34
Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013 ANALISIS CARRYING CAPACITY KAWASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WISATAWAN, ZONASI KAWASAN, DAN DAYA TAMPUNG KAWASAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN PENGUNJUNG DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA Lega Oktoberi K (1) , Fitri Rahmafitria* (2) , Meitri Hening CD (3) (1) Mahasiswa, (2) (3) Penulis Penanggung Jawab Program Studi Manajemen Resort and Leisure. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia *email: rahmafi[email protected] ABSTRAK Kampung Naga merupakan suatu perkampungan memiliki nilai adat dan tradisi yang sangat kuat hingga saat kini masih terjaga dengan baik, sekarang Kampung Naga menjadi objek daya tarik wisata budaya di Kab Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan saat berada dalam kawasan tersebut, karena Kampung Naga merupakan kawasan konservasi budaya yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat didalamnya, sehingga perlu pembatasan jumlah pengunjung jika melampaui Carrying Capacity kawasan Kampung Naga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik wisatawan, menganalisi daya tampung Kawasan dan menganalisi zonasi Kawasan guna membuat startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tujuan digunakan metode ini diharapkan dapat menguraikan atau memaparkan beberapa hasil dari pengumpulan, pengolahan, dan penyimpulan data penelitian. Instrument dan teknik pengumpul data yaitu observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga yang dapat diterapkan adalah membuat alur sirkulasi kunjungan untuk menghindari kepadatan dan penumpukan pengunjung pada satu titik lokasi dengan memperhatikan zonasi inti sebagai kegiatan wisata, menghitung jumlah 1

Artikel Lega Oktoberi K

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Hanya Sebuah artikel

Citation preview

Page 1: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

ANALISIS CARRYING CAPACITY KAWASAN BERDASARKAN KARAKTERISTIK WISATAWAN,

ZONASI KAWASAN, DAN DAYA TAMPUNG KAWASAN SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN

PENGUNJUNG DI KAMPUNG NAGA KABUPATEN TASIKMALAYA

Lega Oktoberi K(1), Fitri Rahmafitria* (2), Meitri Hening CD(3)

(1) Mahasiswa, (2) (3) Penulis Penanggung Jawab

Program Studi Manajemen Resort and Leisure. Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial. Universitas Pendidikan Indonesia

*email: [email protected]

ABSTRAK

Kampung Naga merupakan suatu perkampungan memiliki nilai adat dan tradisi yang sangat kuat hingga saat kini masih terjaga dengan baik, sekarang Kampung Naga menjadi objek daya tarik wisata budaya di Kab Tasikmalaya. Meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan yang mengunjungi Kampung Naga dapat mengurangi kenyamanan wisatawan saat berada dalam kawasan tersebut, karena Kampung Naga merupakan kawasan konservasi budaya yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat didalamnya, sehingga perlu pembatasan jumlah pengunjung jika melampaui Carrying Capacity kawasan Kampung Naga. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik wisatawan, menganalisi daya tampung Kawasan dan menganalisi zonasi Kawasan guna membuat startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, tujuan digunakan metode ini diharapkan dapat menguraikan atau memaparkan beberapa hasil dari pengumpulan, pengolahan, dan penyimpulan data penelitian. Instrument dan teknik pengumpul data yaitu observasi, wawancara, studi literatur, dan studi dokumentasi. Hasil dari penelitian startegi pengelolaan pengunjung di Kampung Naga yang dapat diterapkan adalah membuat alur sirkulasi kunjungan untuk menghindari kepadatan dan penumpukan pengunjung pada satu titik lokasi dengan memperhatikan zonasi inti sebagai kegiatan wisata, menghitung jumlah pengunjung yang masuk dan keluar pada zona inti Kampung Naga sesuai dengan daya tampung kawasan dengan maksimal jumlah kunjungan 51 orang/ 2jam dan minimal minimal jumlah kunjungan 19 orang/ 2jam pengunjung yang diperkenankan berkunjung untuk meminimalisir dampak yang timbul pada zonasi inti kawasan, dan membatasi lama kunjungan pengunjung yang rata-rata 2 jam pada hari biasa dan hari tertentu yang dimaksudkan untuk memberikan kesempatan pada pengunjung lain untuk dapat menikmati suasana yang ada di Kampung Naga.

Kata Kunci : Kawasan, Daya Tampung Kawasan, Pengelolaan Pengunjung.

ABSTRAK

1

Page 2: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

Kampung Naga is a village has a value of customs and traditions are very strong so far is still well preserved, is now the object of Kampung Naga cultural tourist attraction in the district Tasikmalaya. The increasing number of tourists who visit Kampung Naga travelers can reduce comfort while in the region, as Kampung Naga is a conservation area which has the foundations of cultural mores in it, so it needs restrictions on the number of visitors if it exceeded the Carrying Capacity Kampung Naga. In the present study aimed to analyze the characteristics of tourists, analyzing capacity and analyze areas in order to make the area zoning management strategy location in Kampung Naga. This study uses a descriptive, objective method used is expected to describe or explain some of the results of the collection, processing, and inference research data. Instrument and data collection techniques are observation, interviews, literature study, and study documentation. The results of the research strategy in Kampung Naga visitor management that can be applied is to make the flow of traffic to avoid the circulation and accumulation of visitors at one point location with respect to the core zone as a tourist activity, count the number of visitors in and out of the core zone of Kampung Naga accordance with its region with a maximum capacity of 51 people the number of visits / 2 hours and at least 19 people minimum number of visits / visitors are allowed to visit 2 hours to minimize impacts on the core zone, and limiting the length of stay of visitors on average 2 hours a day on weekdays and certain intended to provide opportunities for other visitors to enjoy the atmosphere that is in Kampung Naga.

Keyword : Kampung Naga, Carrying Capacity, Characteristics of Tourists, Zonation

Dewasa ini pertumbuhan dan

perkembangan Industri Pariwisata sangat

pesat di Indonesia, Pariwisata sekarang

telah menjadi sumber perolehan devisa.

Pertumbuhan yang terjadi di sektor

Pariwisata erat kaitannya dengan manusia

atau wisatawan yang memiliki keinginan

dan kebutuhkan untuk berpergian atau

berrekreasi ke suatu tempat guna

meningkatkan kualitas hidupnya. Karena

Pariwisata adalah suatu system terbuka

dari unsur-unsur yang saling berinteraksi

dalam suatu lingkungan yang luas, mulai

dari unsur manusia seperti wisatawan, tiga

unsur geografis: Negara asal wisatawan,

negara yang dijadikan tempat transit, dan

daerah tujuan wisata serta unsur ekonomi,

yaitu industri pariwisata (MacIntosh,

Leiper dalam Yoeti,2009 : 9-10).

