Upload
riorendrarizqi
View
52
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
askep kejang demam
Citation preview
Kejang demam pada anak
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar BelakangKejang merupakan suatu manifestasi klinis yang sering dijumpai di ruang gawat
darurat. Hampir 5 % anak berumur dibawah 16 tahun setidaknya tidak pernah
mengalami sekali kejang selama hidupnya. Kejang penting sebagai suatu tanda adanya
gangguan neurologis, keadaan tersebut merupkan keadaan darurat. Kejang mungkin
sederhana, dapat berhenti sendiri dan sedikit memerlukan pengobatan lanjutan, atau
merupakan gejala awal dari penyakit berat atau cenderung menjadi status epileptikus.
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara sebagai
akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik serebral yang
berlebihan (Betz & Sowden,2002).
Tata laksana kejang sering kali tidak dilakukan secara baik. Karena diagnosis
yang salah atau penggun obat yang kurang tepat dapat menyebabkan kejng tidak
terkkontrol , depresi nafas dan rawat inap yang tidak perlu. Dengan penangggulangan
yang tepat dan cepat tidak perlu menyebabkan kematian.
Langkah awal dalam menghadapi kejang adalah memastikan apakah gejala saat
ini kejang atau bukan. Selanjutnya melakukan identifikasi kemungkinan penyebabnya.
Penyebab kejang pada anak dapat karena infeksi, kerusakan jaringan otak dan faktor
lain yang dapat menyebabkan gangguan pada fungsi otak. Keadaan tersebut dapat
dijumpai pada kejang demam, epilepsi, dan lain-lain.
Priguna (1999: 134) menjelaskan bahwa “epilepsi adalah suatu gangguan
serebral kronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh timbulnya
serangan paroksimal yang berkala akibat lepas muatan listrik neuron serebral secara
eksesif.
Angka kejadian epilepsi berbeda-beda tergantung dari cara penelitiannya,
misalnya Lumban Tobing (1975) mendapatkan 6 %, sedangkan Livingstone (1954) dari
golongan kejang demam sederhana mendapatkan 2,9 % yang menjadi epilepsi, dan
golongan epilepsi yang diprovokasi oleh demam ternyata 97% menjadi epilepsi.
Setelah kejang, anak akan segera normal kembali. Kejang biasanya berakhir
kurang dari 1 menit, tetapi walaupun jarang dapat terjadi selama lebih dari 15 menit.
Berdasarkan hal tersebut kelompok tertarik untuk membahas tentang penyakit
kejang dan dapat mengaplikasikan dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya
kepada anak.
A. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan gambaran secara umum tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan Kejang.
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan Kejang dan dapat
menegakkan diagnosa keperawatan.
b. Menyusun rencana keperawatan sesuai dengan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Kejang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Kejang (konvulsi) adalah akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel
saraf korteks serebral yang ditandai dengan erangan tiba-tiba terjadi gangguan
kesadaran ringan, aktivitas motorik, dan gangguan fenomena sensori (Doenges, 2000:
259)
a. Kejang Demam
Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada
kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38oC) yang disebabkan oleh proses
ekstrakranium (Ngastiyah, 165: 2005).
A. Aziz Alimul Hidayat (99: 2008) mengemukakan bahwa “kejang demam merupakan
bangkitan kejang yang dapat terjadi karena peningkatan suhu akibat proses
ekstrakranium dengan ciri terjadi antarusia 6 bulan-4 tahun, lamanya kurang dari 15
menit dapat bersifat umum dan dapat terjadi 16 jam setelah timbulnya demam.
b. Epilepsi
John Rendle(1992) menyatakan, bahwa “epilepsi adalah suatu gangguan serebral
khronik dengan berbagai macam etiologi, yang dicirikan oleh tmbulnya serangan
paroksimal yang berkala, akibat lepas muatan listrik neuron serbral secara eksesif”.
Lebih lanjut Kumala (1998) menjelaskan bahwa “epilepsi adalah setiap kelompok
sindrom yang ditandai dengan gangguan otak sementara yang bersifat paroksimal yang
dimanifestasikan berupa gangguan atau penurunan kesadaran yang episodik,
fenomena motorik yang abnormal, gangguan psiki, sensorik dan sistem otonom
disebabkan aktivitas listrik otak”.
Seeorang dianggap sebagai pasien epilepsi bila ia telah lebih dari 1 kali menderita
bangkitan kejang spontan epilepsi atau gangguan yang ringan (Ngastiyah, 2005).
A. Etiologi
a. Kejang Demam
Penyebab kejang demam menurut Ngastiyah (2005) antara lain:
S Suhu yang tinggi
S Metabolisme anaerobik
S Metabolisme otak yang meningkat
S Infeksi di luar saluran susunan saraf pusat
S Infeksi ekstrakranial
b. Epilepsi
Penyebab epilepsi menurut Fransisca (2008) antara lain :
S Faktor fisiologis
S Faktor biokimiawi
S Faktor anatomis
S Gabungan faktor-faktor di atas
S Penyakit yang pernah diderita
B. Patofisiologi
a. Patofisiologi Kejang Demam ( Ilmu Kesehatan Anak, hal:47)
Peningkatan suhu tubuh
Metabolisme basal meningkat Risiko tinggi
Kebutuhan Nutrisi
O2 ke otak menurun
Kejang Demam TIK
meningkat
Kejang demam sederhana Kejang demam komplek
Gangguan perfusi jaringan
Risiko injuri Risiko tinggi berulang Risiko tinggi gangguan tumbuh kembang
a. Patofisiologi epilepsi
Kelompok sel neuron yang abnormal melepas muatan secara berlebihan dan menyebar
melalui jalur-jalur fisiologi-anatomis dan melibatkan daerah di sekitarnya atau daerah yang lebih
jauh letaknya di otak.
