Upload
chiyoualoverz-tharaztic-jrs
View
126
Download
15
Embed Size (px)
DESCRIPTION
ok
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J
DENGAN HIPERTENSI DI WISMA MAWAR
PANTI WREDHA HARAPAN IBU
NGALIYAN, SEMARANG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Ajar Keperawatan Gerontik
Tahap Profesi Angkatan XXI
Oleh:
SIO ANDI
22020112220095
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS ANGKATAN XXI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNDIP SEMARANG
2013
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa Asuhan Keperawatan yang saya susun
adalah karya sendiri. Saya menyatakan tidak melakukan plagitisme dan isi dari
Asuhan Keperawatan ini sesuai dengan kondisi klien saya dan tidak menjiplak karya
orang lain,. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya, apabila
terbukti melakukan plagiatisme saya bersedia menerima sanksi dalam bentuk
apapun.
Semarang, Maret 2013
Sio Andi
NIM 22020112220095
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lansia adalah fase menurunnya kemampuan akal dan fisik, yang di
mulai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup. Secara biologis
penduduk lanjut usia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, yang ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik
yaitu semakin rentannya terhadap serangan penyakit yang dapat
menyebabkan kematian. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan dalam
struktur dan fungsi sel, jaringan, serta sistem organ.1
Penyakit pada lansia yang paling sering diderita lansia adalah penyakit
hipertensi, dimasna hipertensi dicirikan dengan peningkatan tekanan darah
diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Insiden hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia. Pengukuran tekanan darah serial
150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50 tahun
memastikan hipertensi.2
Tekanan darah yang meninggi dengan penyakit jantung-pembuluh
darah (kardiovaskuler) lebih nyata terlihat pada penderita yang lanjut usia.
Umumnya tekanan darah diastolik meningkat mengikuti pertambahan umur,
tetapi tekanan darah sistolik peningkatannya lebih nyata pada usia lanjut.
Pada usia lanjut, bila tekanan darahnya baik sistolik maupun diastolik
meninggi dalam waktu yang tidak terlalu lama maka harus dicurigai adanya
pembuluh darah ginjal yang terganggu. Hipertensi di ukur paling tidak pada 3
kesempatan yang berbeda. Manifestasi klinis terjadi setelah mengalami
hipertensi secara bertahun-tahun, beberapa gejala seperti sakit kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah akibat penigkatan tekanan
darah intrakranium.3
Tekanan darah pada penderita hipertensi memegang peranan penting di
dalam menentukan boleh tidaknya berolahraga, takaran dan jenis olahraga.
Jika dalam keadaan istirahat atau diam seseorang tekanan darahnya sudah
mencapai 200/120 mmHg, dapat dibayangkan bila bergerak atau melakukan
aktifitas fisik maka tekanan darahnya akan semakin naik pula. Olah raga yang
dianjurkan bagi lansia adalah olah raga yang ringan, akan tetapi dilakukan
secara reguler atau teratur. Olah raga yang dilakukan oleh lansia secara
teratur akan membuat otot-otot menjadi lentur dan tidak kaku, sehingga lansia
akan merasakan kenyamanan dalam beraktivitas maupun dalam istirahat
tidurnya.4
Berdasarkan hasil penelitian antara kepatuhan diet rendah garam dan
terjadinya kekambuhan pada pasien hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang terdiri dari predisposi (pengetahuan, sikap, kepercayaan,
keyakinan, nilai- nilai) dan faktor pendukung (Lingkungan fisik, fasilitas
sarana kesehatan). Kepatuhan adalah perilaku posisitif penderita dalam
mencapai tujuan terapi. Faktor- faktor yang mempengaruhi kepatuhan
diantaranya penatalaksanaan tentang instruksi, tingkat pendidikan, kesakitan
dan pengobatan, keyakinan, sikap dan kepribadian, dukungan keluarga,
tingkat ekonomi, dukungan sosial.5
Hipertensi pada lansia pernah diabaikan karena dianggap bukan
masalah, tetapi sekarang telah diakui bahwa hipertensi pada lansia memegang
peranan besar sebagai faktor risiko baik untuk jantung maupun otak yang
berakibat pada munculnya stroke dan penyakit jantung koroner.
Penatalaksanaan untuk menurunkan angka morbiditas dan angka mortalitas
karena penyakit kardiovaskuler adalah dengan memperbaiki keadaan
hipertensi. Tekanan darah yang tinggi diharapkan normal sesuai
klasifikasinya, sehingga resiko komplikasi dan kematian pada penderita
hipertensi dapat diminimalkan.2
Ny. J mengatakan bahwa kepalanya akhir-akhir ini sering merasa
pusing, kalau tidur juga susah, kadang sampai jam 11 malam belum bisa
tidur, padahal yang lain sudah pada tidur. Ny. J merasakan kaku pada
lehernya dan kadang juga terasa sakit bila malamnya susah tidur. Ny. J tidak
selalu habis makannya, makan sekitar setengah porsi dari biasanya karena
lidahnya pahit dan kadang mual. Ny. J menghindari makanan yang asin-asin
karena mempunyai riwayat hipertensi. Berdasarkan uraian latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk melakukan asuhan keperawatan pada lansia
dengan penyakit hipertensi. Penulis menyadari bahwa kebanyakan individu
kurang memperdulikan status kesehatannya, apalagi penyakit hipertensi yang
terkenal dengan sebutan silent killer.
B. TUJUAN
1. Tujuan umum: Penulis mampu memberikan asuhan keperawatan gerontik
yang komprehensif kepada lansia Ny. J dengan hipertensi di Panti
Wredha Harapan Ibu Ngaliyan, Semarang.
2. Tujuan khusus:
a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia Ny. J sesuai dengan format
di buku panduan.
b. Mampu menganalisa data dan merumuskan diagnosa keperawatan
c. Mampu memprioritaskan masalah keperawatan
d. Mampu membuat rencana intervensi keperawatan yang didukung
dengan jurnal penelitian.
e. Mampu melakukan implementasi keperawatan sesuai dengan kondisi
lansia.
f. Mampu mengevaluasi dan mendokumentasikan asuhan keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Lansia
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara
usia 65-75 tahun. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak
hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua.6
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat
dihindari, berjalan secara terus-manerus, dan berkesinambungan. Seseorang
dikategorikan usia lanjut bila individu tersebut telah mencapai usia lebih
dari 60 tahun.7 Lansia akan mengalami perubahan fisik dan tingkah laku
pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu
sesuai usianya.
2. Klasifikasi Lansia
Klasifikasi berikut ini adalah lima klasifikasi pada lansia:8
a. Pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
b. Lansia yaitu seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
c. Lansia Resiko Tinggi yaitu seseorang yang berusia 70 tahun atau
lebih/seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah
kesehatan.
d. Lansia Potensial yaitu lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan
dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
e. Lansia Tidak Potensial yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah,
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.
3. Karakteristik Lansia
Seseorang yang sudah pada usia lanjut atau lansia memiliki
karakteristik sebagai berikut:7
a. Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13
tentang kesehatan).
b. Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif
hingga kondisi maladaptif.
c. Lingkungan tempat tinggal yang bervariasi
4. Tipe Lansia
Di zaman sekarang (zaman pembangunan), banyak ditemukan
bermacam-macam tipe usia lanjut. Yang menonjol antara lain:6
a. Tipe arif bijaksana
Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri
dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana,
dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.
b. Tipe mandiri
Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan,
serta memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas
Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan
daya tarik jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi,
pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut, sulit dilayani dan
pengkritik.
d. Tipe pasrah
Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
mempunyai konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti
kegiatan beribadat, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung
Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
merasa minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh.
5. Tugas Perkembangan Lansia
Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang
pada tahap sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai
berikut :7
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara
santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan.
B. Konsep Dasar Penyakit
1. Definisi
Hipertensi adalah dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari
140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90
mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari
160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.1
Hipertensi merupakan penyakit yang dicirikan dengan peningkatan
tekanan darah diastolik dan sistolik yang intermiten atau menetap. Insiden
hipertensi meningkat seiring bertambahnya usia. Pengukuran tekanan darah
serial 150/95 mmHg atau lebih tinggi pada orang yang berusia diatas 50
tahun memastikan hipertensi.2
2. Etiologi
Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab terkena hipertensi adalah:9
a. Faktor keturunan
b. Ciri perseorangan:
1) Usia: paling tinggi usia 30-40 tahun
2) Jenis kelamin: pada laki-laki sering terjadi hipertensi disbanding
wanita
3) Ras
c. Kebiasaan hidup
- Konsumsi garam yang tinggi
Pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah
dan mengeluarkan garam oleh obat diuretik akan menrunkan tekanan
darah lebih lanjut
- Kegemukan/obesitas
- Stress atau ketegangan jiwa
Dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormone
adrenalin dan memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat
sehingga tekanan darah meningkat
d. Pengaruh lain:
- Merokok
- Minum alkohol
- Minum obat-obatan: ephedenn, prednisone, epinefrin
- Kehamilan
Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang dapat atau tidak
dapat dikontrol, antara lain:10
a. Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol:
1) Jenis kelamin
Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa
muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun,
sekitar 60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering
dikaitkan dengan perubahan hormon setelah menopause.11
2) Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi
orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi
dari orang yang berusia lebih muda.12
3) Keturunan (Genetik)
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua
kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi, hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio
antara potasium terhadap sodium.
b. Faktor resiko yang dapat dikontrol:
1) Obesitas
Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia. Kelompok lansia dapat
memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan
pembuluh darah, hipertensi.
2) Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak
menular, karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan
tahanan perifer yang akan menurunkan tekanan darah.
3) Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna
dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami
ateriosklerosis.
4) Mengkonsumsi garam berlebih
Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan
meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya
hipertensi.12
5) Minum alkohol
Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor
resiko hipertensi.11
6) Minum kopi
Kandungan 75 – 200 mg kafein berpotensi meningkatkan tekanan
darah 5 -10 mmHg.
7) Stres
Hubungan antara stres dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara
intermiten (tidak menentu). Stress yang berkepanjangan dapat
mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi.
3. Patofisologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh
darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke
korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di
toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke
ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah,
dimana dengan dilepaskannya noreepineprin mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah. Berbagai factor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang vasokonstriksi.
Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin, meskipun
tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.3
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang
pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla
adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks
adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat
respons vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang
mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.
Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya
merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.9
4. Klasifikasi
Hipertensi pada usia lanjut dapat diklasifikasikan berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :1
c. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya. Penyebab pasti masih belum diketahui, riwayat
keluarga obesitas, diit tinggi natrium, lemak jenuh dan penuaan adalah
faktor pendukung.
d. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit
lain. Hipertensi sekunder akibat penyakit ginjal atau penyebab yang
terindentifikasi lainya.2
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis dari hipertensi adalah sebagai berikut :9
a. Pusing
b. Mudah marah
c. Telinga berdengung
d. Mimisan (jarang)
e. Sukar tidur
f. Sesak nafas
g. Rasa berat di tengkuk
h. Mudah lelah
i. Mata berkunang-kunang
6. Komplikasi
Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung dua kali dan
meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang yang
tidak mengalami hipertensi.13
a. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan
semakin mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal.
b. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung
tidak mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini
terjadi karena kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
c. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena
tekanan darah yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah
yang sudah lemah menjadi pecah.
d. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang
menuju ginjal, yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh.
e. Kerusakan penglihatan
Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata,
sehingga mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
7. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada lansia dengan
hipertensi adalah:14
a. Pengukuran tinggi dan berat serta kalkulasi BMI (Body Mass Index)
yaitu berat dalam kg dibagi tinggi dalam m².
b. Pengukuran tekanan darah
c. Pemeriksaan system kardiovaskuler terutama ukuran jantung, bukti
adanya gagal jntung, penyakit arteri karotis, renal, dan perifer lain
serta koarktasio aorta.
d. Pemeriksaan paru adanya ronkhi dan bronkhospasme serta bising
abdomen, pembesaran ginjal serta tumor yang lain.
e. Pemeriksaan fundus optikus dan system syaraf untuk mengetahui
kemungkinan adanya kerusakan serebrovaskuler.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terapi hipertensi perlu penetapan jadwal rutin
harian minum obat, hipertensi yang tidak terkontrol dapat menyebabkan
stroke dan serangan jantung. Mencatat obat-obatan yang diminum dan
keefektifan mendiskusikan informasi ini untuk tindak lanjut.2
Upaya non farmakologi pencegahan primer dari hipertensi esensial
terdiri dari mempertahankan berat badan ideal, diet rendah garam,
pengurangan stres, dan latihan aerobik secara teratur.14
a. Penatalaksanaan Keperawatan
1) Diit rendah lemak, diit rendah garam dapur, soda, baring powder,
natrium benzoat, monosodium glutamat.
2) Hindari makanan daging kambing, buah durian, minuman beralkohol
3) Lakukan olahraga secara teratur
4) Hentikan kebiasan merokok (minum kopi)
5) Menjaga kestabilan BB tapi penderita hipertensi yang disertai
kegemukan
6) Menghindari stress dan gaya hidup yang lebih santai.
b. Penatalaksanaan Medis
1) Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
causal
2) Pengobatan hipertensi primer ditujukan untuk enurunkan tekanan
darah dengan harapan meprpanjang umur dan mengurangi
timbulnya komplikasi.
3) Upaya menurnkan tekanan darah ilakukan dengan mengunakan
obat anti hipertensi selain dengan perubaha gaya hidup.
4) Pengobatan hipertensi primer adalah pengobatan jangka panjang
dengan memunkginakn besat untuk seumur hidup.
5) Terapi farmakologis
a) Diuretik : HCT, lasix
b) Beta blocker : propanaol
c) Alfa blocker : phentolamin, vrozqazine (minipres)
d) Simpatolik, Vasodilator, dan Kalsium antagon
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK PADA Ny. J
DENGAN HIPERTENSI DI WISMA MAWAR
PANTI WREDHA HARAPAN IBU
NGALIYAN, SEMARANG
A. PENGKAJIAN LANSIA
1. Data Umum
a. Nama lansia : Ny. J
b. Usia : 67 Tahun
c. Agama : Islam
d. Suku : Jawa
e. Jenis kelamin : Perempuan
f. Nama wisma : Mawar
g. Pendidikan : -
h. Riwayat pekerjaan : Pedagang
i. Status perkawinan : Janda
j. Pengasuh wisma : Rhokani
k. Tanggal Pengkajian : 18 Maret 2013
2. Alasan Berada Di Panti
Ny. J dibawa ke Panti Wredha Harapan Ibu oleh salah seorang
pelanggannya karena kasihan melihat klien yang kurang dirawat dirumah.
Klien menderita penyakit hipertensi sejak usia sekitar 40 tahun, saat klien
mulai rutin berjualan di Pasar Tugu. Anak klien tidak bisa mengurusnya
karena pekerjaan anaknya yang juga sibuk berjualan.
3. Dimensi Biofisik
a. Riwayat penyakit (6 bulan terakhir)
Ny. J mengatakan pernah mengalami sakit pada tulang punggungnya
sekitar 5 bulan yang lalu. Klien merasakan sakit seperti mau patah dan
lepas saat digerakkan punggungnya. Klien hanya tiduran dan
mengkonsumsi obat untuk tulang, setelah beberapa minggu rasa sakit itu
turun pada daerah kaki yang letaknya pada daerah persendian, terutama
pada lutut. Keluhan sakit tersebut dirasakan sekitar 1 minggu, dan sampai
sekarang keluhan itu tidak dirasakan.
b. Riwayat Penyakit Keluarga
Ny. J mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang menderita
penyakit hipertensi atau penyakit lainnya. Klien mengatakan keluarganya
sehat semua.
c. Riwayat Pencegahan Penyakit
1) Riwayat monitoring tekanan darah
Hari/Tanggal Tekanan Darah (mmHg)
Senin, 18 Maret 2013 230/100
Selasa, 19 Maret 2013 210/80
Rabu, 20 Maret 2013 210/100
Kamis, 21 Maret 2013 200/100
Jumat, 22 Maret 2013 200/80
2) Riwayat vaksinasi
Ny. J mengatakan tidak pernah diberikan vaksinasi selama di
Panti Wreda Harapan Ibu.
3) Skrining kesehatan yang dilakukan
Ny. J mengatakan memeriksakan tekanan darahnya setiap 1 bulan
sekali di Puskesmas Pembantu didekat Panti Wredha Harapan Ibu.
d. Status Gizi (Diukur Dengan Indeks Massa Tubuh)
TB : 165 cm, BB : 55 kg
IMT = 𝐵𝐵
𝑇𝐵(𝑚)2= 55/(1,65)
2= 55/2,7225= 20,20 (Normoweight)
Nilai IMT :
Kurus ( < 18,5) BB lebih (23-27,4)
Normal (18,5 – 22,9) Obesitas (>27,5)
e. Masalah Kesehatan Terkait Status Gizi
1) Masalah Pada Mulut
Ny. J mengatakan mulutnya terasa pahit sudah sekitar 1 hari yang
lalu. Gigi klien tidak ada masalah, karena masih cukup banyak dan
bisa mengunyah makanan yang agak keras. Klien tidak bau mulut
karena rutin gosok gigi, meskipun kadang 1 kali sehari.
2) Perubahan BB
Ny. J mengalami penurunan BB 1 kg dari minggu sebelumnya, BB
saat ini sekitar 55 Kg.
3) Masalah nutrisi
Ny. J mengatakan sekarang makannya sedang tidak enak, lidahnya
terasa pahit, sehingga kalau makan sering tidak habis. Ny. J makan 3
kali sehari tapi habis sedikit dari porsi sebelumnya. Ny. J
menghindari makanan yang asin-asin karena mempunyai riwayat
hipertensi.
f. Masalah Kesehatan Yang Dialami Saat Ini
Ny. J mengatakan bahwa kepalanya akhir-akhir ini sering merasa
pusing, kalau tidur juga susah, kadang sampai jam 11 malam belum bisa
tidur, padahal yang lain sudah pada tidur. Ny. J merasakan kaku pada
lehernya dan kadang juga terasa sakit bila malamnya susah tidur. Ny. J
tidak selalu habis makannya, makan sekitar setengah porsi dari biasanya
karena lidahnya pahit dan kadang mual.
g. Obat-Obatan Yang Dikonsumsi Saat Ini
Ny. J mengatakan saat ini hanya mengkonsumsi obat captopril yang
diberikan oleh pengurus panti. Obat diminum 2 kali sehari, pada pagi hari
dan sore menjelang petang.
h. Tindakan Spesifik Yang Dilakukan Saat Ini
Tidak ada tindakan spesifik yang diberikan pada Ny. J saat ini.
i. Status Fungsional (AKS) (dinilai dengan indeks KATZ)
Ny. J mampu melakukan kegiatan mandiri. Kegiatan mandiri yang
bisa dilakukan oleh Ny. J antara lain mobilisasi, berpakaian, makan dan
minum, toileting, personal higiene sehingga dikategorikan indeks KATZ
A. Ny. J masih berjalan dengan tegak, tidak membungkuk. Hasil skor
Tinetti test (tes keseimbangan dan gait) normal.
j. Pemenuhan Kebutuhan Sehari-Hari
1) Mobilisasi
Ny. J mampu melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri, tidak
dibantu oleh orang lain. Klien juga ikut menyapu lingkungan sekitar
panti. Klien mengikuti kegiatan senam yang diadakan oleh panti
setiap hari senin dan jumat, tergantung cuacanya saat itu juga.
2) Berpakaian
Ny. J berpakaian cukup rapi, rambut disisir dan kadang memakai
jilbab. Penampilan klien bersih dan kuku juga pendek, hanya saja
kadang klien tidak memeakai sendal kalau sedang jalan-jalan
didalam ruangan.
3) Makan Dan Minum
Ny. J mengatakan makannya sedang tidak enak karena lidahnya
yang pahit, sehingga makanan yang disajikan dari panti tidak selalu
habis dan hanya dimakan sekitar setengah dari porsi yang disajikan.
Ny. J lebih suka minum air putih dari pada minuman yang lain
seperti teh, dan kopi.
4) Toileting
Ny. J mengatakan BAB sehari 1 kali dan BAK sekitar 9 kali,
seringnya BAK pada malam hari. Setiap kali klien ingin BAB dan
BAK, klien selalu ke toilet tanpa bantuan orang lain.
