11
Kehandalan Indeks Mentzer dalam Membedakan Anemia Defisiensi Besi dan Thalassemia–Β Mayor pada Pasien yang Dirawat di Bagian Kesehatan Anak RSMH M Ramadhandie Odiesta 1 , Dian Puspitasari 2 , Syarif Husin 3 1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya 3. Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya Jl. Muh. Ali Komplek RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Madang, Sekip, Palembang, 30216, Indonesia Email : [email protected] Abstrak Latar Belakang: Angka kejadian kasus anemia defisiensi besi (ADB) dan Thalassemia-β mayor termasuk tinggi di Sumatera Selatan, Indonesia. Kedua penyakit tersebut memberikan dampak yang merugikan pada pertumbuhan seorang anak. Protap penegakan diagnosis pada ADB adalah kadar feritin serum dan thalassemia-β mayor adalah dengan pemeriksaan elektroforesis. Namun pemeriksaan tersebut tidak selalu tersedia di seluruh instansi kesehatan, sehingga dibutuhkan suatu modalitas yang mudah, sederhana, murah, dan terjangkau. Indeks Mentzer (MCV/RBC) sudah terbukti handal dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β minor dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus dengan mengumpulkan data rekam medik pasien anemia defisiensi besi (ADB) dan thalassemia-β Mayor dari bulan Januari tahun 2008 hingga Oktober tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Kehandalan indeks Mentzer diuji dengan uji validitas untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas indeks Mentzer dengan titik potong 13 sesuai dengan penelitian Ehsani (2009). Hasil: Subyek penelitian sebanyak 250 data pasien yang terdiri dari 133 laki- laki dan 117 perempuan dengan rerata usia penderita thalassemia-β mayor adalah 11,14+ 7,89 tahun, sementara rata-rata usia penderita anemia defisiensi besi adalah 9,11+ 13,43 tahun. Uji validitas indeks Mentzer menghasilkan sensitifitas 39% dan spesifisitas 42%. Dari analisis tambahan untuk mencari titik potong yang baru dengan menggunakan analisis ROC didapatkan nilai AUC 61% dan cut off point indeks Mentzer pada penelitian ini yaitu 23,92. Analisis uji validitas menghasilkan sensitivitas 57,8% dan spesifisitas 58,3% serta akurasi 24,9%. Dari hasil analisis tambahan yang lain ditemukan bahwa saturasi transferin dengan nilai potong 34,83 justru menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi yaitu sensitivitas sebesar 86,2% dan spesifisitas sebesar 91,5% serta akurasi 88,7%. Kesimpulan: Indeks Mentzer tidak cukup handal dalam membedakan ADB dari Thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di Bagian Kesehatan Anak RSMH Palembang. Pemeriksaan saturasi transferin memiliki kehandalan yang sangat tinggi untuk membedakan ADB dan Thalassemia-β mayor.

Artikel index Mentzer

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Mentzer Index

Citation preview

Page 1: Artikel index Mentzer

Kehandalan Indeks Mentzer dalam Membedakan Anemia Defisiensi Besi dan Thalassemia–Β Mayor pada Pasien yang Dirawat di Bagian

Kesehatan Anak RSMH

M Ramadhandie Odiesta1, Dian Puspitasari2, Syarif Husin3

1. Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya2. Departemen Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya

3. Bagian Gizi, Fakultas Kedokteran, Universitas SriwijayaJl. Muh. Ali Komplek RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang, Madang, Sekip, Palembang, 30216, Indonesia

Email : [email protected]

