Upload
purnama-hambayangbersyukur
View
131
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
Pada hakikatnya, orang belum dapat dikatakan paham dalam penyusunan laporan keuangan jika belum memahami siklus akuntansi. Kenapa? Akuntansi, pada dasarnya, merupakan suatu proses pengolahan informasi yang menghasilkan keluaran berupa informasi akuntansi, yang salah satu bentuknya adalah laporan keuangan.
Laporan keuangan adalah hasil akhir dari suatu proses akuntansi, yaitu aktivitas pengumpulan dan pengolahan data keuangan untuk disajikan dalam bentuk laporan keuangan atau ikhtisar-ikhtisar lainnya yang dapat digunakan untuk membantu para pemakainya dalam mengambil keputusan. Penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan dipertanggung-jelaskan serta dapat diterima secara umum, didasari pada prinsip akuntansi, prosedur-prosedur, metoda-metoda, serta teknik-teknik yang tercakup dalam ruang lingkup akuntansi. Aturan penyusunan suatu laporan keuangan dapat disebut sebagai siklus akuntansi.
“…..Siklus akuntansi merupakan sistematika pencatatan transaksi keuangan, peringkasannya, dan pelaporan keuangan….”
Siklus akuntansi merupakan suatu proses penyediaan laporan keuangan organisasi suatu periode akuntansi tertentu. Siklus akuntansi terbagi menjadi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan selama periode tersebut, bersumber dari transaksi atau kejadian selanjutnya dimulailah siklus akuntansi mulai dari penjurnalan transaksi atau kejadian, pemindahbukuan ke dalam buku besar, dan penyiapan laporan keuangan pada akhir periode. Pekerjaan yang dilakukan pada akhir periode termasuk mempersiapkan akun untuk mencatat transaksi-transaksi pada periode selanjutnya. Banyaknya langkah yang harus dilakukan pada akhir periode secara tidak langsung menunjukkan bahwa sebagian besar pekerjaan dilakukan pada bagian akhir. Walaupun demikian, pencatatan dan pemindahbukuan selama periode tersebut membutuhkan waktu lebih lama dibandingkan dengan pekerjaan di akhir periode.
Sekali lagi siklus akuntansi merupakan serangkaian prosedur kegiatan akuntansi dalam suatu periode, mulai dari pencatatan transaksi pertama sampai dengan
penyusunan laporan keuangan dan penutupan pembukuan secara keseluruhan, dan siap untuk pencatatan transaksi periode selanjutnya. Alur proses siklus akuntansi dapat dikelompokkan dalam tiga tahap, yaitu:
Tahap-tahap dalam Siklus Akuntansi
Sumber : Bastian: 2006:214
Teknik akuntansi di organisasi sektor publik diaplikasikan dalam berbagai ragam dikarenakan adanya berbagai kepentingan dan kebutuhan di masing-masing organisasi yang berdampak kepada tumbuhnya beragam teknik pengukuran dan basis akuntansi yang digunakan. Secara umum siklus akuntansi dapat digambarkan sebagai berikut.
Urutan perancangan komponen siklus akuntansi meliputi:
Urutan siklus akuntansi menunjukkan posisi strategis dari chart of account (bagan perkiraan/daftar akun). Untuk dapat menyediakan data, setiap transaksi perlu diklasifikasikan, diringkas, dan kemudian disajikan dalam bentuk laporan. Mulai dari kegiatan pencatatan sampai dengan penyajian disebut proses akuntansi yang terdiri dari beberapa kegiatan sebagai berikut:
Pencatatan Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal. Transaksi-transaksi
dan
Penggolongan
yang sama yang sering terjadi dicatat dalam buku jurnal khusus.
Peringkasan/
pengikhtisaran
Transaksi-transaksi yang sudah dicatat dan digolongkan dalam buku jurnal, setiap bulan atau periode tertentu diringkas dan dibukukan dalam rekening-rekening buku besar.
Penyajian/
Pelaporan
Data akuntansi yang tercatat dalam rekening-rekening buku besar akan disajikan dalam bentuk laporan keuangan yaitu neraca, laporan surplus defisit, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas. Penyerderhanaan pekerjaan penyusunan laporan keuangan biasanya dilakukan melalui neraca lajur (kertas kerja).
Proses akuntansi ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Bukti-bukti pembukuan dicatat dalam buku jurnal setiap terjadi transaksi secara kronologis. Tembusan bukti-bukti pembukuan dibukukan ke dalam buku pembantu setiap terjadi transaksi. Setiap bulan atau periode tertentu, buku jurnal dijumlah dan dibukukan ke akun-akun dalam buku besar. Setiap akhir periode dari buku besar disusun laporan-laporan keuangan. Sistem akuntansi yang baik dapat memastikan berjalannya proses penyusunan laporan keuangan, seperti:
a. Bukti-bukti pembukuan, yang merupakan catatan pertama dari setiap transaksi dan digunakan sebagai dasar pencatatan dalam buku jurnal.
b. Buku-buku jurnal, sering disebut dengan buku catatan pertama, merupakan buku yang digunakan untuk mencatat transaksi-transaksi sesuai dengan tanggal terjadinya (kronologis), dan sumber pencatatannya berasal dari bukti-bukti pembukuan. Apabila suatu transaksi yang sama sering terjadi, biasanya dibuatkan buku jurnal khusus yang digunakan untuk mencatat suatu jenis transaksi tertentu seperti jurnal pengeluaran kas, dan lain-lain.
Akun-akun, buku besar, dan catatan yang ada dalam buku jurnal akan dipindahkan ke dalam akun-akun yang sesuai. Akun-akun ini disusun dalam format yang akan memudahkan penyusunan laporan keuangan. Kumpulan dari akun-akun ini disebut sebagai buku besar. Akun-akun dalam buku besar ini bisa diklasifikasikan menjadi kelompok akun riil, nominal, dan campuran.
Akun riil adalah akun-akun aktiva, kewajiban, dan ekuitas yang merupakan pos-pos neraca, sehingga akun-akun riil itu merupakan akun-akun neraca. Akun nominal adalah akun-akun pendapatan, biaya, dan surplus/defisit yang merupakan pos-pos dalam laporan surplus/defisit, sehingga akun-akun nominal itu merupakan akun surplus/defisit.
Akun campuran adalah akun-akun yang saldonya mengandung unsur-unsur akun riil dan nominal. Setiap akhir periode, akun-akun campuran ini perlu dianalisis dan dipisahkan menjadi akun riil dan nominal. Contoh akun-akun campuran adalah akun pembantu kantor yang didalamnya terdiri dari jumlah bahan pembantu yang digunakan dan persediaan bahan pembantu.
Dalam kaitannya dengan anggaran APBN maupun APBD, perencanaan manajerial, serta proses pengawasan dalam entitas pemerintah dengan sistem akuntansi dapat digambarkan dalam bagan alir dibawah ini. Bagan alir itu merupakan perpaduan antara sistem pengendalian manajemen entitas pemerintah dengan sistem akuntansinya.