5) Personal Higiene
Ny. J mengatakan mandi sehari 2 kali, yaitu pada pagi hari dan sore
menjelang petang. Klien mandi menggunakan sabun batang, kadang
keramasnya 3 hari sekali, dan kien menggosok gigi 2 kali sehari
pada setiap kali mandi, tetapi kadang hanya 1 kali pada saat pagi
hari. Klien kadang memotong kuku 2 minggu sekali.
4. Dimensi Psikologi
a. Status Kognitif (Short Portable Mental State Quesionnare)
PERTANYAAN JAWABAN
BETUL SALAH
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apakah hari ini?
3. Apakah nama tempat ini?
4. Berapa nomor telepon rumah anda?
5. Berapa usia anda?
6. Kapan anda lahir (tgl, bl, th) ?
7. Siapakah nama presiden sekarang?
8. Siapakah nama presiden sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu anda?
10. 5 + 6 adalah?
Jumlah kesalahan Ny. J sebanyak 4 jawaban salah.
b. Perubahan Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Ny. J memiliki jumlah jawaban yang salah sebanyak 4, sehingga dapat
dikategorikan gangguan ringan.
c. Dampak Yang Timbul Terkait Status Kognitif
Ny. J masih dapat menjalankan aktivitasnya sehari-hari secara mandiri.
d. Status Depresi (Pengukuran Dalam Skala Depresi)
The Geriatric Depresion Scale
Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pada dasarnya anda
puas dengan kehidupan anda?
Ya
2. Sudahkah anda meninggalkan
aktivitas dan minat anda?
Ya
3. Apakah anda merasa bahwa
hidup anda kosong?
Tidak
4. Apakah anda sering bosan? Ya
5. Apakah anda mempunyai
semangat setiap waktu?
Ya
6. Apakah anda takut sesuatu
akan terjadi pada anda?
Tidak
7. Apakah anda merasa bahagia
disetiap waktu?
Tidak
8. Apakah anda merasa jenuh? Tidak
9. Apakah anda lebih suka tinggal
dirumah pada malam hari,
daripada pergi melakukan
sesuatu yang baru?
Ya
10. Apakah anda merasa bahwa
anda lebih banyak mengalami
masalah dengan ingatan anda
daripada yang lainnya?
Tidak
11. Apakah anda berpikir sangat
menyenangkan hidup sekarang
ini?
Tidak
12. Apakah anda merasa tidak
berguna saat ini?
Tidak
13. Apakah anda merasa penuh
berenergi saat ini?
Tidak
14. Apakah anda saat ini sudah
tidak ada harapan lagi?
Tidak
15. Apakah anda berpikir banyak
orang yang lebih baik dari
anda?
Ya
1) Perubahan yang timbul terkait status depresi
Berdasarkan pengkajian dengan skala depresi (the geriatric depression
scale) Ny. J mengalami depresi karena pada saat dilakukan pengkajian
Ny. J memiliki skor kesesuaian sebesar 7.
2) Dampak yang timbul terkait status depresi
Ny. J termasuk dalam kategori depresi, namun tidak nampak tanda-
tanda klien mengalami mengalami depresi.
e. Keadaan Emosi
1) Ansietas
Ny. J mengatakan dulu saat pertama masuk ke panti merasa khawatir
dan takut dengan lingkungan panti, tetapi sekarang sudah nyaman dan
tenang tinggal di panti.
2) Perubahan Perilaku
Ny. J mengatakan sekarang sudah biasa, menerima apa adanya yang ada
di panti. Waktu pertama masuk ke panti sempat bingung, dan marah-
marah sama orang lain.
3) Mood
Ny. J mengatakan dirinya mudah memaafkan orang lain, karena
bermusuhan itu tidak ada gunanya. Klien tidak mudah marah bila ada
masalah-masalah yang sepele, marahnya bila ada masalah yang besar.
5. Dimensi Fisik
a. Luas Wisma
Luas wisma sekitar 190 m2
b. Keadaan Lingkungan Di Dalam Wisma
1) Penerangan
Penerangan di dalam wisma Mawar cukup baik, terdapat sekitar 6
lampu besar dan beberapa lampu kecil yang menerangi wisma Mawar
pada malam hari. Jendela yang terdapat di nwisma Mawar sekitar 18
buah jendela yang memungkinkan cahaya matahari bisa menerangi
ruangan wisma pada siang hari, karena memang terbuat dari kaca
bening sehingga lebih jelas.
2) Kebersihan dan Kerapian
Ruang tidur yang ditempati Ny. J cukup bersih, tetapi untuk kerapihan
masih kurang karena dimeja masih berserakan gelas-gelas, makanan
dan barang lainnya. Ruangan wisma Mawar cukup bersih, karena setiap
pagi selalu di pel sehingga lantainya bersih. Kerapian ruangan masih
kurang, karena terdapat tempat tidur dan meja yang tidak tertata rapih
dan kotor. Terdapat empat lansia yang yang berada diruang isolasi
tetapi bukan karena bedrest total, yang bedrest total hanya 1 dan itupun
ditempatkan diluar karena memang lansianya yang juga berkeinginan
tinggal diluar.
3) Pemisahan Ruangan antara Pria dan Wanita
Tidak ada ruangan pria, karena Panti wreda Harapan Ibu ini hanya
menampung lansia perempuan. Adapun 1 lansia laki-laki tetapi
kamarnya disendirikan dibelakang, dan bukan posisinya sebagai
pembantu dipanti.
4) Sirkulasi Udara
Terdapat ventilasi yang cukup banyak, sehingga sirkulasi udara baik,
udara dapat keluar masuk dengan baik.
5) Keamanan
Wisma mawar aman untuk lansia yang ada di dalamnya, karena selain
dari segi lantai yang rata dan tidak licin, juga terdapat pegangan berupa
besi untuk membantu lansia menuju kamar mandi.
6) Sumber Air Minum
Air minum yang dikonsumsi oleh para lansia adalah air mineral gallon.
Keperluan MCK dan memasak memanfaatkan air yang bersumber dari
air sumur.
7) Ruang berkumpul bersama
Ruang berkumpul di bagian depan panti yang juga bergabung dengan
ruang istirahat petugas. Lansia lebih sering berkumpul dikamarnya
masing-masing.
c. Keadaan Lingkungan Di Luar Wisma
1) Pemanfaatan Halaman
Halaman depan hanya terdapat pot-pot yang ditaruh untuk
menimbulkan kesan sejuk dan indah.. Halaman samping cukup luas dan
ditanami pohon-pohon buah dan juga sebagai tempat menjemur pakaian
para lansia. Halaman belakang terdapat tempat untuk mencuci pakaian
dan terdapat tempat duduk, serta tempat untuk ternak hewan seperti
ayam dan mentok.
2) Pembuangan air limbah
Limbah dibuang dari wisma melalui got terbuka yang kemudian
dialirkan ke saluran pembuangan limbah yang berada diluar wisma.
Aliran pembuangan limbah tampak lancar (tidak ada genangan air).
3) Pembuangan Sampah
Semua sampah dikumpulkan kemudian dibuang kesungai dan sebagian
dibakar.
4) Sanitasi
Sanitasi lingkungan diluar wisma kurang baik, banyak kumpulan
sampah sisa makanan. Sedangkan sanitasi didalam wisma secara umum
baik, hanya saja ada beberapa lansia yang ngompol sehingga ruangan
wisma tersebut berbau. Kondisi kamar mandi yang digunakan memiliki
keramik yang sudah menghitam dan penerangan yang remang-remang.
5) Sumber Pencemaran
Polusi udara rendah karena jauh dari pabrik dan tempat pembakaran
sampah. Polusi suara juga rendah, meskipun dekat dengan sekolahan
tingkat dasar.
6. Dimensi Sosial
a. Hubungan Lansia Dengan Lansia Didalam Wisma
Ny. J berkomunikasi dengan para lansia yang ada diwisma Mawar,
hubungannya baik dan lebih sering berkomunikasi serta membantu lansia
yang lebih dekat disekitar tempat tidur Ny. J.
b. Hubungan Antar Lansia Diluar Wisma
Ny. J dengan lansia lain diluar wisma cukup baik, terkadang saling
menyapa dan bercakap-cakap tentang apa yang saat itu dikerjakan atau
tentang keperibadiannya.
c. Hubungan Lansia Dengan Anggota Keluarga
Ny. J mengatakan hubungan dengan anggota keluarganya baik-baik saja,
hanya saja anaknya jarang sekali menengoknya karena sibuk bekerja
dipasar sebagai pedagang.
d. Hubungan Lansia Dengan Pengasuh Wisma
Hubungan Ny. J dengan pengasuh wisma baik, Ny. J sering membantunya
untuk membersihkan halaman depan dan samping.
e. Kegiatan Organisasi Sosial
Kegiatan sosial yang ada adalah pengajian setiap hari kamis dan kerja
bakti hari senin atau rabu.
7. Dimensi Tingkah Laku
a. Pola Makan
Ny. J mengatakan makannya sedang tidak enak karena lidahnya yang
pahit, sehingga makanan yang disajikan dari panti tidak selalu habis dan
hanya dimakan sekitar setengah dari porsi yang disajikan. Ny. J lebih suka
minum air putih dari pada minuman yang lain seperti teh, dan kopi. Ny. J
makan 3 kali sehari tapi habis sedikit dari porsi sebelumnya. Ny. J
menghindari makanan yang asin-asin karena mempunyai riwayat
hipertensi.
b. Pola Tidur
Ny. J mengatakan kalau siang sering tidur jam setengah 1 sehabis
shalat dzuhur dan tidur malam jam kadang jam setengah 10 malam. Ny. J
mengatakan susah tidur kalau malam, kadang jam 11 malam terbangun
dan susah tidur lagi. Ny. J biasa tidur siang dan kadang juga tidur sore. Ny.