Setiap daerah di Indonesia memiliki

potensi sumber daya alam dan budaya

yang berragam dan dapat dijadikan potensi

daya tarik wisata untuk dikembangan

menjadi sebuah daerah tujuan wisata, salah

satu daerah tujuan wisata di Indonesia

adalah Jawa Barat. Jawa Barat merupakan

salah satu Provinsi terbesar di Indonesia

yang memiliki keanekaragaman daya tarik

wisata yang cukup tinggi baik daya tarik

wisata alam, budaya, dan buatan, hal

tersebut yang memberikan motivasi dan

dorongan kepada wisatawan untuk

berkunjung ke objek Wisata di Jawa Barat.

Berikut ini dapat dilihat pertumbuhan

2

Page 3: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

kunjungan wisatawan ke Objek wisata di Provinsi Jawa Barat pada tabel 1.1, yaitu

sebagai berikut :

Tabel 1.1

Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Objek Wisata di Provinsi Jawa Barat,

Pada Tahun 2006-2010

Tahun Jumlah Wisatawan Pertumbuhan (%)

2006 24.086.615 -

2007 24.121.261 0,14

2008 26.617.400 9,38

2009 24.880.178 -6,98

2010 25.787.370 3,51

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Provinsi Jawa Barat

Berdasarkan tabel 1.1 menunjukan

pertumbuhan kunjungan wisatawan ke

objek wisata di Jawa Barat terlihat pada

tahun 2008 terdapat peningkatan

pertumbuhan sebasar 9,38 % dan terjadi

penurunan pertumbuhan pada tahun 2009

mencapai -6,98%, dan pada tahun 2010

kembali terjadi peningkatan pertumbuhan

sebesar 3,51% dengan jumlah wisatawan

mecapai 25.78.370 orang.

Pertumbuhan jumlah kunjungan wisata

yang terjadi di Jawa Barat erat kaitannya

dengan daerah tujuan wisata dengan

keunggulannya yang dapat menarik

wisatawan untuk berkunjung ke Jawa

Barat. Potensi dari masing-masing wilayah

di Jawa Barat dan keunggulan objek dan

daya tarik wisata dijabarat tidak lepas

dengan balutan kebudayaan dan seni tradisi

yang memiliki nilai luhur yang tetap

berpegang teguh pada akar nilai budaya

sunda dan kearifan lokal masyarakatnya,

dan keindahan alammnya yang masih

terjaga dan asri, sehingga menjadi nilai

tambah bagi tempat tujuan wisata yang ada

di Jawa Barat.

Kabupaten Tasikmalaya merupakan

salah satu daerah di Provinsi Jawa Barat

3

Page 4: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

yang memiliki pertumbuhan objek daya

tarik wisata dan berpotensi untuk

dikembangkan menjadi daerah tujuan

wisata, daya tarik wisata di Kabupaten

Tasikmalaya terdiri dari wisata alam,

wisata budaya, wisata Argo dan wisata

minat khusus. Terdapat beberapa objek

wisata yang tercatat di Dinas Pariwisata

dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya

(2012) Seperti:, Cipanas Galunggung,

Pantai Karangtawulan, Lokasi Ziarah

Pamijahan, Kampung Naga, Pantai

Cipatujah, Pantai Sindangkerta, Pantai

Pamayangsari, Taman Bubujung Indah,

Lokasi Ziarah Makam Syech Tubagus

Anggariji dan Wanawisata Cipanas

Galunggung. Berikut ini dapat data arus

kunjungan wisatawan ke objek wisata di

Kabupaten Tasikmalaya dapat di lihat pada

tabel 1.2 sebagai berikut:

Tabel 1.2

Data Arus Kunjungan Wisatawan ke objek wisata di Kabupaten Tasikmalaya pada tahun

2006-2011

NO Dearah Tujuan WisataJumlah Wisatawan

2006 2007 2008 2009 2010 2011

1 Cipanas Galunggung 114,052 123,936 144,686 148,160 103,853 132,339

2 Pantai Karangtawulan 9,513 9,223 10,518 13,302 10,444 7,977

3 Pamijahan 359,042 408,163 316,315 302,704 258,816 258,479

4 Kampung Naga 12,320 17,046 13,053 8,349 45,373 58,811

5 Pantai Cipatujah 6,543 10,841 19,801 17,475 19,865 11,927

6 Pantai Sindangkerta 11,754 13,909 31,253 34,219 30,336 26,594

7 Pantai Pamayangsari 13,288 12,812 26,799 11,753 11,710 12,461

8Taman Bubujung

Indah6,595 7,215 11,045 28,649 25,698 17,830

9Makam Syech Tubagus

Anggariji7,047 7,970 6,478 7,955 9,600 6,360

10Wanawisata Cipanas

Galunggung110,616 84,821 144,685 4,665 3,575 3,860

Jumlah 650,770 695,936 724,633 577,231 519,270 536,638

Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Tasikmalaya

4

Page 5: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

Berdasarkan tabel 1.2 diatas

menunjukan bahwa jumlah kunjungan

wisatawan ke Kabupaten Tasikmalaya

mengalami peningkatan dan penuruan pada

setiap tahunnya, dapat dilihat Pada tahun

2008 terjadi peningkatan jumlah

kunjungan wisatawan sebanyak 724.633

orang wisatawan, akan tetapi terjadi

penuruan jumlah kunjungan pada tahun

2009 yang hanya berjumlah 5577.231

orang wisatawan dan pada tahun 2010

berjumlah 519.270 orang wisatawan.

Salah satu tempat tujuan wisata budaya

di Jawa Barat, Khususnya di Kabupaten

Tasikmalaya yaitu Kampung Naga yang

masih kental dengan nilai luhur tradisi

sunda. Kampung Naga berada di wilayah

Desa Neglasari, Kecamatan Salawu,

Kabupaten Tasikmalaya. Kampung Naga

merupakan suatu perkampungan yang

dihuni oleh sekelompok masyarakat

keturunan Sunda di Jawa Barat yang

sangat kuat dalam memegang adat istiadat

peninggalan leluhurnya, dalam hal ini

adalah kebudayaan Sunda khususnya.

Masyarakat Kampung Naga hingga saat

ini tetap menjaga lingkungannya dan hidup

secara harmonis dengan lingkunganya,

dengan upaya selalu berusaha tetap

menjaga, melindungi, melestariakan alam,

hal itulah menjadi daya tarik pada

Kampung Naga.

