13
PENGGUNAAN OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID ORAL DAN TIMBULNYA DISPEPSIA PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS DI RSUD dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH Reza 1 , Fauzi Yusuf 2 , Zulkarnaini 3 . 1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 2) Bagian Ilmu Kesehatan Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsyiah 3) Bagian Ilmu Kesehatan Ortopedi Fakultas Kedokteran Unsyiah Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) merupakan salah satu pengobatan pada osteoartritis yang terdiri dari sekelompok obat yang heterogen akan tetapi mempunyai banyak kesamaan baik efek terapeutik maupun efek samping. Obat ini bekerja terutama dengan cara menghambat pembentukan mediator inflamasi sehingga dapat mencegah dan mengurangi terjadinya inflamasi. Salah satu efek samping yang ditimbulkan oleh OAINS adalah gangguan pada lambung seperti dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid oral terhadap timbulnya dispepsia pada penderita osteoarthritis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien osteoartritis di Poliklinik Penyakit Dalam dan Poliklinik Orthopedi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah sampel 46 orang penderita osteoartritis yang menggunakan OAINS. Hasil penelitian didapatkan 29 orang (63%) mengalami dispepsia dan 17 orang (37%) tidak dispepsia dengan yang terbanyak mengkonsumsi OAINS jenis meloxicam yaitu 14 orang (48,3%). Kata kunci: osteoartritis, OAINS, dispepsia.

Artikel Penelitian

Embed Size (px)

DESCRIPTION

sebuah artikel penelitian sebagai pedoman untuk membuat sebuah artikel penelitian

Citation preview

  • PENGGUNAAN OBAT ANTI-INFLAMASI NONSTEROID ORAL DAN

    TIMBULNYA DISPEPSIA PADA PENDERITA OSTEOARTRITIS DI RSUD

    dr. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

    Reza1, Fauzi Yusuf

    2, Zulkarnaini

    3.

    1) Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala 2) Bagian Ilmu Kesehatan

    Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Unsyiah 3) Bagian Ilmu Kesehatan Ortopedi Fakultas

    Kedokteran Unsyiah

    Obat anti-inflamasi non steroid (OAINS) merupakan salah satu pengobatan pada

    osteoartritis yang terdiri dari sekelompok obat yang heterogen akan tetapi mempunyai banyak

    kesamaan baik efek terapeutik maupun efek samping. Obat ini bekerja terutama dengan cara

    menghambat pembentukan mediator inflamasi sehingga dapat mencegah dan mengurangi

    terjadinya inflamasi. Salah satu efek samping yang ditimbulkan oleh OAINS adalah

    gangguan pada lambung seperti dispepsia. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh

    penggunaan obat anti-inflamasi nonsteroid oral terhadap timbulnya dispepsia pada penderita

    osteoarthritis. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross

    sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien osteoartritis di Poliklinik Penyakit

    Dalam dan Poliklinik Orthopedi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh. Teknik pengambilan

    sampel yang digunakan adalah accidental sampling dengan jumlah sampel 46 orang

    penderita osteoartritis yang menggunakan OAINS. Hasil penelitian didapatkan 29 orang

    (63%) mengalami dispepsia dan 17 orang (37%) tidak dispepsia dengan yang terbanyak

    mengkonsumsi OAINS jenis meloxicam yaitu 14 orang (48,3%).

    Kata kunci: osteoartritis, OAINS, dispepsia.

  • ABSTRACT

    Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs (NSAIDs) is one treatment in osteoarthritis is

    composed of a heterogeneous group of drugs but have much in common both the therapeutic

    effects and side effects . These drugs work primarily by inhibiting the formation of

    inflammatory mediators that can prevent and reduce inflammation. One of the side effects

    caused by NSAIDs is stomach disorders like dyspepsia . This research aimed to examine the

    effect of the use of oral nonsteroidal anti-inflammatory drugs on the incidence of dyspepsia in

    patients with osteoarthritis . This research used descriptive method with cross-sectional

    approach. The population in this research were all patients of osteoartrhitis in Internal

    Medicine and Orthopaedic poly RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh . The sampling

    technique used accidental sampling with sample amounted to 46 people with osteoarthritis

    who used NSAIDs . The results showed 29 people (63%) were detected dyspepsia and 17

    people (37%) did not show dyspepsia, with the most consumed type of NSAID meloxicam is

    14 people (48,3%).

