Upload
itsdana
View
149
Download
8
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks
yang dapat meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada
jaringan yang terluka secara langsung. Masalah kompleks ini
mempengaruhi semua sistem tubuh dan beberapa keadaan
yang mengancam kehidupan.
Berdasarkan data tercatat sejak Januari hingga Desember 2011 di ruangan
Burn Unit RSUD Dr Soetomo, telah terjadi 183 kasus kebakaran.
BulanEtiologi luka bakar
Jumlah kejadianAir Listrik Kimia Api
Januari 1 7 1 3 12 orangFebruari 3 2 1 2 8 orangMaret 8 9 0 4 18 orangApril 3 4 0 5 12 orangMei 5 7 0 8 20 orangJuni 3 8 0 9 20 orangJuli 7 1 0 8 16 orang
Agustus 4 1 0 13 18 orangSeptember 3 0 0 16 19 orangOktober 2 1 0 11 14 orang
November 5 1 0 5 11 orangDesember 3 3 0 9 15 orang
Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald
burn) mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari
pada luka bakar yang sama yang disebabkan oleh api atau
5
paparan radiasi ionisasi. Luka bakar karena bahan kimia
memerlukan pengobatan yang berbeda dibandingkan karena
sengatan listrik (elektrik) atau persikan api. Luka bakar yang
mengenai genetalia menyebabkan resiko nifeksi yang lebih
besar daripada di tempat lain dengan ukuran yang sama. Luka
bakar pada kaki atau tangan dapat mempengaruhi kemampuan
fungsi kerja klien dan memerlukan tehnik pengobatan yang
berbeda dari lokasi pada tubuh yang lain. Komplikasi yang
paling sering ditemukan pada klien luka bakar adalah syok,
kekurangan cairan dan elektrolit, hypermetabolisme, infeksi,
masalah pernapasan akut dan juga kematian. Pada luka bakar
yang luas dapat juga terjadi kecacatan dan depresi (Suriadi dan
Rita, 2006). Penulis mengambil kasus luka bakar, karena luka
bakar merupakan kasus yang bisa menyebabkan kematian bila
tidak segera tertangani dengan benar dan juga dapat
menyebabkan kecacatan fisik.
Untuk itu pengetahuan umum para tenaga medis tentang
anatomi fisiologi kulit, patofisiologi luka bakar sangat diperlukan
untuk mengenal perbedaan dan derajat luka bakar tertentu dan
berguna untuk mengantisipasi harapan hidup serta terjadinya
komplikasi multi organ yang menyertai.
1.2 Rumusan Masalah
6
a. Apa definisi luka bakar?
b. Bagaimana etiologi luka bakar?
c. Bagaimana patofisiologi luka bakar?
d. Bagaimana fase yang terjadi pada luka bakar?
e. Bagaiman pembagian zona pada luka bakar?
f. Apa saja klasifikasi dari luka bakar?
g. Bagaimana penatalaksanaan klien dengan luka bakar?
h. Bagaimana komplikasi klien dengan luka bakar?
i. Bagaimana asuhan keperawatan pasien dengan luka bakar?
j. Apa definisi asuhan keperawatan lanjut burn center?
k. Bagaimana model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center?
l. Bagaimana inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan?
1.3 Tujuan
Tujuan umum
Mahasiswa dapat memahami dan mampu melakukan askep klien
dengan luka bakar, konsep model asuhan keperawatan lanjut burn center
serta pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatannya.
Tujuan khusus
a. Mengetahui dan memahami definisi luka bakar
b. Mengetahui dan memahami etiologi luka bakar
c. Mengetahui dan memahami patofisiologi luka bakar
d. Mengetahui dan memahami fase yang terjadi pada luka bakar
7
e. Mengetahui dan memahami pembagian zona luka bakar
f. Mengetahui dan memahami klasifikasi dari luka bakar
g. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan
luka bakar
h. Mengetahui dan memahami komplikasi klien dengan luka
bakar
i. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien
dengan luka bakar
j. Mengidentifikasi definisi asuhan keperawatan lanjut burn center
k. Mengidentifikasi model-model asuhan keperawatan lanjut pada burn center
l. Menganalisis inovasi model pengkajian dan intervensi keperawatan
1.4 Manfaat
a. Mendapatkan pengetahuan tentang luka bakar.
b. Mendapatkan pengetahuan tentang asuhan keperawatan
pada klien dengan luka bakar
c. Dapat menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan
luka bakar
d. Mampu memahami tentang model asuhan keperawatan lanjut burn center dan
pendekatan inovasi model pengkajian, dan intervensi keperawatan serta
mampu menerapkan asuhan keperawatan pada klien tersebut dengan
pendekatan Student Center Learning.
8
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian
Luka bakar adalah kelainan kulit yang disebabkan agent
thermal, listrik, atau radioaktif (Wong.2004).
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jarinan yang
disebabkan oleh kontak dengan sumber panas, api, air panas,
bahan kimia, listrik dan radiasi (Moenadjat. 2001).
9
Luka bakar adalah injury pada jaringan yang disebabkan
oleh panas (Thermal), Kimia, Elektrik, dan Radiasi (Suriyadi.
1987).
2.2. Etiologi
Luka bakar pada kulit bisa disebabkan karena panas, dingin
ataupun zat kimia. Ketika kulit terkena panas, maka kedalaman
luka akan dipengaruhi oleh derajat panas, durasi kontak panas
pada kulit dan ketebalan kulit (Schwarts et al, 1999).
1. Luka Bakar Termal (Thermal Burns)
Luka bakar termal biasanya disebabkan oleh air panas
(scald) , jilatan api ke tubuh (flash), kobaran apai di tubuh
(flame) dan akibat terpapar atau kontak dengan objek-
objek panas lainnya (misalnya plastik logam panas, dll.)
(Schwarts et al, 1999).
2. Luka Bakar Kimia (Chemical Burns)
Luka bakar kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat
atau alkali yang biasa digunakan dalam bidang industri,
militer, ataupun bahan pembersih yang sering
dipergunakan untuk keperluan rumah tangga (Schwarts et
al, 1999).
3. Luka Bakar Listrik (Electrical Burns)
10
Listrik menyebabkan kerusakan yang dibedakan karena
arus, api dan ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang
bagian tubuh yang memiliki resistensi paling rendah;
dalam hal ini cairan. Kerusakan terutama pada pembuluh
darah, khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan
gangguan sirkulasi ke distal. Seringkali kerusakan berada
jauh dari lokasi kontak, baik kontak dengan sumber arus
maupun ground (Moenadjat, 2001).
4. Luka Bakar Radiasi (Radiation Exposure)Luka bakar radiasi
disebabkan karena terpapar dengan sumber radioaktif.
Tipe injuri ini sering disebabkan oleh penggunaan
radioaktif untuk keperluan terapeutik dalam dunia
kedokteran dan industri. Akibat terpapar sinar matahari
yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka bakar
radiasi (Gillespie, 2009).
5. Forstbite
Frosbite (Pembekuan jaringan) karena terbentuknya kristal intraseluler
dan
oklusi mikrovaskuler yang menyebabkan anoksia jaringan, setelah
dilakukan pemanasan tubuh dan terjadi reperfusi akan ada kerusakan
jaringan.
11
2.3. Anatomi kulit dan fungsinya
Sistem integument atau yang lebih dikenal dengan kulit merupakan organ
terbesar dan terluas dari tubuh manusia, menyumbang 16% dari total berat
tubuh manusia, dengan luas area sekitar 1,8 m2. Kulit sendiri mempunyai
beberapa fungsi, yang paling penting adalah menjadi pelindung terluar dari
kontak fisik, menjadi pengatur dari sistem hidrasi tubuh, membantu
menyebarkan elektrolit dan berbagai macam kandungan lainnya ketika
melakukan perlindungan terhadap mikroorganisme, radiasi sinar ultraviolet,
penyebab racun dan luka mekanik. Terdapat tiga lapisan dari kulit yaitu,
epidermis, dermis, dan subkutan. Rambut, kuku, kelenjar sebasea, keringat,
kelenjar apokrine merupakan bagian dari kulit. Tebalnya kulit bervariasi mulai
0,5 mm sampai 6 mm tergantung dari letak, umur dan jenis kelamin. Kulit tipis
terletak pada kelopak mata, penis, labium minus dan kulit bagian medial lengan
atas. Sedangkan kulit tebal terdapat pada telapak tangan, telapak kaki,
punggung, bahu dan bokong. Secara embriologis kulit berasal dari dua lapis
yang berbeda, lapisan luar adalah epidermis yang merupakan lapisan epitel
12
berasal dari ectoderm sedangkan lapisan dalam yang berasal dari mesoderm
adalah dermis atau korium yang merupakan suatu lapisan jaringan ikat
2.3.1.
