Upload
operator-warnet-vast-raha
View
1.570
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
t TUGAS: KMB II
DOSEN:YATABA S.KeP Ns
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN ABSES PARU
OLEHKELOMPOK X:
1.LISNA WATI
2.JAYAMIN
3.JASRIN
4.JUMHARIANI
5.LISNA TRIWULAN NDARI
6.SAIDA
AKADEMI KEPERAWATAN
PEMERINTAH KABUPATEN MUNA
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya hingga penulis dapat merampungkan pembuatan makalah
yang berjudul
“ASUHAN KEPERAWATAN DENGANABSES PARU”
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah
mendukung dan memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini. Penyusun
menyadari bahwa dalam penulisan askep ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor batasan pengetahuan penyusun, maka penyusun dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini ini.
Semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat dimanfaatkan bagi generasi
mendatang, khususnya mahasiswa D-III Akademi Keperawatan Pemerintah
Kabupaten Muna.
Akhir kata, melalui kesempatan ini penyusun makalah mengucapkan banyak
terima kasih.
Raha, februari 2012
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Organ penting merupakan salah satu organ vital bagi kehidupan manusia.
Khususnya berfungsi pada sistem pernapasan manusia. Bertugas sebagai tempat
pertukaran oksigen yang dibutuhkan manusia dan mengeluarkan karbondioksida
yang merupakan hasil sisa proses pernapasan yang harus dikeluarkan dari tubuh,
sehingga kebutuhan tubuh akan oksigen tetap terpenuhi. Udara sangat penting
bagi manusia, tidak menhirup oksigen selama beberapa menit dapat menyebabkan
kematian. Itulah peranan penting paru-paru. Organ yang terletak di bawah tulang
rusuk ini memang mempunyai tugas yang berat, belum lagi semakin tercemarnya
udara yang kita hirup serta berbagai bibit penyakit yang berkeliaran di udara. Ini
semua dapat menimbulkan berbagai penyakit paru-paru
B. Tujuan
1. Mengetahui tentang definisi dari abses paru
2. Mengetahui Eteologi dari abses paru
3. Mengetahui klasifikasi dari abses paru
4. Mengetahui dampak terhadap berbagai sistem tubuh dari abses paru
5. Mengetahui patofisiologis dan penyimpangan KDM dari abses paru
6. Mengetahui tanda dan gejala dari abses paru
7. Mengetahui Prosedur diagnostik dari abses paru
8. Mengetahui menejemen medik dari abses paru
9. Mengetahui Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, dan Evaluasi dengan masalah
pada sistem pernafasan bawah
C. Metode Penulisan
Dalam memperoleh data atau informasi yang digunakan untuk penulisan
makalah ini, penyusun mengambil dari internet yang relevan dan berbagai kajian
pustaka dengan topik penulisan askep ini sebagai dasar untuk mengetahui dan
memperkuat teori yang digunakan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KONSEP PENYAKIT
a. Pengertian
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi
material purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru
oleh proses terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak
(multiple small abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda
namun mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea
sama pula. Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan
mekanisme pertahanan tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi,
epilepsi tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan
alkohol. Pada negara-negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan
gangguan respons imun seperti penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau
komplikasi dari paska obstruksi. Pada beberapa studi didapatkan bahwa
kuman aerob maupupn anaerob dari koloni oropharing yang sering menjadi
penyebab abses paru.
B. Etiologi
Pendapat dari Prof. dr. Hood Alsagaff (2006) tentang penyebab abses paru
sesuai dengan urutan frekuensi yang ditemukan di RSUD Dr. Soetomo Surabaya
adalah:
1. Infeksi yang timbul dari saluran nafas (aspirasi)
2. Sebagai
3. penyulit dari beberapa tipe pneumonia tertentu
4. Perluasan abses subdiafragmatika
5. Berasal dari luka traumatik paru
6. Infark paru yang terinfeksi
Pravelensi tertinggi berasal dari infeksi saluran pernafasan, mikroorganisme
penyebab umumnya berupa campuran dari bermacam-macam kuman yang berasal
dari flora mulut, hidung, tenggorokan, termasuk kuman aerob dan anaerob seperti
Streptokok, Basil fusiform, Spirokaeta, Proteus, dan lain-lain.
