Upload
fahdisjro-nyoy
View
1.249
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
1
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI METODE
STRUKTURAL BERCERITA BERPASANGAN DAN MOTIVASI ARCES
PESERTA DIDIK KELAS X5 SMA NEGERI 1 SAMBUNGMACAN
SEMESTER 1 TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Sri Sutarni
SMA Negeri 1 Sambungmacan
Abstrak
Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah rendahnya keterampilan
menulis narasi siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan. Pembelajaran
mengalami hambatan karena siswa kurang tertarik dengan kegiatan menulis
narasi. Hambatan lain yakni guru masih menggunakan metode berceramah dan
penugasan saja. Untuk mengatasi digunakan metode struktural bercerita
berpasangan dan motivasi ARCES. Hasil yang diperoleh pada kondisi awal nilai
rata-rata 71,33 tertinggi 75 terendah 62 dan siklus I nilai rata-rata 80,13 tertinggi
89 terendah 68. Pada siklus II nilai rata-rata 83,67 tertinggi 95 terendah 75.
Peningkatan ini juga diikuti dengan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan
perubahan perilaku siswa kea rah positif.
Kata kunci: menulis narasi, metode struktural, bercerita berpasangan, motivasi
ARCES.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
PENDAHULUAN
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas X5
SMA Negeri 1 Sambungmacan semester 1 tahun pelajaran 2012/2013 ditemukan
beberapa gejala yang menunjukkan bahwa pembelajaran menulis karangan narasi
belum mencapai hasil maksimal. Hal ini dapat dibuktikan melalui pencapaian tiap
indikator yang seharusnya dicapai oleh siswa meliputi: (1) mendaftar topik-topik
yang dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) menyusun kerangka
karangan; (3) mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi karangan
narasi; (4) menyunting karangan narasi yang ditulis teman; (5) menyimpulkan
definisi karangan narasi; (6) menyimpulkan ciri-ciri karangan narasi; dan (7)
menyimpulkan perbedaan karangan narasi dengan deskripsi.
Hasil yang diperoleh siswa dalam proses pembelajaran adalah: (1)
sebagian besar topik yang dikumpulkan siswa belum memenuhi syarat untuk
dapat dikembangkan menjadi karangan narasi; (2) siswa belum bisa menentukan
kalimat berisi gagasan utama dan kata kunci untuk tiap kalimat penjelas sebagai
2
kerangka karangan; (3) siswa belum mampu mengembangkan kata kunci dalam
kerangka menjadi kalimat dan paragraf secara tepat; (4) siswa belum bisa
mengoreksi dengan tepat kesalahan dalam karangan yang dibuat oleh teman; (5)
siswa belum mampu menyimpulkan sendiri definisi karangan narasi; (6) siswa
belum mampu mengidentifikasi ciri-ciri karangan narasi; dan (7) siswa belum bisa
mengidentifikasi dengan tepat perbedaan paragraf deskripsi dengan narasi.
Kesulitan-kesulitan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai hal, meliputi:
(1) Siswa belum mempunyai motivasi yang tinggi terhadap kegiatan menulis,
mengingat siswa belum tahu tingkat kemanfaatan dari kebiasaan menulis; (2)
Masih jarang ditemukan guru yang aktif menulis di berbagai media untuk
dijadikan teladan bagi siswa; (3) Siswa tidak dibiasakan dengan kegiatan menulis
meskipun tentang hal-hal kecil yang terjadi atau dihadapi setiap saat; (4) Siswa
belum memahami dan menggunakan kaidah penulisan kalimat berdasarkan kaidah
penulisan struktur kalimat yang benar; (5) Siswa belum memahami teknik
penyusunan paragraf yang utuh dan padu; dan (6) Kegiatan pembelajaran menulis
di kelas masih menggunakan metode konvensional yang cukup membosankan
bagi siswa.
Penerapan metode yang efektif dan menyenangkan dirasa perlu agar
peserta didik lebih termotivasi untuk melakukan kegiatan menulis sehingga terjadi
peningkatan kualitas hasil pembelajaran. Oleh karena itu, perlu diterapkan metode
struktural bercerita berpasangan yang digabung dengan motivasi ARCES dalam
pembelajaran menulis narasi melalui penelitian tindakan kelas yang berjudul:
Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi melalui Metode Struktural Bercerita
Berpasangan dan Motivasi ARCES Peserta Didik Kelas X5 SMA Negeri 1
Sambungmacan Semester 1 Tahun Pelajaran 2012/2013.
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan Teori
Kajian teori yang digunakan sebagai kerangka teoretis pada penelitian ini
adalah menulis, karangan narasi, metode struktural, bercerita berpasangan, dan
motivasi ARCES.
