53
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI ( ASTHMA ) Makalah Pediatric Nursing Oleh : KELOMPOK 2 1. RAHMIANI TIFLEN (115070209111001) 2. PUTU AYU SUANDARI (115070209111009) 3. DICKY ENDRIAN K. (115070209111017) 4. SUTIK MERU (115070209111025) 5. BERLINDA OKTA RINI (115070209111034) 6. YENI WIJANARKO (115070209111042) 7. YETTI MAULIDAH (115070209111051) PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, 2012

Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

  • Upload
    eni-ta

  • View
    70

  • Download
    7

Embed Size (px)

DESCRIPTION

asma

Citation preview

Page 1: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN GANGGUAN SISTEM RESPIRASI

( ASTHMA )

Makalah Pediatric Nursing

Oleh :

KELOMPOK 2

1. RAHMIANI TIFLEN (115070209111001) 2. PUTU AYU SUANDARI (115070209111009) 3. DICKY ENDRIAN K. (115070209111017) 4. SUTIK MERU (115070209111025) 5. BERLINDA OKTA RINI (115070209111034) 6. YENI WIJANARKO (115070209111042) 7. YETTI MAULIDAH (115070209111051)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN B JURUSAN KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG, 2012

Page 2: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asma adalah suatu kondisi paru-paru yang kronis, yang ditandai sulit

bernafas. Saluran pernafasan penderita asma sangat sensitif dan memberi

respon sangat berlebihan jika mengalami rangsangan atau gangguan. Saluran

pernafasan tersebut bereaksi dengan cara menyempit dan menghalangi udara

yang masuk (Iwan Hadibroto, 2005). Penyempitan atau hambatan ini bisa

mengakibatkan gangguan pemenuhan oksigen bagi tubuh. Timbulnya gejala

asma biasanya terjadi pada malam hari, oleh karena itu sering disebut

“penyerang ditengah malam” (Iwan Hadibroto, 2005). Dan biasanya terjadi

menjelang subuh. Asma merupakan penyakit keturunan yang tidak menular.

Sekitar 55-60 % penyakit alergi yang mengakibatkan asma diturunkan ke anak

atau cucu.