Finegold SM dan Fishman JA (1998) mendapatkan bahwa organisme penyebab
abses paru lebih dari 89% adalah kuman anaerob. Asher MI dan Beadry PH (1990)
mendapatkan bahwa pada anak-anak kuman penyebab abses paru terbanyak adalah
stapillococous aureus.
Kuman penyebab Abses Paru menurut Asher MI dan Beadry PH (1990) antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Staphillococcus aereus: Haemophilus influenzae types B, C, F, and
nontypable; Streptococcus viridans pneumoniae; Alpha-hemolytic
streptococci; Neisseria sp; Mycoplasma pneumoniae
2. Kuman Aerob: Haemophilus aphropilus parainfluenzae; Streptococcus group
B intermedius; Klebsiella penumonia; Escherichia coli, freundii;
Pseudomonas pyocyanea, aeruginosa, denitrificans; Aerobacter aeruginosa
Candida; Rhizopus sp; Aspergillus fumigatus; Nocardia sp; Eikenella
corrodens; Serratia marcescens
3. Sedangkan kuman Anaerob: Peptostreptococcus constellatus intermedius,
saccharolyticu;s Veillonella sp alkalenscenens; Bacteroidesmelaninogenicus
oralis, fragilis, corrodens, distasonis, vulgatus ruminicola, asaccharolyticus
Fusobacterium necrophorum, nucleatum Bifidobacterium sp.
Sedangkan Spektrum isolasi bakteri Abses paru akut menurut Hammond et al (1995)
adalah:
1. Anaerob: Provetella sp; Porphyromonas sp; Bacteroides sp; Fusobacterium
sp; Anaerobic cocci: Microaerophilic streptococci; Veilonella sp;
Clostridium sp; Nonsporing Gram-positive anaerobes.
2. Aerob: Viridans streptococci; Staphylococcus sp; Corynebacterium sp;
Klebsiella sp; Haemophilus sp; Gram-negative cocci
Sedangkan menurut Finegold dan Fishmans (1998), Organisme dan kondisi yang
berhubungan dengan Abses paru :
1. Bacteria Anaerob; Staphylococcus aureus, Enterbacteriaceae, Pseudomanas
aeruginosa streptocicci, Legonella spp, Nocardia asteroides, Burkholdaria
pseudomallei
2. Mycobacteria (often multifocal): M. Tuberculosis, M. Avium complex, M.
Kansasii.
3. Fungi: Aspergillus spp, Mucoraceae, Histoplasma capsulatum, Pneumocystis
carinii, Coccidioides immitis, Blastocystis homini
4. Parasit: Entamoeba histolytical, Paragonimus westermani, Stronglyoides
stercoralis (post-obstructive)
C.Patofisiologi
Adanya mikrorganisme penyebab infeksi
↓
Masuk ke perenkim paru
↓
inflamasi
↓
Lesi
↓
Lesi membentuk ruang
↓
Abses paru
D. Manifestasi klinis
Gejala klinis yang ada pada abses paru hampir sama dengan gejala pneumonia pada
umumnya yaitu:
1. Panas badan
Dijumpai berkisar 70% - 80% penderita abses paru. Kadang dijumpai dengan
temperatur > 400C.
2. Batuk, pada stadium awal non produktif. Bila terjadi hubungan rongga abses
dengan bronkus batuknya menjadi meningkat dengan bau busuk yang khas
(Foetor ex oroe)
3. Produksi sputum yang meningkat dan Foetor ex oero dijumpai berkisar 40 –
75% penderita abses paru.
4. Nyeri yang dirasakan di dalam dada
5. Batuk darah
6. Gejala tambahan lain seperti lelah, penurunan nafsu makan dan berat badan.
Pada pemeriksaan dijumpai tanda-tanda proses konsolidasi seperti redup pada
perkusi, suara nafas yang meningkat, sering dijumpai adanya jari tabuh serta
takikardi.
