Upload
dita-oktaviana-mentari
View
1.384
Download
36
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Askep Mastitis oke
Citation preview
BAB 1 PENDAHULUAN
11 Latar Belakang
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae terutama pada primipara
yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus Infeksi ini terjadi melalui
luka pada puting susu tetapi mungkin juga melalui peredaran darah
(Prawirohadjo 2001) Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai
atau tidak disertai dengan infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi
sehingga disebut juga mastitis laktasional atau mastitis puerperalis Kadang-
kadang keadaan ini dapat menjadi fatal apabila tidak diberi tindakan yang
adekuatMastitisjuga seringkali disebut sebagai abses payudara dimana terjadi
pengumpulan nanah lokal di dalam payudara Keadaan ini menyebabkan beban
penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang sangat besar untuk
pengobatannya Penelitian terbaru juga ada yang menyatakan bahwa mastitis
dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui
Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang
benar merupakan penyebab yang penting tetapi pada kenyataannya saat ini masih
banyak petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis masih sama dengan
infeksi payudara Mereka sering tidak mampu membantu pasien mastitis untuk
terus menyusui dan mereka bahkan mungkin menyarankan pasien tersebut untuk
berhenti menyusui yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu
Makalah ini disusun untuk menyajikan informasi tentang konsep dasardan
asuhan keperawatanmastitis laktasional untuk menuntun penatalaksanaan praktik
yang tepat sehingga pasien mastitis masih dapat mempertahankan agar tetap dapat
memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif
1
12 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah
yaitu bagaimana asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada pasien yang
menderita mastitis
13 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain
131 mengetahui anatomi dan fisiologi payudara
132 mengetahui definisi mastitis
133 mengetahui epidemiologi mastitis
134 mengetahui etiologi mastitis
135 mengetahui tanda dan gejala mastitis
136 mengetahui patofisiologi mastitis
137 mengetahui komplikasi dan prognosis mastitis
138 mengetahui pengobatan mastitis
139 mengetahui pencegahan mastitis
1310 mengetahui pemeriksaan penunjang mastitis
1311 mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan mastitis
14 Manfaat
Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut
141 Bagi mahasiswa hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan
asuhan keperawatan dengan benar
142 Bagi penulis makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah
pada sistem reproduksi wanita yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam
mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
21 Definisi
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara
(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti
demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan
saluran air susu (Masjoer 2001)
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi
fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis
Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I
Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan
pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran
darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai
kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri
perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu
masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan
sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin
sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan
antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa
tahun)
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi
pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini
adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
3
burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara
yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis
epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana
keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya
adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)
1 Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten
2 Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu
Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan
3 Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400
mlhari)
4
4 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
22 Epidemiologi
Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan
241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia
sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis
mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara
40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)
adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui
yang baik (Fitri 2009)
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di
bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari
negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai
95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat
terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim 2013)
5
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
12 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas maka penulis membuat suatu rumusan masalah
yaitu bagaimana asuhan keperawatan yang dapat di berikan pada pasien yang
menderita mastitis
13 Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini antara lain
131 mengetahui anatomi dan fisiologi payudara
132 mengetahui definisi mastitis
133 mengetahui epidemiologi mastitis
134 mengetahui etiologi mastitis
135 mengetahui tanda dan gejala mastitis
136 mengetahui patofisiologi mastitis
137 mengetahui komplikasi dan prognosis mastitis
138 mengetahui pengobatan mastitis
139 mengetahui pencegahan mastitis
1310 mengetahui pemeriksaan penunjang mastitis
1311 mengetahui asuhan keperawatan pada pasien dengan mastitis
14 Manfaat
Manfaat makalah ini dapat diuraikan sebagai berikut
141 Bagi mahasiswa hasil makalah diharapkan dapat memberikan pemahaman
dan pengertian terhadap pentingnya kesehatan dan mampu memberikan
asuhan keperawatan dengan benar
142 Bagi penulis makalah ini diharapkan dapat menambah dan meningkatkan
wawasan pengetahuan dan pengalaman belajar yang terkait dengan masalah
pada sistem reproduksi wanita yaitu penyakit mastitis inisehingga dalam
mempraktikkan ilmu yang terkait akan lebih mudah
2
BAB 2 TINJAUAN TEORI
21 Definisi
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara
(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti
demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan
saluran air susu (Masjoer 2001)