Prevalensi asma di dunia sangat tinggi menurut laporan pada peringatan

hari asma sedunia 4 Mei 2004, prevalensi asma di dunia akan meningkat pada

beberapa tahun mendatang. Di tahun 2005 penderita asma diseluruh dunia

mencapai 400 juta orang, dengan pertambahan 180.000 tiap tahunnya, asma

adalah salah satu penyakit kronis dengan jumlah penderita terbanyak pada saat

ini.Sedangkan kejadian asma pada anak di Indonesia cukup tinggi terutama

dikota kota besar hingga mencapai hampir 17%. Pada usia anak-anak, asma

menimpa anak laki-laki dua kali lebih banyak dibanding anak perempuan. Sekitar

satu dari empat anak akan mengidap asma pada tahap tertentu dalam

pertumbuhannya (Iwan Hadibroto, 2005). Sekitar 50% anak-anak penderita asma

yang ringan akan membaik kondisinya, dan sembuh dalam pertumbuhan mereka

menjadi dewasa.Sisanya harus hidup dengan penyakit ini, yang akan banyak

mempengaruhi dan mengganggu pendidikan mereka. Asma menyebabkan

hilangnya 16% hari sekolah pada anak-anak di Asia, 34% anak-anak di Eropa,

40% anak-anak di Amerika Serikat. Selain hari sekolah, mereka juga kehilanagan

kegiatan di luar rumah, hobi mereka, dan bahkan hubungan dengan teman,

relasi, dan keluarganya sendiri. Dengan kata lain, asma akan mempengaruhi

segala sesuatu yang berkaitan dengan kualitas hidup mereka. Oleh karena itu

perlu segera dilakukan pendekatan yang sistematis untuk menghindari faktor-

Page 3: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

3

faktor yang bisa sebagai pencetus asma, yang pertama barangkali adalah

kondisi lingkungan dimana kita berada termasuk pemaparan alergen termasuk

asap, debu, tungau, dan kecoa yang berasal dari dalam rumah. Yang kedua

adalah zat-zat kimia yang menjadi faktor penyebab baik yang digunakan untuk

kontruksi rumah maupun untuk keperluan rumah tangga, seperti cat dinding plitur,

pengharum udara, dan semprotan pengusir serangga. Yang ketiga bisa juga

masyarakat kita yang makin kelewat bersih dan preventif. Seperti kita ketahui,

asma pada dasarnya adalah ekses dari sistem imunitas yang bekerja terlalu

efektif. Ada teori yang secara provokatif mengingatkan bahwa sistem iminitas

tubuh belum berfungsi secara maksimal jika tidak dirangsang (atau diprovokasi)

mulai usia muda (Iwan Hadibroto, 2005). Dengan kata lain, anak-anak pun perlu

dalam batas-batas tertentu terpapar pada infeksi, alergen, dan toksin, untuk men-

start sistem atau mekanisme pertahanan tubuh mereka. Studi menunjukan

bahwa anak-anak yang terekspos pada anak–anak lain dan yang lebih sering

terkena flu, kemungkinan terkena asma akan semakin kecil pada pertumbuhan

mereka selanjutnya. Satu hal yang pentig adalah jika sudah terserang asma,

yang harus dijalankan adalah menghindari penyebab pemicu asma. Falsafah

Keperawatan mengatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Dalam

makalah ini kelompok kami ingin membahas Asuhan Keperawatan Asma.

1.2 Rumusan Masalah

Untuk mengetahui penyakit asma pada anak dan asuhan

keperawatannya yang dapat diberikan pada anak.

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengidentifikasi definisi, penyebab, patofisiologi, tanda gejala,

pemeriksaan diagnostik, komplikasi, penatalaksanaan dan pencegahan

asma pada anak.

2. Mengidentifikasi asuhan keperawatan penderita asma pada anak.

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Kelompok

Menambah pengetahuan tentang gejala asma pada anak- anak dan

penatalaksanaanya sedini mungkin agar penderita asma dapat tumbuh dan

Page 4: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

4

berkembang sesuai dengan umurnya secara normal dan mempunyai

kualitas hidup yang optimal.

1.4.2 Bagi Profesi Keperawatan

Perawat dapat memberikan pendidikan kesehatan pada masyarakat

umumnya dan keluarga penderita khususnya dengan menekankan

pentingnya mengenali faktor- faktor pencetus yang bisa membangkitkan

serangan asma sehingga serangan asma dapat dihindari.

Page 5: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Pernapasan

2.1.1 Anatomi Sistem Pernapasan

Anatomi saluran pernapasan terdiri atas saluran pernapasan bagian

atas (rongga hidung, sinus paranasal, dan faring), saluran pernapasan

bagian bawah (laring, trachea, bronchus dan alveoli), sirkulasi pulmonal

(ventrikel kanan, arteri pulmonal, arteriola pulmonary, kapiler pulmonary,

venula pulmonary, vena pulmonary, dan atrium kiri), paru (paru kanan 3

lobus dan paru kiri 2 lobus), rongga pleura, dan otot-otot pernapasan

(Muttaqin, 2008).

1. Saluran pernapasan bagian atas

1) Rongga hidung

Hidung terdiri atas dua nostril yang merupakan pintu masuk menuju

rongga hidung. rongga hidung adalah dua kanal sempit yang satu

sama lainnya dipisahkan septum. Dinding rongga hidung dilapisi

oleh mukosa respirasi serta sel epitel batang, bersilia, dan berlapis

semu. Mukosa tersebut menyaring, menghangatkan dan

melembabkan udara yang masuk melalui hidung. vestibulum

merupakan bagian dari rongga hidung yang berambut dan berfungsi

menyaring partikel-partikel asing berukuran besar agar tidak masuk

kesaluran pernapasan bagian bawah. Dalam hidung juga terdapat

saluran-saluran yang menghubungkan antara ronggan hidung

dengan kelenjar air mata, bagian ini dikenal dengan kantung

nasolakrimalis. Kantung nasolakrimalis ini berfungsi mengalirkan air

melalui hidung yang berasal dari kelenjar air mata jika seseorang

menangis.