Dewasa ini jumlah kunjungan

wisatawan ke Kampung Naga mengalami

pertumbuhan yang sangat pesat, karena

Kampung Naga merupakan wisata budaya

yang memiliki aksesibilitas yang mudah

dicapai oleh wisatawan karena lokasinya

dekat dengan sisi Jalan Raya Salawu

(Garut-Singaparna), sehingga banyak

wisatawan yang berkunjung ke Kampung

Naga untuk sekedar melihat kegitan

upacara adat dan hanya melihat-lihat ke

unikan Kampung tersebut (Retno 2012).

Hal tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan

jumlah kunjungan wisatawan ke Kampung

Naga pada tabel 1.3 sebagai berikut:

Tabel 1.3

Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2011

Tahun

Wisatawan

JumlahPertumbuha

n (%)Manca-

negara

Pertumbu

h-an (%)Nasional

Pertumbu

h-an (%)

2006 4.140 - 8.180 - 12.320 -

5

Page 6: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

2007 4.276 3,2 12.770 56,1 17.046 38,3

2008 4.086 -4,4 8.967 29,7 13.053 -23,4

2009 2.369 -42 5.980 33,3 8.349 -36

2010 6.818 187,8 38.555 544,7 45.373 443,4

2011 6.950 1,9 51.861 34,5 58.811 29,6

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012

Dari tabel tersebut dapat kita lihat pada

tahun 2010 pertumbuhan yang signifikan

mencapai 443,4% dengan jumlah

wisatawan 45.373 orang, dan pada tahun

2011 naik menjadi 29,6% dengan jumlah

wisatawan 58.811 orang.

Dengan meningkatnya jumlah

kunjungan wisatawan yang mengunjungi

Kampung Naga dapat mengurangi

kenyamanan wisatawan saat berada dalam

kawasan tersebut, karena Kampung Naga

merupakan kawasan konservasi budaya

yang memiliki tatanan nilai adat-istiadat

didalamnya, sehingga perlu pembatasan

jumlah pengunjung jika melampaui

ambang batas (Carrying Capacity)

Kampung Naga. Menurut Inskeep, dalam

Liu (1994) yang dikutip dari Pitana dan

Diarta (2009: 134), Carrying Capacity

didefinisikan sebagai berikut: “The

maximum number of people who can use a

site without an unacceptable alteration in

the physical environment, without an

unacceptable decline in the quality of

experience rained by visitors, and without

an unacceptable advers impact on the

society, economy, and culture of the

tourism area”.

Secara Konsep Carrying Capacity ini

secara implisit mengandung makna batasan

(limit), batas atas (ceiling), atau

tingkatan/level (threshold) yang tidak

boleh dilewati dalam pembangunan atau

pengembangan destinasi Pariwisata. Dan

memiliki faktor pengaruh yaitu

karakteristik wisatawan, daya tampung

Kawasan dan atribut destinasi seperti

zonasi Kawasan.

Pihak pengelola Kampung Naga perlu

mengetahui daya tampung dari jumlah

maksimum orang/pengunjung yang berada

atau mengunakan kawasan Kampung

Naga, dan pihak pengelola harus

mengetahui aktivitas kegiatan wisatawan

dan frekuensi kunjungan serta duarasi/lama

kunjungan serta klasifikasi zonasi

kawasan, hal ini perlu dilakukan untuk

meminimalisir dampak yang terjadi akibat

6

Page 7: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

aktifitas Pariwisata yang berdampak

kepada penurunan kualitas lingkungan

Kampung Naga akibat terjadinya

kepadatan pengunjung.

Dengan adanya hasil dari daya

tampung wisatawan yang berkunjung,

pihak pengelola perlu menetapkan strategi

untuk mengatur wisatawan atau

pengunjung ke Kampung Naga, agar

wisatawan yang berkunjung sesuai dengan

daya tampung kawasan tersebut, dan tidak

mempengaruhi tatanan nilai tradisi di

Kampung Naga dengan tetap menjaga

kepuasan wisatawan akan ruang geraknya

dan kenyamanan tidak berkurang dan tidak

terjadinya penumpukan pada suatu lokasi

atau area tertentu, serta dapat memberikan

kenyamanan kepada masyarakat Kampung

Naga untuk menjalankan spiritual dan

budaya secara hikmat dalam

kehidupannya.

Berdasarkan pemikiran tersebut, timbul

keinginan penulis untuk meneliti lebih

dalam mengenai strategi pengelolaan

pengunjung yang berdasarkan carrying

capacity di Kampung Naga, sehingga

skripsi ini diberi judul : “Analisis

Carrying Capacity Kawasan

Berdasarkan Karakteristik Wisatawan,

Zonasi Kawasan, Dan Daya Tampung

Kawasan Sebagai Dasar Pengelolaan

Pengunjung Di Kampung Naga

Kabupaten Tasikmalaya”

Suatu kawasan wisata yang memiliki

nilai konservasi budaya didalamnya harus

dijaga dan dikelola dengan baik oleh pihak

pengelola dalam pengembangan kawasan

tersebut dengan membatasi jumlah

kunjungan wisatawan, akan tetapi di pihak

lain arus wisatawan tidak dapat dibatasi/

dibendung karena merupakan suatu

kebutuhan kawasan untuk tumbuh

berkembang dan memiliki manfaat atau

nilai ekonomi untuk masyarakat lokal

didalam kegiatan Pariwisata, sehingga

pihak pengelola harus menyadari dan

mengetahui batasan daya tampung

kawasan dan membuat strategi pengelolaan

pengunjung agar wisatawan yang

berkunjung sesuai dengan carrying

capacity tersebut, dan tidak mempengaruhi

tatanan nilai tradisi di Kampung Naga

dengan tetap menjaga kepuasan wisatawan

akan ruang geraknya dan kenyamanan

tidak berkurang dan tidak terjadinya

penumpukan pada suatu lokasi atau area

tertentu, serta dapat memberikan

kenyamanan kepada masyarakat Kampung

Naga untuk menjalankan spiritual dan

budaya secara hikmat dalam

kehidupannya.

Berdasarkan pada bahasan di atas,

peneliti akan menganalisis carrying

cpacity berdasarkan kepada karakteristik

wisatawan, zonasi kawasan, dan daya

tampung kawasan untuk membuat strategi

7

Page 8: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

pengelolaan pengunjung di Kampung

Naga, maka dari itu agar penelitian ini

lebih terarah peneliti merumuskan masalah

sebagai berikut :

1. Bagaimana Karakterisitik Wisatawan

di Kampung Naga?

2. Bagaimana Zonasi Kawasan di

Kampung Naga?

3. Bagaimana Daya Tampung Kawasan

di Kampung Naga?