Tidak semua sel neuron di susunan saraf pusat dapat mencetuskan bangkitan epilepsi
klinik, walaupun ia melepas muatan listrik berlebihan. Sel neuron diserebellum bagian bawah
batang otak dan di medulla spinalis, walaupun mereka dapat melepas muatan listrik berlebihan,
namun posisi mereka menyebabkan tidak mampu mencetuskan bangkitan epilepsi.
A. Manifestasi Klinis
a. Kejang Demam
Kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24
jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat, dan umumnya kejang akan terhenti sendiri.
Begitu terhenti anak tidak memberi reaksi apapun untuk sejenak tetapi setlah bebrapa detik
atau menit anak akan terbangun. Pada kejang demam, wajah anak akan menjadi biru, matanya
berputar-putar, dan anggota badannya akan bergetar dengan hebat.
b. Epilepsi
Manifestasi klinis pada berbagai jenis epilepsi :
M Grandmal, pasien tidak ingat adanya serangan sejak semula, hilangnya kesadaran, kejang
tonik 20-60 detik disusul dengan kejang klonik kira-kira 40 detik setelah itu terbaring dalam
keaadaan koma kira-kira 1 menit, lalu tertidur selama 2-3 jam jika dibangunkan mengeluh sakit
kepala. Produksi air liur bertambah, disertai kesukaran bernapas dan terlihat mulut anak
berbusa.
M Petit mal, berlangsung 5-15 detik, kesadaran menurun, tiba-tiba berhenti melakukan apa
yang sedang ia lakukan, staring, mata berkedip 3 kali/ detik.
M Status petit mal, anak dalam keadaan bengong, disorientasi, kesadaran menurun dan reaksi
lambat, berlangsung sampai 24 jam atau lebih, umumnuya hanya beberapa menit.
M Infantil spasm, serangan spamus yang masif dari otot-otot badan, fleksi dari badan dan
anggota gerak bawah dengan abduksi serta fleksi dari lengan, gerakan kejut disertai jeritan,
biasanya anak menderita retardasi mental
M Sinkop, sebelum kehilangan kesadaran pasien merasa badannya dingin atau panas dan
berkeringat dingin, telingan berdengung, pandangan kabur atau benda yang dilihatnya tampak
hitam, pusing, rasa tidak enak di perut, dan pucat hingga hilangnya kesadaran sepintas.
Umumnya sinkop hanya terjadi pada waktu sikap tegak.
B. Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan Fisik
$Pemeriksaan pediatrik seperti keadaan umum, TTV, kepala, jantung, paru, abdomen anggota
gerak, dsb.
$ Pemeriksaan neurologis seperti tingkat kesadaran, sistem motorik dan sensorik, dll.
$ Konsul ke bagian mata, THT, hematologi, endokrinologi.
b. Pemeriksaan laboratorium
$ Pemeriksaan darah tepi secara rutin
$ Pemeriksaan lain sesuai indikasi misalnya kadar gula darah
$ Pemeriksaan CSS ( cairan serebro spinalis) bila perlu
c. Pemeriksaan Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menegakkan diagnosis.
d. Pemeriksaan Psikologis dan Psikiatri
Pasien perlu mendapat perhatian dan melibatkan orang tua dalam perawatannya serta
melibatkan psikiater dan psikolog.
e. Pemeriksaan Radiologis
$ Foto tengkorak
$ Pneumoensefalografi
$ Ventrikulografi
$ Arteriografi
C. Penatalaksaan
Penatalaksanaan Kejang
1. Medis
Pada kejang demam faktor yang perlu dikerjakan adalah :
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Pemberian obat diazepam (IV) dengan dosis sesuai berat badan juga dapat di berikan melalui
rektum, jika tidak tersedia berikan fenobarbital (IM)/(IV) sesuai dosis atau difenilhidantoin. Bila
kejang tidak dapat dihentikan dengan obat-obat tersebut sebaiknya anak dibawa ke ICU dan di
anestesia dengan tiopental.
b. Pengobatan Penunjang
Cairan IV sebaiknya diberikan dengan monitoring, lakukan hibernasi dengan kompres alkohol
dan es. Berikan kortikosteroid ataupun glukokortikosteroid.
c. Pengobatan Rumat
Pemberian obat antiepileptik, fenobarbital, sodium valproat(evilin, depakene), fenitoin (dilantin)
d. Mencari dan Mengobati Penyebab
Pemberian antibotik, pemeriksaan fungsi lumbal, pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan
penunjang lainnya.