3
Menulis
Nurhadi (1999:343), menulis didefinisikan sebagai suatu proses penuangan
ide atau gagasan dalam bentuk paparan bahasa tulis berupa rangkaian simbol-
simbol bahasa (huruf). Pengertian tersebut menunjukkan keterampilan menulis
seseorang diawali dengan mengenal simbol-simbol bahasa (huruf), belajar
merangkai huruf menjadi suu kata, kata, frasa, dan kalimat hingga menjadi
wacana yang kompleks.
Pengertian lain dijelaskan Suparno dan Yunus (2004:1-3) yang
mendefinisikan menulis sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat atau medianya. Pesan adalah isi
atau muatan yang terkandung dalam suatu tulisan. Tulisan merupakan sebuah
simbol atau lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati pemakainya.
Dengan demikian, dalam komunikasi tulis paling tidak terdapat empat unsur yang
terlibat, yaitu penulis sebagai penyampai pesan, pesan atau isi tulisan, saluran atau
media berupa tulisan, dan pembaca sebagai penerima pesan. Hakim (2005:15)
menyebutkan bahwa menulis adalah upaya mengekspresikan apa yang dilihat,
dialami, dirasakan, dan dipikirkan ke dalam bahasa tulisan.
Wiyanto (2006:1-2) menjelaskan bahwa kata menulis mempunyai dua arti
yaitu kegiatan mengubah bunyi dalam bentuk tanda dan kegiatan mengungkapkan
gagasan. Mengubah bunyi dalam bentuk tanda berarti mengubah bunyi yang dapat
didengar menjadi tanda-tanda yang dapat dilihat. Bunyi-bunyi yang diubah itu
berupa bunyi bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa menulis
merupakan kegiatan menuangkan gagasan, pikiran, atau perasaan menggunakan
media bahasa secara tulis untuk dapat dipahami oleh orang lain. Pembaca dapat
memahami gagasan, pikiran, dan perasaan penulis dengan cara menafsirkan
lambang-lambang grafis yang sudah disusun berupa rangkaian kata-kata tersebut.
Kesejalanan pemikiran antara pembaca dan penulis menjadi unsur penting untuk
memudahkan pemahaman pembaca.
4
Karangan Narasi
Suherli (2008:6) menjelaskan bahwa wacana narasi disebut juga wacana
kisahan. Wacana jenis ini menyajikan suatu peristiwa atau kisah secara kronologis
dengan penataan jalan cerita atau alur secara menarik. Peristiwa atau kisah yang
disajikan dengan wacana narasi dapat meningkatkan pemahaman pembaca
terhadap peristiwa yang disajikan dalam tulisan. Selain itu, wacana narasi juga
menggambarkan penokohan dan latar.
Sedangkan Alwasilah (2008:119) menjelaskan bahwa narasi berasal dari
kata to narrate atau bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian
secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi. Walau sifatnya
kronologis, narasi bisa dimulai dari peristiwa di tengah atau di belakang sehingga
memunculkan flashback. Narasi bisa bergaya kisahan orang pertama sehingga
terasa subjektivitas pengarangnya, atau orang ketiga sehingga terdengar lebih
objektif. Narasi juga sering berpadu dengan deskripsi dan berfungsi sebagai
eksposisi atau persuasi.
Metode Struktural
Sugiyanto (2009:48) menjelaskan bahwa metode struktural merupakan
metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Spencer Kagan. Metode ini
dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dari sebuah kelas
tradisional seperti resitasi. Metode ini diawali dengan pengajuan pertanyaan oleh
guru kepada seluruh siswa dalam kelas. Siswa menjawab setelah lebih dahulu
mengangkat tangan dan ditunjuk oleh guru.
Kagan menghendaki agar para siswa bekerjasama saling bergantung dalam
kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Berdasarkan tujuannya, struktur
dibedakan menjadi dua yaitu struktur yang bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik dan struktur yang bertujuan untuk mengajarkan
keterampilan sosial. Keseimbangan antara penguasaan akademik dan sosial dapat
melatih siswa mempunyai kepribadian yang baik.
5
Metode Bercerita Berpasangan
Menurut Lie (2004) dalam Sugiyanto (2009) teknik mengajar bercerita
berpasangan (paired story telling) dikembangkan sebagai pendekatan interaktif
antara siswa, pengajar, dan bahkan pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini
menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara.
Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam berbagai mata pelajaran seperti ilmu
pengetahuan sosial, agama, dan bahasa. Bahan mata pelajaran yang digunakan
dengan teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun hal ini
tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain.
Motivasi ARCES
Secara umum motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang timbul pada
diri seseorang untuk melakukan sesuatu disertai usaha-usaha guna mencapai
tujuan yang dikehendaki. Dorongan ini sangat menentukan keberhasilan seseorang
dalam mencapai tujuan. Motivasi pada diri siswa sangat beragam dan akan
muncul dalam perilakunya sesuai dengan tujuan yang ia harapkan. Motivasi yang
paling kuat untuk mencapai keberhasilan adalah motivasi yang muncul dari diri
sendiri tanpa pengaruh dari pihak lain.