E.Pemeriksaan Penunjang
Lab:leukosit meningkat (10.000-20.000/mm3
Pemeriksaan kultur sputum
Radiologi
Pemeriksaan scorologi
F.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Abses paru harus berdasarkkan pemeriksaan mikrobiologi dan
data penyakit dasar penderita serta kondisi yang mempengaruhi berat ringannya
infeksi paru. Ada beberapa modalitas terapi yang diberikan pada abses paru :
1. MedikaMentosa
Pada era sebelum antibiotika tingkat kematian mencapai 33%, pada era
antibiotika maka tingkat kematian dan prognosa abses paru menjadi lebih
baik. Pilihan pertama antibiotika adalah golongan Penicillin, pada saat ini
dijumpai peningkatan abses paru yang disebabkan oleh kuman anaerobs (lebih
dari 35% kuman gram negatif anaerob).
Maka bisa dipikirkan untuk memilih kombinasi antibiotika antara golongan
penicillin G dengan clindamycin atau dengan Metronidazole, atau kombinasi
clindamycin dan Cefoxitin. Alternatif lain adalah kombinasi Imipenem
dengan ß Lactamase inhibitase pada penderita dengan pneumonia nosokomial
yang berkembang menjadi Abses paru.
Waktu pemberian antibiotika tergantung dari gejala klinis dan respon
radiologis penderita. Penderita diberikan terapi 2-3 minggu setelah bebas
gejala atau adanya resolusi kavitas, jadi diberikan antibiotika minimal 2-3
minggu.
2. Drainage
Drainase postural dan fisiotherapi dada 2-5 kali seminggu selama 15 menit
diperlukan untuk mempercepat proses resolusi Abses paru. Pada penderita
Abses paru yang tidak berhubungan dengan bronkus maka perlu
dipertimbangkan drainase melalui bronkoskopi.
3. Bedah
Reseksi segmen paru yang nekrosis diperlukan bila:
1. Respon yang rendah terhadap therapi antibiotika.
2. Abses yang besar sehingga mengganggu proses ventilasi perfusi
3. Infeksi paru yang berulang
4. Adanya gangguan drainase karena obstruksi.
B.KONSEP ASKEP
A.Pengkajian
1.aktifitas atau istirahat
Gejala:klien tidak mampu melakukan aktifitas karena badany terasa lemah
Tanda:klien Nampak lemah
2.sirkulasi
Tanda:takikardi
3.pernapasan
Gejala:klien mengatakan sulit bernafas dan batuk .
Tanda:- klien Nampak sesak napas
-batuk produktif dengan sputum kuning kehijauan dan berbau amis.
4.integritas ego
Gejala :klien mengatakan stress pada penyakitnya.
Tanda:gelisah
5.nyeri atau kenyamanan
Gejala:klien mengatakan nyeri pada dadanya.
Tanda:- klien memegang daerah yang nyeri
-klien memegang daerah yang nyeri
6.makanan atau cairan
Gejala:klien mengatakan nafsucmakanya menurun dan mual.
Tanda: - penurunan berat badan.
-porsi makan tidak dihabiskan.
7.neurosensori
Tanda:perubahan mental.
8.keamanan
Gejala:klien mengatakan demam
Tanda:peningkatan suhu tubuh
9.seksualitas
Gejala:penurunan minat melakukan hubungan seks
Io.higiene
Gejala:klien mengatakan tidak mampu melakukan perawatan diri
Tanda:klien Nampak kusam
11.penyuluhan dan pembelajaran
Gejala:klien mengatakan kurang mengetahui tentang penyakitnya dan penangananya
Tanda:-klien kurang mengetahui tentang penyakitnya.