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Masalah yang perlu diperhatikan pada pasien kejang demam ialah:
a. Risiko terjadi kerusakan sel otak akibat kejang, tindakan yang diperlukan saat kejang:
J Baringkan pasien di tempat yang rata, pasangkan guedel
J Singkirkan benda-benda disekitar pasien
J Isap lendir sampai bersih, berikan O2 boleh sampai 4 L/mnt
J Bila suhu tinggi berikan kompres dingin secara intensif
J Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat
b. Suhu yang meningkat diatas normal
Berikan obat anti piretik dengan antikonvulsan. Paasien perlu diberi banyak minum jika suhu
tinggi sekali kompres dingin ecara intensif.
c. Risiko terjadi bahaya/komplikasi
Setiap anak mendapat serangan kejang harus ada yang mendampinginya, berikan mikrodrip,
observasi passien, catat dengan cermat atau gunakan prinsip 6 benar dalam pemberian obat
d. Gangguan rasa aman dan nyaman
Walaupun pasien ketika kejang tidak sadar perlakukan lemah lembut dan kasih sayang perlu
dilaksanakan
e. Kurangnya pengetahuan orang tua
Orang tuanya perlu dijelaskan mengapa anak kejangterutama yang berhubungan kenaikan
suhu tubuh, perlu diajari bagaimana cara menolong pada saat anak kejang dan mencegah
timbulnya kejang.
Penatalaksanaan Epilepsi
1. Medis
a. Pengobatan kuratif (kausal)
Selidiki adanya penyakit yang masih aktif (tumor otak, hematoma subdural kronis) pada lesi
aktif atau progresif yang belum ada obatnya, lesi, atau lesi yang sudah inaktif.
b. Pengobatan preventif ( rumat)
Pasien epilepsi diberikan obat antikonvulsan secara rumat, selama pengobatan harus diperiksa
gejala intoksikasi dan pemeriksaan laboratorium secara berkala. Berikan obat seperti
fenobarbital, diaepam, diamox, dilantin, mysolin, prednison, deksametason, adrenokortikotropin.
2. Penatalaksanaan keperawatan
Dalam penatalaksanaan keperawatan perlu memerhatikan masalah pasien antara lain, risiko
terjadi bahaya, gangguan rasa aman dan nyaman risiko terjadi gangguan psikososial,
kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit anaknya.
3. Intervensi dan Evaluasi
N
o
Diagnosa
Keperawatan
Tujuan
kriteria
evaluasi
Intervensi Rasional
1 Risiko tinggi
cidera b/d
serangan
kejang
(Fransisca,
2008).
- Serangan
kejang dapat
terkontrol
-
Mengungkapka
n pemahaman
faktor yang
menunjang
penghentian
pernapasan
dan mengambil
langkah untuk
memperbaiki
situasi
-Gali bersama
pasien, keluarga
berbagai
stimulasi yang
dapat menjadi
pencetus kejang
-Pertahankan
bantalan lunak
pada
penghalang
tempat tidur
yang terpasang
dengan posisi
tempat tidur
rendah
-Evaluasi
kebutuhan u/
perlindungan
pada kepala
-Tinggalah
bersama ps
dalam waktu
beberapa saat
selama/setelah
kejang
- Alkohol, berbagai obat
dan stimulassi lain dapat
meningkatkan aktivitas
otak, yang selanjutnya
meningkatkan risiko
terjadinya kejang
- Mengurangi trauma saat
kejang
- Memberikan perlindungan
tambahan terhadap pasien
kejang berat
- Meningkatkan keamanan
ps
- Mencatat keadaan
keadaan dan waktu
penyembuhan pada
keadaan normal
- Memberikan intervensi
yang segera dibutuhkan u/
mengendalikan kejang
- Menstabilkan membran
sel saraf
-Lakukan
penilaian
neurologis/TTV
setelah kejang
-Observasi
munculnya
tanda-tanda
status
epileptikus
Kolaborasi:
-Berikan obat
sesuai indikasi
seperti obat
antiepilepsi
(fenitoin)
-Fenobarbital
-Diazepam
-Glukosa, tiamin
-Pantau/catat
kadar obat
antiepilepsi
-Pantau kadar
sel darah,
elektrolit dan
glukosa
- Menurunkan efek
samping dari obat
antiepilepsi
- Menekan status kejang
- Mempertahankan
keseimbangan
metabolisme
-Mengetahui kadar
terapeutik standar
-Mengidentifikasi faktor-
faktor yang
memperberat/menurunkan
kejang
NODiagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria EvaluasiIntervensi Rasional
2 Risiko tinggi
pola napas tak
efektif b/d
kerusakan
neuromuskular
(Diah, 2009)
-
Mempertahankan
pola
pernapassan
efektif dengan
jalan napas
paten/ aspirasi
dicegah
- Anjurkan ps u/
mengosongkan
mulut dari benda
tertentu jika fase
aura terjadi
- Letakkan ps pada
posisi miring,
permukaan datar,
miringkan kepala
selama serangan
kejang
-Tanggalkan pakaian
pada daerah
leher/dada dan
abdomen
Kolaborasi:
-Berikan tambahan
oksigen/ ventilasi
manual sesuai
kebutuhan pada fase
posiktal
-Bantu melakukan
intubasi, jika ada
indikasi
-Menurunkan risiko
aspirasi atau
masuknya benda
asing ke faring
-Meningkatkan aliran
sekret, mencegah
lidah jatuh dan
menyumbat jalan
napas
-U/ mem fasilitasi
usaha bernapas/
ekspansi dada
-Menurunkan hipoksia
serebral sebagai
akibat dari sirkulasi
yang menurun
-Munculnya apnea
yang berkepanjangan
pada fase posiktal
membutuhkan
dukungan ventilator
NODiagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria
Evaluasi
Intervensi Rasional
3 Koping -Setelah - Kaji perasaan takut, -Klien dengan epilepsi
individu/
keluarga tidak
efektif b/d