4. Bagaimana Strategi Pengelolaan

Pengunjung di Kampung Naga?

Tujuan yang ingin dicapai dari

penelitian ini oleh penulis sebagai berikut :

1. Menganalisis karakterisitik wisatawan

di Kampung Naga.

2. Menganalisis zonasi kawasan di

Kampung Naga.

3. Menganalisis daya tampung kawasan

di Kampung Naga.

4. Memganalisi dan Membuat Strategi

pengelolaan pengunjung di Kampung

Naga.

METODE

Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif, tujuan digunakan metode ini

diharapkan dapat menguraikan atau

memaparkan beberapa hasil dari

pengumpulan, pengolahan, dan

penyimpulan data penelitian. Selain itu

hasil penelitian ini akan disampaikan

dalam bentuk hitung-hitungan angka dan

uraian dalam bentuk kalimat baku. Dengan

demikian dapat diharapkan hasil penelitian

ini dapat di pahami dan di mengerti oleh

semua pihak. Menurut Wardiyanta (2010:

5) menjelaskan bahwa Penelitian deskriptif

adalah “penelitian yang bertujuan

membuat deskripsi atas suatu fenomena

sosial/alam secara sistematis, aktual, dan

akurat”.

Metode pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

Metode Angket, dengan menggunakan

daftar pertanyaan berupa isian dan pilihan

untuk mendapat data dan informasi yang

ada di variabel penelitian.

Metode Pengamatan Langsung,

digunakan untuk memperoleh data

carrying capacity kawasan dan

pengukuran dilakukan untuk mendapatkan

data luas area wisata. peneliti memperoleh

data tersebut dengan observasi langsung ke

lapangan di Kampung Naga. Pengertian

observasi menurut Marshall (1995) dalam

Sugiyono (2011: 309) menyatakan bahwa,

“through observation, the researcher learn

about behavior and the meaning attached

to those behavior” yang artinya, melalui

observasi peneliti belajar tentang perilaku

dan makna dari perilaku tersebut. Lalu

Peneliti melakukan pengumpulan data

dengan melakukan wawancara kepada

sampel yang telah ditentukan sebelumnya,

8

Page 9: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

untuk menarik dan mengambil informasi,

baik data tertulis berupa kata dan informasi

lisan.

Metode Wawancara, digunakan untuk

mendapatkan informasi atau keterangan

tentang obyek wisata Kampung Naga

secara lisan dengan menggunakan

pedoman. wawancara yang berupa daftar

pertanyaan kepada pengelola obyek wisata

Kampung Naga dan Kepala Dinas

Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten

Tasikmalaya. Metode ini digunakan untuk

mencari data pendukung yang terkait

dengan tujuan penelitian. Menurut

Esterberg dalam Sugiyono (2011: 316)

mendefinisikan wawancara sebagai

berikut, “a meeting of two persons to

exchange information and idea through

question and responses, resulting in

communication and joint construction of

meaning about a particular topic” yang

artinya, wawancara merupakan pertemuan

dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topik

tertentu. Lalu Susan Stainback dalam

Sugiyono (2011: 316) mengemukakan

bahwa, “interviewing provide the

researcher a means to gain a deeper

understanding of how the participant

interpret a situation or phenomenon than

can be gained through observation alone”

yang artinya, dengan wawancara maka

peneliti akan mengetahui hal-hal yang

lebih mendalam tentang partisipan dalam

menginterprestasikan situasi atau

fenomena yang terjadi, di mana hal ini

tidak bisa ditemukan melalui observasi.

Populasi Dalam penelitian ini adalah

wisatawan yang berkunjung ke Kampung

Naga Kabupaten Tasikmalaya, Banyaknya

Sampel wisatawan yang diambil dari

jumlah populasi wisatawan yang

berkunjung ke Kampung Naga. Berikut ini

jumlah kunjungan wisatawan ke kampung

naga pada tabel 1.4 sebagai berikut:

Tabel 1.4

Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke Kampung Naga Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2006-2011

TahunWisatawan

JumlahMancanegara Nasional

2006 4.140 8.180 12.320

2007 4.276 12.770 17.046

2008 4.086 8.967 13.053

9

Page 10: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

2009 2.369 5.980 8.349

2010 6.818 38.555 45.373

2011 6.950 51.861 58.811

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya Tahun 2012

Menurut Sugiyono (2011 : 120)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan

Karekteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut. Penulis menggunakan teknik

sampling, yaitu Probility sampling untuk

menentukan sampel yang akan digunakan

dalam penelitian. Probility sampling yang

digunakan adalah Simple Random

Sampling. Cara pengambilan sampelnya

dilakukan dengan secara acak tanpa

memperhatikan strata (jenjang) yang ada

dalam anggota populasi.

Banyaknya sampel responden

wisatawan yang diambil mengacu pada

pendapat Slovin sesuai dengan rumus:

Dimana:

n = Ukuran Sampel

N = Ukuran Populasi

E = Persen kelonggaran ketidaktelitian

karena kesalahan pengambilan

sampel

yang masih dapat ditolerir.

Dalam rumus slovin memiliki

ketentuan yaitu:

Nilai e = 0,1 ( 10%) untuk populasi

dalam jumlah besar

Nilai e= 0,2 ( 20%) untuk populasi dalam

jumlah kecil

Dalam menentukan jumlah sampel

diperlukan ukuran populasi yang mengacu

pada data tingkat kunjungan terbaru ke

Kampung Naga yang diperoleh penulis

pada saat prapenelitian, yakni data

kunjungan pada tahun 2011 yaitu sebanyak

58.811 orang dan persen kelonggaran yang

ditentukan adalah sebesar 10%.

Berdasarkan data kunjungan tersebut,

maka didapat jumlah sampel yang akan

diambil yaitu:

10

n = N(1+Ne²)

n = 58.811(1+58.811x(0,1) ²)

= 99.83025

Page 11: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

Untuk mempermudah perhitungan

maka jumlah sampel dibulatkan menjadi

100 orang. Hal tersebut dimaksudkan

untuk mengetahui karekteristik wisatawan

yang berkunjung ke Kampung Naga.

HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS CARRYING CAPACITY

KAWASAN

Menurut Inskeep, dalam Liu (1994)

yang dikutip dari Pitana dan Diarta (2009:

134), Carrying Capacity didefinisikan

sebagai berikut: “The maximum number of

people who can use a site without an

unacceptable alteration in the physical

environment, without an unacceptable

decline in the quality of experience rained

by visitors, and without an unacceptable

advers impact on the society, economy,

and culture of the tourism area”.