-klien Nampak bingung bila ditanya tentang penyakitnya
B.Analisa data
problem Etiologi symtom
Bersihan jalan nafas
tidak efektif
Adanya infeksi perenkim
paru
↓
Peningkatan produksi
sputum
↓
Bersihan nafas tidak
efektif
DS:klien mengatakan sulit
bernafas dan batuk
DO:-Nampak sesak nafas
-patuk produktif dengan
sputum kuning kehijauan
dan bau amis
Gangguan rasa
nyaman nyeri
Infeksi parenkim paru
↓
Inflamasi parenkim paru
↓
Adanya abses paru dekat
pleura
↓
terjadi pergesekan antara
pleura parietaldan visceral
saat respirasi
↓
impuls diteruskan di korteks
cerebri
↓
nyeri dipersepsikan
DS:- klien mengatakan nyeri
dadanya
DO:- Klien Nampak
memegang dadanya saat
nyeri
-nampak meringis
Gangguan
keseimbangan
suhu tubuh
Adanya infeksi perenkim
paru
↓
Inflamasi perenkim paru
↓
terjadi reaksi tubuh terhadap
infeksi
↓
Peningkatan suhu tubuh
↓
Gangguan keseimbangan
suhu tubuh
DS:- klien mengatakan
demam
Do:- suhu tubuh meningkat
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Adanya sputum yang
berbau amis dan rasa
sputum saat batuk
produktif
↓
Anoreksia dan mual
↓
Intake nutrisi kurang
↓
Nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
DS: - Klien mengatakan nafsu
makanya menurun dan
mual
DO:- penurunan berat badan
-porsi makan tidak
dihabiskan
Intoleransi aktifitas Infasi mikrooganisme
penyebap pada parenkim
paru
↓
Infeksi parenkim paru
↓
lesi
↓
abses
↓
Produksi sputum
meningkat
↓
Sputum tertelan
↓
anoreksia
↓
Intake nutrisi
berkurang
↓
Metabolism glukosa
DS:- klien tidak mampu
melakukan aktifitas
sehari-hari karena terasa
lemah
-klienmengatakan
kurang mampu
melakukan perawatan
diri karena badanya
lemah
DO:- klien Nampak lemah
-klien Nampak kusam
menurun
↓
ATP-
↓
Kurang energi
Terjadi kelemahan
↓
Intoleransi aktifitas
ansietas Adanya penyakit
↓
Perubahan status kesehatan
↓
Klien kurang terpapar
informasi tentang
penyakitnya
↓
Kurang pengetahuan
↓
ansietas
DS:-klien mengatakan stress
pada penyakitnya
DO:- gelisah
-perubahan
mental(bingung)
C.Diagnosa keperawatan
1.bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan sputum ditandai
dengan:
DS: - klien mengatakan susah untuk bernafas
DO:- Nampak sesak nafas
-batuk produktif dengan warna kuning kehijauan dan berbau amis
2.gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan adanya abses paru yang ditandai
dengan
DS:- klien mengatakan nyeri pada dadanya
DO:- Klien Nampak memegang dadanya saat nyeri
-klien Nampak meringis
3.gangguan keseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan proses inflamasi ditandai
dengan:
DS:- klien mengatakan merasa demam
DO:- suhu tubuh meningkat
4.nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia ditandai
dengan:
DS:- klien mengatakan nafsu makanya berkurang
DO:- penurunan berat badan
-Porsi makan tidak dihabiskan
5.intoleransi aktifitas berhubungan dengan dengan kelemahan ditandai dengan:
DS:- klien tidak mampu melaksanakan aktifitas sehari- hari karena merasa lemah
-klien mengatakan kurang mampumelakukan perawatan diri karena badanya
lemah
DO:-klien Nampak lemah
-klien Nampak kusam
D.Perencanaan
Dx Tujuan intervensi Rasional
1. Tupan:setelah
diberikan 7 hari
askep bersihan jalan
nafas dapat efektif
Tupan: setelah
diberikan 2 hari
askep bersihan jalan
nafas berangsur-
angsur membaik
dengan criteria:
-klien dapat bernafas
dengan baik
-.putum berkurang
a.berikan petunjuk kepada
klien untuk batuk efektif
b.berikan minum hangat
c.kolaborasi dddengan
tim medis dalam
pemberian obat
antibiotic,ekspetoran
d.beri o2 dengan nasal
kanul sesuai resep
a.dengan batuk
efektifdapat melancarkan