Anatomi Kulit
1) Epidermis
Epidermis adalah lapisan luar kulit yang tipis dan avaskuler. Terdiri
dari epitel berlapis gepeng bertanduk, mengandung sel melanosit,
Langerhans dan merkel. Tebal epidermis berbeda-beda pada berbagai
tempat di tubuh, paling tebal pada telapak tangan dan kaki. Ketebalan
epidermis hanya sekitar 5 % dari seluruh ketebalan kulit. Terjadi
regenerasi setiap 4-6 minggu.
13
Epidermis terdiri atas lima lapisan (dari lapisan yang paling atas
sampai yang terdalam):
(1) Stratum Korneum
Terdiri dari sel keratinosit yang bisa mengelupas dan berganti.
(2) Stratum Lusidum
Brupa garis translusen, biasanya terdapat pada kulit tebal telapak
kaki dan telapak tangan. Tidak tampak pada kulit tipis.
(3) Stratum Granulosum
Ditandai oleh 3-5 lapis sel polygonal gepeng yang intinya ditengah
dan sitoplasma terisi oleh granula basofilik kasar yang dinamakan
granula keratohialin yang mengandung protein kaya akan histidin.
Terdapat sel Langerhans.
(4) Stratum Spinosum
Terdapat berkas-berkas filament yang dinamakan tonofibril,
dianggap filament-filamen tersebut memegang peranan penting
untuk mempertahankan kohesi sel dan melindungi terhadap efek
abrasi. Epidermis pada tempat yang terus mengalami gesekan dan
tekanan mempunyai stratum spinosum dengan lebih banyak
tonofibril. Stratum basale dan stratum spinosum disebut sebagai
lapisan Malfigi. Terdapat sel Langerhans.
(5) Stratum Basale (Stratum Germinativum)
Terdapat aktifitas mitosis yang hebat dan bertanggung jawab
dalam pembaharuan sel epidermis secara konstan. Epidermis
14
diperbaharui setiap 28 hari untuk migrasi ke permukaan, hal ini
tergantung letak, usia dan faktor lain. Merupakan satu lapis sel
yang mengandung melanosit
Fungsi Epidermis : Proteksi barier, organisasi sel, sintesis vitamin D
dan sitokin, pembelahan dan mobilisasi sel, pigmentasi (melanosit) dan
pengenalan alergen (sel Langerhans)
2) Dermis
Merupakan bagian yang paling penting di kulit yang sering dianggap
sebagai “True Skin”. Terdiri atas jaringan ikat yang menyokong epidermis
dan menghubungkannya dengan jaringan subkutis. Tebalnya bervariasi,
yang paling tebal pada telapak kaki sekitar 3 mm.
Dermis terdiri dari dua lapisan :
(1) Lapisan papiler; tipis mengandung jaringan ikat jarang.
(2) Lapisan retikuler; tebal terdiri dari jaringan ikat padat.
Serabut-serabut kolagen menebal dan sintesa kolagen berkurang dengan
bertambahnya usia. Serabut elastin jumlahnya terus meningkat dan
menebal, kandungan elastin kulit manusia meningkat kira-kira 5 kali dari
fetus sampai dewasa. Pada usia lanjut kolagen saling bersilangan dalam
jumlah besar dan serabut elastin berkurang menyebabkan kulit terjadi
kehilangan kelemasannya dan tampak mempunyai banyak keriput.
15
Dermis mempunyai banyak jaringan pembuluh darah. Dermis juga
mengandung beberapa derivat epidermis yaitu folikel rambut, kelenjar
sebasea dan kelenjar keringat. Kualitas kulit tergantung banyak tidaknya
derivat epidermis di dalam dermis.
Fungsi Dermis : struktur penunjang, mechanical strength, suplai nutrisi,
menahan shearing forces dan respon inflamasi.
3) Subkutis
Merupakan lapisan di bawah dermis atau hipodermis yang terdiri dari
lapisan lemak. Lapisan ini terdapat jaringan ikat yang menghubungkan
kulit secara longgar dengan jaringan di bawahnya. Jumlah dan ukurannya
berbeda-beda menurut daerah di tubuh dan keadaan nutrisi individu.
Berfungsi menunjang suplai darah ke dermis untuk regenerasi.
Fungsi Subkutis / hipodermis : melekat ke struktur dasar, isolasi panas,
cadangan kalori, kontrol bentuk tubuh dan mechanical shock absorber.
16
2.3.2. Vaskularisasi kulit
Arteri yang memberi nutrisi pada kulit membentuk pleksus terletak antara
lapisan papiler dan retikuler dermis dan selain itu antara dermis dan
jaringan subkutis. Cabang kecil meninggalkan pleksus ini memperdarahi
papilla dermis, tiap papilla dermis punya satu arteri asenden dan satu
cabang vena. Pada epidermis tidak terdapat pembuluh darah tapi mendapat
nutrient dari dermis melalui membran epidermis
2.3.3. Fisiologi kulit
Kulit merupakan organ yang berfungsi sangat penting bagi tubuh
diantaranya adalah memungkinkan bertahan dalam berbagai kondisi
lingkungan, sebagai barier infeksi, mengontrol suhu tubuh
(termoregulasi), sensasi, eskresi dan metabolisme. Fungsi proteksi kulit
adalah melindungi dari kehilangan cairan dari elektrolit, trauma mekanik,
ultraviolet dan sebagai barier dari invasi mikroorganisme patogen. Sensasi
telah diketahui merupakan salah satu fungsi kulit dalam merespon
rangsang raba karena banyaknya akhiran saraf seperti pada daerah bibir,
puting dan ujung jari.
Kulit berperan pada pengaturan suhu dan keseimbangan cairan elektrolit.
Termoregulasi dikontrol oleh hipothalamus. Temperatur perifer
mengalami proses keseimbangan melalui keringat, insessible loss dari
kulit, paru-paru dan mukosa bukal. Temperatur kulit dikontrol dengan
dilatasi atau kontriksi pembuluh darah kulit. Bila temperaturvmeningkat
terjadi vasodilatasi pembuluh darah, kemudian tubuh akan mengurangi
17
temperatur dengan melepas panas dari kulit dengan cara mengirim sinyal
kimia yang dapat meningkatkan aliran darah di kulit. Pada temperatur
yang menurun, pembuluh darah kulit akan vasokontriksi yang kemudian
akan mempertahankan panas
2.4. Patofisiologis
Kulit adalah organ terbesar dari tubuh. Meskipun tidak
aktif secara metabolic, tetapi kulit melayani beberapa fungsi
penting bagi kelangsungan hidup di mana dapat terganggu
akibat suatu cedera luka bakar. Suatu luka bakar akan
mengganggu fungsi kulit, seperti berikut ini.
1. Gangguan proteksi terhadap invasi kuman
2. Gangguan sensasi yang memberikan informasi tentang
kondisi lingkungan
3. Gangguan sebagai fungsi termoregulasi dan keseimbangan
air
Jenis umum sebagian besar luka bakar adalah luka bakar
akibat panas. Jaringan lunak akan mengalami cedera bila
terkena sugu di atas 115oF (46oC). Luasnya kerusakan
bergantung pada suhu permukaan dan lama kontak. Sebagai
contoh, pada kasus luka bakar tersiram air panas pada orang
dewasa, kontak selama 1 detik dengan air yang panas dari
shower dengan suhu 68,9oC dapat menimbulkan luka bakar
18
yang merusak epidemis dan dermis sehingga terjadi cedera
derajat-tiga (full-thickness injury). Sebagai manifestasi dari
cedera luka bakar panas, kulit akan melakukan pelepasan zat
vasoaktif yang menyebabkan pembentukan oksigen relatif
yang menyebabkan peningkatan permeabilitas kapiler. Hal ini
menyebabkan kehilangan cairan serta viskositas plasma
meningkat dengan menghasilkan suatu formasi mikrotrombus.
Cedera luka bakar dapat menyebabkan keadaan
hipermetabolik dimanifestasikan dengan adanya demam,
peningkatan laju metabolism, peningkatan ventilasi,
peningkatan curah jantung, peningkatan glukoneogenesis,
serta meningkatkan katabolisme otot visceral dan rangka.
Pasien membutuhkan dukungan komprehensif, yang berlanjut
sampai penutupan luka selesai.