2) Sinus Paranasal

Sinus paranasal berperan dalam mensekresi mucus, membantu

pengaliran air mata melalui saluran nasolakrimalis, dan membantu

dalam menjaga permukaan rongga hidung tetap bersih dan lembab.

Sinus paranasal juga termasuk dalam wilayah pembau dibagian

posterior rongga hidung. wilayah pembau tersebut terdiri atas

Page 6: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

6

permukaan inferior palatum kribriform, bagian superior septum

nasal, dan bagian superior konka hidung, reseptor didalam epitel

pembau ini akan merasakan sensasi bau.

3) Faring

Faring (tekak) adalah pipa berotot yang bermula dari dasar

tengkorak dan berakhir sampai persambungannya dengan

esophagus dan batas tulang rawan krikoid. Faring terdiri atas tiga

bagian yang dinamai berdasarkan letaknya, yaiu nasofaring

(dibelakang hidung), orofaring (dibelakang mulut) dan laringofaring

(dibelakang laring).

2. Saluran Pernapasan Bagian Bawah

1) Laring

Laring (tenggorokan) terletak diantara faring dan trachea.

Berdasarkan letak vertebra servikalis, laring berada diruas ke 4 dan

ke 5 dan berakhir divertebra servikalis ruas ke 6. Laring disusun

oleh 9 kartilago yang disatukan oleh ligament dan otot rangka pada

tulang hyoid dibagian atas dan trachea dibawahnya. Kartilago yang

terbesar adalah kartilago tiroid, dan didepannya terdapat benjolan

subkutan yang dikenal sebagai jakun yang terlihat nyata pada pria.

Kartilago tiroid dibangun oleh dua lempeng besar yang bersatu

dibagian anterior membentuk sebuah sudut seperti huruf V yang

disebut tonjolan laryngeal. Kartilago krikoid adalah kartilago

berbentuk cincin yang terletak dibawah katilago tiroid (ini adalah

satu-satunya kartilago yang berbentuk lingkaran lengkap). Kartilago

aritenoid adalah sepasang kartilago yang menjulang dibelakang

krikoid, dan diatasnya terdapat kartilago kunciform dan kornikulata

yang sangat kecil. Diatas kartilago tiroid terdapat epiglottis, yang

berupa katup dan berfungsi membantu menutup laring saat

menelan makanan.

2) Pita Suara

Pita suara terletak didalam laring. Ujung posterior pita suara

melekat pada kartilago aritenoid. Pergerakan kartilago dilakukan

otot laryngeal yang membuat pita suara dapat menegang dan

mengandur sehingga menimbulkan beragam tekanan.

Page 7: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

7

3) Trachea

Trachea adalah sebuah tabung yang berdiameter 2,5 cm dengan

panjang 11 cm. trachea terletak setelah laring dan memanjang

kebawah setara dengan vertebra torakalis ke 5. Ujung trakea

bagian bawah bercabang menjadi dua brokhus (bronchi) kanan dan

kiri. Percabangan bronchus kanan dan kiri dikenal sebagai karina

(carina). Trachea tersusun atas 16 – 20 kartilago hialin berbentuk

huruf C yang melekat pada dinding trachea dan berfungsi untuk

melindungi jalan udara. Kartilago ini juga berfungsi untuk mencegah

terjadinya kolaps atau ekspansi berlebihan akibat perubahan

tekanan udara yang terjadi dalam system pernapasan. Bagian

terbuka dari bentuk C kartilago trachea ini saling berhadapan

secara posterior kearah esopafus dan disatukan oleh ligament

elastic dan otot polos.