Secara Konsep Carrying Capacity ini

secara implisit mengandung makna batasan

(limit), batas atas (ceiling), atau

tingkatan/level (threshold) yang tidak

boleh dilewati dalam pembangunan atau

pengembangan destinasi Pariwisata. Dan

memiliki faktor pengaruh yaitu

karakteristik wisatawan, daya tampung

Kawasan dan atribut destinasi seperti

zonasi Kawasan.Daya Tampung adalah

kemampuan suatu lingkungan binaan

seperti kawasan perumahan, kawasan

industry, perkotaan banyak diperhitungan

dengan kosep daya dukung (Fandeli,

2009:69).

Dalam penghitungan daya tampung

kawasan dapat dilakukan penghitungan

menggunakan pendekatan daya dukung

fisik dan daya dukung ekologis, dalam

penghitungan daya dukung fisik (Physical

carrying capacity) dimaksudkan untuk

menghitung daya tampung kawasan dalam

menampung jumlah maksimal wisatawan

yang berkunjung, sedangkan carrying

capacity ekologis untuk mengitung daya

tampung kawasan dalam menampung

jumlah minimal wisatawan yang

berkunjung.

a. Physical Carrying Capacity Area

Kampung Naga

Daya dukung fisik (Physical carrying

capacity) merupakan kemampuan suatu

kawasan alam atau destinasi untuk

menampung pengunjung/ wisatawan,

penduduk asli, aktivitas/ kegiatan wisata

dan fasilitas penunjang ekowisata, (Liu

dalam Pitana dan Diarta 2009: 136-137).

Dalam penelitian ini dalam Aktifitas

wisata di Kampung Naga merupakan

wisata budaya, dan apabila disandingkan

dengan kriteria wisata menurut Douglas

(1975) dalam Fandeli (2009: 73), maka

termasuk dalam kriteria aktivitas wisata

piknik. Dalam rangka menghitung daya

dukung fisik area Kampung Naga, terdapat

11

Page 12: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

beberapa parameter yang diukur, yaitu

lama berwisata, luas area wisata, dan

jumlah wisatawan.

Rumus daya dukung fisik menurut

Cifuents dan penelitian douglas yang

dibuat rumus baru oleh Fandeli (2002:

261) adalah sebagai berikut :

PCC = A x 1 x

Rf

B

Keterangan :

PCC : Physical Carrying Capacity

A : Luas area yang digunakan untuk

wisata; dalam hal ini luas

pemukiman Kampung Naga yaitu 1,5

ha.

B : Luas area yang dibutuhkan oleh

seorang wisatawan untuk berwisata

dengan tetap memperoleh kepuasan;

dalam hal ini digunakan nilai tetap

yang diberikan untuk area piknik

oleh Douglas (1975) dalam Fandeli

(2009: 72) yaitu 65m² = 0,0065 ha

untuk berwisata dengan tetap

memperoleh kenyamanan

Rf : Faktor Rotasi pergantian dalam

beraktifitas wisata yaitu rata-rata lama

waktu berwisata (2 jam) dibagi

lamanya area wisata itu dibuka dalam

satu hari (10 jam, karena dibuka pukul

07.00 wib ditutup pukul 17.00 wib),

sehingga Rf = 10 : 2 = 5

Maka dengan demikian,

PCC = A x 1 x Rf

B

PCC = 1,5 x 1 x 5

0,0065

PCC = 1.153,84

Kapasitas Daya Tampung Wisatawan

Berdasarkan daya dukung fisik yang

ada, maka dapat diperhitungkan kapasitas

daya tampung wisatawan untuk area di

Kampung Naga sebagai berikut:

Kapasitas daya tampung = Jumlah

wisatawan (tahun 2011)/ PCC

=

58.811 / 1.153,84

=

50,96

=

51 orang/ha (Hasil Pembulatan)

Jadi kapasitas daya tampung untuk

wisatawan dengan tujuan di Kampung

Naga sesuai dengan daya dukung fisik

adalah 51 orang/ha. Nilai ini mengandung

12

Page 13: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

arti bahwa setiap 1 ha luas area yang

digunakan untuk mampu menampung 51

orang, dengan tetap memperoleh

kenyamanan secara fisik alam dalam

berwisata untuk tujuan budaya.

Ecology Carrying Capacity Area

Kampung Naga

Dalam penelitian ini untuk menghitung

daya dukung ekologis area Kampung Naga

memiliki parameter yang diukur adalah

jumlah wisatawan, sedangkan parameter

lainnya sudah ditetapkan dalam Douglas

(1975) dalam Fandeli (2009:74), dengan

rumus sebagai berikut

:

AR = D x A

Cd x TF x 43,560

Keterangan :

AR : Area yang dibutuhkan untuk

kegiatan wisata; dalam hal ini

adalah luas area Kampung Naga

D : Permintaan wisatawan untuk

suatu aktivitas; dalam hal ini

adalah jumlah wisatawan untuk

tujuan budaya, yaitu 58.811

wisatawan (Jumlah wisatawan

tahun 2011).

A : Kebutuhan area setiap wisatawan

dalam feet²; dengan minimal area

yang dibutuhkan untuk area

piknik yaitu 726 feet² (dengan

luas area Kampung Naga

15.000m² atau 163.350 feet²)

Cd : Jumlah hari yang dipergunakan

untuk suatu kegiatan tetentu;

dalam hal ini karena obyek wisata

Kampung Naga libur atau tidak

menerima kunjungan wisata pada

hari Jum’at atau 1 hari libur dalam

setiap minggunya, maka CD =

365-48 = 317

: Faktor Pemulihan; menurut Douglas

(1975) dalam Fandeli (2009:73), untuk

aktivitas piknik nilai Tf = 1,5

43.560 : konstanta ( diperoleh dari konversi acre

ke feet)

Perhitungan daya dukung ekologis

Kampung Naga, dengan luas area

122,47m² atau 161.364,17 feet², adalah

sebagai berikut:

AR = D x A

13

Page 14: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

Cd x TF x 43,560

AR = 58.811 x 726

317 x 1,5 x 43,560

AR = 42,696,79

20.712,78

AR = 2,06 acre x 1,5ha

AR = 3,09 ha

Kapasitas tampung wisatawan untuk area Kampung Naga adalah :

Kapasitas daya tampung = Jumlah wisatawan (tahun 2011)/ AR

= 58.811 / 3,09

= 19,032

= 19 orang/ha (Hasil Pembulatan)

Nilai ini mengandung arti bahwa setiap

1ha luas area yang digunakan untuk wisata

budaya mampu menampung 19 orang,

dengan tetap ada kesempatan bagi obyek

wisata untuk pulih pada kondisi ekologis

yang nyaman. Nilai ambang batas secara

ekologis tersebut dapat dipertahankan atau

bahkan dapat terus ditingkatkan apabila

kondisi ekologis obyek wisata dapat terus

dijaga atau terus ditingkatkan kualitasnya.