Berikut adalah patofisiologis yang terjadi pada sistem
tubuh :
a. Sistem integumen
Perubahan patofisiologik yang terjadi pada kulit segera
setelah luka bakar tergantung pada luas dan ukuran luka
bakar. Untuk luka bakar yang kecil (smaller burns), respon
tubuh bersifat lokal yaitu terbatas pada area yang mengalami
19
injuri. Sedangkan pada luka bakar yang lebih luas misalnya
25 % dari total permukaan tubuh (TBSA : total body surface
area) atau lebih besar, maka respon tubuh terhadap injuri
dapat bersifat sistemik dan sesuai dengan luasnya injuri.
b. Sistem kardiovaskuler
Segera setelah injuri luka bakar, dilepaskan substansi
vasoaktif (catecholamine, histamin, serotonin, leukotrienes,
dan prostaglandin) dari jaringan yang mengalmi injuri.
Substansi-substansi ini menyebabkan meningkatnya
permeabilitas kapiler sehingga plasma merembes (to seep)
kedalam sekitar jaringan. Injuri panas yang secara langsung
mengenai pembuluh akan lebih meningkatkan permeabilitas
kapiler. Injuri yang langsung mengenai memberan sel
menyebabkan sodium masuk dan potassium keluar dari sel.
Secara keseluruhan akan menimbulkan tingginya tekanan
osmotik yang menyebabkan meningkatnya cairan intracellular
dan interstitial dan yang dalam keadaan lebih lanjut
menyebabkan kekurangan volume cairan intravaskuler. Luka
bakar yang luas menyebabkan edema tubuh general baik
pada area yang mengalami luka maupun jaringan yang tidak
mengalami luka bakar dan terjadi penurunan sirkulasi volume
darah intravaskuler. Denyut jantung meningkat sebagai
20
respon terhadap pelepasan catecholamine dan terjadinya
hipovolemia relatif, yang mengawali turunnya kardiac output.
Kadar hematokrit meningkat yang menunjukan
hemokonsentrasi dari pengeluaran cairan intravaskuler.
Disamping itu pengeluaran cairan secara evaporasi melalui
luka terjadi 4-20 kali lebih besar dari normal. Sedangkan
pengeluaran cairan yang normal pada orang dewasa dengan
suhu tubuh normal perhari adalah 350 ml.
Keadaan ini dapat mengakibatkan penurunan pada
perfusi organ. Jika ruang intravaskuler tidak diisi kembali
dengan cairan intravena maka shock hipovolemik dan
ancaman kematian bagi penderita luka bakar yang luas dapat
terjadi.
Kurang lebih 18-36 jam setelah luka bakar, permeabilitas
kapiler menurun, tetapi tidak mencapai keadaan normal
sampai 2 atau 3 minggu setelah injuri. Kardiac outuput
kembali normal dan kemudian meningkat untuk memenuhi
kebutuhan hipermetabolik tubuh kira-kira 24 jam setelah luka
bakar. Perubahan pada kardiak output ini terjadi sebelum
kadar volume sirkulasi intravena kembali menjadi normal.
Pada awalnya terjadi kenaikan hematokrit yang kemudian
menurun sampai di bawah normal dalam 3-4 hari setelah luka
21
bakar karena kehilangan sel darah merah dan kerusakan
yang terjadi pada waktu injuri. Tubuh kemudian mereabsorbsi
cairan edema dan diuresis cairan dalam 2-3 minggu
berikutnya.
c. Sistem Renal dan Gastrointestinal
Respon tubuh pada mulanya adalah berkurangnya darah ke
ginjal dan menurunnya GFR (glomerular filtration rate), yang
menyebabkan oliguri. Aliran darah menuju usus juga
berkurang, yang pada akhirnya dapat terjadi ileus intestinal
dan disfungsi gastrointestia pada klien dengan luka bakar
yang lebih dari 25 %.
d. Sistem Imun
Fungsi sistem imun mengalami depresi. Depresi pada
aktivitas lymphocyte, suatu penurunan dalam produksi
immunoglobulin, supresi aktivitas complement dan
perubahan/gangguan pada fungsi neutropil dan macrophage
dapat terjadi pada klien yang mengalami luka bakar yang
luas. Perubahan-perubahan ini meningkatkan resiko
terjadinya infeksi dan sepsis yang mengancam kelangsungan
hidup klien.
e. Sistem Respiratori
22
Dapat mengalami hipertensi arteri pulmoner, mengakibatkan
penurunan kadar oksigen arteri dan “lung compliance”.
1) Smoke Inhalation.
Menghisap asap dapat mengakibatkan injuri pulmoner
yang seringkali berhubungan dengan injuri akibat jilatan
api. Kejadian injuri inhalasi ini diperkirakan lebih dari 30 %
untuk injuri yang diakibatkan oleh api.
Manifestasi klinik yang dapat diduga dari injuri inhalasi
meliputi adanya LB yang mengenai wajah, kemerahan dan
pembengkakan pada oropharynx atau nasopharynx,
rambut hidung yang gosong, agitasi atau kecemasan,
tachipnoe, kemerahan pada selaput hidung, stridor,
wheezing, dyspnea, suara serak, terdapat carbon dalam
sputum, dan batuk. Bronchoscopy dan Scaning paru dapat
mengkonfirmasikan diagnosis.
Patofisiologi pulmoner yang dapat terjadi pada injuri
inhalasi berkaitan dengan berat dan tipe asap atau gas
yang dihirup.
2) Keracunan Carbon Monoxide.
CO merupakan produk yang sering dihasilkan bila suatu
substansi organik terbakar. Ia merupakan gas yang tidak
berwarna, tidak berbau, tidak berasa, yang dapat mengikat
23
hemoglobin 200 kali lebih besar dari oksigen. Dengan
terhirupnya CO, maka molekul oksigen digantikan dan CO
secara reversibel berikatan dengan hemoglobin sehingga
membentuk carboxyhemoglobin (COHb). Hipoksia jaringan
dapat terjadi akibat penurunan secara menyeluruh pada
kemampuan pengantaran oksigen dalam darah. Kadar
COHb dapat dengan mudah dimonitor melalui kadar serum
darah. Manifestasi dari keracunan CO adalah sebagai
berikut.
Tabel 2 : Manifestasi klinik keracunan CO (Carbon Monoxida)
Kadar CO (%) Manifestasi Klinik5 – 1011 – 2021 – 3031 – 4041 – 50> 50
Gangguan tajam penglihatanNyeri kepala
Mual, gangguan ketangkasanMuntah, dizines, sincopeTachypnea, tachicardia
Coma, mati
2.5. Fase Luka Bakar
a. Fase akut.
Disebut sebagai fase awal atau fase syok. Dalam fase awal
penderita akan mengalami ancaman gangguan airway (jalan
nafas), breathing (mekanisme bernafas), dan circulation
(sirkulasi). Gnagguan airway tidak hanya dapat terjadi
segera atau beberapa saat setelah terbakar, namun masih
24
dapat terjadi obstruksi saluran pernafasan akibat cedera
inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi
adalah penyebab kematian utama penderiat pada fase akut.
Pada fase akut sering terjadi gangguan keseimbangan
cairan dan elektrolit akibat cedera termal yang berdampak
sistemik.
b. Fase sub akut.
Berlangsung setelah fase syok teratasi. Masalah yang terjadi
adalah kerusakan atau kehilangan jaringan akibat kontak
dengan sumber panas. Luka yang terjadi menyebabkan:
1) Proses inflamasi dan infeksi.
2) Problem penutupan luka dengan titik perhatian pada
luka telanjang atau tidak berbaju epitel luas dan atau
pada struktur atau organ–organ fungsional.
3) Keadaan hipermetabolisme.
c. Fase lanjut.
Fase lanjut akan berlangsung hingga terjadinya maturasi
parut akibat luka dan pemulihan fungsi organ-organ
fungsional. Problem yang muncul pada fase ini adalah
penyulit berupa parut yang hipertropik, kleoid, gangguan
pigmentasi, deformitas dan kontraktur.
2.6. Zona Luka Bakar
25
a. Zona Koagulasi
Merupakan daerah yang langsung mengalami kontak dengan
sumber panas dan terjadi kematian selular
b. Zona Stasis
Zona ini mengalami kerusakan endotel pembuluh darah,
trombosit, leukosit sehingga terjadi gangguan perfusi, diikuti
perubahan permabilitas kapiler dan respon inflamasi lokal.
Proses ini berlangsung selama 12-24 jam pasca cidera, dan
mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan
c. Zona Hiperemia
Daerah ini ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa
banyak melibatkan reaksi seluler.
(Moenadjat, 2001)
2.7 Klasifikasi
26
a. Derajat luka bakar
Kedalaman Penyebab Penampilan Warna Perasaan
(tingkat I)Ketebalan partial superficial, mengenai epidermis
Jilatan api, sinar ultra violet (terbakar oleh matahari).
