Upload
reza-alan
View
220
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
artikel hasil penelitian yang diberikan keapada
Citation preview
1
HUBUNGAN PENGETAHUAN POLA MAKAN DENGAN KEJADIAN
SINDROMA DISPEPSIA PADA REMAJA MADRASAH ALIYAH
SWASTA ULUMUL QURAN PAGAR AIR ACEH BESAR
Cut Anita1 , Azmunir M. Yc
2 , Teuku Mamfaluti
3
ABSTRAK
Sindroma dispepsia merupakan salah satu masalah kesehatan yang sangat umum
dijumpai dalam kehidupan masyarakat, khususnya golongan remaja. Sindroma dispepsia
sangat sering diabaikan dan di anggap sebagai keluhan biasa oleh masyarakat. Padahal jika
dilihat dampak jangka panjangnya, sindroma ini dapat menimbulkan kerugian bagi penderita.
Dispepsia disebabkan oleh multifaktor salah satunya adalah pola makan. Untuk dapat
terbentuk pola makan yang baik maka diperlukan pengetahuan yang baik pula. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis hubungan pengetahuan pola makan dengan kejadian sindroma
dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. Desain
penelitian ini adalah deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel penelitian
adalah seluruh siswa/i Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar yang
dipilih secara total sampling. Data dikumpulkan melalui kuesioner yang telah diuji validitas
dan reliabilitas. Hasil penelitian dianalisa dengan analisa univariat dan bivariat. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa pengetahuan responden mengenai pola makan yang
menyebabkan sindroma dispepsia dalam kategori cukup sebanyak 71 orang (64,5%) dan
kategori baik sebanyak 39 orang (35,5%). Kejadian dispepsia pada responden sebanyak 56
orang (50,9%) sedangkan yang tidak dispepsia sebanyak 54 orang (49,1%). Hasil analisa Chi-
Square dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05) didapatkan nilai X2
hitung(5,448) > X2
tabel(3,841),
nilai p value < 0,05 yaitu 0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak. Kesimpulan pada
penelitian ini adalah terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan pola makan
dengan kejadian sindroma dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran
Pagar Air Aceh Besar.
Kata Kunci : pengetahuan pola makan, kejadian sindroma dispepsia, remaja Madrasah Aliyah
Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar
1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
2) Kepala Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
3) Staf Bagian Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala/RSUDZA
Banda Aceh
2
THE RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE OF DIET AND THE
OCCURENCE OF DYSPEPSIA SYNDROME AMONG ADOLESCENTS
IN MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUL QURAN
PAGAR AIR ACEH BESAR
Cut Anita1 , Azmunir M. Yc
2 , Teuku Mamfaluti
3
ABSTRACT
Dyspepsia syndrome is one of the very common health problems in society, especially
teenagers. Dyspepsia syndrome has always been neglected and considered an insignificant
symptom by the people. But if we see the long-term impact, this syndrome can cause harm to
the patient. Dyspepsia has many causes, one of which is the diet behaviour. To arrange a
healthy diet, sufficient knowledge is important. This study aimed to analyze the relationship
between knowledge of diet and the occurence of dyspepsia syndrome among adolescents in
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar. The design of this research is
a descriptive analytic with cross sectional approach. The samples were all students of
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar who were selected by total
sampling technique. The data were collected by using questionnaire that had been tested by
validity and reliability test. The result of this research was analyzed by using univariate and
bivariate analyses. The result showed that 71 people (64,5%) had sufficient knowledge about
diet that causes dyspepsia syndrome and 39 people (35,5%) had good knowledge about it.
The number of respondents who-suffered dyspepsia was 56 (50,9%) and the number of those
who did not was 54 (49,1%). Chi-Square analysis result with an error rate of 5% (α=0.05)
showed that the value of X2
count(5,448) > X2
table(3,841), p value < 0,05 is 0,02 indicating that
Ho is rejected. The conclusion of this research is that there is a significant relationship
between knowledge of diet and the occurence of dyspepsia syndrome among adolescents in
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.
Keywords: knowledge of diet, the occurence of dyspepsia syndrome, adolescents in Madrasah
Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar
1) Student of Medical Faculty, Syiah Kuala University, Banda Aceh
2) Head of Biology Department at Medical Faculty, Syiah Kuala University, Banda Aceh
3) Internal Medicine Staff of Medical faculty/RSUDZA, Syiah Kuala University, Banda Aceh
3
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan di
Indonesia saat ini dihadapkan pada dua
masalah yaitu di satu pihak penyakit
menular masih merupakan masalah
kesehatan masyarakat yang belum banyak
tertangani dan di lain pihak telah terjadi
peningkatan kasus penyakit-penyakit tidak
menular yang banyak disebabkan oleh
berubahnya pola konsumsi makanan dan
gaya hidup(1)
.