4) Bronchus

Bronchus mempunyai struktur serupa dengan trachea, bronchus kiri

dan kanan tidak simetris. Bronchus kanan lebih pendek, lebih lebar,

dan arahnya hamper vertical dengan trachea. Sebaliknya bronchus

kiri lebih panjang, lebih sempit dan sudutnya pun lebih runcing.

Bentuk anatomi yang khusus ini memiliki implikasi klinis tersendiri

seperti jika ada benda asing yangterinhalasi, maka benda ini lebih

memungkinkan berada dibronkhus kanan dibandingkan dengan

bronchus kiri karena arah dan lebarnya. Bronchus pulmonaris

bercabang dan beranting sangat banyak. Cabang utama bronchus

memiliki struktur serupa trachea. Dinding bronchus dan cabang-

cabangnya dilapisi epithelium batang, bersilia, dan berlapis semu.

Saluran yang semakin kecil menyebabkan jenis epithelium

bronchus mengalami penyesuaian sesuai dengan fungsinya.

Bronchus terminalis disebut saluran penghantar udara karena

fungsi utamanya adalah menghantarkan udara ketempat pertukaran

gas diparu. Selain bronchus terminalis terdapat pula asinus yang

merupakan unit fungsional paru sebagai tempat pertukaran gas.

Asinus terdiri atas bronkhiolus respiratorius dan duktus alveolaris

Page 8: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

8

(alveolar duct) yang seluruhnya dibatasi alveoli dan sakus alveolus

terminalis yang merupakan struktur akhir paru.

3. Paru

1) Duktus Alveolaris dan Alveoli

Bronkhiolus respiratorius terbagi dan bercabang menjadi duktus

alveolaris dan beerakhir pada kantung udara berdinding tipis yang

disebt alveoli. Beberapa alveoli bergabung membentuk sakus

alveolaris. Setiap paru terdiri atas sekitar 150 juta alveoli (sakus

alveolaris). Kepadatan sakus alveolaris inilah yang member bentuk

paru tampak seperti spons. Jaringan kapiler darah mengelilingi

alveoli ditahan oleh serat elastic. Jaringan ini menjaga posisi antara

alveoli dengan bronkhiolus respiratorius. Adanya daya recoil dari

serat ini selama ekspirasi akan mengurangi ukuran alveoli dan

membantu mendorong udara agar keluar dari paru.

2) Alveoli dan Membran Respirasi

Membrane respirasi pada alveoli pada umumnya dilapisi oleh sel

epitel pipih sederhana. Sel-sel epitel pipih disebut dengan sel Tipe I.

makrofag alveolar bertugas berkeliling disekitar epithelium untuk

memfagositosis partikel atau bakteri yang masih dapat masuk

kepermukaan alveoli, makrofag ini merupakan pertahanan terakhir

pada system pernapasan. Sel ini yang ada dalam membrane

respiratorius adalah sel septal atau disebut juga dengan sel

surfaktan dan sel Tipe II. Surfaktan terdiri atas pospolipid dan

lipoprotein. Surfaktan berperan untuk melapisi epithelium alveolar

dan mengurangi tekanan permukaan yang dapat membuat alveoli

kolaps. Tanpa adanya surfaktan, tekanan pada permukaan

cenderung tinggi dan akhirnya alveoli akan menjadi kolaps. Apalagi

produksi surfaktan tidak mencukupi karena adanya injuri atau

kelainan genetic (kelahiran premature), maka alveoli dapat

mengalami kolaps sehingga pola pernapasan menjadi tidak efektif.

