23
ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI Pendahuluan Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan aktif. Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunologlobulin. Kekebalan pasif tidak berlangsung lama karena akan di metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah 28 hari, sedangkan waktu paruh imunologlobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori imunologik. 10 Tujuan Imunisasi Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangnya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadii pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria. 3,5,10 JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI IDAI Jadwal Imunisasi IDAI secara berkala akan dievaluasi untuk penyempumaan, berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perubahan pola penyakit, kebijakan Depkes/WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia. 1. Jadwal imunisasi tahun 2004 berbeda dengan jadwal vaksin terdahulu pada interval DTP-l, 2, 3 dan polio l, 2, 3 serta interval hepatitis B ke-2 dan ke-3. Perubahan ini dilakukan berdasarkan bukti bahwa pada interval pemberian vaksin yang diperbaharui tersebut menghasilkan imunogenisitas yang maksimal. 1

ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Embed Size (px)

DESCRIPTION

pediatry

Citation preview

Page 1: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Pendahuluan

Imunisasi adalah suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif

terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak

terjadi penyakit. Dilihat dari cara timbulnya maka terdapat dua jenis kekebalan aktif.

Kekebalan pasif adalah kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh, bukan dibuat oleh individu

itu sendiri. Contohnya adalah kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu atau kekebalan

yang diperoleh setelah pemberian suntikan imunologlobulin. Kekebalan pasif tidak

berlangsung lama karena akan di metabolisme oleh tubuh. Waktu paruh IgG misalnya adalah

28 hari, sedangkan waktu paruh imunologlobulin lainnya lebih pendek. Kekebalan aktif adalah

kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti imunisasi, atau

terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif biasanya berlangsung lebih lama karena adanya

memori imunologik.10

Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang, dan menghilangnya penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi)

atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar.

Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin terjadii pada jenis penyakit yang hanya dapat

ditularkan melalui manusia, seperti misalnya penyakit difteria.3,5,10

JADWAL IMUNISASI REKOMENDASI IDAI

Jadwal Imunisasi IDAI secara berkala akan dievaluasi untuk penyempumaan,

berdasarkan pada hasil penelitian mengenai perubahan pola penyakit, kebijakan

Depkes/WHO, kebijakan global, dan pengadaan vaksin di Indonesia.

1. Jadwal imunisasi tahun 2004 berbeda dengan jadwal vaksin terdahulu pada interval DTP-l,

2, 3 dan polio l, 2, 3 serta interval hepatitis B ke-2 dan ke-3. Perubahan ini dilakukan

berdasarkan bukti bahwa pada interval pemberian vaksin yang diperbaharui tersebut

menghasilkan imunogenisitas yang maksimal.

2. Jadwal baru ini mempermudah pada pemberian vaksin kombinasi, khususnya vaksin

kombinasi DTP dengan Hib (DTP/Hib).

3. Jadwal imunisasi Program Nasional Depkes tetap dapat dipergunakan bersama jadwal

imunisasi IDAI.2,8,10

Imunisasi yang diwajibkan (PPI)

Imunisasi yang diwajibkan meliputi BCG, polio, hepatitis B, DTP, dan campak.

1

Page 2: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

BCG(Bacillus Calmette Guerine)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tuberkulosis.

Kontra indikasi:

1. Adanya penyakit kulit yang berat/menahun seperti: eksin, furunkulosis dan

sebagainya.

2. Mereka yang sedang menderita TBC.

Reaksi sesudah imunisasi BCG

1.Reaksi normallokal

1. 2 minggu :indurasi, eritema kemudian menjadi pustula

2. 3 - 4 minggu :pustula pecah menjadi ulkus (tidak perlu pengobatan)

3. 8 - 12 minggu :ulkus menjadi scar diameter 3 - 7 mm

2.Reaksi pada kelenjar

1. Merupakan respon selular pertahanan tubuh

2. Kadang terjadi di kel.axilla dan supraklavikula

1. Timbul 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

2. Kelenjar berkonsistensi padat, tidak nyeri, demam (-)

3. Akan mengecil 1 - 3 bulan kemudian tanpa pengobatan

Komplikasi

1. Abses ditempat suntikan

1. Abses bersifat tenang (cold abses) sehingga tidak perlu terapi

2. Abses matangaspirasi

2. Limfadenitis Supurativa

1. Oleh karena suntikan subkutan atau dosis tinggi

2. Terjadi 2 - 6 bulan sesudah imunisasi

2

Page 3: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

3. Bila telah matang di aspirasi

4. Terapi tuberkulostatika mempercepat pengecilan

Reaksi pada yang pernah tertular TBC:

1. Koch phenomen-Reaksi lokal BCG berjalan cepat (2 - 3 hari sesudah imunisasi),4 - 6

minggu timbul scar.