Salah satu masalah kesehatan yang
disebabkan oleh perubahan pola konsumsi
makanan dan gaya hidup adalah sindroma
dispepsia. Sindroma dispepsia merupakan
kumpulan gejala yang diakibatkan karena
adanya kelainan saluran pencernaan bagian
atas, khususnya lambung. Gejala tersebut
dapat berupa nyeri di ulu hati, rasa panas
di dada, perut terasa penuh, perut
kembung, cepat kenyang, mual yang
terkadang disertai muntah, anoreksia, serta
sendawa berlebihan(2)
.
Dispepsia yang sering disebut
penyakit maag oleh masyarakat merupakan
salah satu masalah kesehatan yang sering
ditemui dalam praktek sehari-hari, yaitu
hampir 30% kasus dijumpai pada praktek
umum dan 60% kasus pada praktek
gastroenterologi(3)
. Prevalensi dispepsia
antara satu populasi dengan populasi
lainnya juga sangat bervariasi. Prevalensi
terjadinya dispepsia di Iran mencapai
29,9%(4)
, sedangkan di Hongkong 18,4%,
Jepang 17%, Turki 28,4%, dan India
30,4%(5)
. Di Indonesia, khususnya di
Jakarta pada tahun 2010 proporsi dispepsia
mencapai 58,1%(6)
. Di Aceh, berdasarkan
informasi yang peneliti peroleh dari Dinas
Kesehatan Provinsi Aceh, belum ada data
yang masuk dari kabupaten/ kota mengenai
sindroma dispepsia. Namun, masyarakat di
kabupaten/ kota mengalami kejadian
dispepsia tersebut. Hal ini terbukti dengan
adanya data yang tercatat di Rumah Sakit
Umum Daerah dr. Zainoel Abidin
(RSUDZA) Banda Aceh pada tahun
2011/2012, jumlah kasus dispepsia secara
keseluruhannya adalah 61 kasus, yang
terdiri dari Aceh Besar 21 kasus (34,4%),
Banda Aceh 19 kasus (31,1%), Aceh Pidie
7 kasus (11,47%), Aceh Barat 5 kasus
(8,2%), Aceh Utara 4 kasus (6,6%),
Sabang 2 kasus (3,2%), Aceh Tengah 2
kasus (3,2%), dan Aceh Selatan 1 kasus
(1,6) yang umumnya berumur antara 15 -
45 tahun (profil di RSUDZA, 2011).
Namun, berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Reshetnikov et al. (2001) di
Novosibirsk, Siberia Barat pada usia muda
didapatkan bahwa umur 14 - 17 tahun yang
paling sering mengalami dyspepsia(7)
.
Sindroma dispepsia merupakan
salah satu masalah kesehatan yang
disebabkan oleh banyak faktor,
diantaranya adalah pola makan yang
cenderung tidak sehat dan tidak teratur.
Pola makan yang tidak teratur umumnya
menjadi masalah yang sering timbul pada
remaja. Hal ini dapat disebabkan karena
meningkatnya aktivitas, baik aktivitas di
sekolah maupun di luar sekolah. Akibat
pola makan yang tidak teratur tersebut
dapat menyebabkan lambung sulit untuk
beradaptasi dan akan memproduksi asam
lambung secara berlebihan sehingga pada
akhirnya dapat menyebabkan lesi pada
dinding mukosa lambung yang dapat
berlanjut timbulnya gastritis dan tukak
lambung(8)
. Penelitian Annisa (2009)
mengemukan bahwa terdapat hubungan
yang signifikan antara ketidakteraturan
makan dengan kejadian dispepsia pada
remaja(9)
. Penelitian Reshetnikov dan
Kurilovich (2007) juga menyatakan bahwa
jeda antara jadwal makan yang lama dan
ketidakteraturan makan sangat berkaitan
dengan gejala dispepsia(10)
.
Berdasarkan hasil survey awal yang
peneliti lakukan ke Madrasah Aliyah
Swasta (MAS) Ulumul Quran Pagar Air
Aceh Besar, sebagian besar remaja di
MAS tersebut sering mengalami gejala
dispepsia yang terkadang mengganggu
aktivitas mereka. Pada umumnya, banyak
dari kalangan remaja sangat jarang
mengatasi keadaan dispepsia. Hal ini
disebabkan karena tingkat pengetahuan
dan kesadaran remaja masih sangat rendah/
4
minim mengenai pentingnya cara menjaga
kesehatan lambung yang salah satunya
adalah dengan menjaga pola makan agar
tetap teratur setiap harinya(11)
. Oleh karena
itu, diperlukan pengetahuan untuk
menumbuhkan kesadaran yang pada
akhirnya akan menyebabkan seseorang
berperilaku sesuai dengan pengetahuan
yang dimilikinya.
Penelitian ini akan dilakukan di
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran
Pagar Air Aceh Besar. Alasan penentuan
lokasi penelitian antara lain adalah untuk
menjaga homogenitas dari sampel.