Pasokan darah paru berasal dari arteri bronkialis dan arteri

pulmonalis. Sirkulasi bronchial menyediakan darah teroksigenasi

dari sirkulasi sistemis yang berfungsi memenuhi kebutuhan

metabolism jaringan paru. Vena bronchial mengalirkan darah balik

Page 9: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

9

kevena cava superior dan masuk keatrium kanan. Arteri pulmonalis

pada ventrikel kanan mengalirkan darah keparu, darah tersebut

turut berperan dalam proses pertukaran gas. Darah yang

teroksigenasi kemudian dikembalikan melalui vena pulmonalis

keventrikel kiri. Pembuluh darah arteri bronchial membawa darah

langsung dari aorta torasika keparu untuk memasok nutrisi dan

arteri bronchialis yang terbentuk oleh cabang akhir arteri pulmonalis.

Namun akhirnya bersatu dengan vena pulmonalis dan darah

kemudian dibawa menuju vena pulmonaris. Sisa darah itu

diantarkan dari setiap paru oleh vena bronkhialis dan ada yang

dapat mencapai vena kappa superior, sehingga paru mempunyai

persediaan darah ganda. Sirkulasi paru adalah suatu system

bertekanan rendah dari resistensi rendah dibandingkan tekanan

darah sistemis. Tekanan darah (TD) sistemis sekitar 120/80 mmHg,

sedangkan TD pulmonary (pulmonary arterial pressure – PAP)

sekitar 25/10 mmHg.

Saluran pernapasan burfungsi untuk menghantarkan udara dari dan

kepermukaan paru. Saluran pernapasan terbagi menjadi zona konduksi

dan zona respirasi. Zona konduksi dimulai dari rongga hidung menuju

faring, laring, trakea, bronchus, bronkhiolus, dan terakhir bronkhiolus

terminalis. Zona respirasi terdiri dari saluran bronkhiolus respiratorius dan

alveoli.

Proses penyaringan penghangatan dan pelembaban udara yang

masuk dimulai dari saluran pernapasan bagian atas dan berlanjut pada

system konduksi udara. Udara yang mencapai aleoli telah bersih dari

partikel-partikel asing dan bakteri pathogen. Selain itu, kelembaban dan

suhu udara telah sesuai dengan batas yang mampu diterima oleh alveoli.

Semua proses tersebut terlaksana karena adanya mukosa respirasi yang

mengatur agar aktivitas tersebut berjalan dengan optimal.

Mukosa respirasi merupakan kombinasi antara sel epitel dan lamina

propia. Mukosa respirasi berada dapa zona konduksi saluran pernapasan.

Mukosa ini kaya akan pembuluh darah yang dapat menghangatkan udara

seketika saat udara itu dihirup oleh hidung.

Page 10: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

10

Secara umum, saluran pernapasan yang dimulai dari rongga hidung

hingga percabangan bronchial dilapisi oleh sel epitel batang, bersilia, dan

berlapis semu. Dalam sel epitel tersebut terdapat sel goblet yang

memproduksi dan menyekresikan mucus (lendir). Jenis sel epitel yang

berbeda ditemukan pada epitel faring. Perbedaan jenis epitel ini terkait

dengan peran faring sebagai penghubung antara rongga mulut dan rongga

hidung. Jenis sel epitel pada saluran pernapasan dapat dilihat pada tabel

dibawah ini.

Tabel 2.1 Jenis Sel Epitel yang ada pada saluran pernapasan

Saluran pernapasan Jenis sel epitel

Hidung:

