17
PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 1 ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI BERBASIS KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR SKRIPSI Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar OLEH: PEBRI NURRAMA YANTI A1D114038 JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JAMBI 2018

ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 1

ARTIKEL ILMIAH

PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI BERBASIS

KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

OLEH:

PEBRI NURRAMA YANTI

A1D114038

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2018

Page 2: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 2

PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI BERBASIS

KONTEKSTUAL PADA PEMBELAJARAN IPS

DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

OLEH:

PEBRI NURRAMA YANTI

NIM A1D114038

PGSD FKIP UNIVERSITAS JAMBI

ABSTRAK

Nurrama Yanti, Pebri. 2018. Pengembangan Media Monopoli Berbasis

Kontekstual Pada Pembelajaran IPs di Kelas IV Sekolah Dasar.

Skripsi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Ilmu Pendidikan, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Jambi. Dosen

Pembimbing (1) Drs. Arsil, M.Pd (2) Panut Setiono, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci : Media Monopoli, Pembelajaran IPS

Penggunaan media pembelajaran dalam pembelajaran IPS sangat

dibutuhkan. Dengan adanya media peserta didik dapat lebih memahami materi

yang disampaikan. Penggunaan media di sekolah hanya menggunakan buku.

Untuk itulah dikembangkan media monopoli, yaitu media yang menyajikan

keberagaman suku bangsa dan budaya di daerah Provinsi Jambi. Penelitian ini

bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk berupa media

monopoli berbasis kontekstual yang valid dan praktis.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian dan pengembangan. Model

pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini model pengembangan

intruksional (MPI) oleh Atwi Suparman yang terdiri dari 6 langkah yaitu,

melakukan analisis intruksional, mengidentifikasi karakteristik peserta didik,

menulis tujuan intruksional khusus (TIK), menyusun strategi intruksional,

mengembangkan bahan intruksional, dan melaksanakan evaluasi formatif. Subjek

penelitian dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IV SDN 121/1 Muara Singoan.

Hasil penelitian ini berupa media monopoli berbasis kontekstual pada

pembelajaran IPS di Kelas IV Sekolah Dasar yang valid dan praktis. Hasil validasi

oleh validator pembelajaran diperoleh rata-rata 3,8 termasuk kategori “valid”.

Hasil validasi oleh validator media diperoleh rata-rata 4,7 termasuk kategori

“sangat valid”. Setelah layak untuk diujicobakan, maka peneliti melakukan uji

coba lapangan dikelas IV dengan jumlah 6 peserta didik. Hasil angket respon

peserta didik memperoleh skor dengan rata-rata 4,32 dengan kategori “sangat

praktis”. Hasil angket respon guru memperoleh skor dengan rata-rata 4,3 dengan

kategori “sangat praktis”.

Kesimpulan penelitian ini adalah media monopoli berbasis kontekstual

layak untuk digunakan sebagai media pada pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah

Dasar.

Page 3: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 3

PENDAHULUAN

Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar tak lepas dari sarana dan prasarana

yang menunjang. Apabila sarana dan prasarana telah mencapai tingkatan lengkap

maka para peserta didik dapat belajar langsung secara mandiri. Dalam peraturan

Pemerintah No 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang

menyangkut standar sarana dan prasarana pendidikan secara nasional pada Bab

VII pasal 42 disebutkan bahwa: Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana

yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber

belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk

menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Salah satu sarana

yang dimaksut yaitu media, media merupakan sarana guru untuk menyampaikan

pembelajaran kepada peserta didik. Menurut Bovee (Arsyad, 2009:3) bahwa

“media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara hafiah berarti tengah,

perentara, pengantar”. Selain dari itu, hal ini sejalan dengan pendapat Sadiman,

dkk (2011:6) bahwa “media merupakan bentuk jamak yang berarti perantara atau

pengantar”. Maka dari itu pembelajaran IPS di Sekolah Dasar juga memerlukan

media untuk menunjang suatu proses pembelajaran.

Dari penyajian buku oleh guru materi yang diajarkan khususnya Suku

Bangsa dan Budaya masih dalam cakupan luas. Berdasarkan Kompetensi Dasar

1.4 yaitu menghargai keberagaman Suku Bangsa dan Budaya setempat

(Kabupaten/Kota, Provinsi), disana telah dijelaskan bahwa Kompetensi Dasar

lebih mengacu pada tempat tinggal peserta didik. Maka dari itu, seharusnya guru

lebih mengutamakan materi Suku Bangsa dan Budaya yang ada di Provinsi Jambi.

Daryanto (2013:35) menyatakan bahwa “perkembangan karakteristik

peserta didik pada usia (7-11 tahun) berada pada tahap operasional konkret”.

Proses belajar beranjak dari hal-hal yang nyata bisa dilihat, diraba, dibaui, dan

dirasa. Untuk mewujudkan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dan

karakteristik peserta didik maka diperlukan media yang berbasis kontekstual.

Salah satu media yang dipakai guru seperti buku paket, peta, globe, adalah

media yang umum, sehingga penggunaan media belum sesuai dengan kompetensi

dan karakteristik peserta didik. Maka dari itu, upaya yang dilakukan adalah

membuat media yang menarik sesuai dengan apa yang peserta didik butuhkan.

Media monopoli banyak dikembangkan, karena media monopoli selain

memberikan suatu pembelajaran disana juga terdapat permainan untuk membuat

proses belajar peserta didik menjadi lebih menyenangkan. Media monopoli ini

berisikan keberagaman suku bangsa dan budaya yang ada di Provinsi Jambi,

Sejalan dengan penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan oleh Dwiputra

(2016) bahwa “media monopoli pada tahap uji lapangan operasional, dengan

subjek penelitian 20 orang siswa mendapatkan presentase nilai 98,1 % (layak)”.

