasan tanpa rokok
3. Penyiapan infrastruktur
4. Sosialisasi penerapan kawasan tanpa rokok
5. Penerapan kawasan tanpa rokok
6. Pengawsan dan penegakan hukum
1.3. Metode
Metode yang digunakan pada kegiatan evaluasi program ini adalah dengan
melakukan pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data dengan menggunakan
pendekatan sistem terhadap Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok di
5 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari 2012 sampai
dengan Desember 2012 sehingga dapat digunakan untuk menjawab permasalahan
pelaksanaan program yang terjadi, baik pada awal, pertengahan ataupun di akhir
program.
III. Kerangka Teoritis
3.1 Pengertian Evaluasi Program
Evaluasi adalah metode penilaian yang sistematis untuk mengumpulkan,
menganalisis dan menggunakan informasi untuk menjawab pertanyaan tentang program-
program dan kebijakan, terutama tentang efektivitas dan efisiensi. 4
3.2 Metode evaluasi dengan Pendekatan Sistem
Evaluasi secara garis besar dibagi menjadi dua jenis yaitu evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif. Secara garis besar, evaluasi formatif ditujukan untuk mengetahui
apakah pelaksanaan program sudah berlangsung sesuai dengan perencanaan yang
dicanangkan pada awal program. Manakalah evaluasi sumatif secara garis besar
bertujuan untuk mengetahui apakah semua target sudah sesuai dengan output yang telah
dicapai pada akhir program. 4
Pendekatan sistem (system approach) adalah penterapan dari jalan atau cara berpikir
yang sistematis dan logis dalam membahas dan mencarikan jalan keluar dari suatu
keadaan atau permasalahn yang dihadapi. 5 Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau
cara kerja yang diterapkan pada waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Sistem
terbentuk dari elemen yang saling berhubungan dan mempengaruhi. Elemen tersebut,
yaitu : 4
1. Masukan (input). Ialah masukan kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam
sistem dan yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut.
2. Proses (process). Ialah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem
dan yang berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan.
3. Keluaran (output). Ialah bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.
4. Umpan balik (feed back). Adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan
keluaran dari sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
5. Lingkungan (environment). Adalah dunia di luar dari sistem yang tidak dikelola oleh
sistem tetapi dapat mempengaruhi sistem (memiliki pengaruh besar).
6 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
6. Dampak (impact). Adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
3.3 Tolok Ukur
Tolok ukur terdiri dari variabel masukan, proses, keluaran, lingkungan, umpan balik,
dan dampak. Digunakan sebagai pembanding atau target yang harus dicapai dalam
Program Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok.
IV. Penyajian Data
Lokasi gedung UPTD Puskesmas Cilamaya di Jalan Pasar Cilamaya nomor 1,
Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Wilayah kerja UPTD
Puskesmas Cilamaya, Kecamatan Cilamaya Wetan meliputi 7 (tujuh) desa, 33 dusun,
154 RT dan 73 RW, dengan luas wilayah ± 6.158 Ha, dimana meliputi luas wilayah 7
(tujuh) desa. Jumlah penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Cilamaya tahun 2012
adalah 46.076 orang dan jumlah Kepala Keluarga adalah 16.677 KK. Jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin adalah jumlah penduduk laki-laki 25.864 jiwa dan jumlah
penduduk perempuan 23.222 jiwa. Mata pencaharian terbanyak adalah sebagai petani
sebanyak 60%. Jumlah keluarga miskin 36.824 jiwa. Mayoritas penduduk dengan
pendidikan SMP 50,89% dan SD 23,55%. Tingkat kepercayaan/agama terbanyak adalah
Islam 99,9%.
Metode
Pembangunan Kawasan Tanpa Rokok dapat dicapai dengan :
1) Membentuk kelompok kerja penyusun kebijakan kawasan tanpa rokok di fasilitas
pelayanan kesehatan.
2) Membuat kebijakan kawasan tanpa rokok.
3) Menyiapkan infrastruktur seperti surat keputusan dari pimpinan tentang penanggung
jawab dan pengawas kawasan tanpa rokok di fasilitas pelayanan kesehatan, materi
sosialisasi penerapan kawasan tanpa rokok, pembuatan dan pemasangan tanda larang
merokok, pelatihan bagi pengawas kawasan tanpa rokok, pelatihan kelompok sebaya
bagi karyawan.
7 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
4) Pengawasan, pencatatan, dan pelaporan pelanggaran peraturan kawasan tanpa rokok.
V. Perumusan Masalah
Masalah-masalah yang ditemukan dalam evaluasi Program Pembangunan Kawasan
Tanpa Rokok di Puskesmas Kecamatan Cilamaya, Kabupaten Karawang periode Januari
sampai dengan Desember 2012, sebagai berikut :
Masalah menurut Keluaran (masalah sebenarnya) :
1. Lingkungan sekitar tempat umum pelayanan kesehatan, Puskesmas Kecamatan
Cilamaya masih didapatkan adanya asap rokok.
2. Masih adanya perokok yang tetap merokok meskipun sudah mendapat teguran. Sikap
acuh tak acuh dari perokok masih tinggi dan kurangnya kesadaran untuk berhenti
merokok.