stres akibat
epilepsi
(Fransisca,
2008)
dilakukan
intervensi
keperawatan
koping
individu/
keluarga
membaik
-Dapat
mengatasi
masalah yang
dihadapi
-klien/
keluarga
dapat
memahami
kondisi dan
keterbatsan
yang
diakibatkan
epilepsi
asing, depresi, dan
tidak pasti
- Kaji adanya masalah
psikologis
-Lakukan konseling
terhadap individu dan
keluarga
- Berikan pendidikan
mengenai penyebab,
pencegahan dan cara
perawatan epilepsi
-Ajarkan keluarga cara
perawtan bila terjadi
serangan kejang
-Beritahukan keluarga
untuk melakukan
kontrol secara teratur
ke unit pelkes
-Beritahukan ps/
keluarga u/
mengonsumsikan obat
yang direspkean dokter
biasanya diasingkan
dari berbagai aktivitas
-U/ penanganan
kesehatan mental yang
komperehensif
-Konseling akan
membantu
individu/keluarga
memahami kondisi dan
keterbatasan yang
diakibatkan epilepsi
-Pendidikan epilepsi
bermanfaat untuk
mengubah perilaku ps
dengan keluarga
terhadap penyakitnya
sendiri
-Dengan mengetahui
perawatan bila terjadi
serangan, dapat
mencegah risiko cidera
pada ps
-Meningkatkan status
kesehatan ps
-Mencegah ps
mengonsumsi obat
yang dapat berisiko
bagi keamanan dan
keselamatan klien
NODiagnosa
Keperawatan
Tujuan
Kriteria EvaluasiIntervensi Rasional
4. Kurang
pengetahuan
mengenai
kondisidan
aturan
pengobatan
b/d kurang
pemajanan,
kurang
mengingat
(Doenges,
2000)
-Tujuan:
Pemahaman
terhadap proses
penyakit, dan
pengobatannya
-Kriteria
evaluasi:
Mengungkapka
n pemahaman
tetntang
gangguan dan
berbagai
rangsang yang
dapat
meningkatkan/
berpotensial
pada aktivitas
kejang
- Jelaskan kembali
mengenai patofisologi
penyakit dan perlunya
pengobatan dalam
jangka waktu yang
lama sesuai indikasi
- Tinjau kembali obat-
obat yang didapat,
dan tidak
menghentikan
pengobatan tanpa
pengawasan dokter
- Berikan petunjuk yang
jelas pada ps u/
minum obat
bersamaan waktu
makan jika
memungkinkan
- Anjurkan ps u/
menggunakan gelang
identifikasi yang
memberitahukan
bahwa Anda penderita
epilepsi
- Tekankan perlunya u/
melakukan evaluasi
- Memberikan
kesempatan u/
mengklarifikasi
kesalahan
persepsidan keadaan
penyakit yang ada
- Tidak adanya
pemahaman terhadap
obat-obat yang
didapat merupakan
penyebab dari kejang
yang terus menerus
- Dapat menurunkan
iritasi lambung,
mual/muntah
- Mempercepat
penanganan dan
menentukan diagnosa
dalam keadaan
darurat
- Kebutuhan terapeutik
dapat berubah dan
efek samping obat
yang serius dapat
yang teratur terjadi
CONTOH ASKEP Selasa, 15 Juli 2008
ASKEP ANAK DENGAN KEJANG DEMAM
A. TEORI
Pengertian
Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (Rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium (Ngastiyah, 1997: 229) Kejang demam : bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu tubuh rectal di atas 38o C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium (Mansjoer, A.dkk. 2000: 434)Kejang demam : kejang yang terjadi pada suhu badan yang tinggi yang disebabkan oleh kelainan ekstrakranium (Lumban tobing, 1995: 1)Kejang demam : gannguan sementara yang terjadi pada anak-anak yang ditandai dengan demam (Wong, D.T. 1999: 182) Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996).Kejang demam adalah serangan pada anak yang terjadi dari kumpulan gejala dengan demam (Walley and Wong’s edisi III,1996). Kejang demam adalah bangkitan kejang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38° c) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. Kejang demam sering juga disebut kejang demam tonik-klonik, sangat sering dijumpai pada anak-anak usia di bawah 5 tahun. Kejang ini disebabkan oleh adanya suatu awitan hypertermia yang timbul mendadak pada infeksi bakteri atau virus. (Sylvia A. Price, Latraine M. Wikson, 1995).
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan kejang demam adalah bangkitan kejang yang
terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima
tahun.
EtiologiMenurut Mansjoer, dkk (2000: 434) Lumban Tobing (1995: 18-19) dan Whaley and Wong (1995: 1929)1. Demam itu sendiriDemam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.2. Efek produk toksik daripada mikroorganisme3. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.4. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.5. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak diketahui atau enselofati toksik sepintas.Menurut staf pengajar ilmu kesehatan anak FKUI (1985: 50), faktor presipitasi kejang demam: cenderung timbul 24 jam pertama pada waktu sakit demam atau dimana demam mendadak tinggi karena infeksi pernafasan bagian atas. Demam lebih sering disebabkan oleh virus daripada bakterial.
Patofisiologi
1. IntrakranialAsfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemikTrauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikularInfeksi : Bakteri, virus, parasitKelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz.