Hal tersebut menjelaskan bahwa media monopoli sebagai media pembelajaran

yang layak dan cocok untuk digunakan.

KAJIAN TEORITIK

Penelitian dan Pengembangan (R & D)

Penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan

metode penelitian yang dilakukan untuk mengembangkan atau menghasilkan

suatu produk yang dirancang guna memperbaiki permasalahan pembelajaran.

Page 4: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 4

Sejalan dengan pendapat Putra (2013:67) bahwa “metode penelitian dan

pengembangan (Research and Development) didefinisikan sebagai metode

penelitian yang secara segaja, sistematis, bertujuan/diarahkan untuk mencari

temuan, merumuskan, memperbaiki, mengembangkan, menghasilkan, menguji

keefektifan produk, model, metode/strategi/cara, jasa, prosedur tertentu yang

lebih unggul, baru, efektif, produktif, dan bermakna.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat di simpulkan bahwa

penelitian dan pengembangan merupakan suatu cara yang di lakukan untuk

mengembangkan suatu produk yang mana digunakan untuk mengatasi

masalah pembelajaran agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara

efektif dan efisien.

Media Pembelajaran

Secara umum media merupakan kata jamak dari medium yang berarti

perantara atau pengantar. Menurut Arsyad (2009:3) bahwa “media adalah

pengantar atau perentara pesan dari pengirim kepada penerima pesan”. Sedangkan

menurut Asyhar (2011:5) bahwa “media pembelajaran memiliki peran yang

sangat penting, yaitu suatu sarana atau perangkat yang berfungsi sebagai perantara

atau saluran dalam suatu proses komunikasi antara komunikator dan komunikan”.

Lain halnya dengan pendapat Sadiman, dkk (2011:7) bahwa “media adalah

segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke

penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta

perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi”.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa

media pembelajaran merupakan alat atau benda yang dipakai oleh guru untuk

mengajar siswa hingga proses belajar dapat mencapai tujuan yang telah

ditentukan. Mengingat banyaknya macam dari media tersebut guru harus pandai

dalam menentukan media yang akan diterapkan sesuai dengan karekteristik dan

kegunaannya di kelas.

Jenis-Jenis Media Pembelajaran

Banyaknya media yang ditampilkan oleh guru, maka media pun juga

dibagi menjadi beberapa jenis. Diantaranya media visual yaitu media yang bisa

dilihat dan diraba, selanjutnya media audio dimana media ini bisa didengar

dengan alat indera manusia, dan yang terakhir media audio visual dimana media

yang terakhir ini media yang bisa dilihat dan didengar.

Menurut Asyhar (2012:44) “pada dasarnya semua media dapat

dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu media visual, media audio, media

audio visual, dan multimedia”.

Fungsi Media Pembelajaran

Fungsi media dalam kegiatan pembelajaran merupakan cara atau proses

yang digunakan untuk kegiatan pembelajaran tersebut. Selain itu fungsi media

juga menjadi bagian yang sangat menentukan efektifitas dan efisiensi pencapaian dari tujuan pembelajaran.

Menurut “Asyhar dan Khairinal (2010:12) bahwa media pembelajaran

mempunyai lima fungsi utama yakni sebagai sumber belajar, fungsi semantik,

fungsi manipulatif, fiktatif, distributif, fungsi psikologis, dan fungsi sosio –

kultural”.

Page 5: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 5

Pengembangan Media Pembelajaran

Saat ingin melakukan suatu pengembangan media, maka hendaknya

didukung oleh isi bahan pelajaran atau materi yang ada di dalam nya dan cara

bagaimana kemudahan untuk memperolehnya, selain itu juga harus disesuaikan

dengan karakteristik peserta didik. Hal tersebut berguna untuk ketercapaian suatu

proses belajar peserta didik. Media yang baik akan membuat peserta didik tertarik

dan terangsang untuk keingintahuan terhadap materi pembelajaran.

Menurut Susilana (2009: 26) adapun langkah-langkah perencanaan media

yaitu: “1) identifikasi kebutuhan dan karekteristik siswa; 2) perumusan tujuan

instruksional; 3) perumusan butir-butir materi yang terperinci; 4) mengembangkan

alat pengukur keberhasilan; 5) menuliskan naskah media; 6) merumuskan

instrumen dan teks naskah revisi”. Penjelasan yang telah dipaparkan termasuk

cara mudah guru untuk melakukan perencaanaan pada saat hendak membuat suatu

media. Selain itu menurut Asyhar (2012:81) kriteria media pembelajaran yang

baik perlu diperhatikan dalam proses pemilihan media yaitu: “1) jelas dan rapi; 2)

bersih dan menarik; 3) cocok dan sasaran; 4) relevan dengan topik yang diajarkan;

5) sesuai dengan tujuan pembelajaran; 6) praktis, luwes dan tahan; 7) berkualitas

baik; 8) ukurannya sesuai dengan lingkungan belajar”. Jadi dalam melakukan

penelitian dan pengembangan diperlukan identifikasi dari beberapa faktor, antara

lain karakteristik siswa, kebutuhan siswa, serta merumuskan tujuan dilakukannya

suatu pengembangan. Setelah tahap analisis maka langkah selanjutnya adalah

merancang media yang akan dikembangkan dan melakukan evaluasi serta revisi

setelah produk dihasilkan.