Guru sebagai pembimbing dalam pembelajaran bertugas memunculkan
dan mengarahkan motivasi siswa agar dapat mencapai tujuan pembelajaran yang
maksimal sesuai dengan kompetensi-kompetensi yang harus dikuasai siswa pada
tiap mata pelajaran. Motivasi berbasis ARCES sangat tepat dikembangkan dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia mengingat aspek-aspek yang tercakup di
dalamnya berkait dengan aspek utama dalam pembentukan motivasi siswa.
Menurut A Kosasih ARCES dapat diartikan sebagai berikut :
a. A = Attention (perhatian) artinya: belajar harus didasari rasa ingin tahu yang
tinggi pada diri siswa terhadap materi yang akan dipelajari. Rasa ingin tahu
dapat ditumbuhkan dengan cara : penerapan metode pembelajaran yang
variatif; penggunaan media sebagai pelengkap; penyampaian peristiwa nyata
untuk memperjelas konsep; dan melibatkan siswa dalam menemukan konsep.
6
b. R = Relevance (kegunaan) artinya: motivasi akan tumbuh dan berkembang
apabila peserta didik mengakui manfaat langsung dari materi yang dipelajari.
c. C = Confidence (kepercayaan diri) artinya: peserta didik perlu percaya diri
bahwa ia mampu dan akan berhasil dalam memelajari materi.
d. E = Enjoyment (kesenangan/kegembiraan) artinya: peserta didik merasa
senang terhadap materi yang dipelajari dan kegiatan pembelajarannya. Guru
diharapkan mampu menciptakan suasana menyenangkan bagi peserta didik.
e. S = Satisfaction (kepuasan) artinya: belajar harus menumbuhkan rasa puas
agar bisa mendorong peserta didik untuk tetap ingin selalu belajar. Rasa puas
peserta didik dapat ditumbuhkan melalui: penggunaan pujian; pemberian
umpan balik; pemberian kesempatan untuk menerapkan pengetahuannya;
pemberian kesempatan untuk membantu temannya; atau dengan
pembandingan prestasi siswa dengan prestasi guru berdasarkan standar
tertentu.
Penelitian yang Relevan
Penelitian ini merujuk pada penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya. Beberapa penelitian yang berhubungan dengan topik ini, yaitu
tentang keterampilan menulis narasi pernah dilakukan oleh Asih Subekti
menggunakan media gambar berseri untuk meningkatkan motivasi dan
keterampilan menulis narasi.
Afnia Sundari (2010) melakukan penelitian menggunakan metode
pembelajaran kooperatif dengan teknik Student Teams Achievem ent Divisions
(STAD) untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi. Asih Andriati
Mardliyah (2011) melakukan penelitian menggunakan teknik Jigsaw untuk
meningkatkan keterampilan menulis narasi.
Winarni (2011) melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran
kooperatif teknik Make a Match untuk meningkatkan keterampilan menulis
narasi. Sri Gunarti (2012) melakukan penelitian menggunakan strategi
pembelajaran Examples non Examples untuk meningkatkan motivasi dan
kemampuan menulis narasi.
7
Berdasarkan beberapa penelitian tersebut, penelitian keterampilan menulis
karangan narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan belum
pernah dilakukan di sekolah. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk menggunakan
metode tersebut untuk meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi pada
siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan Kabupaten Sragen.
Kerangka Berpikir Penelitian
Keberhasilan pencapaian penguasaan keterampilan menulis karangana
narasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik bersifat internal maupun bersifat
eksternal. Guru sebagai fasilitator dituntut untuk menciptakan kondisi
pembelajaran yang mendukung pencapaian keterampilan tersebut.
Faktor eksternal diatasi dengan penerapan metode pembelajaran struktural
menggunakan teknik bercerita berpasangan sehingga peserta didik lebih senang
dan aktif dalam pembelajaran. Sedangkan faktor internal diatasi dengan penerapan
motivasi ARCES untuk merangsang minat peserta didik terhadap pembelajaran
menulis.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka berpikir di atas, hipotesis dalam penelitian ini
adalah meningkatnya keterampilan menulis karangan narasi peserta didik kelas
X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan setelah dilakukan pembelajaran dengan
menerapkan metode pembelajaran struktural bercerita berpasangan dan motivasi
ARCES.
METODE PENELITIAN
Desain penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas. Penelitian
dilakukan dalam dua siklus. Siklus I bertujuan mengetahui keterampilan
mengidentifikasi berbagai jenis karangan narasi, mengidentifikasi ciri-ciri
karangan narasi, dan menuliskan karangan narasi. Metode struktural bercerita
berpasangan dan motivasi ARCES sudah diterapkan dalam menulis karangan
narasi dengan teman duduk satu meja. Pada siklus I semua kerja sama hanya
8
dilakukan dengan teman duduk satu meja. Diskusi kelompok belum dilaksanakan.