Dalam Persamaan Dasar Akuntansi, ada tiga kelompok akun yang dijumpai, masing-masing adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos pendapatan dan pos biaya dicatat dalam rekening-rekening tersendiri yaitu rekening pendapatan dan rekening biaya. Masing-masing jenis akun yang tergabung dalam kelompok rekening bersangkutan disediakan rekening tersendiri.
Peraturan pencatatan digunakan aturan debit kredit, yaitu aturan yang digunakan untuk
mencatat perubahan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya dalam rekening yang
bersangkutan. Persamaan Dasar Akuntansinya.
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN – BIAYA
Atau
AKTIVA + BIAYA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN
Rumus Persamaan Akuntansi
AKTIVA = PASIVA
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN –
BIAYA
Aktiva (Aset) Manfaat ekonomi dimasa mendatang yang cukup pasti, yang diperoleh atau dikuasi oleh entitas tertentu sebagai hasil dari transaksi atau peristiwa masa lampau
Hutang (Kewajiban) Pengorbanan manfaat ekonomi dimasa men-datang yang cukup pasti, yang timbul dari kewajiban sekarang entitas tertentu untuk menyerahkan aktiva atau memberikan jasa kepada entitas lain dimasa mendatang sebagai akibat dari transaksi atau peristiwa masa lampau
Ekuitas (Modal) Hak residu dalam aktiva suatu entitas yang masih tersisa setelah dikurangi dengan utangnya
Contoh : Aktiva = Pasiva
(Rp 100.000.000,-) (Rp 100.000.000)
Jurnal adalah media pencatatan transaksi secara urut waktu (kronologis). Jurnal dirancang sedemikian rupa, sehingga dapat menampung transaksi beserta keterangan-keterangan dan kondisi-kondisi yang menyertainya dengan menunjukkan akun yang harus didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing.
Tabel dibawah ini menguraikan tentang manfaat dari pemakaian jurnal:
1 Jurnal merupakan alat pencatatan yang dapat menggambarkan pos-pos yang terpengaruh oleh suatu transaksi. Jurnal akan sangat berguna ketika terdapat suatu transaksi yang mengakibatkan beberapa pendebetan dan pengkreditan. Pengaruh transaksi ini akan terlihat jelas dalam jurnal.
2 Jurnal merupakan alat pencatatan yang memberi gambaran secara kronologis, sehingga dapat memberikan gambaran lengkap tentang seluruh transaksi entitas berdasarkan urut-urutan kejadiannya.
3 Jurnal dapat dipecah-pecah menjadi beberapa jurnal khusus yang dapat dikerjakan oleh beberapa orang secara bersamaan.
4 Jurnal menyediakan ruang yang cukup untuk keterangan transaksi bila dibandingkan dengan ruang yang ada dibuku besar.
5 Apabila transaksi langsung dicatat kedalam buku besar dan terjadi kesalahan dalam mencatatnya, maka letak kesalahan tersebut dala buku besar sulit untuk ditemukan.
Pemakaian jurnal akan memberikan catatan secara utuh atas tiap-tiap transaksi pada satu tempat. Transaksi-transaksi yang dicatat dalam buku besar selanjutnya secara periodik akan dipindah ke buku besar (posting). Data transaksi yang terkumpul dalam buku besar merupakan sumber untuk menyusun laporan keuangan. Jurnal dan buku besar mempunyai peranan yang tidak dapat dipisahkan dalam mencatat transaksi-transaksi entitas. Jurnal mencatat pengaruh dari tiap-tiap transaksi entitas terhadap persamaan akuntansi secara kronologis, sedangkan rekening-rekening buku besar mengelompokkan dan meringkas pengaruh transaksi-transaksi terhadap aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan biaya. Jurnal adalah buku pertama untuk mencatat transaksi pada saat terjadinya, sedangkan buku besar merupakan buku terakhir tempat pengumpulan pendebetan dan pengkreditan dari jurnal yang dipindahkan ke rekening-rekening yang tepat.
Halaman :
Tanggal Nama akun dan
keterangan
Ref Debet Kredit
(1) (2) (3) (4) (5)
Buku besar (ledger) adalah sebuah buku yang berisi kumpulan akun atau perkiraan (accounts). Akun (rekening) tersebut digunakan untuk mencatat secara terpisah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Dengan demikian, akun merupakan kumpulan informasi dalam sebuah sistem akuntansi. Misalnya, kas dicatat dalam akun kas, piutang dicatat dalam akun piutang, tanah dicatat dalam akun tanah, dan sebagainya untuk akun–akun yang termasuk dalam kelompok akun aktiva. Kelompok akun kewajiban akan dijumpai akun hutang, pinjaman jangka panjang, dan lain-lain sesuai dengan jenis kewajiban tersebut. Demikian pula, modal dicatat dalam akun ekuitas.
Buku Besar terbagi menjadi Buku Besar Umum (general Ledger) dan Buku Besar Pembantu (Subsidiary Ledger). Sistem Buku Besar Umum menampilkan proses transaksi untuk Buku Besar Umum dan Siklus Pelaporan Keuangan. Sistem Buku Besar Umum mempunyai beberapa tujuan, yaitu untuk:
1.2.3.4.5.
mencatat semua transaksi akuntansi secara akurat dan benar.memposting transaksi-transaksi ke akun yang tepat.menjaga keseimbangan debet dan kredit pada akun.mengakomodasi entry jurnal penyesuaian yang dibutuhkan.menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya dan tepat waktu untuk setiap periode akuntansi.
Adapun fungsi dari Sistem Buku Besar Umum adalah:
1.2.3.4.5.6.
Mengumpulkan data transaksi.Mengklasifikasikan dan mengkodekan data transaksi dan akun.Memvalidasikan transaksi yang terkumpul.Meng-update-kan akun Buku Besar Umum dan File transaksi.Mencatatkan penyesuaian terhadap akun.Mempersiapkan laporan keuangan.
Buku besar pembantu digunakan untuk mencatat rincian akun tertentu yang ada di Buku Besar Umum. Akun Buku Besar Umum yang rinciannya dicatat dalam Buku Besar Pembantu disebut Akun Pengawas (Controlling Account). Sedangkan akun-akun yang merinci akun pengawas disebut Akun Pembantu (Subsidiary Account). Dua buku besar pembantu yang umum adalah Buku Pembantu Kewajiban (Hutang) dan Buku Pembantu Piutang. Untuk entitas sektor publik, setiap akun bisa atau perlu dibuat buku besar pembantu karena mengingat luasnya akun-akun dalam setiap entitas. Untuk selanjutnya, buku besar umum sering disingkat menjadi buku besar dan buku besar pembantu yang disingkat dengan nama buku pembantu.
Pengunaan buku besar pembantu mempunyai beberapa kelebihan sebagai berikut:
1. Memudahkan penyusunan laporan keuangan, karena buku besar umum terdiri dari akun-akun yang jumlahnya lebih sedikit. Hal ini juga akan mengurangi kesalahan-kesalahan dalam buku besar umum.