Imunisasi bayi > 2 bulan, dilakukan tes Tuberkulin (Mantoux):

1. Untuk menunjukkan apakah pernah kontak dengan kuman TBC

2. Menyuntikkan 0,1 ml PPD didaerah flexor lengan bawah secara intrakutan

3. Pembacaan dilakukan setelah 48 - 72 jam penyuntikan

4. Diukur besarnya diameter indurasi ditempat suntikan

5. < 5 mm :negatif

6. 6 - 9 mm :meragukan

7. > 10 mm :positif

8. Test Mantoux (-) : Imunisasi

(+) :pemeriksaan TBC

9. Meragukan: Ulang 2 minggu

10. Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2 bulan. Pada dasarnya untuk mencapai

cakupan yang lebih luas, pedoman Depkes perihal imunisasi BCG, pada umur 0-l2 bulan,

tetap disetujui.

11. Dosis untuk bayi kurang dari 1 tahun adalah 0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan

secara intrakutan di daerah insersio M.deltoidus kanan. WHO tetap menganjurkan

pemberian vaksin BCG di insersio M.deltoidus kanan dan tidak di tempat lain (bokong.

paha), penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan (tidak

tepat lemak subkutis yang tebal), ulkus yang terbentuk tidak membantu struktur otot

setempat (dibandingkan pemberian di daerah gluteal lateral atau paha anterior), dan

sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabi!a diperlukan.

12. Vaksin BCG ulang tidak dianjurkan oleh karena menfaatnya diragukan mengingat (1)

efektivitas perlindungan hanya 40%, (2) sekitar 70% kasus Tuberkulosis berat (meningitis)

ternyata mempunyai parut BCG, dan (3) kasus dewasa dengan BTA (bakteri tahan asam)

3

Page 4: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

positif di Indonesia cukup tinggi (23-36%) walaupun mereka telah mendapat BCG pada

masa kanak-kanak. Saat ini sedang dikembangkan vaksin BCG baru yang lebih efektif.

13. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup, mereka tidak diberikan pada pasien

munokompromais (leukemia, dalam pengobatan steroid jangka panjang, atau pada infeksi

HIV).

14. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin

terlebih dahulu.2,6,10,14,20

Hepatitis B

Program vaksin hepatitis B (hepB) segera setelah lahir perlu lebih digalakkan,

mengingat vaksinasi ini merupakan upaya yang sangat efektif untuk memutuskan rantai

transmisi maternal dari ibu kepada bayinya.

Diskripsi:

Vaksin hepatitis B adalah vaksin virus yang telah diinaktivasikan dan bersifat non-infecious,

berasal dari HbsAG yang dihasilkan dalam sel ragi (Hansenula polymorpha) menggunakan

teknologi DNA rekombinan. (Vademecum Bio Forma Jan 2002)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B.

Kontra indikasi:

Hipersensitif terhadap komponen vaksi. Sama halnya seperti vaksin-vaksin lain, vaksin ini

tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat

Efek Samping

Reaksi lokal seperti rasa sakit, kemerahan dan pembekakan disekitar tempat penyuntikan.

Reaksi yang terjadi bersifat ringan dan biasanya hilang setelah 2 hari.

1. Jadwal imunisasi hepatitis B

1. Imunisasi hepatitis B diberikan sedini mungkin setelah lahir, mengingat paling tidak

3,9% ibu hamil merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi maternal

kurang lebih sebesar 45%.

2. Hepatitis B-2 diberikan dengan interval 1 bulan dari hep B-1 (saat bayi berumur 1

bulan). Untuk mendapatkan respons imun optimal interval hepB-2 dan hepB-3 minimal

4

Page 5: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka hepB-3 diberikan 2-5 bulan setelah hepB-2 yaitu pada

umur 3-6 bulan.

3. Jadwal pemberian hepB-l saat bayi lahir, dibuat berdasarkan status HbsAG positif yaitu

ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, ibu HbsAG positif atau ibu HbsAG

negatif.

4. Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin hepB-1 monoivalen

(uniject) saat lahir, dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP/HepB pada umur 2-3-4

bulan.

2. Hepatitis B saat bayi lahir

1. Baru lahir dari ibu dengan status HbsAG yang tidak diketahui, hepB-1 harus diberikan

dalam waktu 12 jam setelah lahir, dan dilanjutkan pada umur 1 dan atara umur 3-6

bulan. Apabila semula status HbaAG ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan

selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAG positif maka dapat diberikan HBIg (hepatitis B

imunoglobulin) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.

2. Bayi lahir dari ibu dengan status HbsAG-B ibu positif, dalam waktu 24-48 jam setelah

lahir bersamaan dengan vaksin HepB-I diberikan juga HBIg 0,5 ml.

3. Ulangan vaksinasi hepatitis B

1. Telah dilakukan suatu penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap anak

dari ibu pengidap hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3x pada masa

bayi. Pada umur 5 tahun, sejumlah 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibodi

anti HBs yang protektif (titer anti HBs>10ug/ml). Mengingat pola epidemiologi

hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand, maka dapat

disimpulkan bahwa imunisasi ulang (booster) pada usia 5 tahun tidak diperlukan.

Idealnya, pada usia ini dilakukan pemeriksaan anti HBs.

2. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi

hepatitis B, maka secepatnya diberikan (catch-up vaccination).

3. Ulangan imunisasi hepatitis B dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun. apabila

titer pencegahan tercapai (catch-upimmunization).2,6,10,15,20

DTwP dan DtaP

Diskripsi:

Vaksin jerap DPT (DifteriPertusis Tetanus) adalah vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan

tetanus yang dimurnikan serta bakteri pertusis yang telah diinaktivasi.

5

Page 6: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan secara simultan terhadap difteri, pertusis dan tetanus.

Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi menjadi

homogen.

2. Disuntikkan secara intramuskuler dengan dosis pemberian 0,5 ml sebanyak 3 dosis.

3. Dosis pertama diberikan pada umur 2 bulan, dosis selanjutnya diberikan dengan

interval paling cepat 4 minggu (1 bulan).

Kontra indikasi

Gejala-gejala keabnormalan otak pada periode bayi baru lahir atau gejala serius

keabnormalan pada saraf merupakan kontraindikasi pertusis. Anak yang mengalami gejala-

gejala parah pada dosis pertama, komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua,

dan untuk meneruskan imunisasinya dapat diberikan DT.

Efek Samping

Gejala-gejala yang bersifat sementara seperti: lemas, demam, kemerahan, pada tempat

penyuntikan. Kadang-kadang terjadi gejala berat seperti demam tinggi, iritabilitas, dan

merancau yang biasanya terjadi 24 jam setelah imunisasi.

Jadwal Imunisasi

1. Imunisasi DTwP dan DTaP dasar diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan (DTwP atau DTaP

tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu) dengan interval 4-6 minggu, DTwP atau

DTaP-1 diberikan pada umur 2 bulan, DTwP atau DTaP-2 pada umur 3 bulan dan DTwP

atau DTaP-3 pada umur 4 bulan. Ulangan selanjutnya (DTwP atau DTaP-4) diberikan

satu tahun setelah DTwP atau DTaP-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DTwP atau

DTaP-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.

4. Vaksinasi ulangan

Pada booster umur 5 tahun dianjurkan tetap diberikan vaksin dengan komponen

partusis (DTwP atau DTaP), mengingat kejadian pertusis pada dewasa muda penularan

pada bayi dan anak.

1. Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah. Ulangan DT-6

diberikan pada usia 12 tahun, mengingat masih dijumpai kasus difteria pada umur

lebih dari 10 tahun.

6

Page 7: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

2. Sebaiknya ulangan DT-6 pada umur 12 tahun diberikan dT (adult dose), tetapi di

Indonesia dT tidak ada di pasaran.

5. Dosis Vaksinasi DTP

1. DTwP atau DTaP atau DT adalah 0,5 ml, intramuskular, baik untuk imunisasi dasar

maupun ulangan.2,3,5, 10,13,20

Tetanus

Diskripsi:

Vaksin jerap TT (TetanusToksoid) adalah vaksin yang mengandung toxoid tetanus yang telah

dimurnikan dan teradsorbsi kedalam 3 mg/ml aluminium fosfat. Thimerosal 0,1 mg/ml

digunakan sebagai pengawet. Satu dosis 0,5 ml vaksin mengandung potensi sedikitnya 40 IU.