Semua hasil yang diperoleh pada siklus I menjadi refleksi untuk pembelajaran
siklus II
Siklus II bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil pembelajran yang
telah dikembangkan berdasarkan refleksi siklus I. Langkah ini merupakan upaya
untuk memperbaiki kelemahan dalam proses pembelajaran menulis narasi yang
telah dilakukan pada siklus I. Metode struktural bercerita berpasangan dan
motivasi ARCES tetap dilakukan dengan teman duduk satu meja. Namun, semua
bentuk kerja sama sudah dilakukan dalam diskusi kelompok.
Observasi dilakukan untuk mengetahui segala peristiwa yang berhubungan
dengan pembelajaran maupun respon terhadap metode yang digunakan oleh guru.
Data observasi diperoleh dari lembar observasi, catatan harian guru, catatan harian
siswa, lembar wawancara, dan dokumentasi foto. Refleksi bertujuan untuk
mengetahiu kendala apa yang ditemui dalam meningkatkan keterampilan menulis
karangan narasi siswa.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas X5 SMA Negeri 1
Sambungmacan Kabupaten Sragen.Variabel penelitian ini ada dua macam vaitu
variabel keterampilan menulis karangan narasi dan motivasi ARCES. Indikator
kinerja dalam penelitian ini meliputi dua aspek, yaitu kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu teknik tes
dan teknik nontes. Tes dilakukan dengan menggunakan soal menulis karangan
narasi sebanyak dua kali, yaitu tes pada akhir siklus I dan tes pada akhir siklus II.
Skor penilaian berdasarkan aspek-aspek yang sudah ada. Tes yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tes tertulis yang sesuai dengan materi, yaitu menulis
karanga narasi. Dalam melakukan tes ini, diperlukan instrument atau alat bantu
yang berupa kriteria atau pedoman penilaian. Penilaian tersebut harus
menunjukkan pencapaian indikator yang telah ditentukan. Teknik nontes yang
digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi, lembar jurnal, lembar
wawancara, dan lembar dokumentasi foto yang digunakan untuk mengungkapkan
perubahan tingkah laku siswa selama mengikuti pembelajaran menulis karangan
9
narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi
ARCES.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Hasil penelitian tindakan kelas ini berupa data hasil tes dan data nontes
yang diperoleh dari kondisi awal, tindakan siklus I dan siklus II. Data tersebut
dapat dideskripsikan sebagai berikut:
Kondisi Awal
Data observasi awal menunjukkan bahwa keterampilan menulis narasi
siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan masih rendah. Nilai tertinggi
hanya mencapai batas ketuntasan minimal yaitu 75 dan persentase ketuntasan
kelas hanya mencapai 66,7 %. Sehingga, diperlukan tindakan sebagai upaya
meningkatkan keterampilan menulis karangan narasi tersebut.
Rendahnya nilai siswa sebagai indikator ketidakberhasilan pembelajaran
tersebut juga didukung oleh belum tercapainya indikator untuk kompetensi dasar
menulis karangan narasi. Siswa belum sepenuhnya mampu melakukan kegiatan:
(1) Mendaftar topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan narasi
berdasarkan hasil pengamatan terhadap peristiwa; (2) Menyusun kerangka
karangan narasi; (3) Mengembangkan kerangka yang telah disusun menjadi
karangan narasi; (4) Menyunting karangan narasi yang ditulis teman; (5)
Menyimpulkan definisi karangan narasi; dan (6) Menyimpulkan ciri-ciri karangan
narasi.
Perilaku siswa pada kondisi awal berdasarkan hasil pengamatan
menunjukkan ketidaksiapan siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran menulis
paragraf narasi. Ketidaksiapan tersebut ditunjukkan dalam bentuk perilaku
menyimpang meliputi: (1) ketidaksiapan siswa dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran, (2) kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan guru, (3)
ketidakaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan guru, (4) siswa
belum berani berpendapat dalam diskusi kelompok, dan (5) keseriusan siswa
10
dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru masih rendah. Deskripsi perilaku
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.
Siklus I
Proses pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi menggunakan
metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES mampu
meningkatkan keterampilan menulis krangan narasi, proses pembelajaran, dan
perubahan perilaku siswa.ke arah positif yang mendukung pembelajaran.
Nilai menulis karangan narasi tertinggi 89 atau naik sebesar 18,7 % dari
nilai 75 kondisi awal. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 9,7 % dari 62
menjadi 68. Sebaran nilai menunjukkan 1 siswa memperoleh kategori sangat baik
dan 15 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini belum muncul pada
ondisi awal. Untuk kategori cukup bergeser dari 20 siswa dengan besaran 66,7 %
menjadi 12 atau hanya mencapai 40 %. Selisih angka ini ternyata naik ke kategori
baik. Begitu juga dengan siswa berkategori kurang mengalami pergeseran dari
angka 10 menjadi angka 2 atau bergeser dari 33,3% menjadi 6,7 %. Persentase
ketuntasan kelas naik 20% dari 66,7% menjadi 86,7%. Rerata kelas juga
mengalami kenaikan 12,3% dari 71,33 menjadi 80,13.
