Asal Mula Sejarah Desa Adat Tiyingan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Sejarah mengenai awal mula berdirinya desa adat tiyingan, awal mula adanya desa tiyingan

Citation preview

Asal Mula Sejarah Desa Adat Tiyingan

Diceritakan ada dua orang bapak sedang berkelana ke arah selatan, bapak tersebut berasal dari kutuh Bangli beliau berkelana membawa satu bambu dan kelapa yang di pikul di bahunya. Sesampainya di suatu tempat beliau merasa kelaparan dan beliau pun memutuskan beristirahat untuk sekedar melepas dahaga dengan meminum air kelapa dan isi dari buah kelapa yang dibawanya. Ketika beliau mencoba untuk membuka kelapa tersebut, tak disangka isi di dalam buah kelapa tersebut berisi nasi. belaiu pun berpikir di tempat beristirahatnya beliau mendapatkan sebuah anugrah dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal di sana kemudian beliau menancapkan bambu tersebut di tempat beristirahatnya, dari sanalah di sebut sebagai desa Tiyingan hingga saat ini. Kemudian beliau bersumpah di tempatnya menancapkan bambu akan mendirikan sebuah pelinggih. Kemudian beliau kembali ke desa Kutuh Bangli dan mengajak sanak saudaranya untuk pergi ketempat beliau menancapkan bambu tersebut dan beliau pun mendirikan sebuah desa yang mana desa tersebut di berinama desa Tiyingan. Hingga saat ini busana beliau masih ada di pura Puseh desa iyingan dan di pakai sebagai tatakan rantasan di pura pada upacara nemako.Karya mejagaUpacara mejaga di desa tiyingan plaga petang ini, sebenarnya karya wali padi yang mana upacara ini ada saat padi menguning pada Tilem Kapitu. Karya mejaga ini menggunakan banteng jantan di pakai sebagai plupuan di depan Gedong Ratu Ngurah. Intinya karya mejaga ini yaitu gelap (memeteng) tidak menggunakan gambelan apapun, karna ada orang yang akan mencuri kepala dari sapi ini.karya plupuan ini di jaga oleh 8 orang pecalang ada yang membawa pentongan (kukul dari bambu),ada pencuri saat kepala sapi telah hilang maka suara pentongan pun di bunyikan lalu adapenjaga yang membawa seperti bunga dari pohon bongkot ( kecicang) dan di kepunglah maling ini hingga dia mau mengembalikan kepala sapi yang telah di curinya itu dengan memberikan imbalan berupa uang kepeng atau uang rupiah. Tujuan sebenarnya dari adanya karya mejaga yaitu untuk Nangluk Merana tujuannya untuk mendapatkan kesuburan dan hasil yang bagus dari apa yang mereka tanam di ladangnya, kemudian menyepikan ladangnya satu hari sehabis upacara mejaga ini. Jikalau ada orang yang meninggal maka upacara ini akan di udur dan akan di adakan 42 hari atau 1 bulan 7 hari dari jarak orang yang meninggal tersebut. Di adakannya upacara mejaga ini sebenarnya untuk menjaga kelestarian dari alam semesta itu sendiri dan karya mejaga ini baru ada di desa kutuh bangli dan desa tiyingan petang, karena desa tiyingan petang ini merupakan pecahan dari desa Kutuh Bangli. KELOMPOK 26

DESA TIYINGAN

DESA DINAS PLAGA

KARYA MEJAGA