Rongga hidung

Sinus paranasal

Faring

Nasofaring

Orofaring

Laringofaring

Laring

Trachea

Percabangan bronchial

Bronkhiolus

Sel epitel batang, dan berlapis semu

Sel epitel batang berlapis semu

Sel epitel pipih berlapis

Sel epitel pipih berlapis

Sel epitel batang, sersilia, dan berlapis semu

Sel epitel batang, bersilia, dan berlapis semu

Sel epitel batang, sersilia, dan berlapis semu

Sel epitel kuboidal, pipih dengan sedikit silia

Lamina propia merupakan jaringan konektif yang terletak diantara

sel epitel dengan kartilago. Lamina propia biasanya terdiri atas sekumpulan

serat otot polos yang tersebar dibawah epitel. Dibeberapa bagian ertentu,

lamina propia mengalami modifikasi menjadi bentuk seperti pita tebal yang

mengelilingi lumen. Lamina propia juga kaya akan pembuluh darah arteri,

vena dan kapiler lainnya yang membawa zat gizi dan air menuju kesel

sekretori. Lamina propia pada nasal konka juga mengandung banyak

pembuluh darah vena. Banyaknya pembuluh darah vena membuat udara

yang masuk melalui rongga hidung dapat dengan segera dihangatkan dan

dilembabkan (Muttaqin, 2008).

Page 11: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

11

2.1.2 Fisiologi Sistem Pernapasan

Fungsi dasar pernapasan (Muttaqin, 2008) adalah:

1. Tempat terjadinya pertukaran gas dari atmosfer dengan sirkulasi darah.

2. Memindahkan udara dari dan kepermukaan paru.

3. Melindungi dan menjaga mukosa pernapasan dari dehidrasi, perubahan

suhu, atau variasi lingkungan sekitar,serta mempertahankan

permukaan mukosa lainnya dari invasi bakteri pathogen.

4. Memproduksi bunyi atau suara untuk berbicara, bernyanyi, dan

kegiatan komunikasi verbal lainnya.

5. Menyediakan sensasi penciuman untuk dikirim kesistem saraf pusat

dari epithelium saraf olfaktorius dibagian superior rongga hidung.

6. Secara tidak langsung, kapiler paru turut membantu regulasi volume

dan tekanan darah melalui kompresi angiotensin I ke angiotensin II.

Dalam proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh

terdapat tiga tahapan (Alimul, 2006), yakni:

1. Ventilasi

Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam

alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Pengaruh proses ventilasi adalah

komplians (complience) dan recoil yaitu kemampuan paru untuk

berkembang yang dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya

surfaktan (terdapat pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk

menurunkan tegangan permukaan dan menjaga agar tidak kolaps) dan

gangguan toraks atau keadaan paru sendiri. Recoil adalah kemampuan

mengeluarkan CO2 atau kontraksi atau menyempitkan paru. Proses

ventilasi dipengaruhi oleh medula oblongata (sebagai pusat

pernapasan) dan pons. Peningkatan CO2 dalam batas 60 mmHg dapat

dengan baik merangsang pusat pernapasan dan bila pCO2 kurang dari

atau sama dengan 80 mmHg dapat menyebabkan depresi pusat

pernapasan.

2. Difusi Gas

Merupakan pertukaran antara oksigen alveoli dengan kapiler paru dan

CO2 kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh

luasnya permukaan paru, tebal membran respirasi/ permeabilitas,

Page 12: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

12

perbedaan tekanan dan konsentrasi O2 dan afinitas gas (kemampuan

menembus dan saling mengikat Hb.

3. Transportasi Gas

Merupakan transportasi antara O2 kapiler ke jaringan tubuh dan CO2

jaringan tubuh ke kapiler. Dalam proses ini, O2 berikatan dengan Hb

membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma (30%).

Kemudian CO2 berikatan dengan Hb membentuk karbominohemoglobin

(30%) dan larut dalam plasma (5%) dan sebagian HCO3 dalam darah

(60%). Transportasi dipengaruhi oleh curah jantung, kondisi pembuluh

darah, latihan/ olahraga, hematokrit, eritrosit, dan Hb.

2.1.3 Sistem Pernapasan Saat Lahir

Sistem pernapasan pada saat lahir, khususnya jumlah bronkiolus

dan alveoli belum lengakap dan akan meningkat sampau masa pubertas.