Proses pembelajaran sudah menunjukkan peningkatan kualitas. Hal ini
ditunjukkan dengan sikap siswa yang antusias mengikuti proses pembelajaran.
Siswa merasa senang mengikuti pembelajaran. Sikap positif yang ditunjukkan
masih terbatas, artinya belum merata untuk semua siswa. Beberapa siswa masih
sibuk dengan aktivitas lain yang sifatnya mengganggu proses pembelajaran,
misalnya: bercerita dengan teman sebelahnya atau mengerjakan tugas mata
pelajaran lain.
Perilaku siswa sudah menunjukkan sikap positif berupa: (1) kesiapan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap
penjelasan guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan
guru, (4) siswa aktif berpendapat dalam diskusi kelompok, dan (5) keseriusan
siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan guru.
11
Siklus II
Tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari tindakan siklus I yang
divariasikan dengan kerja sama dalam kelompok. Data yang diperoleh berupa
peningkatan keterampilan menulis karangan narasi, peningkatan proses
pembelajaran, dan perubahan perilaku siswa ke arah positif
Nilai menulis karangan narasi tertinggi 95 atau naik sebesar 6,7 % dari
nilai 89 pada siklus I. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 10,3 % dari 68
menjadi 75. Sebaran nilai menunjukkan 3 siswa memperoleh kategori sangat baik
dan 24 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini mengalami kenaikan
yang cukup berarti dari siklus I. Untuk kategori cukup bergeser dari 12 siswa
dengan besaran 40% menjadi 3 atau hanya mencapai 10 %. Selisih angka ini
ternyata naik ke kategori baik. Siswa berkategori kurang sudah tidak muncul lagi
pada siklus II. Persentase ketuntasan kelas naik dari 86,7% menjadi 100%
sehingga siklus II ini sudah mencapai ketuntasan klasikal. Rerata kelas juga
mengalami kenaikan 4,42% dari 80,13 menjadi 83,67.
Perilaku siswa sudah menunjukkan sikap positif berupa: (1) kesiapan
siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap
penjelasan guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan
guru, (4) aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, (5) keseriusan siswa dalam
mengerjakan tugas yang diberikan guru, dan (6) siswa merasa senang mengikuti
kegiatan pembelajaran.
Sikap positif yang masih terbatas dan belum merata untuk semua siswa
yang terjadi pada pembelajaran siklus I sudah mengalami perkembangan pada
siklus II. Semua siswa sudah siap mengikuti kegiatan pembelajaran,
memperhatikan penjelasan guru, aktif bertanya jawab dengan guru, berani
mengungkapkan pendapat, dan serius dalam mengerjakan tugas.
Kegiatan pembelajaran siklus II memperlihatkan siswa senang mengikuti
kegiatan pembelajaran. Ini ditunjukkan dengan ekspresi wajahnya yang senang
dan berseri. Tidak ada lagi siswa yang bercerita dengan teman sebelahnya atau
mengerjakan tugas mata pelajaran lain.
12
Pembahasan
Pembahasan hasil penelitian pembelajaran menulis karangan narasi
didasarkan hasil tes dan nontes pada siklus I dan siklus II. Pembahasan meliputi:
peningkatan keterampilan menulis karangan narasi, peningkatan proses
pembelajaran, dan perubahan perilaku siswa setelah mengikuti pembelajaran
menulis narasi menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan
motivasi ARCES. Pembahasan ketiga hal tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Narasi
Peningkatan keterampilan menulis paragraf narasi siswa dapat dilihat pada
tabel berikut :
Daftar Perolehan Nilai Menulis Karangan Narasi Tiap Siswa
NO NOMOR SAMPEL NILAI AWAL SIKLUS I SIKLUS II
1 S 01 75 89 95
2 S 02 63 81 80
3 S 03 75 79 83
4 S 04 65 81 87
5 S 05 75 79 83
6 S 06 75 79 83
7 S 07 67 74 80
8 S 08 75 84 88
9 S 09 65 81 85
10 S 10 75 84 87
11 S 11 62 82 84
12 S 12 75 84 86
13 S 13 75 86 87
14 S 14 75 81 83
15 S 15 75 79 82
16 S 16 75 88 90
17 S 17 75 85 87
18 S 18 75 85 86
19 S 19 75 78 82
20 S 20 65 82 84
21 S 21 75 86 89
22 S 22 75 78 81
23 S 23 75 78 82
24 S 24 62 68 75
25 S 25 75 78 83
26 S 26 65 71 75
27 S 27 75 78 83
28 S 28 63 75 80
29 S 29 63 70 76
30 S 30 75 81 84
13
NILAI MAKSIMAL 75 89 95
NILAI MINIMAL 62 68 75
RERATA 71.33 80.13 83.67
Pada tabel di atas diketahui bahwa terdapat peningkatan hasil tes
keterampilan menulis karangan narasi tiap siswa dari tahap awal, siklus I, sampai
pada siklus II. Deskripsi tentang peningkatan nilai tersebut menunjukkan bahwa
terdapat perkembangan keterampilan menulis karangan narasi tiap siswa setelah
mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan metode struktural bercerita
berpasangan dan motivasi ARCES.