    Keywords : osteoarthritis , NSAIDs , dyspepsia

    PENDAHULUAN

    Osteoartritis (OA) yang juga

    dikenal sebagai penyakit sendi degeneratif

    merupakan penyakit sendi yang bersifat

    kronik, berjalan progresif lambat,

    seringkali tidak meradang atau hanya

    menyebabkan inflamasi ringan, dan

    ditandai dengan adanya deteriorasi dan

    abrasi rawan sendi serta pembentukan

    tulang baru pada permukaan sendi, hal ini

    yang paling umum dan seringkali

    menyebabkan ketidakmampuan pada

    pasien.(1,2) Osteoartritis didefinisikan

    sebagai kumpulan gejala pada sendi yang

    berhubungan dengan kerusakan kartilago

    artikular selain perubahan pada tulang

    yang mendasarinya.(3) Sendi yang sering

    terkena adalah sendi interfalang (50%),

    sendi karpometakarpal ibu jari tangan

    (30%), vertebrae servikalis (40%),

    vertebrae lumbalis (40%). (4)

    Osteoartritis merupakan penyakit

    persendian yang kasusnya paling umum

    dijumpai secara global dan mengenai

    populasi yang cukup banyak. Diketahui

    bahwa penderita OA mencapai 151 juta

    jiwa di seluruh dunia dan diderita oleh 24

    juta jiwa di kawasan Asia Tenggara. (5) Di

    Indonesia, prevalensi OA mencapai 5%

    pada usia 61 tahun. (6)

    Terapi OA pada umumnya

    simptomatik, misalnya dengan

    pengendalian faktor-faktor resiko, latihan,

    intervensi fisioterapi, dan terapi

    farmakologi, dan pada OA fase lanjut

    sering diperlukan pembedahan. Saat ini

    pengobatan OA dengan mengurangi nyeri

    dan faktor inflamasi menggunakan

  • analgetik atau obat anti-inflamasi

    nonsteroid (OAINS). OAINS merupakan

    salah satu kelompok obat yang banyak

    diresepkan dan juga digunakan tanpa resep

    dokter. Prototip dari obat golongan ini

    adalah aspirin, karena itu obat golongan ini

    sering disebut juga sebagai obat mirip

    aspirin (aspirin-like drugs). (7) Karena

    keluhan nyeri pada OA yang kronik dan

    progresif, penggunaan OAINS biasanya

    berlangsung lama sehingga tidak jarang

    menimbulkan masalah. (6) Efek samping

    OAINS sering terjadi pada saluran cerna,

    ginjal, kardiovaskular, dan hematologi.

    Salah satu efek OAINS pada saluran cerna

    adalah dispepsia. (7)

    Dispepsia merupakan kumpulan rasa

    ketidaknyamanan bahkan hingga nyeri

    pada saluran pencernaan atas. (8) Kata

    dispepsia itu sendiri berasal dari bahasa

    Yunani yang berarti pencernaan yang

    jelek. Dispepsia adalah istilah yang

    menunjukkan keadaan rasa nyeri atau tidak

    menyenangkan pada bagian atas perut.

    (9)

    Menurut Rome III Criteria dispepsia

    didefinisikan sebagai salah satu atau lebih

    gejala dari rasa penuh setelah makan, rasa

    cepat kenyang atau rasa penuh setelah

    makan, rasa nyeri epigastrik atau seperti

    rasa terbakar. (10) Dispepsia disebabkan

    oleh banyak faktor, diantaranya adalah

    konsumsi obat-obatan seperti anti-

    inflamasi nonsteroid, teofilin, digitalis, dan

    antibiotik.(11)

    Dari data pustaka Negara

    Barat didapatkan angka prevalensi

    dispepsia berkisar 7-41%.(11) Berdasarkan

    penelitian yang dilakukan oleh

    Departemen Kesehatan RI pada populasi

    umum didapatkan bahwa 15-30% orang

    dewasa pernah mengalami dispepsia. Di

    Indonesia, dispepsia menempati urutan

    ke-15 dari 50 penyakit yang dengan pasien

    rawat inap terbanyak. (12) Berdasarkan

    data profil RSUD dr. Zainoel Abidin

    Banda Aceh pada tahun 2011/2012 jumlah

    kasus dispepsia secara keseluruhan adalah

    61 kasus.

    Di kota Banda Aceh sendiri belum

    ada yang melakukan penelitian dengan

    judul Penggunaan Obat Anti-Inflamasi

    Nonsteroid Oral Dan Timbulnya Dispepsia

    Pada Penderita Osteoartritis Di RSUD dr.

    Zainoel Abidin Banda Aceh, sedangkan

    jumlah penderita osteoartritis semakin

    banyak dengan terapi utama menggunakan

    OAINS yang memiliki efek samping

    utama pada saluran pencernaan. Oleh

    karena itu peneliti tertarik untuk membuat

    penelitian tentang gambaran penggunaan

    obat anti-inflamasi nonsteroid oral

    terhadap timbulnya dispepsia pada

    penderita osteoartritis di RSUD dr. Zainoel

    Abidin Banda Aceh.