1. Kering tidak ada gelembung.
2. Oedem minimal atau tidak ada.
3. Pucat bila ditekan dengan ujung jari, berisi kembali bila tekanan dilepas.
4. Sembuh 5-10 hari
Eritema Nyeri
(tingkat II A)Mengenai epidermis dan lapisan atas dermis, komponen epitel dan folikel rambut, kelenjar keringat dan syaraf sensori
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.
1. Terdapat kerusakan kapiler2. Penyembuhan 7 – 14 hari3. Terjadinya jaringan parut
minimal
Kemerahan Sangat nyeri
(tingkat II B)Mengenai epidermis dan seluruh lapisan dermis
Kontak dengan bahan air atau bahan padat.Jilatan api kepada pakaian.Jilatan langsung kimiawi.Sinar ultra violet.
1. Penyembuhan 4 -5 minggu(penyembuhan menimbulkan keloid, kontraktur dan kecacatan)
2. Jika terdapat edema parah, bisa menyebabkan luka kompartment sindrom
Putih pucat Nyeri bila ditekan atau diteusuk dengan jarum
(tingkat III)Mengenai seluruh lapisan kulit bahkan meliputi jaringan dibawah subcutan, otot dan tulang
Kontak dengan bahan cair atau padat.Nyala api.Kimia.Kontak dengan arus listrik.
1. Kering disertai kulit mengelupas.
2. Pembuluh darah seperti arang terlihat dibawah kulit yang mengelupas.
3. Gelembung jarang, dindingnya sangat tipis, tidak membesar.
4. Tidak pucat bila ditekan.5. Penyembuhan dengan flap
atau amputasi
Putih, kering, hitam, coklat tua, abu-abu coklat kehitaman.Hitam.Merah.
Tidak sakit, sedikit sakit.Rambut mudah lepas bila dicabut.
27
Gambar 1. Luka bakar berdasar derajat kedalaman
b. Luas luka bakar
1) Metode The Rule of Nines
28
Wallace membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9
yang terkenal dengan nama rule of nine atau rule of
wallace yaitu:
a) Kepala dan leher : 9%
b) Lengan masing-masing 9% : 18%
c) Badan depan 18%, badan belakang 18% : 36%
d) Tungkai maisng-masing 18% : 36%
e) Genetalia/perineum : 1%
Total : 100%
29
Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaaan tubuh, yang
umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan
kepala dengan luas ekstrimitas bawah dibandingkan pada orang
dewasa. Area kepala luasnya adalah 19 persen pada waktu lahir (10
persen lebih besar daripada orang dewasa). Hal ini terjadi akibat
pengurangan pada luas ekstrimitas bawah, yang masing-masing sebesar
13 persen. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10
tahun, area kepala dikurangi 1 persen dan jumlah yang sama ditambah
30
pada setiap ekstrimitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan
persentase orang dewasa.
2) Metode The Lund and Browder
Metode ini berlaku untuk semua usia dan merupakan metode yang
akurat untuk diterapkan pada anak-anak. Prosentase luas luka bakar
pada berbagai bagian anatomi, khususnya kepala dan tungkai akan
berubah menurut pertumbuhan.
3) Metode telapak tangan (Palm Method)
31
Metode ini adalah cara menentukan luas atau persentasi luka bakar
dengan menggunakan telapak tangan. Satu telapak tangan mewakili 1 %
dari permukaan tubuh yang mengalami luka bakar.
4) Metode The Rule of Fives
Khusus untuk bayi : - kepala bayi 4 x 5%
ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%
badan anterior + posterior : 2 x 4 x 5%
ekstremitas inferior D+S : 2 x 2 x 5%
Khusus untuk anak : - kepala 3 x 5%
ekstremitas superior D+S : 2 x 2 x 5%
badan anterior + posterior : 2 x 3 x 5%
ekstremitas inferior D+S : 2 x 3 x 5%
c. Berat ringannya luka bakar
Untuk mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan
beberapa faktor antara lain :
1) Persentasi area (Luasnya) luka bakar pada permukaan
tubuh.
32
2) Kedalaman luka bakar.
3) Anatomi lokasi luka bakar.
4) Umur klien.
5) Riwayat pengobatan yang lalu.
6) Trauma yang menyertai atau bersamaan.
American college of surgeon membagi dalam:
1) Parah–critical:
a) Tingkat II : >25% - 30% pada orang dewasa; 15% - 20%
pada anak
b) Tingkat III : 10% atau lebih, terjadi karena
listrik
c) Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah dan
genitalia
d) Dengan adanya komplikasi penafasan, jantung,
fractur, soft tissue yang luas, DM dan
hipertensi
2) Sedang–moderate:
a) Tingkat II : 15 – 25% pada dewasa; <10% - 15% pada
anak
b) Tingkat III : 1 – 10%
3) Ringan–minor:
a) Tingkat II : kurang 15% untuk dewasa, <10% untuk anak
b) Tingkat III : kurang 1%
33
2.8 Penatalaksanaan Perawatan di Tempat Kejadian
a. Penanganan di tempat kejadian
Penanganan luka bakar dapat dibedakan berdasarkan penyebabnya yaitu ;
1. Luka bakar disebabkan karena api
Pada saat penderita ditemukan, biasanya api sudah mati. Apabila penderita
masih dalam keadaan terbakar, maka dapat ditempuh dengan cara:
a) Menyiram dengan air dalam jumlah banyak, apabila api disebabkan
karena bensin atau minyak, jika menyiram dengan air dalam jumlah
sedikit, hanya akan memperbesar api.
b) Menggulingkan penderita, bila memiliki karung basah, segera
gunakan air atau bahan kain basah untuk memadamkan apinya.
2. Luka bakar karena bahan kimia
Apabila menemukan penderita masih dalam keadaan terkena zat kimia :
a) Selalu proteksi diri (Nilai keamanan tempat kejadian dan
keselamatan diri penolong.
b) Apabila zat kimia bersifat cair, langsung semprot dengan air
mengalir. Alirkan air dingin pada bagian yang terkena terus menerus
selama 20 menit atau lebih. Lebih baik agak lama dengan usaha
membersihkan zat kimia daripada langsung membawa ke RS
3. Luka bakar karena air panas
a) Bila bagian tubuh yang tersiram air panas tidak tertutup pakaian,
langsung siram secara perlahan-lahan dengan air putih dingin
sekitar 10 menit.
34
b) Bila yang tersiram adalah bagian tubuh yang tertutup pakaian,
siram langsung bagian tersebut. Setelah itu, baru buka pakaian
dengan hati-hati. Bila ini sulit dilakukan, gunting saja pakaian
atau celana yang dipakainya, lalu siram lagi bagian yang terluka
itu dengan air dingin.
c) Kompreslah dengan kain bersih yang diberi air dingin sampai rasa
sakitnya berkurang. Anda boleh memberinya parasetamol atau
asetaminofen untuk mengurangi rasa sakit balita Anda
d) Tutup/balut bagian tubuh yang terluka dengan kain kassa steril
untuk menghindari kemungkinan terjadinya infeksi. Sebelumnya,
oleskan salep khusus untuk luka bakar atau salep antibiotik. jangan
memecahkan gelembung dan Jangan balut luka terlalu kencang, dan
balutan harus melebihi bagian yang luka.
4. Luka bakar karena listrik
Luka listrik cukup sering ditemukan, yang harus diperhatikan adalah :
a) Yang menyebabkan kematian adalah kuat arus (ampere) bukan
voltase.
b) Apabila datang dan penderita masih dalam keadaan terkena arus
listrik:
1) Matikan listrik dan sumbernya.
2) Apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan penderita dengan
perantaraan kayu kering (bahan non konduksi listrik). Apabila
35
listril sudah mati. Tetapi kita ingin menyakinkan, maka selalu
meraba dengan punggung tangan, jangan dengan telapak tangan.
b. Penanganan Luka Bakar di IRD
Urut-Urutan Tindakan Luka Bakar Berat di IRD
1) Lepas seluruh pakaian dan perhiasan (hati-hati hipotermia), letakkan di
tempat bersih
2) Evaluasi ABC dan resusitasi (primary survey)
a) Bila waktu masuk terdapat obstruksi jalan napas yang jelas (tandaobjektif),
segera lakukan intubasi endotrakeal
b) Berikan O2 tekanan tinggi terutama penderita dengan trauma inhalasi
c) Pada penderita dengan diagnosa trauma inhalasi tetapi belum ada
tandaobstruksi jalan napas, intubasi endotrakeal harus dilakukan
sebelum pemeriksaan penunjang lain yang membutuhkan waktu yang lama.
d) Pasang infus dengan abbocath ukuran besar, berikan Ringer Lactate
(Baxter Resuscitation)
e) Segera berikan analgetika intra vena (Morfin 2,5 mg – 5 mg
(0,05mg/kgBB) diencerkan dalam saline 10 cc secara perlahan.
f) Pasang kateter untuk monitor produksi urine.
g) Pada luka bakar berat pasang CVP
3) Evaluasi lebih lanjut mengenai luas luka bakar dengan cermat, kedalaman
luka bakar dan ada tidaknya trauma penyerta lain.