Abstrak

Latar Belakang: Angka kejadian kasus anemia defisiensi besi (ADB) dan Thalassemia-β mayor termasuk tinggi di Sumatera Selatan, Indonesia. Kedua penyakit tersebut memberikan dampak yang merugikan pada pertumbuhan seorang anak. Protap penegakan diagnosis pada ADB adalah kadar feritin serum dan thalassemia-β mayor adalah dengan pemeriksaan elektroforesis. Namun pemeriksaan tersebut tidak selalu tersedia di seluruh instansi kesehatan, sehingga dibutuhkan suatu modalitas yang mudah, sederhana, murah, dan terjangkau. Indeks Mentzer (MCV/RBC) sudah terbukti handal dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β minor dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi.Metode: Penelitian ini menggunakan metode uji diagnostik. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus dengan mengumpulkan data rekam medik pasien anemia defisiensi besi (ADB) dan thalassemia-β Mayor dari bulan Januari tahun 2008 hingga Oktober tahun 2014 yang memenuhi kriteria inklusi. Kehandalan indeks Mentzer diuji dengan uji validitas untuk mendapatkan sensitifitas dan spesifisitas indeks Mentzer dengan titik potong 13 sesuai dengan penelitian Ehsani (2009).Hasil: Subyek penelitian sebanyak 250 data pasien yang terdiri dari 133 laki-laki dan 117 perempuan dengan rerata usia penderita thalassemia-β mayor adalah 11,14+7,89 tahun, sementara rata-rata usia penderita anemia defisiensi besi adalah 9,11+13,43 tahun. Uji validitas indeks Mentzer menghasilkan sensitifitas 39% dan spesifisitas 42%. Dari analisis tambahan untuk mencari titik potong yang baru dengan menggunakan analisis ROC didapatkan nilai AUC 61% dan cut off point indeks Mentzer pada penelitian ini yaitu 23,92. Analisis uji validitas menghasilkan sensitivitas 57,8% dan spesifisitas 58,3% serta akurasi 24,9%. Dari hasil analisis tambahan yang lain ditemukan bahwa saturasi transferin dengan nilai potong 34,83 justru menghasilkan tingkat akurasi yang tinggi yaitu sensitivitas sebesar 86,2% dan spesifisitas sebesar 91,5% serta akurasi 88,7%.Kesimpulan: Indeks Mentzer tidak cukup handal dalam membedakan ADB dari Thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di Bagian Kesehatan Anak RSMH Palembang. Pemeriksaan saturasi transferin memiliki kehandalan yang sangat tinggi untuk membedakan ADB dan Thalassemia-β mayor.Kata Kunci: ADB, Thalassemia-β mayor, Indeks Mentzer, Saturasi Transferin

Abstract

Background: Prevalence rate of iron deficiency anemia (IDA) and thalassemia mayor in South Sumatera Indonesia. Both diseases are already known as giving a bad influence to child growth. Standard procedure for making diagnose of IDA is serum ferritin measurement and electrophoresis assesment is for major thalassemia. Unfortunately both measurements are not readily available in many health institutions in Indonesia, hence a more practical and cheaper yet accurate means is needed. Previous studies have proved that Mentzer index (MCV/RBC) is a valid method to differentiate IDA from minor thalassemia with a high accuracy both in sensitivity and specificity.Method: This was a diagnostic test study. Samples were taken from medical records of IDA and major thalassemia patients from January 2008 to October 2014 which met selection criteria. Validity of Mentzer index were tested by using validity test that calculate the sensitivity and specificity of Mentzer index of 13 as recommended by Ehsan (2009).Results: There were 250 medical records met eligibility criteria consisted of 133 male and 177 female with age of 11.14 + 7.89 for major thalassemia and 9.11 + 13.43 for IDA. The validity test for Mentzer index of 13 yielded sensitivity of 39% and specificity of 42% which were not valid in differentiating between IDA and major thalassemia. Further analysis using ROC found a new Mentzer index cut off point of 23.92 with sensitivity of 57.8, specificity of

Page 2: Artikel index Mentzer

58.3 and accuracy of 24.9% which also not so valid. In fact, serum transferrin of 34.83 gave a much better result with 86.2% sensitivity, 91.5% specificity and 88.7% accuracy. Conclusion: Mentzer index is not a valid method in differentiating between ADB and major thalassemia among pediatric patients at the Department of Pediatrics Moh.Hoesin Hospital Palembang. On the other hand, serum ferritin saturation showed to be more accurate to do the job.