  • METODE PENELITIAN

    Penelitian ini merupakan penelitian

    deskriptif dengan menggunakan metode

    cross sectional, yaitu penelitian yang

    dilakukan melalui observasi atau

    pengumpulan data pada suatu saat untuk

    mengetahui gambaran suatu variabel.(13)

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

    gambaran penggunaan obat anti-inflamasi

    nonsteroid terhadap timbulnya dispepsia

    pada penderita osteoartritis.

    Lokasi dan Waktu Penelitian

    Lokasi Penelitian ini dilakukan di

    Poliklinik Penyakit Dalam dan Poliklinik

    Ortopedi RSUD dr. Zainoel Abidin Banda

    Aceh.

    Waktu Penelitian dilakukan pada

    bulan Januari-Februari 2014.

    Sampel Penelitian

    Sampel pada penelitian ini adalah

    pasien osteoartritis yang menggunakan

    OAINS yang memenuhi kriteria inklusi

    dan eksklusi penelitian di Poliklinik

    Penyakit Dalam dan Poliklinik Orthopedi

    RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.

    Metode pengambilan sampel yang

    digunakan adalah accidental sampling

    dengan besar sampel 46 orang.

    Definisi Operasional

    Untuk memudahkan memahami

    pengertian dari variabel-variabel dalam

    penelitian ini, akan dijelaskan dalam

    definisi operasional sebagai berikut:

    1. Penggunaan OAINS

    Obat anti-inflamasi nonsteroid

    (OAINS) merupakan sekelompok obat

    yang heterogen, akan tetapi mempunyai

    banyak persamaan, baik efek teurapetik

    maupun efek samping. OAINS bekerja

    terutama dengan cara menghambat

    pembentukan prostaglandin dan leukotrien

    sehingga dapat mencegah/mengurangi

    terjadinya inflamasi.

    2. Dispepsia

    Definisi dispepsia menurut kriteria

    Rome III adalah kumpulan gejala berupa

    rasa penuh setelah makan yang

    diistilahkan dengan postprandial distress

    syndrome, rasa cepat kenyang yang berarti

    ketidakmampuan untuk menghabiskan

    ukuran makan normal atau rasa penuh

    setelah makan, rasa nyeri epigastrik atau

    seperti rasa terbakar yang diistilahkan

    dengan epigastric pain syndrome.(14)

    Keluhan ini berlangsung sedikitnya dalam

    3 bulan terakhir, dengan awal mula gejala

    sedikitnya timbul 6 bulan sebelum

    diagnosis.

    Teknik / Prosedur Penelitian

    Penelitian dilakukan pada pasien

    yang telah didiagnosa menderita

    osteoartritis oleh dokter spesialis penyakit

    dalam dan orthopedi di Poliklinik Penyakit

    Dalam dan Poliklinik Orthopedi RSUD dr.

  • Zainoel Abidin Banda Aceh. Pasien

    osteoartritis yang telah memenuhi kriteria

    inklusi dan eksklusi diminta persetujuan

    dengan menandatangani lembar

    persetujuan untuk menjadi responden

    penelitian. Kemudian dibagikan kuesioner

    untuk menilai gejala dispepsia yang

    timbul. Kuesioner yang telah diisi

    kemudian dikumpulkan untuk dapat

    diolah datanya. Seluruh data dimasukkan

    dalam tabel untuk kemudian dilakukan

    analisis data.

    Analisa Data

    Analisis data yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah analisa univariat

    untuk mengambarkan distribusi frekuensi

    dari masing-masing variabel dan

    karakteristik responden.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Hasil Penelitian

    Pengumpulan sampel pada penelitian

    ini telah dilakukan dari bulan Januari-

    Februari 2014 dengan jumlah sampel

    sebanyak 46 orang.

    Karakteristik Umum Subjek Penelitian

    Karakteristik umum subjek

    penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1 di

    bawah ini.

    Tabel 4.1 Karakteristik Umum Subjek

    Penelitian

    Karekteristik Jumlah

    (n)

    Persentase

    ( %)

    Jenis Kelamin

    a. Laki-laki

    b. Perempuan

    9

    37

    19,6

    80,4

    Umur

    a. 26-35 tahun

    b. 36-45 tahun

    c. 46-55 tahun

    d. 56-65 tahun

    e. 65- ke atas

    2

    3

    16

    16

    9

    4,3

    6,5

    34,8

    34,8

    19,6

    Tabel 4.1 di atas menunjukkan

    bahwa dari 46 sampel jenis kelamin

    terbanyak adalah perempuan dengan

    jumlah 37 orang (80,4%), berdasarkan

    umur terbanyak adalah sampel dengan

    umur 46-55 dan 56-65 tahun dengan

    masing-masing jumlah 16 orang (34,8%).