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran ini
merupakan sekolah yang menggunakan
fasilitas asrama. Dengan berdomisilinya
para remaja di asrama, mereka mulai
terlepas dari perhatian orang tua dan
mempunyai kemandirian dalam
menentukan makanan yang mereka
konsumsi. Selain itu, belum ada penelitian
serupa yang pernah dilakukan di Madrasah
Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air
Aceh Besar, sehingga peneliti merasa
tertarik untuk mengadakan penelitian
mengenai hubungan pengetahuan pola
makan dengan kejadian sindroma dispepsia
pada remaja Madrasah Aliyah Swasta
Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian
yang bersifat deskriptif analitik dengan
pendekatan cross sectional yang
dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai
Februari 2013 di Madrasah Aliyah Swasta
Ulumul Quran Pagar Air Aceh Besar.
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/
siswi Madrasah Aliyah Swasta Ulumul
Quran Pagar Air Aceh Besar yang
berjumlah 115 orang, dimana kelas I
berjumlah 36 orang yang terdiri dari siswa
sebanyak 16 orang dan siswi 20 orang.
Kelas II berjumlah 33 orang terdiri dari
siswa sebanyak 17 orang dan siswi
sebanyak 16 orang. Sedangkan kelas III
berjumlah 46 orang yang terdiri dari dua
kelas yaitu kelas MAG (Madrasah Aliyah
Agama) dan IPA . Kelas MAG berjumlah
17 orang, yaitu 12 orang siswa dan 5 orang
siswi sedangkan kelas IPA berjumlah 29
orang, yaitu 9 orang siswa dan 20 orang
siswi. Sampel penelitian berjumlah 115
orang yang diambil menggunakan teknik
total sampling. Alasan menggunakan total
sampling karena menurut Arikunto (2010),
dalam menentukan jumlah sampel, jika
jumlah anggota populasi meliputi antara
100 sampai dengan 150 orang dan dalam
pengumpulan data peneliti menggunakan
angket, maka sebaiknya sejumlah tersebut
diambil semua. Namun, jika peneliti
mempunyai subjek lebih dari itu atau
beberapa ratus subjek maka peneliti dapat
menentukan kurang lebih sebesar 25%-
30% dari jumlah populasi(12)
. Sampel
penelitian ini harus memenuhi kriteria
inklusi antara lain:
1. Siswa/ siswi MAS Ulumul Quran Pagar
Air Aceh Besar yang hadir di sekolah
saat penelitian dilakukan.
2. Umur 14-17 tahun.
3. Bersedia mengisi kuesioner.
Data Penelitian terdiri dari data primer
dan sekunder. Data primer diperoleh
melalui kuesioner yang dikembangkan
sendiri oleh peneliti. Kuesioner tersebut
terdiri dari dua bagian. Bagian pertama
merupakan data mengenai identitas
responden yang meliputi nama, jenis
kelamin, umur, kelas, NIS, dan alamat.
Bagian kedua merupakan daftar pertanyaan
yang digunakan untuk mengukur
pengetahuan responden tentang pola
makan dan kejadian sindroma dispepsia
pada responden. Sedangkan data sekunder
berupa jumlah keseluruhan siswa/ siswi
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul Quran
Pagar Air Aceh Besar yang didapatkan dari
pihak sekolah/ pesantren. Data yang telah
dikumpul di olah dan dianalisis dengan
menggunakan software pada komputer.
Analisa hasil penelitian dilakukan
secara bertahap yaitu analisa univariat dan
bivariat. Analisa univariat untuk melihat
distribusi frekuensi dari variabel yang
diteliti. Analisa bivariat untuk melihat
5
hubungan antara variabel independen dan
dependen menggunakan uji Chi Square
dengan batas kemaknaan 0,05 dengan
ketentuan bermakna (ada hubungan yang
signifikan antar variabel) apabila p-value
��0,05 dan tidak bermakna (tidak ada
hubungan yang signifikan antar variabel)
apabila p – value > 0,05.
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Madrasah Aliyah Swasta Ulumul
Quran Pagar Air Aceh Besar merupakan
salah satu sekolah yang terdapat di
pesantren Yayasan Pendidikan Dayah
Madrasah Ulumul Quran (YPD MUQ)
Pagar Air Aceh Besar. Sekolah ini berada
dalam kawasan pesantren yang
berlokasikan di jalan Banda Aceh-Medan
Km. 6, desa Bineh Blang, Kelurahan Pagar
Air, Kecamatan Ingin Jaya, Kabupaten
Aceh Besar, Provinsi Aceh. Seluruh siswa
sekolah MAS tersebut berdomisili di
tempat yang telah ditentukan oleh pihak
pesantren.
Sekolah ini dilengkapi dengan
sarana prasarana seperti ruang kepala
sekolah, ruang guru dan tata usaha, ruang
kelas, ruang laboratorium (bahasa dan
komputer), ruang perpustakaan, ruang
koperasi, gedung serbaguna (masjid dan
aula), ruang WC, lapangan olahraga (volly,
basket, badminton, dll), dan kantin.
