18
ASTHMA Penulis : dr. Dwi Yuda Herdanto (FK UGM) Editor Utama : dr. Hening Tirta Kusumawardani (FK UGM)

Asthma

  • Upload
    mariput

  • View
    215

  • Download
    3

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENYAKIT PARU YANG BISA D SEBABKAN BANYAK FAKTOR PENCETUS YANG DAPAT DI DAPAT SEMUA ORANG. PENYAKIT PARU INI MEMPUNYAI BEBERAPA KATEGORI ASMA RINGAN, SEDANG, BERAT. ASMA BRONKHIAL

Citation preview

Page 1: Asthma

ASTHMA

Penulis : dr. Dwi Yuda Herdanto (FK UGM)

Editor Utama : dr. Hening Tirta Kusumawardani (FK UGM)

Page 2: Asthma

Dalam Standar Kompetensi Dokter umum Indonesia (SKDI), asthma bronchiale diklasifikasikan sebagai kompetensi 4 dimana dokter umum diwajibkan mampu membuat diagnosis klinik dan melakukan penatalaksanaan penyakit tersebut secara mandiri dan tuntas.

Page 3: Asthma

DEFINISI

Asma adalah suatu kondisi inflamasi kronik pada saluran nafas yang berhubungan dengan hiperresponsif saluran respirasi & keterbatasan aliran udara akibat adanya penyempitan dari bronchus yang reversibel.

Page 4: Asthma

KLASIFIKASI ASTHMA  CONTROLLED PARTLY-

CONTROLLEDUNCONTROLLED

Gejala pagi <2x/minggu >2x/minggu Muncul minimal 3 kriteria dari asma partly-controlled atau setidaknya 1 serangan eksaserbasi asma dalam 1 minggu

Gejala malam Tidak ada Ada

Kebutuhan reliever

<2x/minggu >2x/minggu

Aktivitas sehari-hari

Tidak terganggu

Terganggu

PEF atau FEV1 (tanpa bronchodilator)

>80% <80%

Page 5: Asthma

FAKTOR RISIKO ASTHMAFaktor hospes Faktor genetik Obesitas Jenis kelamin

Faktor lingkungan Dustmite Bulu hewan Biji-bijian Iritan occupational Rokok Infeksi Olahraga Obat-obatan.

Page 6: Asthma

MANIFESTASI KLINIS ASTHMA

Asthma memiliki 2 jenis gejala, yaitu gejala saat kondisi stabil (steady-state) atau gejala saat serangan asthma (asthma-attack exacerbation).

Gejala dalam kondisi stabil: Keluhan batuk tengah malam atau pagi hari Sesak nafas saat olahraga dan tenang saat istirahat

Gejala saat serangan asthma: Perasaan sesak berat Susah bernafas diikuti suara mengi (wheezing) yang lebih

terdengar saat ekspirasi. Pada pemeriksaan thorax dapat ditemukan:

Retraksi intercostal Suara ekspirasi yang memanjang Wheezing dengan nafas bronchial.

Page 7: Asthma

PEMERIKSAAN PENUNJANG ASTHMA Pemeriksaan spirometri dengan kombinasi

bronchodilator. Dikatakan positif bila:Terjadi peningkatan FEV1 >12% dan 200ml setelah

pemberian bronchodilator. Terjadi peningkatan PEF >20% setelah pemberian

bronchodilator.Terdapat variasi nilai PEF secara diurnal >20% atau

bila dalam pembacaan 2x dalam sehari >10%. Pemeriksaan penunjang alternatif lain adalah:

Methacholine challenge testHistamine challenge testExercise challenge test.

Page 8: Asthma

MANAJEMEN ASTHMA

Disesuaikan dengan level of control kondisi asthma

Manajemen asthma dibagi menjadi:Agen relieverAgen controller

Manajemen asthma dilakukan dengan cara step-up dan step-down berdasarkan klasifikasi asthma.

Page 9: Asthma

Pasien kunjungan pertama dengan manifestasi klinis yang mengarah ke klasifikasi partly-controlled maka terapi asthma dapat dimulai pada step II, sedangkan pasien kunjungan pertama dengan manifestasi klinis mengarah ke klasifikasi uncontrolled maka terapi asthma dapat dimulai pada step III.

Follow up pasien asthma dilakukan setiap bulan, apabila manifestasi klinis belum terkontrol maka lakukan STEP-UP terapi. Sedangkan apabila manifestasi klinis pasien telah terkontrol selama 3 bulan, maka lakukan STEP-DOWN.

Page 10: Asthma

Step I Reliever: B2-Agonist rapid-act Controller: -

Step II Reliever: B2-Agonist short-act Controller (salah 1 dari 2 pilihan):

Kortikosteroidinhalasi (low-dose), atau Leukotriene modifiers (digunakan terutama pada pasien asthma dengan rhinitis allergi)

Step III Reliever: B2-Agonist short-act Controller (salah 1 dari 4 pilihan):

Kortikosteroidinhalasi (low-dose) kombinasi dengan Long-Acting Beta-Agonist (LABA) Kortikosteroidinhalasi (low-dose) kombinasi dengan leukotriene modifiers Kortikosteroid inhalasi (low-dose) kombinasi dengan theophylline sustaine release.

Step IV Reliever: B2-Agonist short-act Controller: Kortikosteroid inhalasi (medium/ high-dose) kombinasi dengan Long-Acting Beta-Agonist

(LABA), kadang dapat ditambahkan leukotriene modifiers atau theophylline.