Pengertian Media Monopoli

Pengertian media monopoli menurut Santoso (Allukmana, 2015:29) adalah

“salah satu jenis permainan ketangkasan dalam berstrategi”. Selain itu dalam

penelitian dan pengembangan ini, media monopoli merupakan alat bantu guru

yang berupa permainan, dimana monopoli banyak dikenali oleh anak-anak baik di

kota maupun di desa, sehingga pada saat pembelajaran dimasukan kedalam

permainan tersebut anak akan tertarik untuk mengikuti suatu proses pembelajaran.

Media monopoli ini kebanyakan di tampilkan dengan kertas. Akan tetapi, akan

dibuat perbedaan nya dengan menggunakan papan sehingga tampilannya tidak

lunak dan mudah dirobek seperti alat permaianan monopoli biasanya. Tujuan dari

permainan ini yaitu bagaimana mengumpulkan kekayaan sebanyak–banyak nya

dari semua petak.

Media monopoli yang telah dikemas diharapkan dapat membantu proses

pembelajaran IPS pada materi Suku Bangsa dan Budaya yang biasanya guru

hanya menggunakan buku sebagai sumber belajar. Maka dari itu, dapat

disimpulkan bahwa media monopoli merupakan permaianan anak yang disajikan

untuk membantu guru pada proses pembelajaran sehingga anak lebih senang dan

tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Peralatan Permainan Monopoli

Untuk memainkan media yang dihasilkan tersebut, tentunya terdapat

beberapa alat yang digunakan. Menurut Husana (Suprapto, 2013:40) untuk

memainkan monopoli membutuhkan “bidak-bidak untuk mewakili pemain, dua

Page 6: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 6

buah dadu berisi enam, kartu hak milik untuk setiap properti, papan permainan

dengan petak-petak”.

Pada penelitian dan pengembangan ini, peralatan permainan monopoli

dimodifikasi sesuai dengan media yang akan dibuat, antara lain: 1) Gambar

monopoli yang setiap kolomnya menyajikan nama kabupaten yang ada di Provinsi

Jambi, kolom hanya lewat, kolom bebas memilih, kolom masuk penjara, kolom

start, dan kartu soal; 2) Dadu sebagai alat yang berisikan angka untuk

menunjukkan berapa lompatan yang akan ditempuh; 3) Tempat dadu; 4) Pion

berbentuk stupa yang ada di candi Muaro Jambi. Pion ini digunakan untuk

mewakili pemain untuk melompat pada kotak-kotak monopoli; 5) Kartu skor yang

dibuat menggunakan aplikasi Microsoft word dan dicetak menggunakan kertas

buffalo yang diberi angka, kartu skor ini diperoleh jika pemain dapat menjawab

kartu soal dengan benar, kemudian kartu skor berguna untuk membeli kartu

kabupaten; 6) Kartu soal yang dibuat menggunakan aplikasi Microsoft word dan

dicetak menggunakan kertas buffalo; 7) Selanjutnya kartu kabupaten berisikan

suku-suku, makanan, dan tarian yang ada ditiap kabupaten yang ada di Provinsi

Jambi.

Pembelajaran Kontekstual

Kontekstual atau sesuai dengan konteks dan kenyataan dunia peserta didik

dapat mempermudah dalam proses pembelajaran, media monopoli yang

didalamnya berisikan pembahasan suku bangsa dan budaya di Provinsi Jambi

merupakan bagian dari kontekstual dilihat dari dekatnya dengan lingkungan

peserta didik. Menurut Nurhadi (Rusman, 2014:189) bahwa “pembelajaran

kontekstual merupakan konsep belajar yang tepat membantu guru mengaitkan

antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong

siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan

penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan

masyarakat”. Sedangkan menurut Blanchard (Al-Tabany, 2014:139) bahwa

“pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam hubungan

yang erat dengan pengalaman sesungguhnya”.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kontekstual

Pembelajaran kontekstual merupakan satu konsep pembelajaran yang

bertujuan untuk membantu guru dalam menyampaikan suatu proses pembelajaran.

Dalam pembelajaran kontekstual tentunya terdapat beberapa langkah-langkah

untuk terwujudnya pembelajaran yang kontekstual. Langkah-langkah tersebut

telah banyak dipaparkan dibeberapa buku, salah satunya yaitu:

Menurut Rusman (2014:192) langkah-langkah pembelajaran kontekstual

sebagai berikut : “1) Mengembangkan pikiran siswa untuk melakukan kegiatan belajar lebih

bermakna, apakah dengan belajar sendiri, menemukan sendiri, dan mengonstruksi

sendiri pengetahuan dan keterampilan baru yang akan dimilikinya; 2)

Melaksanakan sejauh mungkin kegiatan inquiry untuk semua topik yang

diajarkan; 3) Mengembangkan sifat ingin tahu siswa melalui memunculkan

pertanyaan-pertanyaan; 4) Menciptakan masyarakat belajar, seperti melalui

kegiatan kelompo, berdiskusi, tanya jawab, dan lain sebagainya; 5) Menghadirkan

model sebagai contoh pembelajaran, bisa melalui ilustrasi, model, bahkan media

Page 7: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 7

yang sebenarnya; 6) Membiasakan anak untuk melakukan refleksi dari setiap

kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan; 7) Melakukan penilaian secara

objektif, yaitu menilai kemampuan yang sebenarnya pada setiap siswa”.