36
4) Mengisi lembar observasi dan rekam medik luka bakar. Tindakan nomor 1 – 4
dilakukan oleh PPDS Jaga I.
5) Panggil dan laporkan ke DLB (dalam waktu 15 menit harus sudah datang)
6) Terapi suportif lain (protektif lambung, antibiotika, dll) sesuai indikasi.
c. Penanganan luka bakar di rawat inap
1) Melakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan
sirkulasi, yaitu :
a) Periksa jalan nafas.
b) Bila dijumpai obstruksi, jalan nafas dibuka dengan pembersihan, bila
perlu tracheostomi atau intubasi.
c) Berikan oksigen 100%.
d) Pasang IV line untuk resusitasi cairan, berikan cairan RL untuk
mengatasi syok.
e) Pasang kateter buli-buli untuk memantau diuresis.
f) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada ileus
paralitik.
g) Pasang pemantau tekanan vena sentral (CVP) untuk pemantauan
sirkulasi darah.
2) Resusitasi cairan
Sebagai bagian dari perawatan awal pasien yang terkena luka bakar,
Pemberian cairan intravena yang adekuat harus dilakukan, akses intravena
37
yang adekuat harus ada, terutama pada bagian ekstremitas yang tidak terkena
luka bakar.
Adanya luka bakar diberikan cairan resusitasi karena adanya akumulasi
cairan edema tidak hanya pada jaringan yang terbakar, tetapi juga seluruh
tubuh. Telah diselidiki bahwa penyebab permeabilitas cairan ini adalah
karena keluarnya sitokin dan beberapa mediator, yang menyebabkan
disfungsi dari sel, kebocoran kapiler.
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikan perfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan
cairan terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi
maksimum edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip
dari pemberian cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler
dan air yang hilang pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh.
Pemberian cairan paling popular adalah dengan Ringer laktat untuk 24 jam
setelah terkena luka bakar. Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai
1.5mL/kgBB/jam.
Formula untuk resusitasi cairang menggunakan rumus Baxter yaitu : %
x BB x 4 cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8 jam pertama,
sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Hari pertama terutama diberikan
elektrolit yaitu larutan RL karena terjadi defisit ion Na. Hari kedua diberikan
setengah cairan hari pertama. Contoh : seorang dewasa dengan BB 50 kg dan
luka bakar seluas 20 % permukaan kulit akan diberikan 50 x 20 % x 4 cc =
4000 cc yang diberikan hari pertama dan 2000 cc pada hari kedua
38
Baxter Dewasa = 4cc x luas LB x BBAnak = 2cc x luas LB x BB + kebutuhan faali
Kebutuhan faal : 0-1 tahun 100 cc/kg/BB 1-3 tahun 75 cc/ kg/BB 3-5 tahun 50 cc/kg/BBRumus 17:3RL : Dextran
Kebutuhan kalori pasien dewasa dengan menggunakan formula Curreri, adalah 25
kcal/kgBB/hari ditambah denga 40 kcal/% luka bakar/hari. Petunjuk perubahan
cairan:
Pemantauan urin output tiap jam
Tanda-tanda vital, tekanan vena sentral
Kecukupan sirkulasi perifer
Tidak adanya asidosis laktat, hipotermi
Hematokrit, kadar elektrolit serum, pH dan kadar glukosa
Indikasi Rawat Inap
a) Penderita syok atau terancam syok bila luas luka bakar >
10% pada anak atau > 15% pada orang dewasa.
b) Terancam edema laring akibat terhirupnya asap atau udara
hangat.
c) Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat,
seperti pada wajah, mata, tangan, kaki atau perineum.
d) Luka bakar karena listrik
e) Luka bakar derajat III > 2%
39
3) Perawatan Luka
Dikenal dua cara merawat luka :
a. Perawatan terbuka (exposure method)
Keuntungan perawatan terbuka adalah mudah dan murah.
Permukaan luka yang selalu terbuka menjadi dingin dan
kering sehingga kuman sulit berkembang. Kerugiannya bila
digunakan obat tertentu, misalnya nitras-argenti, alas tidur
menjadi kotor. Penderita dan keluargapun merasa kurang
enak karena melihat luka yang tampak kotor.
Perawatan terbuka ini memerlukan ketelatenan dan
pengawasan yang ketat dan aktif. Keadaan luka harus diamati
beberapa kali dalam sehari. Cara ini baik untuk merawat luka
bakar yang dangkal. Untuk luka bakar derajat III dengan
eksudasi dan pembentukan pus harus dilakukan pembersihan
luka berulang-ulang untuk menjaga luka tetap kering.
Penderita perlu dimandikan tiap hari, tubuh sebagian yang
luka dicuci dengan sabun atau antiseptik dan secara bertahap
dilakukan eksisi eskar atau debridement.
b. Perawatan tertutup (occlusive dressing method)
Perawatan tertutup dilakukan dengan memberikan
balutan yang dimaksudkan untuk menutup luka dari
kemungkinan kontaminasi. Keuntungannya adalah luka
40
tampak rapi, terlindung dan enak bagi penderita. Hanya
diperlukan tenaga dan biaya yang lebih karena dipakainya
banyak pembalut dan antiseptik. Untuk menghindari
kemungkinan kuman untuk berkembang biak, sedapat
mungkin luka ditutup kasa penyerap (tulle) setelah dibubuhi
dan dikompres dengan antispetik. Balutan kompres diganti
beberapa kali sehari. Pada waktu penggantian balut, eskar
yang terkelupas dari dasarnya akan terangkat, sehingga
dilakukan debridement. Tetapi untuk luka bakar luas
debridement harus lebih aktif dan dicuci yaitu dengan
melakukan eksisi eskar.
No. Perawatan luka bakar terbuka (exposure method)
Perawatan luka bakar tertutup(occlusive dressing method)
1. Keuntungan :a. mudah dan murahb. permukaan luka yang selalu terbuka
menjadi dingin dan kering sehingga kuman sulit berkembang
c. baik untuk luka bakar yang dangkal.
Keuntungan :a. luka tampak rapi b. luka menggunakan balutan sehingga
terlindung dan enak bagi penderitac. dapat menutup luka kemungkinan dari
kontaminasi
2. Kerugian :a. bila menggunakan obat tertentu
misalnya nitras argenti alas tidur menjadi kotor
b. memerlukan ketelatenan dan pengawasan yang ketat dan aktif
Kerugian :a. memerlukan tenaga dan biaya yang lebih
banyakb. balutan kompres bisa diganti beberapa
kali sehari
4) Tindakan Bedah
Tindakan bedah selanjutnya pada penderita luka bakar
yang dapat melewati fase aktif adalah eksisi dan penutupan
41
luka. Hal ini sangat penting bila ingin menghindarkan
kematian oleh sepsis dan akibat-akibat hipermetabolisme
yang sulit diatasi. Eksisi eskar dilakukan secara tangensial.
Seluruh jaringan nekrotik dibuang, bila perlu sampai fascia
atau lebih dalam.
Keuntungan eksisi eskar dan penutupan luka yang dini
adalah :
a. Keadaan umum cepat membaik.
b. Jaringan nekrotik sebagai media tumbuh bakteri
dihilangkan.
c. Penyembuhan luka menjadi lebih pendek bila dilakukan
skin graft.
d. Timbulnya jaringan parut dan kontraktur dikurangi.
e. Sensitivitas lebih baik.
Pencangkokan kulit digunakan dalam mengobati luka bakar ketebalan parsial dan
ketebalan penuh. Operasi pengangkatan Dini (eksisi atau debridemen) dari kulit yang
terbakar diikuti oleh pencangkokan kulit dapat meningkatkan fungsi dan penampilan
area yang terbakar, terutama saat wajah, tangan, atau kaki yang terlibat. Namun, jika
hidup pasien dalam bahaya pencangkokan kulit biasanya ditunda.
Cangkokan kulit paling baik menggunakan kulit pasien itu sendiri. Cangkokan
(autografts) idealnya diambil dari lokasi yang tidak biasa terlihat, seperti bokong atau
42
paha atas, karena kulit donor tidak akan normal penampilannya setelah mereka
sembuh. Namun, ukuran cangkok yang dibutuhkan dan lokasi luka bakar juga akan
menentukan darimana cangkok diambil dari.