Gambaran Umum Subjek Penelitian
Subjek/ sampel pada penelitian ini
adalah keseluruhan siswa/i kelas I, II, dan
III MAS Ulumul Quran Pagar Air Aceh
Besar yang berjumlah 115 orang. Namun,
dikarenakan saat dilakukannya penelitian 5
orang dari 115 sampel penelitian sudah
pindah dari sekolah tersebut (missing
value/drop out), maka sampel dalam
penelitian ini jumlahnya menjadi 110
orang.
Analisa Hasil Penelitian
1. Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk
mendeskripsikan karakteristik masing-
masing variabel yang diteliti dan akan
menghasilkan distribusi frekuensi dan
persentase dari tiap-tiap variabel tersebut.
Adapun variabel yang dianalisis dalam
penelitian ini mencakup jenis kelamin,
kelas, umur, pengetahuan pola makan, dan
kejadian sindroma dispepsia pada
responden. Berikut ini adalah variabel-
variabel yang dianalisa dengan analisa
univariat:
1.) Jenis Kelamin
Karakteristik responden berdasarkan
jenis kelamin dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 1 Distribusi Responden Berdasarkan
Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel 1 diatas terlihat
bahwa dari 110 jumlah total responden,
responden perempuan lebih banyak
dibandingkan responden laki-laki yaitu
sebanyak 59 orang (53,6%).
2.) Kelas
Karakteristik responden berdasarkan
kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan
Kelas
Jenis Kelamin Jumlah Persentase
(%)
L 51 46,4
P 59 53,6
Total 110 100
Kelas Jumlah Persentase
(%)
I 35 31,8
II 31 28,2
III 44 40
Total 110 100
6
Berdasarkan tabel 2 terlihat bahwa
dari 110 jumlah total responden, responden
kelas III yang memiliki jumlah paling
banyak yaitu sebanyak 44 orang (40%)
sedangkan jumlah responden yang paling
sedikit adalah responden kelas II dengan
jumlah 31 orang (28,2%).
3.) Umur
Karakteristik responden berdasarkan
umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3 Distribusi Responden Berdasarkan
Umur
Berdasarkan tabel 3 diatas terlihat
bahwa dari 110 jumlah total responden,
responden yang berumur 16 tahun yang
memiliki jumlah terbanyak yaitu 38 orang
(34,5%) sedangkan jumlah responden
paling sedikit adalah responden yang
berumur 14 tahun dengan jumlah 7 orang
(6,4%).
4.) Gambaran Pengetahuan Pola Makan
Responden
Karakteristik responden berdasarkan
pengetahuan pola makan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 4 Distribusi Responden Berdasarkan
Pengetahuan Pola Makan
Berdasarkan tabel 4 terlihat bahwa
dari 110 jumlah total responden, sebagian
besar responden memiliki pengetahuan
pola makan dalam kategori cukup yaitu
sebanyak 71 orang (64,5%) dan tidak
satupun responden yang memiliki
pengetahuan pola makan dalam kategori
kurang.
Tabel 5 Distribusi Pengetahuan Pola
Makan Berdasarkan Umur
Berdasarkan tabel 5 diatas dapat
dilihat bahwa dari 110 total responden,
yang paling banyak memiliki pengetahuan
pola makan dengan kategori baik adalah
pada responden umur 17 tahun yaitu
sebanyak 20 orang (54,1%) dan yang
paling sedikit pada responden umur 14
tahun yaitu sebanyak 3 orang (42,9%).
Tabel 6 Distribusi Pengetahuan Pola
Makan Berdasarkan Kelas
Kelas
Kategori Pengetahuan Pola
Makan Total
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
I 13 37,1 22 62,9 0 0 35 100
II 5 16,1 26 83,9 0 0 31 100
III 21 47,7 23 52,3 0 0 44 100
Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100
Berdasarkan tabel 6 diatas dapat
dilihat bahwa dari 110 total responden,
yang paling banyak memiliki pengetahuan
dalam kategori baik adalah responden
kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%)
dan yang paling sedikit adalah kelas II
sebanyak 5 orang (16,1%).
