9
ASFIKSIA A. Pengertian Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur setelah dilahirkan (Prawirohardjo,2008). Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapassecara spontan dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,umumnya akan mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erathubungannya dengan gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,atau masalah yang mempengaruhi kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. (Wiknjosastro, 2008). B. Penyebab/Faktor Predisposisi Penyebab terjadinya asfiksia menurut Wiknjosastro (2008) antaralain : 1. Keadaan IbuBeberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan alirandarah ibu melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigenke janin berkurang, akibatnya terjadi gawat janin. Hal inidapat menyebabkan asfiksia : a. Preeklampsia dan eklampsia b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta) c. Partus lama atau partus macet yaitu persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam pada primigravida dan atau 8 jam pada multigravida. d. Deman selama persalinan e. Infeksi barat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

ASFIKSIA

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: ASFIKSIA

ASFIKSIA

A. Pengertian

Asfiksia neonatorum ialah keadaan dimana bayi tidak dapat segera bernapas secara

spontan dan teratur setelah dilahirkan (Prawirohardjo,2008).

Asfiksia adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernapassecara spontan

dan teratur. Bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir,umumnya akan

mengalami asfiksia pada saat dilahirkan. Masalah ini erathubungannya dengan

gangguan kesehatan ibu hamil, kelainan tali pusat,atau masalah yang mempengaruhi

kesejahteraan bayi selama atau sesudah persalinan. (Wiknjosastro, 2008).

B. Penyebab/Faktor Predisposisi

Penyebab terjadinya asfiksia menurut Wiknjosastro (2008) antaralain :

1. Keadaan IbuBeberapa keadaan pada ibu dapat menyebabkan alirandarah ibu

melalui plasenta berkurang, sehingga aliran oksigenke janin berkurang, akibatnya

terjadi gawat janin. Hal inidapat menyebabkan asfiksia :

a. Preeklampsia dan eklampsia

b. Pendarahan abnormal (plasenta previa atau solusio plasenta)

c. Partus lama atau partus macet yaitu persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam

pada primigravida dan atau 8 jam pada multigravida.

d. Deman selama persalinan

e.  Infeksi barat (malaria, sifilis, TBC, HIV)

f. Kehamilan Lewat Waktu (sesudah 42 minggu kehamilan)

2. Keadaan bayi pada keadaan berikut bayi mungkin mengalami asfiksiameskipun

tanpa didahului tanda gawat janin:

a. Bayi premature (sebelum 37 minggu kehamilan)

b. Persalinan dengan tindakan (sungsang, bayi kembar,distosia bahu, ekstraksi

vakum, ekstraksi forsep)

c. Kelainan bawaan (congenital)

d. Air ketuban bercampur mekonium (warna kehijauan)

Gangguan pertukaran gas dan transpor O2 dapat terjadi karena kelainan dalam

kehamilan atau persalinan yang bersifat menahun atau mendadak. Kelainan menahun

seperti gizi ibu yang buruk atau penyakit menahun pada ibu (anemia, hipertensi,

penyakit jantung dan lain-lain)dapat ditanggulangi dengan melakukan pemeriksaan

antenatal ibu yang teratur. Kelainan yang bersifat mendadak yang umumnya terjadi

Page 2: ASFIKSIA

pada persalinan hampir selalu mengakibatkan anoksia / hipoksia yang berakhir dengan

asfiksia bayi (Mansjoer, 2005).

C. Patofisiologi

Bila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 selamakehamilan /

persalinan, akan terjadi asfiksia. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh

dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan ini

dapat reversible atau tidak tergantung dari berat badan dan lamanya asfiksia. Asfiksia

ringan yang terjadi dimulai dengan suatu periode appnoe, disertai penurunan

frekuensi jantung. Selanjutnya bayi akan menunjukan usaha nafas, yang kemudian

diikuti pernafasan teratur. Pada asfiksia sedang dan berat usaha nafas tidak tampak

sehingga bayi berada dalam periode appnoe yang kedua, dan ditemukan pula

bradikardi dan penurunan tekanan darah. Disamping perubahan klinis juga terjadi

gangguan metabolisme dan keseimbangan asam dan basa pada neonatus. Pada tingkat

awal menimbulkan asidosisrespiratorik, bila gangguan berlanjut terjadi metabolisme

anaerob yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga glikogen tubuh pada hati

dan jantung berkurang.