Pengertian Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Definisi Ilmu Pengetahuan Sosial menurut Pargito (Daryanto, 2014:64)

bahwa “pendidikan IPS di Sekolah adalah mata pelajaran atau bidang kajian yang

mendudukkan konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan

pendidikan dan pertimbangan psikologis perkembangan peserta didik dan beban

waktu kurikuler untuk program pendidikan”. Sedangkan menurut Chan, dkk

(2010:1) bahwa IPS adalah “bidang studi yang mempelajari, menelaah,

menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari

berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan”.

Dengan demikian, dapat disimpulkan definisi dari Ilmu Pengetahuan

Sosial (IPS) adalah pembelajaran yang menyajikan materi atau konsep yang

berkaitan dengan kehidupan sosial masyarakat baik individu maupun kelompok.

Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan mata pelajaran yang memadukan

konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan

dan psikologis. Menurut Salam, dkk. (2016:1-2) bahwa “untuk Sekolah Dasar IPS

merupakan perpaduan mata pelajaran dari berbagai ilmu sosial sejarah, geografi,

ekonomi, sosiologi, dan antropologi yang berkenaan dengan kehidupan manusia

yang melibatkan segala macam tingkah laku dan kebutuhannya”.

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa ruang lingkup IPS terdiri

dari beberapa konsep ilmu sosial yang dipadukan. Hal tersebut untuk mengatasi

masalah kehidupan yang setiap harinya bisa berubah-ubah sesuai dengan

perkembangan zaman.

Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Pada dasarnya tujuan dari pembelajaran IPS adalah membantu peserta

didik untuk menghadapi permasalahan yang terkait dengan kehidupan sehari-hari.

Menurut Chan, dkk (2010:3) tujuan pembelajaran IPS di SD adalah: “1) Membekali anak didik dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam

kehidupannya kelak di masyarakat; 2) Membekali anak didik dengan kemampuan

identifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial

yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat; 3) Membekali anak didik dengan

kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai

bidang keilmuan serta bidang keahlian; 4) Membekali anak didik dengan

kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan

lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut; 5) Membekali

anak didik dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS

sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan

tekhnologi”.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari pembelajaran

IPS di Sekolah Dasar yaitu sebagai bekal hidup peserta didik untuk menjalankan

kewajibannya sebagai makhluk sosial sekaligus untuk mengatasi permasalahan

sosial sesuai dengan perkembangan hidupnya dalam masyarakat.

Page 8: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 8

Karakteristik Peserta Didik Sekolah Dasar

Tahap perkembangan intelektual tiap anak selalu mengikuti tahapan-

tahapan yang ada mulai dari sensorimotor hingga operasi formal. Siswa Sekolah

Dasar kelas I-VI memiliki tingkatan intelektual operasional konkret. Hal ini

merujuk pada pendapat Muhibin (1995) dalam Majid (2014:8) “perkembangan

intelektual siswa sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret (7-11

tahun) yang ditandai oleh kemampuan berpikir konkret dan mendalam, mampu

mengklasifikasikan dan mengontrol persepsinya. Pada tahap ini, perkembangan

kemampuan berpikir siswa sudah mantap, kemampuan skema asimilasinya sudah

tinggi dalam melakukan suatu koordinasi yang konsisten antar skema”.

Menurut Munadi (2012:187) “karakteristik siswa adalah keseluruhan pola

kelakuan dan kemampuan yang ada pada siswa sehingga menentukan pola

akfivitas dari pembawaan dan pengalamannya sehingga menentukan pola aktivitas

dalam meraih cita-cita”. Dapat disimpukan, karakteristik siswa sekolah dasar juga

dipengaruhi oleh perkembangan intelektual yang dimilikinya. Karena itu, guru

harus mampu mendorong potensi-potensi yang dimiliki siswa agar dapat

berkembang dengan baik.

METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

Model Pengembangan

Model pengembangan intruksional (MPI) yang dikembangkan oleh Atwi

Suparman, yang terdiri dari 3 tahap, namun dari beberapa tahap dijabarkan lagi

menjadi beberapa langkah. Pertama tahap mengidentifikasi yaitu mengidentifikasi

kebutuhan intruksional dan menulis tujuan intruksional umum, melakukan analisis

intruksional, mengidentifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta didik.

Selanjutnya tahap kedua mengembangkan yaitu menulis tujuan intruksional

khusus, menyusun alat penilaian hasil belajar, menyusun strategi intruksional,

mengembangkan bahan intruksional, dan tahap ketiga mengevaluasi atau merevisi

yaitu menyusun desain dan melaksanakan evaluasi formatif, sistem intruksional,

implementasi serta evaluasi sumatif dan difusi inovasi.

Menurut Kusumaningrum (2017) dengan menggunakan model MPI ini

“pembelajaran dapat didesain dengan baik sesuai dengan karakter peserta didik,

pengajar harus menganalisis terlebih dahulu kebutuhan mahasiswa/siswa sebelum

menentukan bahan pelajaran, juga memberikan negative and positive

reinforcement untuk memacu peserta didik agar dapat meningkatkan hasil

belajarnya”.

Prosedur Pengembangan

Pada Penelitian dan pengembangan yang dilakukan di SDN No 121/1

Muara Singoan pada kelas IV Sekolah Dasar, peneliti hanya menggunakan 6

langkah saja, dikarenakan 6 langkah tersebut sudah dapat mencapai rumusan

masalah yang telah ditetapkan. . Keenam langkah tersebut yaitu: melakukan

analisis intruksional, mengidentifikasi karakteristik peserta didik, menulis tujuan

intruksional khusus (TIK), menyusun strategi intruksional, mengembangkan

bahan intruksional, dan melaksanakan evaluasi formatif.