Peningkatan keterampilan tersebut cukup signifikan ketika dilihat dari
perolehan nilai seluruh aspek. Namun, ketika dicermati tiap aspek ditemukan ada
yang mengalami peningkatan ada juga yang tetap. Peningkatan tersebut dapat
dilihat pada tabel berikut :
Daftar Pencapaian Nilai Klasikal Tiap Aspek Paragraf Narasi
Aspek
Pencapaian Nilai Tiap Aspek Karangan Narasi Secara Klasikal
Nilai Awal Siklus I
Siklus II
Skor Persentase Skor Persentase Skor Persentase
1 86 72 % 120 100 % 120 100 %
2 172 72 % 238 99 % 240 100 %
3 170 71 % 188 78 % 240 100 %
4 240 67 % 268 74 % 270 75 %
5 170 71 % 180 75 % 180 75 %
6 246 68 % 261 73 % 261 73 %
7 90 75 % 94 78 % 94 78 %
8 90 75 % 94 78 % 95 79 %
9 170 71 % 188 78 % 188 78 %
10 174 73 % 186 78 % 186 78 %
11 174 73 % 180 75 % 184 77 %
12 88 73 % 103 86 % 103 86 %
13 90 75 % 98 82 % 113 94 %
14 90 75 % 96 80 % 116 97 %
15 90 75 % 110 92 % 120 100 %
Pada tabel di atas diketahui bahwa persentase penguasaan secara klasikal
untuk 15 aspek penulisan karangan narasi menunjukkan keragaman yang dapat
dideskripsikan sebagai berikut :
14
1. Aspek ketepatan penggambaran objek sebagai peristiwa mengalami
peningkatan dari 72% pada prasiklus menjadi 100% pada siklus I dan siklus
II.
2. Aspek ketepatan kronologis waktu mengalami peningkatan dari 72% pada
prasiklus menjadi 99% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.
3. Aspek ketepatan urutan ruang mengalami peningkatan dari 71% pada
prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.
4. Aspek kelogisan dan keruntutan paragraf mengalami peningkatan dari 67%
pada prasiklus menjadi 74% pada siklus I, dan menjadi 75% pada siklus II.
5. Aspek kejelasan ide cerita mengalami peningkatan dari 71% pada prasiklus
menjadi 75% pada siklus I, dan menjadi 75% pada siklus II.
6. Aspek kelengkapan unsur cerita mengalami peningkatan dari 68% pada
prasiklus, menjadi 73% pada siklus I, dan menjadi 73% pada siklus II.
7. Aspek penggambaran tindakan tokoh mengalami peningkatan dari 75% pada
prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.
8. Aspek sudut pandang penceritaan mengalami peningkatan dari 75% pada
prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 79% pada siklus II.
9. Aspek pengulangan kata kunci mengalami peningkatan dari 71% pada
prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.
10. Aspek penggunaan kata penunjuk mengalami peningkatan dari 73% pada
prasiklus menjadi 78% pada siklus I, dan menjadi 78% pada siklus II.
11. Aspek ketidakhadiran kalimat sumbang mengalami peningkatan dari 73%
pada prasiklus menjadi 75% pada siklus I, dan menjadi 77% pada siklus II.
12. Aspek kebakuan kosa kata dan istilah mengalami peningkatan dari 73% pada
prasiklus menjadi 86% pada siklus I, dan menjadi 86% pada siklus II.
13. Aspek kejelasan subjek kalimat mengalami peningkatan dari 75% pada
prasiklus menjadi 82% pada siklus I, dan menjadi 94% pada siklus II.
14. Aspek ketepatan penggunaan kata penghubung mengalami peningkatan dari
75% pada prasiklus menjadi 80% pada siklus I, dan menjadi 97% pada siklus
II.
15
15. Aspek ketepatan penggunaan ejaan mengalami peningkatan dari 75% pada
prasiklus menjadi 92% pada siklus I, dan menjadi 100% pada siklus II.
Berdasarkan tabel dan deskripsi di atas diketahui bahwa aspek yang bisa
mencapai nilai maksimal untuk seluruh kelas terdiri atas empat aspek, yaitu:
ketepatan penggambaran objek sebagai peristiwa, ketepatan kronologis waktu,
ketepatan urutan ruang, dan ketepatan penggunaan ejaan. Aspek yang pencapaian
secara klasikal paling rendah adalah aspek kelengkapan unsur cerita.