bersihan jalan nafas alami
b. cairan dapat
memobilisasi dan
mengeluarkan secret
c.antibiotik dapat
membunuh
mikroorganismepenyakit
dan ekspetoran
mengencerkan dahak
d.memberikan bantuan
pernafasan bagi pasien
agar bernafas dengan baik
2 Tupan:setelah
diberikan askep
nyeri dapat hilang
Tupen: nyeri
berkurang dengan
kriteria
-klien tidak
mengeluh nyeri
-wajah klien tenang
a.ajarkan tehnik distraksi
Pada klien
b.anjurkan tehnik
relaksasi dan nafas dalam
c.atur posisi yang nyaman
pada klien
d.kolaborasi dengan
medis dalam pemberian
obat analgesik
a.tehnik distraksi dapat
menghilangkan perhatian
pasien pada nyeri
b tehnik relaksasi dan
nafas dalam mengurangi
nyeri
c.posisi nyaman dapat
memberikan rasa
kenyamanan pada klien
d.analgesik dapat
menekan pusat nyeri
3. Tupan:setelah
diberikan askep
suhu tubuh kembali
normal
Tupen: setelah
diberikan askep
a. berikan kompres mandi
hangat
b.kolaborasi dengan
medis dalam pemberian
obat anti piretik
a.kompres mndi hangat
dapat membantu
mengurangi demam
b.antipiretikdapat
mengurangi demam
peningkatan suhu
tubuhberangsur-
angsur dengan
kriteria
-klien tidak
mengeluh demam
-suhu tubuh 36-37C
4. Tupan:setelah
diberikan askep
kebutuhan nutrisi
dapat terpenuhi
Tupen: setelah
diberikan askep
berangsur-angsur
nutrisi dapat
terpenuhi dengan
criteria
-nafsu makan baik
-porsi makan
a.pantau kebiasaan diit
pasien
b.berikan makanan
berfariasi dan sesuai
dengan kesukan klien
c.berikan makanan porsi
kecil hangat dan menarik
a.kebiasaan diit
pasiendapat membantu
dalam pelaksanaan
intervensi
b.makanan bervariasi
mengurangi rasa jenuh
c.porsi sering membantu
meningkatkan masukan
nutrisi,dan porsi kecil
tidak membuat pasien
bosan ,makanan menarik
dapat menambah nafsu
makan
dihabiskan
5 Tupan:setelah
diberikan askep
klien dapat
beraktifitas dengan
baik
Tupen: setelah
diberikan askep
secara berangsur-
angsur
dapatmelakukan
aktifitas sehari –hari
dengan criteria
a.pantau sejauh mana
kemampuan klien
melakukan ADL
b.imbangi aktifitas
dengan istirahat yang
cukup
c.motivasi klien untuk
melakukan aktifitas
ringan
d.libatkan keluarga dalam
pemberian bantuan ADL
a.membantu dalam
pelaksanaan interfensi
b.istirahat dapat
mengurangi keluarga
energy sehingga dapat
mengurangi kelemahan
c.motifasi menimbulkan
dorongan bagi klien untuk
dapat melaksanakan
aktivitas ringan
d.keluarga adalah orang
terdekat yang dapat
-klien dapat
melakukan
aktifitasnya
-klien tidak lemas
-PH terpenuhi
pada klien membantu klien dalam
memebantu kebutuhan
ADL
6 Tupan:setelah
diberikan askep
aansietas dapat
teratasi
Tupen: setelah
diberikan askep
ansietas berangsur-
angsur berkurang
dengan kriteria
-klien tidak gelisah
-klien tidak bingung
dan tidak stres
a.bina hubungan saling
percaya antara pasien dan
perawat
b.bantu pasien untuk
mengungkap
kecemasanya secara
sportif
c.berikan penjelasan
tentang penyakitnya
dengan kesembuhanya
d.berikan pujian jika klien
dapat bekerja sama dalam
a.hubungan saling percaya
menurunkan kecemasan
klien
b.mengungkapkan
perasaan dapat
mengurangi kecemasan
c.penjelasan tentang
penyakit dan kesembuhan
dapat mengurangi
kecemasan
d.berikan pujian dapat
memberikan motifasi dan
mengatasi masalahnya mengurangi atau
menghilangkan
kecemasan
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Abses paru adalah suatu kavitas dalam jaringan paru yang berisi material
purulent berisikan sel radang akibat proses nekrotik parenkim paru oleh proses
terinfeksi. Bila diameter kavitas < 2 cm dan jumlahnya banyak (multiple small
abscesses) dinamakan “necrotising pneumonia”.