2. Ketelitian dalam pembukuan dapat diuji dengan membanding-kan saldo dalam akun buku besar umum dengan jumlah saldo-saldo dalam buku pembantu.
3. Dapat diadakan pembagian tugas dalam pengrjaan akuntansi.
4. Memungkinkan pumbukuan harian dari bukti-bukti pendukung transaksi kedalam buku pembantu.
5. Bisa segera diketahui jumlah macam-macam elemen.
Suatu instansi sektor publik memiliki kewajiban (hutang) kepada beberapa kreditor. Mekanisme monitoring hutang kepada masing-masing kreditor dilakukan melalui akun pengawas “Hutang” di buku besar umum. Akun ini digunakan untuk mencatat total kewajiban instansi kepada seluruh kreditor. Di samping itu, satu akun hutang secara terpisah disediakan kepada masing-masing kreditor itu dibuku besar pemantu. Akun-akun yang merupakan rincian dari akun pengawas hutang itu disebut akun pembantu hutang. Akun pengawas, sesuai dengan namanya, mengawasi jumlah keseluruhan hutang yang ada di akun pembantu. Saldo akun pengawas hutang harus sama dengan penjumlahan saldo-saldo akun pembantu hutang. Posting ke akun pengawas dilakukan cukup sekali dalam satu periode tertentu (mingguan atau bulanan), sedangkan posting ke akun-akun pembantu dilakukan secara harian. Untuk entitas lain, Prosedur yang sama bisa dilakukan.
NAMA AKUN
No. AkunTangga
lKeteranga
nRef
Jumlah
Tanggal
Keterangan
Ref
Jumlah
NAMA AKUNSISI KIRI ATAU DEBET SISI KANAN ATAU KREDIT
Dalam persamaan dasar akuntansi, ada tiga kelompok akun yang dijumpai, masing-masing adalah aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Pos pendapatan dan pos biaya dicatat dalam akun-akun tersendiri, yaitu akun pendapatan dan akun biaya. Masing-masing jenis akun yang tergabung dalam kelompok akun bersangkutan disediakan akun tersendiri.
Aturan debet-kredit digunakan dalam pencatatan transaksi. Aturan ini digunakan untuk mencatat perubahan aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan biaya dalam akun yang bersangkutan. Persamaan yang digunakan adalah sebagai berikut:
AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN – BIAYA
Atau
AKTIVA + BIAYA = KEWAJIBAN + EKUITAS + PENDAPATAN
Semua akun yang berada di ruas kiri (aktiva dan biaya) jika bertambah dicatat di sebelah kiri atau debet, dan jika berkurang dicatat di sebelah kanan atau kredit. Sedangkan untuk semua akun yang berada di ruas kanan (kewajiban, ekuitas, dan pendapatan) jika bertambah dicatat di sebelah kanan atau kredit, dan jika berkurang dicatat di sebelah kiri atau debet. Itulah aturan debet dan kredit.
Aturan Debit Kredit
Berdasarkan aturan ini, secara normal akun-akun aktiva dan biaya selalu bersaldo debet, karena penambahan atau kenaikan aktiva dan biaya diharapkan akan lebih besar daripada penurunannya. Akun-akun kewajiban, ekuitas, dan pendapatan secara normal selalu bersaldo kredit, karena kenaikan atau penambahan kewajiban, ekuitas, dan pendapatan diharapkan lebih besar daripada penurunannya.
Dengan menaati aturan debet dan kredit ini, jumlah saldo debet di akun-akun aktiva dan biaya akan selalu sama dengan jumlah saldo kredit ekening-akun kewajiban, ekuitas, dan pendapatan. Proses keseimbangan yang diciptakan oleh aturan debet-kredit ini biasa disebut dengan sistem tata buku berpasangan atau Double Entry Sistem. Setiap transaksi akan dicatat paling tidak pada dua akun. Kalau satu akun didebet, maka akun lainnya dikredit. Adapun buku besar yang diperlukan untuk masing-masing akun adalah sebagai berikut:
AKTIVA
Debet KreditAktiva Lancar Kas dan Setara Kas Piutang Persediaan Pembayaran di Muka Investasi (surat berharga) Aktiva Lancar Lainnya
Aktiva Tidak Lancar Piutang Investasi (barang)
Aktiva Keuangan Lainnya
Infrastruktur, Pabrik dan
Peralatan
Tanah dan Bangunan
Aset Tidak Berujud
Aktiva Bukan
Keuangan Lainnya
Aktiva Tidak Lancar Lainnya
KEWAJIBAN
Debet Kredit Kewajiban Lancar
Hutang
Pinjaman Jangka Pendek
Bagian Lancar dari Pinjaman
Provisions (Cadangan)
Tunjangan Pegawai
Dana Pensiun
Kewajiban Lancar Lainnya
Kewajiban Tidak Lancar Hutang
Pinjaman
Provisions (Cadangan)
Tunjangan Pegawai
Dana Pensiun
Kewajiban Tidak Lancar Lainnya
EKUITAS
Debet KreditKepentingan Minoritas Modal yang ditempatkan
CadanganAkumulasi Surplus/(defisit)
PENDAPATAN
Debet Kredit Penerimaan
Operasi Pajak (Tax Revenue)
Fee, Denda, Biaya Hukuman, & Perijinan
Penerimaan dari Transaksi
Pertukaran
Transfer dari Entitas Pemerintah Lainnya
Penerimaan Operasi Lainnya
Penerimaan non Operasi Laba Penjualan Properti, Bangunan
dan peralatan
Penerimaan Modal
Penerimaan Luar Negeri
BIAYA
Debet KreditBiaya Operasional Upah, Gaji dan Tunjangan
Pegawai
Bantuan dan Pembayaran
Transfer Lainnya
Perlengkapan dan Barang
Habis Pakai
Biaya Penyusuran dan
Amortisasi
Biaya Operasi Lainnya
Biaya non Operasi Biaya keuangan (Finance
Costs) Pembiayaan Dalam Negeri Pembiayaan Luar Negeri
Pengeluaran Modal
Buku Besar Pembantu yang diperlukan untuk masing-masing akun pada akun-akun yang ada adalah sebagai berikut:
A. Aset Lancar
1. Kas dan Setara Kas
Buku pembantu kas tidak perlu dibuat
2. Piutang
Buku Pembantu Piutang dibuat berdasarkan nama debitor. Misalnya, aset negara dijual kepada publik secara kredit. Buku pembantu perlu dibuat berdasarkan nama-nama debitor (pembeli), berdasarkan jenis barang yang dijual, atau berdasarkan range besarnya piutang, atau bisa juga berdasarkan wilayah tinggal debitor.
3. Persediaan
Buku Pembantu Persediaan dibuat berdasarkan jenis barang seperti bentuk, fungsi, merek, dan sebagaimya, atau berdasar sifat penyusunnya.