J mengatakan tidur siang kadang 1 setengah jam dan total dalam sehari
sekitar 5 setengah jam.
c. Pola Eliminasi
Ny. J mengatakan BAB sehari 1 kali dan BAK sekitar 9 kali,
seringnya BAK pada malam hari. Setiap kali klien ingin BAB dan BAK,
klien selalu ke toilet tanpa bantuan orang lain.
d. Kebiasaan Buruk Lansia
Ny. J mengatakan tidak mempunyai kebiasaan buruk baik merokok,
maupun minum-minuman keras.
e. Pelaksanaan Pengobatan
Pelaksanaan pengobatan dilakukan setiap satu bulan sekali dari
puskesmas Bringin. Ny. J selalu memanfaatkan pelaksanaan pengobatan
ini untuk meminta obat jika merasa tidak enak badan dan memeriksakan
tekanan darahnya.
f. Kegiatan Olahraga
Ny. J mengatakan kegiatan olahraganya adalah senam pagi bersama
pada hari jumat.
g. Rekreasi
Ny. J dan pengasuh panti mengatakan untuk hiburan hanya dilakukan
dengan menonton TV di dalam wisma dan TAK kalau kondisi
memungkinkan.
h. Pengambilan Keputusan
Ny. J mengatakan sistem pengambilan keputusan dalam wisma
dilakukan oleh pengasuh dan lansia yang seperti menjadi ketua di bangsal,
tapi untuk kepentingan pribadinya selalu diambil sendiri.
8. Dimensi Sistem Kesehatan
a. Perilaku Mencari Pelayanan Kesehatan
Ny. J biasa mencari pelayanan kesehatan ke Puskesmas pembantu yang
ada disekitar panti, dan meminta obat ke panti.
b. Sistem Pelayanan Kesehatan
1) Fasilitas Kesehatan Yang Tersedia
Fasilitas pelayanan kesehatan yang terdapat di Panti Wredha Harapan
Ibu Semarang ada yaitu dari puskesmas yang datang 1 bulan sekali,
RSUD Tugurejo dan RS Permata Medika.
2) Jumlah Tenaga Kesehatan
Dari 4 petugas tidak ada tenaga kesehatan yang tinggal atau praktik di
Panti Wredha Harapan Ibu Semarang
3) Tindakan Pencegahan Terhadap Penyakit
Tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan adalah dengan adanya
penyuluhan dan pemeriksaan kesehatan yang rutin dilakukan setiap
bulan sekali.
4) Jenis Pelayanan Kesehatan Yang Tersedia
Pelayanan kesehatan diberikan oleh puskesmas berupa pengukuran
tekanan darah, penimbangan berat badan dan tinggi badan.
5) Frekuensi Kegiatan Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan yang diberikan di Panti Wredha Harapan Ibu
Semarang diberikan 1 bulan sekali yang bekerjasama dengan
Puskesmas Bringin.
9. Pemeriksaan Fisik
No Bagian/Region Hasil Pemeriksaan Masalah keperawatan
yang muncul
1 Kepala Mesocephal, rambut bersih, beruban,
tidak ada lesi, dan rambut panjang.
Tidak ada
2 Wajah/Muka Bentuk muka lonjong, kurus, keriput
dan tidak ada lesi.
Tidak ada
3 Mata Inspeksi: tidak ikterik dan tidak
anemis, simetris, tidak ada
kemerahan, kelopak mata keriput.
Palpasi: tidak ada nyeri tekan, tidak
ada benjolan abnormal
Tidak ada
4 Telinga Simetris, daun telinga bersih dan
fungsi pendengarannya masih
normal.
Tidak ada
5 Mulut dan
Gigi
Bersih, gigi cukup banyak, bibir
lembab, tidak ada pembesaran tonsil,
lidah kotor, lidah terasa pahit.
Lidah terasa pahit
6 Leher Simetris, tidak ada pembesaran
kelenjar tiroid dan kelenjar limfe,
tidak ada pergeseran trakea
Tidak ada
7 Dada I : Simetris, tidak ada jejas atau luka
Pa: taktil fremitus kanan=kiri
Pe: resonan seluruh lapang paru
Au: vesikuler di seluruh lapang paru
Tidak ada
8 Jantung Ictus cordis tidak tampak, IC teraba
di SIC IV, bunyi pekak dan tidak
ada pembesaran jantung.
Tidak ada
9 Abdomen Simetris, tidak rata, bising usus
terdengar 10x/menit, timpani, tidak
ada nyeri tekan
Tidak ada
10 Ekstrimitas
atas
Tidak ada oedem, turgor kulit 2
detik, capillary refill 2 detik
Tidak ada
11 Ekstrimitas
bawah
Tidak ada oedem, turgor kulit
cukup, kuku pendek dan bersih, kaki
bisa digerakkan normal.
Tidak ada
ANALISA DATA
Hari, Tanggal Data Fokus Diagnosa Keperawatan
Senin, 18 Maret
2013
Data subjektif:
Ny. J mengatakan kalau siang
sering tidur jam setengah 1 sehabis
shalat dzuhur dan tidur malam jam
kadang jam setengah 10 malam Ny. J
mengatakan susah tidur kalau malam,
kadang jam 11 malam terbangun dan
susah tidur lagi. Ny. J biasa tidur siang
dan kadang juga tidur sore. Ny. J
mengatakan tidur siang kadang 1
setengah jam dan total dalam sehari
sekitar 5 setengah jam.
Data objektif :
- Ny. J tampak sering mengantuk,
raccon eyes
- Ny. J tidur siang jam 12.30 WIB
- Ny. J tampak kelelahan
Gangguan pola tidur
berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan (00198)
Senin, 18 Maret
2013
Data subjektif :
Ny. J mengatakan makannya sedang
tidak enak karena lidahnya yang pahit,
sehingga makanan yang disajikan dari
panti tidak selalu habis dan hanya
dimakan sekitar setengah dari porsi yang
disajikan. Ny. J lebih suka minum air
putih dari pada minuman yang lain
seperti teh, dan kopi. Ny. J makan 3 kali
sehari tapi habis sedikit dari porsi
sebelumnya. Ny. J menghindari
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
ketidakmampuan untuk
memasukkan karena
faktor biologis (00002)
makanan yang asin-asin karena
mempunyai riwayat hipertensi.
Data objektif :
- Makanan tidak habis
- Lidah kotor
- Kadang terlihat mual
- Minum air putih
- BB sekitar 55 Kg
Senin, 18 Maret
2013
Data subjektif :
Ny. J mengatakan bahwa kepalanya
akhir-akhir ini sering merasa pusing,
leher terasa kaku dan kadang sakit.
Data objektif :
- Klien memegangi lehernya
- Nyeri dileher seperti ada beban,
kadang-kadang dan skala nyeri 5
Nyeri akut
berhubungan dengan
agen injuri biologis
(00132)
PRIORITAS MASALAH
Dx. Keperawatan Prioritas Pembenaran Paraf
Gangguan pola
tidur pada Ny. J
berhubungan
dengan tidur siang
hari yang
berlebihan (00198)
High
priority
Masalah gangguan pola tidur
menjadi prioritas yang pertama
karena gangguan pola tidur
merupakan gangguan kualitas dan
kuantitas waktu tidur akibat faktor
eksternal. Masalah gangguan pola
tidur jika tidak ditangani akan
menyebabkan masalah yang serius
karena pola tidur yang tidak baik
akan menyebabkan kurangnya
kebutuhan tidur sehingga
menyebabkan kelelahan fisik
sehingga dapat menyebabkan
terganggunya kesehatan fisik.
sio
Intervensi yang akan dilakukan
aplikatif, efektif dan efisien untuk
mengatasi masalah.
Resiko
ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan
dengan
ketidakmampuan
untuk memasukkan
karena faktor
biologis (00002)
Low
priority
Masalah resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh menjadi prioritas yang kedua
karena nutrisi sangat diperlukan
oleh lansia. Ny. J masih bisa
makan, tetapi hanya habis setengah
porsi dari biasanya. Intervensi yang
akan dilakukan cukup aplikatif,
efisien dan efektif.
sio
Nyeri akut
berhubungan
dengan agen injuri
biologis
(00132)
Low
priority
Masalah nyeri akut menjadi
prioritas ke tiga karena nyeri hanya
timbul kadang-kadang. Intervensi
yang akan dilakukan adalah
intervensi yang dapat dilakukan
oleh Ny. J secara mandiri.
sio
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan pola tidur pada Ny. J berhubungan dengan tidur siang hari yang
berlebihan. (00198)
2. Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan ketidakmampuan untuk memasukkan karena faktor
biologis. (00002)
3. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. (00132)
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Kode
NIC Intervensi
Umum Khusus
1 Gangguan pola tidur pada
Ny. J berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan. (00198)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 x 6 jam
gangguan pola tidur pada Ny. J
berkurang.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 10 x 6 jam,
diharapkan:
- Durasi tidur Ny. J
pada malam hari
meningkat selama 4-5
jam setiap hari.
- Kualitas tidur Ny. J
baik ditunjukkan
dengan Ny. St
menyatakan tidurnya
puas
- Skor PSQI: <5
(kualitas tidur baik)
621 Environment management
(Manajemen lingkungan)
- Ciptakan lingkungan yang
aman untuk klien
- Berikan tempat tidur dan
lingkungan yang bersih dan
nyaman
- Berikan posisi tidur yang
membuat klien nyaman
- Control kebisingan
- Atur pencahayaan
- Batasi pengunjung
- Berikan satu ruangan jika
diindikasikan
Sleep Enhancement
- Kaji pola tidur klien
- Monitor jumlah dan kualitas
tidur klien
- Menginstruksikan klien
untuk tidur pada waktunya
- Mengidentifikasi penyebab
kekurangan tidur klien.
- Diskusi dengan klien dan
keluarga pasien untuk
meningkatkan tekhnik tidur.
- Menentukan pola tidur
pasien.
- Bantu untuk membuang
faktor stress sebelum tiba
waktu tidur.
2 Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk
memasukkan oleh karena
faktor biologis. (00002)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 10 x 6 jam
nutrisi kurang teratasi.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 10 x 6 jam,
diharapkan:
- Klien menghabiskan
porsi makannya.
- Turgor kulit baik
- BB stabil atau naik
1122 Nutrition Management
Kaji adanya alergi makanan
Anjurkan pasien untuk
meningkatkan protein.
Berikan substansi gula
Yakinkan diet yang
dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah
konstipasi.
Ajarkan pasien bagaimana
membuat catatan makanan
harian.
Monitor jumlah nutrisi
Berikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi
Kaji kemampuan pasien
untuk mendapatkan nutrisi
yang dibutuhkan
Nutrition Monitoring
1. BB pasien dalam batas
normal.
2. Monitor adanya penurunan
berat badan.
3. Monitor tipe dan jumlah
aktivitas yang biasa
dilakukan.
4. Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
5. Monitor turgor kulit
6. Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
7. Monitor mual dan muntah
8. Monitor makanan kesukaan
9. Monitor pucat, kekeringan
jaringan konjungtiva
10. Monitor kalori dan intake
nutrisi
3 Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri
biologis. (00132)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama proses
keperawatan. Pasien tidak
mengalami nyeri.
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
selama 10 x 6 jam,
diharapkan:
- Mampu mengontrol
nyeri (tahu penyebab
nyeri, mampu
menggunakan tehnik
nonfarmakologi untuk
mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa
nyeri berkurang
dengan menggunakan
manajemen nyeri
- Mampu mengenali
nyeri (skala, intensitas,
frekuensi dan
tandanya)
911 Pain Management
- Lakukan pengkajian nyeri
secara komprehensif
termasuk lokasi,
karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri.
- Observasi reaksi nonverbal
dari ketidaknyamanan.
- Gunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri pasien.
- Evaluasi pengalaman nyeri
masa lampau.
- Kontrol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan.
- Menyatakan rasa
nyaman setelah nyeri
berkurang
- Tanda vital dalam
rentang normal
- Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal).
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi : teknik
relaksasi imajinasi
terbimbing.
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri.
- Tingkatkan istirahat
- Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
D. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI FORMATIF
Tanggal Dx. Implementasi Evaluasi Paraf
Senin, 18
Maret 2013
I
- Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Mengidentifikasi penyebab kekurangan
tidur klien.
- Menciptakan lingkungan yang aman
untuk klien.
- Memberikan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman.
- Memberikan posisi tidur yang membuat
klien nyaman.
- Mengontrol kebisingan.
- Mengatur pencahayaan.
S: - Ny. J mengatakan kalau siang sering tidur
jam setengah 1 sehabis shalat dzuhur dan
tidur malam jam kadang jam setengah 10
malam.
- Ny. J mengatakan susah tidur kalau malam,
kadang jam 11 malam terbangun dan susah
tidur lagi. Ny. J biasa tidur siang dan kadang
juga tidur sore.
- Ny. J mengatakan tidur siang kadang 1
setengah jam dan total dalam sehari sekitar
5 setengah jam.
- Ny. J mengatakan mau berusaha tidur jam 9
malam.
O:
- Ny. J tampak sering mengantuk dan kurang
bergairah.
sio
- Ny. J tidur siang jam 12.30 WIB
- Tidur dengan posisi semifowler
- Lingkungan sedikit bising dan pencahayaan
baik.
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi dan intervensi tambahan
berdasarkan jurnal : teknik relaksasi imajinasi
terbimbing.
II - Mengkaji pola makan klien
- Mengkaji adanya alergi makanan
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Megajarkan klien bagaimana membuat
catatan makanan harian.
- Memonitor jumlah nutrisi
- Memberikan informasi tentang
kebutuhan nutrisi.
- Memonitor adanya penurunan berat
badan.
S :
- Ny. J mengatakan makannya sedang tidak
enak karena lidahnya yang pahit, sehingga
makanan yang disajikan dari panti tidak
selalu habis dan hanya dimakan sekitar
setengah dari porsi yang disajikan.
- Ny. J lebih suka minum air putih dari pada
minuman yang lain seperti teh, dan kopi.
Ny. J makan 3 kali sehari tapi habis sedikit
dari porsi sebelumnya.
- Ny. J menghindari makanan yang asin-asin
sio
- Monitor kulit kering dan perubahan
pigmentasi.
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
- Monitor makanan kesukaan
karena mempunyai riwayat hipertensi.
- Ny. J mentakan tidak ada alergi makanan
dan ada penurunan BB sekitar 1 kg.
- Klien mengatakan akan meningkatkan
asupan berupa protein seperti susu dan telur
ceplok.
O :
- Makanan tidak habis
- Lidah kotor
- Kadang terlihat mual
- Minum air putih
- BB sekitar 55 Kg
- Turgor kulit cukup
- Makanan kesukaan telur ceplok
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
S :
- Ny. J mengatakan bahwa kepalanya akhir-
akhir ini sering merasa pusing, leher terasa
sio
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menggunakan teknik komunikasi
terapeutik untuk mengetahui pengalaman
nyeri pasien.
- Mengevaluasi pengalaman nyeri masa
lampau.
- Mengajarkan tentang teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
- Memonitor penerimaan pasien tentang
manajemen nyeri
kaku dan kadang sakit.
- Ny. J mengatakan dulu pernah sakit
punggung dan lutut karena kelelahan.
O :
- Klien memegangi lehernya
- Nyeri dileher seperti ada beban, kadang-
kadang nyeri, dan skala nyeri 5
- Memijit-mijit leher
- Klien mampu melakukan menarik nafas
dalam.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Selasa, 19
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Menciptakan lingkungan yang aman
S: - Ny. J mengatakan tidurnya masih susah bila
malam hari, dan pada siang hari tetap
merasa mengantuk sehingga tidur siang
tetap dilakukan.
- Ny. J mengatakan akan mencoba latihan
teknik relaksasi imajinasi setiap habis
sio
untuk klien.
- Memberikan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman.
- Memberikan posisi tidur yang membuat
klien nyaman.
- Mengajarkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Mengajarkan dan mberikan terapi
massase pada klien.
- Membantu klien untuk membuang faktor
stress sebelum tiba waktu tidur.
shalat.
- Ny. J mengatakan tidurnya semalam hanya
4 jam dan siang sekitar 1 jam.
- Ny. J mengatakan badannya enak setelah
dipijat.
O:
- Ny. J masih tampak lesu.
- Ny. J tidur siang jam 13.00 WIB
- Tidur dengan posisi semifowler
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi, tapi belum bisa secara optimal.
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memberikan substansi gula
- Memonitor jumlah nutrisi
- Memberikan informasi tentang
S :
- Ny. J mengatakan makannya masih tidak
enak dan tidak selera.
- Ny. J mengatakan makannya habis
setengah porsi.
- Ny. J mengatakan minum susu kalau malam
sio
kebutuhan nutrisi.
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
- Memonitor tipe dan jumlah aktivitas
yang biasa dilakukan.
- Monitor pucat, kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
bila sedang ingin minum susu.
- Ny. J mengatakan suka minuman manis tapi
tidak terlalu manis.
- Ny. J mengatakan aktivitasnya nyapu, dan
mencuci baju, kadang senam pada hari
senin.
O :
- Makanan sisa setengah piring
- Tidak mual
- Minum air putih dan manis
- Turgor kulit cukup
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
S :
- Ny. J mengatakan nyerinya sudah
berkurang, tadi pagi saya oleskan balsem
dileher.
- Ny. J mengatakan sehari latihan nafas
dalamnya hanya 2 kali.
sio
- Menganjurkan malakukan teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
- Mengajarkan dan melakukan teknik
massase leher, bahu, dan punggung pada
klien.
O :
- Lehernya bau balsem
- Nyeri dileher seperti ada beban, kadang-
kadang nyeri, dan skala nyeri masih 5
- Klien mampu melakukan menarik nafas
dalam.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
Rabu, 20
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Menganjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
S: - Ny. J mengatakan tidurnya tadi malam jam
10 malam dan terbangun jam 12 malam.
Tidur lagi jam setengah 2
- Ny. J mengatakan tidurnya semalam hanya
4 jam dan siang sekitar 1 jam.
O: Ny. J mengantuk.
- Ny. J tidur siang jam 11.00 WIB
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi, tapi belum bisa secara optimal.
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
sio
II - Mengkaji pola makan klien
- Memberikan substansi gula
- Memonitor jumlah nutrisi
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering.
- Menganjurkan klien untuk makan selagi
hangat.
S : Ny. J mengatakan makannya masih kurang
enak dan tidak habis.
O :
- Makanan sisa setengah piring
- Minuman manis
- Tidak mual dan tidak muntah
- Turgor kulit cukup
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menganjurkan malakukan teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Melakukan teknik massase leher, bahu,
dan punggung pada klien.
S :
- Ny. J mengatakan lehernya sudah lemes dan
tidak nyeri seperti kemarin.
O :
- Nyeri dileher seperti ada beban, kadang-
kadang nyeri, dan skala nyeri 3
- Klien mampu melakukan menarik nafas
dalam.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
sio
Kamis, 21
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Menciptakan lingkungan yang aman
untuk klien.
- Mengajarkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
S: - Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya
nyenyak, tapi mulai tidur jam 10 malam.
- Ny. J mengatakan tidurnya semalam 5 jam
dan siang sekitar 30 menit.
O:
- Ny. J tampak segar tapi kurang bergairah.
- Ny. J tidur siang jam 12.15 WIB
- Lingkungan tenang
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi, tapi belum bisa secara optimal.
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
sio
II - Mengkaji pola makan klien
- Memonitor jumlah nutrisi
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
- Menganjurkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
S :
- Ny. J mengatakan makannya sudah cukup
enak, dan makannya habis 1 porsi.
- Ny. J mengatakan tadi malam bikin susu.
O :
- Makanan habis 1 porsi
- Tidak mual dan muntah
sio
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering.
- Menganjurkan klien untuk makan selagi
hangat.
- Makan buah pepaya
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menganjurkan malakukan teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Meningkatkan istirahat klien
- Melakukan teknik massase leher, bahu,
dan punggung pada klien.
S :
- Ny. J mengatakan nyerinya sudah jarang
dirasakan.
O :
- Nyeri dileher seperti ada beban, kadang-
kadang nyeri, dan skala nyeri 3
- Klien mampu melakukan menarik nafas
dalam.
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
sio
Jumat, 22
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
S: - Ny. J mengatakan sudah jarang bangun
malam kalau tidur
- Ny. J mengatakan tidurnya semalam 6 jam
sio
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Memberikan posisi tidur yang membuat
klien nyaman.
- Menganjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
dan siang tidak tidur.
O:
- Ny. J tampak segar.
- Tidur dengan posisi semifowler
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi secara optimal.
A: masalah belum teratasi
P: Lanjutkan intervensi
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memberikan substansi gula
- Memonitor jumlah nutrisi
- Monitor turgor kulit dan BB klien
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering.
- Menganjurkan klien untuk makan selagi
hangat.
S :
- Ny. J mengatakan makannya sudah enak
dan habis 1 porsi
O :
- Makanan habis 1 porsi
- Tidak mual dan tidak muntah
- Minum teh manis
- Turgor kulit cukup
- BB sekitar 56 Kg
A : Masalah teratasi
P : Lanjutkan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menganjurkan malakukan teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Meningkatkan istirahat klien
- Melakukan teknik massase leher, bahu,
dan punggung pada klien.
