28
1 STUDI PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT TEMULAWAK (Curcuma xanthorrhiza Roxb) KAJIAN SUHU PENGERING, KONSENTRASI DEKSTRIN, KONSENTRASI ASAM SITRAT DAN Na-BIKARBONAT Rakhmad Wiyono ABSTRACT This research aimed to get the combination of drying temperature and dextrin concentration against the quality of t emulawak’s essence, and the combination between citric acid and Na- Bicarbonate treatment against temulawak’s effervescent powder quality. The result of the first step shows that the treatment combination between 20% of dextrin concentration and 50°C of drying temperature which is the best treatment of the first step from t emulawak’s powder essence that has characteristics on 10.11% of water content, ( L*) 55.10 of brightness level, (a*) 14.56 of redness level, ( b*) 44.20 of yellowness level, 24.63% of rendement, 5.63 of pH; 2.78 of water re-absorption; 1.88% of sugar content reduction; 62.27% antioxidant content, 5.55 obtains panellists’ assessment against color, 5.95 of taste, and 4.15 of aroma. The result of the second step shows that the treatment combination between 10% citric acid and 20% Na-bicarbonate that is the best treatment of the second step that has characteristics on 7.48% of water content, (L*) 59.37 of brightness level, (a*) 14.53 of redness level, (b*) 46.50 of yellowness level, 5.33 of pH, 88.17 of dissolving rate, 2.49% of sugar content reduction, and 46.53% of antioxidant content. The conclusion of this research is the best treatment combination on the first step is 20% of dextrin concentration and 50°C drying temperature, while at the second step is 10% citric acid concentration and 20% Na-bicarbonate. The

Ascorbid Acid Efervesent

Embed Size (px)

DESCRIPTION

its good for u guys

Citation preview

  • 1

    STUDI PEMBUATAN SERBUK EFFERVESCENT TEMULAWAK

    (Curcuma xanthorrhiza Roxb)

    KAJIAN SUHU PENGERING, KONSENTRASI DEKSTRIN,

    KONSENTRASI ASAM SITRAT

    DAN Na-BIKARBONAT

    Rakhmad Wiyono

    ABSTRACT

    This research aimed to get the combination of drying temperature and

    dextrin concentration against the quality of temulawaks essence, and the

    combination between citric acid and Na- Bicarbonate treatment against

    temulawaks effervescent powder quality.

    The result of the first step shows that the treatment combination between

    20% of dextrin concentration and 50C of drying temperature which is the

    best treatment of the first step from temulawaks powder essence that has

    characteristics on 10.11% of water content, ( L*) 55.10 of brightness level,

    (a*) 14.56 of redness level, ( b*) 44.20 of yellowness level, 24.63% of

    rendement, 5.63 of pH; 2.78 of water re-absorption; 1.88% of sugar content

    reduction; 62.27% antioxidant content, 5.55 obtains panellists assessment

    against color, 5.95 of taste, and 4.15 of aroma.

    The result of the second step shows that the treatment combination between

    10% citric acid and 20% Na-bicarbonate that is the best treatment of the

    second step that has characteristics on 7.48% of water content, (L*) 59.37

    of brightness level, (a*) 14.53 of redness level, (b*) 46.50 of yellowness level,

    5.33 of pH, 88.17 of dissolving rate, 2.49% of sugar content reduction, and

    46.53% of antioxidant content.

    The conclusion of this research is the best treatment combination on the

    first step is 20% of dextrin concentration and 50C drying temperature, while at

    the second step is 10% citric acid concentration and 20% Na-bicarbonate. The

  • 2

    advice of this research is its necessary to analyze the curcuminoid content

    as an active antioxidant compound in temulawak.

    Key word : Effervescent powder, temulawak

    Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kombinasi suhu

    pengeringan dan konsentrasi dekstrin terhadap kualitas sari temulawak dan

    kombinasi perlakuan asam sitrat dan Na-Bicarbonat terhadap kualitas serbuk

    effervescent temulawak.

    Hasil penelitian pada Tahap I menunjukkan bahwa kombinasi

    perlakuan konsentrasi dekstrin 20% dan suhu pengering 50C merupakan

    perlakuan terbaik tahap I dari serbuk sari temulawak yang memiliki

    karakteristik kadar air 10,11%; tingkat kecerahan (L*) 55,10; tingkat

    kemerahan (a*) 14,56; tingkat kekuningan (b*) 44,20; rendemen

    I.1. Latar Belakang

    Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, mencampur,

    meracik formulasi obat, identifikasi, kombinasi, analisis dan standarisasi/

    pembakuan obat serta pengobatan termasuk pula sifat- sifat obat dan

    distribusinya serta penggunaan yang aman. Farmasi dalam bahasa Yunani,

    disebut farmakon yang berarti medika atau obat.

    Dalam farmasi terdapat berbagai bentuk dan jenis sediaan, yang

    dirancang dan dibuat oleh para ahli farmasi guna meningkatkan mutu dan

    pelayanan dalam kefarmasian dan kesehatan. Dalam sediaan farmasi terdapat

    berbagai jenis sediaan baik oral maupun topikal, dalam berbagai bentuk baik

    larutan, padat, maupun semi padat.

    Sifat bahan-bahan obat dalam dunia farmasi memiliki berbagai macam

    dan karakter yang berbeda. Banyak sekali permasalahan yang ditimbulkan

    oleh setiap karakteristik bahan-bahan obat dan zat aktifnya yang ditemui

    dalam setiap perancangan dan formulasi setiap bahan-bahan obat beserta zat

    aktif yang akan dijadikan sebuah sediaan farmasi, dalam hal ini yang paling

  • 3

    ditekankan yaitu pada preformulasi suatu sediaan. Preformulasi merupakan

    metode perancangan suatu riset dalam rangka menyusun konsep baru yang

    diharapkan mampu menghasilkan suatu sediaan yang bernilai tinggi dan

    bermanfaat bagi dunia medis khususnya farmasis.