2. Ekstra kranialGg. metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na & K), Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat.Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus.
3. IdiopatikKejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
Patofisiologi
Untuk mempertahankan kelangsungan hidup sel / organ otak diperlukan energi yang didapat dari metabolisme. Bahan baku untuk metabolisme otak yang terpenting adalah glucose,sifat proses itu adalah oxidasi dengan perantara pungsi
paru-paru dan diteruskan keotak melalui system kardiovaskuler.Berdasarkan hal diatas bahwa energi otak adalah glukosa yang melalui proses oxidasi, dan dipecah menjadi karbon dioksidasi dan air. Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida.Akibatnya konsentrasi K+ dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik.Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.Tetapi kejang yang berlangsung lama lebih 15 menit biasanya disertai apnea, NA meningkat, kebutuhan O2 dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi hipoxia dan menimbulkan terjadinya asidosis. Manifestasi KlinikTerjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat, yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf pusat : misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkhitis, serangan kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam berlangsung singkat dengan sifat bangkitan dapat berbentuk tonik-klonik.Kejang berhenti sendiri, menghadapi pasien dengan kejang demam, mungkin timbul pertanyaan sifat kejang/gejala yang manakah yang mengakibatkan anak menderita epilepsy.untuk itu livingston membuat kriteria dan membagi kejang demam menjadi 2 golongan yaitu :
4. Kejang demam sederhana (simple fibrile convulsion)5. Epilepsi yang di provokasi oleh demam epilepsi trigered off fever
Disub bagian anak FKUI, RSCM Jakarta, Kriteria Livingstone tersebut setelah dimanifestasikan di pakai sebagai pedoman untuk membuat diagnosis kejang demam sederhana, yaitu :
6. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun7. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit8. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali9. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam
10. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal11. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan.
Klasifikasi KejangKejang yang merupakan pergerakan abnormal atau perubahan tonus badan dan tungkai dapat diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang, klonik, kejang tonik dan kejang mioklonik.
l. Kejang TonikKejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang disebabkan oleh rangsang meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus
m. Kejang KlonikKejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan pemulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidak diikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
n. Kejang MioklonikGambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
Diagnosa Banding Kejang Pada AnakAdapun diagnosis banding kejang pada anak adalah gemetar, apnea dan mioklonus nokturnal benigna.
15. GemetarGemetar merupakan bentuk klinis kejang pada anak tetapi sering membingungkan terutama bagi yang belum berpengalaman. Keadaan ini dapat terlihat pada anak normal dalam keadaan lapar seperti hipoglikemia, hipokapnia dengan hiperiritabilitas neuromuskular, bayi dengan ensepalopati hipoksik iskemi dan BBLR. Gemetar adalah gerakan tremor cepat dengan irama dan amplitudo teratur dan sama, kadang-kadang bentuk gerakannya menyerupai klonik .
16. ApneaPada BBLR biasanya pernafasan tidak teratur, diselingi dengan henti napas 3-6 detik dan sering diikuti hiper sekresi selama 10 – 15 detik. Berhentinya pernafasan tidak disertai dengan perubahan denyut jantung, tekanan darah, suhu badan, warna kulit. Bentuk pernafasan ini disebut pernafasan di batang otak. Serangan apnea selama 10 – 15 detik terdapat pada hampir semua bagi prematur, kadang-kadang pada bayi cukup bulan.Serangan apnea tiba-tiba yang disertai kesadaran menurun pada BBLR perlu di curigai adanya perdarahan intrakranial dengan penekanan batang otak. Pada keadaan ini USG
perlu segera dilakukan. Serangan Apnea yang termasuk gejala kejang adalah apabila disertai dengan bentuk serangan kejang yang lain dan tidak disertai bradikardia.
17. Mioklonus Nokturnal BenignaGerakan terkejut tiba-tiba anggota gerak dapat terjadi pada semua orang waktu tidur. Biasanya timbul pada waktu permulaan tidur berupa pergerakan fleksi pada jari persendian tangan dan siku yang berulang. Apabila serangan tersebut berlangsung lama dapat dapat disalahartikan sebagai bentuk kejang klonik fokal atau mioklonik. Mioklonik nokturnal benigna ini dapat dibedakan dengan kejang dan gemetar karena timbulnya selalu waktu tidur tidak dapat di stimulasi dan pemeriksaan EEG normal. Keadaan ini tidak memerlukan pengobatan
PenatalaksanaanPada umumnya kejang pada BBLR merupakan kegawatan, karena kejang merupakan tanda adanya penyakit mengenai susunan saraf pusat, yang memerlukan tindakan segera untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut.Penatalaksanaan Umum terdiri dari :
18. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati19. Memonitor pernafasan dan denyut jantung20. Usahakan suhu tetap stabil21. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain22. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena
Bila etiologi telah diketahui pengobatan terhadap penyakit primer segera dilakukan. Bila terdapat hipogikemia, beri larutan glukosa 20 % dengan dosis 2 – 4 ml/kg BB secara intravena dan perlahan kemudian dilanjutkan dengan larutan glukosa 10 % sebanyak 60 – 80 ml/kg secara intravena. Pemberian Ca – glukosa hendaknya disertai dengan monitoring jantung karena dapat menyebabkan bradikardi. Kemudian dilanjutkan dengan peroral sesuai kebutuhan. Bila secara intravena tidak mungkin, berikan larutan Ca glukosa 10 % sebanyak 10 ml per oral setiap sebelum minum susu.Bila kejang tidak hilang, harus pikirkan pemberian magnesium dalam bentuk larutan 50% Mg SO4 dengan dosis 0,2 ml/kg BB (IM) atau larutan 2-3 % mg SO4 (IV) sebanyak 2 – 6 ml. Hati-hati terjadi hipermagnesemia sebab gejala hipotonia umum menyerupai floppy infant dapat muncul.Pengobatan dengan antikonvulsan dapat dimulai bila gangguan metabolik seperti hipoglikemia atau hipokalsemia tidak dijumpai. Obat konvulsan pilihan utama untuk bayi baru lahir adalah Fenobarbital (Efek mengatasi kejang, mengurangi metabolisme sel yang rusak dan memperbaiki sirkulasi otak sehingga melindungi sel yang rusak karena asfiksia dan anoxia). Fenobarbital dengan dosis awal 20 mg . kg BB IV berikan dalam 2 dosis selama 20 menit.Banyak penulis tidak atau jarang menggunakan diazepam untuk memberantas kejang pada BBL dengan alasan
o Efek diazepam hanya sebentar dan tidak dapat mencegah kejang berikutnyao Pemberian bersama-sama dengan fenobarbital akan mempengaruhi pusat pernafasan
o Zat pelarut diazepam mengandung natrium benzoat yang dapat menghalangi peningkatan bilirubin dalam darah.