Key words: Iron Deficiency Anemia (IDA), Major β Thalassemia, Mentzer Index, Transferin Saturation

1. Pendahuluan

Anemia merupakan kelainan yang sangat sering dijumpai baik di klinik maupun di lapangan. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita anemia dan sebagian besar tinggal di daerah tropik. untuk diagnosis anemia apabila Hemoglobin kurang dari 12gr/dl1. Akibat dari anemia meliputi pertumbuhan anak akan terhambat, pembentukan sel otot kurang sehingga otot menjadi lemas, daya tahan tubuh akan menurun, prestasi berkurang dan terjadi perubahan perilaku2.

Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: faktor genetik seperti thalassemia, hemoglobinopati, enzim glikolitik abnormal, kekurangan nutrisi atau malnutrisi, Perdarahan, faktor imunologi, infeksi seperti malaria, sepsis gram negatif, toksoplasmosis, obat-obatan dan zat kimia seperti kontrasepsi, antimetabolis, zat kimia toksik, trombotik trombositopenia purpura dan syndrome uremik hemolitik, penyakit kronis seperti infeksi kronis, penyakit ginjal atau hati, neoplasma3.

Pemeriksaan yang saat ini dipakai secara luas untuk menentukan anemia defisiensi besi (ADB) adalah dengan melakukan pemeriksaan darah perifer lengkap, serum iron (SI), total iron binding capacity (TIBC) dan kadar feritin serum. Pemeriksaan ini terutama digunakan di klinik. Ternyata dalam praktek klinisnya dijumpai keterbatasan dalam ketersediaan pemeriksaan serum iron, TIBC, red-cell volume distribution width (RDW), dan kadar feritin serum. Pemeriksaan yang berguna untuk mendeteksi dini tersebut haruslah pemeriksaan yang mudah, murah, terjangkau, dan cukup sensitif sebagai alat penapis5.

Prevalensi nasional thalassemia adalah 0,1%. Delapan provinsi yang menunjukkan prevalensi thalassemia lebih tinggi dari prevalensi nasional. Beberapa dari 8 provinsi itu antara lain adalah Aceh dengan prevalensi 13,4%, Jakarta dengan 12,3%, Sumatera Selatan yang prevalensinya 5,4%, Gorontalo dengan persentase 3,1%, dan kepulauan Riau 3%. Thalassemia adalah sekelompok kelainan darah herediter yang ditandai dengan berkurangnya atau tidak ada sama sekali sintesis rantai globin, sehingga menyebabkan Hb berkurang dalam sel-sel darah merah, penurunan produksi sel-sel darah merah dan anemia. Kebanyakan thalassemia diwariskan sebagai sifat resesif. Kelainan ini bervariasi,

dari asimtomatik sampai simptomatik, dan bervariasi sesuai dengan rantai hemoglobin darah yang terpengaruh7.

Untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β minor diperlukan pemeriksaan darah yang lengkap dan mahal. Index RDW dan index Mentzer menempati posisi formula yang memiliki sensitivitas yang tinggi (percentage correctly diagnosed). Namun suatu index pembeda yang ideal adalah index yang memiliki angka sensitivitas, spesifisitas dan untuk mendapatkan nilainya tidak memerlukan pemeriksaan yang sulit8.

Penelitian yang bertujuan untuk menapis anemia defisiensi besi dan anemia hipokrom mikrositer dengan menggunakan indeks Mentzer sudah pernah dilakukan di Palembang. Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya pada anak-anak sekolah dasar di Palembang dan menyimpulkan rekomendasi nilai cut off point indeks Mentzer yaitu 13,511. tingginya angka kejadian anemia defisiensi besi pada anak usia sekolah dan dijumpainya keterbatasan sarana pemeriksaan diagnostik maka peneliti mencoba melakukan penelitian ini pada pasien yang dirawat inap di bagian ilmu kesehatan anak RSMH Palembang9.

2. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan studi penelitian uji diagnostik, yang bertujuan untuk mengetahui sensitivitas dan spesifisitas Indeks Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dari thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat inap di bagian ilmu kesehatan anak RSMH Palembang. Pengambilan sampel pada penelitian ini diambil dari hasil data rekam medik penderita Anemia defisiensi besi dan thalassemia hipokrom yang berobat dari tahun 2008– 2013 di RSMH kota Palembang.

Seluruh data yang diperoleh dicatat dan dilakukan pengkodean sesuai dengan kebutuhan dan selanjutnya data entry dan analisis data dengan menggunakan piranti lunak SPSS versi 22.0.

Pada analisis univariat, data yang berskala kategorik akan disajikan dalam distribusi frekuensi, proporsi atau persentase, sedangkan data yang berskala kontinyu akan disajikan sebagai rerata dan standar deviasi atau median dan rentang.

Page 3: Artikel index Mentzer

Untuk mendapatkan validitas dilakukan penghitungan sensitivitas, spesifitas, nilai duga positif, nilai duga negatif, rasio kemungkinan positif dan rasio kemungkinan negatif serta akurasi. Untuk mendapatkan nilai validitas dilakukan analisis tabel 2x2 untuk indeks Mentzer dan kadar feritin serum. Selain itu dilakukan analisis receiver opening curve (ROC) untuk mencari titik potong sensitivitas dan spesifisitas paling optimal dari indeks Mentzer pada sampel penelitian ini.

Pada metode ROC akan diperoleh area under the curve (AUC) serta titik potong yang direkomendasikan. Dengan memakai titik potong tersebut akan diperoleh keluaran seperti yang didapat dengan menggunakan tabel 2x2. Analisis dengan tabel 2x2 memperlihatkan hasil uji diagnostik, yakni hasil yang diperoleh indeks Mentzer dibandingkan dengan hasil reference standard.

3. Hasil

Selama kurun waktu pengumpulan data berhasil didapatkan total 235 orang rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi dan diikutsertakan dalam analisis. Subjek penelitian ini berasal dari rekam medik di Bagian Kesehatan Anak RSMH dan pusat rekam medik RSMH. Cara pengambilan sampel adalah melalui sensus. Dari 235 orang data rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi, didapatkan 166 data penderita thalassemia-β mayor dan 69 data pasien penderita anemia defisiensi besi. Dan terdapat total 109 data saturasi transferin yang terdiri dari 33 pasien thalassemia-β mayor dan 76 pasien anemia defisiensi besi, selengkapnya Tabel 1.

Tabel 1. Tabel Karakteristik umum (n=235)

Thalassemia-β mayor

Anemia defisiensi Besi

Total

Jenis Kelamin

n % n % n %

Perempuan 83 50 30 43.5 113 48.1

Laki-laki 83 50 50 37.6 122 51.9

Total 166 100 69 100 235 100

Thalassemia-β mayor

Anemia defisiensi Besi

Total

Kelompok Umur

n % n % n %

<1 tahun 2 1.2 15 21.7 17 7.2

1 – 6 tahun 45 27.1 24 34.8 69 29.4

7–13 tahun 78 47 20 29 98 41.7

14–21tahun 28 16.9 5 7.2 33 14

>21 tahun 13 7.8 7 35.0 18 7.7

Total 166 100 69 100 235 100

Subjek penelitian terdiri dari 59.1% laki-laki dan 48.1% perempuan. Rata-rata usia penderita thalassemia-β mayor adalah 11,14+7,8 tahun, sementara rata-rata usia penderita anemia defisiensi besi adalah 8.64+12.531 tahun. Dan secara keseluruhan rata-rata usia pasien yang ikut sebagai partisipan pada penelitian ini adalah 10,4 tahun. Karakteristik subjek selengkapnya dapat dilihat di Tabel 1.