    Para farmasis dan para ahli dituntut untuk dapat membuat sediaan-

    sediaan farmasi yang bermanfaat bagi dunia medis dan mampu memberi

    terobosan baru dan menciptakan suatu produk yang berkualitas baik dari segi

    stabilitas obat maupun efek yang ditimbulkan secara farmakologinya, seorang

    farmasis sangat dituntut untuk harus menggali informasi terkini mengenai

    teknologi obat dalam berbagai segi. Terutama dalam mengenal spesifikasi

    suatu zat dan reaksinya yang mungkin terjadi apabila bercampur dan

    dikombinasikan dengan zat lain, penting bagi seorang farmasis untuk

    menyoroti hal ini terutama pada bidang disolusi obat yang berkaitan dengan

    reaksi-reaksi suatu zat obat yang dikombinasikan dengan farmakologi serta

    toksiksitas suatu obat, hal ini merupakan tahapan penting bagi farmasis dalam

    menentukan efek suatu obat dalam tubuh manusia. Dalam dunia farmasi

    seorang farmasis dan formulator dituntut untuk dapat menciptakan sebuah

    formula yang dapat meningkatkan mutu kesejateraan kesehatan saja, namun

    dapat mempermudah pemakaian dan penggunaan pada masyarakat global.

    Dalam farmasi terdapat berbagai jenis dan bentuk sediaan yang dibuat,

    mulai dari bentuk padat, semi padat, dan cair. Salah satu contoh sediaan

    farmasi yang banyak digunakan ialah serbuk. Serbuk merupakan campuran

    inti dari kelompok obat kering, terbagi halus dan atau bahan kimia yang akan

    digunakan untuk pengobatan secara internal atau eksternal.

    I.2 Maksud Percobaan

    Membuat serbuk effervescent dengan menggunakan metode tertentu.

    I.3 Tujuan Percobaan

    Membuat serbuk effervescent dengan metode granulasi kering.

  • 4

    II.1. TeoriUmum

    Menurut PerMenKes 917/Menkes/Per/x/1993, obat adalah sediaan

    atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk mempengaruhi atau

    menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

    diagnosa, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan

    dan kontrasepsi. Jalur yang paling efektif pemakaian obat (secara oral,

    rectal, parental dan topical) harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk

    tentang dosis-dosis yang dianjurkan bagi pasien dalam berbagai umur,

    berat dan status penyakitnya.Untuk membantu pemakaian alat melalui

    jalur-jalur pilihannya telah diformulasikan dan disiapkan bentuk sediaan

    yang sesuai salah satunya seperti serbuk (H.A Syamsuni, 2006)

    Menurut Farmakope III, serbuk adalah campuran homogen dua atau

    lebih obat yang diserbukkan. Sedangkan menurut Farmakope IV, serbuk

    adalah campuran kering bahan obat yang atau zat kimia yang yang

    dihaluskan, ditujukan untuk pemakaian oral atau pemakaian luar. Bentuk

    serbuk mempunyai luas permukaan yang lebih luas sehingga lebih mudah

    larut dan lebih mudah terdispersi dari pada bentuk sediaan obat lainnya

    seperti kapsul, tablet, pil. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat

    tablet atau kapsul dalam ukuran yang lazim, dapat dibuat dalam bentuk

    serbuk (H.A Syamsuni, 2006).

    Adapun keuntungan menggunakan serbuk ialah sebagai campuran

    bahan obat sesuai kebutuhan, dosis lebih cepat dan lebih stabil dari pada

    cairan, serta memberikan disolusi yang lebih cepat. Namun serbuk juga

    memiliki kerugianya itu kurang baik untuk bahan obat yang mudah rusak

    atau terurai dengan adanya kelembaban, bahan obat yang pahit akan sukar

    tertutupi rasanya serta peracikannya cukup lama (Howard C. Ansel, 1989).

    Secara umum syarat serbuk adalah sebagai berikut (Ekarina R.

    Himawati, 2012) :

    1. Kering, tidak boleh menggumpal atau megandung air.

    2. Halus, harus bebas dari butiran-butiran kasar.

  • 5

    3. Homogen, setiap bagian campuran serbuk harus mengandung bahan-

    bahan yang sama dan dalam perbandingan yang sama pula.

    4. Memenuhi uji keseragaman bobot (seragam dalam bobot) atau

    keseragaman kandungan (seragam dalam zat yang terkandung) yang

    berlaku untuk serbuk terbagi/pulveres yang mengandung obat keras,

    narkotik dan psikotropik.

    Derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor atau dua nomor.

    Jika derajat halus serbuk dinyatakan dengan satu nomor berarti semua

    serbuk dapat melalui pengayak dengan nomor tersebut. Jika dinyatakan

    dengan dua nomor, berarti semua serbuk dapat melalui pengayak dengan

    nomor terendah dan tidak lebih dari 40% melalui pengayak dengan nomor

    tertinggi. Sebagai contoh serbuk 22/60 dimaksudkan bahwa serbuk dapat

    melalui pengayak nomor 22 seluruhnya dan tidak lebih dari 40% melalui

    pengayak no 60. Nomor pengayak menunjukkan jumlah-jumlah lubang

    tiap 2,54 cm dihitung searah dengan panjang kawat (Moh, Anief, 2007)

    Derajat halus serbuk:

    Serbuk sangat kasar adalah serbuk (5/8)

    Serbuk kasar adalah (10/40)

    Serbuk agak kasar adalah (22/60)

    Serbuk agak halus adalah ( 44/85)

    Serbuk halus adalah (85)

    Serbuk sangat halus adalah (120)

    Serbuk sangat halus sekali adalah (200/300)

  • 6

    Tabel Nomor pengayak

    C

    a

    c

    a

    r

    a

    m

    e

    C

    a

    r

    a

    pencampuran bahan obat untuk serbuk (H.A Syamsuni, 2006):

    1. Trituration, mencampurkan bahan obat dalam mortar dengan stamper.

    2. Spatulation, mencampur bahan obat langsung di atas kertas.

    3. Sifting, cara mencampurkan bahan obat dalam suatu ayakan tertutup.

    4. Tumbling, cara mencampurkan bahan obat dalam tempat tertutup

    yang dilengkapi dengan bola logam sebagai penggiling kemudian di

    goyang-goyangkan.