Pemeriksaan fisik dan laboratorium
26. Pemeriksaan fisikPemeriksaan fisik lengkap meliputi pemeriksaan pediatrik dan neurologik, pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis dan berurutan seperti berikut :
hakan lihat sendiri manifestasi kejang yang terjadi, misal : pada kejang multifokal yang berpindah-pindah atau kejang tonik, yang biasanya menunjukkan adanya kelainan struktur otak.
Kesadaran tiba-tiba menurun sampai koma dan berlanjut dengan hipoventilasi, henti nafas, kejang tonik, posisi deserebrasi, reaksi pupil terhadap cahaya negatif, dan terdapatnya kuadriparesis flasid mencurigakan terjadinya perdarahan intraventikular.
Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau mulase kepala berlebihan yang disebabkan oleh trauma. Ubun –ubun besar yang tegang dan membenjol menunjukkan adanya peninggian tekanan intrakranial yang dapat disebabkan oleh pendarahan sebarakhnoid atau subdural. Pada bayi yang lahir dengan kesadaran menurun, perlu dicari luka atau bekas tusukan janin dikepala atau fontanel enterior yang disebabkan karena kesalahan penyuntikan obat anestesi pada ibu.
Terdapatnya stigma berupa jarak mata yang lebar atau kelainan kraniofasial yang mungkin disertai gangguan perkembangan kortex serebri.
Pemeriksaan fundus kopi dapat menunjukkan kelainan perdarahan retina atau subhialoid yang merupakan gejala potogonomik untuk hematoma subdural. Ditemukannya korioretnitis dapat terjadi pada toxoplasmosis, infeksi sitomegalovirus dan rubella. Tanda stasis vaskuler dengan pelebaran vena yang berkelok – kelok di retina terlihat pada sindom hiperviskositas.
Transluminasi kepala yang positif dapat disebabkan oleh penimbunan cairan subdural atau kelainan bawaan seperti parensefali atau hidrosefalus.
Pemeriksaan umum penting dilakukan misalnya mencari adanya sianosis dan bising jantung, yang dapat membantu diagnosis iskemia otak.
27. Pemeriksaan laboratoriumPerlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis bakterilisasi.Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan intraventikuler.
Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen, amonia dan analisis gas darah.
Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar, dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi cairan serebro spinal
Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga
diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik. Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
a. Periksaan urin untuk asam amino dan asam organicb. Biakan darah dan pemeriksaan liter untuk toxoplasmosis rubella,
citomegalovirus dan virus herpes.c. Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih
besar dari aturan bakud. USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikulare. Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan
intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak.Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi positif dengan ubun – ubun besar tegang, membenjol dan kepala membesar.