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi
fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis
Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I
Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan
pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran
darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai
kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri
perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu
masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan
sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin
sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan
antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa
tahun)
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi
pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini
adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
3
burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara
yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis
epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana
keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya
adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)
1 Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten
2 Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu
Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan
3 Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400
mlhari)
4
4 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
22 Epidemiologi
Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan
241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia
sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis
mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara
40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)
adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui
yang baik (Fitri 2009)
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di
bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari
negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai
95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat
terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim 2013)
5
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
BAB 2 TINJAUAN TEORI
21 Definisi
Infeksi Payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Pada infeksi yang berat atau tidak diobati dapat terbentuk abses payudara
(penimbunan nanah di dalam payudara) Mastitis adalah reaksi sistematik seperti
demam terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan
saluran air susu (Masjoer 2001)
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksiPenyakit ini biasanya menyertai laktasi sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalisKadang-kadang keadaan ini dapat menjadi
fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuatAbses payudara pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara merupakan komplikasi berat dari mastitis
Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I
Severin VX 2003 dalam Anonim 2013)
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan
pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting dapat berasal dari peredaran
darah Tandandashtanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai
kenaikan suhu ibu merasa lesu tidak nafsu makan payudara membesar nyeri
perabaan mengkilat dan kemerahan pada payudara dan terjadi pada 3ndash4 minggu
masa nifas Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan
sesudah menyusui menyusui pada payudara yang tidak sakit kompres dingin
sebelum menyusuimenggunakan BH untuk menyokong payudara berikan
antibiotik dan analgetik istirahat yang cukup dan banyak minum (USU tanpa
tahun)
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu mengalami sumbatan Mastitis paling sering terjadi
pada minggu kedua dan ketiga pasca kelahiranPenyebab penting dari mastitis ini
adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
3
burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara
yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis
epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana
keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya
adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)
1 Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten
2 Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu
Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan
3 Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400
mlhari)
4
4 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
22 Epidemiologi
Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan
241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia
sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis
mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara
40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)
adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui
yang baik (Fitri 2009)
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di
bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari
negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai
95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat
terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim 2013)
5
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
burukUntuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudaranya
(Sally I 2003 dalam Anonim 2013)
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara
yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka
Mastitis diklasifikasikan menjadi4 jenis yaitu mastitis puerparalis
epidemic mastitis aninfeksosa mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa Dimana
keempat jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda Diantaranya
adalah sebagai berikut (Bertha 2002 dalam Djamudin 2009)
1 Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemic ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau verulen Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten
2 Mastitis Noninfesiosa
Mastitis moninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara produksi ASI melambat dan aliran terhentiNamun proses ini
membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2ndash3 minggu
Untuk sementara waktu akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan
3 Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagai sebuah kondisi yang dapat
disertai dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat sehingga produksi ASI
sangat berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 mlhari (lt400
mlhari)
4
4 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
22 Epidemiologi
Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan
241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia
sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis
mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara
40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)
adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui
yang baik (Fitri 2009)
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di
bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari
negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai
95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat
terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim 2013)
5
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
4 Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh responndashrespon inflamasi Secara normal ASI
segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan bakteri
22 Epidemiologi
Organisasi kesehatan duniaWHO (2008) memperkirakan lebih dari 14 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis The American Society memperkirakan
241240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24600 orang dan di Australia
sebanyak 14791 orang Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis
mastitis adalah berjumlah 876665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara
40-60 wanita terdiagnostik mastitis (Djamudin 2009)
Berdasarkan hasil survei lapangan ditemukan jumlah penderita mastitis di
Klinik Bidan Elfrida Fitri Simamora Periode Tahun 2008 (Januari-Desember)
adalah sebanyak 30 orang Hal ini menunjukkan bahwa masih rendahnya
pengetahuan ibu post partum tentang mastitis terutama dalam teknik menyusui
yang baik (Fitri 2009)
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33 wanita menyusui tetapi biasanya di
bawah 10 Walaupun demikian menurut beberapa laporan terutama dari
negara-negara berkembang suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata Mastitis paling sering terjadi pada minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74 sampai
95 kasus terjadi dalam 12 minggu pertama Namun mastitis juga dapat
terjadipada setiap tahap laktasi termasuk pada tahun kedua Abses payudara juga
paling sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim 2013)
5
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
23 Faktor Resiko
Beberapa faktor yang diduga dapat meningkatkan risiko mastitis (Prasetyo
2010) yaitu
a Umur
Wanita berumur 21-35 tahun lebih sering menderita mastitis dari pada
wanita di bawah usia 21 tahun atau di atas 35 tahun
b Serangan sebelumnya
Serangan mastitis pertama cenderung berulang hal ini merupakan akibat
teknik menyusui yang buruk yang tidak diperbaiki
c Melahirkan
Komplikasi melahirkan dapat meningkatkan risiko mastitis walupun
penggunaan oksitosin tidak meningkatkan resiko
d Gizi
Asupan garam dan lemak tinggi serta anemia menjadi faktor predisposisi
terjadinya mastitis Wanita yang mengalami anemia akan beresiko mengalami
mastitis karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Antioksidan dari vitamin E
vitamin A dan selenium dapat mengurangi resiko mastitis
e Faktor kekebalan dalam ASI
Faktor kekebalan dalam ASI dapat memberikan mekanisme pertahanan
dalam payudara
f Pekerjaan di luar rumah
Interval antar menyusui yang panjang dan kekurangan waktu dalam
pengeluaran ASI yang adekuat sehingga akan memicu terjadinya statis ASI
g Trauma
Trauma pada payudara yang disebabkan oleh apapun dapat merusak
jaringan kelenjar dan saluran susu dan haltersebut dapat menyebabkan mastitis
6
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
24 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkan oleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus Bakteri ini seringkali berasal
dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau
retakan di kulit pada puting susuMastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah
melahirkanSekitar 1-3 wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa
minggu pertama setelah melahirkan
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut
a Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat akhirnya tejadi mastitis
b Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak
c Penyangga payudara yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement
sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa erjadi mastitis
d Ibu yang memiliki diet jelek kurang istirahat anemia akan mempermudah
terkena infeksi
Pada wanita pasca menopause infeksi payudara berhubungan dengan
peradangan menahun dari saluran air susu yang terletak di bawah puting susu
Perubahan hormonal di dalam tubuh wanita menyebabkan penyumbatan saluran
air susu oleh sel-sel kulit yang mati Saluran yang tersumbat ini menyebabkan
payudara lebih mudah mengalami infeksiDua penyebab utama mastitis adalah
stasis ASI dan infeksiStasis ASI biasanya merupakan penyebab primer yang
dapat disertai atau berkembang menuju infeksiGuther pada tahun 1958
menyimpulkan dari pengamatan klinis bahwa mastitis diakibatkan oleh stagnasi
ASI di dalam payudara dan bahwa pengeluaran ASI yang efisien dapat mencegah
keadaan tersebutIa menyatakan bahwa bila terjadi infeksi bukan primer tetapi
diakibatkan oleh stagnasi sebagai media pertumbuhan bakteri
Thomsendkk pada tahun 1984 menghasilkan bukti tambahan tentang
pentingnya stasis ASI Mereka menghitung leukosit dan bakteri dalam ASI dari
payudara dengan tanda klinis mastitis dan mengajukan klasifikasi berikut yaitu
7
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
a Stasis ASI
Statis ASI terjadi jika ASI tidak dikeluarkan dengan efisien dari payudara
Hal ini terjadi jika payudara terbendung segera setelah melahirkan atau setiap
saat jika bayi tidak mengisap ASI kenyutan bayi yang buruk pada payudara
pengisapan yang tidak efektif pembatasan frekuensidurasi menyusui
sumbatan pada saluran ASI suplai ASI yang sangat berlebihan dan menyusui
untuk kembar dualebih Statis ASI dapat membaik hanya dengan terus
menyusui tentunya dengan teknik yang benar
b Inflamasi non infeksiosa (atau mastitis noninfeksiosa)
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikutAdanya
bercak panasnyeri tekan yang akut bercak kecil keras yang nyeri tekan dan
tidak terjadi demam dan ibu masih merasa baik-baik sajaMastitis non
infeksiosa membutuhkan tindakan pemerasan ASI setelah menyusui
c Mastitis infeksiosa
Mastitis jenis ini biasanya ditandai dengan gejala sebagai berikut lemah
nyeri kepala seperti gejala flu demam suhu gt 385 derajat celcius ada luka
pada puting payudara kulit payudara tampak menjadi kemerahan atau
mengkilat terasa keras dan tegang payudara membengkak mengeras dan
teraba hangat dan terjadi peningkatan kadar natrium sehingga bayi tidak mau
menyusu karena ASI yang terasa asin Mastitis infeksiosa hanya dapat diobati
dengan pemerasan ASI dan antibiotik sistemik Tanpa pengeluaran ASI yang
efektif mastitis non infeksiosa sering berkembang menjadi mastitis infeksiosa
dan mastitis infeksiosa menjadi pembentukan abses
25 Tanda dan Gejala
Tanda dan Gejala dari mastitis ini biasanya berupa