Umur
Responden
(tahun)
Kategori
Pengetahuan Pola Makan Total
Baik Cukup Kurang
n % n % n % n %
14 3 42,9 4 57,1 0 0 7 100
15 8 28,6 20 71,4 0 0 28 100
16 8 21,1 30 78,9 0 0 38 100
17 20 54,1 17 45,9 0 0 37 100
Total 39 35,5 71 64,5 0 0 110 100
Umur
Responden
(tahun)
Jumlah Persentase
(%)
14 7 6,4
15 28 25,5
16 38 34,5
17 37 33,6
Total 110 100
Kategori
Pengetahuan
Pola Makan
Jumlah Persentase
(%)
Baik 39 35,5
Cukup 71 64,5
Kurang 0 0
Total 110 100
7
5.) Gambaran Kejadian Sindroma
Dispepsia Pada Responden
Dari hasil penentuan diagnosa awal
sindroma dispepsia dengan menggunakan
Rome Criteria III yang telah dilakukan
didapatkan hasil sebagai berikut :
a. Gambaran Kejadian Sindroma
Dispepsia Responden
Karakteristik responden berdasarkan
kejadian sindroma dispepsia dapat dilihat
pada table 7 berikut:
Tabel 7 Distribusi Responden Berdasarkan
Kejadian Sindroma Dispepsia
Berdasarkan tabel 7 diatas dapat
dilihat bahwa dari total responden, yang
mengalami dispepsia sebanyak 56 orang
(50,9%).
Tabel 8 Distribusi Kejadian Sindroma
Dispepsia Berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan tabel diatas terlihat
bahwa jumlah responden terbanyak yang
mengalami dispepsia adalah responden
perempuan sebanyak 31 orang (52,5%).
b. Gambaran Keluhan Sindroma Dispepsia
Responden
Karakteristik responden berdasarkan
keluhan sindroma dispepsia dapat dilihat
pada tabel 9 berikut:
Tabel 9 Distribusi Responden Berdasarkan
Keluhan Sindroma Dispepsia
Berdasarkan tabel 9 diatas terlihat
bahwa keluhan yang paling banyak
diderita oleh responden adalah cepat
merasa kenyang (perasaan tidak sanggup
menghabiskan makanan dalam takaran
biasa) dan rasa panas seperti terbakar di
dada, dimana masing-masing keluhan
berjumlah 25 orang (22,7%). Sedangkan
keluhan yang paling sedikit adalah keluhan
muntah yang berjumlah 8 orang (7,3%).
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan guna
mengetahui hubungan antara dua variabel
(variabel independen dan variabel
dependen) untuk membuktikan hipotesis
penelitian. Untuk itu, dilakukan analisa
bivariat dengan metode penggabungan sel
uji statistik Chi-Square dengan tingkat
kemaknaan 5% (α=0,05). Adapun variabel
independen dalam penelitian ini adalah
pengetahuan pola makan sedangkan
variabel dependen adalah kejadian
sindroma dispepsia dan hubungan
keduanya dapat dilihat pada table 10
berikut:
Kategori
Kejadian Jumlah
Persentase
(%)
Dispepsia 56 50,9
Tidak Dispepsia 54 49,1
Total 110 100
Jenis
Kelamin
Kategori Kejadian
Total Dispepsia
Tidak
Dispepsia
n % n % n %
L 25 49 26 51 51 100
P 31 52,5 28 47,5 59 100
Total 56 50,9 54 49,1 110 100
No. Keluhan Jumlah Persentase
(%)
1. Perut terasa penuh 20 18,2
2. Cepat merasa
kenyang 25 22,7
3. Rasa nyeri atau
perih di ulu hati 23 20,9
4. Rasa panas seperti
terbakar di dada 25 22,7
5. Perasaan mual
setelah makan 12 10,9
6. Merasakan
keluhan muntah 8 7,3
7. Perut kembung 16 14,5
8. Bersendawa yang
berlebihan 16 14,5
8
Tabel 10 Hubungan Pengetahuan Pola Makan Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia Pada
Responden
Berdasarkan tabel diatas dapat
disimpulkan bahwa secara persentase
responden dengan pengetahuan baik
cenderung tidak menderita dispepsia
(64,1%) dibanding dengan yang menderita
dispepsia (35,9%). Sedangkan responden
dengan pengetahuan cukup cenderung
menderita dispepsia (59,2%) dibanding
dengan yang tidak menderita dispepsia
(40,8%). Selanjutnya, untuk menguji
signifikansi hubungan yang ditunjukkan
table 10 dilakukan pengujian hipotesis
korelasi dengan menggunakan uji Chi-
Square dengan tingkat kesalahan 5%.
Hasil pengujian korelasi Chi-Square
dengan tingkat kesalahan 5% (α=0,05)
tersebut didapatkan bahwa nilai X2hitung
(5,448) lebih besar dari X2
tabel (3,841) dan
nilai p value lebih kecil dari 0,05 yaitu
0,02 yang menunjukkan bahwa Ho ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara
pengetahuan pola makan dengan kejadian
sindroma dispepsia pada remaja Madrasah
Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air
Aceh Besar.
PEMBAHASAN
Pengetahuan Pola Makan
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan pada remaja Madrasah Aliyah
Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh
Besar, didapatkan hasil bahwa tingkat
pengetahuan responden mengenai pola
makan umumnya berada pada kategori
cukup. Kondisi ini terlihat pada tabel 4,
sebanyak 71 (64,5%) responden memiliki
tingkat pengetahuan yang cukup mengenai
pola makan dan tidak ada responden yang
memiliki pengetahuan pola makan dalam
kategori kurang.