Alat yang disebut dermatom listrik diatur ke kedalaman kulit tertentu dan mengiris
dari lapisan kulit yang sehat untuk graft ke kulit yang terbakar. Ketebalan cangkok
kulit tergantung pada daerah yang memerlukan graft. Kulit donor untuk cangkok
tidak perlu pembedahan tertutup dan biasanya akan membentuk lapisan atas kulit
baru dalam 10 sampai 14 hari.
5) Terapi Suportif
Luka bakar menimbulkan hipermetabolisme dengan akibat
nitrogen balans negatif. Hiperpigmentasi dimulai hari ke 4
selama 7 – 10 hari dengan formula :
a. Tinggi protein : 2-3 g/kgBB/hari
Tinggi kalori : 50-75 kal/kgBB/hari
b. Dewasa : 25 kal/kgBB + 40 kal % LB
Anak-anak : 40 kal/kgBB + 40 kal % LB
Kalorinya terdiri dari : 20% protein
50 – 60% KH
30 – 30% lemak
vitamin C 1.500 mg; B1 50 mg
43
Riboflavin 50 mg; Niacide 500 mg (anak-anak dosis
disesuaikan)
2.9 Pemeriksaan diagnostik
a. Hitung darah lengkap : peningkatan Ht awal menunjukkan
hemokonsentrasi sehubungan dengan
perpindahan/kehilangan cairan.
b. Elektrolit serum : kalium meningkat karena cedera jaringan
/kerusakan SDM dan penurunan fungsi ginjal. Natrium
awalnya menurun pada kehilangan air.
c. Alkalin fosfat : peningkatan sehubungan dengan perpindahan
cairan interstitiil/ganguan pompa natrium.
d. Urine : adanya albumin, Hb, dan mioglobulin menunjukkan
kerusakan jaringan dalam dan kehilangan protein.
e. Foto rontgen dada : untuk memastikan cedera inhalasi
f. Scan paru : untuk menentukan luasnya cedera inhalasi
g. EKG untuk mengetahui adanya iskemik miokard/disritmia
pada luka bakar listrik.
h. BUN dan kreatinin untuk mengetahui fungsi ginjal.
i. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera
inhalasi.
j. Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
44
k. Albumin serum dapat menurun karena kehilangan protein
pada edema cairan.
l. Fotografi luka bakar : memberikan catatan untuk
penyembuhan luka bakar selanjutnya.
2.10 Komplikasi
a. Distres pernafasan
b. Gagal ginjal
c. Kontraktor
d. Sepsis
e. Keloid
f. Kontraktur
g. Stres ulcer
2.11 Prognosis
Luka bakar kimia adalah yang paling ringan dan dapat
diobati tanpa menyebabkan masalah jangka
panjang. Beberapa luka bakar menyebabkan
komplikasi medis yang signifikan yaitu terbentuknya jaringan
parut. Beberapa luka bakar disebabkan karena bahan
kimia yang tertelan dan terhirup. Ini luka bakar dapat
menyebabkan cacat permanen atau kematian. Sedangkan
45
luka bakar pada mata dapat menyebabkan kebutaan.
(emedicinehealth, 2012)
Prognosis lebih baik pada anak dengan usia di atas 5
tahun, dan pada dewasa dengan usia kurang dari 40 tahun.
Berat ringan luka bakar tergantung pada: kedalaman luka
bakar, luas, usia, lokasi, agent, riwayat penyakit, dan trauma.
46
BAB 3
ANALISA
3.1 Definisi Asuhan Keperawatan Lanjut
Keperawatan lanjut adalah disiplin profesional yang menerapkan banyak
bentuk pengetahuan dan ketrampilan berpikir kritis dalam setiap situasi klien
melalui penggunaan model keperawatan dalam proses keperawatan. Model
keperawatan yang ada sekarang ini beragam tingkat spesifikasinya. Meskipun
begitu, masing-masing model dapat digunakan dalam praktek keperawatan.
Model keperawatan terus akan dikembangkan dan diperbaiki sejalan
dengan perubahan praktek keperawatan. Model ini akan mengetengahkan
bagaimana perawat berupaya meningkatkan kesejahteraan klien dan bagaimana
keperawatan berespon terhadap kebutuhan perawatan kesehatan masyarakat yang
terus berubah. Praktek keperawatan yang didasarkan proses keperawatan
memfasilitasi klien dalam memenuhi kebutuhan perawatan mereka. (Paula J,
2009)
3.2 Perawat Lanjut Burn Center
Perawat lanjut Burn Center adalah anggota terampil disiplin yang sangat
khusus. Perawat dari semua tingkat keahlian dan pengalaman mengambil bagian
dalam bukti penting penelitian berbasis, peluang mengajar, dan layanan
dukungan masyarakat. Semua anggota staf diundang dan didorong untuk
berpartisipasi dalam program penjangkauan global untuk kesadaran dan
47
keselamatan. Sebagai pemimpin dalam perawatan luka bakar, Burn Center
menyediakan perawat di semua tingkat pengalaman dengan kesempatan untuk
tumbuh dan unggul. (UNC Health Care System,2013)
Burn Center telah menyediakan untuk perawatan korban luka bakar mulai
dari luka terkecil, sampai luka bakar kritis yang mengancam hidup. Memiliki
komitmen Profesional adalah jantung dan jiwa dari tim multidisiplin perawat
burn center. Kekuatan pendorong di belakang model perawatan kolaboratif ini
adalah staf perawat yang berdedikasi dengan keberanian untuk peduli dan
kekuatan untuk menyembuhkan. (UNC Health Care System,2013)
3.3 Peran Advance Practice Nursing (APN) Burn Unit
Peran APN ini terbukti pada berbagai tingkatan, meliputi semua anggota
tim kesehatan, pasien dan keluarga, dan sistem. Sebagai literatur menunjukkan,
rumus Parkland, apabila didasarkan pada persentase yang akurat dari TBSA luka
bakar, dapat menjadi alat yang berharga untuk menghitung jumlah cairan yang
akan diberikan selama fase awal resusitasi luka bakar. Banyak kesalahan yang
terkait dengan resusitasi cairan dari perawatan di fasilitas burn center yang
kurang. Pembentukan Proaktif hubungan kolaboratif antara pusat dan burn center
terpencil dan personil pra-rumah sakit sangat penting untuk hasil pasien yang
optimal. Sebagai sumber daya ahli, pusat burn center APN dapat membantu
memfasilitasi pengembangan program pendidikan dan kompetensi bagi mereka
yang kurang akrab dengan luka bakar. Dengan memberikan pendidikan khusus
yang terkait dengan stabilisasi, membakar estimasi ukuran, dan resusitasi awal,
48
awal over-atau underresuscitation dan komplikasi yang dihasilkan dapat
dihindari.
Karena waktu transportasi ke pusat luka bakar mungkin beberapa jam,
staf di pusat luka bakar harus segera menjadi terlibat dengan merawat pasien
dengan memberikan konsultasi telepon. Setelah menerima transfer, pusat burn
center APN dapat menetapkan persentase akurat TBSA luka bakar kepada pasien
berdasarkan baik deskripsi cedera atau real-time video di daerah di mana
telemedicine tersedia ( Duchesne et al, 2008. , Latifi, 2008 ).
Seorang APN mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang tepat
dan cepat mulai dari awal kwjadian terjadinya luka bakar, saat transportasi atau
pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar
mendapat perawatan yang intensif. APN juga berfungsi sebagai kolaborator dan
pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat
menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus
dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center,
APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa
pasien menerima perawatan yang optimal.
Jika lembaga menggunakan protokol resusitasi, perawat staf dan APN
ketat harus mematuhi itu ( Säffle, 2007 ). Jika lembaga memiliki protokol tidak,
APN harus terlibat dalam mengembangkan sebuah protokol untuk memastikan
kesadaran staf dan praktik terbaik. Protokol resusitasi perlu dimanfaatkan baik di
UGD dan di burn unit. Protokol harus dirancang untuk memberikan perawat staf
otonomi untuk titrasi cairan berdasarkan respon pasien. Sebuah protokol
49
resusitasi di UGD dapat membantu meringankan over-dan isu-isu
underresuscitation dan membantu membimbing mereka yang kurang akrab
dengan resusitasi luka bakar. Namun, protokol harus mencakup pedoman untuk
menentukan persentase luka bakar sebagai penelitian telah menunjukkan bahwa
misestimation ukuran luka bakar adalah masalah umum untuk spesialis
nonburn. Resusitasi cairan harus dimulai dengan perhitungan yang akurat dari
persentase TBSA luka bakar.