S :
- Ny. J mengatakan lehernya sudah tidak
terasa nyeri.
O :
- Nyeri dileher seperti ada beban, kadang-
kadang nyeri, dan skala nyeri 1
- Klien mampu melakukan menarik nafas
dalam.
- Klien istirahat ditempat tidur
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
Senin, 25
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Memberikan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman.
- Memberikan posisi tidur yang membuat
S: - Ny. J mengatakan sudah bisa tidur dengan
nyeyak dan tidak tebangun pada malam
hari.
- Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya 6
jam dan siang sekitar 30 menit.
O:
- Ny. J tampak segar.
- Ny. J tidur siang jam 13.30 WIB
sio
klien nyaman.
- Menganjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
- Tidur dengan posisi semifowler
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi secara optimal.
A: masalah teratasi
P: Pertahankan intervensi
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memonitor jumlah nutrisi
- Monitor pucat, kekeringan jaringan
konjungtiva
- Monitor turgor kulit
- Monitor mual dan muntah
S : Ny. J mengatakan makannya sudah enak dan
habis 1 porsi, tadi pagi juga minum susu.
O :
- Makanan habis 1 porsi
- Tidak mual dan tidak muntah
- Turgor kulit baik
- Tidak ada pucat dan kekeringan
konjungtiva.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
S :
- Ny. J mengatakan sudah tidak merasakan
nyeri apapun
O :
sio
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menganjurkan malakukan teknik non
farmakologi : teknik nafas dalam
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
- Menganjurkan untuk melakukan teknik
massase bila ada yang terasa nyeri.
- Ny. J tidak tampak adanya nyeri
- Ny. J mampu melakukan latihan menarik
nafas dalam.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
Selasa, 26
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Menganjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
S: - Ny. J mengatakan tidurnya sekarang sudah
mudah dan nyenyak.
- Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya 5
setengah jam dan siang sekitar 1jam.
O:
- Ny. J tampak segar.
- Ny. J tidur siang jam 11.30 WIB
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi secara optimal.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memonitor jumlah nutrisi
- Monitor turgor kulit dan BB klien
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering.
- Menganjurkan klien untuk makan selagi
hangat.
S : Ny. J mengatakan makannya sudah seperti
biasanya, enak dan lahap.
O :
- Makanan habis 1 porsi
- Tidak mual dan tidak muntah
- Turgor kulit baik
- BB sekitar 56,5 Kg
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
S :
- Ny. J mengatakan sudah tidak merasakan
nyeri pada leher.
O :
- Ny. J tidak menunjukkan adanya nyeri.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
Rabu, 27
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Menganjurkan teknik relaksasi imajinasi
terbimbing pada klien.
- Memberikan massase pada klien
S: - Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya jam 9
malam sampai jam 4 pagi.
- Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya 7
setengah jam dan siang tidak tidur.
O:
- Ny. J tampak segar.
- Tidak tidur siang
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi
imajinasi terbimbing secara optimal.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memonitor jumlah nutrisi
S : Ny. J mengatakan makannya habis 1 porsi
dan minum susu.
O :
- Makanan habis 1 porsi
- Ada bekas sachet susu.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas
nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
S : Ny. J mengatakan tidak merasakan pegal-
pegal pada leher dan yang lainnya.
O : Ny. J tidak menunjukkan adanya nyeri.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
Kamis, 28
Maret 2013
I - Mengkaji pola tidur klien
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur
klien.
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya.
- Memberikan tempat tidur dan lingkungan
yang bersih dan nyaman.
- Memberikan posisi tidur yang membuat
klien nyaman.
- Menganjurkan klien untuk melakukan
teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Memberikan massase pada klien
S: - Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya jam 9
malam sampai jam 4 pagi.
- Ny. J mengatakan tadi malam tidurnya 7
setengah jam dan siang tidak tidur.
O:
- Ny. J tampak segar.
- Tidak tidur siang
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
II - Mengkaji pola makan klien
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan
protein.
- Memonitor jumlah nutrisi
- Mengkaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
- Menganjurkan diet yang dimakan
mengandung tinggi serat untuk
mencegah konstipasi.
- Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit
tapi sering.
- Menganjurkan klien untuk makan selagi
hangat.
S : Ny. J mengatakan makannya habis 1 porsi
penuh.
O : Makanan habis 1 porsi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
III - Melakukan pengkajian nyeri secara
komprehensif termasuk lokasi,
karakteristik, frekuensi, kualitas nyeri.
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
S : Ny. J mengatakan lehernya tidak merasakan
pegal-pegal.
O : Ny. J tidak menunjukkan adanya nyeri.
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
sio
EVALUASI SUMATIF
Hari,
Tanggal
Diagnosa Keperawatan Evaluasi Sumatif
Kamis, 28
Maret 2013
Gangguan pola tidur pada
Ny. J berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan.
S: - Ny. J mengatakan tidur dalam sehari sekitar 6 setengah jam
- Klien mengatakan tidur siangnya sudah dikurangi, kalau tidur sekarang hanya 1 jam.
- Klien mengatakan latihan teknik relaksasi imajinasi rata-rata 3 kali sehari bahkan
biasanya setiap sehabis shalat.
- Klien mengatakan kadang badannya dipijat-pijat sendiri.
- Klien mengatakan badannya terasa segar kalau bangun tidur.
- Klien mengatakan sekarang tidurnya nyenyak, meskipun kadang terbangun bila
lingkungannya ramai.
O: - Klien jarang tidur siang dan terlihat sering ngobrol dengan lansia lainnya
- Klien tampak segar
- Klien mampu melakukan teknik relaksasi imajinasi
- Jumlah waktu tidur klien pada siang hari dan malam hari dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Hari/Tanggal Total Tidur
(jam)
Tidur Malam
(jam)
Tidur Siang
(jam)
Senin, 18 Maret 2013 5,5 4 1,5
Selasa, 19 Maret 2013 5 4 1
Rabu, 20 Maret 2013 5 4 1
Kamis, 21 Maret 2013 5,5 5 0,5
Jumat, 22 Maret 2013 6 6 0
Senin, 25 Maret 2013 6,5 6 0,5
Selasa, 26 Maret 2013 6,5 5,5 1
Rabu, 27 Maret 2013 7 7 0
Kamis, 28 Maret 2013 7,5 7,5 0
- Tekanan darah selama dilakukan tindakan keperawatan :
Hari/Tanggal Tekanan Darah (mmHg)
Senin, 18 Maret 2013 230/100
Selasa, 19 Maret 2013 210/80
Rabu, 20 Maret 2013 210/100
Kamis, 21 Maret 2013 200/100
Jumat, 22 Maret 2013 200/80
Senin, 25 Maret 2013 190/100
Selasa, 26 Maret 2013 170/80
Rabu, 27 Maret 2013 180/80
Kamis, 28 Maret 2013 170/70
- Nilai PSQI selama dilakukan tindakan keperawatan :
Hari/Tanggal Nilai PSQI
Selasa, 19 Maret 2013 9
Kamis, 21 Maret 2013 10
Senin, 25 Maret 2013 8
Rabu, 27 Maret 2013 6
Kamis, 28 Maret 2013 5
A:- Masalah teratasi
P:- Pertahankan Intervensi
- Anjurkan klien untuk membatasi waktu tidur siangnya
- Anjurkan klien untuk mengatur posisi tidur yang nyaman
- Anjurkan klien untuk melakukan latihan rutin teknik relaksasi imajinasi
- Anjurkan klien untuk melakukan massase secara mandiri atau dengan bantuan
- Anjurkan klien tidur malam sesuai jadwal yang telah disepakati, yaitu jam 9 malam
dan maksimal jam 10 malam.
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
S : Ny. J mengatakan makannya sudah enak dan tidak lagi merasa pahit lidahnya
- Klien mengatakan makannya habis 1 porsi dalam sehari dan kadang minum susu
dan makan buah pepaya.
berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk
memasukkan oleh karena
faktor biologis.
- Klien mengatakan makannya pada saat dikasih oleh pihak panti jadi masih hangat
- Klien mengatakan akan meningkatkan asupan protein dan minum yang manis saat
sedang tidak enak makan.
O : Turgor kulit baik, BB meningkat menjadi 57 Kg, tidak ada sianosis dan mual serta
muntah.
- Tabel asupan nutrisi Ny. J selama tindakan keperawatan:
Hari/Tanggal Rata-rata minum per
gelas (210 cc)
Rata-rata makan per
porsi
Senin, 18 Maret 2013 4 0,5
Selasa, 19 Maret 2013 3,5 0,5
Rabu, 20 Maret 2013 3 0,5
Kamis, 21 Maret 2013 4 1
Jumat, 22 Maret 2013 4 1
Senin, 25 Maret 2013 5 1
Selasa, 26 Maret 2013 5 1
Rabu, 27 Maret 2013 6 1
Kamis, 28 Maret 2013 5 1
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
- Kaji pola makan klien
- Anjurkan klien untuk meningkatkan protein.
- Monitor jumlah nutrisi
- Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan.
- Anjurkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
- Monitor mual dan muntah
- Anjurkan makan selagi hangat
- Monitor turgor kulit
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologis
S : Ny. J mengatakan nyerinya sudah tidak dirasakan.
O : Ny. J sudah tidak tampak nyeri pada leher dan lainnnya.
Hari/Tanggal Skala Nyeri
18 Maret 2013 5
19 Maret 2013 5
20 Maret 2013 3
21 Maret 2013 3
22 Maret 2013 1
25 Maret 2013 0
26 Maret 2013 0
27 Maret 2013 0
28 Maret 2013 0
A : Masalah Teratasi
P : Pertahankan Intervensi
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas nyeri.
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan.
- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Pilih dan lakukan penanganan nyeri (farmakologi, non farmakologi dan inter personal).
- Ajarkan tentang teknik non farmakologi : teknik relaksasi imajinasi terbimbing.
- Tingkatkan istirahat
RENCANA TINDAK LANJUT
Masalah Kesehatan Intervensi yang telah dilakukan RTL Paraf
Gangguan pola tidur pada
Ny. J berhubungan dengan
tidur siang hari yang
berlebihan.
- Mengkaji pola tidur klien
- Menciptakan lingkungan yang aman untuk klien
- Memberikan tempat tidur dan lingkungan yang
bersih dan nyaman.