Hilangnya glikogen yang terjadi pada kardiovaskuler menyebabkan gangguan fungsi

jantung. Pada paru terjadi pengisian udara alveoli yang tidak adekuat sehingga

menyebabkan resistensi pembuluh darah paru. Sedangkan di otak terjadi kerusakan

sel otak yang dapat menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi

selanjutnya. Jika tidak meninggal, asfiksia akan meninggalkan masalah bayi dengan

cacat. (Prawirohardjo, 2008)

D. Gejala

1. Tidak bernafas atau bernafas megap-megap

2. Warna kulit kebiruan

3. Kejang

4. Penurunan kesadaran

5. Pernafasan cuping hidung

6. Pernafasan cepat >60x/menit

7. Nadi cepat

8. Terdapat mekonium dalam air ketuban

Page 3: ASFIKSIA

E. Komplikasi

1. Edema otak

2. Perdarahan otak

3. Anuria atau oiguria

4. Hiperbilirubinemia

5. Enterokoits netrotikans

6. Kejang

7. Koma

F. Penatalaksanaan

1. Menciptakan lingkungan yang baik bagi bayi dan mengusahakan

tetap bebasnya jalan napas.

2. Memberikan bantuan pernapasan secara aktif kepada bayi dengan usaha

pernapasan buatan.

3. Memperbaiki asidosis yang terjadi.

4. Menjaga agar peredaran darah tetap baik. 

Nilai APGAR 7 ± 10 (bayi dinyatakan baik) :Pada keadaan ini bayi tidak memerlukan

tindakan istimewa. penatalaksanaan terdiri dari :

1. Memberikan lingkungan suhu yang baik pada bayi 

2. Pembersihan jalan napas bagian atas dari lendir dan sisa-sisa darah

3. Kalau perlu melakukan rangsangan pada bayi (Mansjoer, 2005)

Pada neonatus dengan asfiksia, resusitasi diberikan secepat mungkin tanpa menunggu

penghitungan skor Apgar. Tindakan resusitasi bayi baru lahir mengikuti tahapan-

tahapan yang dikenal sebagai ABC resusitasi, yaitu :

1. Memastikan saluran terbuka

a. Meletakkan bayi dalam posisi kepala defleksi bahu diganjal 2-3 cm.

b. Menghisap mulut, hidung dan kadang trachea.

c. Bila perlu masukkan pipa endo trachel (pipa ET) untuk memastikan saluran

pernafasan terbuka.

2. Memulai pernafasan

a. Memakai rangsangan taksil untuk memulai pernafasan

b. Memakai VTP bila perlu seperti : sungkup dan balon pipa ETdan balon atau

mulut ke mulut (hindari paparan infeksi).

3. Mempertahankan sirkulasi

Page 4: ASFIKSIA

a. Rangsangan dan pertahankan sirkulasi darah dengan cara Kompresi dada dan

pengobatan

Asuhan Kebidanan

1. Pengkajian data

Adapun data yang perlu di kaji dalam membantu menentukan diagnose mola hidatidosa

yaitu:

Data subjektif:

a. Biodata : nama, umur, no reg, nama orang tua, pekerjaan,

pendidikan,agama,alamat

b. Keluhan utama : keadaan bayi saat pengkajian (bb<2500

gr)hipotermi,lemah,sesak

c. Riwayat penyakit sekarang

Dilahirkan usia kehamilan<37 minggu, kehamilan tunggal, atau kembar,

penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya

dm,peb,pendarahan, pp,neftitis akut.