Dikatakan responden memiliki
pengetahuan dalam kategori cukup apabila
responden memiliki kemampuan
menjawab 56-75% dari total pertanyaan
mengenai pengetahuan pola makan seperti
yang telah tertera pada kuesioner (lampiran
3).
Pengetahuan merupakan hasil tahu
dan ini terjadi setelah mengadakan
penginderaan terhadap suatu objek
tertentu. Penginderaan terhadap objek
tersebut terjadi melalui panca indera yakni
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa
dan raba. Namun sebagian besar diperoleh
dari mata dan telinga. Pengetahuan juga
merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya perilaku dan tindakan
seseorang. Pengetahuan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain umur, tingkat
pendidikan, pengalaman, sumber
informasi, dan sosial budaya(13)
.
Dari hasil penelitian pada tabel 5
didapatkan bahwa responden dengan
kelompok usia 17 tahun yang paling
banyak memiliki pengetahuan dalam
kategori baik yaitu sebanyak 20 orang
(54,1%) dan paling sedikit responden usia
14 tahun yaitu 3 orang (42,9%). Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa semakin bertambahnya usia
seseorang maka akan semakin berkembang
Pengetahuan
Pola Makan
Kategori Kejadian
Total P
value
X2
hitung Dispepsia
Tidak
Dispepsia
n % n % n %
Baik 14 35,9 25 64,1 39 100
0.02 5,448 Cukup 42 59,2 29 40,8 71 100
Kurang 0 0 0 0 0 0
Total 56 50,9 54 49,1 110 100
9
pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya
pun akan semakin membaik. Selanjutnya
pada tabel 6 terlihat bahwa responden yang
paling banyak memiliki pengetahuan baik
mengenai pola makan adalah responden
kelas III yaitu sebanyak 21 orang (47,7%)
dan yang paling sedikit adalah kelas II
sebanyak 5 responden (16,1%). Hal ini
sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi proses belajar, dimana
semakin tinggi pendidikan seseorang maka
semakin mudah orang tersebut menerima
informasi baik dari orang lain maupun dari
media massa. Semakin banyak informasi
yang diperoleh maka semakin banyak pula
pengetahuan yang didapat. Selanjutnya,
dengan adanya pengetahuan-pengetahuan
tersebut akan menimbulkan kesadaran
untuk berperilaku dan bertindak sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya
tersebut(13)
.
Kejadian Sindroma Dispepsia
Berdasarkan hasil penelitian
mengenai kejadian sindroma dispepsia,
didapatkan jumlah responden yang
menderita dispepsia sebanyak 56
responden (50,9%), sedangkan responden
yang tidak menderita dispepsia sebanyak
54 responden (49,1%). Menurut Krause M.
(dalam Setyono, dkk, 2006), pada usia
muda 90% dispepsia disebabkan oleh
faktor perilaku dan pola makan, 10%
karena Helicobacter pylori, sedangkan
pada usia tua 50% disebabkan oleh infeksi
Helicobacter pylori dan 50% lainnya
disebabkan oleh perilaku dan pola
makan(14)
. Penelitian yang dilakukan oleh
Reshetnikov et al. (2001) pada usia muda
didapatkan bahwa umur 14-17 tahun yang
paling sering mengalami dispepsia, dimana
perempuan lebih banyak menderita
dispepsia dibandingkan dengan laki-laki
yaitu 27% dan 16%(7)
. Hasil penelitian ini
sama dengan hasil penelitian yang peneliti
dapatkan yang menunjukkan bahwa
proporsi responden perempuan lebih
banyak menderita dispepsia dibandingkan
dengan responden laki-laki yaitu
perempuan sebanyak 31 orang (52,5%)
sedangkan laki-laki sebanyak 25 orang
(49%). Menurut Annisa (2009), terjadinya
dispepsia pada remaja perempuan
berhubungan dengan body image
(penampilan diri) dimana perempuan
memiliki kebiasaan untuk mencoba
melakukan diet yang terlalu ketat yang
menyebabkan pengaturan pola makan tidak
teratur(9)
. Sebagaimana teori yang telah
disebutkan pada bab pendahuluan,
kebiasaan makan teratur sangat penting
bagi sekresi asam lambung. Karena kondisi
tersebut memudahkan lambung mengenali
waktu makan sehingga produksi asam
lambung terkontrol(15)
. Kebiasaan makan
yang tidak teratur akan membuat lambung
sulit untuk beradaptasi. Jika hal tersebut
berlangsung terlalu lama, maka produksi
asam lambung akan berlebihan sehingga
dapat mengiritasi dinding mukosa lambung
yang dapat berlanjut timbulnya gastritis(8)
.
Reshetnikov dan Korilovich (2007) dalam
penelitiannya juga telah mengemukakan
bahwa jeda waktu makan yang lama dan
ketidakteraturan makan berkaitan dengan
timbulnya gejala-gejala dIspepsia(10)
.