- Memberikan posisi tidur yang membuat klien
nyaman.
- Mengkontrol kebisingan
- Mengatur pencahayaan
- Memonitor jumlah dan kualitas tidur klien
- Menginstruksikan klien untuk tidur pada
waktunya
- Mengidentifikasi penyebab kekurangan tidur
klien.
- Mendiskusikan dengan klien untuk meningkatkan
tekhnik tidur.
- Menentukan pola tidur pasien.
- Melakukan teknik relaksasi imajinasi pada klien
- Meminta klien menjaga
kebersihan dan kenyamanan
tempat tidurnya
- Meminta klien untuk menjaga
pola tidurnya
- Menganjurkan klien untuk
melakukan teknik relaksasi
imajinasi agar lebih tenang dan
tidur dengan mudah
- Meminta klien untuk memijat
anggota tubuhnya.
- Meminta bantuan petugas panti
(Bu Kani) untuk membantu
Ny. J melakukan terapi
relaksasi imajinasi terbimbing
dan massase anggota tubuh
klien.
sio
Resiko ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
berhubungan dengan
Ketidakmampuan untuk
memasukkan oleh karena
faktor biologis.
- Mengkaji pola makan klien
- Mengkaji adanya alergi makanan
- Memberikan informasi tentang kebutuhan nutrisi.
- Menganjurkan klien untuk meningkatkan protein.
- Memonitor jumlah nutrisi
- Megajarkan klien bagaimana membuat catatan
makanan harian.
- Mengkaji turgor kulit
- Mengkaji kemampuan pasien untuk mendapatkan
nutrisi yang dibutuhkan.
- Menganjurkan diet yang dimakan mengandung
tinggi serat untuk mencegah konstipasi.
Monitor mual dan muntah
- Menganjurkan klien untuk makan sedikit tapi
sering.
Menganjurkan klien untuk makan selagi hangat.
- Meminta Ny. J makan selagi
hangat.
- Meminta Ny. J untuk makan
sedikit tapi sering.
- Meminta Ny. J untuk menjaga
kebersihan mulut.
- Meminta Ny. J menjaga pola
makan dan asupan nutrisinya.
sio
Nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri biologis
- Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas nyeri.
- Meminta Ny. J untuk
mengidentifikasi (mengkaji)
nyeri secara mandiri.
sio
- Mengobservasi reaksi nonverbal dari
ketidaknyamanan.
- Menggunakan teknik komunikasi terapeutik untuk
mengetahui pengalaman nyeri pasien.
- Mengevaluasi pengalaman nyeri masa lampau.
- Mengajarkan tentang teknik non farmakologi :
teknik nafas dalam dan massase leher, bahu, dan
punggung.
- Mengevaluasi keefektifan kontrol nyeri.
- Memonitor penerimaan pasien tentang manajemen
nyeri
- Meminta Ny. J untuk
menggunakan teknik nafas
dalam dan melakukan massase
pada daerah leher, bahu, dan
punggung.
- Meminta bantuan petugas panti
(Bu Khani) untuk membantu
melakukan massase pada Ny.
J.
- Menganjurkan Ny. J untuk
mengajarkan teknik massase
pada klien lain sehingga suatu
saat bisa meminta bantuannya
untuk memassase leher,
punggung, dan bahunya.
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Gangguan Pola Tidur
Tidur merupakan suatu keadaan tidak sadar di mana persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun atau menghilang, dan dapat
dibangunkan kembali dengan indra atau rangsangan yang cukup.15 T
idur
merupakan proses yang diperlukan oleh manusia untuk pembentukan sel-sel
tubuh
yang baru, perbaikan sel-sel tubuh yang
rusak (natural healing
mechanism), memberi waktu organ tubuh untuk beristirahat
maupun untuk
menjaga keseimbangan metabolisme dan biokimiawi tubuh.
16
Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut cukup tinggi. Pada usia
65 tahun, mereka yang tinggal di rumah setengahnya diperkirakan mengalami
gangguan tidur dan dua pertiga dari mereka yang tinggal di tempat perawatan
usia lanjut juga megnalami gangguan pola tidur. Pada usia lanjut tersebut
tentunya ingin tidur enak dan nyaman setiap hari, yang merupakan indikator
kebahagiaan dan derajat kualitas hidup. Sedangkan insomnia dan gangguan
tidur yang lain dapat dianggap sebagai bentuk paling ringan dari gangguan
mental.17
Salah satu cara untuk mengatasi insomnia ini adalah dengan metode
relaksasi.
Relaksasi adalah salah satu teknik di dalam terapi perilaku yang
pertama kali dikenalkan oleh Jacobson, seorang
psikolog dari Chicago, yang
mengembangkan
metode fisiologis melawan ketegangan dan
kecemasan.
Semua bentuk ketegangan termasuk ketegangan mental didasarkan pada
kontraksi otot. Latihan relaksasi dapat digunakan untuk memasuki kondisi
tidur karena dengan mengendorkan otot secara sengaja akan membentuk
suasana tenang dan santai. Suasana ini diperlukan untuk mencapai kondisi
gelombang alpha yaitu suatu keadaan yang diperlukan seseorang untuk
memasuki fase tidur awal.18
Terapi relaksasi imajinasi terbimbing dapat menurunkan tekanan darah
pada psien hipertensi. Relaksasi membuat seseorang menjadi tenang dan dapat
menurunkan stress sehingga dapat meningkatkan istirahat dan tidur pada
klien.19
Terapi massase atau pijat adalah terapi yang dilakukan dengan
memijat bagian tubuh seseorang atau klien. Penatalaksanaan dan penurunan
skala insomnia pada lansia sebaiknya menggunakan terapi massage yang
terbukti lebih berpengaruh terhadap penurunan skala insomnia.20
Ny. J mengatakan kalau siang sering tidur jam setengah 1 sehabis shalat
dzuhur dan tidur malam jam kadang jam setengah 10 malam Ny. J
mengatakan susah tidur kalau malam, kadang jam 11 malam terbangun dan
susah tidur lagi. Ny. J biasa tidur siang dan kadang juga tidur sore. Ny. J
mengatakan tidur siang kadang 1 setengah jam dan total dalam sehari sekitar 5
setengah jam. Ny. J tampak sering mengantuk, tampak kelelahan, dan tidur
siang jam 12.30 WIB.
Intervensi yang dilakukan yaitu dengan mengajarkan teknik rileksasi
imajinasi terbimbing, environment management dan sleep enhancement sesuai
NIC dan NOC, serta melakukan massase pada anggota tubuh klien. Berikut ini
adalah grafik keadaan Ny. J selama dilakukan asuhan keperawatan:
1. Jumlah tidur Ny. J
5,5
5 5
5,5
6
6,5 6,5
7
7,5
4 4 4
5
6 6
5,5
7
7,5
1,5
1 1
0,5
0
0,5
1
0 0
0
1
2
3
4
5
6
7
8
Total Tidur
Tidur Malam
Tidur Siang
2. Tekanan darah Ny. J
3. Nilai PSQI
Evaluasi di hari terakhir praktik didapatkan bahwa klien sudah mampu
mencukupi kebutuhan tidur klien dengan tidur sekitar 6 sampai 7 jam dalam
sehari. Tekanan darah Ny. J mengalami penurunan dan saat ini tekanan darah
Ny. J adalah 170/70. Skor kualitas tidur dengan PSQI: 5, sehingga kualitas
tidur sudah baik.
230
210 210200 200
190
170180
170
100
80
100 100
80
100
80 8070
0
50
100
150
200
250
Sistolik
Diastolik
910
8
65
0
2
4
6
8
10
12
PSQI
PSQI
Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah menganjurkan klien
untuk membatasi waktu tidur siangnya, mengatur posisi tidur yang nyaman,
melakukan latihan rutin teknik relaksasi imajinasi, malakukan massase pada
anggota tubuhnya, dan tidur malam sesuai jadwal yang telah disepakati, yaitu
jam 9 malam dan maksimal jam 10 malam.
B. Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Nutrisi adalah keseluruhan berbagai proses dalam tubuh makhluk hidup
untuk menerima bahan-bahan dari lingkungan hidupnya dan menggunakan
bahan-bahan tersebut agar menghasilkan berbagai aktivitas penting dalam
tubuhnya sendiri.15
Gangguan nutrisi terjadi kalau diet mengandung satu atau
lebih nutrient dalam jumlah yang tidak tepat. Kelemahan otot dan kelelahan
karena energy yang menurun.14
Lansia dengan gangguan nutrisi beresiko
tinggi untuk terjatuh atau mengalami ketidakmampuan dalam mobilisasi yang
menyebabkan luka tekan atau cedera. Tulang akan mudah rusak dan proses
penyembuhan luka tekan akan berjalan lama serta kondisinya akan
memburuk.7
Ny. J mengatakan makannya sedang tidak enak karena lidahnya yang
pahit, sehingga makanan yang disajikan dari panti tidak selalu habis dan hanya
dimakan sekitar setengah dari porsi yang disajikan. Ny. J lebih suka minum air
putih dari pada minuman yang lain seperti teh, dan kopi. Ny. J makan 3 kali
sehari tapi habis sedikit dari porsi sebelumnya. Ny. J menghindari makanan
yang asin-asin karena mempunyai riwayat hipertensi. Intervensi yang
dilakukan adalah dengan menganjurkan makan selagi hangat, memberikan
minuman manis, dan menganjurkan asupan protein yang tinggi, serta
menganjurkan klien makan sedikit-sedikit tapi sering.
Berikut ini adalah grafik dari asupan nutrisi pada Ny. J selama dilakukan
proses asuhan keperawatan:
Evaluasi pada masalah ini adalah bahwa klien sudah mampu memenuhi
kebutuhan nutrisinya, saat ini klien mampu menghabiskan 1 porsi penuh dari
yang disajikan pihak panti dan kadang makan-makanan cemilan yang dimiliki
klien.
Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan adalah kaji pola makan klien,
anjurkan klien untuk meningkatkan protein, monitor jumlah nutrisi, kaji
kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang dibutuhkan, anjurkan
makan selagi hangat, makan sedikit-sedikit tapi sering, menjaga kebersihan
mulut, pola makan dan asupan nutrisinya.