Tabel 2. Indeks Mentzer Subjek Penelitian (n=235)

DiagnosisCut off point

Thalassemia-β mayor

Anemia defisiensi besi

Total persen (%)

n % n % n % P*<13 8 4.8% 8 11.6% 16 6.8%

0.60>13 158 95.2% 61 88.4% 219 93.6%Total jumlah

166 100% 69 100% 235 100%

Sensitivitas : 48%, spesifisitas : 46%, NR+ : 50%, NR- : 29.9%

Penghitungan indeks Mentzer dilakukan dengan cara nilai volume eritrosit rata-rata (MCV) dibagi dengan jumlah eritrosit (RBC). Indeks Mentzer adalah indeks yang biasa dipakai untuk membedakan anemia hipokrom mikrositer pada anemia defisiensi besi dan thalassemia-β minor. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Ehsani et al (2009), indeks ini direkomendasikan untuk membedakan anemia defisiensi besi dengan thalassemia minor dengan cut off point/nilai batas 13. Dengan hasil >13 merupakan anemia defisiensi besi dan Thalassemia minor jika <13.

Dari 235 subjek penelitian, terdapat total 16 pasien dengan indeks Mentzer <13 yaitu 8 pasien thalassemia-β mayor 8 pasien anemia defisiensi besi dengan hasil penghitungan indeks <13 dan dengan total 219 pasien terdapat 158 pasien thalassemia-β mayor dan 61 pasien anemia defisiensi besi dengan hasil penghitungan indeks Mentzer >13.

Sensitivitas indeks Mentzer dengan cut off point 13 dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak RSMH Palembang adalah sebesar 48,1% dan spesifisitas sebesar 46.9%. Berdasarkan tabel 2 tidak terdapat perbedaan indeks Mentzer antara kelompok anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor.

Karena sensitifitas dan spesifisitas yang didapatkan dari cut off point 13 indeks Mentzer ternyata rendah, disimpulkan bahwa indeks Mentzer dengan cut off point 13 tidak valid dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor. Sebagai upaya untuk mencari cut off point baru maka dilakukan analisis kurva receiver operator curve (ROC).

Page 4: Artikel index Mentzer

Gambar 1. Kurva Receiver Operator Curve (ROC) indeks Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor.

Tabel 3. Indeks Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor dengan titik

potong > 21,84 (n=235)

DiagnosisCut off point

Thalassemia-β mayor

Anemia defisiensi besi

Total Persen (%)

P*

n % n % n %<21,84

59 35.5%

42

60.9%

101

43%.000>21,8

4107

64.5%

27

39.1%

134

57%

Total jumlah

166

100% 69

100% 235

100%

sensitivitas : 64,5%, spesifisitas : 62,3%, NR+ : 58%, NR- : 20,1%

Berdasarkan analisis ROC didapatkan titik potong (cut off point) indeks Mentzer untuk membedakan anemia defisiensi besi pada pasien yang dirawat dibagian ilmu kesehatan anak RSMH adalah 21,84. Dengan menggunakan titik potong optimal ini (indeks Mentzer >21,84) maka dapat diperoleh tabel 2x2 penghitungan indeks Mentzer dalam mendeteksi anemia defisiensi besi dengan thalassemia-β mayor (Tabel 4).

Walaupun terdapat perbedaan dalam distribusi antara pasien anemia defisiensi besi dan thalassemia-β Mayor, tetapi akurasi indeks Mentzer dengan titik potong 21,84 tidak terlalu tinggi. Sensitivitas yang dihasilkan oleh indeks Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor dengan titik potong Indeks Mentzer 21,84 adalah 64.5%, spesifisitas 62,3%, nilai duga positif sebesar 58%, nilai duga negatif sebesar 20.1%, serta akurasi sebesar 36,5%.

Sensitivitas dan spesifisitas yang dihasilkan oleh perhitungan indeks Mentzer dengan cut off point 21,84 juga memberikan tingkat akurasi hasil yang kecil.

Berdasarkan hasil data yang didapatkan, terdapat perbedaan yang bermakna pada saturasi transferin antara anemia defisiensi besi dan thalassemia-β Mayor maka dilakukan penghitungan titik potong saturasi transferin untuk membedakan thalassemia-β Mayor dan anemia defisiensi besi menggunakan analisis kurva receiver operator curve (ROC).