4. Pembayaran di Muka
Buku Pembantu Pembayaran Di Muka dibuat berdasarkan jenis pembayaran yang dilakukan, misalnya yang dibayar di muka ada premi asuransi, pembayaran sewa tempat, dan lain-lain.
5. Investasi (surat berharga)
Buku Pembantu Investasi Lancar dibuat berdasarkan jenis investasi yang dimiliki, perusahaan/pihak di mana entitas berinvestasi, atau berdasar pada masa jatuh tempo investasi.
B. Aktiva Tidak Lancar (buku besar pembantunya dibuat sama dengan aturan diatas)
1. Piutang2. Investasi (barang)3. Aset keuangan lainnya4. Infrastruktur, Pabrik, dan Peralatan5. Tanah dan Bangunan6. Aktiva Tidak Berujud7. Aktiva Bukan Keuangan Lainnya8. Aktiva Tidak Lancar Lainnya
A. Kewajiban Lancar
1. Hutang
Buku besar pembantu dibuat berdasarkan nama kreditor atau pihak-pihak yang menyebabkan timbulnya hutang, begitu juga dengan nomor 2-4.
2. Pinjaman Jangka Pendek3. Bagian Lancar dari Pinjaman4. Provisions (Cadangan)
5. Tunjangan Pegawai
Buku besar pembantu dibuat berdasarkan kategori yang sudah ditentukan seperti: golongan pegawai (status jabatan) dan lain-lain.
6. Dana Pensiun7. Kewajiban Lancar Lainnya
B. Kewajiban Tidak Lancar
1. Hutang2. Pinjaman3. Provisions (Cadangan)4. Tunjangan Pegawai5. Dana Pensiun6. Kewajiban Tidak Lancar
1. Modal yang ditempatkan2. Cadangan3. Akumulasi Surplus/(defisit)4. Kepentingan Minoritas
Buku besar pembantu untuk pendapatan dibuat berdasarkan pihak-pihak yang menyebabkan timbulnya pendapatan, sekaligus jenis pendapatan tersebut seperti yang ada di bawah ini:
A. PENERIMAAN OPERASI
B. PENERIMAAN NON OPERASI
1. Pajak (Tax Revenue) PPh PPN Cukai PBB BPHTB Pajak lainnya Bea Masuk Pajak Ekspor Pajak Daerah Pajak Kendaraan Bermotor Pajak Hiburan
1. Laba Penjualan Properti, Bangunan dan Peralatan
2. Penerimaan Modal Penerimaan Privatisasi Aset Recovery Penerimaan Modal di Daerah Dana Alokasi Khusus Pinjaman Daerah Sumbangan dan
Pajak Hotel dan Restoran Pajak Reklame Pajak Penerangan Jalan Pajak Daerah Lainnya2. Fee., Denda, Biaya Hukuman, dan Lisensi3. Penerimaan dari Transaksi Pertukaran4. Transfer dari Entitas Pemerintah Lainnya Laba dari BUMN Transfer dari Entitas Pemerintah Lainnya di Daerah Laba dari BUMD Pendapatan dinas- dinas Bagian Bagi Hasil Pajak/ Non Pajak5. Penerimaan Operasi Lainnya Penerimaan Bukan Pajak Penerimaan Operasi Lainnya di Daerah Retribusi Daerah Sumbangan dan Bantuan Penerimaan Bukan Pajak lainnya Dana Alokasi Umum (Dana Pengeluaran Rutin)
Bantuan
3. Penerimaan Luar Negeri
Buku besar pembantu untuk biaya dibuat berdasarkan pihak-pihak yang menimbulkan adanya biaya sekaligus berkaitan dengan jenis-jenis biaya seperti yang disebutkan dibawah ini.
A. BIAYA OPERASI B. BIAYA NON OPERASI1.
2.
Upah, Gaji dan Tunjangan PegawaiBantuan dan Pembayaran Transfer Lainnya
1.
2.
Biaya Keuangan (Finance Cost)Pembiayaan Dalam NegeriPembiayaan Luar Negeri
3.
4.
5.
Perlengkapan dan Barang Habis PakaiBiaya Penyusutan dan AmortisasiBiaya Operasi Lainnya Cicilan Bunga Utang Subsidi
3.4.
Pengeluaran Modal
Pada umumnya, Pembuatan Buku Pembantu adalah untuk pengendalian akuntansi yang banyak elemennya, seperti Hutang, Piutang, dan Persediaan.
Prosedur penyesuaian merupakan prosedur untuk menyesuaikan rekening-rekening pada akhir periode yang belum menyajikan informasi yang paling up-to-date. Jurnal penyesuaian dibuat pada akhir periode akuntansi untuk memastikan bahwa pendapatan dan biaya diakui pada periode yang tepat, sesuai dengan prinsip-prinsip pengakuan pendapatan dan biaya. Terdapat dua ragam penyesuaian, yaitu:
1. Penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah terjadi tetapi belum dicatat.
2. Penyesuaian yang berkaitan dengan transaksi-transaksi yang sudah dicatat di akun, tetapi saldo akun yang bersangkutan masih harus diperbaiki untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya.
Tiap suatu periode akuntansi dimulai, saldo akuna-kun nominal harus bersih atau sama dengan nol. Akun-akun nominal dapat di nol-kan dengan menutup akun-akun tersebut di akhir periode. Prosedur penutupan akun diselenggarakan setelah laporan keuangan disusun. Instrumen akuntansi untuk menutup akun nominal adalah jurnal penutup. Jurnal penutup juga diposting ke akun-akun yang bersangkutan, sehingga, setelah posting dilakukan, akun-akun nominal akan bersaldo nol.
Kertas kerja dibuat untuk mempermudah pembuat laporan keuangan dalam menyelesaikan tugasnya. Kertas kerja yang pertama kali dibuat adalah jurnal. Dalam praktik akuntansi dikenal berbagai bentuk jurnal, mulai yang sederhana sampai pada yang rumit. Bentuk jurnal yang paling sederhana adalah jurnal dua kolom. Memang jumlah kolom yang tersedia lebih dari dua, tetapi kolom untuk mencatat jumlah rupiahnya hanya dua, yaitu satu kolom untuk mencatat jumlah rupiah yang di debet, dan kolom lain untuk mencatat jumlah rupiah yang dikredit.
Halaman:
Tanggal Nama Akun dan Keterangan
Ref Debet Kredit(1) (2) (3) (4) (5)
Pemakaian kolom-kolom dalam lembar jurnal adalah sebagai berikut:
Kolom (1) : untuk mencatat tanggal terjadinya transaksi. Kolom ini terbagi atas dua bagian. Bagian kiri digunakan untuk mencatat tahun dan bulan, sedangkan bagian kanan untuk mencatat tanggal.
Kolom (2) : untuk mencatat nama akun yang didebet dan nama akun yang dikredit. Dalam kolom ini dicatat juga keterangan atau uraian singkat tentang transaksi yang dicatat.