Selain itu, Krause M. (dalam Setyono, dkk,
2006) menyatakan bahwa perempuan lebih
mudah mengalami dispepsia dikarenakan
struktur tubuh yang kurang ideal. Krause
juga menambahkan bahwa masalah
kehamilan pada ibu hamil merupakan
penyebab tingginya prevalensi dispepsia.
Hal ini terjadi karena disebabkan oleh
tekanan dari bawah ke arah lambung
sehingga produksi asam lambung menjadi
meningkat(14)
.
Hasil penelitian juga menunjukkan
bahwa jenis keluhan dispepsia yang
dialami responden sangat bervariasi.
Kondisi tersebut dapat terlihat pada tabel
9, dimana keluhan yang paling banyak
dialami responden adalah cepat kenyang
dan rasa panas seperti terbakar didada
yaitu sebanyak 22,7% sedangkan keluhan
paling sedikit yaitu muntah sebanyak
7,3%. Hasil tersebut berbeda dengan
10
penelitian Annisa (2009) yang
mendapatkan bahwa sekitar 50,1% keluhan
nyeri epigastrium sebagai keluhan
terbanyak dan 6,8% keluhan muntah
sebagai keluhan yang paling sedikit(9)
.
Hubungan Pengetahuan Pola Makan
Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat hubungan antara pengetahuan pola
makan dengan kejadian sindroma dispepsia
pada responden. Dari hasil penelitian
tersebut didapatkan bahwa secara
persentase responden dengan pengetahuan
baik cenderung tidak menderita dispepsia
(64,1%) dibanding dengan yang menderita
dispepsia (35,9%). Sedangkan responden
dengan pengetahuan cukup cenderung
menderita dispepsia (59,2%) dibanding
dengan yang tidak menderita dispepsia
(40,8%). Hal ini menunjukkan bahwa
semakin baik pengetahuan responden
mengenai pola makan, maka semakin kecil
pula kemungkinan untuk terjadinya
sindroma dispepsia pada responden.
Pengetahuan dapat mempengaruhi
pembentukan perilaku atau tindakan
seseorang, dimana semakin baik
pengetahuan, semakin baik pula
perilakunya maka semakin kecil
kemungkinan untuk terjadinya suatu
penyakit. Oleh karena itu, pengetahuan
dapat digunakan sebagai parameter untuk
menentukan kesehatan masyarakat(13)
.
Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Zilmawati (dalam Gustin,
2011) menyatakan bahwa pengetahuan
mempunyai hubungan bermakna terhadap
gejala gastritis. Dengan adanya
pengetahuan tentang proses terjadinya
gastritis, faktor penyebab, perawatan/
pengobatan yang tepat, masalah gejala
gastritis yang dihadapi oleh setiap individu
dapat berkurang(16)
. Sebagaimana teori
yang telah disebutkan pada bab tinjauan
pustaka, gastritis merupakan salah satu
penyebab terjadinya dispepsia organik.
Dispepsia organik itu sendiri merupakan
dispepsia yang telah diketahui adanya
kelainan organik atau kerusakan organ
sebagai penyebabnya(5)
. Oleh karena itu
sangat penting untuk dapat mengetahui
serta memahami mengenai gejala-gejala
dispepsia, faktor penyebabnya, pengobatan
dan hal penting lainnya yang berhubungan
dengan dispepsia guna mencegah agar
tidak terjadinya dispepsia organik yang
dapat berakibat fatal bagi kesehatan dan
mengancam jiwa.
Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan yang peneliti miliki masih
terbatas, diikarenakan peneliti adalah
peneliti pemula yang masih banyak
kekurangan sehingga penelitian ini
masih jauh dari sempurna.
2. Penelitian ini hanya menilai satu faktor
independen yaitu pengetahuan pola
makan, sedangkan berdasarkan teori
masih terdapat beberapa faktor lain
yang juga turut mempengaruhi
terjadinya sindroma dispepsia.
3. Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah kuesioner. Dalam
penyusunan kuesioner peneliti tidak
menemukan standar baku, oleh
karenanya kuesioner disusun
berdasarkan kemampuan yang peneliti
miliki sesuai dengan teori-teori yang
terdapat pada buku, jurnal, dan sumber
bacaan lainnya. Tentunya hal ini dapat
mempengaruhi hasil penelitian.
4. Tempat penelitian (pesantren) yang
diteliti pada penelitian ini tidak dapat
mewakili semua pesantren yang
terdapat di Banda Aceh maupun Aceh
Besar. Oleh karenanya disarankan untuk
dapat melakukan penelitian lebih lanjut
agar penelitian ini lebih sempurna.
11
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan tentang hubungan
pengetahuan pola makan dengan kejadian
sindroma dispepsia pada remaja Madrasah
Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air
Aceh Besar, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebanyak 71 (64,5%) responden
memiliki pengetahuan pola makan
dalam kategori cukup.