Gambar 2. Kurva Receiver Operator Curve (ROC) Saturasi Transferin

Tabel 4. Saturasi Transferin dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor dengan titik

potong 26,97 (n=109)

Diagnosis

Cut off point

Thalassemia-β mayor

Anemia defisiensi besi

Total Persen(%)

n % n % n % P*

<26,97

3 9.1% 62 81.6% 65 59.6%

.000>26,97

30 90.9% 14 18.4% 44 40.4%

Total jumlah

33 100% 76 100% 109 100%

Sensitivitas : 90.9%, spesifisitas : 81.5%, NR+ : 91.8%, NR- :85.7%

Titik potong optimal yang diperoleh adalah di titik 51 yaitu pada nilai saturasi transferin 26,97. Dengan menggunakan titik potong optimal ini (saturasi transferin >26,97) maka diperoleh tabel 2x2 penghitungan saturasi transferin dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor

Page 5: Artikel index Mentzer

Sensitivitas yang dihasilkan oleh saturasi transferin dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor adalah 90,9%, spesifisitas sebesar 81,5%, nilai duga positif sebesar 91,8%, nilai duga negatif sebesar 85,7%, rasio kemungkinan positif 0,91, rasio kemungkinan negatif 0,88, dan akurasi sebesar 88,7%.

4. Pembahasan

Penelitian yang menyangkut indeks Mentzer banyak dilaporkan adalah untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia minor6 atau untuk membedakan anemia defisiensi besi dan penyakit anemia hipokrom3. Indeks Mentzer didapatkan dengan perhitungan formula MCV/RBC.

Pada thalassemia minor penurunan kadar Hb tidak disertai dengan penurunan jumlah RBC karena itu indeks Mentzer pada thalassemia minor mendapatkan angka lebih kecil dari 13 sedangkan pada anemia defisiensi besi penurunan kadar Hb disertai dengan penurunan jumlah RBC sehingga pada ADB nilai indeks Mentzer lebih besar dari 138.

Hasil dari analisis memperlihatkan bahwa dengan indeks Mentzer dengan cut off point 13 seperti yang dianjurkan oleh5, didapatkan sensitivitas sebesar 48% dan spesifisitas sebesar 46,9% dapat disimpulkan bahwa indeks Mentzer dengan titik potong 13 tidak valid untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor.

Untuk mengetahui validitas pemeriksaan index Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor dilakukan analisis kurva receiver operator curve (ROC). Kurva ROC pada penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan indeks Mentzer mempunyai nilai diagnostik yang lemah karena kurva menjauhi garis 70% dan mendekati garis 50%. Nilai area under the curve (AUC) yang diperoleh dari metode ROC adalah 65% (95% IK 64,5% – 62,3%), p<0,00. Secara statistik, nilai AUC 65% adalah tergolong lemahNilai AUC sebesar 65% artinya apabila indeks Mentzer digunakan untuk mendiagnosis anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor, maka kesimpulan yang tepat akan diperoleh pada kurang lebih 149 pasien. Hasil penelitian ini sangat menjauh dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sri lestari (2013) yang mendapatkan nilai area under the curve (AUC) sebesar 91,9% (95% IK 85,5%-98,3%).

Setelah dilaksanakanya metode AUC lalu diperoleh titik potong optimal (cut off point) nilai indeks Mentzer dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor adalah 21,84 dengan 64,5%, spesifisitas 62,3%, nilai duga positif sebesar 58%, nilai duga negatif sebesar 20,1%, rasio kemungkinan positif

1,05, rasio kemungkinan negatif 1,01, dan akurasi 36.5%. Hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas indeks Mentzer dengan cut off point 13 maupun 21,84 dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor adalah lemah.

Berdasarkan hasil data yang didapatkan, terdapat perbedaan yang bermakna pada saturasi transferin antara anemia defisiensi besi dan thalassemia-β Mayor maka peneliti mencoba menghitung saturasi transferin dengan cut off point 26,97 sehingga menghasilkan sensitivitas sebesar dilakukan analisis kurva receiver operator curve (ROC) yang mendapatkan nilai sebesar 94,7% (95% IK 90,9%-81,5%).