a Payudara yang terbendung membesar membengkak keras dan kadang terasa
nyeri
b Payudara dapat terlihat merah mengkilat dan puting teregang menjadi rata
c ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit mengenyut untuk menghisap
ASI sampai pembengkakan berkurang
8
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
d Ibu akan tampak seperti sedang mengalami flu dengan gejala demam rasa
dingin dan tubuh terasa pegal dan sakit
e Terjadi pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang sama dengan
payudara yang terkena
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain
a Payudara terasa nyeri
b Teraba keras
c Tampak kemerahan
d Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti pecahndash
pecah dan badan terasa demam seperti hendak flu bila terkena sumbatan tanpa
infeksi biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak demam Pada payudara
juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta merah
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan gampangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI namun tidak terasa nyeri pada payudara dan
permukaan kulit tidak pecah ndash pecah maka hal itu bukan mastitis Bila terasa sakit
pada payudara namun tidak disertai adanya bagian payudara yang mengeras maka
hal tersebut bukan mastitis (Pitaloka 2001 dalam Anonim 2013)
26 Patofisiologi
Secara garis besar mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi Namun semuanya bermuara pada proses
infeksi Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang normal
Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut sebagai stasis ASIHal ini
membuat ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan
lancarAkibatnya mammae menjadi tegangSehingga sel epitel yang memproduksi
ASI menjadi datar dan tertekanpermeabilitas jaringan ikat meningkat beberapa
komponen(terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma masuk
ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respon imun Terjadi inflmasi
hingga sehingga mempermudah terjadinya infeksiKondisi ini membuat lubang
9
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
duktus laktiferus menjadi port de entry bakteri terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Strepcococcus sp
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis noninfeksi mastitis yang
terjadi akibat proses infeksi terjadi secara langsung yaitu saat timbul
fisurarobekanperlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi akan
menjadikanport de entrytempat masuknya bakteri Proses selanjutnya adalah
infeksi pada jaringan mammae
27 Komplikasi dan Prognosis
271 Komplikasi
Berikut beberapa komplikasi yang dapat muncul karena mastitis
a Abses payudara
Abses payudaramerupakan komplikasi mastitis yang biasanya terjadi
karena pengobatan terlambat atau tidak adekuat Bila terdapat daerah
payudara teraba keras merah dan tegang walaupun ibu telah diterapi maka
kita harus memikirkan kemungkinan terjadinya abses Kurang lebih 3 dari
kejadian mastitis berlanjut menjadi absesPemeriksaan USG payudara
diperlukan untuk mengidentifikasi adanya cairan yang terkumpul Cairan ini
dapat dikeluarkan dengan aspirasi jarum halus yang berfungsi sebagai
diagnostik sekaligus terapi bahkan mungkin diperlukan aspirasi jarum
secara serialberlanjut Pada abses yang sangat besar terkadang diperlukan
tindakan bedah Selama tindakan ini dilakukan ibu harus mendapatkan
terapi medikasi antibiotik ASI dari sekitar tempat abses juga perlu dikultur
agar antibiotik yang diberikan sesuai dengan jenis kumannya
b Mastitis berulangkronis
Mastitis berulang biasanya disebabkan karena pengobatan terlambat atau
tidak adekuat Ibu harus benar-benar beristirahat banyak minum
mengonsumsi makanan dengan gizi berimbang serta mengatasi stress Pada
kasus mastitis berulang karena infeksi bakteri biasanya diberikan antibiotik
dosis rendah (eritromisin 500 mg sekali sehari) selama masa menyusui
10
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
c Infeksi jamur
Komplikasi sekunder pada mastitis berulang adalah infeksi oleh jamur
seperti candida albicansKeadaan ini sering ditemukan setelah ibu mendapat
terapi antibiotikInfeksi jamur biasanya didiagnosis berdasarkan nyeri
berupa rasa terbakar yang menjalar di sepanjang saluran ASI Diantara
waktu menyusui permukaan payudara terasa gatal Puting mungkin tidak
nampak kelainan Pada kasus ini ibu dan bayi perlu mendapatkan
pengobatan Pengobatan terbaik adalah mengoles nistatin krim yang juga
mengandung kortison ke puting dan areola setiap selesai bayi menyusu dan
bayi juga harus diberi nistatin oral pada saat yang sama
272 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan kepeerawatan dengan segera
Dan keadaan akan menjadi fatal bila tidak segera diberikana atau dilakukan
tindakan yang adekuat
28 Pengobatan Setelah diagnosa mastitis dipastikan hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepada bayi dari mamae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik Dengan tindakan ini terjadinya abses seringkali dapat dicegah karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus Penicilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakankultur air susu supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui Apabilaada abses maka nanah dikeluarkankemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut
11
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah
1 Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyakwanita merasa sakit
dan membuat frustasiSelain dalam penanganan yang efektif dan pengendalian
nyeri wanita membutuhkan dukungan emosional Ibu harus diyakinkan
kembali tentang nilai menyusui yang aman untuk diteruskan bahwa ASI dari
payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya dan bahwa
payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya Klien membutuhkan
bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan untuk
penanganan dan bagaimana meneruskan menyusuimemeras ASI dari
payudara yang sakit Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar pulih
2 Pengeluaran ASI dengan efektif
Hal ini merupakan bagian terapi terpenting antara lain
a Bantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudaranya
b Dorong untuk sering menyusui sesering dan selama bayi menghendaki
tanpa pembatasan
c Bila perlu peras ASI dengan tanganpompabotol panas sampai menyusui
dapat dimulai lagi
3 Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada
a Hitung sel dan koloni bakteri dan biakan yang ada serta menunjukkan
infeksi
b Gejala berat sejak awal
c Terlihat puting pecah-pecah
d Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI diperbaiki
maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap Staphylococcus
aureus Untuk organisme gram negatif sefaleksinamoksisillin mungkin
paling tepat Jika mungkin ASI dari payudara yang sakit sebaiknya dikultur
dan sensivitas bakteri antibiotik ditentukan
12
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Tabel 11 Dosis Antibiotik
e Pada kasus infeksi mastitis penanganannya antara lain
1 Berikan antibiotik Kloksasilin 500 mg per oral 4 kali sehari setiap 6 jam
selama 10 hari atau eritromisin 250 mg per oral 3 kali sehari selama 10
hari
2 Bantulah ibu agar tetap menyusui
3 Bebatsangga payudara
4 Kompres hangat sebelum menyusui untuk mengurangi bengkak dan
nyeriyaitu dengan memberikan parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
dan lakukan evaluasi secara rutin
Pengobatan yang tepat dengan pemberian antibiotik mintalah pada
dokter antibiotik yang baik dan aman untuk ibu yang menyusui selain itu bila
badan terasa panas ibu dapat minum obat turun panas kemudian untuk bagian
payudara yang terasa keras dan nyeri dapat dikompres dengan menggunakan
air hangat untuk mengurangi rasa nyeri
Bila tidak tahan nyeri dapat meminum obat penghilang rasa sakit
istirahat yang cukup amat perlu untuk mengembalikan kondisi tubuh menjadi
sehat kembali Disamping itu makan dan minum yang bergizi minum banyak
air putih juga akan membantu menurunkan demam biasanya rasa demam dan
nyeri itu akan hilang dalam dua atau tiga hari dan ibu akan mampu beraktivitas
seperti semula
13
Antibiotik Dosis
Eritromisin 250-500 mg setiap 6 jam
Flukloksasilin 250 mg setiap 6 jam
Dikloksasilin 125-250 mg setiap 6 jam per oral
Amoksasilin (sic) 250-500 mg setiap 8 jam
Sefaleksin 250-500 setiap 6 jam
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
4 Terapi simtomatik
Nyeri sebaiknya diterapi dengan analgesik Ibuprofen dipertimbangkan
sebagai obat yang paling efektif dan dapat membantu mengurangi inflamasi
dan nyeri Parasetamol merupakan alternatif yang paling tepat Istirahat sangat
penting karena tirah baring dengan bayinya dapat meningkatkan frekuensi
menyusui sehingga dapat memperbaiki pengeluaran susu Tindakan lain yang
dianjurkan adalah penggunaan kompres hangat pada payudara yang akan
menghilangkan nyeri dan membantu aliran ASI dan yakinkan bahwa ibu
cukup minum cairan Dilakukan pengompresan hangat pada payudara selama
15-20 menit 4 kalihari Diberikan antibiotik dan untuk mencegah
pembengkakan sebaiknya dilakukan pemijatan dan pemompaan air susu pada
payudara yang terkena
a Mastitis (Payudara tegang indurasi dan kemerahan)
Berikan klosasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari Bila diberikan
sebelum terbentuk abses biasanya keluhannya akan berkurang
Sangga payudara
Kompres dingin
Bila diperlukan berikan Parasetamol 500 mg per oral setiap 4 jam
Ibu harus didorong menyusui bayinya walau ada PUS
Ikuti perkembangan 3 hari setelah pemberian pengobatan
b Abses Payudara (Terdapat masa padat mengeras di bawah kulit yang
kemerahan)
Diperlukan anestesi umum
Insisi radial dari tengah dekat pinggir aerola ke pinggir supaya tidak
mendorong saluran ASI
Pecahkan kantung PUS dengan klem jaringan (pean) atau jari tangan
Pasang tampon dan drain diangkat setelah 24 jam
Berikan Kloksasilin 500 mg setiap 6 jam selama 10 hari
Sangga payudara
Kompres dingin
Berikan parasetamol 500 mg setiap 4 jam sekali bila diperlukan
14
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Ibu dianjurkan tetap memberikan ASI walau ada pus
Lakukan follow up setelah peberian pengobatan selama 3 hari
Jika terjadi abses biasanya dilakukan penyayatan dan pembuangan nanah
serta dianjurkan untuk berhenti menyusuiUntuk mengurangi nyeri dapat
diberikan obat pereda nyeri (misalnya acetaminophen atau ibuprofen)Kedua obat
tersebut aman untuk ibu menyusui dan bayinya
29 Pencegahan
Untuk mencegah terjadinya mastitis dapat dilakukan beberapa tindakan
sebagai berikut (Soetjiningsih 1997)
a Menyusui secara bergantian antara payudara kiri dan kanan
b Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran kosongkan
payudara dengan cara memompanya
c Gunakan teknik menyusui yang baik dan benar untuk mencegah robekanluka
pada puting susu
d Minum banyak cairan
e Menjaga kebersihan puting susu
f Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui
Tindakan-tindakan berikut ini juga dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya mastitis yaitu
a Perbaikan pemahaman penatalaksanaan menyusui
Menyusui sedini mungkin setelah melahirkan
Menyusui dengan posisi yang benar
Memberikan ASI On Demand dan memberikan ASI eklusif
Makan dengan gizi yang seimbang
b Pemberian infotentang hal-hal yang mengganggu proses menyusui membatasi
mengurangi isapan proses menyusui dan meningkatkan statis ASI antara lain
Penggunaan dot
Pemberian minuman lain pada bayi pada bulan-bulan pertama
Tindakan melepaskan mulut bayi dari payudara pertama sebelum bayi
siapuntuk menghisap payudara yang lain
15
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Beban kerja yang berat atau penuh tekanan
Kealpaan menyusui bila bayi mulai tidur sepanjang malam
Trauma payudara karena tindakan kekerasan atau penyebab lain
c Pemberian infotentang penatalaksaan yang efektif pada payudara yangpenuh
dan kencang Adapun hal-hal yang harus dilakukan yaitu
Ibu harus dibantu untuk memperbaiki kenyutan pada payudara oleh bayinya
untuk memperbaiki pengeluaran ASI serta mencegah luka pada punting
susu
Ibu harus didorong untuk menyusui sesering mungkin dan selama bayi
menghendaki tanpa batas
Perawatan payudara dengan dikompres dengan air hangat dan pemerasan
ASI
d Pemberian informasi tentang perhatian dini terhadap semua tanda statis ASIIbu
harus memeriksa payudaranya untuk melihat adanya benjolan
nyeripanaskemerahan
Bila ibu mempunyai salah satu faktor resiko seperti kealpaan menyusui
Bila ibu mengalami demammerasa sakit seperti sakit kepala
Bila ibu mempunyai satu dari tanda-tanda tersebut maka ibu perlu
untukberistirahatdi tempat tidur bila mungkin sering menyusui pada
payudara yang terkena mengompres panas pada payudara yang terkena
berendam dengan air hangatpancuran memijat dengan lembut setiap daerah
benjolan saat bayi menyusui untuk membantu ASI mengalir dari daerah
tersebut mencari pertolongan dari nakes bila ibu merasa lebih baik
selanjutnya
e Perhatian dini pada kesulitan menyusui lain
Ibu membutuhkan bantuan terlatih dalam menyusui setiap saat dan ibu
mengalami kesulitan yang dapat menyebabkan statis ASI seperti
Nyeriputing pecah-pecah
Ketidaknyaman payudara setelah menyusui
Kompresi puting susu (garis putih melintasi ujung puting ketika bayi
melepaskan payudara)
16
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Bayi yang tidak puas menyusu sangat sering jarang atau lama
Kehilangan percaya diri pada suplay ASInya menganggap ASInya tidak
cukup
Pengenalan makanan lain secara dini
Menggunakan dot
f Pengendalian infeksi
Petugas kesehatan dan ibu perlu mencuci tangan secara menyeluruh dan