Abses besar atau abses kecil mempunyai manifestasi klinik berbeda namun
mempunyai predisposisi yang sama dan prinsip diferensial diagnosea sama pula.
Abses timbul karena aspirasi benda terinfeksi, penurunan mekanisme pertahanan
tubuh atau virulensi kuman yang tinggi.
Pada umumnya kasus Abses paru ini berhubungan dengan karies gigi, epilepsi
tak terkontrol, kerusakan paru sebelumnya dan penyalahgunaan alkohol. Pada negara-
negara maju jarang dijumpai kecuali penderita dengan gangguan respons imun seperti
penyalahgunaan obat, penyakit sistemik atau komplikasi dari paska obstruksi. Pada
beberapa studi didapatkan bahwa kuman aerob maupupn anaerob dari koloni
oropharing yang sering menjadi penyebab abses paru.
B.saran
Dalam penulisan askep ini masih kurang dari kesempurnaan karena kurangnya
referensi yang kami dapatkan. Jadi, kritik dan saran yang sifatnya membangun
khususnya dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan pembaca sangat kami
harapkan untuk kesempurnaan askep ini kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Asher MI, Beadry PH ; 1990, Lung Abscess in infections of Respicatory tract
; Canada
2. Baughman, Diane C; 2000; Keperawatan Medikal-Bedah: Buku saku untuk
Brunner & Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
3. Capernito, Linda Juall; 1998; Diagnosa keperawatan: Aplikasi pada praktek
klinis; Edisi ke-6 Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
4. Doenges, Marilynn E; 1999; Rencana asuhan keperawatan: pedoman untuk
perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien; Edisi ke-3 Penerbit
buku kedokteran EGC, Jakarta
5. Finegold SM, Fishman JA; 1998; Empyema and lung Abcess; in Fishman’s
Pulmonary Diseases and Disorders 3rd
ed; Philadelphia
6. Hammond JMJ et al; 1995, The Ethiology and Anti Microbial Susceptibility
Patterns of Microorganism in acute Commuity – Acquired Lung Abscess ;
Chest ;; 937 – 41.
7. Hood Alsagaff, Prof. dr; 2006; Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru; Airlangga
University Press, Surabaya
8. Kardjito, Thomas; 1994; Pedoman Diagnosis Therapi; Lab/UPF Ilmu
Penyakit Paru RSUD dr. Sutomo, Surabaya
9. Sabiston; 1994; Buku ajar Bedah bag: 2; Penerbit buku kedokteran EGC,
Jakarta
10. Sjahriar Rasad; 2005; Radiologi Diagnostik; Edisi ke-2; Balai penerbit FKUI,
Jakarta
11. Smeltzer, Suzanne C; 2001; Buku ajar keperawatan Medikal-Bedah Brunner
& Sudarth; Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR.......................................................................................DAFTARISI..
..................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. LatarBelakang........................................................................................
B. Tujuan....................................................................................................
C. Metode.................................................................................................
BABII KONSEP PENYAKIT ABSES PARU
A.Pengertian....................................................................................
B.Etiologi.................................................................................................
C.ManifestasiKlinis....................................................................................
D.Patofisiologi.............................................................................................
E.Komplikasi...............................................................................................
F.PemeriksaanPenunjang...........................................................................
G.PenatalaksanaanMedis............................................................................
BAB III KONSEP ASKEP KLIEN DENGAN ABSES PARU
A.Pengkajian............................................................................................
B.DiagnosaKeperawatan.........................................................................
C.Intervensi.................................................................................................
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan.........................................................................................
B.Saran.......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA