16
ASKEP BAYI SEPSIS Label: Perkuliahan A. Pengertian Sepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah. B. Etiologi dan Epidemiologi Organisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob. Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat) C. Tanda dan gejala Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan : -Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi), -Ikterus, -Kesulitan pernafasan, -Hepatomegali, -distensi abdomen, -Anoreksia, -Muntah-muntah, dan -Letargi. -Jaundice (sakit kuning) -kejang D. Diagnosis Diagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut. E. Pengobatan Bila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya

ASKEP BAYI SEPSIS.doc

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ggjgjgjhghj

Citation preview

Page 1: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

ASKEP BAYI SEPSIS

Label: Perkuliahan A. PengertianSepsis pada periode neonatal adalah suatu sindrom klinik yang ditandai dengan penyakit sistemik simtomatik dan bakteri dalam darah.

B. Etiologi dan EpidemiologiOrganisme tersering sebagai penyebab penyakit adalah Escherichia Coli dan streptokok grup B (dengan angka kesakitan sekitar 50 – 70 %), Stapylococcus aureus, enterokok, Klebsiella-Enterobacter sp., Pseudomonas aeruginosa, Proteus sp., Listeria monositogenes dan organisme yang anaerob.Faktor-faktor dari ibu dan organisme diperoleh dari cairan ketuban yang terinfeksi atau ketika janin melewati jalan lahir (penyakit yang mempunyai awitan dini), bayi mungkin terinfeksi dalam lingkungannya atau dari sejumlah sumber dari rumah sakit (penyakit yang mempunyai awitan lambat)

C. Tanda dan gejalaGejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan :-Suhu tubuh yang abnormal (hiper- atau hipotermi),-Ikterus,-Kesulitan pernafasan,-Hepatomegali,-distensi abdomen,-Anoreksia,-Muntah-muntah, dan-Letargi.-Jaundice (sakit kuning)-kejang

D. DiagnosisDiagnosis sepsis tergantung pada isolasi agen etiologik dari darah, cairan spinal, air kemih atau cairan tubuh lain dengan cara melakukan biakan dari bahan-bahan tersebut.

E. PengobatanBila dipikirkan diagnosis sepsis setelah pengambilan bahan untuk pembiakan selesai dilakukan, pembiakan dengan antibiotika harus segera dimulai. Pengobatan awal hendaknya tersendiri dari ampisilin dan gentamisin atau kanamisin secara intravena atau intramuskular.Pengobatan suportif, termasuk penatalaksanaan keseimbangan cairan dan elektrolit, bantuan pernapasan, transfusi darah lengkap segar, transfusi leukosit, transfusi tukar, pengobatan terhadap DIC, dan tindakan-tindakan lain yang merupakan bantuang yang penting bagi pengobatan antibiotik.

F. PrognosisAngka kematian pada sepsis neonatal berkisar antara 10 – 40 %. Angka tersebut berbeda-beda tergantung pada cara dan waktu awitan penyakit, agen atiologik, derajat prematuritas bayi, adanya dan keparahan penyakit lain yang menyertai dan keadaan ruang bayi atau unit perawatan.

G. Pencegahan

Page 2: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

Peningkatan penggunaan fasilitas perawatan prenatal, perwujudan program melahirkan bagi ibu yang mempunyai kehamilan resiko tinggi, pada pusat kesehatan yang memiliki fasilitas perawatan intensif bayi neonatal dan pengambangan alat pengangkutan yang modern, mempunyai pengaruh yang cukup berarti dalam penurunan faktor ibu dan bayi yang merupakan predisposisi infeksi pada bayi neonatus. Pemberian antibiotik profilaktik dilakukan untuk mencegah terjadinya infeksi pada bayi neonatus.

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN BAYIDENGAN SEPSIS

A PENGKAJIAN

1. Identitas Klien2. Riwayat Penyakit-Keluhan utamaKlien datang dengan tubuh berwarna kuning, letargi, kejang, tak mau menghisap, lemah.

-Riwayat penyakit sekarangPada permulaannya tidak jelas, lalu ikterik pada hari kedua , tapi kejadian ikterik ini berlangsung lebih dari 3 mg, disertai dengan letargi, hilangnya reflek rooting, kekakuan pada leher, tonus otot meningkat serta asfiksia atau hipoksia.

-Riwayat penyakit dahulu.Ibu klien mempunyai kelainan hepar atau kerusakan hepar karena obstruksi.

-Riwayat penyakit keluargaOrang tua atau keluarga mempunyai riwayat penyakit yang berhubungan dengan hepar atau dengan darah.

3. Riwayat Tumbuh Kembang-Riwayat prenatalAnamnesis mengenai riwayat inkompatibilitas darah, riwayat transfusi tukar atau terapi sinar pada bayi sebelumnya, kehamilan dengan komplikasi, obat yang diberikanpd ibu selama hamil / persalinan, persalinan dgntindakan / komplikasi.

-Riwayat neonatalSecara klinis ikterus pada neonatal dapat dilihatsegera setelah lahir atau beberapa hari kemudian. Ikterus yang tampakpun ssngat tergantung kepada penyebeb ikterus itu sendiri. Bayi menderita sindrom gawat nafas, sindrom crigler-najjar, hepatitis neonatal, stenosis pilorus, hiperparatiroidisme, infeksi pasca natal dan lain-lain.

4. Riwayat Imunisasi

5. Pemeriksaan Fisik-Inspeksia. Kulit kekuninganb. Sulit bernafasc. Letargid. Kejange. Mata berputar

Page 3: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

-Palpasia. tonos otot meningkatb. leher kaku

-Auskultasi

-Perkusi

6.Studi DiagnosisPemeriksaan biliribin direct dan indirect, golongan darah ibu dan bayi, Ht, jumlah retikulosit, fungsi hati dan tes thyroid sesuai indikasi.

7.Prioritas masalah1. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar bilirubin yang ditandai dengan :• Kulit bayi kekuningan• Bilirubin total : 4,6 • Bilirubin direct : 0,3• Bilirubin indirect : 4,3

TUJUANBayi akan terhindar dari kerusakan kulit

INTERVENSI1.Catat kondisi selama diberikan sinar setiap 6 jam dan laporkan bila perlu.2.Monitor baik langsung atau tidak langsung tingkat bilirubin3.Jaga kulit bayi agar tetap bersih dan kering

RASIONAL1.Untuk mengetahui kondisi bayi, sehingga dapat melakukan intervensi lebih dini.2.Untuk menilai kondisi kekuningan pada kulit3.Menurunkan iritasi dan resiko kerusakan kulit.

2.Resiko tinggi injuri (internal) berhubungan dengan kerusakan hepar sekunder fisioterapi di tandai dengan:• Kulit bayi terlihat kekuningan

Tujuan:Injuri tidak terjadi

Intervensi:1.monitor kadar bilirubin sebelum melakukan perawatan dengan sinar, laporkan bila ada peningkatan2.inspeksi kulit, urine tiap 4 jam untuk melihat warna kekuningan, laporkan apa yang terjadi

Rasional:1.mengetahui kadar bilirubin serta membantu keefektifan pemberian terapi2.mengetahui seberapa besar kadar bilirubin

Page 4: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

3.Cemas berhubungan dengan ketidaktahuan tentang perjalanan penyakit dan therapi yang diberikan pada bayi.

Data Subyektif:• Klien/keluarga selalu menanyakan tindakan yang akan diberikan.Data Obyektif :• Orang tua tampak cemas• Ibu tampak takut saat melihat keadaan bayinya.

TUJUAN:Orang tua menegerti tentang perawatan, keluarga dapat ber- partisipasi meng- identifikasi gejala-gejala untuk men- yampaikan pada tim kesehatan

INTERVENSI1.Kaji pengetahuan keluarga tentang perawatan bayi ikterus2.Berikan penjelasan tentang:Penyebab ikterus, proses terapi, dan perawatanya.3.Berikan penjelasan setiap akan melakukan tindakan .4.Diskusikan tentang keadaan bayi dan program-program yang akan dilakukan selama di rumah sakit5.Ciptakan hubungan yang akrab dengan keluarga selama melakukan perawatan

RASIONAL1.Memberikan bahan masukan bagi perawat sebelum me- lakukan pendidikan kesehat- an kepada keluarga2.Dengan mengerti penyebab ikterus, program terapi yang diberikan keluarga dapat menerima segala tindakan yang diberikan kepada bayinya.3.Informasi yang jelas sangat penting dalam membantu mengurangi kecemasan keluarga4.Komunikasi secara terbuka dalam memecahkan satu per-masalahan dapat mengurangi kecemasan keluarga.5.Hubungan yang akrab dapat meningkatkan partisipasi keluarga dalam merawat bayi ikterus

Daftar Pustaka :

Ngastiyah, 1997, Perawatan Anak Sakit, EGC, Jakarta.

Tucker Susan Martin, at al.,1999, Standar Perawatan Pasien, Proses Keperawatan, Diagnosis dan evaluasi, EGC, Jakarta.

Dongoes, Marlynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC http://khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/03/askep-bayi-sepsis.html

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN SEPSIS   NEONATORUM June 1, 2009

Posted by yusniraharjo in SCIENCE OF NURSING. trackback

Page 5: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

A. Definisi

Sepsis merupakan respon tubuh terhadap infeksi yang menyebar melalui darah dan jaringan lain. Sepsis terjadi pada kurang dari 1% bayi baru lahir tetapi merupakan penyebab daro 30% kematian pada bayi baru lahir. Infeksi bakteri 5 kali lebih sering terjadi pada bayi baru lahir yang berat badannya kurang dari 2,75 kg dan 2 kali lebih sering menyerang bayi laki-laki.

Pada lebih dari 50% kasus, sepsis mulai timbul dalam waktu 6 jam setelah bayi lahir, tetapi kebanyakan muncul dalamw aktu 72 jam setelah lahir.Sepsis yang baru timbul dalam waktu 4 hari atau lebih kemungkinan disebabkan oleh infeksi nasokomial (infeksi yang didapat di rumah sakit).

Pembagian Sepsis:

1. Sepsis dini –> terjadi 7 hari pertama kehidupan. Karakteristik : sumber organisme pada saluran genital ibu dan atau cairan amnion, biasanya fulminan dengan angka mortalitas tinggi.

2. Sepsis lanjutan/nosokomial –> terjadi setelah minggu pertama kehidupan dan didapat dari lingkungan pasca lahir. Karakteristik : Didapat dari kontak langsung atau tak langsung dengan organisme yang ditemukan dari lingkungan tempat perawatan bayi, sering mengalami komplikasi.

B. Etiologi

Penyebab neonatus sepsis/sepsis neonatorum adalah berbagai macam kuman seperti bakteri, virus, parasit, atau jamur. Sepsis pada bayi hampir selalu disebabkan oleh bakteri.

Beberapa komplikasi kehamilan yang dapat meningkatkan risiko terjadinya sepsis pada neonatus antara lain :

Perdarahan Demam yang terjadi pada ibu

Infeksi pada uterus atau plasenta

Ketuban pecah dini (sebelum 37 minggu kehamilan)

Ketuban pecah terlalu cepat saat melahirkan (18 jam atau lebih sebelum melahirkan)

Proses kelahiran yang lama dan sulit

C. Tanda dan Gejala

Gejala infeksi sepsis pada neonatus ditandai dengan:

Bayi tampak lesu tidak kuat menghisap

denyut jantung lambat dan suhu tubuhnya turun-naik

gangguan pernafasan

Page 6: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

kejang

jaundice (sakit kuning)

muntah

diare

perut kembung

D. Faktor Risiko

1. Sepsis Dini

Kolonisasi maternal dalam GBS, infeksi fekal

Malnutrisi pada ibu

Prematuritas, BBLR

2. Sepsis Nosokomial

BBLR–>berhubungan dengan pertahanan imun Nutrisi Parenteral total, pemberian makanan melalui selang

Pemberian antibiotik (superinfeksi dan infeksi organisme resisten)

E. Pencegahan

Pada masa Antenatal –> Perawatan antenatal meliputi pemeriksaan kesehatan ibu secara berkala, imunisasi, pengobatan terhadap penyakit infeksi yang diderita ibu, asupan gizi yang memadai, penanganan segera terhadap keadaan yang dapat menurunkan kesehatan ibu dan janin. Rujuk ke pusat kesehatan bila diperlukan.

Pada masa Persalinan –> Perawatan ibu selama persalinan dilakukan secara aseptik.

Pada masa pasca Persalinan –> Rawat gabung bila bayi normal, pemberian ASI secepatnya, jaga lingkungan dan peralatan tetap bersih, perawatan luka umbilikus secara steril.

F. Prognosis

25% bayi meninggal walaupun telah diberikan antibiotik dan perawatan intensif.

G. Asuhan Keperawatan

Pengkajian :

Status sosial ekonomi Riwayat parawatan antenatal

Riwayat penyakit menular seksual

Page 7: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

Riwayat penyakit infeksi selama kehamilan dan saat persalinan (toksoplasma, rubeola, toksemia gravidarum, dan amnionitis)

Pemeriksaan fisik

Diagnosa Keperawatan

1. Infeksi b.d penularan infeksi pada bayi sebelum dan sesudah kelahiran

Tujuan : Mengenali secara dini bayi yang mempunyai risiko menderita infeksi

Intervensi :

Kaji bayi yang berisiko menderita infeksi Kaji tanda2 infeksi meliputi suhu tubuh yang tidak stabil, apnea, ikterus, refleks

menghisap, minum sedikit, distensi abdomen.

Kaji tanda2 infeksi yang berhubungan dengan sistem organ

2. Kebutuhan Nutrisi: kurang dari kebutuhan b.d intoleransi terhadap minuman

Tujuan : Memelihara kebutuhan nutrisi bayi, BB bayi normal, terhindar dari dehidrasi

Intervensi :

Kaji intoleransi terhadap minuman Hitung kebutuhan minum bayi

Ukur intake dan output

Timbang BB bayi secara berkala

Catat perilaku makan dan aktivitas secara akurat

Pantau koordinasi refleks menghisap dan menelan.

http://yusniraharjo.wordpress.com/2009/06/01/asuhan-keperawatan-pada-anak-dengan-sepsis-neonatorum/

askep hipoglikemia dengan dm

I.     DEFINISI

Hipoglikemia adalah batas terendah kadar glukosa darah puasa (true

glucose) adalah 60 mg %, dengan dasar tersebut maka penurunan kadar glukosa

darah di bawah 60 % disebut sebagai hipoglikemia. Pada umumnya gejala-gejala

Page 8: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

hipoglikemia baru timbul bila kadar glukosa darah lebih rendah dari 45 mg %.

II.   PATOFISIOLOGI

Pada waktu makan (absorptive) cukup tersedia sumber energi yang

diserap dari usus. Kelebihan energi tersebut akan disimpan sebagai makro

molekul, karena itu fase ini dinamakan sebagai fase anabolic. Hormon yang

berperan adalah insulin. 60 % dari glukosa yang diserap usus dengan pengaruh

insulin akan disimpan di hati sebagai glikogen, sebagian lagi akan disimpan di 

jaringan lemak dan otot juga sebagai glikogen. Sebagian lain dari glukosa akan

mengalami metabolisme anaerob maupun aerob untuk memperoleh energi yang

digunakan seluruh jaringan tubuh terutama otak. Sekitar 70 % dari seluruh

penggunaan glukosa berlangsung di otak. Berbeda dengan jaringan lain otak

tidak dapat menggunakan asam lemak bebas sebagai sumber energi.

Pada waktu sesudah makan atau sesudah puasa 5 – 6 jam kadar glukosa

darah mulai turun, keadaan ini menyebabkan retensi insulin juga menurun,

sedangkan hormon kontralateral yaitu glikogen, epinefrin, kortisol dan hormon

pertumbuhan meningkat. Terjadilah keadaan sebaliknya (katabolik) yaitu

sintesis glikogen, protein dan trigliserida akan menurun sedangkan pemecahan

zat-zat tersebut akan meningkat. Pada keadaan penurunan glukosa darah

mendadak glukagon dan epinefrin yang berperan. Kedua hormon tersebut akan

memacu glikogenolisis dan glukenogenesis dan proteolisis di otot dan liposis di 

jaringan lemak. Dengan demikian tersedia bahan untuk glukoneogenesis yaitu

asam amino terutama alanin, asam laktat, piruvat dan gliserol. Hormon

Page 9: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

kontraregulator yang lain berpengaruh sinergistik terhadap glukagon dan

adrenalin tetapi perannya lambat.

Selama homeostasis glukosa tersebut di atas berjalan hipoglikemia tidak

akan terjadi. Hipoglikemia terjadi karena ketidakmampuan hati memproduksi

glukosa. Ketidakmampuan hati tersebut dapat disebabkan karena penurunan

bahan pembentuk glukosa, penyakit hati atau ketidakseimbangan hormonal.

Kenaikan penggunaan glukosa di perifer tidak menimbulkan hipoglikemia

selama hati masih mampu mengimbangi dengan menambah produksi glukosa.

III. ETIOLOGI

a.   Maka kurang dari diet yang ditentukan.

b.   Sesudah olahraga

c.   Sembuh sakit

d.   Sesudah melahirkan

e.   Makan obat yang mempunyai sifat serupa.

IV.  GEJALA-GEJALA

Terdiri atas dua fase yaitu:

a.   Fase I yaitu gejala-gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di

hipotalamus sehingga dilepaskannya hormon epinefrin. Gejalanya berupa

palpitasi, keluar banyak keringat, tremor, ketakutan, rasa lapar, dan mual

(glukosa darah turun 50 mg %).

b.   Fase II yaitu gejala-gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan

Page 10: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

fungsi otak gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental

menurun, hilangnya keterampilan motorik yang halus, penurunan kesadaran,

kejang-kejang dan koma (Glukosa darah 20 mg %).

Gejala-gejala hipoglikemia yang tidak khas:

-     Perubahan tingkah laku

-     Serangan sinkop yang mendadak.

-     Pusing pagi hari yang hilang dengan makan pagi

-     Keringat berlebihan waktu tidur malam

-     Bangun tengah malam untuk makan

-     Hemiplegia/afasia sepintas

-     Angina pectoris tanpa kelainan arteri koronaria.

V.   FAKTOR PREDISPOSISI TERJADINYA HIPOGLIKEMIA PADA

PASIEN YANG MENDAPAT PENGOBATAN iNSULIN 

(SULFONILUREA)

A.  Faktor yang berkaitan dengan pasien

1.   Pengurangan/keterlambatan makan

2.   Kesalahan dosis obat

3.   Latihan jasmani yang berlebihan 

4.   Penurunan kebutuhan insulin

a.   Penyembuhan dari penyakit

Page 11: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

b.   Nefropati diabetik 

c.   Hipotiroidisme 

d.   Penyakit addison

e.   Hipupituitarisme 

5.   Hari pertama persalinan 

6.   Penyakit hati yang berat

B.  Faktor yang berkaitan dengan dokter

1.   Pengendalian glukosa darah yang tetap

2.   Pemberian obat-obat yang mempunyai potensi hipoglikemia

3.   Pergantian jenis insulin 

VI.  DIAGNOSIS HIPOGLIKEMIA

a.   Hipoglikemia dengan gejala-gejala saraf pusat, psikiatrik atau vasomotorik.

b.   Kadar glukosa darah < 50 mg %

c.   Gejala akan menghilang dengan pemberian gula

VII.TERAPI

a.   Pemberian gula murni 30 g (2 sendok makan), sirup, atau makanan yang

mengandung karbohidrat.

b.   Pada keadaan koma, berikan larutan glukosa 40 % IV sebanyak 10 – 25 cc,

setiap 10 – 20 menit sampai pasien sadar, disertai infus dekstrosa 10 % 6

jam/kolf

Page 12: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

c.   Bila belum teratasi, dapat diberikan antagonis insulin.

VIII.    PENDIDIKAN PASIEN DAN PERTIMBANGAN PERAWATAN DI

RUMAH

a.   Hipoglikemia dicegah dengan mengikuti pola makan, penyuntikan insulin

dan latihan yang teratur.

b.   Makan cemilan antara jam-jam makan dan saat akan tidur malam diperlukan

untuk melawan efek insulin yang maksimal.

c.   Pasien harus menghadapi saat puncak kerja insulin dengan mengkonsumsi 

cemilan dan makanan tambahan pada saat melakukan aktivitas fisik dengan 

intensitas yang lebih besar.

d.   Pemeriksaan rutin kadar glukosa darah harus dilakukan sehingga perubahan

kebutuhan insulin dapat diantisipasi dan disesuaikan.

DAFTAR PUSTAKA

1.   Noer S., Waspadji S., Rahman AM., Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I,

Edisi III, Jakarta, FKUI, 1996.

2.   Brunner & Suddarth,      Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,

Volume 2, Jakarta, EGC.

3.   Doenges, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, EGC, Jakarta.

4.   Rumahorbo, Hotma,   Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Page 13: ASKEP BAYI SEPSIS.doc

Endokrin, EGC, Jakarta, 1999.

http://duniakeperawatan2011.blogspot.com/2011/04/askep-hipoglikemia-dengan-dm.html