Kolom (3) : untuk mencatat referensi berupa nomor akun yang didebet maupun dikredit.
Kolom (4) : untuk mencatat jumlah rupiah yang harus didebetkan ke dalam akun yang namanya telah tertulis pada kolom (2).
Kolom (5) : untuk mencatat jumlah rupiah yang harus dikreditkan ke dalam akun yang namanya telah tertulis pada kolom (2).
Proses mencatat suatu transaksi didalam jurnal disebut menjurnal. Prosedur yang harus diikuti dalam menjurnal adalah sebagai berikut:
1. Tahun ditulis pada baris pertama. Tahun biasanya tidak ditulis berulang-ulang pada suatu halaman apabila tahun itu tidak berganti.
2. Nama bulan ditulis untuk transaksi yang pertama terjadi dalam bulan yang bersangkutan pada bagian atas kolom pertama. Nama bulan hanya ditulis lagi pada bagian atas halaman yang baru atau pada awal bulan yang baru. Jadi nama bulan tidak perlu ditulis berulang-ulang pada halaman yang sama, kecuali kalau bulan berganti.
3. Tanggal transaksi dicatat pada kolom pertama, yaitu pada bagian kolom yang kecil. Untuk setiap transaksi perlu ditulis tanggalnya meskipun dalam tanggal yang sama terjadi beberapa transaksi.
4. Nama akun yang didebet ditulis merapat ke pinggir sebelah kiri dalam kolom (2) dan jumlah pendebetan dimasukkan ke dalam kolom (4).
5. Nama akun yang dikredit ditulis dalam baris berikutnya pada kolom (2), dan ditulis sedikit masuk ke sebelah kanan bila dibandingkan dengan nama akun yang didebet. Jumlah pengkreditan dicatat pada kolom (5).
6. Penjelasan atau keterangan ditulis pada baris berikutnya dalam kolom (2). Keterangan ditulis secara singkat tanpa mengabaikan informasi yang penting, dan dapat dipahami dengan jelas.
Setelah transaksi-transaksi dicatat dalam jurnal, ayat-ayat jurnal perlu diringkas ke dalam buku besar. Proses memindahkan ayat-ayat jurnal yang telah dibuat dalam buku jurnal ke buku besar disebut posting, yaitu memindahkan jumlah dalam kolom debet jurnal ke dalam sisi debet akun dan memindahkan jumlah dalam kolom kredit jurnal ke dalam sisi kredit akun. Nama akun yang posting ke buku besar harus sesuai dengan nama akun yang tertulis di dalam jurnal. Urut-urutan kegiatan memindahkan ke akun buku besar harus sejalan dengan urut-urutan mendebet dan mengkredit dari jurnal.
Langkah-langkah posting adalah sebagai berikut:
1. Ambil dari buku besar, akun-akun yang disebut dalam buku jurnal di kolom keterangan, atau dengan melihat kode akunnya.
2. Masukkan tanggal transaksi yang tertera di buku jurnal ke kolom tanggal untuk masing-masing akun.
3. Masukkan angka-angka yang tertera baik yang di debet maupun yang di kredit ke masing-masing akun sesuai debet dan kreditnya.
4. Catatlah keterangan yang sesingkat mungkin di kolom keterang-an masing-masing akun.
5. Masukkan nomor halaman yang ada di buku jurnal ke kolom Ref masing-masing akun.
6. Sebagai tandingan nomor 5, masukkan nomor-nomor akun di kolom Ref pada buku jurnal. Langkah terakhir ini digunakan untuk menandai bahwa jurnal benar-benar telah diposting.
Nama Akun: No Akun:
Tgl. Keterangan Ref Jumlah Tgl. Keterangan Ref Jumlah
Bentuk buku besar di atas di sebut akun T yang sagat baik digunakan untuk menerangkan mekanisme pendebetan dan pengkreditan. Akun T memberikan gambaran mekanisme pencatatan dengan metode pembukuan berpasangan. Bentuk akun T lebih mudah dipahami.
Pada setiap akhir masa tertentu, entitas biasanya menyusun suatu daftar saldo akun yang terdapat dalam buku besar yang disebut neraca saldo. Saldo adalah selisih antara jumlah sisi debet dengan jumlah sisi kredit. Jika jumlah sisi debet suatu akun lebih besar daripada jumlah sisi kreditnya, maka saldo akunnya dinamakan saldo debet. Sebaliknya, apabila jumlah sisi kredit suatu akun lebih besar dari sisi debetnya, maka saldo akun tersebut dinamakan saldo kredit. Saldo juga menggambarkan jumlah yang tersisa pada suatu saat tertentu.
Langkah-langkah penyusunan neraca saldo pada suatu entitas dengan mendasarkan pada akun T adalah sebagai berikut:
1. Menjumlahkan kolom debet atau kedit yang mempunyai dua atau lebih pendebetan atau pengkreditan.
2. Akun-akun yang memiliki jumlah debet dan jumlah kredit harus dihitung saldonya.
3. Akun-akun yang hanya berisi catatan dari beberapa transaksi pada salah satu sisinya saja, juga harus dijumlahkan; tetapi tidak perlu dituliskan saldonya karena jumlah itu sendiri sudah merupakan saldo.
4. Akun-akun yang hanya berisi satu pendebetan atau satu pengkreditan tidak perlu dijumlahkan, tetapi saldonya harus ditentukan juga.
5. Akun yang hanya berisi pada salah satu sisinya dan hanya terdiri dari satu pendebetan atau satu pangkreditan saja tidak perlu dijumlahkan dan tidak perlu ditentukan saldonya, sebab satu-satunya angka yang tercantum dalam akun itu sudah merupakan saldo.
(diisikan nama entitas)
Neraca Saldo
(diisi tanggal pembuatan)
Nama Rekening SaldoDebet Kredit
Salah satu tujuan pembuatan neraca saldo adalah sebagai persiapan penyusunan laporan keuangan. Neraca saldo biasanya dibuat pada tiap-tiap akhir bulan atau pada akhir periode akuntansi yang merupakan ringkasan dari akibat-akibat transaksi yang telah dicatat dalam suatu periode akuntansi. Laporan keuangan kerapkali tidak dapat disusun langsung dari neraca saldo, karena data yang tercantum dalam neraca saldo masih memerlukan penyesuaian terlebih dahulu. Salah satu tahap dalam penyusunan laporan keuangan adalah melakukan penyesuaian pembukuan dengan membuat jurnal penyesuaian.
Tujuan dari proses penyesuaian adalah sebagai berikut:
1. Setiap akun riil, khususnya akun aktiva dan akun kewajiban, menunjukkan jumlah sebenarnya pada akhir periode.
2. Setiap akun nominal (akun pendapatan dan akun biaya) menunjukkan pendapatan dan biaya yang seharusnya diakui dalam suatu periode.