Page 9: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 9

Subjek Uji Coba

Subjek uji coba pada penelitian dan pengembangan ini yaitu peserta didik

kelas IV Sekolah Dasar. Uji coba yang dilakukan yaitu uji coba kelompok kecil

yang dilakukan oleh 6 peserta didik dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

Jenis Data

Data-data yang dikumpulkan melalui pelaksanaan evaluasi formatif

dikelompokan mejadi dua bagian yaitu data dari evaluasi tahap pertama pada

validasi ahli materi dan validasi ahli media pembelajaran. Tahap kedua data dari

hasil uji coba. Seluruh data yang diperoleh di kelompokan menurut sifatya

menjadi dua yaitu data kualitatif dan data kuantitatif.

Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data merupakan alat ukur yang digunakan dalam

sebuah penelitian. Alat tersebut berupa angket dengan menggunakan skala likert.

Menurut Riduwan, (2013:12) “skala likert digunakan untuk mengukur sikap,

pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala

sosial”.

Dalam penelitian dan pengembangan ini angket yang diberikan kepada

responden dengan alternatif jawaban yang sudah ditentukan yaitu sangat setuju

(SS), setuju (S), kurang setuju (KS), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju

(STS).

1. Instrumen Validasi

Instrumen atau alat ukur penilaian untuk validator para ahli berupa produk

yang akan digunakan divalidasi oleh validator pembelajaran dan validator media

apakah produk yang dikembangkan sudah layak digunakan atau belum.

2. Instrumen Kepraktisan Data kepraktisan penggunaan produk diperoleh dari angket siswa dan

guru. Jenis angket yang digunakan yaitu angket tertutup. Angket tertutup adalah

angket yang didalamnya terdapat alternatif jawaban yang telah ditentukan peneliti

namun responden bisa memberikan komentar atau saran pada kolom yang telah

disediakan.

Teknik Analisis Data

1. Analisis Kevalidan

Untuk menentukan tingkat interval skor dan kategori, maka digunakan

ketentuan konversi nilai sebagai berikut:

Tabel 3.5 Konversi Nilai Skala Lima

Interval Kategori

X > Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

X Sangat Kurang

Sumber: Anita, dkk (2015:171-178)

Page 10: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 10

Selanjutnya untuk menentukan kelas interval, maka dilakukanlah

penghitungan dari ketentuan di atas sebagai berikut:

Diketahui:

Skor maksimal ideal : 5

Skor minimal ideal : 1

Rerata ideal ( ) :

(5 + 1) = 3

Simpangan Baku ideal (SBi) :

(5 - 1) = 0,67

Ditanyakan:

Interval skor sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik, dan sangat kurang

baik?

Jawaban:

Kategori sangat baik = X > + 1,80 SBi

= X > 3 + (1,80 . 0,67)

= X > 3 + (1,21)

= X > 4,21

= 4,22 – 5,00

Kategori baik = + 0,60 SBi < X ≤ + 1,80 SBi

= 3 + (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (1,80 . 0,67)

= 3 + (0,40) < X ≤ 3 + (1,21)

= 3,40 < X ≤ 4,21

= 3,41 – 4,21

Kategori cukup baik = - 0,60 SBi < X ≤ + 0,60 SBi = 3 - (0,60 . 0,67) < X ≤ 3 + (0,60 . 0,67)

= 3 - (0,40) < X ≤ 3 + (0,40)

= 2,60 < X ≤ 3,41

= 2,61 – 3,40

Kategori kurang baik = - 1,80 SBi < X ≤ - 0,60 SBi

= 3 - (1,80 . 0,67) < X ≤ 3 - (0,60 . 0,67)

= 3 - (1,21) < X ≤ 3 - (0,40)

= 1,79 < X ≤ 2,60

= 1,80 – 2,60

Kategori sangat kurang baik = X ≤ - 1,80 SBi

= X≤ 3 – (1,80 . 0,67)

= X ≤ 3 – (1,21)

= X ≤ 1,79

Selanjutnya, dilakukanlah perhitungan data yang diperoleh dari angket

para ahli untuk mengetahui tingkat kevalidan media dan kevalidan pembelajaran.

Perhitungan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

R = Rerata hasil penilaian para ahli/praktisi

Vij = Skor hasil penilaian para ahli/praktisi ke-j kriteria

n = Banyaknya para ahli/praktisi yang menilai

m = Banyaknya kriteria

Page 11: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 11

Untuk melihat interval skor dan kategori kevalidan media monopoli

berbasis kontekstual yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.6 Interval skor dan kategori

Interval Skor Kategori

4,22 – 5,00 Sangat Valid

3,41 – 4,21 Valid

2,61 – 3,40 Cukup Valid

1,80 – 2,60 Kurang Valid

0 – 1,79 Sangat Kurang Valid

2. Analisis Kepraktisan

Data uji kepraktisan atau angket respon guru dan peserta didik disusun

dalam bentuk skala likert. Berikut ini adalah bobot penilaian pernyataan pada

angket. Tabel 3.7 Bobot Penilaian Terhadap Pernyataan pada Angket

Pernyataaan Positif Pernyataan Negatif

Sangat Setuju (SS) dengan bobot 5 Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot 5

Setuju (S) dengan Bobot 4 Tidak Setuju (TS) dengan bobot 4

Cukup dengan Bobot 3 Cukup dengan Bobot 3

Tidak Setuju (TS) dengan bobot 2 Setu ju (S) dengan Bobot 2

Sangat Tidak Setuju (STS) dengan bobot 1 Sangat Setuju (SS) dengan bobot 1

(Sumber: Riduwan, 2012)