Masalah menurut unsur lain (penyebab lain):
Dari masukan :
Jumlah petugas kesehatan yang termasuk ke dalam program ini terlalu sedikit yaitu
hanya satu orang dokter sebagai penanggung jawab dan satu orang promkes
sebagai pelaksana program ini.
Tidak didapatkan data mengenai ada-tidaknya kebijakan kawasan tanpa rokok.
Dari Proses :
Tidak adanya data tertulis mengenai struktur organisasi dari program ini.
Tidak didapatkan data mengenai sosisalisasi penerapan Kawasan Tanpa Rokok.
VI. Penyelesaian Masalah
1.1. Masalah 1
Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok.
Penyebab
Masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan.
Penyelesaian
Tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan semakin menegaskan kepada perokok bahwa
lingkungannya merupakan area tanpa rokok dengan cara menegur dan memberikan
sanksi.
8 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Tenaga kesehatan dapat melakukan pendekatan kepada perokok supaya para perokok
mau ikut serta dalam program konseling berhenti merokok.
Mempromosikan dengan lebih efektif yaitu edukasi setiap perokok, baik pasien
maupun bukan pasien.
1.2. Masalah 2
Masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR.
Penyebab
Sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR.
Sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera.
Penyelesaian
Memberikan edukasi tentang bahaya merokok dan kerugian dari merokok.
Memberikan sanksi yang lebih berat sehingga para perokok menjadi jera.
VII.Kesimpulan dan Saran
1.3. Kesimpulan
Dari hasil Evaluasi Program Pembinaan Kawaswan Tanpa Rokok yang dilakukan dengan
cara pendekatan sistem di Puskesmas Kecamatan Cilamaya periode Januari-Desember
2012, belum berjalan dengan baik melihat ditemukan berbagai masalah berikut :
Pada lingkungan di tempat fasilitas kesehatan masih didapatkan adanya asap rokok.
Masih banyaknya perokok yang melanggar ketentuan KTR.
Masalah di atas disebabkan karena :
Masih terdapatnya perokok yang merokok di dalam lingkungan fasilitas kesehatan.
Tingginya sikap acuh tak acuh perokok terhadap ketentuan KTR.
Sanksi yang dinilai ringan sehingga tidak membuat jera.
Pembinaan Kawasan Tanpa Rokok bertujuan untuk mempersempit area bagi perokok
sehingga generasi sekarang maupun yang akan datang dapat terlindung dari bahaya
rokok. Dan hal tersebut merupakan tanggung jawab seluruh komponen bangsa, baik
individu, masyarakat maupun pemerintah. Komitmen bersama sangat dibutuhkan
dalam keberhasilan penerapan Kawasan Tanpa Rokok terutama di Puskesmas
Kecamatan Cilamaya Wetan Kabupaten Karawang ini sendiri.
1.4. Saran
9 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k
Pembinaan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) akan terlaksana dengan sukses dengan kerjasama
dari semua pihak yang terlibat di tempat, antara lain :
1. Di tempat pelayanan kesehatan, saya menginovasikan penggantian rokok dengan permen.
Dengan cara memilih kader yang tidak merokok untuk menegur baik pasien maupun
petugas atau klien yang terlihat merokok dan menggantikan rokoknya dengan permen.
Kader yang dipilih sebaiknya merupakan petugas kesehatan yang memiliki peran yang
besar sehingga disegani dan warga takut untuk merokok lagi di lingkungan kesehatan.
2. Memberikan edukasi yang efektif yang mudah diterima oleh masyarakat mengenai bahaya
kerugian merokok.
3. Menetapkan sanksi yang lebih berat kepada perokok yang masih merokok di kawasan
tanpa rokok sehingga mereka jera.
4. Puskesmas berkoordinasi dengan Kecamatan Cilamaya untuk berkomitmen dalam
program kawasan tanpa rokok. Ini bermaksud untuk meminta bantuan Kecamatan untuk
melarang pemasangan pamflet ataupun iklan-iklan rokok di sekitar wilayah Cilamaya.
5. Penambahan jumlah anggota dalam organisasi program pembinaan Kawasan Tanpa Rokok
supaya memudahkan pencatatan dan pelaporan untuk setiap aktivitas dijalankan.
Tersedianya buku laporan setiap penyuluhan kelompok dijalankan dan pertemuan dengan
pemimpin setiap tempat yang terpilih untuk pembinaan KTR.
Kepustakaan
1. Sulistyowati L.S.Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok.Katalog Dalam
Terbitan.Jakarta: Kementerian Kesehatan RI, 2010. Edisi I. Cetakan kedua.
2. Pengendalian Tembakau Perjuangan Tanpa Henti. Kawasan Tanpa Rokok Perjuangan
Tanpa Henti dalam Interaksi. Edisi 2. Jakarta. 2012.h.7
3. Indonesia (Bukan) Surga Rokok. Kawasan Tanpa Rokok Perjuangan Tanpa Henti dalam
Interaksi. Edisi 2. Jakarta. 2012.h.17
4. Susanto D.H. pedoman Evaluasi Program. Jakarta: UKRIDA. 2011.h.4-5.
5. Azwar A. Sistem pelayanan kesehatan. Pengantar Administrasi Kesehatan. Jakarta: P.T
Medika Pers.1980.h.12
10 | A r t i k e l E v a l u a s i P r o g r a m P e m b a n g u n a n K a w a s a n T a n p a R o k o k