Saldo-saldo yang ada di neraca saldo biasanya memerlukan penyesuaian untuk mengakui hal-hal berikut:
1. Piutang pendapatan, yaitu pendapatan yang sudah menjadi hak entitas tetapi belum dicatat
2. Hutang biaya, yaitu biaya-biaya yang sudah menjai kewajiban entitas tetapi belum dicatat.
3. Pendapatan Diterima di Muka, yaitu pendapatan yang sudah diterima tetapi sebenarnya merupakan pendapatan untuk periode yang akan datang.
4. Biaya Dibayar di Muka, yaitu biaya-biaya yang sudah dibayar tetapi sebenarnya harus dibebankan pada periode yang akan datang.
5. Kerugian Piutang, yaitu taksiran kerugian yang timbul karena adanya piutang yang tidak bisa ditagih.
6. Depresiasi (penyusutan), yaitu penyusutan aktiva tetap yang harus dibebankan pada suatu periode akuntansi.
7. Biaya Pemakaian Perlengkapan, yaitu bagian dari harga beli perlengkapan yang telah dikonsumsi selama periode akuntansi.
Setelah melakukan penyesuaian, akan dihasilkan neraca saldo yang telah disesuaikan. Neraca saldo yang telah disesuaikan dapat dikerjakan secara langsung dari buku besar. Jurnal penyesuaian dibukukan ke dalamnya atau dengan membuat suatu neraca lajur/kertas kerja yang terdiri atas tiga pasang kolom, yaitu kolom neraca saldo (yang belum disesuaikan), kolom jurnal penyesuaian, dan kolom neraca saldo setelah penyesuaian. Dengan menggunakan data yang tercantum pada neraca saldo setelah penyesuaian di kertas kerja/neraca lajur, penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan dengan data yang akurat. Agar penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan dengan teliti, dibutuhkan suatu alat bantu, yaitu neraca lajur. Neraca lajur adalah suatu kertas berkolom (berlajur) yang dirancang untuk menghimpun semua data akuntansi saat entitas menyusun laporan keuangan dengan cara yang sistematis. Sifat neraca lajur tidak formal dan bukan merupakan bagian dari catatan-catatan akuntansi. Neraca lajur merupakan alat pembantu penyusunan laporan keuangan.
Tujuan pembuatan neraca lajur adalah
1. memudahkan penyusunan laporan keuangan
2. menggolongkan dan meringkaskan informasi dari neraca saldo dan data penyesuaian
3. mempermudah menemukan kesalahan yang mungkin dilakukan dalam membuat jurnal penyesuaian
Proses penyusunan neraca lajur adalah sebagai berikut
1. memasukkan saldo-saldo akun buku besar ke dalam kolom neraca saldo pada formulir neraca lajur
2. memasukkan ayat-ayat jurnal penyesuaian ke dalam kolom-kolom “penyesuaian”
3. mengisi kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan
4. memindahkan jumlah-jumlah di dalam kolom-kolom neraca saldo setelah disesuaikan ke dalam kolom-kolom surplus/defisit atau kolom-kolom posisi keuangan
5. menjumlahkan kolom-kolom surplus defisit dan kolom-kolom posisi keuangan serta memasukkan angka “surplus” atau “defisit” ini sebagai angka pengimbang ke dalam kedua pasang kolom di atas; dan sekali lagi menjumlahkan kolom-kolom tersebut.
Konsep akuntansi konsolidasi secara jelas meliputi konsolidasi saat satu atau lebih entitas menjadi entitas anak dan suatu entitas induk (sebutan entitas anak dan entitas induk untuk menunjukkan stratifikasi dan entitas tersebut pada struktur kebijaksanaan nasional). Suatu entitas akan menjadi entitas anak, apabila entitas lain memiliki stratifikasi yang lebih tinggi sehingga memperoleh pengendalian pada entitas lain yang lebih rendah secara langsung. PSAK No. 4, “Laporan Keuangan Konsolidasi” paragraf 04, menyatakan bahwa:
…Laporan keuangan konsolidasi, adalah laporan keuangan dari suatu entitas pemerintah dengan entitas pemerintah/unit unit organisasi di bawahnya apabila telah ditetapkan sebagai entitas akuntansi dan merupakan kesatuan ekonomi…
Pada umumnya, para pengguna laporan keuangan ingin mengetahui dan mendapatkan informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas dari suatu kelompok entitas secara keseluruhan. Kebutuhan tersebut dapat dipenuhi melalui penyajian laporan keuangan konsolidasi yang menyajikan informasi keuangan dan suatu kelompok perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomi. Masing-masing entitas merupakan satu kesatuan ekonomi. Secara hukum, masing-masing entitas dalam kelompok tersebut merupakan suatu entitas yang terpisah satu sama lain.
Konsolidasi membawa dua entitas yang sebelumnya terpisah ke dalam pengendalian dengan tim manajemen tunggal (pejabat-pejabat dan karyawan entitas induk). Meskipun entitas itu tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, konsolidasi tersebut menciptakan entitas pelaporan yang meliputi semua operasi yang dikendalikan oleh manajemen entitas induk.
Saat terjadi hubungan entitas anak dan induk, entitas yang lebih rendah stratifikasinya tetap berfungsi sebagai entitas yang terpisah dengan mempertahankan catatan-catatan akuntansinya pada basis hukum yang terpisah. Laporan keuangan entitas gabungan disusun uncuk mengkonversikan laporan keuangan entitas induk dan entitas anak menjadi laporan keuangan konsolidasi yang merefleksikan posisi keuangan dan hasil operasi entitas gabungan. Entitas pelaporan yang baru bertanggung jawab terhadap pelaporan kepada pemilik modal dan kreditor entitas induk serta pihak-pihak lain yang
berkepentingan. Suatu komponen (atau agregasi dan komponen-komponen) harus dipertimbangkan sebagai entitas pelaporan apabila:
1. Manajemen bertanggung jawab atas pengendalian dan penggu-naan sumber-daya, menghasilkan keluaran-keluaran dan hasil-hasil (outcomes),. melaksanakan anggaran secara keseluruhan atau sebagiannya (dengan asumsi entitas yang bersangkutan tercakup dalam anggaran), dan harus bertanggung jawab atas kinerja entitas.
2. Laporan keuangan menyajikan gambaran yang berarti mengenai operasi dan kondisi keangan; dan
3. Pemakai laporan menaruh perhatian dan menggunakan infor-masi pelaporan keuangan untuk membantu pengambilan keputusan tentang alokasi sumber daya dan lainnya dan pertanggungjawaban entitas atas pemanfaatan dan penggunaan sumber daya.