Selanjutnya, penilaian terhadap kepraktisan produk dianalisis sebagai

berikut:

Nilai maksimal (α) = 5×10 = 50

Nilai minimal (ƅ) = 1×10 = 10

Untuk mencari kelas interval kepraktisan yaitu digunakan rumus sebagai

berikut:

Keterangan:

= kelas interval α = Nilai maksimal

ƅ = Nilai minimal

5 = skor penilain tertinggi

10 = banyaknya pernyataan

Berdasarkan kelas interval tingkat kepraktisan yang diperoleh ditetapkan

kriteria seperti berikut: Tabel 3.8 Rentang Skor Penilaian Kepraktisan

Rentang Kategori

>42-50 Sangat Praktis

>34-42 Praktis

>26-34 Cukup Praktis

>18-26 Tidak Praktis

10-18 Sangat Tidak Praktis

(Sumber: Riduwan, 2012)

Page 12: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 12

Selanjutnya setiap nilai rentang dibagi dengan banyaknya pernyataan yaitu

10 untuk mengetahui rentang skornya. Adapun kategori skor penilaian kepraktisan

didapatkan sebagai berikut: Tabel 3.9 Kategori Skor Penilaian Kepraktisan

Rentang Kategori

>4,2-5 Sangat Praktis

>3,4-4,2 Praktis

>2,6-3,4 Cukup Praktis

>1,8-2,6 Tidak Praktis

1-1,8 Sangat Tidak Praktis

(Sumber: Riduwan, 2012)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Proses Pengembangan Produk

Produk yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah media monopoli

berbasis kontekstual pada materi keberagaman suku bangsa dan budaya untuk

kelas IV Sekolah Dasar. Pengembangan media ini menggunakan langkah-langkah

model pengembangan intruksional sebagai berikut:

1. Melakukan Analisis Intruksional

Hal yang dianalisis yaitu kurikulum KTSP 2006 yang didalamnya terdapat

Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan dilanjutkan dengan

menentukan indikator.

2. Mengidentifikasi Karakteristik Peserta Didik

Peserta didik kelas IV Sekolah Dasar berada dalam tahap operasional

konkret (usia 7-11 tahun), dengan demikian dalam memberikan pembelajaran

guru diharapkan lebih mengarahkan pada alat peraga atau media yang lebih

konkret. Untuk mencapai konsep pembelajaran menjadi konkret adalah ketika

anak aktif menemukan sendiri dari pengalaman belajarnya. Sesuai dengan teori

yang dikemukan oleh Piaget yang diharapkan seorang guru mampu membuat

media yang menarik perhatian peserta didik. Media yang sederhana dan dekat

dengan dunia peserta didik dapat digunakan untuk menjelaskan materi yang sesuai

dengan karakteristiknya.

3. Menulis Tujuan Intruksional Khusus

Perumusan TIK ini mengandung satu pengertian atau tidak mungkin

ditafsirkan ke dalam pengertian yang lain. Untuk itu TIK dirumuskan dalam

bentuk kata kerja yang dapat dilihat oleh mata dan dapat diukur pencapaiannya

dengan tes atau alat pengukur yang lain.

4. Menyusun Strategi Intruksional

Strategi yang dilakukan peneliti disusun dan terarah dari semua keputusan

penyusunan strategi adalah pencapaian tujuan, sehingga penyusunan langkah-

langkah pembelajaran sebagai berikut: Kompetensi Dasar, indikator, tujuan,

materi pokok, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu, sumber/alat belajar.

5. Mengembangkan Bahan Intruksional

Page 13: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 13

Setelah menyusun strategi, dilanjutkan pada tahapan mengembangkan

bahan intruksional guna membuat media.

6. Melaksanakan Evaluasi Formatif

Pada tahapan melaksanakan evaluasi formatif dalam penelitian dan

pengembangan ini berguna untuk mengetahui kualitas produk yang telah

dikembangkan. Evaluasi formatif dalam penelitian ini adalah validasi dari para

ahli pembelajaran, ahli media, serta respon dari guru dan peserta didik.

Hasil Penelitian dan Pengembangan

Hasil Validasi

1. Validasi Ahli Pembelajaran

Hasil validasi pertama memperoleh 2,7 dalam kategori “cukup valid”.

Hasil ini menunjukkan bahwa media monopoli perlu divalidasi ulang dikarenakan

ada beberapa poin yang tidak memenuhi aspek penilaian yaitu poin nomor 3, 4,

dan 6 dengan saran validator perbaiki bagian yang direvisi. Selanjutnya pada

validasi kedua memperoleh nilai rata-rata 3,8 dengan kategori “valid”. Hasil ini

menunjukkan bahwa media monopoli bisa diuji cobakan pada kelompok kecil

tanpa revisi.

2. Validasi Ahli Materi

Hasil validasi ahli media tahap pertama di atas diperoleh rata-rata 4,0

maka produk ini termasuk dalam kategori “valid”. Akan tetapi validator

menyarankan pada poin nomor 1, 7, 8, dan 11 untuk diperbaiki sehingga harus

dilakukan validasi kembali. Selanjutnya pada validasi kedua setelah melakukan

perbaikan sesuai dengan saran validasi pertama, didapatlah nilai rata-rata 4,7

termasuk kategori “sangat valid”. Hasil ini menunjukkan bahwa media monopoli

sudah bisa dilanjutkan uji coba kelompok kecil.