Peneliti mencoba menghitung saturasi transferin dengan cut off point 26,97 sehingga mendapatkan nilai saturasi transferin menghasilkan sensitivitas sebesar adalah 90,9%, spesifisitas sebesar 81,5%, nilai duga negatif sebesar 85,7%, rasio kemungkinan positif 0,91, rasio kemungkinan negatif 0,88, dan akurasi sebesar 88,7%. Dengan interpretasi AUC sangat baik yaitu 94,7%, hal ini menunjukkan bahwa sensitivitas dan spesifisitas saturasi transferin dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor adalah sangat baik.

Hasil sesuai dengan penelitian oleh Ehsani et al (2009), yang mendapatkan nilai titik potong nilai indeks Mentzer 13 dengan sensitivitas 94,6% dan spesifisitas 85,4% dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia minor. Dan penelitian oleh Sri lestari (2013), yang mendapatkan sensitivitas sebesar 93%, spesifisitas sebesar 84%.

Pada thalassemia mayor, terjadi penurunan kadar Hb disertai dengan penurunan jumlah RBC seperti pada anemia defisiensi besi (CAF, 2013). Karena itu indeks Mentzer menjadi tidak sahih untuk membedakan anemia defisiensi besi dari thalassemia-β mayor. Sejauh ini belum ada laporan mengenai penggunaan indeks Mentzer untuk membedakan anemia defisiensi besi dari thalassemia-β mayor.

Beberapa kendala yang peneliti temukan pada penelitian ini adalah penelitian ini menggunakan data sekunder dalam bentuk data rekam medik, sehingga ada kemungkinan kesalahan dalam pencatatan atau akurasi dalam pencatatanya. Kemudian ada beberapa kemungkinan pasien yang ikut serta dalam penelitian ini sudah mendapatkan terapi sebelumnya walaupun peneliti sudah berusaha mengambil profil darah pada data pasien yang tercatat sedini mungkin. Lalu pada pasien anemia defisiensi besi, tidak semua pasien ADB dirawat. Yang dirawat dan menjadi subjek penelitian adalah pasien ADB yang penyakit primernya beraneka ragam sehingga tidak tertutup kemungkinan penyakit primerlah yang menyebabkan terjadinya ADB dan mempengaruhi hematopoiesis.

Page 6: Artikel index Mentzer

5. Kesimpulan

Sensitivitas indeks Mentzer dengan cut off point 13 dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak RSMH Palembang adalah sebesar 48% dan spesifisitas sebesar 46,9%, Nilai duga positif sebesar 50% dan nilai duga negatif adalah sebesar 29,9%. Karena nilai sensitivitas dan spesifisitas indeks Mentzer dengan cut off point 13 dinilai sangat rendah, maka dengan metode receiver operator curve (ROC) didapatkan cut off point indeks Mentzer yang lebih akurat, sehingga didapatkan cut off point 21,84. dengan sensitivitas sebesar 64,5% dan spesifisitas yaitu sebesar 62,3% dari indeks Mentzer untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak RSMH Palembang. Dengan nilai area under the curve (AUC) didapatkan indeks Mentzer sebesar 61.

Terdapat perbedaan yang bermakna pada saturasi transferin antara anemia defisiensi besi dan thalassemia-β Mayor maka dilakukan analisis kurva receiver operator curve (ROC) yang mendapatkan nilai sebesar 94,7% (95% IK 90,9%-81,5%). Dengan cut off point 26,97 nilai saturasi transferin menghasilkan sensitivitas sebesar adalah 90,9% dan spesifisitas sebesar 81,5% dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor. Nilai area under the curve (AUC) saturasi transferin yang diperoleh dari metode ROC dengan nilai 94,7% secara statistik tergolong sangat baik dan secara klinis melebihi nilai AUC minimal yang diharapkan peneliti.