3.4 Model Asuhan Keperawatan Lanjut Burn Center
Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi
pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi
lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar
menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan
efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat
vital dalam upaya meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan
bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan
50
informasi yang diperlukan akan membantu membuat suatu keputusan yang
tepat.
Penggunaan Electronic HealthRecord (HER)/ Electronic
Nursing/Record (ENR)/Electronic Medical Record(EMR)/Electronic Patient
Record (EPR) merupakan satu pilihan yang efektif untuk mendokumentasikan
proses keperawatan dibandingkan dengan pendokumentasian secara naratif di
kertas karena banyak mendatangkan keuntungan baik dari sisi waktu, biaya,
peningkatan kemampuan, kepuasan klien, sikap perawat, lingkungan, sinergisitas
dengan tenaga kesehatan lain dan terhadap profesi.
Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang
profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan
profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai
pihak pun akan terpenuhi.
a. Metode Dokumentasi Keperawatan secara tertulis (paper based
documentation) :
Dokumentasi keperawatan yang berlaku di rumah sakit saat ini
umumnya dilakukan secara tertulis (paper based documentation).
Metode ini mempunyai kelemahan yaitu memerlukan waktu yang
cukup lama untuk mengisi form yang tersedia, membutuhkan biaya
pencetakan form yang cukup mahal, sering hilang atau terselip, memerlukan
tempat penyimpanan yang luas dan menyulitkan pencarian kembali saat
diperlukan. Disamping itu masih banyak perawat yang belum menyadari
bahwa tindakan yang dilakukan harus dipertanggungjawabkan. Perawat juga
51
banyak yang tidak tahu data apa yang harus dimasukkan dan bagaimana
dokumentasi keperawatan yang benar,untuk itu perlu adanya inovasi
pencatatan dengan menggunakan pencatatan berbasis elektronik.
b. Metode Penggunaan Electronic Health Record (HER)/Electronic Nursing
Record (ENR)/Electronic Medical Record(EMR) /Electronic Patient
Record (EPR)
Pencatatan berbasis elektronik telah lebih dahulu dilakukan oleh
negara-negara maju, namun di Indonesia baru dilakukan pada dekade 20an
dan masih seputar uncomprehensive datas. Terdapat beberapa rumah sakit di
Indonesia yang telah mencoba menggunakan EHR/ENR/EMR/EPR sebatas
pada data demografi, diagnosa penyakit, hasil laboratorium dan tindakan
khusus, sedangkan catatan keperawatan sendiri masih tetap berada pada
lembaran.
EMR/ENR/EPR/EHR adalah kumpulan sistematis informasi kesehatan
pasien berbasis elektronik yang terhubung dan terintegrasi dengan sistem
informasi dalam jejaring rumah sakit. bermacam data dapat dimasukkan untuk
mempermudah akses baik oleh tim kesehatan maupun pasien, data tersebut
meliputi data demografi, riwayat medis, pengobatan, hasil uji laboratorium
dan radiologi, proses keperawatan, discharge planning dan bahkan informasi
penagihan.
Sistem ini memberikan keuntungan antara lain:
1. penurunan biaya baik biaya oleh pasien maupun administrasi rumah sakit karena
semua tersimpan dalam sistem tanpa sheet,
52
2. meningkatkan kualitas pelayanan, pelaksanaan sistem ini akan membantu
mengurangi penderitaan pasien karena kesalahan medis dan ketidakmampuan
para analis untuk menilai suatu kualitas kesehatan,
3. mendukung bukti pengobatan, artinya pasien dengan leluasa mendapatkan
pengetahuan tentang praktik medis yang efektif,
4. menjaga catatan dan mobilitas pasien, dengan sistem ini akan mempermudah
klien mengakses seluruh kebutuhan bahkan sampai janji pengobatan dan
perawatan serta mengikuti suatu prosedur.
Namun sebagai suatu sistem, EMR ini mempunyai kerugian diantaranya :
1. membutuhkan banyak waktu untuk memahami cara memasukkan data,
2. biaya banyak untuk menyediakan provider dan staf tekhnologi termasuk
kemungkinan menurunkan cost dokter dan perawat.
Pemberian asuhan keperawatan diperlukan efektifitas dan efisiensi
sehingga tujuan pelayanan dapat tercapai. Saat ini telah banyak bukti yang
mendukung bahwa inovasi pencatatan dengan elektronik sangat berdampak
positif bagi keperawatan, berikut dapat dilihat pada beberapa artikel penelitian
di jurnal-jurnal kesehatan:
1. Building an innovation Electronic Nursing Record pilot structure with nursing
clinical pathway (Angelica at.al, 2006)
dikatakan bahwa dalam proses keperawatan yang terdiri dari 5 tahap perawat
menghadapi banyak data dan informasi sedangkan jumlah perawat tidak
seimbang, hal ini membutuhkan asisten agar cakap dalam menyusun
53
perencanaan dan melakukan proses yang efektif efisien dan benar. Dengan
menggunakan tekhnologi computer maka akan menghasilakan kualitas
pelayanan yang tinggi, berpusat pada pasien dan perawatan kesehatan yang
efisien. Selain itu dapat mempermudah pengambilan keputusan untuk
melakukan perawatan tahap demi tahap. Salah satu sistem yang disusun
adalah dengan menyusun struktur pencatatan keperawatan dengan elektronik
yang terintegrasi dengan standar keperawatan internasional untuk mendukung
kecakapan dan keakuratan perencanaan keperawatan dalam clinical pathway
process.
Inovasi yang dibuat adalah :
a) menganalisa catatan pasien secara retrospektif dan mengumpulkan
beberapa diagnosa medis dan clinical pathway terbesar dan tersering
kemudian menyusun tanda dan gejalanya sehingga muncul suatu diagnosa
keperawatan,
b) mengintegrasikan taxonomy dan code dari NANDA, NIC, NOC, ICNP
dengan data yang berhubungan dengan clinical pathways di atas, dan
c) menyusun inovasi ENR yang meiputi pengkajian, diagnosa, perencaan dan
pencatatan keperawatan. Struktur ini disusun sampai dengan discharge
planning.
2. E-Nursing documentation as a tool for quality assurance (Rajkovic, 2006)
mengatakan bahwa dokumentasi keperawatan merupakan salah satu jaminan
kualitas suatu pelayanan kesehatan, hal ini bisa dicapai dengan menggunakan
sistem pendokumentasian yang canggih diantaranya dengan menghadirkan
54
model penyediaan data based dan menggunakan software prototype untuk
mengatur pendokumentasian keperawatan. Secara umum sistem ini disusun
dengan menyediakan data dasar yang terintegrasi dengan diagnosa dan
intervensi keperawatan sampai dengan tindakan apa yang harus dilakukan
perawat untuk 1 diagnosa. Perawat hanya membutuhkan waktu beberapa
menit untuk log in dengan password untuk kemudian meng-klik itrm-item
data sampai dengan implementasinya. Ini lebih mudah, efektif dan efisien.
3. Computerized nursing process in critical care unit using the ICNP-Beta
2 (Sasso, et al, 2006) menjelaskan bahwa proses keperawatan adalah
pendekatan penyelesaian masalah secara asertif untuk mengidentifikasi
masalah dan merawat pasien. Di CCU didapatkan perawatan yang kompleks,
perubahan kondisi klinis pasien yang selalu berubah secara konstan dan
meningkatnya informasi pasien dimana akan mempengaruhi proses
keperawatan dan kualitas perawatan. Dilakukan pendokumentasian proses
keperawatan dengan menggunakan ICNP Beta 2 meliputi perencanaan,
perkembangan, modifikasi hal penting dan evaluasi proses. Dengan
pendokumentasian menggunakan sistem di atas maka memungkinkan adanya
modifikasi evaluasi, mudah ditegakkan, informasi keperawatan lebih jelas dan
dapat mempercepat deteksi kesalahan. Sistem informasi ini pada dasarnya
akan membuat perawat secara eksplisit dapat mengambil keputusan klinis
terhadap pasiennya.
4. Analysis of electronic nursing record based on the ICNP(Chung, 2006)
menitikberatkan pada penggunaan sistem ENR setelah sekian lama
55
menggunakan pendokumentasian keperawatan secara naratif dengan
menggunakan kertas. Penelitian ini dilakukan di RS Bundang Seoul, mereka
menganalisa pendokumentasian keperawatan secara naratif berdasarkan
lembaran pada pasien bedah dibandingkan dengan ENR sistem. Ditemukan
bahwa ternyata mereka membutuhkan konsep baru pada ICP untuk
meningkatkan ekspresi pada catatan keperawatan khususnya dalam
mendeskripsikan tindakan keperawatan.