Tumbuh kembang pada anak usia 1 – 3 tahu
28. Fisik Ubun-ubun anterior tertutup. Physiologis dapat mengontrol spinkter
29. Motorik kasar Berlari dengan tidak mantap Berjalan diatas tangga dengan satu tangan Menarik dan mendorong mainan Melompat ditempat dengan kedua kaki Dapat duduk sendiri ditempat duduk Melempar bola diatas tangan tanpa jatuh
30. Motorik halus Dapat membangun menara 3 dari 4 bangunan Melepaskan dan meraih dengan baik Membuka halaman buku 2 atau 3 dalam satu waktu Menggambar dengan membuat tiruan
31. Vokal atau suara Mengatakan 10 kata atau lebih Menyebutkan beberapa obyek seperti sepatu atau bola dan 2 atau 3 bagian
tubuh32. Sosialisasi atau kognitif
Meniru Menggunakan sendok dengan baik
Menggunakan sarung tangan Watak pemarah mungkin lebih jelas Mulai sadar dengan barang miliknya
Dampak hospitalisasiPengalaman cemas pada perpisahan, protes secara fisik dan menangis, perasaan hilang kontrol menunjukkan temperamental, menunjukkan regresi, protes secara verbal, takut terhadap luka dan nyeri, dan dapat menggigit serta dapat mendepak saat berinteraksi.Permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :
gg. Rasa takut Memandang penyakit dan hospitalisasi Takut terhadap lingkungan dan orang yang tidak dikenal Pemahaman yang tidak sempurna tentang penyakit Pemikiran yang sederhana : hidup adalah mesin yang menakutkan Demonstrasi : menangis, merengek, mengangkat lengan, menghisap jempol,
menyentuh tubuh yang sakit berulang-ulang.hh. Ansietas
Cemas tentang kejadian yang tidakdikenal Protes (menangis dan mudah marah, (merengek) Putus harapan : komunikasi buruk, kehilangan ketrampilan yang baru tidak
berminat Menyendiri terhadap lingkungan rumah sakit Tidak berdaya Merasa gagap karena kehilangan ketrampilan Mimpi buruk dan takut kegelapan, orang asing, orang berseragam dan yang
memberi pengobatan atau perawatan Regresi dan Ansietas tergantung saat makan menghisap jempol Protes dan Ansietas karena restrain
ii. Gangguan citra diri Sedih dengan perubahan citra diri Takut terhadap prosedur invasive (nyeri) Mungkin berpikir : bagian dalam tubuh akan keluar kalau selang dicabut
ANALISA DATA
NO TGL / JAM DATA PROBLEM ETIOLOGI
1Diisi pada saat tanggal pengkajian
Berisi data subjektif dan data objektif yang didapat dari pengkajian keperawatan
masalah yang sedang dialami pasien seperti gangguan pola nafas, gangguan keseimbangan suhu tubuh, gangguan pola aktiviatas,dll
Etiologi berisi tentang penyakit yang diderita pasien
DIAGNOSA KEPERAWATAN
o Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan
koordinasi otot.
o Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular
o Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
o Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
o Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NODIAGNOSA
KEPERAWATANTUJUAN PERENCANAAN
1
Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot.
Cidera / trauma tidak terjadi Dengan Kriteria Hasil :
o Faktor penyebab diketahui,
o mempertahankan aturan pengobatan,
o meningkatkan keamanan lingkungan
4. Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang.
5. Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang.
6. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi.
7. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang.
8. Lindungi klien dari trauma atau kejang.
9. Berikan kenyamanan bagi klien. 10. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi anti compulsan
2 Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neuromuskular
Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi
Kriteria Hasil :
o Jalan napas bersih dari sumbatan,
o suara napas vesikuler,o sekresi mukosa tidak
ada,
15. Observasi tanda-tanda vital 16. atur posisi tidur klien fowler atau
semi fowler.17. Lakukan penghisapan lendir18. kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian therapi
o RR dalam batas normal
3
Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh
Aktivitas kejang tidak berulang
Kriteria Hasil :
o Kejang dapat dikontrol,
o suhu tubuh kembali normal
21. Kaji factor pencetus kejang. 22. Libatkan keluarga dalam pemberian
tindakan pada klien. 23. Observasi tanda-tanda vital.. 24. Lindungi anak dari trauma. 25. Berikan kompres dingin pda daerah
dahi dan ketiak.
4
Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan
Kerusakan mobilisasi fisik teratasi
Kriteria hasil :
o Mobilisasi fisik klien aktif
o kejang tidak adao kebutuhan klien
teratasi
29. Kaji tingkat mobilisasi klien.30. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi
klien.31. Bantu klien dalam pemenuhan
kebutuhan.32. Latih klien dalam mobilisasi sesuai
kemampuan klien.33. Libatkan keluarga dalam
pemenuhan kebutuhan klien.
5
Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil :
o Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam,
o keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien.
36. Kaji tingkat pendidikan keluarga klien.
37. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien.
38. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes.
39. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti..
40. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Diposkan oleh Ariyanto Susetyo di 21.34 Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Bagikan ke Pinterest
Label: Askep Anak, Kumpulan Contoh Askep
Reaksi:
3 komentar:
1.
Chui Mihho22 April 2011 00.20
blognya sangat membantu tugas KTI saya mas, terima kasih atas artikelnya. Salam dari Cirebon
Balas Hapus
2.
omedika 7 Mei 2012 07.40
ulasannya simple tp berbobot,thanks...BLUD Palabuhanratu,smi
Balas Hapus
3.
Asuhan Keperawatan NANDA 14 Desember 2012 01.21
Askep yang bagus.harap ditingkatkan lagi.
Balas Hapus
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Entri Populer
ASKEP KLIEN DM DENGAN GANGREN
Gangren atau pemakan luka didefinisikan sebagaii jaringan nekrosis atau jaringan mati yang disebabkan oleh adanya emboli pembuluh darah besa...
ASKEP ANAK DENGAN THYPOID
TEORI Pengertian Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi. Organisme ini m...
ASKEP HIPERTENSI
TEORI Hipertensi adalah peningkatan abnormal pada tekanan sistolik 140 mm Hg atau lebih dan tekanan diastolic 120 mmHg (Sharon, L.Ro...
ASKEP KLIEN DENGAN TUBERKULOSIS ( TBC )
TEORI Micobacterium tuberculosis (TB) telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia, menurut WHO sekitar 8 juta penduduk dunia diserang ...
ASKEP BAYI BBLR
TEORI Definisi BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah (WHO 1961) BBLR adalah bayi baru lahir y...