Hasil Uji Kepraktisan

1. Uji Kepraktisan Peserta Didik

Data uji coba media monopoli oleh 6 peserta didik di kelas IV SDN No

121/1 Muara Singoan mengisi angket dengan jumlah 25,9 yang jika dirata-ratakan

memperoleh skor 4,31 dengan kategori “sangat praktis”.

2. Uji Kepraktisan Guru

Penilaian guru wali kelas IV dengan rata-rata 4,3 termasuk kategori

“sangat praktis”. Berdasarkan hasil penilaian dari guru dan peserta didik tersebut,

sehingga dapat dikatakan produk yang dikembangkan layak digunakan sebagai

media yang menjadi salah satu sumber pembelajaran.

Revisi Produk

1. Ahli Pembelajaran

Revisi tahap I, revisi dilakukan sesuai dengan komentar dan saran yang

diberi ahli pembelajaran yaitu perbaikan RPP agar lebih memperhatikan langkah-

langkah yang ada di kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Page 14: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 14

Revisi tahap II dilakukan sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli

pembelajaran pada saat validasi pertama. Peneliti melakukan perbaikan pada

langkah-langkah RPP, yaitu RPP yang dibuat lebih memfokuskan kepada kegiatan

untuk mencapai tujuan.

2. Ahli Media

Revisi tahap I dilakukan sesuai dengan saran dan komentar yaitu pada

media warna pada tulisan dibuat warna putih, kartu media monopoli validator

menyarankan untuk dilaminating agar kartu tersebut dapat tahan lama bisa dipakai

berulang-ulang, pemberian warna pada pion selanjutnya pada kartu kabupaten

diberikan sumbernya.

Revisi tahap II, revisi dilakukan sesuai dengan saran yang diberikan pada

validasi pertama yaitu kartu monopoli dilaminating dan diberikan sumbernya.

Kemudian validator menyatakan media yang sudah direvisi layak untuk diuji

cobakan.

Kajian Produk yang Sudah di Revisi

1. Media monopoli berukuran 29,7 cm x 42 cm, didesain menggunakan photo

shop dan dicetak dengan kertas stiker selanjutnya ditempelkan dengan triplek

sebagai alas media dengan ukuran yang sama. Media monopoli berwarna biru

sebagai bentuk keteduhan dan kebersihan dari suatu media sehingga pada saat

peserta didik menggunakan media akan memberikan kesan secara khusus

sehingga termotivasi untuk belajar. Selanjutnya warna pada tulisan kolom

kabupaten diberi warna putih agar lebih jelas untuk dibaca oleh peserta didik.

Sesuai dengan pendapat Smaldino et al dalam Setiono (2014:117) bahwa

“warna berfungsi meningkatkan retensi/meningkatkan motivasi agar

perhatian peserta didik lebih fokus”. Media monopoli berisikan 11 kolom

kota dan kabupaten, selanjutnya 1 kolom kartu soal, 1 kolom start, 1 kolom

hanya lewat, 1 kolom bebas memilih, dan 1 kolom masuk penjara.

2. Pion dari bubutan kayu yang berbentuk stupa candi Muaro Jambi diberikan

warna-warni sebagai pembeda pemain satu dengan yang lainnya.

3. Dadu yang berbentuk persegi terbuat dari bubutan kayu dan diberikan tanda

titik sebagai simbol dari angka 1, 2, 3, 4, 5, dan 6.

4. Tempat dadu yang terbuat dari triplek dan diberikan warna putih.

5. Kartu skor, yang didesain menggunakan microsoft word dan selanjutnya

dicetak menggunakan kertas buffalo. Kartu skor di dalamnya terdapat skor 5

dengan gambar suku kubu, skor 10 gambar suku bajau, skor 20 gambar

kompangan, skor 50 gambar alat musik serdam, dan terakhir skor 100 gambar

alat musik kolintang. Tiap kartu skor dilaminating agar lebih tahan dan tidak

mudah rusak.

6. Kartu kabupaten, yang didesain menggunakan microsoft word dan

selanjutnya dicetak menggunakan kertas buffalo, kartu kabupaten juga

dilaminating agar lebih tahan serta diberi sumbernya agar info yang ada pada

kartu kabupaten lebih akurat. Kartu kabupaten berjumlah 11 yaitu 2 kota dan

9 kabupaten. Isi di dalam kartu kabupaten adalah info tentang suku apa saja

yang ada dikabupaten tersebut dan dilengkapi dengan kebudayaan dari daerah

tersebut berupa makanan khas dan tarian.

Page 15: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 15

7. Kartu soal, yang didesain menggunakan microsoft word dan selanjutnya

dicetak menggunakan kertas buffalo. Kartu soal dilaminating agar tahan dan

jumlah dari kartu soal ada 6.

8. Buku petunjuk, yang dibuat menggunakan aplikasi microsoft word dan

dicetak menggunakan kertas buffalo berwarna putih. Bagian buku petunjuk

terdiri dari sampul depan, isi yang terdiri dari 13 petunjuk penggunaan media

monopoli, dan sampun belakang.

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah dalam penelitian dan

pengembangan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: Pengembangan ini

menghasilkan media monopoli berbasis kontekstual yang diperoleh dari prosedur

pengembangan model intruksional dengan tahapan analisis intruksional,

mengidentifikasi karakteristik peserta didik, menulis tujuan intruksional khusus,

menyusun strategi intruksional, mengambangkan bahan intruksional, dan

melaksanakan evaluasi formatif.

1. Pengembangan media monopoli berbasis kontekstual dinyatakan layak

untuk digunakan pada pembelajaran. Hasil validasi pembelajaran

dengan rata-rata 3,8 dalam kategori “valid”, selanjutnya validasi media

dengan rata-rata 4,7 dikategorikan “sangat valid”.