Penyusunan laporan keuangan konsolidasi dilakukan melalui penggabungan laporan masing-masing entitas dengan menjumlah-kan unsur-unsur yang sejenis dari aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan, dan beban. Laporan keuangan konsolidasi dapat menyajikan informasi keuangan dari kelompok entitas tersebut sebagai satu kesatuan ekonomi. Jadi langkah-langkah berikut perlu dilakukan:
1. Saldo nilai tercatat (carryng amount) penyertaan entitas induk pada masing-masing entitas anak dieliminasi dengan ekuitas entitas anak yang menjadi bagian entitas induk
2. Saldo antarentitas dan transaksi antarentiras dalam kelompok entitas tersebut, termasuk penjualan, beban, dan dividen harus dielimininasi seluruhnya
3. Keuntunngan atau kerugianyang belum direalisasi yang berasal dari transaksi antar entitas harus dieliminasi.
4. Hak minoritas dalam laba bersih disajikan sebagai pengurang laba bersih konsolidasi untuk mendapatkan jumlah laba bersih yang menjadi hak pemilik modal entitas induk
5. Hak minoritas dalam aktiva bersih disajikan tersendiri dalam neraca konsolidasi, diantara ekuitas dan kewajiban.
6. Namun demikian apabila terdapat banyak perbedaan antara entits induk dengan entitas/unit-unit organisasi/badan usaha/ perusahaan di bawahnya, dalam kebijakan selanjutnya dapat ditetapkan bahwa terdapat Laporan Keuangan Badan Usaha Milik Negara/Daerah (BUMN/BUMD) tidak perlu dilakukan konsolidasi dengan laporan keuangan pemerintah pusat/daerah
7. Hal-hal yang berkaitan dengan pencatatan penyertaan Pemerin-tah Pusat/Daerah dalam BUMN/D hanya dilakukan sebesar nilai bersih (Equity) dari kekayaan yang ditanam Pemerintah Pusat/Daerah pada BUMN/D bersangkutan
8. Sesuai dengan kebijakan akuntansi sebagaimana diuraikan pa-da poin 6 di atas, laporan keuangan BUMN/D yang sesuai dengan tanggal tutup bukunya harus disusun secara terpisah dalam bentuk Laporan Keuangan gabungan BUMN/D dan hanya diperlakukan sebagai informasi tambahan.
Laporan keuangan entitas induk dan entitas anak yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan konsolidasi lazimnya adalah laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama. Apabila ternyata tanggal pelaporannya berbeda, entitas anak biasanya menyusun laporan keuangan dengan tanggal pelaporan yang sama dengan entitas induk. Apabila penyesuaian tanggal tersebut tidak dapat dilakukan, Laporang keuangan dengan tanggal pelaporan yang berbeda tersebut dapat juga digunakan untuk tujuan konsolidasi sepanjang perbedaan tanggal pelaporan itu tidak lebih dari tiga bulan. Sesuai dengan asas konsistensi, jangka waktu periode laporan maupun perbedaan tanggal pelaporan, harus selalu sama dari waktu ke waktu.
Berikut ini contoh pelaporan keuangan pemerintah daerah.
Pemerintah Kota/kab. Damai
laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN 20x1 20x1 20x0
Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Pajak Daerah 45,000 75,000 65,000 Pendapatan Retribusi Daerah 220,000 295,000 250,000
Pendapatan hasil Pengel Kek daerah yang dipisahkan 800,000 1,200,000 800,000
Lain-lain PAD yang sah 385,000 470,000 350,000 Jumlah Pendapatan Asli Daerah 1,450,000 2,040,000 1,465,000
Pendapatan Transfer
Transfer Pemerintah Pusat-dana Perimbangan
Dana bagi hasil pajak
12,300,000 12,300,000 10,000,000 Dana bagi hasil sumber daya alam 10,000 10,000 10,000
Dana alokasi umum 350,000,00
0 350,000,00
0 250,000,000 Dana alokasi khusus - - -
Jumlah Pendapatan Transfer Dana Perimbangan
362,310,000
362,310,000
260,010,000
Transfer Pemerintah Provinsi
Pendapatan Bagi Hasil Pajak
11,500,000 11,500,000 10,000,000 Pendapatan Bagi Hasil Lainnya - - -
Jumlah Transfer Pemerintah Provinsi
11,500,000 11,500,000
10,000,000
Total Pendapatan Transfer
373,810,000
373,810,000
270,010,000
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Pendapatan Hibah
15,000,000 15,000,000 -
Pemerintah Kota/kab. Damai
laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN 20x1 20x1 20x0
Pendapatan Dana Darurat - - - Pendapatan Lainnya - - -
Jumlah Lain-lain Pendapatan yang Sah
15,000,000 15,000,000 -
Jumlah Pendapatan 390,260,00
0 390,850,00
0 271,475,000
Belanja Belanja Operasi
Belanja Pegawai
70,084,000 69,829,000 70,000,000
Belanja Barang
10,210,000 9,267,500 8,750,000 Bunga 27,500 27,500 20,000 Subsidi - - - Hibah - - -
Bantuan Keuangan 75,000 75,000 50,000
Jumlah Belanja Operasi
80,396,500 79,199,000
78,820,000
Belanja Modal Belanja Modal Tanah 500,000 500,000 350,000
Belanja Modal Jalan dan Jembatan
1,075,000 1,075,000 615,000 Belanja Modal bangunan Air 200,000 200,000 115,000
Belanja Modal Bangunan Gedung
2,950,000 2,950,000 2,000,000
Belanja Modal Alat-alat Besar
1,250,000 1,250,000 1,000,000
Belanja Modal Alat-alat Angkutan
1,670,000 1,670,000
1,000,000
Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
2,625,000 2,625,000
2,000,000
Belanja Aktiva Tetap lainnya - - - Belanja Aktiva Lainnya - - -
Jumlah Belanja Modal
10,270,000 10,270,000 7,080,000
Belanja Tak Terduga Belanja Tak terduga 30,000 20,000 25,000 Jumlah Belanja Tak Terduga 30,000 20,000 25,000
Jumlah Belanja
90,696,500 89,489,000 85,925,000
Transfer Transfer/Bagi hasil ke Desa Bagi Hasil Pajak 250,000 250,000 200,000 Bagi Hasil Retribusi 75,000 75,000 50,000 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya - - - Jumlah Transfer/Bagi Hasil Ke Desa 325,000 325,000 250,000
Jumlah Belanja dan Transfer
91,021,500 89,814,000 86,175,000
Surplus/Defisit 299,238,50
0 301,036,00
0 185,300,000
Pemerintah Kota/kab. Damai
laporan Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
Anggaran Realisasi Realisasi
URAIAN 20x1 20x1 20x0
Pembiayaan Penerimaan Pembiayaan
Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA)
189,662,120
189,662,120
4,912,120
Pencairan Dana Cadangan - - -
hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - -
Jumlah Penerimaan 189,662,12
0 189,662,12
0 4,912,120
Pengeluaran Pembiayaan Pembentukan Dana Cadangan - - -