    Gambaran Penggunaan Jenis Obat

    Anti-Inflamasi Nonsteroid Oral Pada

    Penderita Osteoartritis.

    Data penggunaan jenis obat anti-

    inflamasi nonsteroid oral diperoleh dari

    sampel dengan cara melihat rekam medik.

    Distribusi penggunaan jenis obat anti-

    inflamasi nonsteroid oral pada sampel

    dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

  • Tabel 4.2 Gambaran Jenis Obat Anti-

    Inflamasi Nonsteroid Oral

    Pada Penderita Osteoartritis

    OAINS Jumlah (n) Persentase

    (%)

    Ibuprofen

    Meloxicam

    Natrium-

    diklofenak

    Parasetamol-

    Tramadol

    4

    21

    7

    14

    8,7

    45,7

    15,2

    30,4

    Total 46 100

    Tabel 4.2 di atas menunjukkan

    bahwa dari 46 sampel yang terbanyak

    adalah sampel dengan penggunaan obat

    anti-inflamasi nonsteroid oral jenis

    meloxicam yaitu sebanyak 21 orang

    (45,7%).

    Gambaran Penggunaan Jenis OAINS

    Oral dan Timbulnya Dispepsia

    Gambaran dispepsia pada sampel

    penelitian ini dikelompokkan berdasarkan

    interpretasi hasil kuesioner Kriteria Rome

    III yaitu dispepsia dan tidak dispepsia.

    Distribusi jumlah dan persentase dari

    interpretasi tersebut dapat dilihat pada

    tabel dibawah ini.

    Tabel 4.3 Gambaran Dispepsia

    Gambaran

    Dispepsia

    Jumlah (n) Persentase

    (%)

    Dispepsia

    Tidak-

    dispepsia

    29

    17

    63

    37

    Total 46 100

    Tabel 4.3 di atas menunjukkan

    bahwa dari 46 sampel penderita

    osteoartritis yang mengkonsumsi OAINS,

    didapatkan 29 orang (63%) mengalami

    dispepsia.

    Tabel 4.4 Gambaran Penggunaan Jenis

    OAINS dan Timbulnya

    Dispepsia

    OAINS Dispepsia Persentase

    Ibuprofen

    Meloxicam

    Natrium diklofenak

    Paracetamol-

    Tramadol

    1

    14

    5

    9

    3,4

    48,3

    17,2

    31

    Total 29 100

    Tabel 4.4 di atas menunjukkan

    bahwa dari 46 sampel penderita

    osteoartritis yang mengkonsumsi OAINS,

    29 orang (63%) mengalami dispepsia

    dengan yang terbanyak mengkonsumsi

    OAINS jenis meloxicam yaitu 14 orang

    (48,3%).

  • Gambaran Dispepsia Berdasarkan Jenis

    Kelamin dan Umur

    Gambaran dispepsia pada sampel

    penelitian juga dikelompokkan

    berdasarkan jenis kelamin dan umur.

    Distribusi jumlah dan persentase dari

    interpretasi tersebut dapat dilihat pada

    grafik dibawah ini.

    Tabel 4.5 Gambaran Dispepsia

    Berdasarkan Jenis

    Kelamin dan Umur

    Karekteristik Dispepsia

    n (%)

    Tidak

    Dispepsia

    n (%)

    Jenis Kelamin

    a. Laki-laki

    b. Perempuan

    5 (55,6)

    24 (64,9)

    4 (44,4)

    13 (35,1)

    Umur

    a. 26-35 tahun

    b. 36-45 tahun

    c. 46-55 tahun

    d. 56-65 tahun

    e. 65- ke atas

    1 (50)

    1 (33,3)

    12 (75)

    11 (68,8)

    4 (44,4)

    1 (50)

    2 (66,7)

    4 (25)

    5 (31,2)

    5 (55,6)

    Tabel 4.5 di atas menunjukkan

    bahwa dari 46 sampel penderita

    osteoartritis yang mengkonsumsi OAINS,

    yang terbanyak mengalami dispepsia

    adalah jenis kelamin perempuan dengan

    jumlah 24 orang (64,9%), berdasarkan

    umur terbanyak adalah sampel dengan

    umur 46-55 tahun dengan jumlah 12 orang

    (75%).

    Gambaran Keluhan Dispepsia

    Gambaran keluhan dispepsia pada

    sampel penelitian berdasarkan kuesioner

    Kriteria Roma III terdiri dari tujuh

    keluhan. Distribusi jumlah dan persentase

    dari keluhan dispepsia tersebut dapat

    dilihat pada tabel dibawah ini.