Peningkatan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran menulis dilakukan dalam dua tahap yaitu siklus I dan
siklus II. Masing-masing siklus terdiri atas tiga pertemuan. Setiap pertemuan
terdiri atas tiga tahap, yaitu: pendahuluan, inti, dan penutup. Kegiatan inti berisi
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Meskipun demikian, proses pembelajaran
yang berlangsung pada siklus I tidak sama persis dengan proses pembelajaran
pada siklus II. Perbedaan tersebut didasarkan hasil refleksi pada pembelajaran
siklus I terutama tentang kekurangannya. Perbaikan tersebut bertujuan untuk
meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi agar bisa
mencapai hasil maksimal.
Perbaikan proses pembelajaran terutama pada kegiatan inti meliputi:
eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi. Pada siklus I, guru masih mendominasi
dengan menerangkan dan bertanya jawab pada siswa sehingga siswa belum diberi
kesempatan maksimal untuk berpendapat. Diskusi yang dilakukan juga hanya
dengan teman duduk satu meja. Hal ini mengakibatkan siswa belum maksimal
dalam mengembangkan ide dalam kegiatan diskusi kelompok.
Pada siklus II, guru lebih bersifat sebagai fasilitator. Siswa aktif dalam diskusi
kelompok untuk membedakan karangan narasi dengan deskripsi, mengidentifikasi
ciri-ciri karangan narasi, dan menulis karangan narasi. Perubahan proses
pembelajaran tersebut ternyata mampu menggali ide siswa dan
mengembangkannya bersama kelompoknya.
16
Perubahan Perilaku Siswa
Pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi menggunakan metode
struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES yang terbagi menjadi dua
tahap yaitu siklus I dan siklus II telah menunjukkan perubahan perilaku siswa ke
arah positif sebagai dampak pengiring (nurturant effect) kegiatan pembelajaran.
Beberapa siswa yang masih menunjukkan perilaku menyimpang dalam
pembelajaran siklus I ternyata sudah mengalami perubahan pada siklus II. Semua
siswa telah menunjukkan sikap potisif berupa: (1) kesiapan siswa dalam
mengikuti kegiatan pembelajaran, (2) perhatian siswa terhadap penjelasan
guru, (3) keaktifan siswa dalam kegiatan tanya jawab dengan guru, (4)
aktivitas siswa dalam diskusi kelompok, (5) keseriusan siswa dalam mengerjakan
tugas yang diberikan guru, dan (6) siswa merasa senang mengikuti kegiatan
pembelajaran.
Simpulan
Keterampilan menulis karangan narasi siswa meningkat setelah mengikuti
pembelajaran menulis karangan narasi menggunakan metode struktural bercerita
berpasangan dan motivasi ARCES. Nilai menulis narasi kondisi awal tertinggi 75
dan terendah 62, dengan sebaran: 20 siswa atau 66,7 % mendapat nilai cukup dan
10 siswa atau 33,3 % mendapat nilai kurang. Tidak ada siswa yang mencapai nilai
baik atau sangat baik.
Pada siklus I nilai menulis narasi tertinggi 89 atau naik sebesar 18,7 % dari
nilai 75 pada kondisi awal. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 9,7 % dari 62
menjadi 68. Sebaran nilai menunjukkan 1 siswa memperoleh kategori sangat baik
dan 15 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini belum muncul pada
kondisi awal. Untuk kategori cukup bergeser dari 20 siswa dengan besaran 66,7 %
menjadi 12 atau hanya mencapai 40 %. Selisih angka ini ternyata naik ke kategori
baik. Begitu juga dengan siswa berkategori kurang mengalami pergeseran dari
angka 10 menjadi angka 2 atau bergeser dari 33,3% menjadi 6,7 %. Persentase
ketuntasan kelas naik 20% dari 66,7% menjadi 86,7% sehingga siklus I ini sudah
17
mencapai keberhasilan klasikal. Rerata kelas juga mengalami kenaikan 12,3% dari
71,33 menjadi 80,13.
Pada siklus II nilai menulis paragraf tertinggi 95 atau naik sebesar 6,7 %
dari nilai 89 pada siklus I. Sedangkan nilai terendah naik sebesar 10,3% dari 68
menjadi 75. Sebaran nilai menunjukkan 3 siswa memperoleh kategori sangat baik
dan 24 siswa memperoleh kategori baik. Dua kategori ini mengalami kenaikan
yang cukup berarti dari siklus I. Untuk kategori cukup bergeser dari 12 siswa
dengan besaran 40% menjadi 3 atau hanya mencapai 10 %. Selisih angka ini
ternyata naik ke kategori baik. Siswa berkategori kurang sudah tidak muncul lagi
pada siklus II. Persentase ketuntasan kelas naik dari 86,7% menjadi 100%
sehingga siklus II ini sudah mencapai ketuntasan klasikal. Rerata kelas juga
mengalami kenaikan 4,42% dari 80,13 menjadi 83,67. Peningkatan nilai rata-
rata tersebut membuktikan keberhasilan pembelajaran menulis narasi
menggunakan metode struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES.