d. Riwayat penyakit keluargapenyakit menahun atau menular seperti tbc,

dm,hypertensi

e. Riwayat neonatal :

Keadaan bayi ketika dalam kandungan, keadaan ibu saat hamil, keluhan

selama hamil, pemeriksaan yang di lakukan

Natal : riwayat persalinan, umur kehamilan,keadaan saat lahir, yang

menolong,berapa apgar scornya

Post natal : keadaan bayi setelah lahir, bagaimana perkembangannnya

f. Riwayat imunisasi

Apakah bayi sudah di imunisasi, jika sudah , jenisnya apa saja

bayi dalam belum boleh di imunisasi sampai bbnya mencapai 2500 grdan

kondisi bayi stabil

g. Pola kebiasaan sehari-hari

Bagaimana kebutuhan nutrisiny?

(asi dan pasi

Page 5: ASFIKSIA

Pola istirahat?lebih banyak tidur- pola eliminasi?bab bagaimana, bak

bagaimana

Data obyektif

a. Keadaan umum : lemah,baik,cukup

b. Kesadaran :composmentis, apatis, samnolen, koma

c. Tanda-tanda vital : nadi, suhu, pernafasan,

d. Pemeriksaan fisik : dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki , hasil

pemeriksaan di catat, data yang menunjuang adalah letak sub cutan,lanugo

yang banyak terutama pada dahi dan pelipis.

e. Pertumbuhan dan perkembangan

Bagaimana reflek bagi dan indra bayi (reflek masih lemah atau tidak)

Fisik : kecil dan lemah

Motorik : pergerakan kurang aktif

Vokalisasi : menangis lemah

2. Analisa data

Berdasarkan data yang telah di peroleh, maka untuk menegakkan diagnose asfiksia

dapat dilihat dari tanda dan gejala yang dialami, seperti: tidak bernafas atau bernafas

megap-megap,warna kulit kebiruan,kejang dan penurunan kesadaran.

3. Deteksi dini

Salah satu cara mendeteksi dini asfiksia dapat dilihat dari gejala yang tampak, baik

dari hasil anamnesa, seperti: tidak bernafas atau bernafas megap-megap,warna kulit

kebiruan,kejang dan penurunan kesadaran dapat juga di deteksi melalui data objektif

seperti: keadaan umum (lemah, baik, cukup), kesadaran (compos mentis, apatis,

samnolen, koma), tanda-tanda vital (nadi, suhu, pernafasan), pemeriksaan fisik

(dilakukan dari ujung kepala sampai ujung kaki , hasil pemeriksaan di catat, data yang

menunjang adalah letak sub cutan, lanugo yang banyak terutama pada dahi dan

pelipis), pertumbuhan dan perkembangan seperti: bagaimana reflek bayi dan indra

bayi (reflek masih lemah atau tidak), fisik (kecil dan lemah), motorik (pergerakan

kurang aktif), vokalisasi (menangis lemah)

4. Prediksi terkait komlikasi

Apabila sudah terdiagnosa asfiksia, maka dapat memungkinkan terjadinya

komplikasi, seperti: edema otak, perdarahan otak, anuria atau oiguria,

hiperbilirubinemia, enterokoits netrotikans, kejang dan koma.

5. Perencanaan dan pelaksanaan

Page 6: ASFIKSIA

Langkah pertama yang dilakukan bidan adalah menginformasikan hasil pemeriksaan

pada klien dan keluarga, serta melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan terkait

dalam memberikan penanganan serta rujukan ke fasilitas kesehatan yang lebih

kengkap.

6. Evaluasi

Menilai reaksi klien terhadap tindakan atau pelaksanaan yang telah diberikan, apakah

bermanfaat bagi kesehatan klien.

Page 7: ASFIKSIA

Daftar Pustaka

Prawirohardjo, Sarwono. 2009.Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT.Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo

------.2008. Paket Pelatihan Pelayanan Obstetri dan Neonatal Emergensi Dasar

(PONED). Jakarta : JNPK-KR