    Tabel 4.6 Gambaran Keluhan Dispepsia

    Gambaran

    Keluhan

    Jumlah (n) Persentase

    (%)

    Nyeri ulu hati 17 37

    Panas di dada

    Kembung-

    setelah makan

    Cepat kenyang

    Mual

    Muntah

    Sendawa

    15

    8

    9

    18

    1

    29

    32,6

    17,2

    19,6

    39,1

    2,2

    63

    Tabel 4.6 di atas menunjukkan

    bahwa dari tujuh keluhan dispepsia

    berdasarkan kuesioner Kriteria Roma III,

    keluhan yang terbanyak yang disampaikan

    pasien adalah sendawa sebanyak 29 orang

    (63%).

    Pembahasan

    Penelitian ini dilakukan pada 46

    orang sampel yang dikelompokkan

    berdasarkan jenis kelamin dan umur. Pada

    kategori jenis kelamin didapatkan jenis

    kelamin perempuan lebih banyak

    dibandingkan laki-laki yaitu berjumlah 37

    orang (80,4%). Hasil ini sesuai dengan

  • penelitian Nyoman Kertia dkk, didapatkan

    bahwa 66,25% pasien osteoartritis adalah

    perempuan.(15) Osteoartritis sering

    dialami oleh perempuan dibandingkan

    dengan laki-laki. Hal ini berhubungan

    dengan keadaan menopause. Pada masa

    ini, hormon estrogen yang salah satunya

    berfungsi menjaga massa tulang tidak

    berfungsi lagi.(16)

    Pada kategori umur didapatkan

    paling banyak pada usia 46-55 dan 56-65

    tahun yaitu masing-masing berjumlah 16

    orang (34,8%). Hasil ini sesuai dengan

    penelitian Eka Pratiwi Maharani, yang

    menunjukkan terdapat 77% sampel

    penelitian yang mengalami osteoartritis

    adalah yang berusia >50 tahun.(17) Proses

    penuaan dianggap sebagai penyebab

    peningkatan kelemahan di sekitar sendi,

    penurunan kelenturan sendi, kalsifikasi

    tulang rawan dan menurunkan fungsi

    kondrosit, yang semuanya mendukung

    terjadinya OA. Studi Framingham

    menunjukkan bahwa 27% orang berusia

    6370 tahun memiliki bukti radiografik

    menderita OA lutut, yang meningkat

    mencapai 40% pada usia 80 tahun atau

    lebih. Studi lain membuktikan bahwa

    risiko seseorang mengalami gejala

    timbulnya OA lutut adalah mulai usia 50

    tahun.(17) Proses penuaan dimulai pada

    usia lanjut, terlihat perubahan permukaan

    sendi yang baik pada usia muda menjadi

    permukaan granular mengalami keruakan

    pada usia tua. Ditambah lagi bahwa tulang

    rawan memiliki keterbatasan dalam proses

    regenerasi, perubahan - perubahan

    degeneratif ini tidak dapat kembali

    kekeadaan semula dan bersifat

    progresif.(18)

    Dalam penelitian ini dilakukan

    dilakukan perhitungan distribusi frekuensi

    dispepsia. Dari hasil perhitungan,

    diperoleh jumlah sampel osteoartritis

    yang mengkonsumsi OAINS mengalami

    dispepsia adalah 29 orang (63%). Hasil ini

    juga tidak jauh berbeda dengan penelitian

    yang dilakukan oleh Marcillus Simadibrata

    didapatkan 71,1% mengalami dispepsia

    dari seluruh sampel.(19) Hasil ini sesuai

    dengan penelitian Yoga Waranugraha dkk,

    didapatkan sebanyak 55% pasien

    osteoartritis dengan pengobatan OAINS

    mengalami gejala gastropati.(20) Laporan

    dari Inggris dan Wales mengemukakan

    lebih dari 45% perdarahan ulkus peptikum

    dengan penyebab terbanyak sekitar 80%

    berupa faktor predisposisi pemakaian

    OAINS dan aspirin.(21)

    Penggunaan

    OAINS jangka panjang menyebabkan

    penghambatan COX-1 yang berfungsi

    secara fisiologis dalam waktu yang lama.