    Nomor

    pengayak

    Lebar

    nominal

    lubang

    (mm)

    Diameter

    nominal kawat

    (mm)

    Per bandingan

    kira-kira jumlah

    luas lubang

    terhadap luas

    pengayak (%)

    Penyimpangan

    rata-rata

    maksimum

    lubang (%)

    5

    8

    10

    22

    25

    30

    36

    44

    60

    85

    100

    120

    150

    170

    200

    300

    3,35

    2,00

    1,68

    0,710

    0,600

    0,500

    0,420

    0,355

    0,250

    0,180

    0,150

    0,125

    0,105

    0,090

    0,075

    0,053

    1,73

    1,175

    0,860

    0,445

    0,416

    0,347

    0,286

    0,222

    0,173

    0,119

    0,104

    0,087

    0,064

    0,059

    0,052

    0,032

    43

    40

    44

    38

    35

    35

    35

    38

    35

    36

    35

    35

    39

    36

    35

    39

    3,2

    3,3

    3,3

    3,9

    4,2

    4,4

    4,5

    4,8

    5,2

    5,6

    6,3

    6,5

    7,0

    7,3

    8,1

    9,1

  • 7

    Salah satu sediaan farmasi yang saat ini sedang berkembang adalah

    serbuk effervescent. Dimana bentuk sediaan ini akan menghasilkan

    gelembung sebagai hasil reaksi kimia dalam larutan. Serbuk effervescent

    merupakan alternative pengembangan produk minuman ringan yang

    menarik dan memberikan variasi dalam penyajian minuman. Minuman

    effervescent memiliki beberapa keunggulan dibandingkan minuman

    serbuk biasaya itu kemampuan untuk menghasilkan gas karbondioksida

    (CO2) yang memberikan rasa segar seperti pada air soda. Adanya gas

    karbondioksida akan menutupi rasa pahit serta mempermudah proses

    pelarutan nyata melibatkan pengadukan secara manual, dengan syarat

    semua komponennya bersifat sangat mudah larut dalam air yaitu biasanya

    dengan menggunakan campuran asam sitrat untuk memberikan rasa jeruk

    yang tajam dan Na-bikarbonat untuk menghasilkan karbondioksida.

    Sediaan effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam sitrat

    dan asam tartrat, karena pemakaian asam tunggal saja akan menimbulkan

    kesulitan pada pembentukan granul. Apabila asam tartrat digunakan

    sebagai asam tunggal maka granul yang dihasilkan mudah kehilangan

    kekuatannya dan hancur. Bila asam sitrat saja yang digunakan akan

    menghasilkan campuran lekat dan sukar menjadi granul. Perbandingan

    asam sitrat, asam tartrat dan natrium bikarbonat yang biasa digunakan

    adalah 1:2:3,4. Reaksi antara asam sitrat, asam tartrat dan natrium

    bikarbonat dapat dilihat sebagai berikut (Ansel, 214):

    H3C6H5O7 + 3 NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4 H2O + 3 CO2

    Asamsitrat Na-Bikarbonat Na-Sitrat Air Karbondioksida

    H2C4H4O6 + 2 NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2 H2O + 2 CO2

    AsamTartarat Na-Bikarbonat Na-Tartarat Air Karbondioksida

  • 8

    Evaluasi granul effervescent meliputi :

    1. Uji Kadar Air (Lachman, 1989)

    Granul basah ditimbang kemudian dikeringkan dalam lemari

    pengering hingga diperoleh bobot yang tetap. Kadar air dihitung

    dengan rumus :

    a. LOD (Loss on Drying) yaitu suatu pernyataan kadar kelembaban

    berdasarkan bobot basah yang dihitung sebagaiberikut :

    b. MC (Moisture Content) yaitu suatu pernyataan kandungan

    lembab berdasarkan bobot kering dihitung sebagaiberikut :

    2. Uji Sudut Istirahat (Lachman, 1989)

    Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu

    dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup.

    Kemudian bagian bawah corong dibuka sehingga granul dapat

    mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas grafik. Selanjutnya

    diukur tinggi dan diameter timbunan granul yang terbentuk. Sudut

    istirahat dihitung dengan rumus :

    Dimana : = Sudut istirahat

    h =Tinggi timbunan granul

    r = Jari- jari timbunan granul

    3. Uji Kecepatan Alir (Lachman, 1989)

    Granul yang telah kering ditimbang sebanyak 25 gram, lalu

    dimasukkan ke dalam corong yang bagian bawahnya tertutup.

    Kemudian bagian bawah corong dibuka sehingga granul dapat

    mengalir di atas meja yang telah dilapisi kertas. Waktu alir granul

    ditentukan pada saat granul mulai mengalir sampai granul berhenti

  • 9

    mengalir menggunakan stopwatch. Kecepatan alir dihitung dengan

    rumus :

    4. Bobot jenis nyata, mampat dan Porositas (Lachman,1989) Granul

    ditimbang sebanyak 25 gram, lalu dimasukkan ke dalam gelas ukur

    100 ml dan dicatat volumenya (Vo). Setelah itu dilakukan

    pengetukan dengan alat dan dicatat volume ketukan ke 10, ke 50

    danke 100, lalu dilakukan perhitungan dengan rumus :

    X 100%

    5. Bobot jenis sejati (Lachman, 1989)

    Pengujian bobot jenis sejati dilakukan dengan cara menimbang

    piknometer 50 ml yang kosong (a). Kemudian piknometer di isi

    dengan parafin cair dan ditimbang kembali (b). Granul sebanyak 1

    gram diisikan ke dalam piknometer 50 ml yang kosong, lalu

    ditimbang (c). Kemudian ditambahkan parafin cair ke dalam

    piknometer hingga penuh dan ditimbang kembali (d).Bobot jenis sejati

    dihitung dengan rumus :

  • 10

    II.2. Rancangan Formula

    Tiap sachet effervescent 5 gram mengandung :

    Ascorbid Acid 10 %

    Asam Sitrat 13,8 %

    AsamTartrat 27,6 %

    Na- Bikarbonat 46,8 %

    Na- Metabisulfat 0,01 %

    Pvp 1 %

    Aspartame 0,08 %

    Na- Benzoate 0,5 %

    Citrus Orange q.s

    Tatrazine q.s

    II.3 Alasan Penambahan

    II.3.1 Alasan Formulasi

    Serbuk adalah campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang

    diserbukkan (FI III , 23 ) .

    Serbuk effervescent merupakan granul atau serbuk kasar sampai kasar

    sekali dan mengandung unsur obat dalam campuran yang kering, yang

    biasanya terdiri dari natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tatrat, bila

    ditambahkan dengan air asam dan biasanya bereaksi menyebabkan CO2

    sehingga buih (Ansel, 214).

    Formulasi dari zat aktif yang digunakan berupa asam askorbat dibuat

    dalam bentuk effervescent. Serbuk effervescent merupakan alternatif

    pengembangan produk minuman ringan yang menarik dan mkemberikan

    variasi penyaji minuman tradisional juga dalam penyimpanan.