C. Nyeri Akut
Nyeri merupakan pengalaman yang tidak menyenangkan yang membuat
seseorang merasa tidak nyaman. Pada sebagian besar penderita, hipertensi
tidak menimbulkan gejala, meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala
terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi.14
Nyeri pada hipertensi lansia sering terjadi pada tengkuk yang disertai nyeri
4
3,5
3
4 4
5 5
6
5
0,5 0,5 0,5
1 1 1 1 1 1
0
1
2
3
4
5
6
7
Rata-rata minum per gelas
(210 cc)
Rata-rata makan per porsi
bahu dan punggung, sehingga dapat mengganggu kenyamanan lansia sehingga
mempengaruhi keluhan fisik lainnya.7 Nyeri pada lansia dengan hipertensi
biasanya muncul pada saat tekanan darahnya tinggi, yang memang dijadikan
sebagai indikasi atau tanda dan gejala pasien hipertensi.5
Nyeri dapat
dilakukan massase untuk mengendorkan atau merelaksasikan otot-otot
sehingga dapat menurunkan skala nyeri pada pasien.
Ny. J mengalami nyeri pada leher dan bahu, dengan keadaan nyeri yang
kadang-kadang dan skala nyeri awal adalah 5. Klien merasakan nyeri sejak 2
hari yang lalu saat dilakukan pengkajian. Intervensi yang dilakukan adalah
dengan mengkaji nyeri secara komprehensif, mengkaji pengalaman nyeri masa
lampau, mengobservasi kenyamanan dari nyeri, melatih nafas dalam, massase
bagian belakang leher, bahu, dan punggung. Hasil yang didapatkan adalah
sebagai berikut:
Evaluasi sumatif yang didapatkan adalah bahwa klien mengalami
penurunan nyeri sampai skala 3 pada hari ke-3, skala nyeri 1 pada hari ke-5,
dan tidak ada nyeri pada hari ke-8. Klien sudah tidak pernah mengalami
keluhan nyeri pada leher bagian belakang, sehingga klien pun tidak
5 5
3 3
1
0 0 0 0
0
1
2
3
4
5
6
Skala Nyeri
Skala Nyeri
menunjukkan tanda atau batasan karakteristik dari masalah nyer. Rencana
tindak lanjutnya adalah meminta Ny. J untuk mengidentifikasi (mengkaji)
nyeri secara mandiri, menggunakan teknik nafas dalam dan melakukan
massase pada daerah leher, bahu, dan punggung, eminta bantuan petugas panti
(Bu Khani) untuk membantu melakukan massase pada Ny. J, dan meminta
Ny. J untuk mengajarkan teknik massase pada klien lain sehingga suatu saat
bisa meminta bantuannya untuk memassase leher, punggung, dan bahunya.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Ny. J mengalami gangguan pola tidur karena tidur siang klien yang
berlebihan. Klien tidur siang rutin dan biasanya 1 setengah jam dalam
sehari, sehingga pada malam hari sering terbangun dan klien
mengatakan susah untuk tidur lagi. Intervensi yang diberikan adalah
dengan mengajarkan teknik relaksasi imajinasi terbimbing dan
massase. Hasilnya adalah Ny. J sudah mampu memenuhi kebutuhan
tidurnya dari hari ke hari semakin baik, dengan nilai PSQI terakhir
adalah 5. Rencana tindak lanjtnya adalah pengkajian pola tidur,
kualitas tidur, teknik relaksasi imajinasi terbimbing, dan terapi
massase.
2. Ny. J mengalami gangguan pemenuhan nutrisi karena lidahnya yang
pahit, sehingga klien tidak mau makan dan minum seperti biasanya.
Kliem makan minum hanya seperlunya saja, tidak pernah habis.
Intervensi yang dilakukan adalah dengan menganjurkan peningkatan
asupan protein, minuman yang manis, makan sedikit-sedikit tapi
sering, dan makan selagi hangat. Hasilnya adalah klien mampu
memenuhi makannya dengan menghabiskan porsi makan yang
disajikan pihak panti, dan makan cemilan yang klien miliki. Rencana
tindak lanjutnya adalah dengan kaji pola makan, anjurkan asupan
protein, makan selagi hangat dan sedikit-sedikit tapi sering.
3. Ny. J mengalami nyeri pada leher bagian belakang, dengan nyeri
kadang-kadang muncul dengan skala nyeri awal adalah 5. Intervensi
yang diberikan adalah dengan mengkaji nyeri secara komprehensif,
mengkaji pengalaman nyeri masa lampau, mengobservasi kenyamanan
dari nyeri, melatih nafas dalam, massase leher dan kompres dengan air
panas. Hasilnya adalah bahwa klien mengalami penurunan nyeri
sampai skala 3 pada hari ke-3, skala nyeri 1 pada hari ke-5, dan tidak
ada nyeri pada hari ke-8. Rencana tindak lanjutnya adalah dengan kaji
nyeri secara komprehensif, latihan nafas dalam, massase, dan teknik
nafas dalam.
.
B. SARAN
1. Lansia
Lansia menjaga kesehatan fisiknya yang berawal dari pola makannya
dan aktivitasnya. Pola makan lansia diharapkan adalah pola makan
yang sehat, tepat waktu, dan takaran. Aktivitas yang dilakukan juga
akan mempengaruhi kekuatan fisik para lansia dan kelenturan otot-otot
yang akan mempertahankan kemampuan klien dalam melakukan
aktivitasnya secara mandiri.
2. Pihak Panti
Pihak panti diharapkan mengadakan kegiatan yang sifatnya rutin
dilakukan, bukan hanya rutin untuk dijadwalkan. Pihak panti
sebaiiknya lebih intens dalam mengkaji kesehatan para lansia, karena
ada lansia yang merasa tidak diperhatikan sehingga tidak mau
beraktivitas dan bergaul dengan para lansia yang lainnya.
3. Institusi Pendidikan Keperawatan
Institusi pendidikan keperawatan sebaiknya sering mengadakan
supervisi guna mengoptimalkan pembelajaran para mahasiswa
keperawatan yang sedang praktek tentang asuhan keperawatan
gerontik, karena melihat terbatasnya waktu yang dialokasikan untuk
praktik dipanti tersebut.
4. Mahasiswa Keperawatan
Mahasiswa keperawatan diharapkan dapat melakukan asuhan
keperawatan gerontik secara komprehensif, karena kebutuhan lansia
juga meliputi kebutuhan biologis, psikologis, sosioal dan spiritual.
Mahasiswa diharapkan mampu memanfaatkan waktu yang diberikan
untuk memberikan asuhan keperawatan pada lansia.
PLAN OF ACTION (POA)
PRAKTIK PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS STASE KEPERAWATAN GERONTIK
DI PANTI WREDHA HARAPAN IBU
SEMARANG
No Kegiatan Minggu 1 Minggu 2
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31
1 Penerimaan L L L
2
1. Pengkajian
2. POA
3. Latar belakang
4. Tinjauan teori
5. implementasi
L L L
3 TAK latihan L L L
4 Persiapan pra planning
TAK ujian
L L L
5 TAK ujian L L L
6 Pra planning individu L L L
7 Supervisi individu L L L
8 Kegiatan rekreasi lansia
(olahraga)
L L L
9
Kerja bakti (pakai baju
olahraga)
L L L
10 Kegiatan Kerohanian
Islam
L L L
11 Implementasi research
12 Evaluasi research
13 Penyusunan BAB IV
dan V
DAFTAR PUSTAKA
1. Darmojo BR. Geriatri – Ilmu Kesehatan Usia Lanjut. Edisi ke-3. Jakarta :
FKUI; 2004.
2. Stockslager JL. Asuhan Keperawatan Geriatrik. Edisi 2. Jakarta : EGC; 2008.
3. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi, Edisi Ketiga. Jakarta : EGC; 2009.
4. Kusmana D. Olah Raga Untuk Orang sehat dan penderita penyakit jantung,
Trias sok & senam 10 menit, edisi kedua. Jakarta: FKUI; 2007.
5. Rosyid FN, Efendi N. Hubungan Kepatuhan Diet Rendah Garam Dan
Terjadinya Kekambuhan Pada Pasien Hipertensi Di Wilayah Puskesmas
Pasongsongan Kabupaten Sumenep Madura 2010. Surabaya : UMS Surabaya
2011; ISSN 2087- 8672.
6. Nugroho W. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Edisi ke 3. Jakarta: EGC;
2008.
7. Maryam S. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta : Salemba
Medika; 2008.
8. Depkes RI. Pedoman Pembinaan Kesehatan Lansia Bagi Petugas. Jakarta :
Depkes RI; 2005.
9. Dunitz W. Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi pada Lansia. Jakarta:
Widya Pratama; 2001.
10. Elsanti S. Panduan Hidup Sehat Bebas Kolesterol, Stroke, Hipertensi &
Serangan Jantung. Yogyakarta: Araska; 2009.
11. Marliani L. 100 Questions & Answers Hipertensi. Jakarta : Elex Media
Komputindo; 2007.
12. Peter WH. Hipertensi Lansia. Jakarta : Gramedia; 2008.
13. Sustrani L. Hipertensi. Jakarta: Gramedia; 2006.
14. Stanley L. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2006.
15. Asmadi. Tehnik prosedural keperawatan: Konsep dan applikasi kebutuhan
dasar klien. Jakarta: Salemba Medika: 2008.
16. Chopra D. Tidur Nyenyak, Mengapa Tidak?. Yogyakarta : Ikon; 2003.
17. Prayitno A. Gangguan pola tidur pada kelompok usia lanjut dan
penatalaksanaannya. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti; 2002.
18. Benson, Herbert MD. Respon Relaksasi: Teknik Meditasi Sederhana dan
Untuk Mengatasi Tekanan Hidup. Bandung: Mizan; 2000.
19. Fuad AN, Ismonah, Meikawati W. Perbedaan Tekanan Darah Sebelum Dan
Sesudah Pemberian Teknik Relaksasi Imajinasi Terbimbing Pada Pasien
Hipertensi Di Wilayah Puskesmas Krobokan Semarang. Semarang : STIKES
Telogorejo Semarang; tidak diterbitkan.
20. Triyadini, Asrin, Upoyo AS. Efektifitas Terapi Massage Dengan Terapi
Mandi Air Hangat Terhadap Penurunan Skala Insomnia Lansia. Banyumas:
FKIK Universitas Jendral Soedirman; Jurnal Keperawatan Soedirman Vol. 5
No. 3, Nopember 2010.