sering sebelum dan setelah kontak dengan bayi Kontak kulit dini diikuti
dengan rawat gabung bayi dengan ibu merupakan jalan penting untuk
mengurangi infeksi rumah sakit
210 Pemeriksaan PenunjangData yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui dengan
pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan rontgen Pada ibu nifas
dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan laboratoriumrontgen (Wiknjosastro
2005) Namuan World Health Organization (WHO) menganjurkan pemeriksaan
kultur dan uji sensitivitas pada beberapa keadaan yaitu bila
a pengobatan dengan antibiotik tidak memperlihatkan respons yang baik dalam 2
hari
b terjadi mastitis berulang
c mastitis terjadi di rumah sakit dan
d penderita alergi terhadap antibiotik atau pada kasus yang berat
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan tangan yang
langsung ditampung menggunakan penampung urin steril Puting harus
dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahakan tidak menyentuh
puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang terdapat di kulit yang
dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur Beberapa penelitian
memperlihatkan beratnya gejala yang muncul berhubungan erat dengan tingginya
jumlah bakteri atau patogenitas bakteri
BAB 3 PATHWAYS
17
Stasis ASI Fisura pada puting
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
BAB 4 ASUHAN KEPERAWATAN
18
Ukuran mammae
membesar
Gangguan citra
tubuh
Kurang pengetahuan
Resiko tinggi infeksi
Jaringan mammae menjadi tegang
Penekanan reseptor nyeri
Ketegangan pada jaringan
mammae
Lubang duktus laktiferus lebih
terbuka
Proses infeksi bakteri
Terbukanya port de entry
MASTITIS
Bakteri masuk
Laktasi terganggu
Reaksi imun
Nyeri akut
Muncul pus
Menyusui tidak efektif
Ansietas
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
41 Pengkajian
a Identitas klien
Nama jelas dan lengkap jika perlu tanyakan nama panggilan sehari-
harinya agar tidak salah pasien ketika memberikan perawatan
Umur wanita yang berumur 21-35 tahun lebih sering mengalami
mastitis daripada wanita yang berumur dibawah 21 tahun dan
di atas 35 tahun Umur lt21 tahun diperkirakan bahwa alat-alat
reproduksinya masih belum matang mental dan psikisnya juga
belum siap Sedangkan umur gt35 tahun akan rentan sekali
untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas Hal tersebut akan
memicu terjadinya mastitis ini
Suku berpengaruh pada adat istiadatkebiasaan sehari-hari khususnya
dalam hal teknik menyusui dan perawatan payudara
Agama untuk mengetahui keyakinan pasien sehingga dalam
membimbing dan mengarahkannya lebih mudah
Pendidikan biasanya wanita yang status pendidikannya rendah akan
banyak yang mengalami penyakit ini dikarenakan mereka tidak
mengetahui tentang penyakit serta pengobatan dan teknik
perawatan payudara yang benar untuk kesehatan Selain itu
aspek pendidikan juga akan mempengaruhi dalam tindakan
keperawatan yang akan diberikan sehingga perawat dapat
memberi asuhan keperawatan dan konseling yang sesuai
dengan kondisi pasien
Pekerjaan wanita yang bekerja di luar rumah (sebagai wanita karier)
saat mempunyai kewajiban untuk menyusui anaknya adalah
termasuk kelompok yang berisiko tinggi mengalami mastitis
Hal itu disebabkan oleh kesibukan kerjanya ini akan menjadi
penghambat pengeluaran ASI sehingga menimbulkan
terjadinya stasis ASI yang dapat menjadi salah satu pencetus
penyakit mastitis ini
19
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Selain itu juga aspek pekerjaan ini untuk mengetahui dan
mengukur tingkat sosial ekonomi pasien karena hal itu
dimungkinkan dapat mempengaruhi dalam pemenuhan gizi
pasien yang memungkinkan timbulnya penyakit mastitis ini
Alamat perlu ditanyakan apabila pasien dirasa memerlukan
kunjungan rumah post perawatan
b Riwayat kesehatan
1 Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan wanita yang mengalami mastitis ini karena adanya faktor-
faktor predisposisi seperti faktor kekebalan ASI yang rendah sehingga
dapat dengan mudah mengalami infeksi utamanya pada payudara
(mastitis) Asupan nutrisi yang tidak adekuat dan lebih banyak
mengandung garam dan lemak juga dapat memicu terjadinya mastitis
adanya riwayat trauma pada payudara juga dapat menjadi penyebab
terjadinya mastitis karena adanya kerusakan pada kelenjar dan saluran
susu Selain itu juga dengan adanya faktor penyebab yang pasti seperti
stasis ASI karena bayi yang susah menyusu adanya luka lecet di area
puting susu dan penggunaan bra yang tidak tepatteralalu ketat juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis dimana hal-hal tersebut
kemungkinan besar adalah merupakan hal yang sering sekali diabaikan
oleh wanita Infeksi mammae pada kehamilan sebelumnya juga dapat
menjadi penyebab terjadinya mastitis
2 Riwayat kesehatan sekarang
Pasien biasanya kelihatan lemah suhu tubuh meningkat (gt38 derajat
celcius) tidak ada nafsu makan nyeri pada daerah mammae bengkak
dan merah pada mammae Jika tidak mendapatkan pengobatan yang
adekuat maka dapat timbul berbagai komplikasi seperti abses payudara
infeksi berulang dan infeksi jamur Oleh sebab itu perlu dilakukan
tindakan pencegahan yang tepat misalnya memberikan info tentang
perawatan payudara teknik menyusui yang benar dsb
3 Riwayat kesehatan keluarga
20
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Faktor herediter tidak mempengaruhi kejadian mastitis
c Pengkajian Keperawatan
1 Persepsi dan Pemeliharaan Kesehatan
Persepsi masih banyak masyarakat yang menganggap bahwa nyeri yang
sering muncul saat masa menyusui adalah hal yang normal dimana tidak
perlu mendapatkan perhatian khusus untuk penanganannya Pasien
dengan mastitis biasanya kebersihan badannya kurang terjaga terutama
pada area payudara dan lingkungan yang kurang bersih
2 Pola Nutrisi Metabolik
Asupan garam yang terlalu tinggi juga dapat memicu terjadinya mastitis
Dengan adanya asupan garam yang terlalu tinggi maka akan
menyebabkan terjadinya peningkatan kadar natrium dalam ASI sehingga
bayi tidak mau menyusu pada ibunya karena ASI yang terasa asin Hal
ini akan mengakibatkan terjadinya penumpukan ASI dalam payudara
(Stasis ASI) yang dapat memicu terjadinya mastitis
Wanita yang mengalami anemia juga akan beresiko mengalami mastitis
karena kurangnya zat besi dalam tubuh sehingga hal itu akan
memudahkan tubuh mengalami infeksi (mastitis) Pemenuhan nutrisi
juga seringkali menurun akibat dari penurunan nafsu makan karena nyeri
dan peningkatan suhu tubuh
3 Pola Eliminasi
Secara umum pada pola eliminasi tidak mengalami gangguan yang
spesifik akibat terjadinya mastitis
a Tidak ada nyeri saat berkemih
b Konsistensi dan warna normal
c Jumlah dan frekuensi berkemih normal
4 Pola Aktivitas dan Latihan
Pola aktivitas terganggu akibat peningkatan suhu tubuh (hipertermi gt38
derajat celcius) dan nyeri Sehingga biasanya pasien akan mengalami