    Jika asam askorbat tidak dapat dibuat dalam sediaan serbuk

    effervescent, zat aktif dalam hal ini asam askorbat sudah teroksidasi dengan

    udara, asam askorbat relatif stabil dalam bentuk serbuk.

    Keunggulan serbuk effervescent dibandingkan minuman, serbuk biasa

    adalah kemampuan untuk menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang

  • 11

    memberikan rasa segar seperti pada air soda. Adanya gas tersebut akan

    menutupi rasa pahit serta mempermudah proses kelarutannya tanpa

    melibatkan pengadukan manual (Suryanto , 2000).

    Minuman dalam bentuk serbuk ini memiliki kestabilan produk dan

    massanya lebih kecil serta bisa memiliki permintaan dalam skala yang besar

    (Susilo , 2005).

    Keuntungan bentuk serbuk ( Ilmu Resep , 41 )

    1. Serbuk lebih mudah terdispersi dan lebih larut daripada sediaan yang

    dipadatkan.

    2. Anak-anak atau orang tua yang sukar menelan kapsul atau tablet lebih

    mudah dalam menggunakan obat dalam bentuk serbuk.

    3. Masalah stabilitas yang sering dihadapi dalam sediaan cair, tidak

    ditemukan dalam sediaan serbuk.

    4. Obat yang tidak stabil dalam suspensi atau larutan air dapat dibuat dalam

    bentuk serbuk.

    5. Obat yang terlalu besar volumenya untuk dibuat tablet atau kapsul dapat

    dibuat dalam bentuk serbuk.

    6. Dokter lebih dewasa dalam memilih dosis yang sesuai dengan keadaan

    penderita.

    Kerugian bentuk serbuk (ilmu resep , 42)

    1. Tidak tertutupnya rasa dan bau yang tidak enak (pahit,sapet,lengket di

    lidah, amis, dan lain-lain).

    2. Pada penyimpanan kadang terjadi lembab atau basah.

    Keuntungan serbuk effervescent

    1. Pengolahan suatu formula sediaan obat dalam garam effervescent, dari

    komponen-komponen ini seorang dapat menentukan jumlah pereaksi

    yang akan digunakan, jumlah bahan obat pada pembuatan sediaan

    effervescent ditetapkan dari dosis yang direncanakan. Umumnya dosis

    obat didapat dalam satu atau dua sendok teh penuh garam effervescent

    kering. (Ansel , 215-216)

  • 12

    2. Larutan karbonat membawa keseragaman dan mengurangi rasa pahit dan

    asin dari garam, misalnya magnesium sulfat, beberapa effervescent

    memberikan manfaat secara fisik untuk pasien (parrot , 65)

    3. Keuntungan tablet effervescent sebagai bentuk obat adalah kemungkinan

    penyiapan dalam larutan walau seketika yang mengandung dosis obat

    yang tepat (lachman , 715)

    Kerugian serbuk effervescent :

    1. Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam

    sitrat, asam tatrat dari pada hanya satu macam asam saja, karena

    penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan kesukaran

    (Ansel , 214)

    2. Kerugian tablet effervescent dan merupakan salah satu alasan untuk

    menjelaskan mengapa pemakaiannya agak terbatas ialah kesukaran untuk

    menghasilkan produk stabil secara kimia. Bahkan kelembaban udara

    selama pembuatan produk mungkin sudah cukup untuk memulai aktifitas

    effervescent, selama reaksi berlangsung air yang dibebaskan.

    II.3.2 Alasan Penambahan Zat Tambahan

    1. Asam askorbat

    Asam askorbat biasa digunakan sebagai antioksidan dalam sediaan

    formasi untuk formulasi pada sediaan larutan digunakan konsentrasi

    0,01 0,1 % b/v.

    Asam askorbat atau vitamin C merupakan zat yang mengandung

    antioksidan yang dapat memperkuat daya tahan tubuh , meningkatkan

    seragaman tubuh , mencegah paries gigi.

    Vitamin C (asam askorbat) dapat mebantu menyerapkan zat besi

    terutama pada masa kehamilan dan menyusui , serta pengobatan dan

    pencegahan sariawan dan panas dalam (IAI , 549)

    Vitamin C atau asam askorbat bekerja sebagai koenzim dan pada

    keadaan tertentu merupakan reduktor dan antioksidan. Vitamin C juga

  • 13

    dibutuhkan juga oleh endotel kapiter dan perbaikan jaringan,

    bermanfaat dalam absorpsi zat besi dan asam folat (Kumalasari , 2013)

    2. Asam Sitrat

    Asam sitrat digunakan untuk pembuatan granul effervescent (excipient,

    181 )

    Asam sitrat digunakan dalam serbuk effervescent sebagai salah satu

    sumber asam untuk dikombinasikan dengan basah, dimasudkan untuk

    menghasilkan buih (parrot , 66)

    Asam Sitrat memiliki perbandingan 1 diantara pengasam dan basah

    dalam serbuk effervescent (parrot , 66)

    Asam sitrat merupakan asidulan pangan yang mempunyai fungsi

    bervariasi. Industri makanan dan minuman kebanyakan mengkonsumsi

    asidulan sebagai (as.sitrat) untuk mempertegas rasa dan warna. Asam

    sitrat digunakan sebagai asidulan pertama dalam minuman terkarbonasi

    dan minuman bubuk yang memberikan rasa jeruk yang tajam ,

    digunakan sebagai sumber asam dalam serbuk effervescent karena

    memiliki larutan yang tinggi dalam air dingin , mudah didapat dalam

    bentuk granula dan serbuk (Wiyono , 2013)

    3. Asam Tartrat

    Asam tartrat digunakan sebagai acidulan (sumber asam) yang

    dikombinasikan dengan bikarbonat dalam pembuatan serbuk

    effervescent (Excipient, 731 )

    Asam tartrat memiliki konsentrasi 28 % diantara asam sitrat dan

    natrium bikarbonat dalam pembuatan serbuk effervescent (Ansel , 215)

    Asam tartrat digunakan untuk pembuatan serbuk sebagai bahan asam

    yang dinetralkan oleh bikarbonat (RPS , 1049)

    Asam tartrat memiliki perbandingan 2 diantara dan basah dalam serbuk

    effervescent (Parrot , 66)

    4. Natrium Bikarbonat

    Natrium bikarbonat digunakan sebagai sumber karbondioksida didalam

    effervescent tablet atau serbuk (Excipient , 629)

  • 14

    Natrium bikarbonat sebagai sumber karbondioksida yang dikombinasi

    dalam pembuatan serbuk effervescent (RPS , 1265)