    Dampak dari penghambatan COX-1

    tersebut adalah berkurangnya sintesis

    prostaglandin fisiologis sehingga

    regenerasi mukosa lambung menjadi

    terhambat. Selain itu, penggunaan OAINS

    jangka panjang menyebabkan iritasi lokal

  • mukosa lambung menjadi lebih lama dan

    lebih hebat. Sehingga mukosa lambung

    yang semula masih baik dapat

    mengalami kerusakan atau mukosa

    lambung yang sudah rusak dapat

    menjadi semakin rusak.(20)

    Dalam penelitan ini didapatkan 4

    jenis OAINS yang dikonsumsi oleh pasien

    osteoartritis yaitu ibuprofen, meloxicam,

    natrium diclofenak, dan kombinasi

    paracetamol-tramadol. Dalam penelitiian

    ini didapatkan dari 46 sampel penderita

    osteoartritis yang mengkonsumsi OAINS,

    29 orang (63%) mengalami dispepsia

    dengan yang terbanyak mengkonsumsi

    OAINS jenis meloxicam yaitu 14 orang

    (48,3%). Hasil ini sesuai dengan penelitian

    Yoga Waranugraha dkk, didapatkan 11

    orang (47,8%) pasien osteoartritis yang

    mengkonsumsi OAINS jenis meloxicam

    mengalami gangguan gastropati.(20) Pada

    penelitian ini tidak dijumpai adanya

    penggunaan OAINS jenis COX-2 selektif

    karena mahalnya harga OAINS jenis

    COX-2 selektif. OAINS yang paling

    banyak dipakai adalah meloxicam karena

    memiliki efek samping terhadap saluran

    cerna paling minimal. Literatur

    menyebutkan bahwa meloxicam mampu

    menghambat COX-2 sepuluh kali lipat

    daripada COX-1 pada percobaan ex

    vivo. Berdasarkan penelitian yang

    dilakukan oleh Burke dkk, natrium

    diklofenak memberikan efek samping

    (pada umumnya saluran pencernaan) pada

    20% pasien dan sebanyak 5% sampai 15%

    pasien mengalami efek samping

    gastrointestinal setelah pemberian

    ibuprofen. Menurut literatur Natrium

    diklofenak merupakan OAINS yang

    memiliki durasi efek terapeutik di cairan

    sinovial lebih lama daripada waktu paruh

    di plasma.(22,23) Pernyataan di atas

    menunjukkan jika masing-masing jenis

    OAINS memiliki kemampuan yang

    berbeda-beda untuk menimbulkan efek

    samping pada saluran pencernaan. Masing-

    masing OAINS memiliki kemampuan

    yang berbeda dalam menimbulkan efek

    samping pada saluran pencernaan.

    Keluhan dispepsia yang terbanyak adalah

    sendawa (63%) dan diikuti oleh mual

    (39,1%). Keluhan yang paling jarang

    dijumpai adalah muntah (2,2%). Hal ini

    sedikit berbeda dengan penelitian Yoga

    Wanugraha dkk yang mendapatkan

    keluhan terbanyak adalah nyeri ulu hati

    (55%). Hal tersebut terjadi karena dalam

    kurun waktu tertentu seorang pasien bisa

    saja menjalani terapi dengan OAINS yang

    berbeda jenis dan keluhan yang muncul

    bisa saja bukan efek dari satu jenis

    OAINS saja. Tingkat keparahan keluhan

    yang timbul juga dipengaruhi oleh

    lamanya penggunaan OAINS.(20)

    Selain dilakukan perhitungan

    terhadap distribusi frekuensi dispepsia

    berdasarkan penggunaan OAINS, juga

  • dilakukan perhitungan distribusi frekuensi

    dispepsia berdasarkan jenis kelamin dan

    umur. Berdasarkan jenis kelamin dari 29

    sampel yang mengalami dispepsia

    didapatkan jenis kelamin perempuan 24

    orang (64,9%). Hasil ini sesuai dengan

    penelitian yang dilakukan oleh

    Susilawati dkk dimana didapatkan 76%

    yang mengalami dispepsia adalah

    perempuan.(24) Hal ini juga sesuai dengan

    hasil penelitian yang dilakukan oleh Joko

    Sutyono di RSUD Prof. Dr. Margono

    Soekarjo Purwokerto mendapatkan 61,9%

    yang mengalami dispepsia adalah

    perempuan.(25) Menurut Krause dkk,

    perempuan lebih mudah mengalami

    dispepsia dikarenakan struktur tubuh yang

    kurang ideal. Krause juga menambahkan

    bahwa masalah kehamilan pada ibu hamil

    merupakan penyebab tingginya prevalensi

    dispepsia. Hal ini terjadi karena

    disebabkan oleh tekanan dari bawah ke

    arah lambung sehingga produksi asam

    lambung menjadi meningkat.(26)

    Perhitungan distribusi dispepsia

    berdasarkan umur, dari 29 orang sampel

    yang mengalami dispepsia paling banyak

    adalah sampel dengan umur 46-55 tahun

    yaitu 12 orang (75%). Hal ini sesuai

    dengan penelitian yang dilakukan oleh

    Yuriko Andre dkk yang menunjukkan

    58,8% sampel penelitian yang mengalami

    dispepsia adalah yang berusia >45

    tahun.(27) Bertambahnya usia

    menyebabkan menurunnya fungsi organ

    terutama hati dan ginjal yang memiliki

    peranan penting dalam metabolisme dan

    ekskresi obat. Proses penuaan akan

    menyebabkan efek samping obat lebih

    dominan daripada efek terapeutik obat.