Contoh Judul Skripsi FKM-Epidemiologi 1/2
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KUNJUNGAN BALITA DI POSYANDU XXX FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN TERJADINYA RETENSIO PLASENTA PADA IBU ...
ASKEP BAYI DENGAN RDS
TEORI Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defi...
ASKEP ANAK DENGAN DHF
TEORI Pengertian Dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh nyamuk dan ditandai dengan demam, nyeri kep...
ASKEP KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM ENDOKRIN : MORBUS BASEDOW
a. Pengertian Penyakit basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang sering dijumpai pada orang muda aki...
ASKEP KLIEN DENGAN APPENDICITIS AKUT
Definisi Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain : Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupak...
Best Friends
About Me
Contoh Askep
Contoh Askep Medikal Bedah Anak Maternitas
BAB III
PEMBAHASAN
A. Contoh kasus
Anak K usia 6 tahun, agama islam, suku bangsa melayu. Alamat tinggal Jln.
Anggrek no.24 Telanaipura Jambi, masuk ruang IGD RS Raden Mattaher Jambi pada
tanggal : 12/12/2010, pukul 13:12 WIB. Klien masuk rumah sakit karena sering
mengalami kejang. Pasien tidak sadar, terlihat kelenjar ludah yang keluar disertai mulut
yang berbusa. Sebelumnya klien pernah dirawat di ruang anak RSUD, tetapi setelah
terlihat pulih ps dibawa pulang. Saat pengkajian keluarga klien mengeluh nafas
anaknya sesak, CRT 3 detik. Dari hasil pemeriksaan fisik saat pengkajian diperoleh :
TD : 90/60mmHg, N : 84x/mnt, RR: 32x/mnt, S : 37,50C , terdapat luka lecet pada
bagian punggung belakang, kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua
muncul dengan perkiraan 40 detik hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit
dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga mencapai 3 jam. Dari keterangan orang tua
klien diketahui bahwa sebelumnya anaknya pernah menderita penyakit seperti ini,
kejang terjadi secara mendadak sehingga anak takut untuk bermain bersama teman-
temannya. Pada keluarga tidak ada yang mempunyai penyakit yang sama dengan
klien, orang tua sering mengajak anaknya berlibur jika ada waktu luang.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
a. Pengkajian
1. Riwayat kejang
Ps telah mengalami kejang pada umur 5 tahun
2. Faktor yang menimbulkan kejang
Kejang yang ditimbulkan spontan
3. Asupan alkohol
Anak tidak mengkonsumsi alkohol
4. Efek epilepsi terhadap gaya hidup
Anak terbatas untuk bermain di lingkungan, sehingga anak merasa minder ketika mendengar
ejekan teman-temannya
5. Apakah ada keterbatasan yang ditimbulkan oleh kejang
Ada, saat mengalami kejang ps tidak dapat mengontrol diri sehingga membutuhkan
keluarga/orla untuk memberikan bantuan
6. Apakah ps mempunyai program rekreasi
Ps dapat berekreasi jika orang tuanya mempunyai waktu luang
7. Kontak sosial
Ps sering berada di rumah karena merasa malu untuk melakukan kontak sosial
8. Apakah pengalaman dalam beraktivitas positif
9. Mekanisme koping yang dipergunakan
10. Pengamatan dan pengkajian selama dan setelah kejang
Kejang pertama terjadi 1 menit kemudian kejang kedua muncul dengan perkiraan 40 detik
hingga terbaring tak sadarkan diri selama 1 menit dilanjutkan dengan pasien tertidur hingga
mencapai 3 jam.
b. Diagnosa Keperawatan
1. pola napas tak efektif b/d kerusakan neuromuskular
2. Cidera b/d serangan kejang
3. Koping individu tidak efektif b/d stres akibat epilepsi
4. Kurang pengetahuan mengenai kondisidan aturan pengobatan b/d kurang pemajanan, kurang
mengingat
BAB IV
PENUTUP
IV.1. Kesimpulan
a. Tidak semua data yang ada pada pengkajian teoritis muncul pada kasus tergantung
kondisi dan faktor-faktor lain yang memperberat.
b. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah :
Gangguan harga diri b/d stigma berkenaan dengan kondisi
c. Semua intervensi pada teoritis ditampilkan pada perencanaan kasus.
d. Dalam impelementasi kolaborasi yang dilakukan dalam bentuk mengkonfirmasi ulang
terapi pengobatan.
e. Evaluasi yang dilakukan adalah evaluasi proses yaitu mengevaluasi kondisi pasie
tiap hari sesuai dengan permasalahan yang dianggap.
IV.2. Saran
Bagi perawat :
1. Sebelum melakukan hubungan terapeutik dengan klien sebaiknya perawat membekali
diri dengan ilmu dan kemampuan untuk berkomunikasi terapeutik.
2. Hubungan saling percaya dengan klien merupakan kunci utama demi keberhasilan
dalam pemberian asuhan keperawatan.
3. Sebaiknya perawatan yang dilakukan pada klien epilepsi dilakukan secara kontiniu
dan berkesinambungan.
4. Mahasiswa/i keperawatan dapat menerapkan asuhan keperawatan yang telah
didapatkan secara teoritis pada kasus epilepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Batticaca, B. Fransisca. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Gangguan
Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika
Behrman, Kliegman dan Arvin, Nelson. 1999.Ilmu Kesehatan Anak . Jakarta: EGC