Perilaku siswa kelas X5 SMA Negeri 1 Sambungmacan setelah mengikuti
pembelajaran menulis narasi menggunakan metode struktural bercerita
berpasangan mengalami perubahan ke arah positif. Perubahan perilaku siswa
mencakup lima karakter penting, yaitu: keaktifan, kedisiplinan, kejujuran,
kepercayaan diri, dan kemampuan bekerja sama.
Perubahan perilaku siswa dibuktikan dengan data nontes berupa deskripsi
perilaku, catatan harian guru, catatan harian siswa, wawancara, dan dokumentasi
foto. Berdasarkan hasil analisis data nontes siklus I, masih ditemukan siswa yang
berperilaku negatif berupa: mengerjakan tugas mata pelajaran lain, belum aktif
melakukan diskusi, dan mengganggu temannya yang sedang menulis. Namun,
pada siklus II semua siswa telah aktif mengikuti kegiatan pembelajaran dan
tidak ada lagi siswa yang berperilaku negatif.
Saran
Guru mata pelajaran bahasa Indonesia hendaknya menggunakan metode
struktural bercerita berpasangan dan motivasi ARCES dalam pembelajaran
keterampilan menulis narasi. Metode struktural bercerita berpasangan dan
18
motivasi ARCES terbukti dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam
menulis narasi. Selain itu, metode pembelajaran tersebut dapat merangsang minat
siswa dan dapat menumbuhkan karakter siswa yang aktif, disiplin, jujur,
percaya diri, serta memiliki kemampuan bekerja sama secara baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alwasilah, Chaedar dan Senny Suzanna Alwasilah. 2008. Pokoknya Menulis.
Bandung : PT Kiblat Buku Utama.
Keraft, Gorys. 1992. Argumentasi dan Narasi. Jakarta : Gramedia.1999
Kurikulum 2006. Standar Kompetensi dan Kemampuan Dasar, Sekolah
Menengah Atas (SMA) /Madrasah Aliyah (MA). Jakarta : Depdiknas.
Kosasih, Andreas, M. Pd. 2010. Optimalisasi Belajar dan Pembelajaran. Salatiga
: Widya Sari Press.
Nurgiyantoro, Burhan. 1988. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.
Yogyakarta : BPFE.
Pelatihan Terintegrasi,. 2005. Bahasa dan Sastra Indonesia, Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta : Depdiknas.
Pudji Mulyono, Djaali dan Ramly. 2000. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan.
Jakarta : Universitas Negeri Jakarta.
Rusman. 2012. Model-model Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Perkasa.
Sabarti Akhadiah. 1991. Bahasa Indonesia I. Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pembinaan
Tenaga Pendidikan.
Subyantoro. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang : UNNES PRESS.
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta : UNS.
Suherli. 2008. Menulis Karangan Ilmiah. Jakarta : Arya Duta.
Suriamihardja, Agus, H Akhlam Husen, dan Nuny Nurjanah. 1996. Petunjuk
Praktis Menulis. Jakarta : Depdikbud Dirjen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
19
Suwandi, Sarwiji. Dr. M.Pd. 2008. Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) dan
Penulisan Karya Ilmiah. Surakarta : UNS
Slamet, St. Y. 2009. Dasar-dasar Keterampilan Berbahasa Indonesia. Surakarta :
LPP UNS Press.
The Liang Gie. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Thoha, M.Chabib. 1996. Teknik Evaluasi Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo
Persada.
Wiyanto, Asul. 2006. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta : PT Grafindo.
Tarigan, Henry Guntur. 1986. Menulis sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa..Jakarta : Grasindo.
Parera, Jos. Daniel. 1986. Linguistik Edukasional: Pendekatan, Konsep, dan Teori
Pengajaran Bahasa. Jakarta: Erlangga.
Nurhadi. 1999. Tata Bahasa Pendidikan (Landasan Penyusunan Buku Pelajaran
Bahasa). Semarang: IKIP Semarang Press.
Soeparno. 1988. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Intan Pariwara
Wiyanto, Asul. 2004. Terampil Menulis Paragraf. Jakarta: Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Hakim, M. Arif. 2005. Kiat Menulis Artikel di Media. Bandung: Nuansa.
Wagiran dan Mukh Doyin. 2005. Curah Gagasan Pengantar Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Rumah Indonesia.
20
Profil Penyusun
Nama : Sri Sutarni, S.Pd
Instansi : SMA Negeri 1 Sambungmacan
Alamat Kantor : Jalan Raya Timur Km. 15 Sambungmacan – Sragen
Provinsi Jawa Tengah 57253