Step V Reliever: B2-Agonist short-act Controller: kortikosteroid inhalasi (medium/ high dose), kombinasi dengan Long-Acting Beta-Agonist

(LABA) dan kortikosteroid oral, kadang dapat ditambahkan anti-IgE.

Page 11: Asthma

EKSASERBASI ASTHMAEksaserbasi asma adalah suatu episode serangan gejala asma yang progresif dengan derajat ringan hingga berat dan dapat menjadi suatu kegawatdaruratan asma, sehingga penentuan kebutuhan perawatan RS menjadi sangat penting.

Tanda pasien dengan eksaserbasi asma membutuhkan perawatan RS antara lain: Serangan berat (Dyspnea on Rest, susah bicara,

tachypnea >30x/menit, tachycardia >120x/menit) Respon reliever yang tidak tercapai dalam 3 jam Tidak ada perbaikan dalam 2-6 jam setelah pemberian

glukokortikoid oral Perburukan asma yang mengkhawatirkan

Page 12: Asthma

MANAJEMEN EKSASERBASI ASTHMA Tahap diagnosis asthma Tahap terapi awal, diberikan

suplementasi oksigen bila saturasi oksigen <95%

Tahap terapi inti, disesuaikan dengan derajat eksaserbasi

Page 13: Asthma

  Ringan Sedang BeratBerbicara Dapat membuat

kalimatHanya dapat membuat

frase kataBerbicara terpotong-

potong tiap kataPosisi Posisi pasien dapat

berjalan atau supinasi

Pasien lebih memilih untuk duduk

Posisi Tripot

Kesadaran Agitasi ringan Agitasi berat BingungRR Naik Naik Naik mencapai

>30x/menitHR <100x/menit 100-120x/menit >120x/ menit

Pulsus Paradoksus

Kadang tidak ada, tapi dapat berkisar

<10 mmHg

Biasanya ada, berkisar 10-25 mmHg

Sering ada, berkisar >25mmHg (dewasa) atau

20-40 mmHg (anak)Sianosis - - +Dyspnea Ringan Sedang BeratRetraksi Inter costal Supra sternal Nasal flare

Otot Asesoris - + +Wheezing Sedang, biasa

hanya saat ekspirasi

Keras (high-pitch) Keras (terdengar tanpa stetoskop)

PEF + Bronkodilator

>80% 60-80% <60%

PaO2 Normal, tidak perlu diperiksa

>60mmHg <60mmHg

PaCO2 <45mmHg <45mmHg >45mmHgSaO2 >95% 91-95% <90%

Page 14: Asthma

Tahap Terapi Inti

Pada eksaserbasi asma ringan, diberikan beta-agonist short-act. Jika tidak ada respon, segera tambahkan kortikosteroid oral.

Pada eksaserbasi asma sedang hingga berat, diberikan beta-agonist short-act dan anti-muscarinic (Ipratoprium Bromide), dapat diikuti bersama dengan kortikosteroid oral.

Page 15: Asthma

Tahap re-evaluasi, evaluasi ulang pasien paska terapi (setelah 60 – 90 menit).

Tahap terapi persistensi, tahap penentuan persistensi kondisi eksaserbasi asma. Persistensi eksaserbasi asma derajat ringan beta

agonist tiap jam, kortikosteroid oral (bila belum diberikan) dan O2 dalam 3 jam.

Persistensi eksaserbasi asma derajat sedang hingga berat kombinasi beta agonist short-act dan ipratoprium bromide tiap jam, kortikosteroid oral (bila belum diberikan), O2 dengan MgSO4 atau heliox dalam 3 jam.

Page 16: Asthma

Tahap penentuan rawat inap, penentuan rawat inap pasien harus dilakukan <4 jam. Penentuan rawat inap berdasarkan hasil SPIROMETRI.FEV1/PEF >70% selama 1 jam dan pasien

tidak sedang distress respirasi boleh dipulangkan.

FEV1/PEF 40-69% dipertimbangkan perawatan inap

FEV1/PEF <40%, PaCO2 > 42 mmHg atau pasien tampak bingung RAWAT INAP.

Page 17: Asthma

PREVENSI ASTHMA Manajemen gaya hidup menghindari faktor

pencetus asma (menghindari rokok, alergen yang sudah diketahui)

Mengonsumsi agen controller asma secara rutin

Melakukan kontrol rutin ke dokter Tetap berolahraga dengan profilaksis B2-

agonist rapid-acting Rekomendasi vaksinasi influenza setiap tahun

pada pasien dengan riwayat eksaserbasi asthma sedang hingga berat.

Page 18: Asthma

DAFTAR PUSTAKA Fuster, V., Walsh, R., Harrington, R., 2010. Hurst’s The Heart 13th

ed. McGraw-Hill Professional. Hal: 717 - 809 Karo-Karo, S., dkk, 2011. Buku Panduan Kursus Bantuan Hidup

Jantung Lanjut. PERKI. Hal: 82 – 97 Lilly, L.S., 2012. Pathophysiology of Heart Disease 5th ed.

Lippincott Williams & Wilkins. Hal: 216 - 243 Loscalzo, J., 2010. Harrison’s Cardiovascular Medicine. McGraw-

Hill Medical. Hal: 178 - 197 McMurray, J.J.V., et al, 2012. ESC Guidelines for the diagnosis

and treatment of acute and chronic heart failure. European Heart Journal 33, 1787 - 1847.

Rilantono, L.I., 2012. Penyakit Kardiovaskular 5 Rahasia. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 27 - 118

Runge, M.S., dkk, 2010. Netter’s Cardiology 2nd ed. Elsevier Saunders. Hal: 187 - 196