penurunan aktivitas karena lebih fokus pada gejala yang muncul
5 Pola Tidur dan Istirahat
21
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Pola tidur terganggu karena kurang nyaman saat tidur mengeluh nyeri
Pasien akan lebih fokus pada gejala yang muncul pula
6 Pola Kognitif dan Perseptual
Kurang mengetahui kondisi yang dialami anggapan yang ada hanya
nyeri biasaPasien merasa biasa dan jika ada orang lain yang mengetahui
dapat terjadi penurunan harga diri
7 Pola Persepsi Diri
Tidak ada gangguan
8 Pola Seksual dan Reproduksi
Biasanya seksualitas terganggu akibat adanya penurunan libido dan
pasien pasti akan lebih fokus pada gejala yang muncul sehingga untuk
pemenuhan kebutuhan seksualitas ini sudah tidak lagi menjadi prioritas
9 Pola Peran dan Hubungan
Ada gangguan lebih banyak untuk istirahat karena nyeri
10 Pola Manajemen Koping-Stress
Pasien terlihat tidak banyak bicara banyak istirahat
11 Sistem Nilai dan Keyakinan
Biasanya akan mengalami gangguan namun hal itu juga tergantung
pada masing-masing individu kadangkala ada individu yang lebih rajin
ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhannamun di lain sisi juga ada
individu yang karena sakit itu ia malah menyalahkan dan menjauh dari
Tuhan
d Pengkajian Fisik
1 Keadaan Umum
a) Keadaan Umum pada ibu dengan mastitis keadaan umumnya baik
b) Derajat kesadaran pada ibu dengan mastitis derajat kesadarannya
adalah compos mentis
c) Derajat gizi pada ibu dengan mastitis derajat gizinya cukup
2 Pemeriksaan Fisik Head to too
a) Tanda-tanda Vital
22
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
- Tekanan darah pada ibu dengan mastitis TD dalam keadaan normal
12080 mmHg
- Nadi pada ibu dengan mastitis nadi mengalami penaikan
90-110menit Dimna normalnya 60-80menit
- Frekuensi Pernafasan pada ibu dengan mastitis frekuensi pernafasan
mengalami peningkatan 30xmenit Dimana normalnya
16-20xmenit
- Suhu suhu tubuh waniti setelah partus dapat terjadi peningkatan
suhu badan yaitu tidak lebih dari 372ᵒ C dan pada ibu dengan
mastitis suhu mengalami peningkatan sampai 395ᵒ C
b) Kulit
Tidak ada gangguan kecuali pada area panyudara sehingga perlu
pemeriksaan fisik yang terfokus pada panyudara
c) Kepala
Pada area ini tidak terdapat gangguan Namun biasanya ibu dengan
mastitis mengeluh nyeri kepala seperti gejala flu
d) Wajah
Wajah terlihat meringis kesakitan
e) Mata
Pada ibu dengan mastitis konjungtiva terlihat anemis Dimana
anemia merupakan salah satu faktor predisposisi terjadinya mastitis
karena seseorang dengan anemis akan mudah mengalami infeksi
f) Hidung
Napas cuping hidung (-) sekret (--) darah (--) deviasi (--)
Tidak ada gangguan pada area ini
g) Mulut
Mukosa basah (+) sianosis (-) pucat (-) kering (-) Tidak ada
gangguan pad area ini
h) Telinga
Daun telinga dalam batas normal sekret (-) Tidak ada gangguan
ada area ini
23
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
i) Tenggorokan
Uvula di tengah mukosa pharing hiperemis (-) tonsil T1 - T1
Tidak ada gangguan pada area ini
j) Leher
Pada area leher tidak di temukan adanya gangguan atau perubahan
fisik
k) Kelenjar getah bening
Pada kelenjar bening yang terdapat pada area ketiak terjadi
pembesaran pembesaran kelenjar getah bening ketiak pada sisi yang
sama dengan payudara yang terkena mastitis
l) Panyudara
Pada daerah panyudara terlihat kemerahan atau mengkilat
gambaran pembuluh darah terlihat jelas di permukaan kulit terdapat
lesi atau luka pada puting panyudara panyudara teraba keras dan
tegang panyudara teraba hangat terlihat bengkak dan saat di lakukan
palpasi terdapat pus
m) Toraks
Bentuk normochest retraksi (-) gerakan dinding dada simetris
Tidak ada gangguan pada derah toraks
Cordis
1) Inspeksi iktus kordis tidak tampak
2) Palpasi iktus kordis tidak kuat angkat
3) Perkusi batas jantung kesan tidak melebar
4) Auskultasi BJ I-II intensitas normal reguler bising (-)
Pulmo
1) Inspeksi Pengembangan dada kanan = kiri
2) Palpasi Fremitus raba dada kanan = kiri
24
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
3) Perkusi Sonor di seluruh lapang paru
4) Auskultasi Suara dasar vesikuler (++) Suara tambahan (--)
n) Abdomen
1) Inspeksi dinding perut lebih tinggi dari dinding dada karena post
partum sehingga pembesaran fundus masih terlihat
2) Auskultasi bising usus (+) normal
3) Perkusi tympani
4) Palpasi supel hepar dan lien tidak teraba
e Pemeriksaan penunjang
Pada ibu nifas dengan mastitis tidak dilakukan pemeriksaan
laboratoriumrontgen (Wiknjosastro 2005) Namun jika dilakukan pemeriksaan
laboratorium biasanya ditemukan jumlah sel darah putih (SDP) meningkat karena
adanya reaksi inflamasi Selain itu pada pemeriksaan kultur ASI ditemukan
beberapa bakteri penyebab mastitis Dimana pemeriksaan kultur ASI tersebut
juga digunakan untuk menentukan antibiotik yang tepat bagi klien
42 Diagnosa Keperawatan
a Nyeri akut berhubungan dengan proses inflamasi
b Ketidakefektifan pemberian ASI berhubungan denganterhentinya menyusui
sekunder akibat ibu yang sakit bayi tidak mau menyusu
c Resiko tinggi infeksi berhubungan dengankerusakan jaringan
d Ansietas berhubungan dengan proses penyakit kurang pengetahuan
e Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan penampilan fisik
akibat penyakit
f Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
25
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
42 Intervensi keperawatan
Diagnose Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri dapat teratasi
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan nyaman
2 Ibu dapat beraktifitas
dengan normal
3Suhu tubuh menurun
4Payudara tidak bengkak
lagi dan lunak
5Nyeri mulai
berkuranghilang
1 Kaji tingkat nyeri (keluhan nyeri
lokasi lamanya dan intensitas nyeri)
2 Berikan kompres hangat
3 Ajarkan dan anjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Anjurkan klien untuk tidak
menggunakan penyangga yang terlalu
ketat
5 Kolaborasi dalam pemberian analgetik
dan antibiotic
6 Kolaborasi dalam melakukan insisiden
biopsy jika ada abses
1 Membantudalammenentukan
identifikasiderajat ketidaknyamanan
dan dapat diberi tetapi yang tepat
2 Kompres hangat dapat menyebabkan
vasodilatasi sehingga aliran darah
lancar
3 Dengan perawatan yang benar dan
konsisten (tepat) dapat mengurangi rasa
nyeri
4 Penyangga yang ketat dapat
menimbulkan rasa nyeri
5 Antibiotik untuk mencegah penyebaran
infeksi secara berlebih dan analgetik
untuk mengurangi nyeri
6 Mencegah komplikasi sejak awal
26
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
b Ketidakefektif
an pemberian
ASI
berhubungan
d
enganterhentin
ya menyusui
sekunder
akibat ibu
yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x24
jam pemberian ASI pada bayi
efektif
Kriteria Hasil
1 Ibu dapat menyusui
bayinya dengan rileks
2 Bayi mau menyusu lagi
3 Tidak ada lagi puting susu
luka atau lecet