6. Saran

Hasil sensitivitas dan spesifisitas indeks Mentzer yang lemah dalam membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor pada pasien yang dirawat di bagian ilmu kesehatan anak RSMH maka indeks ini dengan cut off point 13 dan 21,84 tidak dapat direkomendasikan pemakaianya.

Untuk membedakan anemia defisiensi besi dan thalassemia-β mayor, direkomendasikan pemeriksaan saturasi transferin dengan cut off point 26,97 yang memiliki sensitivitas sangat tinggi sebesar 90,9% dan spefisitas sebesar 81,5% dan saturasi transferin memberikan status gambaran besi yang terdapat didalam tubuh.

Ucapan Terima Kasih

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya dan semua pihak yang membantu dalam upaya terlaksananya penelitian ini.

Daftar Acuan

1. Sudoyo AW, Setiyodi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S. Anemia Defisiensi Besi. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV. Jakarta: Pusat penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI, 2007; p.634-40.

2. WHO. 2004. Iron. http://whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241546123_chap13.pdf

3. Alam, S,L. Sri. 2013. Penggunaan Indeks Mentzer Sebagai Alat Skrining Anemia Defisiensi Besi pada anak usia 6 – 12 tahun di Palembang. Tesis pada program pendidikan Dokter Spesialis-1 dan Program Studi Biomedik Combined Degree Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya yang tidak dipublikasikan, hal. 6–43.

4. Batebi, A., POURREZA, A.2012. Discrimination of beta-thalassemia minor and iron deficiency anemia by screening test for red blood cell indices. Turk J Med Sci 2012; 42 (2): 275-280, (http://journals.tubitak.gov.tr/medical/issues/sag-12-42-2/sag-42-2-12-0909-294.pdf), diakses tanggal 17 agustus 2014).

5. Ebrahim MM. 2014. Cut off Determination of Discrimination Indices in Differential Diagnosis between Iron Deficiency. IJHOSCR; volume 8 (2): 28-30, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/24800036), diakses tanggal 17 Agustus 2014)

6. Ehsani MA, 2009. A new index for discrimination between iron deficiency anemia and beta-thalassemia minor: Results in 284 patients. Pakistan journal of Biological Sciences 12 (5): 473-475, (http://medicine.tums.ac.ir:803/files/article/6730/EhsaniFormula.pdf) , diakses tanggal 16 Agustus 2014)

7. HoffBrand, A.V., Pettit ,J.E., dan Moss, P.O.H. 2005. Haematologi : “Essential Haematology “ (edisi ke – 4) Terjemahan oleh : Setiawan, Lyana. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, Hal : 25 – 37.

8. Janus, J., Sarah K., dan John Hopkins. 2010. Evaluation of Anemia in Children. (http://www.aafp.org/afp/2010/0615/p1462.pdf, diakses tanggal 3 Januari 2015)

9. Mentzer WC. 1973. Differentiation of iron deficiency from thalassaemia trait. Lancet 1 (7808):882,(http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0140673673914463 , diakses tanggal 22 Juli 2014)

Page 7: Artikel index Mentzer

10. Niazi, M. 2010. Usefulness of Redcell Indices in Differentiating Microcytic Hypochromic Anemias. Gomal Journal of Medical Sciences; volume 8 (2): 125 – 128, (https://www.academia.edu/543938/Usefulness_of_Redcell_Indices_in_Differentiating_Microcytic_Hypochromic_Anemias), diakses tangga l 17 Agustus 2014)

11. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS). 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

12. Rahim,F. 2009. Better differential diagnosis of iron deficiency anemia from beta-thalassemia trait. Turk J Hematol 2009; 26: 138-45, (http://www.journalagent.com/z4/download_fulltext.asp?pdir=tjh&plng=eng&un=TJH-72792), diakses tanggal 17 Agustus 2014)

13. Survey Kesehatan Nasional. 2001. Laporan SKRT 2001: Studi Morbiditas dan Disabilitas. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik indonesia.

Page 8: Artikel index Mentzer