Penyertaan Modal Pemerintah Daerah
1,000,000 1,000,000 500,000
Pembayaran Pokok Pinjaman dalam Negeri-Pem Pusat 100,000 100,000 50,000
Jumlah Pengeluaran
1,100,000 1,100,000 550,000
Pembiayaan Neto 188,562,12
0 188,562,12
0 4,362,120
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran 487,800,62
0 489,598,12
0 189,662,120
Pemerintah Kota/kab Damai
Neraca
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 20x1 20X0
AKTIVA AKTIVALANCAR
Kas di Kas Daerah
489,598,120 189,662,120 Piutang Pajak 750,000 400,000 Persediaan 450,000 450,000
Jumlah Aktiva Lancar
490,798,120 190,512,120
INVESTASI JANGKA PANJANG Investasi Nonpermanen Pinjaman kepada Perusahaan Daerah 440,000 500,000 Investasi dalam Proyek Pembangunan 1,370,000 1,300,000 Jumlah Investasi Nonpermanen 1,810,000 1,800,000
Investasi Permanen Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 1,570,000 1,450,000,000 Jumlah Investasi Permanen 1,570,000 1,450,000,000
Jumlah Investasi Jangka Panjang 3,380,000 1,451,800,000
AKTIVA TETAP
Pemerintah Kota/kab Damai
Neraca
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 20x1 20X0
Tanah 4,500,000 4,000,000 Jalan dan Jembatan 3,575,000 2,500,000 Bangunan Air 700,000 500,000 Bangunan Gedung 3,700,000 750,000 Alat-alat Besar 1,725,000 475,000 Alat-alat Angkutan 1,920,000 250,000 Alat-Alat Kantor dan Rumah Tangga 2,775,000 150,000
Jumlah Aktiva Tetap
18,895,000 8,625,000
AKTIVA LAINNYA
Dana Santunan
12,356,000 12,000,000
Jumlah Aktiva Lainnya
12,356,000 12,000,000
JUMLAH AKTIVA
525,429,120 1,662,937,120
KEWAJIBAN KEWAJIBAN JANGKA PENDEK Utang Perhitungan Pihak Ketiga - -
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Pem Pusat 85,000 50,000
Bagian Lancar Utang Dalam Negeri-Obligasi - 35,000
Jumlah Kewajiban Jangka Pendek 85,000 85,000
KEWAJIBAN JANGKA PANJANG Utang Dalam Negeri-Pem Pusat 1,915,000 1,300,000 Utang Dalam Negeri-Obligasi - 700,000 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang 1,915,000 2,000,000
JUMLAH KEWAJIBAN 2,000,000 2,085,000
EKUITAS DANA EKUITAS DANA LANCAR
Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
489,598,120 189,662,120 Cadangan Piutang 750,000 400,000 Cadangan Persediaan 450,000 450,000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk Pendek
(85,000) (85,000)
Jumlah Ekuitas Dana Lancar
490,713,120 190,427,120
EKUITAS DANA INVESTASI
Diinvestasikan dalam Investasi Jangka Panjang 3,380,000 1,451,800,000
Diinvestasikan dalam Aktiva Tetap
18,895,000 8,625,000
Diinvestasikan dalam Aktiva Lainnya
12,356,000 12,000,000
Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jk Panjang
(1,915,000) (2,000,000)
Jumlah Ekuitas Dana Investasi
32,716,000 1,470,425,000
EKUITAS DANA CADANGAN Diinvestasikan dalam Dana Cadangan - -
Pemerintah Kota/kab Damai
Neraca
Per 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 20x1 20X0
Jumlah Ekuitas Dana Cadangan - -
JUMLAH EKUITAS DANA
523,429,120 1,660,852,120
JUMLAH KEWAJIBAN DAN EKUITAS DANA
525,429,120 1,662,937,120
Pemerintah Kota/kab. Damai
Arus Kas
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 20X1 20X0
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI ARUS KAS MASUK Pendapatan Pajak Daerah 75,000 65,000 Pendapatan Retribusi Daerah 295,000 250,000
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan
1,200,000 800,000
Lain-lain PAD yang Sah 470,000 350,000
Dana Bagi Hasil Pajak 12,300,000
10,000,000 Dana Bagi Hasil Sumber Daya Alam 10,000 10,000
Dana Alokasi Umum 350,000,000 250,000,00
0
Pendapatan Bagi Hasil Pajak 11,500,000
10,000,000 Pendapatan Hibah 15,000,000 -
Jumlah Arus Masuk Kas 390,850,000 271,475,00
0
ARUS KAS KELUAR
Belanja Pegawai 69,829,000
70,000,000
Belanja Barang 9,267,500
8,750,000 Bunga 27,500 20,000 Bantuan Keuangan 75,000 50,000 Belanja Tak Terduga 20,000 25,000 Bagi Hasil Pajak 250,000 200,000 Bagi hasil Retribusi 75,000 50,000
Jumlah Arus Keluar Kas 79,544,000
79,095,000
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS OPERASI 311,306,000 192,380,00
0 ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI NON-KEUANGAN ARUS KELUAR KAS Belanja Modal Tanah 500,000 350,000 Belanja Modal Jalan dan Jembatan 1,075,000 615,000 Belanja Modal bangunan Air 200,000 115,000 Belanja Modal Bangunan Gedung 2,950,000
Pemerintah Kota/kab. Damai
Arus Kas
untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 20x1 dan 20x0
(dalam ribuan rupiah)
URAIAN 20X1 20X02,000,000
Belanja Modal Alat-alat Besar 1,250,000
1,000,000
Belanja Modal Alat-alat Angkutan 1,670,000
1,000,000
Belanja Modal Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga 2,625,000
2,000,000
Jumlah Arus Keluar Kas 10,270,000
7,080,000
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS INVESTASI AKTIVA NON-KEUANGAN
(10,270,000
)
(7,080,000)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PEMBIAYAAN ARUS KAS MASUK Pencairan Dana Cadangan - - Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan - - Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat - - Jumlah Arus Masuk Kas - -
ARUS KELUAR KAS Pembentukan Dana Cadangan - - Penyertaan Modal Pemerintah Daerah 1,000,000 500,000
Pembayaran Pokok Pinjaman Dalam Negeri-Pemerintah Pusat 100,000 50,000
Jumlah Arus Keluar Kas 1,100,000 550,000
ARUS KAS BERSIH DAI AKTIVITAS PEMBIAYAAN
(1,100,000)
(550,000)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS NONANGGARAN ARUS KAS MASUK
Penerimaan Perhitungan Pihak Ketiga 413,000
1,616,000
Jumlah Arus Masuk Kas 413,000
1,616,000
ARUS KELUAR KAS
Pengeluaran Perhitungan Pihak Ketiga 413,000
1,616,000
Jumlah Arus Keluar Kas 413,000
1,616,000
ARUS KAS BERSIH DARI AKTIVITAS NONANGGARAN - -
KENAIKAN/PENURUNAN KAS 299,936,000 184,750,00
0
SALDO AWAL KAS DI BUD 189,662,120
4,912,120
SALDO AKHIR KAS DI BUD 489,598,120 189,662,12
0
SALDO AKHIR KAS DI PEMEGANG KAS 400,000,000 -
SALDO AKHIR KAS 89,598,120 189,662,12
0
Sumber : Akuntansi Sektor Publik.Deddi Nordiawan. 2006