    Selain itu, efek toksik obat akan lebih

    sering muncul.(28)

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil penelitian, maka

    dapat diambil kesimpulan bahwa:

    1. Jenis kelamin dari 46 sampel penderita

    osteoartritis yang mengkonsumsi

    OAINS oral didapatkan yang terbanyak

    adalah perempuan dengan jumlah 37

    orang (80,4%), berdasarkan umur yang

    terbanyak adalah sampel dengan umur

    46-55 dan 56-65 tahun dengan masing-

    masing jumlah 16 orang (34,8%).

    2. Penggunaan jenis OAINS oral dari 46

    sampel yang terbanyak adalah sampel

    dengan penggunaan OAINS jenis

    meloxicam yaitu sebanyak 21 orang

    (45,7%).

    3. Penggunaan OAINS oral dari 46 sampel

    osteoartritis, didapatkan 29 orang (63%)

    mengalami dispepsia dengan yang

    terbanyak mengkonsumsi OAINS jenis

    meloxicam yaitu 14 orang (48,3%).

    4. Jenis kelamin dari 46 sampel yang

    mengalami dispepsia didapatkan yang

    terbanyak adalah perempuan dengan

  • jumlah 24 orang (64,9%), dan

    berdasarkan umur yang terbanyak

    adalah sampel dengan umur 46-55

    tahun dengan jumlah 12 orang (75%).

    5. Dari tujuh keluhan dispepsia

    berdasarkan kuesioner Kriteria Roma

    III, keluhan yang terbanyak yang

    disampaikan pasien adalah sendawa

    sebanyak 29 orang (63%).

    Saran

    Berdasarkan hasil penelitian ini,

    dapat disampaikan saran-saran sebagai

    berikut:

    1. Bagi instansi terkait dan tenaga

    kesehatan khususnya di RSUD dr.

    Zainoel Abidin Banda Aceh diharapkan

    dapat meningkatkan pelayanan dan

    perawatan terhadap pasien osteoartritis

    yang menggunakan OAINS oral dengan

    tidak melupakan aspek efek

    sampingnya.

    2. Bagi para petugas kesehatan, harus

    lebih selektif dalam penggunaan

    OAINS dan sebaiknya lebih

    menggunakan OAINS selektif untuk

    COX-2.

    3. Bagi masyarakat luas agar mengetahui

    efek samping dari penggunaan OAINS

    oral dan dapat mengenali gejala

    dispepsia serta segera konsultasi ke

    dokter bila mengalaminya.

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Baughman DC, Hackly JC.

    Keperawatan Medikal Bedah Ester M,

    editor. Jakarta: EGC; 2000.

    2. Carter MA. Osteoartritis. In Hartanto

    H, Susi N, Wulansari P, Mahanani DA,

    editors. Patofisiologi : Konsep Klinis

    Proses-proses Penyakit. Jakarta: EGC;

    2005.

    3. Brashers VL. Aplilkasi Klinis

    Patofisiologi : pemeriksaan &

    manajemen. 2nd ed. Yulianti D, editor.

    Jakarta: EGC; 2007.

    4. Rubenstein D, Wayne D, Bradley J.

    Kedokteran Klinis. 6th ed. Safitri A,

    editor. Jakarta: Erlangga; 2007.

    5. WHO. The Global Burden of Disease

    2004 Update. Switzerland: WHO

    Press; 2004.

    6. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto

    R, Pramudiyo R. Osteoartritis. In

    Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K

    S, Setiati S, editors. Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Jakarta: Interna

    Publishing; 2009.

    7. Wilmana PF, Gan S. Analgesik-

    Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi

    Nonsteroid, dan Obat Gangguan Sendi

    Lainnya. In Setiabudy R, Nafrialdi ,

    editors. Farmakologi dan Terapi.

    Jakarta: FKUI; 2009.

    8. Almatsier S. Penuntun Diet. Jakarta:

    Gramedia Pustaka Utama; 2004.

    9. Setyono J, Prastowo A, Saryono.

    Karakteristik Penderita Dispepsia di

    RSUD Prof.DR.Margono Soekarjo

  • Purwokerto. Jurnal Keperawatan

    Soedirman (The Soedirman Journal of

    Nursing). 2006 Juli; 1(1).

    10. Chang L. The Rome III Criteria for the

    Functional GI Disorders. Medscape.

    2006.