Tim profesional kesehatan perawatan Burn unit diharapkan terlatih khusus
dalam memenuhi syarat pengelolaan luka bakar, luka perawatan dan
perawatan kritis. Spesialis perawatan Burn unit diminta untuk mengajar,
berpartisipasi dalam Dukungan Association American Life Burn Practice -
menyediakan pemadam kebakaran, petugas rumah sakit, paramedis, dokter,
perawat dan profesional kesehatan lainnya dengan kemampuan untuk menilai
dan menstabilkan pasien dengan luka bakar serius selama jam-jam kritis
pertama setelah cedera.
Oleh karena itu untuk mendukung efektifitas pelaksanaan proses
keperawatan, perawat dibekali akan kemampuan penggunaan sistem ini
sehingga tujuan tercapai, disamping peningkatan pengetahuan dan
kemampuan dalam menentukan diagnosa yang tepat dan menyusun intervensi
yang sesuai. Inovasi ini menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan
yang profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi
dengan profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari
berbagai pihak pun akan terpenuhi.
56
3.5 Inovasi Model Pengkajian dan Intervensi keperawatan
PICOT
Judul Populasi Intervention Comprehension Outcome TimePengaruh O2
hiperbarik terhadap sel radang akibat luka bakar karena air
18 ekor tikus jantan wistar dengan berat 200-300 gram dengan luka bakar air panas 70oC selama 15 detik grade II 5%
Pemberian O2 hiperbarik 2,4 ATA
Perlakuan1. grup hari 0 tidak luka bakar2. grup hari 1 dengan luka bakar3. grup hari 5 dengan luka bakar
Penurunan pada sel radang monosit
3 kali 30 menit, selama 5 menit menghirup udara biasa 1x sehari selama 5 hari
Pengaruh O2
hiperbarik terhadap aktivitas radikal bebas pada pengobatan luka bakar
36 ekor tikus wistar jantan dewasa
Pemberian O2 100%
Perlakuan pada masing-masing grup1. 1 ATA (kontrol)2. 2,4 ATA3. 3,0 ATA
Dapat menghambat progresifitas kerusakan jaringan
3 x 30 menit interval 5 menit bernafas biasa
Analisa
Judul Metode Sampel Hasil yang diukur
Hasil
Pengaruh O2
hiperbarik terhadap sel radang akibat luka bakar karena air
Eksperimental laboratorium dengan rancangan post test only desain
6 tikus jantan wistar tiap grup
Prosentase jumlah sel radang monosit, histosit, PMN, makrofag, limfosit, dan plasma sel
Penurunan pada sel radang monosit
Pengaruh O2
hiperbarik terhadap aktivitas radikal bebas pada
Eksperimental laboratoris dengan post test of only control grup
18 ekor tanpa luka bakar dan 18 dengan luka bakar
Kadar radikal bebas oksigen (SOR) spesies
Terjadi penghambatan kerusakan jaringan
57
pengobatan luka bakar
desain oksigen reatif dalam darah pada saat setelah paparan dan 3 jam setelah paparan
yang progresif
BAB 4
PENUTUP
1.1 Kesimpulan
Luka bakar (Combustio) adalah luka yang terjadi akibat
sentuhan permukaan tubuh dengan benda-benda yang
menghasilkan panas (api, cairan panas, listrik dll). Beratnya luka
bakar tergantung kepada jumlah jaringan yang terkena dan
kedalaman luka. Kedalaman luka bakar dapat dibagi menjadi 3
yaitu luka bakar derajat I, luka bakar derajat 2, dan luka bakar
derajat 3. berat luka bakar dapat dibagi menjadi 3 yaitu ringan,
sedang, dan berat. Luka bakar dapat dihitung dengan
berdasarkan rumus rule of nine dari wallace.
58
Proses keperawatan adalah tindakan independen yang akan berimplikasi
pada profesionalitas keperawatan baik di mata profesi sendiri maupun profesi
lain dan pasien. Proses pendokumentasian yang efektif, efisien, akurat dan benar
menjadi kunci pelaksanaan proses keperawatan sehingga efektif dan
efisien. Penyediaan informasi klinik dalam perawatan adalah sesuatu yang sangat
vital dalam upaya meningkatkan perbaikan mutu. Kebutuhan akan keyakinan
bahwa teknologi mendukung cara berpikir kritis perawat dan memberikan
informasi yang diperlukan akan membantu membuat suatu keputusan yang
tepat.
Inovasi menjadi titik tolak pelaksanaan asuhan keperawatan yang
profesional sehingga waktu untuk bertemu dengan pasien dan kolaborasi dengan
profesi lain akan semakin meningkat sehingga tingkat kepuasan dari berbagai
pihak pun akan terpenuhi.
1.2 Saran
Mengingat kasus luka bakar merupakan bentuk cedera
berat yang memerlukan penanganan dan penatalaksanaan yang
sangat kompleks, dengan biaya yang mahal serta angka
morbiditas dan mortalitas yang sangat kompleks. Faktor-faktor
yang mempengaruhi antara lain, faktor penderita, faktor
pelayanan, faktor fasilitas pelayanan, faktor cedera.
59
Penanganan luka bakar sejak awal harus tepat dan benar karena sangat
menentukan perjalanan penyakit luka bakar selanjutnya. Jika terjadi luka bakar
lakukan penanganan yang tepat:
1. Jika karena air panas atau api lakukan pendinginan luka dengan menyiram
air yang suhunya lebih rendah atau menyelimuti pasien dengan selimut
yang dibasahi.
2. Jika terkena bahan kimia lakukan dekontaminasi
3. Jangan mengolesi luka bakar dengan odol, oli, kecap, atau yang lain yang
dapat memperberat atau menyebabkan infeksi pada luka bakar.
Seorang APN harus mampu menyampaikan penanganan luka bakar yang
tepat dan cepat mulai dari awal kejadian terjadinya luka bakar, saat transportasi
atau pada saat perjalanan dan samapai di rumah sakit hingga pasien benar-benar
mendapat perawatan yang intensif. Seorang APN juga harus menjadi kolaborator
dan pendidik dapat membantu memastikan hasil pasien yang optimal. APN dapat
menawarkan bimbingan ke rumah sakit luar mengenai jenis cairan dan laju infus
dengan menghitung cairan pasien kebutuhan. Sampai pasien tiba di burn center,
APN harus menjaga kontak dengan tim transportasi untuk memastikan bahwa
pasien menerima perawatan yang optimal.
60
DAFTAR PUSTAKA
Angelina, et. al. (2006). “Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy
People Journal. Building an Innovation electronic Nursing Record Pilot
Structure with Nursing Clinical Pathway”. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press.
61
Brunner & Suddarth. 2002. Keperawatan Medikal Bedah Vol. 2.
Jakarta : EGC
Carpenito-Moyet, Linda Jual. 2006. Buku Saku Diagnosa
Keperawatan Edisi 3. Jakarta : EGC
Choi, et. al. (2006). “Consumer-Centered Computer-Supported Care for Healthy
People Journal. Users’ Satisfaction on the Electronic Nursing Record
System”. H. A. Park et. al. (Eds.). IOS Press
Christensen, Paula J.2009.”Proses Keperawatan: Aplikasi Model Konseptual, Ed.4”
Jakarta:EGC.
Doengea, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3.
Jakarta : EGC
Doenges, M.E., et al. (1995). Nursing care plans guidelines for planning patient care.
(2nded.). Philadelphia: F.A. Davis Co.
Guyton, Arthur C., dkk. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 9.
Jakarta : EGC
Kim, et. al. (2007). MEDIINFO 2007 Journal. “New method of realization of Nursing
diagnosis Based on 3N in an Electronic Medical Record System”. IOS Press.
Luckmann & Sorensen. (1993). Medical-surgical nursing a psychophysiologic
approach, (4thed.). Philadelphia: W.B. Saunder Co.
62
Muttaqin, Arif dkk. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem
Integumen. Jakarta : Salemba Medika
Nettina, S. (1996).The Lippincott manual of nursing practice.(6thed.). Lippincott:
Lippincott-Raven Publisher.
Price, A. Sylvia. 1995. Patofisiologi Edisi 4. Jakarta : EGC
Robbins. 1999. Dasar Patologi Penyakit Edisi 5. Jakarta : EGC
Santosa, Budi. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda. Jakarta : Prima Medika
Smeltzer, 2002 .Keperawatan Medikal Bedah Vol. 3.ECG : Jakarta
Thompson, J.M. (1987). Clinical nursing.St. Louis: Mosby.
Muscary, M.E., 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
63