Kenyamanan ekologis perlu dipertahankan

atau ditingkatkan mengingat obyek wisata

Kampung Naga merupakan produk masa

lalu yang diciptakan dengan menjunjung

tinggi nilai-nilai ekologis setempat.

Strategi Pengelolaan Pengunjung

Strategi menurut Mintzberg (1994:

107-114) mendefinisikan strategi sebagai

5P, yaitu : strategi sebagai Perspektif,

strategi Posisi, strategi sebagai

Perencanaan, strategi sebagai Pola kegiatan

dan strategi sebagai ”Penipuan” (Ploy)

yaitu muslihat rahasia. Sebagai Perspektif,

dimana strategi dalam bentuk misi, misi

menggambarkan perspektif kepada semua

aktivitas. Sebagai posisi, dimana dicari

pilihan untuk bersaing. Sebagai

Perencanaan, dalam hal strategi

menentukan tujuan performansi

perusahaan. Sebagai Pola kegiatan dimana

dalam strategi dibentuk suatu pola, yaitu

umpan balik dan penyesuaian.

Pengelolaan (manajemen), menurut

Leiper dalam Pitana dan Diarta (2009: 80),

14

Page 15: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

merujuk kepada seperangkat peranan yang

dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang, atau bisa juga merujuk kepada

fungsi-fungsi yang melekap pada peran

tersebut. Fungsi-fungsi manajemen

tersebut yaitu: Planning (perencanaan),

Directing (mengarahkan), Organizing

(termasuk Coordinating), dan Controlling

(pengawasan). Informasi dari wisatawan

tersebut diatas dapat digunakan sebagai

dasar acuan membuat pengelolaan

pengunjung di tambah dengan klasifikasi

dari tiap zonasi kawasan yang ada di

Kampung Naga dengan adanya hasil

tersebut pihak pengelola Kampung Naga

dapat meminimalisir dampak dari kegiatan

aktifitas wisata, Menurut Cox dalam

Dowling dan Fennel (2003) yang dikutip

dari Pitana dan Diarta (2009: 81-82) bahwa

Pengelolaan Pariwisata yang dilakukan

harus mengacu pada prinsip-prinsip

pengelolaan yang menekankan nilai-nilai

kelestarian lingkungan alam, komunitas,

dan nilai sosial yang memungkinkan

wisatawan menikmati kegiatan wisatanya

serta bermanfaat bagi kesejahteraan

komunitas lokal.

Dalam pengelolaan pengunjung

perlunya fasilitas pariwisata untuk

mendukung dan mengakomodir wisatawan

untuk memenuhi kebutuhannya pada suatu

objek wisata, dalam Peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 50 Tahun 2011

Tentang Rencana Induk Pembangunan

Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 –

2025 menyatakan bahwa Fasilitas

Pariwisata adalah semua jenis sarana yang

secara khusus ditujukan untuk mendukung

penciptaan kemudahan, kenyamanan,

keselamatan wisatawan dalam melakukan

kunjungan Yang dimaksud dengan

“Fasilitas Pariwisata” meliputi: (1)

fasilitas akomodasi; (2) fasilitas rumah

makan; (3) fasilitas informasi dan

pelayanan pariwisata, fasilitas pelayanan

keimigrasian, pusat informasi pariwisata

(tourism information center), dan e-tourism

kiosk; (4) polisi pariwisata dan satuan

tugas wisata; (5) toko cinderamata

(souvenir shop); (6) penunjuk arah/papan

informasi wisata/rambu lalu lintas wisata

(tourism sign and posting); dan (7) bentuk

bentang lahan (landscaping).ke Destinasi

Pariwisata, atau lebih biasanya disebut 5A

yaitu Aksesibilitas, Akomodasi, Amenity,

Atraksi, Aktivitas, kelima hal tersebut yang

mendukung kegiatan wisata guna

mengelola kunjungan wisatawan.

Pihak pengelola Kampung Naga dalam

mengelola kawasan dan mengelola

pengnjung perlu memperhatikan Fasilitas

pendukung wisata yang dimaksud dalam

pembangunan dan pengembangan

pariwisata guna mengelola pengunjung di

Kampng Naga haruslah memiliki nilai-

nilai kearifan lokal. Berikut ini Aktivitas

15

Page 16: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

dan Fasilitas pendukung kegiatan wisata di Kampung Naga dapat dilihat pada tabel 1.5

sebagai berikut

Tabel 1.5

Pengelolaan Aktifitas dan Fasilitas serta Atraksi budaya di Kampung Naga

Konsep

Ruang/Zonas

i

Sub Ruang Aktivitas Fasilitas Atraksi Budaya

Zona Inti

(Core Zone)

Mengamati dan

mempelajari nilai

budaya dari

masyarakat

Kampung

Naga,Berkeliling

kampung, melihat

dan mendengar-kan

penjelasan tentang

Bumi Ageung, Bale

Patemoan, dan

masjid, Berinteraksi

dengan masyarakat

lokal, dan Melihat-

lihat, berfoto-foto,

merasakan suasana

alam dan budaya

Kampung Naga.

Saung Leuit dan

Kolam ikan / Balong

Melihat dan

berinterkasi di Saung

Leuit dengan alat

penumbuk padi

secara tradisional

(halu)

Memberi makan

ikan dan bisa

Masjid,

fasilitas

sanitasi berupa

pancuran air

dan MCK,

tempat duduk,

Gusaran

(Khitanan Masal)

Terbang

Gembrung,

Terbang senjak,

Kesenian beluk.

(kesenian

tradisional),

16

Page 17: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

merefleksikan kaki

kedalam kolam

Zona

Penyangga

(Buffer Zone)

Menikmati susarana

alam dan budaya,

dan memikmati

pemandangan.

Tidak adanya

fasilitas

pendukung

wisata

Hajat Sasih

(Upacara Ritual),

Marak Taun

(Upacara Ritual)

(Service Zona)

Pelayanan Membeli

cinderamata, duduk-

duduk dan

beristirahat,

menikmati suasana,

mencari informasi,

makan dan minum.

Kios-kios warung

dan kios

cinderamata, pusat

informasi, temapat

duduk dan toilet

Penerimaan

Memarkirkan

kendaraan.