1 Anjurkan ibu untuk mengoleskan
baby oil pada puting sebelum dan
sesudah menyusui
2 Ajarkan cara menyusui yang tepat
agar tidak terjadi luka pada putting
3 Lakukan perawatan payudara dan
anjurkan ibu untuk melakukan
perawatan payudara secara tepat
4 Anjurkan ibu menyusui dengan
menggunakan puting susu secara
perlahan-lahan
1 Mencegah terjadinya iritasi lanjut pada
putting
2 meminimalkan luka pada putting susu
ibu
3 Dengan perawatan yang tepat dapat
mengatasi masalah menyusui
4 Untuk mencegah terjadinya iritasi
lanjut pada putting
c Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
d
engankerusaka
n jaringan
Tujuan
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
tidak terdapat tanda dan
gejala terjadinya infeksi
1 Kaji TTV dan tanda-tanda adanya
infeksi
2 Lakukan perawatan luka abses dengan
set yang steril
3 Kolaborasi pemeriksaan darah
1 Peningkatan tanda vital dapat
menunjukkan terjadinya infeksi
2 Perawatan luka yang steril dapat
mengurangi terjadi pus atau resiko
infeksi
3 Deteksi dini kondisi penyebaran infeksi
27
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
Kriteria Hasil
1 TTV dalam batas normal
2 Mamae tidak merah dan
regang lagi
3 Tidak ada tanda infeksi
lengkap
4 Kolaborasi dalam melakukan insisi
biopsy dan pemberian antibiotik
5 Berikan informasi pentingnya menjaga
personal hygiene
pada tubuh ibu
4 Untuk mengurangi abses dan
penyebaran infeksi
5 Menjaga personal hygiene dapat
mencegah penyebaran infeksi atau
bakteri
44 Implementasi dan Evaluasi
Diagnosa Implementasi Evaluasi
a Nyeri akut
berhubungan
dengan proses
inflamasi
1 Telah dikaji tingkat nyeri (keluhan nyeri lokasi
lamanya dan intensitas nyeri)
2 Telah doberikan kompres hangat
3 Telah diajarkan dan telah menganjurkan klien untuk
melakukan perawatan payudara
4 Telah menganjurkan klien untuk tidak menggunakan
penyangga yang terlalu ketat
5 Telah berkolaborasi dalam pemberian analgetik dan
S Klien mengatakan nyerinya sudah berkurang atau hilang
O a Klien tidak tampak meringis lagi
b Skala nyeri berkurang menjadi 2 dari skala nyeri
(1-10)
c TTV 13080 Nadi 75x menitRR 24x menit
suhu 37oC
A Masalah teratasi sebagian
28
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
antibiotic
6 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
karena adanya abses
P Lanjutkan intervensi
b Ketidakefektifan
pemberian ASI
berhubungan
d
enganterhentinya
menyusui
sekunder akibat
ibu yang sakit
bayi tidak mau
menyusu
1 Telah mengannjurkan ibu untuk mengoleskan baby oil
pada putting susu sebelum dan sesudah menyusui
2 Telah mengajarkan cara menyusui yang tepat agar
tidak terjadi luka pada putting
3 Telah melakukan perawatan payudara dan
menganjurkan ibu untuk melakukan perawatan
payudara secara tepat dan rutin
4 Telah mengajurkan ibu untuk menyusui dengan
menggunakan puting susu secara perlahan-lahan
S Ibu mengatakan sudah bisa memberikan ASI pada
bayinya secara rutin dan bayinya juga sudah mau
menyusu
O
a Ibu terlihat menyusui bayinya dengan rileks
b Ibu dapat menyusui bayinya dengan posisi yang
benar
c Lecet pada puting susu ibu berkurang atau tidak
ada
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
a Resiko tinggi
infeksi
berhubungan
dengan kerusakan
1 Telah mengkaji TTV dan tanda-tanda adanya infeksi
2 Telah melakukan perawatan lukaabses dengan set
yang steril
3 Telah berkolaborasi untuk melakukan pemeriksaan
S Ibu mengatakan panyudaraNya sudah tidak sakit dan
nyeri lagi
O
a Tidak ada lecet pada puting susu
29
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
jaringan darah lengkap
4 Telah berkolaborasi dalam melakukan insisibiopsy
dan pemberian antibiotik
5 Telah memberikan informasi tentang pentingnya
menjaga personal hygiene
b TTV 12080 Nadi 75x menitRR 22x menit
suhu 37oC
c Tidak ada tanda-tanda adanya ifeksi (peradangan
pengeluaran push dll pada payudara)
d Puting susu terlihat bersih
A Masalah teratasi
P Hentikan intervensi
30
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
BAB 5 PENUTUP
51 Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin disertai
infeksi atau tanpa infeksi Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu
pertama setelah bayi lahirDiagnosis mastitis ditegakkan apabila ditemukan
gejala demam menggigil nyeri seluruh tubuh serta payudara menjadi
kemerahan tegang panas dan bengkakBeberapa faktor risiko utama timbulnya
mastitis adalah puting lecet frekuensi menyusui yang jarang dan pelekatan
bayi yang kurang baikMelancarkan aliran ASI merupakan hal penting dalam
tata laksana mastitisSelain itu ibu perlu banyak beristirahat banyak minum
mengonsumsi nutrisi yang seimbang dan apabila perlu mendapatkan terapi
medikasi analgesik dan antibiotik Infeksi payudara atau mastitis perlu
diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkanInfeksi ini biasanya terjadi
disebabkan adanya bakteri yang hidup di permukaan payudara Berbagai
macam faktor seperti kelelahan stres dan pakaian ketat dapat menyebabkan
penyumbatan saluran air susu dari payudara yang nyeri dan jika tidak
dilakukan pengobatan maka akan menjadi abses
52 Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis
Namun banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu danmenghambat aliran susu menyusui sesering bayi
menginginkannya Karenadengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui
Bagi mahasiswa keperawatan supaya lebih memahami secara mendalam
mengenai asuhan keperawatan pada pasien dengan tumor ginjal sehingga
nantinya dapat menerapkan asuhan keperawatan kepada pasien dengan baik
31
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito Moyet Lynda Juall 2006 BukuSakuDiagnosaKeperawatan Jakarta EGC
Mansjoer A dkk 2001 KapitaselektaKedokteran Jakarta Media Aesculapius
NANDA 2010
Prawirohadjo S 2001 Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal Jakarta YBP
Soetjiningsih 1997 Asi Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan Jakarta EGC
Winknjosastro H 2005 Ilmu kebidanan Jakarta Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Anonim 2013 Asuhan keperawatan pada ibu dengan mastitis [serial online] httpbidaniakucom20130307anatomi-dan-fisiologi-sistem-endokrinmore-50(4 Februari 2014)
Djamudin syahrul 2009 Askep Nifas Pada Ibu Dengan Infeksi Payudara [serial online] httphealthycauscom (4 Februari 2014)
Fitri 2009 Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum tentang Mastitis di Klinik Bidan Elfrida Tahun 2009 [serial online] httpkaryatulisilmiah200090307Gambaran-pengetahuan-ibu-postpartum-tentang-mastitis-diklinik-bidan-elfrida-tahun-2009pdf(4 februari 2014)
Prasetyo Doddy Yuman 2010 Asuhan Keperawatan Mastitis [serial online] httpdoddyyaskepmastitiscom201006askep-mastitispdf (04 Februasy 2014)
USU Tanpa Tahun Bab II Tinjauan Teori [ serial online ] httprepositoryusuacidbitstream123456789242534Chapter20IIpdf (4 Februari 2014)
32