Dipergunakan untuk mencegah tetanus pada bayi yang baru lahir dengan mengimunisasi

WUS (Wanita Usia Subur) atau ibu hamil, juga untuk pencegahan tetanus pada ibu bayi.

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap tetanus.

Cara pemberian dan dosis:

1. Sebelum digunakan vaksin harus dikocok terlebih dahulu agar suspensi

menjadi homogen.

2. Untuk mencegah tetanus/tetanus neonatal terdiri dari 2 dosis primer yang

disuntikkan secara intra muskular atau subkutan dalam, dengan dosis pemberian 0,5

ml dengan interval 4 minggu. Dilanjutkan dengan dosis ketiga setelah 6 bulan

berikutnya. Untuk mempertahankan kekebalan terhadap tetanus pada wanita usia

subur, maka dianjurkan diberikan 5 dosis. Dosis keempat dan kelima diberikan dengan

interval minimal 1 tahun setelah pemberian dosis ketiga dan keempat. Imunisasi TT

dapat diberikan secara aman selama masa kehamilan bahkan pada periode trimester

pertama.

Kontra indikasi:

Gejala-gejala berat karena dosis pertama TT.

Efek Samping

Efek samping jarang terjadi dan bersifat ringan. Gejala-gejala seperti lemas, dan kemerahan

pada lokasi suntikan yang bersifat sementara, dan kadang-kadang gejala demam.

7

Page 8: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Jadwal Imunisasi

1. Jadwal imunisasi tetanus, sesuai dengan imunisasi difteria dalam vaksin DTwP atau

DTaP

2. Perkiraan lama waktu perlindungan antibodi tetanus.

Program imunisasi mengharuskan seorang anak minimal mendapat vaksin tetanus

toksoid sebanyak 5 kali untuk memberikan perlindungan seumur hidup. Dengan

demikian, pada saat wanita usia subur telah mendapat perlindungan untuk beyi yang

akan dilahirkan terhadap bahaya tetanus neonatorum. Perlindungan tersebut dapat

diperoleh dengan cara sebagai berikut:

1. Imunisasi DTwP atau DTaP pada bayi 3 kali (3 dosis) akan memberikan imunitas

selama 1-3 tahun. Dari 3 dosis toksoid tetanus pada bayi tersebut, diperkirakan

setara dengan 2 dosis toksoid pada anak yang lebih besar atau dewasa.

2. Ulangan DTP pada umur 18-24 bulan (DTP 4) akan memperpanjang imunitas 5

tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun, pada umur dewasa dihitung setara

dengan 3 dosis toksoid.

3. Dosis toksoid tetanus kelima (DTP/DT 5) bila diberikan pada usia masuk sekolah

akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi yaitu pada sampai umur dewasa

dihitung setara 5 dosis toksoid.

4. Upaya ETN dengan target sasaran TT 5 kali juga dilakukan pada anak sekolah.

3. Dosis vaksin DTP dan TT diberikan dengan dosis 0,5 ml secara intrmaskular.2,3,10

Polio

Diskripsi:

Vaksin Oral Polio hidup adalah Vaksin Polio Trivalent yang terdiri dari suspensi virus

poliomyelitis tipe 1,2 dan 3 (strain Sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan

jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa.(Vademecum Bio Forma Jan 2002)

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap poliomielitis.

Cara pemberian dan dosis:

8

Page 9: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

3. Diberikan secara oral (melalui mulut), 1 dosis adalah 2 (dua)

tetes sebanyak 4 kali (dosis) pemberian, dengan interval

setiap dosis minimal 4 minggu.

4. Setiap membuka vial baru harus menggunakan penetes

(dopper) yang baru.

Kontra indikasi:

Pada individu yang menderita “immune deficiency” tidak ada efek yang berbahaya yang

timbul akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun jika ada keraguan,

misalnya sedang menderita diare, maka dosis ulangan dapat diberikan setelah sembuh.

Efek Samping

Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralis yang disebabkan

oleh vaksin sangat jarang terjadi.

Pada saat ini telah beredar di Indonesia IPV (Inactivated Polio Vaccine) disamping OPV

(Oral Polio Vaccine) yang telah kita kenal selama ini. Vaksin IPV berisi antigen polio (polio 1,2,

dan 3) yang telah mati, sedangkan OPV berisi virus polio hidup. Kedua vaksin polio tersebut

dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat, maupun yang

menderita imunokompromais. Dapat pula diberikan dalam waktu bersamaan dengan vaksin

DTP.

1. Jadwal

1. Polio-O diberikan saat bayi lahir, karena Indonesia merupakan daerah endemik

polio maka sesuai pedoman program imunisasi nasional untuk mendapatkan

cakupan imunisasi yang lebih tinggi diperlukan tambahan imunisasi polio yang

diberikan setelah lahir. Mengingat OPV berisi virus polio hidup maka dianjurkan

diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit/ rumah bersalin agar tidak

mencemari bayi lain karena virus polio vaksin dapat diekskresi melalui tinja. Untuk

keperluan ini , IPV dapat menjadi alternatif.

2. Untuk imunisasi dasar polio (polio 2,3,4), interval diantaranya tidak kurang dari 4

minggu.

3. Dosis OPV, 2 tetes per-oral sedangkan IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuskular.

4. Vaksin polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4, selanjutnya saat

masuk sekolah (5-6 tahun).2,9,19,20

Campak

9

Page 10: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Diskripsi:

Vaksin campak merupakan vaksin virus yang dilemahkan. Setiap dosis (0,5 ml) mengandung

tidak kurang dari 1000 infective unit virus strain CAM 70 dan tidak lebih dari 100 mcg residu

kanamycin dan 30 mcg residu erythromycin.

Indikasi:

Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit campak.

Cara pemberian dan dosis:

5. Sebelum disuntikkan vaksin campak terlebih dahulu harus

dilarutkan dengan pelarut steril yang telah tersedia yang

berisi 5 ml cairan pelarut.

6. Dosis pemberian 0,5 ml disuntikkan secara subkutan pada

lengan kiri atas, pada usia 9-11 bulan. Dan ulangan (booster)

pada usia 6-7 tahun (kelas 1 SD) setelah catch-up campaign

campak pada anak Sekolah Dasar kelas 1 – 6.

Kontra indikasi:

Individu yang mengidap penyakit Immune deficiency atau individu yang diduga

menderita gangguan respon imun karena leukemia, limfoma.

Efek Samping

Hingga 15% pasien dapat mengalami demam ringan dan kemerahan selama 3 hari

yang dapat terjadi 8 – 12 hari setelah vaksinasi.

1. Vaksin campak dianjurkan diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara subkutan, pada

umur 9 bulan.

2. Hasil penelitian litbangkes Depkes 2000, didapatkan bahwa titer antibodi campak

pada anak usia sekolah 10-12 tahun hanya tinggal 50% diantaranya yang masih

mempunyai antibodi campak diatas ambang pencegahan. Sedangkan 28,3% diantara

kelompok usia 5-7 tahun pernah menderita campak walaupun sudah diimunisasi saat

bayi. Berdasarkan hal tersebut dianjurkan pemberian imunisasi campak ulang pada

saat masuk sekolah dasar (5-6 tahun). Namun apabila telah mendapat vaksinasi MMR

pada usia 15-18 bulan, ulangan campak umur 5 tidak diperlukan.

Imunisasi yang di anjurkan

Imunisasi yang dianjurkan kepada bayi/anak namun belum masuk ke dalam program

imunisasi nasional adalah MMR, Hib, tifoid, hepatitis A, varisela dan influenza. 1,2,9,10,20

10

Page 11: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

MMR

1. Virus campak Schwarz hidup dilemahkan dlm embrio ayam

2. Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam

3. Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia

4. Simpan 2 - 8º C,

5. Kontra indikasi

imunodepresi, alergi telur, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6 – 12

minggu), alergi neomisin, kanamisin.

1. Vaksin MMR diberikan pada umur 15-18 bulan dengan dosis satu kali 0,5 ml, secara

subkutan.

2. MMR diberikan minimal 1 bulan sebelum atau setelah penyuntikan imunisasi lainnya.

3. Apabila seorang anak telah mendapat imunisasi MMR pada umur 12-18 bulan

imunisasi campak-2 pada umur 5-6 tahun tidak perlu diberikan.

Ulangan diberikan pada umur 10-12 tahun atau 12-18 tahun. 1,2,9,10,20

Haemophilus Influenza tipe b (Hib)

Terdapat dua jenis vaksin Hib konjugasi yang beredar di Indonesia yaitu:

PRP-T dan PRP-OMP (PRP outer membrane protein complex)

4. Jadwal imunisasi

1. Vaksinasi PRP-T diberikan pada umur 2,4 dan 6 bulan.

2. Vaksin PRP-OMP diberikan pada umur 2 dan 4 bulan, dosis ketiga (6 bulan) tidak

diperlukan.

3. Vaksin Hib dapat diberikan secara bersamaan dengan DTwP atau DTaP dalam

bentuk vaksinasi kombinasi.

5. Dosis

1. Satu dosis vaksin Hib berisi 0,5 ml, diberikan secara intramuskular.

11

Page 12: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

2. Tersedia vaksin kombinasi DTwP/Hib atau DTaP/Hib (vaksin kombinasi berisi vaksin

PRP-T) dalam kemasan Prefilled syringe 0,5 ml.

6. Ulangan

1. Vaksin Hib baik PRP-T ataupun PRP-OMP pada umur 18 bulan

2. Apabila anak datang pada umur 1-5 tahun, Hib hanya diberikan 1 kali. 1,2,9,10,20

Deman Tifoid

Di Indonesia tersedia 2 jenis vaksin yaitu vaksin suntik (polisakarida) dan oral. Vaksin

capsular Vi polysaccharide diberikan intramuskular atau subkutan pada umur lebih dari 2

tahun, ulangan di lakukan setiap 3 tahun.

Tifoid oral diberikan pada umur lebih dari 6 tahun, dikemas dalam 3 dosis dengan interval

selang sehari (hari 1,3, dan 5). Imunisasi ulangan dilakukan setiap 3-5 tahun. Vaksin oral

pada umumnya diperlukan untuk turis yang akan berkunjung ke daerah endemis tifoid.

1,2,9,10,20

Hepatitis A

Jadwal imunisasi

3. Vaksin hep A diberikan pada umur lebih dari 2 tahun.

4. Vaksin kombinasi hepB/hepA tidak diberikan pada bayi kurang dari 12 bulan. Maka

vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur lebih dari 12 bulan, terutama

untuk catch-up immunization yaitu mengejar imunisasi hepB sebelumnya atau

vaksin hepB yang tidak lengkap.

7. Dosis pemberian

1. Dosis 720 U diberikan dua kali dengan interval 6 bulan, intramuskular di daerah

deltoid.

Kombinasi hepB/hepA (berisi hepB 10 mgr dan hepA 720 ) dalam kemasan prefilled syringe

0,5 ml intramuskular. 1,2,9,10,20

Varisela

Kesepakatan Satgas Imunisasi IDAI

12

Page 13: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

2. Efektif vaksin tidak diragukan lagi, namun cakupan imunisasi tinggi oleh karena

harganya masih mahal sehingga belum terjangkau oleh semua lapisan

masyarakat, maka imunisasi rutin belum dapat terlaksana.

3. Pada cakupan yang rendah, dapat mengubah epidemiologi penyakit dari masa

anak ke dewasa (pubertas), sehingga akibatnya angka kejadian varisela orang

dewasa akan meningkat dibandingkan anak.

4. Diketahui bahwa dampak penyakit varisela pada orang dewasa lebih berat

daripada anak, apalagi terjadi pada masa kehamilan dapat mengakibatkan bayi

menderita sindrom varisela konginetal dengan angka yang tinggi.

5. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka imunisasi varisela diberikan pada anak

yang lebih besar, namun kurang dari 13 tahun.

8. Jadwal imunisasi

1. Untuk menghindarkan perubahan penyakit tersebut, pada saat ini imunisasi

varisela direkomendasikan pada umur 10-12 tahun yang belum terpajan.

2. Untuk anak yang mengalami kontak dengan pasien varisela, vaksinasi dapat

mencegah apabila diberikan dalam kurun 72 jam setelah kontak.

9. Dosis

1. Dosis 0,5 ml, subkutan, satu kali.

Untuk umur lebih dari 13 tahun atau dewasa, diberikan 2 kali dengan jarak 4-8 minggu. 1,2,9,10,20

Vaksin kombinasi

13

Page 14: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Gambar :DPaT + Hib gambar: DPwT + Hib

(Infanrix-Hib ®,Tetract-Hib ®)

1. Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib

2. Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib

1. DPwT/DPaT : dalam vial

2. Hib dalam PFS (prefilled syringe)

3. Sebelum disuntikkan, dicampur dengan menyedot DPwT/DPaT ke dalam PFS Hib

4. Kontra indikasi

1. Sama dengan komponen masing-masing vaksin.1,20

Vaksin Pneumokokus

1. Mencegah IPD (Invasive Pneumococcus Diseases)

1. Septikemia / bakteremia

2. Pneumonia

3. Meningitis

2. Mencegah Non IPD :

1. Otitis media

2. Sinusitis

3. Konjugasi antigen dengan protein difteria

1. T cell dependent à cell memory (+)

2. kekebalan bertahan lama

4. Jadwal : 2, 4, 6, 12 -15 bulan. 1,20

RINGKASAN IMUNISASI BERDASARKAN UMUR PEMBERIAN

Saat

lahir

Hepatitis B-1

HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 dan 6 bulan, apabila status HbsAg-B bersamaan dengan vaksin HB-1. apabila semula status HbsAg ibu tidak diketahui bahwa ibu HsbAg positif maka masih dapat diberikan HB-lg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari

Polio-O diberikan saat kunjung pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS polio oral diberikan pada saat bayi dipulangkan (untuk menghindari btransmisi virus vaksin

14

Page 15: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

Polio-O kepada bayi lain).

1 bulan

Hepatitis

B-2

HB-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan

0-2

Bulan

BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. apabila BCG akan diberikan pada umur>3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberkulin lebih dulu dan BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif.

2 bulan

DPT-1

Hib-1

Polio-1

DTP diberikan pada umur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwP atau DTaP atau diberikan secara kombinasi.

Hib diberikan mulai umur 2 bulan dengan interval 2 bulan Hib dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan DTP.

Polio-1 dapat diberikan bersamaan dengan DTP-1

4 bulan

DPT-2

Hib-2

Polio-2

DTP-2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib-2.

Atau:

Dikombinasikan dengan Hib-2.

Polio-2 diberikan bersamaan dengan DTP-2

6 bulan

6 bulan

DTP 3

Hib 3

Polio 3

Hepatitis

B-3

DTP 3 diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hib 3 (PRP-T).Apabila mempergunakan Hib OMP,Hib 3 pada umur 6 bulan tidak perlu diberikan. Polio 3 diberikan bersamaan dengan DTP 3.

HB-3 diberikan umur 3-6 bulan. Untuk mendapat respons imun optimal interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan.

9 bulan

Campak Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan. Campak-2 pada SD kls 1, umur 6 tahun. Apabila telah mendapat MMR

15

Page 16: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

pada umur 15 bulan, Campak-2 tidak perlu diberikan.

15-18

bulan

MMR

Hib-4

Apabila sampai umur 12 bulan belum mendapat imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.

Hib-4 diberikan pada 15 bulan (PRP-T atau PRP-OMP).

18 bulan

DTP-4

Polio-4

DTP-4 (DTwP atau Dtap) diberikan 1 tahun setelah DTP-3

Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4

2 tahun

Hepatitis A Vaksin HepA direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan dua kali dengan interval 6-12 bulan.

2-3 tahun

Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun. Imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun.

5 tahun

DTP-5

Polio-5

DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun (DTwP/DTaP)

Polio-5 diberikan bersamaan dengan DTP-5

6 tahun

MMR Diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang belum mendapat MMR-1

10 tahun

dT/TT

Varisela

Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 (dT atau TT) diberikan untuk mendapat imunitas selama 25 tahun

Vaksin varisela diberikan pada umur 10 tahun.

JADWAL IMUNISASI TIDAK TERATUR

Pada keadaan tertentu imunisasi tidak dapat dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang

sudah disepakati. Keadaan ini tidak merupakan hambatan untuk melanjutkan imunisasi.

Vaksin yang sudah diterima oleh anak tidak menjadi hilang manfaatnya tetapi tetap sudah

menghasilkan respons imunologi sebagaimana yang diharapkan tetapi belum mempunyai

antibodi yang optimal. Dengan perkataan lain anak belum mempunyai antibodi yang optimal

karena belum mendapat imunisasi lengkap, sehingga kadar antibodi yang dihasilkan masih

dibawah kadar ambang perlindungan untuk kurun waktu yang panjang (life long immunity)

16

Page 17: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

sebagaimana bila imunisasinya lengkap. Dengan demikian kita harus menyelesaikan jadwal

imunisasi dengan melanjutkan imunisasi yang belum selesai.10,18,19

Tabel : Rekomendasi jadwal untuk vaksinasi yang tidak teratur.2,7,9

BCG Umur <12 bulan, boleh diberikan kapan saja. Umur >12 bulan, imunisasi kapan saja namun sebaiknya dilakukan terlebih dahulu uji tuberkulin apabila negatif berikan BCG dengan dosis 0,1 ml intrakutan

DTwP atau DTaP

Bila dimulai dengan DTwp boleh dilanjutkan dengan DTaP. Berikan dT pada anak >7 tahun, jangan DTwP atau DTaP apabila vaksin tersedia. Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak waktu /interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya. Bila belum pernah imunisasi dasar usia <12 bulan, imunisasi diberikan sesuai imunitas dasar baik jumlah maupun intervalnya. Bila pemberian ke-4 sebelum ulang tahun ke-4, maka pemberian ke-5 secepatnya 6 bulan sesudahnya. Bila pemberian ke-4 setelah umur 4 tahun, maka pemberian ke-5 tidak perlu lagi

Polio oral Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal tetapi lanjutkan dan lengkapi imunisasi seperti jadwal, tidak perduli berapapun jarak wawktu/interval keterlambatan dari pemberian sebelumnya.

Campak Umur antara 9-12 bulan, berikan kapan saja saat bertemu

Umur anak 1 tahun/lebih, berikan MMR

MMR Bila sampai dengan umur 12 bulan belum dapat vaksin campak, MMR bisa diberikan kapan saja setelah berumur 1 tahun

Hepatitis B Bila terlambat, jangan mengulang pemberian dari awal, tetapi lanjutkan dan lengakapi imunisasi seperti jadwal, tidak peduli berapapun jarak/interval dan pemberian sebelumnya. Anak dan remaja yang belum pernah imunisasi hepatitis B pada masa bayi, bisa mendapatkan serial imunisasi hepatitis B kapan saja saat berkunjung.

Hib Usia saat ini (bulan)

6 – 11

Riwayat imunisasi

1 dosis

Rekomendasi imunisasi

1x umur 6-11 bulan

Ulangan 1x setelah 2 bulan

17

Page 18: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

12 – 14

12 – 14

15 – 59

2 dosis sebelum umur 12 bulan

1 dosis sebelum umur 12 bulan

Jadwal tidak lengkap

Atau 12-15 bulan

Berikan 1 dosis

Berikan 2 dosis interval 2 bulan

Berikan 1 dosis

18

Page 19: ASPEK IMUNOLOGI IMUNISASI

DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti dian. 2008. Imunisasi Non PPI. Jember: FK UNEJ

2. Departemen Kesehatan R.I. 2006. Modul Materi Dasar 1 Kebijakan Program

Imunisasi.Jakarta

3. Ganardi. 2000.Imunisasi. Jakarta: Media dika

4. http--vinadanvani_files_wordpress_com-alat_suntik_imunisasi_html

5. IDAI.2008.Tentang imunisasi.html

6. Nurida. 2008. Program Imunisasi di Puskesmas. Jember: RSUD Soebandi

7. Notoatmodjo. 2003Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cet. ke-2, Mei.

Jakarta : Rineka Cipta.

8. Pusponegoro.2004.Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Jakarta: IDAI

9. Prasetyo R. 2008. Pedoman Imunisasi Puskesmas. Jember:FK UNEJ

10. Ranuh et al.2005. Pedoman Imunisasi di Indonesia edisi kedua.Jakarta:IDAI

11. World Health Organization.2004.Imunization in Practice.Geneva, Switzerland.

12. www.medicine.ukm. /wiki/ /Imuniti

13. www.mentorhealthcare.com

14. www. Medicine Tuberkulosis pada Anak.html

15. www.pijar/IMUNISASI.html

16.www.moh.gov/panduan Hib.html

17. www.wikipedia/ensiklopedia/jadwal imunisasi.html

18. Untoro.2008.Siapa yang tidak boleh imunisasi.Jakarta

19. www. Paradigma public health/Isu mutakhir Imunisasi.com

20. www.Biofarma/vaksin.com

19