Mencari informasi

tentang atraksi dan

objek wisata, dan

menikmati suasana

Ara parkir

Pos jaga pemandu

wisata, pintu

gerbang, gapura,

kantor pengelola

dan ruangan

oprasional

Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel diatas bisa kita lihat

fasilitas dan aktifitas pengunjung yang

dilakukan di Kampung Naga, secara

ketersediaan fasilitas banyak berada di

Kampung.

Setelah mendapatkan hasil dari

karakterisitik wisatawan dan fasilitas apa

saja yang ada di Kampung Naga, lalu hal

tersebut bisa menggambarkan staregi apa

yang harus dibuat untuk menjaga kualitas

lingkungan tersebut tanpa mengurangi

kenyamanan pengunjung, Berikut ini

Strategi Pengelolaan pengunjung di

Kampung Naga dapat dilihat pada tabel 1.6

sebagai berikut:

Tabel 1.6

17

Page 18: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

Strategi Pengelolaan pengunjung di Kampung Naga

Strategi pengelolaan pengunjung Keterangan

1. Membuat alur sirkulasi kunjungan

Dengan membuatan alur sirkulasi kunjungan

menghindari kepadatan dan penumpukan

pengunjung pada satu titik lokasi

2. Menghitung jumlah pengunjung yang

masuk dan keluar pada zona inti

Kampung Naga sesuai dengan daya

tampung kawasan, jumlah maksimal

dan minimal pengunjung yang

diperkenankan berkunjung.

Dengan meghitung jumlah pengunjung

masuk dan keluarnya yang berkunjung dan

berada pada objek wisata meminimalisir

dampak yang timbul pada zonasi inti

kawasan dan daya tampung kawasan.

3. Membatasi lama kunjungan

pengunjung pada hari biasa dan hari

tertentu seperti sabtu dan minggu

Dengan membatasi lama kunjungan akan

memberikan kesempatan pada pengunjung

lain untuk dapat menikmati suasana yang ada

di Kampung Naga.

Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel Tabel 1.6 tentang

Strategi Pengelolaan pengunjung di

Kampung Naga yaitu membuat alur

sirkulasi kunjungan, menghitung jumlah

pengunjung yang masuk dan keluar,

membatasi lama kunjungan, strategi yang

dimaksud bisa diterapkan di Kampung

Naga guna mengelola kunjungan

wisatawan dapat digambarkan lebih jelas

sebagai berikut :

Alur sirkulasi Kunjungan di Kampung

Naga

Alur sirkulasi kunjungan di Kampung

naga, dapat dilihat pada gambar 1.1.

Berdasarkan Gambar 1.1 diatas dapat

dilihat alur sirkulasi Kunjungan di

Kampung Naga. Dari gambar tersebut

dapat dijelasakan alur Sirkulasi yang ada

untuk memberikan ruang yang cukup

bagi wisatawan agar tidak terjadi

18

Gambar 1.1 Alur Sirkulasi Kunjungan

Hasil pengolahan data Peneliti (2012)

Sumber : Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tasikmalaya [2010], Kampung Adat Naga, Kuncen Kampung Naga [2012], Pak Ade Suherlin

ALUR SIRKULASI

KUNJUNGAN

= Pemukiman Kampung Naga

KETERAN

GAN := Aliran Sungai Ciwulan

= Jalan Setapak Kampung Naga

= Pagar Jaga ( Batas Kawasan Suci)

= Bumi Ageung= Rumah Kuncen

= Rumah Tinggal

Masyarkat Naga

= Masjid

= Bale Patemoan

= Sumber Mata Air

= Kolam

= Kandang Ternak= Jamban/Wc= Saung Lisung= Inti

Atraksi/aktifitas kunjungan

= Alternatif Atraksi/aktifitas kunjungan

= Alur Inti /Utama Sirkulasi= Alur Alternatif Sirkulasi

Page 19: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

kepadatan dan penumpukan pengunjung

pada suatu area atau lokasi tertentu. Alur

inti merupakan rangkian alur yang wajib

dikunjungi oleh wisatawan karena pada

alur tersebut merupakan inti

aktifitas/kegiatan wisata untuk

memperoleh dan merasakan suasana yang

ada di Kampung Naga, karena pada Inti

lokasi/tempat terdapat benda cagar

budaya berupa, Bumi Ageung (rumah

yang dibangun pertama kali oleh leluhur

masyarakat), bale Patemoan, Masjid yang

memiliki nilai budaya masayarakat

Kampung Naga. Sedangkan alur

alternative disedaiakan untuk pengunjung

yang dipandu oleh pemandu wisata akan

mengambil alur tersebut untuk

meminimalisir kepadatan dan

penumpukan pada suatu area/lokasi.

Pembatasan Jumlah Kunjungan dan

Lama Kunjungan

Pembatasan jumlah kunjungan dan

lama kunjungan dilakukan untuk

menyesuaikan daya tampung kawasan,

hal tersebut berfungsi untuk

meminimalisir dampak dari kegiatan

wisata dan kerusakan lingkungan jika

daya tampung tidak kontrol dengan baik

dan melebihi ambang batas dari kapasitas

daya tampung kawasan tersebut,

Pembatasan jumlah kunjungan dan lama

kunjungan dapat dilihat pada Tabel 1.8

sebagai beikut:

Tabel 1.8

Pembatasan Jumlah Kunjungan dan Lama Kunjungan

Pembatasan

Jumlah

Kunjungan

dan Lama

Kunjungan

Lama

Kunjungan

(Jam)

Daya

Tampung

Kawasan

(orang/lama

Kunjungan)

Total Pengunjung yang

diperkanankan

(orang/hari)

Jumlah Maksimal 2 jam 51 255

Jumlah Minimal 2 jam 19 95

Sumber : Hasil Pengolahan data Peneliti (2013)

Berdasarkan tabel 1.8 diatas dapat

dilihat pembatasan jumlah dan lama

kunjungan dengan jumlah maksimal

pengunjung yang

diperbolehkan/diperkenankan adalah 255

orang/hari dengan maksimal jumlah

kunjungan 51 orang/ 2jam kunjungan,

sedangkan jumlah minimal pengunjungnya

adalah 95 orang/hari dengan minimal

jumlah kunjungan 19 orang/ 2jam

kunjungan. Hal tersebut dapat dijadikan

dasar oleh pihak pengelola untuk dapat

19

Page 20: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

mengatur jumlah kunjungan wisatawan

dalam membatasi jumlah dan lama

kunjungan.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan, tentang carrying capacity

kawasan di Kampung Naga sebagai dasar

pengelolaan pengunjung, maka dapat di

tarik kesimpulan dari penelitian ini adalah

sebagai berikut:

- Dalam penelitian Karakterisik

wisatawan, wisatawan yang

berkunjung ke Kampung dengan

klasifikasi jenis kelamin sebagian

besar ialah laki-laki, berdomisili

Bekasi dengan rentang usia diantara

20 tahun – 29 tahun dan masih

berstatus sebagai pelajar/mahasiswa.