2. Sebanyak 56 (50,9%) responden
mengalami sindroma dispepsia.
3. Terdapat hubungan antara pengetahuan
pola makan dengan kejadian sindroma
dispepsia pada remaja Madrasah Aliyah
Swasta Ulumul Quran Pagar Air Aceh
Besar.
Saran
Sesuai dengan kesimpulan maka
peneliti menyarankan beberapa hal sebagai
berikut:
1. Diharapkan kepada remaja Madrasah
Aliyah Swasta Ulumul Quran Pagar Air
Aceh Besar agar dapat meningkatkan
pengetahuan mengenai sindroma
dispepsia serta faktor-faktor
penyebabnya yang salah satunya adalah
pola makan guna terciptanya kualitas
hidup yang lebih baik.
2. Diharapkan kepada pihak sekolah dan
juga pesantren untuk dapat bekerjasama
dengan instansi kesehatan untuk
memberikan informasi-informasi yang
lengkap dan bermanfaat mengenai pola
makan yang dapat menyebabkan
munculnya gejala dispepsia dan faktor-
faktor lainnya yang dapat juga
menyebabkan terjadinya sindroma
dispepsia.
3. Diharapkan kepada tenaga kesehatan
untuk dapat meningkatkan penyuluhan
kesehatan kepada masyarakat guna
untuk menghindari faktor risiko
terjadinya sindroma dispepsia.
4. Perlunya dilakukan penelitian lanjutan
dengan menambahkan variabel-variabel
penelitian lainnya yang merupakan
bagian dari faktor risiko terjadinya
sindroma dispepsia.
DAFTAR PUSTAKA
1. Depkes RI. 2006. Pedoman Teknis
Penemuan dan Tatalaksana Penyakit
Hipertensi. Jakarta: Departemen
Kesehatan R.I. Hal 1.
2. Sujani, S., Priandarini, L. 2010. Cara
Cerdas Untuk Sehat. Jakarta: Trans
Media Pustaka. Hal 84-85.
3. Djojoningrat, D. 2010. Dispepsia
Fungsional. Dalam: Sudoyo, dkk
(eds) Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: InternalPublishing.
Hal 529-531.
4. Amini, E., Keshteli, A.H., Jazi,
M.S.H, Jahangiti, P., and Adibi, P.
2012. Dyspepsia In Iran.
Internasional Journal Preventive
Medicine 3 (3): S18-25.
5. Ghoshal, U., Singh, R., and Chang,
F. 2011. Epidemiology of
Uninvestigated And Functional
Dyspepsia In Asia: Facts And
Fiction. Journal of
Neurogastroenterology And Motility
(JNM) 17 (3): 235-244.
6. Simadibrata, M., Abdullah, M.,
Syam, A.F., Fauzi, A., Makmun, D.,
dan Manan, C. 2010. Dyspeptic
Syndrome In Urban Population In
Jakarta. The Indonesian Journal of
Gastroenterology, Hepatology and
Digestive Endoscopy 11 (3) : 66-70.
12
7. Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A.,
Denisova, D.V., Zavyalova, L.G.,
and Tereshonok, I.N. 2001.
Prevalence of Dyspepsia and Irritable
Bowel Syndrome Among
Adolescents of Novosibirsk, Western
Siberia. Internasional J
Circumpolar Health 60 (2): 253-7.
8. Maksum, S. 2009. Rahasia Sehat
Berkah Shalawat: Terapi Ampuh
Mencegah Dan Menyembuhkan
Penyakit. Yogyakarta: Best
Publisher. Hal 104.
9. Annisa. 2009. Hubungan
Ketidakteraturan Makan Dengan
Sindroma Dispepsia Remaja
Perempuan Di SMA Plus Al-Azhar
Medan. Skripsi.USU.
10. Reshetnikov, O.V., Kurilovich, S.A.
2007. Population-Based Study:
Mode of Dieting and Dyspepsia.
PubMed 76 (4): 35-7.
11. Khomsan, A. 2010. Pangan dan
Gizi Untuk Kesehatan. Jakarta:
Rajawali. Hal 103 dan 120.
12. Arikunto, S. 2010. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Hal 95.
13. Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu
Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta. Hal 27-29, 33, 79, 90.
14. Setyono, J., Prastowo, A., dan
Saryono. 2006. Karakteristik
Penderita Dispepsia di RSUD Prof.
Dr. Margono Soekarjo Purwokerto.
Jurnal Keperawatan Soedirman
(The Soedirman Journal of
Nursing) 1 (1) : 28.
15. Utomo, T. 2005. Health Quotient:
Cerdas Kesehatan Untuk Eksekutif.
Jakarta: Grasindo. Hal 12, 18, 19.
16. Gustin, R. 2011. Faktor-faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian
Gastritis Pada Pasien Yang Berobat
Jalan Di Puskesmas Gulai Bancah
Kota Bukittinggi Tahun 2011.
Skripsi.Universitas Andalas.