2. Kepraktisan pada penelitian dan pengembangan ini yaitu mudah

digunakan oleh guru maupun peserta didik. Hasil respon peserta didik

dengan kategori “sangat praktis” dengan rata-rata yang didapatkan

adalah 4,32. Hasil angket respon guru yaitu memperoleh skor dengan

rata-rata 4,3 termasuk kategori “sangat praktis”.

Dari hasil yang telah didapatkan media monopoli berbasis kontekstual

yang dikembangkan sudah dapat digunakan dalam pembelajaran. Media ini dapat

membantu guru maupun peserta didik dalam berproses pada saat pembelajaran

IPS materi suku bangsa dan budaya di kelas IV Sekolah Dasar.

Implikasi

Hasil penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan menunjukkan

bahwa produk media monopoli berbasis kontekstual dapat membantu guru dalam

menjelaskan materi suku bangsa dan budaya sesuai dengan kompetensi dasar

yaitu tentang menghargai kebergaman suku bangsa dan budaya di daerah

lingkungan kabupaten/kota atau provinsi. Dengan demikian, media monopoli

dapat menunjang proses pembelajaran IPS di kelas IV Sekolah Dasar.

Saran

Berdasarkan hasil dari penelitian dan pengembangan yang telah dilakukan

maka saran dari peneliti adalah:

1. Media Monopoli berbasis kontekstual dapat dikembangkan lagi untuk

materi IPS lainnya namun perlu dilakukan analisis kurikulum dan

karekteristik peserta didik terlebih dahulu

Page 16: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 16

2. Ketersedian media pembelajaran yang berkualitas dapat menunjang

sebuah proses pembelajaran dan meningkatkan antusias peserta didik

3. Penulis menyarankan kepada kelompok kerja guru (KKG) agar saling

mengayomi untuk mempersiapkan pengembangan media pembelajaran

yang dapat digunakan pada proses pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Allukmana, R. 2015. Keefektifan Media Permainan Monopoli terhadap

Keterampilan Berbicara Bahasa Arab Siswa Kelas VIII MTs Negeri 1

Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Skripsi. Universitas Negeri Semarang

Arsyad, Azhar. 2009. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers

Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Gaung Persada

Asyhar, Rayandra. 2012. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:

Referensi Jakarta

Asyhar, Rayandra & Khairinal. 2010. Media Pembelajaran Sekolah Dasar. FKIP

Universitas Jambi: Gaung Persada

Chan, Dkk. 2010. Model Pembelajaran IPS SD. FKIP Universitas Jambi: Gaung

Persada

Daryanto. 2014. Pembelajaran Tematik, Terpadu, Terintegrasi (Kurikulum 2013).

Yogyakarta: Gava Media

Daryanto dan Suwardi. 2017. Manajemen Peserta Didik. Yogyakarta: Gava

Media

Dwiputra, Dias Hendyanto. 2016. Pengembangan Media Monopoli Pembelajaran

IPA Penggolongan Hewan untuk Siswa Kelas IV SDN 1 Sinduadi Sleman.

Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta

Kusumaningrum, Hesti. 2017. Model Pengembangan Intruksional. Artikel

http://www.sweethest.com/2017/03/model-pengembangan-intruksional-

mpi.html?m=1 di akses 23 Januari 2018

Majid, Abdul. 2014. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Offset.

Munadi, Yudhi. 2012. Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:

Gaung Persada (GP) Press Jakarta

Nurlaini dan Martun, Jusuf. 2014. Ragam Pakaian Pengantin Melayu Provinsi

Jambi. Pemerintah Provinsi Jambi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata

Museum Siginjei

Putra, Nusa. 2013. Research & Development Penelitian dan Pengembangan Suatu

Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Page 17: ARTIKEL ILMIAH PENGEMBANGAN MEDIA MONOPOLI …

PEBRI NURRAMA YANTI FKIP S-1 PGSD Page 17

Putra, Sitiatava Rizema. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains.

Jogjakarta: DIVA Press (Anggota Ikapi)

Riduwan. 2012. Skala pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung:

Alfabeta

Rufayda, Ida. 2013. Pengembangan Permainan Monopoli sebagai Media

Pembelajaran Matematika pada Materi Hubungan Antar Satuan Siswa

Kelas III di MI Attaraqqie Kota Malang. Skripsi. Universitas Islam Negeri

Maulana Malik Ibrahim Malang

Sadiman, dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers

Setiono, Panut. 2014. Pengembangan Bahan Ajar IPS Berbasis Nilai Budaya

Lokal Untuk Kelas IV SDN Rampal Celaket 1 Kota Malang

Somad, Kemas Arsyad. 2003. Mengenal Adat Jambi dalam Perspektif Modern.

Dinas Pendidikan: Provinsi Jambi

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R & D). Bandung: Alfabeta

Sukardi. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan: Kompetensi dan Praktiknya.

Jakarta: Bumi Aksara

Suprapto, Anis Nuryati. 2013. Permainan Monopoli Sebagai Media untuk

Meningkatkan Minat Belajar Tata Boga di SMA. Skripsi. Yogyakarta

Susuilana, Rudi. 2009. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima

Tegeh, M, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha Ilmu

Togala, Zulrahmat. 2013. Konsep dan Model Pengembangan Desain Intruksional.

http://zultogalatp.wordpress.com/2013/06/14/konsep-dan-model-

pengembangan-desain-intruksional/ diakses 20 Juni 2018

Trianto. 2015. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara