Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
ASPEK KEAGENAN DALAM MEMODERASI STRUKTUR
MODAL PERUSAHAAN PUBLIK YANG MENDUDUKI JAKARTA
ISLAMIC INDEX SELAMA 2004-2014
Indah Hapsari
STIE Perbanas Surabaya
ABSTRACT
Managing the proportion of capital structures in accordance to sharia, at the
same time making its position in Jakarta Islamic index for more than ten years, is
important. This study aims to analyze the effect of liquidity to capital structures, and
the moderating of agency theory, such as managerial ownerships, institutional
ownerships, and independent commissioner, from the companies in Jakarta Islamic
Index during 2004-2014. Using linear regression and absolute difference test, the
results show that liquidity have a significant efffect to the capital structures,
meanwhile, managerial ownerships and institutional ownerships as the aspect of
agency, could influence the correlation between liquidity and capital structures.
These results indicate the importance of agency’s aspect for companies during this
time.
Keywords: Capital structure, liquidity, managerial ownerships, institutional
ownerships, independent commissioners.
PENDAHULUAN
Pengelolaan struktur modal merupakan hal yang penting bagi manajemen
perusahaan. Ketika perusahaan menjalankan operasionalnya, maka pembiayaannya
dapat diperoleh melalui pembiayaan internal hingga eksternal, baik yang berupa hutang
maupun ekuitas. Bagi perusahaan yang mempertimbangkan aspek syariah, maka
pengelolaan struktur modalnya menjadi lebih ditekankan. Sesuai dengan Peraturan
Bapepam-LK No.IX.A.13 terkait efek syariah, tingkat proporsi hutang dibanding
ekuitas yang diperkenankan adalah 45%:55%.
Perusahaan dengan likuiditas perdagangan saham yang baik di pasar reguler
sekaligus teridentifikasi sesuai dengan kriteria efek syariah, memiliki kesempatan untuk
masuk dalam Jakarta Islamic Index. Indeks ini telah ada sejak 2004, yang memuat tiga
puluh posisi saham syariah unggulan, dan direview setiap enam bulan dalam setahun,
yakni dalam periode Januari dan Juli, atau periode lain yang ditetapkan oleh Bapepam-
LK. Perusahaan dengan efek syariah harus senantiasa berupaya maksimal dalam
2
menghasilkan kinerja yang diharapkan pasar. Mempertahankan untuk berada dalam
posisi indeks tersebut berarti pula harus mampu mengelola struktur modal, supaya
proporsi antara hutang dan modalnya tetap berada dalam tingkat yang selaras dengan
ketentuan dan kriteria efek syariah.
Dalam pandangan teori pecking order, perusahaan mempunyai preferensi di
dalam memilih sumber pendanaan operasionalnya. Myers dan majluf (1984)
menyebutkan bahwa sumber dana internal yang berupa laba ditahan merupakan sumber
dana pertama yang dapat diharapkan oleh manajemen perusahaan. Akan tetapi, ketika
sumber dana internal diyakini kurang efektif dan efisien untuk digunakan, maka
perusahaan dapat mempertimbangkan sumber dana eksternal baik yang berupa hutang
atau penerbitan saham. Pilihan sumber dana eksternal ini mendorong manajemen untuk
memiliki komposisi sumber pendanaan yang sesuai bagi perusahaan. Jika sumber dana
hutang terlalu besar, perusahaan harus memikirkan konsekuensi dari biaya bunga
hingga potensi munculnya kesulitan keuangan. Bagi perusahaan terutama yang fokus
terhadap kesesuaian dengan kriteria syariah, komposisi tingkat hutang dalam
menentukan struktur modal menjadi penting.
Salah satu faktor yang mampu mempengaruhi struktur modal adalah likuiditas.
Likuiditas merupakan kemampuan perusahaan di dalam melunasi hutang jangka
pendeknya. Ketika perusahaan memilki rasio keuangan dengan tingkat likuiditas yang
baik, maka hal tersebut dapat menjadi suatu pertimbangan manajemen untuk memilih
sumber pendanaannya, apakah cukup dengan laba perusahaan, atau ditambah dengan
sumber eksternal berupa hutang. Dalam penelitian terdahulu, Nugrahani dan R.Djoko
(2012), Margaretha dan Ramadhan (2012), Sultera, Suhadak, dan Darminto (2014),
serta Widyarini dan Muid (2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap
struktur modal.
Selanjutnya, pada dasarnya perusahaan merupakan suatu entitas yang berdiri
terpisah dengan pemiliknya. Hal ini mengindikasikan adanya pemisahan antara pemilik
dengan pengelola perusahaan, dimana sesuai dengan teori agensi, pemilik atau principal
memberikan wewenang kepada perusahaan atau agensi untuk mengelola perusahaan.
Apabila terdapat perbedaan kepentingan diantara keduanya, maka konflik agensi dapat
timbul.
3
Perbedaan kepentingan terkait keputusan sumber pendanaan pun dapat terjadi.
Pemilihan struktur modal yang dilakukan manajemen perusahaan tidak selamanya dapat
berjalan seperti yang diharapkan oleh pihak penyedia dana atau prinsipal. Oleh sebab
itu, mekanisme tata kelola yang baik muncul untuk meminimalisir konflik agensi
tersebut. Penyelaraskan kepentingan antara prinsipal dan agen dapat diminimalisir dari
adanya kepemilikan manajerial (Jensen dan Meckling, 1976). Perilaku oportunistik
perusahaan dapat dimonitoring dan dikontrol dari suatu kepemilikan institusional
(Jensen, 1986). Sementara itu, pengendali internal tertinggi perusahaan yang memonitor
dan mengarahkan perusahaan serta diharapkan mampu menyelaraskan kepentingan
prinsipal dan agen ditekankan dari keberadaan peranan komisaris independen (Fama
dan Jensen, 1983). Ketiga hal tersebut merupakan bagian dari aspek agensi yang
diharapkan mampu mempersempit jurang konflik agensi. Beberapa penelitian terdahulu
bahkan mengemukakan bahwa terdapat pengaruh antara kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional, dan komisaris independen terhadap struktur modal
perusahaan (Abdoli, Lashkary, dan Dehghani, 2012; Bobkin dan Arko, 2012; Hussainey
dan Aljifri, 2012; Kajananthan, 2012; Mousavi, Jari, dan Aliahmadi, 2012; Kurniawan
dan Rahardjo, 2014).
Manajemen memiliki kecenderungan untuk memilih sumber pendanaan hutang
dalam pengelolaan struktur modalnya, terutama apabila rasio keuangan memberikan
sinyal yang cukup untuk mengarahkan manajer dalam memutuskan pembiayaan hutang.
Meski demikian, manajemen juga dapat berperilaku menghindari sumber pendanaan
eksternal yang tinggi karena faktor risk aversion. Hal apapun yang menjadi keputusan
pembiayaan manajemen dapat merupakan suatu bentuk oportunistik manajemen.
Apabila peranan aspek agensi dipandang sebagai bagian dari terwujudnya tata kelola
perusahaan yang baik dan selaras dengan kepentingan pemilik, maka tingkat likuiditas
yang menjadi determinan struktur modal pun tidak lepas dari peranan dan pandangan
dari suatu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan komisaris independen.
TINJAUAN TEORI DAN HIPOTESIS
Teori pecking order mengakui adanya preferensi atas sumber pendanaan
perusahaan, dimana perusahaan dapat memilih sumber dana internal dari laba ditahan,
4
atau sumber dana eksternal berupa hutang atau penerbitan saham (Myers dan majluf,
1984). Dalam hirarki keputusan pendanaan, hal yang lebih diprioritaskan adalah sumber
dana internal (laba ditahan) dan apabila sumber dana tersebut dinilai tidak memadai,
maka perusahaan dapat memilih alternatif sumber dana eksternal baik melalui hutang
maupun penerbitan saham. Dalam komposisi sumber pendanaan eksternal, perusahaan
diharapkan untuk tidak memilih sumber pendanaan eksternal dari hutang yang terlalu
tinggi, karena faktor kegagalan finansial di kemudian hari. Adapun terkait efek yang
memenuhi prinsip syariah, rasio struktur modal yang diperkenankan, antara proporsi
tingkat hutang dan modal maksimal, adalah 45% : 55%.
Likuiditas yang baik mencerminkan memadainya aset lancar perusahaan
sehingga mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Hal ini mengindikasikan
pula bahwa perusahaan dengan aset lancar yang memadai seharusnya mampu
membiayai kegiatan operasional. Pemilihan sumber pendanaan internal dapat
diprioritaskan karena sifatnya yang murah dan tidak beresiko seperti sumber pendanaan
eksternal dari hutang. Sesuai dengan teori pecking order, maka likuiditas yang baik tetap
menjadikan perusahaan untuk mengutamakan sumber pendanaan internal atau melalui
laba ditahan. Penekanan sumber pembiayaan dari hutang pun dapat terjadi dan
memperkecil kemungkinan adanya tingkat hutang yang melebihi ketentuan saham
syariah dalam BAPEPAM-LK. Nugrahani dan R.Djoko (2012), Margaretha dan
Ramadhan (2012), Sultera, Suhadak, dan Darminto (2014), serta Widyarini dan Muid
(2014) menyatakan bahwa likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
H1 : Likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal
Dalam hal manajemen yang bertindak sebagai risk aversion, tingkat likuiditas
yang baik dapat menjadi sinyal untuk menghindari kegagalan finansial akibat struktur
modal yang terlalu banyak dibiayai dari hutang. Manajemen dapat menggunakan laba
perusahaan yang merupakan preferensi sumber dana menurut teori pecking order.
Meski demikian, ada kalanya para pemilik (terutama investor) mengharapkan supaya
manajemen dapat bekerja lebih maksimal dan salah satu hal yang mampu mengikat
tindakan manajemen adalah keberadaan suatu kontrak hutang. Perbedaan kepentingan
ini menimbulkan suatu masalah keagenan. Konflik atau masalah keagenan (Jensen dan
Meckling, 1976) timbul akibat ketidakselarasan antara kepentingan prinsipal (pemilik)
5
dengan kepentingan agen (pengelola perusahaan). Pemisahan antara prinsipal (pemilik
perusahaan) dan agen (manajemen perusahaan) ini dapat menghadirkan perilaku
oportunistik yang menguntungkan manajemen, namun tidak selaras dengan kepentingan
pemilik. Guna meminimalisir masalah keagenan, maka suatu tata kelola perusahaan pun
dipertimbangkan. Jika dengan tingkat hutang tertentu dalam suatu struktur modal dapat
membuat perusahaan melaksanakan operasional dan ekspansi yang lebih baik, rasio
keuangan yang menjadi sinyal keputusan struktur modal pun dapat dipengaruhi pula
oleh pertimbangan suatu mekanisme tata kelola perusahaan, atau dalam hal ini
diproksikan dalam suatu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
komisaris independen.
Pihak manajemen yang berperan sebagai pemilik perusahaan mengindikasikan
kesamaan pemahaman dan keselarasan kepentingan yang diharapkan dapat menekan
masalah keagenan. Pihak manajemen yang turut merasakan memiliki perusahaan
tersebut dapat bertindak lebih aktif dan maksimal di dalam menghasilkan nilai
perusahaan yang hendak dicapai, termasuk di dalam memilih penggunaan hutang dalam
struktur modalnya, apabila diyakini mampu memberikan kontribusi bagi terlaksananya
operasional perusahaan yang diharapkan. Meski likuiditas dapat menjadi sinyal aman di
dalam keputusan pendanaan, tetapi motivasi lain dari suatu kepemilikan manajerial
dapat pula mempengaruhi keputusan atas struktur modal perusahaan.
H2 : Kepemilikan manajerial mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap
struktur modal.
Pemilik institusi memiliki insentif untuk melakukan usaha monitoring
perusahaan (Jensen, 1986; Shleifer dan Vishny, 1986). Sementara itu, komisaris
independen merupakan pengendali internal tertinggi yang dapat mengawasi dan
mengarahkan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983). Fungsi pengawasan yang dijalankan
keduanya merupakan bentuk upaya di dalam mengendalikan perilaku oportunistik
manajemen. Keberadaan kepemilikan institusional menjadi penting, dimana apabila
perusahaan bertindak tidak sesuai yang diharapkan investor institusi, maka pihak
investor dapat memilih untuk tetap mempertahankan atau menjual kepemilikan
sahamnya. Keberadaan komisaris independen juga senantiasa diperlukan, terutama di
dalam mengawasi dan mengontrol perusahaan. Kedua aspek agensi tersebut, baik
6
kepemilikan institusional maupun komisaris independen, sama-sama menjadi faktor
penting yang tidak hanya memperkecil konflik keagenan, namun juga berperan dalam
mengawasi keputusan pendanaan perusahaan, terutama terkait struktur modal
perusahaan. Dengan demikian, meski likuiditas merupakan salah satu rasio keuangan
yang dapat memberikan sinyal aman di dalam keputusan pendanaan, tetapi pandangan
pemilik institusi dan arahan komisaris independen dapat pula mempengaruhi hubungan
antara likuiditas dengan struktur modal perusahaan.
H3 : Kepemilikan institusional mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap
struktur modal.
H4 : Komisaris independen mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap
struktur modal.
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang menguji pengaruh likuiditas
terhadap struktur modal, dan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, serta komisaris independen di dalam memoderasi hubungan antara
likuiditas dan struktur modal. Variabel independen dalam penelitian adalah likuiditas,
variabel dependen dalam penelitian adalah struktur modal, sedangkan kepemilikan
manajerial, kepemilikan institusional, serta komisaris independen bertindak sebagai
variabel moderasi. Populasi dalam penelitian ini adalah tiga puluh posisi perusahaan
publik dalam Jakarta Islamic Index (JII), sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah
perusahaan publik yang berada dan menduduki posisi dalam Jakarta Islamic Index
selama 2004 hingga 2014, berdasarkan lampiran pengumuman BEJ No.Peng-175/BEJ-
DAG/U/06-2004, yang selanjutnya selalu direview setiap enam bulan sekali, hingga
lampiran Pengumuman BEI No.:Peng-00837/BEI.OPP/11-2013. Adapun data yang
diperoleh berupa data laporan keuangan 2004-2014 dari ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) dan situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id). Penelitian ini
menggunakan pengujian dengan regresi linier untuk hipotesis pertama dan uji selisih
mutlak untuk menjawab hipotesis kedua, ketiga, dan keempat. Uji nilai selisih mutlak
(Gozhali, 2013: 235-239) merupakan salah satu teknik analisis di dalam menguji
variabel moderasi, dengan tingkat terjadinya multikolinearitas yang rendah.
7
Adapun persamaan-persamaan regresi dalam penelitian adalah:
(1) DER = α + 1 Lkd + ……………………………...…... (persamaan 1 untuk
uji H1)
Keterangan:
DER : Struktur Modal, diukur dengan debt to equity ratio
α : Konstanta
Lkd : Likuiditas, diukur dengan aset lancar dibagi hutang lancar
1 : Koefisien regresi yang diestimasi
: error term
(2) DER = α + 1 Lkd + 2 KMj + 3 |Lkd-KMj| …………... (persamaan 2 untuk uji H2)
Keterangan:
DER : Struktur Modal, diukur dengan debt to equity ratio
α : Konstanta
Lkd : Standardized Likuiditas
KMj : Standardized Kepemilikan Manajerial
|Lkd-KMj| : Interaksi (moderasi kepemilikan manajerial), diukur dengan nilai
absolut perbedaan antara Lkd dan KMj (Abs_Lkd_KMj)
1- 3 : Koefisien regresi yang diestimasi
(3) DER = α + 1 Lkd + 2 KIns + 3 |Lkd-KIns| ……...…... (persamaan 3 untuk uji H3)
Keterangan:
DER : Struktur Modal, diukur dengan debt to equity ratio
α : Konstanta
Lkd : Standardized Likuiditas
KIns : Standardized Kepemilikan Institusional
|Lkd-KIns| : Interaksi (moderasi kepemilikan institusional), diukur dengan nilai
absolut perbedaan antara Lkd dan KIns (Abs_Lkd_KIns)
1- 3 : Koefisien regresi yang diestimasi
(4) DER = α + 1 Lkd + 2 KMj + 3 |Lkd-KInd| ……...…... (persamaan 4 untuk uji H4)
Keterangan:
DER : Struktur Modal, diukur dengan debt to equity ratio
α : Konstanta
Lkd : Standardized Likuiditas
KInd : Standardized Komisaris Independen
|Lkd-KInd| : Interaksi (moderasi komisaris independen), diukur dengan nilai
absolut perbedaan antara Lkd dan Kind (Abs_Lkd_KInd)
1- 3 : Koefisien regresi yang diestimasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji pengaruh likuiditas terhadap struktur modal, dan
pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, serta komisaris independen
8
di dalam memoderasi hubungan antara likuiditas dan struktur modal pada perusahaan
publik yang menduduki Jakarta Islamic Index selama 2004-2014. Berdasarkan lampiran
pengumuman BEJ No.Peng-175/BEJ-DAG/U/06-2004 tanggal 25 Juni 2004 untuk
saham JII hingga Desember 2004, sampai dengan lampiran Pengumuman BEI
No.:Peng-00837/BEI.OPP/11-2013 tanggal 27 November 2014 untuk saham JII hingga
Desember 2014, terdapat enam perusahaan publik yang menjadi sampel penelitian
dalam kurun waktu 2004-2014, yaitu:
1. PT Indocement Tunggal Prakarsa, Tbk. (Kode emiten : INTP)
2. PT Kalbe Farma, Tbk. (Kode emiten : KLBF)
3. PT Tambang Batu Bara Bukit Asam, Tbk. (Kode emiten : PTBA)
4. PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk. (Kode emiten : TLKM)
5. PT United Tractors, Tbk. (Kode emiten : UNTR), dan
6. PT Unilever Indonesia, Tbk. (Kode emiten : UNVR)
Dengan demikian, terdapat sejumlah 66 sampel perusahaan selama periode
penelitian 2004 hingga 2014.
Tabel 1. Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
KMj 66 .0000 .0035 .000145 .0006125
Kins 66 .5100 .8500 .626986 .1129417
Kind 66 .0000 .5714 .297238 .1610592
Lkd 66 .5416 6.9821 2.553595 1.7499942
DER 66 .1464 2.1053 .780515 .5096566
Valid N
(listwise) 66
Sumber: Peneliti (2016)
Berdasarkan Tabel 1, nilai maksimum dari variabel kepemilikan manajerial
adalah 0.0035 dan nilai minimum dari variabel kepemilikan manajerial adalah 0.00,
dengan nilai rata-rata 0.000145 dan standar deviasi 0.0006125. Sementara itu, nilai
maksimum dari variabel kepemilikan institusional sebesar 0.85 dan nilai minimum dari
variabel kepemilikan institusional sebesar 0.51, dengan nilai rata-rata 0.63 dan standar
deviasi 0.11. Selanjutnya, nilai maksimum dari variabel proporsi komisaris independen
yaitu 0.57 dan nilai minimum dari variabel proporsi komisaris independen yaitu 0.00,
9
dengan nilai rata-rata 0.297 dan standar deviasi 0.161. Adapun nilai maksimum
likuiditas dan debt to equity ratio (DER-struktur modal) adalah 6.98 dan 2.10
sedangkan nilai minimumnya adalah 0.54 dan 0.14, dengan nilai rata-rata secara
berturut-turut sebesar 2.55 dan 0.78, serta nilai standar secara berturut-turut senilai 1.75
dan 0.51.
Tabel 2. Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik Hasil Pengujian
Uji normalitas persamaan 1 Kolmogorov-smirnov 0.085 dengan asymp sig. 0.200
Uji normalitas persamaan 2 Kolmogorov-smirnov 0.110 dengan asymp sig.
0.069
Uji normalitas persamaan 3 Kolmogorov-smirnov 0.058 dengan asymp sig. 0.200
Uji normalitas persamaan 4 Kolmogorov-smirnov 0.075 dengan asymp sig. 0.200
Uji multikolinearitas
persamaan 1
Lkd dengan nilai Tolerance 1 dan VIF 1
Uji multikolinearitas
persamaan 2
Lkd dengan nilai Tolerance 0.417 dan VIF 2.398
KMj dengan nilai Tolerance 0.366 dan VIF 2.732
Abs_Lkd_KMj dengan nilai Tolerance 0.213; VIF
4.696
Uji multikolinearitas
persamaan 3
Lkd dengan nilai Tolerance 0.623 dan VIF 1.606
KIns dengan nilai Tolerance 0.494 dan VIF 2.026
Abs_Lkd_KIns dengan nilai Tolerance 0.514; VIF
1.946
Uji multikolinearitas
persamaan 4
Lkd dengan nilai Tolerance 0.700 dan VIF 1.428
KInd dengan nilai Tolerance 0.731 dan VIF 1.369
Abs_Lkd_KInd dengan nilai Tolerance 0.870;VIF
1.149 Sumber: Peneliti (2016)
Residual data terdistribusi normal dimana nilai kolmogorov-smirnov untuk
persamaan 1 sebesar 0.085 dengan tingkat signifikansi 0.200 di atas 0.05 ; nilai
kolmogorov-smirnov untuk persamaan 2 sebesar 0.110 dengan tingkat signifikansi
0.069 di atas 0.05 ; nilai kolmogorov-smirnov untuk persamaan 3 sebesar 0.058 dengan
tingkat signifikansi 0.200 di atas 0.05 ; dan nilai kolmogorov-smirnov untuk persamaan
4 sebesar 0.075 dengan tingkat signifikansi 0.200 di atas 0.05. Dengan demikian, untuk
setiap persamaan dalam penelitian telah memenuhi asumsi normalitas. Berdasarkan
hasil uji multikolinearitas, tabel 3 juga menunjukkan bahwa untuk setiap persamaan
10
dalam penelitian telah memenuhi asumsi multikolinearitas. Adapun nilai tolerance dari
masing-masing variabel, baik untuk persamaan 1, 2, 3 maupun 4, telah berada di atas
0.1 dan VIF telah berada di bawah 10, sehingga asumsi multikolinearitas terpenuhi.
Terakhir, tidak terjadi heteroskedastisitas berdasarkan gambar 1 di bawah ini. Dalam
setiap uji plot heteroskedastisidas tersebut, terlihat bahwa titik-titik cenderung
menyebar dan tidak membentuk suatu pola tertentu, sehingga asumsi heteroskedastisitas
terpenuhi.
Adapun hasil uji regresi dan uji selisih mutlak terangkum dalam tabel berikut
ini:
Tabel 3. Hasil Analisis Regresi
Keterangan Hasil Pengujian
(Persamaan 1) DER = 1.335 - 0.217 Lkd + Ɛ
Lkd Sig. t = 0.000 H1 Diterima Sig. F = 0.000 Adj. R2 = 0.549
(Persamaan 2) DER = 0.450 - 0.433 Lkd - 0.119 KMj + 0.274 |Lkd-KMj|
Moderasi KMj Sig. t = 0.000 H2 Diterima Sig. F = 0.000 Adj. R2 = 0.691
(Persamaan 3) DER = 0.606 - 0.425 Lkd - 0.05 KIns + 0.146 |Lkd-KIns|
Moderasi KIns Sig. t = 0.004 H3 Diterima Sig. F = 0.000 Adj. R2 = 0.627
(Persamaan 4) DER = 0.745 - 0.294 Lkd - 0.178 KInd + 0.039 |Lkd-KInd|
Moderasi KInd Sig. t = 0.620 H4 Ditolak Sig. F = 0.000 Adj. R2 = 0.630 Sumber: Peneliti (2016)
Berdasarkan Tabel 3, nilai signifikansi F pada persamaan 1, 2, 3, dan 4 sebesar
0.000 di bawah 0.05. Hal ini mencerminkan bahwa model dalam penelitian tergolong
model yang fit, dan seluruh variabel independen dalam penelitian dapat mewakili
variabel dependennya. Selanjutnya, koefisien determinasi yang terlihat dari nilai
adjusted R square pada persamaan 1, 2, 3, dan 4 secara berturut-turut sebesar 0.549,
0.691, 0.627, dan 0.630, atau dengan kata lain variabel independen dalam penelitian
mampu menjelaskan tingkat hutang (DER) pada perusahaan sampel selama kurun
waktu 2004-2014 sebesar : 54.9% untuk persamaan 1 (dan sebesar 45,1% dijelaskan
oleh faktor lain di luar penelitian); 69.1% untuk persamaan 2 (dan sebesar 30,9%
dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian); 62.7% untuk persamaan 3 (dan sebesar
11
37,3% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian); serta 63% untuk persamaan 4 (dan
sebesar 37% dijelaskan oleh faktor lain di luar penelitian).
Berdasarkan hasil pengujian, likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur
modal pada perusahaan publik yang menduduki posisi Jakarta Islamic Index selama
kurun waktu penelitian 2004-2014. Hal ini terbukti dengan adanya nilai koefisien
regresi variabel likuiditas sebesar -0,217 dengan signifikasi sebesar 0,000 yang berada
di bawah tingkat signifikasi (α) 5%. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian
Nugrahani dan R.Djoko (2012), Margaretha dan Ramadhan (2012), Sultera, Suhadak,
dan Darminto (2014), serta Widyarini dan Muid (2014) yang menyatakan bahwa
likuiditas memiliki pengaruh terhadap struktur modal.
Dalam sudut pandang teori pecking order, perusahaan memiliki preferensi dalam
sumber pendanaannya, yakni melalui sumber pendanaan internal (atau laba ditahan),
kemudian diikuti sumber pendanaan eksternal (melalui hutang) apabila sumber internal
dirasa kurang memadai. Meski demikian, apabila proporsi hutang dalam perusahaan
terlampau besar, maka dikhawatirkan potensi kegagalan keuangan pun dapat meningkat.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan justru cenderung menekan proporsi
tingkat hutang dalam struktur modalnya apabila tingkat likuiditasnya tinggi. Hal ini
mengindikasikan bahwa melalui tingkat aset lancar yang memadai, perusahaan merasa
mampu membiayai aktivitas operasional dan investasinya, sehingga tingkat hutang yang
menjadi sumber pendanaan pun dapat ditekan dan risiko finansial yang dihadapi
perusahaan pun semakin menurun. Dalam hal ini, likuiditas yang berpotensi menekan
tingkat hutang pun mempunyai kontribusi di dalam mengontrol struktur modal, supaya
tetap sesuai dengan kriteria atau prinsip syariah.
Berdasarkan hasil pengujian, kepemilikan manajerial dapat memoderasi
hubungan antara likuiditas dengan struktur modal pada perusahaan publik yang
menduduki posisi Jakarta Islamic Index selama kurun waktu penelitian 2004-2014. Hal
ini terbukti dengan adanya nilai koefisien regresi variabel moderasi kepemilikan
manajerial sebesar 0.274 dengan signifikasi sebesar 0,000 yang berada di bawah tingkat
signifikasi (α) 5%. Ketika pihak manajemen juga bertindak sebagai pemilik perusahaan,
maka hal ini dapat menimbulkan kesamaan pemahaman dan keselarasan kepentingan
yang diharapkan dapat meminimalisir masalah keagenan. Pihak manajemen akan
12
bertindak lebih aktif dan maksimal di dalam memenuhi nilai perusahaan yang hendak
dicapai, karena hal ini turut melibatkan kemakmuran atas kepemilikannya. Dalam hal
pemilihan penggunaan hutang terkait struktur modalnya, apabila hal tersebut diyakini
mampu memberikan kontribusi bagi terlaksananya operasional perusahaan yang
diharapkan, maka likuiditas yang baik belum tentu menjadi satu-satunya faktor penentu
struktur modal. Meski likuiditas dapat menjadi sinyal aman di dalam keputusan
pendanaan, tetapi motivasi lain dari suatu kepemilikan manajerial, seperti memenuhi
target kemakmuran nilai perusahaan, maka dapat berdampak pula di dalam
mempengaruhi keputusan atas struktur modal perusahaan. Dalam hal ini, kepemilikan
manajerial pun mampu memoderasi pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil pengujian, kepemilikan institusional dapat memoderasi
hubungan antara likuiditas dengan struktur modal pada perusahaan publik yang
menduduki posisi Jakarta Islamic Index selama kurun waktu penelitian 2004-2014. Hal
ini terbukti dengan adanya nilai koefisien regresi variabel moderasi kepemilikan
institusional sebesar 0.146 dengan signifikasi sebesar 0,004 yang berada di bawah
tingkat signifikasi (α) 5%. Pemilik institusi pada hakikatnya memiliki insentif untuk
melakukan usaha monitoring perusahaan (Jensen, 1986). Kepemilikan institusional juga
berperan dalam mengawasi keputusan pendanaan perusahaan, terutama terkait struktur
modal perusahaan. Ketika perusahaan bertindak tidak sesuai seperti yang diharapkan
investor institusi, maka pihak investor dapat memilih untuk tetap mempertahankan atau
menjual kepemilikan sahamnya. Oleh sebab itu, meski likuiditas merupakan salah satu
rasio keuangan yang dapat memberikan sinyal aman di dalam keputusan pendanaan,
tetapi pandangan pemilik institusi dapat pula mempengaruhi hubungan antara likuiditas
dengan struktur modal perusahaan. Hal ini mencerminkan kuatnya posisi dan peran
kepemilikan institusional terkait jalannya perusahaan, yang bahkan mampu memoderasi
pengaruh likuiditas terhadap struktur modal.
Berdasarkan hasil pengujian, komisaris independen tidak dapat memoderasi
hubungan antara likuiditas dengan struktur modal pada perusahaan publik yang
menduduki posisi Jakarta Islamic Index selama kurun waktu penelitian 2004-2014. Hal
ini terbukti dengan adanya nilai koefisien regresi variabel moderasi komisaris
independen sebesar 0.039 dengan signifikasi sebesar 0,620 yang berada di atas tingkat
13
signifikasi (α) 5%. Komisaris independen merupakan pengendali internal tertinggi yang
dapat mengawasi dan mengarahkan perusahaan (Fama dan Jensen, 1983). Fungsi
pengawasan ini menjadi salah satu bentuk upaya di dalam mengendalikan perilaku
oportunistik manajemen. Keberadaan komisaris independen menjadi faktor penting
yang tidak hanya memperkecil konflik keagenan, namun juga berperan dalam
mengawasi keputusan pendanaan perusahaan, terutama terkait struktur modal
perusahaan. Meski demikian, hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa komisaris
independen tidak dapat mempengaruhi hubungan antara likuiditas dengan struktur
modal perusahaan. Hasil ini mencerminkan kemungkinan bahwa komisaris independen
berperan sebatas mengawasi dan mengarahkan perusahaan, tanpa benar-benar
mempengaruhi keputusan final struktur modal perusahaan yang sesuai dengan harapan
pemilik. Hal ini memiliki implikasi bahwa komisaris independen tidak hanya suatu
posisi yang benar-benar membutuhkan peran yang independen serta memiliki
pengetahuan dan kompetensi ekonomi bisnis yang memadai, namun juga berkarakter
dan berperilaku kuat di dalam mengarahkan perusahaan untuk mencapai nilai
perusahaan yang hendak dicapai.
SIMPULAN
Menetapkan sumber pendanaan perusahaan, mengatur proporsi struktur modal,
dan mempertahankan posisi pada Jakarta Islamic Index selama lebih dari sepuluh tahun
bukanlah hal yang sederhana. Penelitian ini telah mengidentifikasi pengaruh likuiditas
terhadap struktur modal, dan pengaruh kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, serta komisaris independen di dalam memoderasi hubungan antara
likuiditas dan struktur modal. Berdasarkan hasil analisis, dapat disimpulkan bahwa
likuiditas berpengaruh terhadap struktur modal. Meskipun komisaris independen tidak
dapat memoderasi pengaruh likuiditas dan struktur modal, namun aspek agensi lainnya,
atau dalam hal ini diproksikan sebagai kepemilikan manajerial dan kepemilikan
institusional, mampu memoderasi pengaruh hubungan antara likuiditas dan struktur
modal. Hal ini mengindikasikan betapa kuatnya peran dari adanya suatu kepemilikan
manajerial dan kepemilikan institusional, dimana keputusan pendanaan juga
dipertimbangkan melalui faktor-faktor tersebut.
14
Penelitian ini menekankan peran moderasi dari ketiga aspek agensi, sehingga
setiap proksi agensi tersebut diuji pengaruh moderasinya atas hubungan antara likuiditas
dan struktur modal. Oleh sebab itu, penelitian selanjutnya dapat menggunakan analisis
faktor terlebih dahulu dan merangkumnya dalam satu aspek agensi, atau menggunakan
variabel lain seperti corporate governance index. Selain itu, penelitian selanjutnya juga
dapat menambah kompensasi manajemen atau variabel lainnya sebagai bagian dari
faktor yang memiliki kecenderungan untuk memperkecil munculnya konflik agensi.
DAFTAR PUSTAKA
Abdoli, Mohamadreza, Mohammad Lashkary, dan Mohammadreza Dehghani. 2012.
Corporate Governance and Its Effect on the Corporate Financial
Leverage. Journal of Basic and Applied Scientific Research, Vol. 2, No. 9, ISSN
2090-4304.
Bokpin, Godfred A. dan Anastacia C. Arko. 2012. Ownership Structure, Corporate
Governance and Capital Structure Decisions of Firms: Empirical Evidence from
Ghana. Studies in Economics and Finance, Vol. 26, No. 4, Hlmn. 246-256, DOI
10.1108/10867370910995708.
Fama, Eugene, dan Michael Jensen. 1983a. Separation of Ownership and Control.
Journal of Law and Economics, hlmn: 301-325.
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 21.
Semarang: Badan Penerbitan Universitas Diponegoro.
Hussainey, Khaled dan Khaled Aljifri. 2012. Corporate Governance Mechanisms and
Capital Structure in UAE. Journal of Applied Accounting Research, Vol. 13, No.
2, Hlmn. 145-160, DOI 10.1108/09675421211254849.
Jensen, Michael C. 1986. Agency Cost of Free Cash Flow, Corporate Finance and Take
Overs. American Economics Review, Vol. 76, No 2, Hlmn: 323-329.
Jensen, M.C. dan Meckling, W.H. 1976. Theory of the Firm: Manajerial Behaviour,
Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, Vol. 3,
No. 40, Hlmn: 305-60.
Kajananthan, Rajendran. 2012. Effect of Corporate Governance on Capital Structure:
Case of The Srilanka Listed Manufacturing Company. International Refereed
Research Journal - Journal of Arts, Science & Commerce, Vol. III, Issue–4(1),
E-ISSN 2229-4686, ISSN 2231-4172.
15
Kurniawan, Vito Janitra, dan Shiddiq Nur Rahardjo. 2014. Pengaruh Antara Tata Kelola
Perusahaan (Corporate Governance) dengan Struktur Modal Perusahaan.
Diponegoro Journal of Accounting, Vol. 3, No. 3, Hlmn: 1-9, ISSN (Online):
2337-3806.
Margaretha, Farah dan Aditya Rizky Ramadhan. 2010. Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Struktur Modal Pada Industri Manufaktur di Bursa Efek
Indonesia. Jurnal Bisnis dan Akuntansi, Vol. 2 No. 2, Hlmn : 119-130.
Mousavi, Zahra, Azam Jari, dan Saied Aliahmadi. 2012. The Evaluation of Corporate
Governance Monitoring Mechanisms on Capital Structure in Tehran Stock
Exchange. International Journal of Business and Social Science, Vol. 3, No. 1.
Myers, Stewart. 1984. The capital Structure Puzle. Journal of Finance, Vol. 39
Myers, Stewart dan Nicholas S. Majluf. 1984. Corporate Financing and Investment
Decision When Firms Have Information That Investors Do Not Have. Journal of
Financial Economics, Vol. 13, No. 2, Hlmn: 187-221.
Nugrahani, Sarsa Meta dan R.Djoko Sampurno. 2012. Analisis Pengaruh Profitabilitas,
Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Ukuran Perusahaan, Dan kepemilikan
Manajerial Terhadap Struktur Modal. Diponegoro Business Review, Vol. 1, No.
1, Hlmn : 1-9.
Shleifer, Andrei and Rober W. Vishny. 1986. Large Shareholders and Corporate
Control. Journal of Political economy, Vol. 94, No. 3.
Sultera, Fatimah Karunia, dan Darminto Suhadak. 2014. Pengaruh Aspek Fundamental
dan Risiko Bisnis Terhadap Financial Leverage (Studi pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Aneka Industridi BEI Periode Tahun 2007 – 2011). Jurnal
profit, Vol. 6 No.2.
Widyarini, Rahmadian dan Dul Muid. 2014. Analisis Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Leverage Pada Perusahaan Tambang yang Terdaftar Di Bursa.