    Natrium bikarbonat dibutuhkan 3 molekul untuk menetralisasi 1

    molekul asam-sitrat dan 2 molekul natrium bikarbonat untuk

    menetralisasi satu molekul asam sutrat dalam pembuatan serbuk

    effervescent (Ansel , 115)

    5. Kombinasi antara Asam Sitrat, Asam Tartrat, dan Natrium Bikarbonat

    Kombinasi antara asam sitrat, asam tartrat, dan natrium bikarbonat

    memiliki konsentrasi perbandingan 19 % , 28 % , 53 % ( Ansel , 215)

    Sodium bikarbonat, asam sitrat, dan asam tartrat adalah kombinasi yang

    sering dipakai dalam formulasi serbuk effervescent (Excipient , 624)

    Kombinasi asam sitrat, asam tartrat, dan natrium karbonat memiliki

    perbandingan 1,2 : 2,3 (Parrot , 66)

    Garam-garam effervescent biasanya diolah dari suatu kombinasi asam-

    asam bikarbonat Jika digunakan asam tunggal saja misalnya asam

    tartrat akan menimbulkan kesukaran dalam melarut, mudah kehilangan

    kekuatan, dan akan menggumpal Jika digunakan asam sitrat saja

    sebagai asidulan tunggal maka akan menghasilkan campuran lekat dan

    sukar menjadi granol (Ansel, 214)

    6. Natrium Metabisulfat

    Sodium metabisulfat biasa digunakan sebagai antioksidan dalam

    sediaan oral, parental, tropical dalam konsentrasi 0,01 1,0 % , b/v.

    Sodium metabisulfat memiliki aktivitas antimikroba yang baik dan

    biasanya digunakan dalam sediaan oral farmasetika. Dalam industri

    makanan digunakan sebagai pencegah warna coklat, biasanya terjadi

    pada sediaan yang mudah teroksidasi (Excipient , 654)

    Antidioksidan seperti natrium metabisulfat biasanya digunakan untuk

    pencegah terjadinya perubahan warna bau, stabilitas, dan

    kompatibilitas, dan sediaan untuk mencegah terjadinya proses oksidasi

    (Codex, 155)

  • 15

    Antioksidan adalah bahan tambahan yang digunakan untuk komponen-

    komponen makanan yang tidak bersifat jenuh mempunyai ikatan

    rangkap terutama yang bersifat lemak dan minyak. Antioksidan dapat

    pula digunakan untuk melindungi komponen lain seperti vitamin dan

    pigmen (BTP, 3)

    Reaksi Kombinasi As. Sitrat, As.Tartrat dan Na-Bikarbonat

    - H3C6H5O7 . H2O + 3NaHCO3 Na3C6H5O7 + 4H2O+ 3CO2

    - H2C4H4O6 + 2NaHCO3 Na2C4H4O6 + 2H2O + 2CO2

    7. PVP

    PVP merupakan suatu polimer sintetik yang dapat digunakan sebagai

    pengikat baik dalam granulasi basah maupun granulasi kering

    (Lachman, 702)

    PVP sering digunakan sebagai bahan pengikat karena bahan tersebut

    dapat mengikatkan kekuatan antar granul (Khairi, 2012 : 3)

    Selain itu dengan menggunakan PVP zat aktif sudah larut akan

    dihambat oleh PVP dimana PVP akan mengikat zat aktif, akibatnya

    ikatan antar kristal obat menjadi lemah dan karena terselubungi oleh

    PVP akan mudah larut dalam air (Syukri 2012; 153)

    8. Aspartam

    Aspartam digunakan sebagai bahan pemanis dalam produk minuman,

    makanan dan sediaan farmasi termasuk, tablet, granul, dan vitamin

    (Excipient, 48)

    Aspartam digunakan sebagai pemanis dalam formula, dimana aspartam

    merupakan pemanis yang lebih manis 160-220 kali dari gula (sukrosa),

    sangat larut dealam etanol 95 % , larut dalam air serta stabil pada

    kondisi kering (Afniansyah, 2007)

    Menurut ADI (Acceptable Daily Intake), penggunaan aspartam yang

    dianggap aman adalah 40 mg /kg bb (Baroqah, 2007)

  • 16

    Kandungan energi aspartam sangat rendah untuk menghasilkan rasa

    manis, sehingga menyebabkan aspartam sangat populer untuk

    menghindari kalori dari gula (Afriansyah, 2007)

    9. Natrium Benzoat

    Asam benzoat dan garamnya sangat efektif dalam menghambat

    pertumbuhan mikroba dalam lahan pangan dengan PH rendah seperti

    bahan dan minuman penyegar (Oktaviana, 2012)

    Konsentrasi natrium benzoat sebagai pengawet 0,02-0,5 %, pada

    formula ini digunakan konsentrasi 0,5 % (Excipient, 629 )

    Natrium benzoat di Indonesia sering digunakan sebagai bahan

    pengawet makanan agar waktu simpan produk lebih lama

    (Wibbertmann et al, 2000).

    10. Tartazine

    Dalam sediaan effervescent ini ditambahkan ke warna yang ditujukan

    untuk menambah daya tarik sediaan effervescent yang nantinya

    menimbulkan buih berwarna, dimana penambahan pewarna ini akan

    disesuaikan dengan aroma sediaan effervescent (Parrot, 177).

    Tartazine digunakan sebagai zat pewarna dalam makanan, kosmetik,

    dan obat-obatan (Martindale, 1474).

    Penggunaan tartazine ini telah teruji keamanan berdasarkan peraturan

    mengenai penggunaan zat pewarna yang diizinkan dan dilarang untuk

    pangan diatur melalui SK mentri kesehatan RI Nomor / 22 / Menkes /

    Per / IX / 88 mengenai bahan tambahan pangan (BTP, 55)

    11. Citrus Orange

    Citrus orange biasa digunakan sebagai pengaroma pewarna. Biasanya

    dia larut dalam air tidak bereaksi dengan komponen lain dan warnanya

    stabil pada kisaran pH selama masa penyimpanan (Ansel , 335)

    Citrus Orange merupakan pengaroma yang biasanya digunakan dalam

    sediaan farmasi guna menutupi bau yang kurang sedap dari zt-zat yang

    digunakan dalam formulasi (Parrot, 177)

  • 17

    Menurut peraturan menteri kesehatan RI , 722 / Menkes / Per / Ix / 1988

    tentang bahan tambahan penyedap rasa dan aroma. Aroma (flafor)

    merupakan bahan yang digunakan untuk mempertegas rasa (BTP, 23)

    II.4 Uraian Bahan

    1. Asam Askorbat (FI IV, 39 ; Excipient, 43)

    Nama Resmi : Acidum Ascorbicum

    Nama Lain : Asam Askorbat, Vitamin C

    RM / BM : C6H8O6 / 176,13

    Pemerian : Hablur atau serbuk putih, atau agak kuning oleh pengaruh

    cahaya lambat laun berwarna gelap. Dalam keadaan kering

    stabil diudara, dalam larutan cepat teroksidasi, melebur

    pada suhu lebih kurang 190 0C

    Kelarutan : Larut dalam air ; agak sukar larut dalam etanol ; tidak larut

    dalam kloroform, dalam eter, dan dalam benzena.