    11. Djojoningrat D. Dispepsia Fungsional.

    In FKUI : Perhimpunan Dokter

    Spesialis Penyakit Dalam. Buku Ajar

    Ilmu Penyakit Dalam. 5th ed. Jakarta:

    Interna Publishing; 2009.

    12. Departemen Kesehatan RI. Profil

    Kesehatan RI 2005. Jakarta; 2006.

    13. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-

    dasar Metodologi Penelitian Klinis.

    3rd ed. Jakarta: Sagung Seto; 2010.

    14. Abdullah M, Gunawan J. Dispepsia.

    Bagian Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

    2012; 39(9).

    15. Kertia N, Asdie AH, Rochmah W,

    Marsetyawar. Berbagai Keluhan Fisik

    Yang Dialami Pasien Osteoartritis

    Akibat Terapi Natrium Diklofenak

    Dibandingkan Kurkuminoid Ekstrak

    Rimpang Kunyit. Buletin Penelitian

    Kesehatan. 2011; 39 (3): p. 145 153.

    16. Paradowski PT, Bergman S, Sundn-

    Lundius A, Lohmander LS, Roos EM.

    Knee complaints vary with age and

    gender in the adult population.

    Population-based reference data for

    the Knee injury and Osteoarthritis

    Outcome Score (KOOS). BMC

    Musculoskelet Disord. 2006 May ; 2

    (7) : p. 38.

    17. Maharani EP. Faktor-faktor Risiko

    Osteoartritis Lutut. Universitas

    Diponegoro. 2007.

    18. American College Of Rheumatology.

    Osteoarthritis. 2012.

    19. Simadibrata M, Tytgat, Lesmana LA,

    Daldiyono, Ariawan I. Endoscopical

    appearances of nonsteroidal anti

    inflammatory drug (NSAID)-

    enteropathy. Endoscopical appearances

    of NSAID-enteropathy. 2005 Oktober-

    Desember ; 14 (4) : p. 225-229.

    20. Waranugraha Y, Suryana BPP,

    Pratomo B. Hubungan Pola

    Penggunaan OAINS dengan Gejala

    Klinis Gastropati pada Pasien

    Reumatik. Malang : Jurnal Kedokteran

    Brawijaya. 2010 Agustus ; 26 (2).

    21. Weil J, Langman MJS, Wainwright P,

    Lawson DH, Rawlin M, Logan RFA,

    Brown TP, Vessey MP, Murphy M,

    Colin-Jones DG. Peptic ulcer

    bleeding: accessory risk factors and

    interaction with non-steroidal anti-

    inflammatory drugs. Gut 2000:46:27-

    31.

    22. Burke A, Smyth E, and Fitz Gerald

    GA. Analgesic-Antipyretic Agent,

    Pharmacotherapy of Gout S. In:

    Brunton LL, Lazo JS, and Parker KL.

    Goodman and Gillman's the

    Pharmacological Basis of Therapeutics

    11th edition. USA: The McGraw-

    Hill Companies; 2006.

    23. Wagner W, Khanna P, and Furst D.

    Nonsteroidal Anti inf lamatory Drugs,

    Disease Modi fying Antirheumatic

    Drugs, Nonopioid Analgesics, and

    Drugs Uses in Gout. In: Katzung BG.

    Basic & Clinical Pharmacology 9th

    edition. San Francisco, USA: The

    McGraw-Hill Companies; 2004; p.

    576-603.

    24. Susilawati, Palar S, Bradley J.

    Waleleng. Hubungan Pola Makan

    Dengan Kejadian Sindroma Dispepsia

  • Fungsional Pada Remaja Di

    Madrasah Aliyah Negeri Model

    Manado. Departemen Interna Fakultas

    Kedokteran Universitas Sam Ratulangi

    Manado. 2013.

    25. Setyono J, Prastowo A, Saryono.

    Karakteristik Penderita Dispepsia Di

    Rsud Prof. Dr. Margono Soekarjo

    Purwokerto. Jurnal Keperawatan

    Soedirman (The Soedirman Journal of

    Nursing). 2006 Juli ; 1(1).

    26. Krause M. Food, Nutrition, & Diet

    Therapy. W.B. Saunders Company.

    Philadelpia 2002.

    27. Andre Y, Machmud R, Murni AM.

    Hubungan Pola Makan Dengan

    Kejadian Depresi Pada Penderita

    Dispepsia Fungsional. Jurnal

    Kesehatan Andalas. 2013; 2(2).

    28. Capped MS, Schein JR. Diagnosis and

    treatment of nonsteroidal anti-

    inflammatory drug-associated upper

    gastrointestinal toxicity. Gatroenterol

    Clin North Am. 2000; 29: p. 97-124.