Sebagian besar dari mereka baru

pertama kali berkunjung ke Kampung

Naga dan dari teman/keluarga mereka.

Dengan durasi kunjungan 2 jam, Daya

tarik kampung naga sebagain bersar

memilih karena kearifan lokal

masyarakatnya, dan Aktifitas yang

mereka lakukan di Kampung Naga

adalah melihat-lihat, berfoto dan

berbelanja

- Dalam penelitian Zonasi kawasan,

zonasi Kampung Naga terbagi 3

ruang/elemen yaitu: pertama, zona inti

(Core Zone) yang merupakan

pemukiman masyarakat Kampung

Naga yang memiliki nilai budaya, adat

dan tradisi masyarakat Kampung

Naga. Kedua zona Penyangga (Buffer

Zone) yang merupakan hutan keramat

dan hutan larangan dan berfungsi

sebagai penyangga atau penyeimbang

untuk aktivitas masyarakat dan

kegiatan wisata. ketiga Zona

Pelayanan (Services Zone) merupakan

area parkir dan kios-kios warung dan

cinderamata.

- Dalam penelitian Daya tampung

kawasan, daya tampung yang mampu

di tampung oleh kawasan wisata

Kampung Naga dengan jumlah

maksimal pengunjung yang

diperbolehkan/diperkenankan adalah

255 orang/hari dengan maksimal

jumlah kunjungan 51 orang/ 2jam

kunjungan, sedangkan jumlah minimal

pengunjungnya adalah 95 orang/hari

dengan minimal jumlah kunjungan 19

orang/ 2jam kunjungan.

- Dalam penelitian Strategi Pengelolaan

pengunjung, startegi pengelolaan

pengunjung di Kampung Naga yang

dapat diterapkan adalah membuat alur

sirkulasi kunjungan yang dimaksudkan

untuk menghindari kepadatan dan

penumpukan pengunjung pada satu

titik lokasi, menghitung jumlah

pengunjung yang masuk dan keluar

20

Page 21: Artikel Lega Oktoberi K

Antologi Manajemen Resort & Leisure. Volume 1, Nomor 1, April 2013

pada zona inti Kampung Naga sesuai

dengan daya tampung kawasan,

jumlah maksimal dan minimal

pengunjung yang diperkenankan

berkunjung yang dimaksudkan untuk

meminimalisir dampak yang timbul

pada zonasi inti kawasan, dan

membatasi lama kunjungan

pengunjung pada hari biasa dan hari

tertentu yang dimaksudkan untuk

memberikan kesempatan pada

pengunjung lain untuk dapat

menikmati suasana yang ada di

Kampung Naga.

Saran

Dalam pengembangan Pariwisata di

Kampung Naga khusunya pihak pengelola

haruslah memperhatikan Carrying

Capacity kawasan yang berdasarkan

karakteristik wisatawan, zonasi kawasan

dan daya tampung kawasan guna

mengelola kawasan wisata tersebut dengan

baik dan memperhatikan faktor

lingkungan, masyarakat, sosial-budaya,

kapasitas daya tampung dan zonasi yang

ada di kawasan tersebut agar wisatawan

yang berkunjung tidak melebihi ambang

batas kawasan itu. Maka terdapat beberapa

hal yang dapat menjadi saran masukan

bagi pihak pengelola dan pemerintah

sebagai berikut :

Melakukan Pengembangan atraksi

wisata tambahan yang mengakar pada

khasanah budaya lokal seperti

ditampilakannya kauninan barudak,

memperlihatkan dan menjelaskan

pembuatan anyaman bambu, pembuatan

alat music tradisional seperti terbang

(rebana), dan karinding yang dibuat oleh

masyarakat Kampung Naga.

1. Pemerintah haruslah membantu

membangun sarana dan prasarana

pendukung kegiatan wisata pada zona

pelayanan yang berdasarkan pada kearifan

lokal dan special local sense yang

merefleksikan keunikan peninggalan

budaya dan keunikan lingkungan.

Jika terjadi over capacity jumlah

wisatawan yang berkunjung ke Kampung

Naga hendaknya pihak pengelola

melakukan tindakan konservasi dengan

cara menutup sementara lokasi Kampung

Naga untuk memberikan kesempatan bagi

obyek wisata dan lingkungan untuk pulih

pada kondisi ekologis yang nyaman.

Mengurangi durasi lama kunjungan

wisatawan jika terjadi kepadatan dan

lonjakan kunjungan pada hari liburan

sekolah atau libur hari raya, jika pada

biasanya lama kunjungan 2 jam,

dimodifikasi menjadi 1,5jam pada hari-hari

dimana kepadatan pengunjung meningkat.

21

Page 22: Artikel Lega Oktoberi K

Lega Oktoberi Kusnandar(1), Fitri Rahmafitria (2), Meitri Hening Chrisna Daluarti (3) Analisis Carrying Capacity Kawasan Berdasarkan Karakteristik Wisatawan, Zonasi Kawasan, dan Daya Tampung Kawasan

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan

Kabupaten Tasikmalaya. (2012).

Data Arus Kunjungan Wisatawan.

Database.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi

Jawa Barat. (2006). Kampung Adat

dan Rumah Adat di Jawa Barat.

Database.

Fandeli, Chafid dan Muhammad. (2009).

Prinsip-prinsip Dasar

Mengkonservasi Lanskap.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Fandeli Chafid dan Nurdin M. (2005).

Perkembangan Ekowisata Berbasis

Konservasi di Taman Nasional.

Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Fandeli Chafid. (2002). Perencanaan

Kepariwisataan Alam. Yogyakarta:

Fakultas Kehutanan Universitas

Gadjah Mada.

Peraturan Pemerintah No : 50 (2011)

Tentang “Rencana Induk

Pembangunan Kepariwisataan

Nasional Tahun 2010 – 2025”.

Republik Indonesia.

Pitana, I Gede dan Diarta, I Ketut S.

(2009). Pengantar Ilmu

Pariwisata. Yogyakarta: Penerbit

Andi.

Retno, H. Y. (2012). Pikiran Rakyat (4

Febuari 2012). “Adat di Kampung

Naga Jadi Objek Wisata”.

Sugiyono (2011). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif, dan

Kombinasi (Mixed Methods),

Bandung: Penerbit Alfabetha.

Yoeti, Oka A. (2009). Perencanaan &

Pengembangan Pariwisata.

Jakarta: PT Pradnya Paramita.

22107