    Kestabilan : dalam bentuk asam askorbat relatif stabil diudara. Dalam

    adanya oksigen dan oksidator lain juga stabil dalam

    pemanasan. Asam askorbat tidak stabil dalam larutan,

    terutama larutan bersifat basa, mudah mengalami oksidasi

    jika terpapar udara. Proses oksidasi dipercepat oleh cahaya

    dan panas, dan katalis oleh berkas tembaga dan besi.

    Asam askorbat yang maksimal menunjukan stabilitas pada

    pH 5,4. Larutan dapat disterilkan dengan cara filtrasi.

    Bahan masa harus disimpan dalam wadah logam yang

    ditutup, terlindungi dari cahaya, ditempat sejuk dan

    kering.

    Incompatibilitas : Asam askorbat inkom dengan bahan alkali, ion logam

    berat, terutama lembaga dan besi serta bahan

    pengoksidasi, bethenamine phenylephine, hydrochloride,

    pyrilamateat, salicylamid, natrium nitrit, natrium salicylat,

  • 18

    theobromine salicylat, dan picotamide. Asam askorbat

    dapat mengganggu intensitas dari zat warna.

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat tidak tembus cahaya.

    Kegunaan : sebagai zat aktif

    DM (DL) : sehari 30 mg 40 mg

    Konsentrasi : 200-500 mg. Digunakan 500 mg

    2. Asam Sitrat ( FI IV, 48 ; Excipient 181)

    Nama Resmi : Acidum citricum

    Nama Lain : Acidum citricum monohyrium, 2 Hydroxypropane 1,2,3

    tricarboxylic acid monohydrate

    RM / BM : C6H8O7 / 192,12

    Pemerian : Hablur bening, tidak berwarna atau serbuk hablur granul

    sampai halus, tidak berbau atau praktiks tidak berbau, rasa

    sangat asam, bentuk hidrat, mekar dalam udara kering

    Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol,

    agak sukar larut dalam eter

    Kestabilan : Asam sitrat monohidrat kehilangan air dari proses

    kristalisasi uap atau ketika pemanasan pada suhu 40 0C.

    Larutan encer sitrat dapat digunakan untuk fermentasi.

    Sebagian besar monohidrat atau anhidrat sebaiknya

    disimpan dalam wadah tertutup rapat, tempat sejuk dan

    kering.

    Incompatibilitas : Asam sitrat tidak sesuai dengan kalium tartrat alkali dan

    alkali tanah, karbonat dan bikarbonat, asetat dan sulfida,

    ketidaksesuaian juga termasuk dengan pengoksida, bahan

    dasar, pereduksi dan nitrit. Sukrosa dalam sirup pada

    penyimpanannya akan mengkristal oleh adanya asam

    sitrat.

    Penyimpan : dalam wadah tertutup rapat

    Kegunaan : sebagai zat tambahan

    DM : -

  • 19

    Konsentrasi : digunakan 11,6 %

    3. Asam Tartrat (FI IV,53 ; Excipient, 731)

    Nama Resmi : Acidum Tartaricum

    Nama Lain : Asam Tartrat, Acidum tartaricum, L-(+)-2, 3-dihydroxy

    butanedioic acid (2R, 3R)-2,3-dihydroxy butane-1,4-dioic

    acid 2,3- dihydroxy suc acid; e 334; d-tartaric acid; L- (t)

    tartaric acid.

    RM / BM : C4H6O6 / 150, 09

    Pemerian : Hablur, tidak berwarna atau bening atau serbuk hablur

    halus sampai granul, warna putih, tidak berbau, rasa asam,

    dan stabil di udara.

    Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol.

    Kestabilan : sebagian besar bahan bersifat stabil dan disimpan dalam

    wadah tertutup baik.

    Incompatibilitas : asam tartrat tidak sesuai dengan perak dan bereaksi dengan

    logam karbonat dan bikarbonat (salah satu khasiat

    dimanfaatkan untuk pembuatan serbuk effervescent).

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

    Kegunaan : sebagai zat tambahan

    DM : -

    Konsentrasi : digunakan 23,2%

    4. Natrium Bikarbonat (F IIII, 424 ; Excipient 635)

    Nama resmi : Natrii Subcarbonas

    Nama lain : Natrium Subkarbonat, Natrium Bikarbonat.

    Rm/Bm : NaHCO3/84,01

    Pemerian : serbuk putih atau halur monoklin kecil, buran ; tidak

    berbau ; rasa asin

    Kelarutan : larut dalam 11 bagian air ; praktis tidak larut dalam etanol

    (95%) P.

    Kestabilan : Sodium karbonat diubah dalam bentuk monohidrat, pada

    saat bersentuhan dengan air, menghasilkan panas. Dimulai

  • 20

    dengan hilangnya karbondioksida pada suhu di atas 4600C,

    dan sebelum mendidih disimpan dalam wadah tertutup.

    Incompatibilitas : Sodium Karbonat terurai ketika berhubungan dengan asam

    dan adanya air, untuk menghasilkan karbondioksida dan

    effervessent. Sodium karbonat akan bereaksi kuat dengan

    aluminium, pentoksid fosfor, asam sulfat flourin dan

    litium.

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

    Kegunaan : sebagai zat tambahan

    DM : -

    Konsentrasi : 25% - 50% digunakan 39,6%.

    5. Natrium Benzoat (FI III, 395 ; Excipient 627)

    Nama Resmi : Natri Benzoas

    Nama Lain : Natrium Benzoat

    RM/BM : C6H5 CO2 Na / 144,11

    Pmerian : butiran atau serbuk hablur ; putih ;tidak berbau atau

    hampir tidak berbau

    Kelarutan : larut dalam 2 bagian air dan dalam 90 bagian etanol (95%)

    P

    Kestabilan : larutan yang mengandung air dapat disterilkan dengan

    menggunakan autoklaf atau filtrasi

    Incompatibilitas : tidak sesuai dengan senyawa kuarter, gelatin, besi, garam-

    garam, kalsium dan garam dan logam berat, termasuk

    perak timah dan aktivitas merkuri. Pengawet dapat

    dikurangi dengan kaulin atau surfaktan non ionik.

    Penyimpanan : Dalam wada tertutup rapat

    Kegunaan : sebagai bahan pengawet

    DM : -

    Konsentrasi : 0,02% - 0,5% digunakan 0,5%.

    6. Natrium Metabisulfat (FI IV, 596 ; Excipient 654)

    Nama Resmi : Natrii Metabisulfis

  • 21

    Nama Lain : Natrium metabisulfit

    RM / BM : NaS2O5 / 190,10

    Pemerian : Hablur putih atau serbuk hablur putih kekuningan, berbau

    belerang dioksida

    Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam gliserin, sukar larut

    dalam etanol

    Stabilitas : Dapat terurai dengan kelembapan, natrium metabisulfit

    mudah teroksidasi secara perlahan dengan sodium sulfat

    dan desintegrasi dalam kristal. Penambahan asam kuat

    dalam bentuk padat dapat membebaskan sulfur dioksida

    dalam air sodium metabisulfat dapat segera terkonfersi

    menjadi natrium (Na+) dan bisulfit (HSO3

    -) dalam bentuk

    ion. Larutan sodium metabisulfat biasanya terkomposisi

    dalam udara terutama pada suhu panas. Untuk larutan

    dapat disterilkan dengan menggunakan autoklaf dengan

    mengisi kedalam kontener yang tidak berikatan dengan

    gas seperti nitrogen.

    Incompatibilitas : Sodium metabisulfat dapat bereaksi dengan obat

    simpatumimetik dan obat lain seperti ortho- atau para-

    hidroksil benzin alkohol dan derivatnya dari bentuk asam

    sulfonik dan derivatnya dan memiliki sedikit atau tidak

    berefek farmakologi inkom dengan fenil merkuri asetat

    ketika disterilkan dengan autoklaf untuk sediaan tetes

    mata

    Penyimpanan : Dalam wadah terisi penuh, tertutup rapat dan hindarkan

    dari panas yang berlebihan

    Kegunaan : sebagai antioksidan

    Konsentrasi : 0,01 1,0 % yang dibunakan 0,01%

    7. PVP ( FI III, 510 ; Excipient, 582)

    Nama Resmi : Povidonum

    Nama Lain : Povidonum, Polivinil Pinolidon

  • 22

    RM / BM : (C6H9NO)n / 10.000 hingga 700.000

    Pemerian : Serbuk hablur putih atau putih kekuningan; berbau lemah

    atau tidak berbau, higroskopis

    Kelarutan : Mudah larut dalam air, dalam etanol (95%)P, dan dalam

    kloroform P, kelarutan tergantung dari bobot molekul rata-

    rata; prkatis tidak larut dalam eter P

    Stabilitas : senyawa ini stabil dalam siklus pendek pemanasan pada

    suhu 110-130 0C. Sterilisasi uap dari larutan tidak dapat

    mengubah sifat senyawa ini

    Inkompatibilitas : Povidum kompatibiliti dalam larutan dengan berbagai

    garam anorganik, resin alami dan sintesis bahan kimia

    lainnya. Senyawa ini membentuk molekul dalam larutan

    dengan sulfatigzole, kalium salisilat, asam salisilat,

    fenobarbital, tanin dan senyawa lainnya.

    Penyimpanan : Povidum dapat disimpan dalam kondisi biasa tanpa

    mengalami dekomposisi / degradasi

    Kegunaan : Sebagai bahan pengikat

    Konsentrasi : 0,5-5% digunakan 1%

    8. Aspartam (Excipient, 48)

    Nama Resmi : Aspartam

    Nama Lain : metil ester

    RM / BM : C14H18N2O5 / 294,30

    Pemerian : Serbuk putih, hampir tidak berbau bubuk kristal dengan

    rasa yang sangat manis

    Stabilitas : Aspartma stabil pada kondisi kering. Degradasi aspartam

    terjadi selama perlakuan panas, hilangnya aspartam dapat

    diminimalisir dengan proses yang bersuhu tinggi untuk

    waktu yang singkat

    Incompatibilitas : Aspartam inkompatibel dengan kalsium fosfat dan juga

    dengan lubrikan magnesium stearat

  • 23

    Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik, ditempat yang sejuk dan k

    ering

    Kegunaan : Sebagai zat pemanis

    Konsentrasi : 0,8%

    9. Tartazine (Martindal,1474)

    Nama Resmi : Tartrazine

    RM / BM : C16H9H4Na3O9S2 / 534,4

    Kelarutan : mudah larut dalam air, sedikit larut dalam alkohol 95%

    mudah larut dalam glikol

    Stabilitas : tahan terhadapa asam asetat, HCl, NaOH 10%, Na 30%

    merubah warna menjadi kemerah-merahan

    Konsentrasi : 0,0005 0,001 %

  • 24

    BAB III

    METODE KERJA

    III.1 Alat yang digunakan

    1) Alu

    2) Ayakan No. 10

    3) Gelas Kimia

    4) Lumpang

    5) Neraca Analitik

    6) Pipet Tetes

    7) Sendok Tanduk

    8) Sudip

    9) Toples Kaca

    10) Waterbatt

    11) Oven

    III.2 Bahan yang digunakan

    1) Alkohol 70 %

    2) Aquades

    3) Asam Askorbat (Vitamin c)

    4) Asam Sitrat

    5) Asam Tartrat

    6) Natrium Bikarbonat

    7) Natrium Metabisulfat

    8) PVP

    9) Natrium benzoate

    10) Asrpartam

    11) Citrus Orange

    12) Tartrazine

    13) Kapas

    14) Kertas Perkamen

  • 25

    15) Kertas Minyak

    16) Tissue

    III.3 Perhitungan Bahan

    Asam askorbat 10 % =

    x 5 g = 0,5 g

    PVP 1 % =

    x 5 g = 0,05 g

    Na. Metabisulfat 0,01 % =

    x 5 g = 0,0005 g

    Aspartam 0.8 % =

    x 5 g = 0,04 g

    Na. benzoat 0,5 % =

    x 5 g = 0,025 g

    As.sitrat 13,8 % =

    x 5 g = 0,69 g

    As.tartrat 27.6 % =

    x 5 g = 1,38 g

    Na.bikarbonat 46.8 % =

    x 5 g = 2,34 g

    III.5 Cara Kerja

    1) Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan

    2) Dibersihkan alat yang akan digunakan menggunakan alkohol 70%

    3) Digerus masing-masing bahan kecuali PVP dan aspartame

    4) Ditimbang asam askorbat 0,5 g, as.sitrat 0,69 g, as.tartrat 1,38 g,

    Na.bikarbonat 2,34 g, aspartam 0,04 g, Na.benzoat 0,025 g,

    Na.metabisulfat 0,0005 g

    5) Digerus terpisah PVP yang telah ditimbang sebanyak 0,05 g dan

    ditambahkan etanol hingga homogen

    6) Dicampurkan semua bahan yang telah digerus dengan metode tumbling

    7) Ditetesi secukupnya tartrazine yang telah diencerkan dengan air

    secukupnya hingga larut dan homogen

    8) Disemprotkan citrus orange secukupnya

    9) Diletakkan pada lempeng atau plat datar

    10) Dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 400 C selama 5-10 menit

  • 26

    11) Diayak granul dengan ayakan nomor 10

    12) Digerus aspartam 0,04 g hingga halus, kemudian dicampurkan pada

    granul yang telah dikeringkan

    13) Ditimbang granul

    14) Dievaluasi granul

    15) Dibagi dalam 6 bagian

    16) Dimasukkan dalam kemasan

    17) Dimasukkan dalam dua

  • 27

    PEMBAHASAN

    Serbuk merupakan campuran homogen dua atau lebih bahan obat yang

    diserbukkan (FI III, 23). Bentuk sediaan serbuk yang banyak digunakan seperti

    serbuk effervescent yang biasa dikemas dalam kemasan tunggal. Serbuk

    effervescent adalah granul atau serbuk kasar sampai kasar sekali dan

    mengandung unsur obat dalam campuran yang kering yang biasanya terdiri dari

    natrium bikarbonat, asam sitrat dan asam tartrat bila ditambahkan dengan air asam

    dan basanya akan bereaksi membebaskan CO2 sehingga menghasilkan serbuk

    (Ansel, 214).

    Dalam formulasi ini zat aktif yang digunakan berupa Asam askorbat yang

    dibuat dalam bentuk serbuk effervescent. Serbuk effervescent saat ini merupakan

    alternatif pengembangan produk minuman ringan yang menarik dan memberikan

    variasi terbaru serta praktis dalam penyimpanannya. Keunggulan dari serbuk

    effervescent dibandingkan dengan minuman serbuk biasa adalah kemampuan

    untuk menghasilkan gas karbondioksida (CO2) yang memberikan rasa segar

    seperti pada air soda. Adanya gas tersebut dapat menutupi rasa pahit dari zat aktif

    serta mempermudah pelarutnya tanpa melibatkan pengadukan manual (Suryanto,

    2000). Minuman dalam bentuk serbuk ini memiliki kestabilan produk dan

    massanya lebih kecil serta dibuat untuk memiliki permintaan dalam skala yang

    besar (Susilo, 2005).

    Beberapa zat tambahan yang digunakan dalam formulasi ini berupa asam

    sitrat sebagai sumber asam, asam tartrat sebagai sumber asam, Natrium

    bikarbonat sebagai sumber basa, PVP sebagai pengikat, Aspartam sebagai

    pemanis, Natrium benzoate sebagai pengawet, Natrium metabisulfat sebagai

    antioksidan, citrus orange sebagai pengaroma, serta tartrazin sebagai pewarna.

    Dengan formulasi berupa campuran asam sitrat, asam tartrat dan natrium

    bikarbonat dalam bentuk granul, maka derajat kelarutan bahan-bahan ini

    akan sedikit berkurang sewaktu ditambahkan air. Namun sebaliknya, jika

    reaksi pembuihan yang cepat dan hebat serta tidak terkendali dapat berkurang.

    Sehingga reaksi pembentukan buih yang terjadi tidak sampai menumpahkan

    effervescent yang dapat menyebabkan berkurangnya bobot isi dari larutan

  • 28

    tersebut. Dalam pembuatan sediaan effervescent ini digunakan kombinasi 2

    macam asam, yaitu asam sitrat dan asam tartrat daripada hanya satu jenis

    asam saja karena penggunaan bahan asam tunggal saja akan menimbulkan

    kesukaran dalam pembentukan buih. Apabila asam sitrat digunakan sebagai

    bahan tunggal akan menghasilkan campuran yang lekat dan sukar menjadi

    granul. Sedangkan penggunaan asam tartrat saja, granul yang dihasilkan akan

    mudah kehilangan kekuatannya dan akan menggumpal. Natrium bikarbonat

    digunakan sebagai pembentuk reaksi basa dan bertindak dalam menetralisir asam

    sitrat dan asam tartrat serta dapat menghasilkan buih dan membebaskan

    karbondioksida serta larut sempurna dalam air (Pulungan, 2004).

    Namun pada saat proses pembuatan serbuk effervescent vitamin C,

    diperoleh hasil yang tidak maksimal, dimana sediaan yang kami buat tidak

    berhasil. Hal ini disebabkan karena penggunaan asam sitrat dalam formulasi kami

    terlalu banyak sehingga dengan cepat mengeluarkan kristal air. Selain itu juga

    disebabkan karena pada saat pecampuran dengan metode tumbling yang terlalu

    lama, serta dengan penambahan Na-CMC yang terlalu banyak pula, dengan

    demikian campuran granul yang dihasilkan terlalu basah.

    V.1 Kesimpulan

    Dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa serbuk effervescent dengan

    zat aktif Asam Askorbat tidak berhasil. Hal ini disebabkan karena terlalu

    banyaknya penggunaan asam sitrat serta pencampuran dengan metode

    tumbling yang lama. Selain itu penggunaan Na CMC yang terlalu banyak

    yang menyebabkan granul menjadi basah, sehingga pada saat digerus dalam

    lumpang telah menghasilkan buih.

    V.2 Saran

    Dalam praktikum kedepannya diharapkan pihak laboratorium dapat

    menyediakan bahan sesuai yang dibutuhkan oleh praktikan.