Saat lahir memiliki sedikit otot polos hingga usia 4-5 bulan otot cukup imtul

mekanisme respons terhadap adanya alergen. Pada usia 1 tahun

kemampuan menghadapi respon alergi mulai baik seperti dewasa. Ketika

pernapasan, bradikinin menurunkan tahanan vaskuler dan aliran paru

meningkat agar alveoli dapat berkembang. Pada umumnya, masa bayi

sering terjadi gangguan pernapasan karena bayi bernapas dari hidung dan

obstruksi saluran napas dapat terjadi kecuali saluran nasalnya utuh dan

diberikan napas buatan, karena iga neonatus hampir horisontal dan laring

bayi terletak dekat kepala dibandingkan dengan kehidupan selanjutnya.

Sehingga refleks laringeal sangat aktif dan epiglotis lebih panjang, karena

glotik terletak di vertebra servikalis 3 dan 4 (Saccharin, 1986 dalam Alimul,

2006).

2.2 Gangguan Sistem Respirasi pada Anak

Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab

kesakitan dan kematian pada anak, terutama pada bayi, karena saluran

napasnya masih sempit dan daya tahan masih rendah. Gangguan

pernapasan pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan

organik, trauma, alergi, infeksi, dan lain-lain. Gangguan dapat terjadi sejak

bayi baru lahir. Gangguan pernapasan yang disebabkan oleh infeksi, seperti

Page 13: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

13

ISPA, pneumonia, bronkitis, faringitis, dan sebagainya. Sedangkan yang

diakibatkan oleh alergi seperti rinitis alergi dan asma (Ngastiyah, 2005). Anak

yang mengalami atau menderita penyakit kronis pada saluran pernapasan,

seperti asma kronis, dapat mengakibatkan gangguan pada tumbuh kembang

dan pendidikan anak, serta anak juga dapat menderita stres yang

berkepanjangan akibat dari penyakitnya.

2.3 Konsep Penyakit Asma

2.3.1 Definisi

Asthma disebut juga sebagai reactive airway disease (RAD),

merupakan penyakit obstruksi pada jalan napas reversibel, yang biasanya

ditandai dengan spasme pada bronkus, inflamasi, dan peningkatan

responsi jalan napas terhadap stimulan (Suriadi & Yuliani, 2001).

Asma adalah suatu penyakit radang pada jalan napas kronik yang

ditandai dengan berbagai obstruksi pada jalan napas yang bersifat

reversibel, hiperresponsif jalan napas, dan peradangan pada bronkus

(Brough et al, 2008).

Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas saluran napas sangat

mudah bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan

manifestasi berupa serangan asma (sesak napas ekspiratoir yang

paroksismal berulang-ulang dengan mengi dan batuk akibat bronkospasme,

inflamasi mukosa bronkus, dan produksi lendir kental yang berlebihan

(Ngastiyah, 2005).

2.3.2 Etiologi

Penyebab asma sebenarnya masih belum jelas. Diduga karena

adanya reaksi berlebihan dari trakea dan bronkus, dengan sebab yang

belum jelas. Selain itu adanya hambatan dari sebagian sistem adrenergik,

kurangnya enzim adenisiklase dan meningginya tonus sistem parasimpatis,

sehingga memudahkan kelebihan tonus parasimpatis akibat rangsangan

yang berefek pada spasme bronkus (Ngastiyah, 2005). Pada faktor genetik,

dengan riwayat keluarga yang asma atau atopi terjadi kecenderungan

Limfosit T yang mendorong produksi IgE bila terpajan dengan alergen

(Brough et al, 2008).

Page 14: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

14

Berikut ini faktor pencetus terjadinya serangan asma menurut

Ngastiyah (2005), diantaranya:

1. Alergen

Bayi dan anak kecil sering dihubungkan dengan isi dari debu rumah,

misalnya tungau, bulu binatang, spora jamur yang ada di rumah, atau

makanan. Semakin bertambahnya usia, semakin banyak jenis alergen

pencetusnya.

2. Infeksi

Biasanya infeksi virus, terutama pada bayi dan anak. Seperti virus

respiratory syncytial virus (RSV) dan parainfluenza, atau bakteri

pertusis, streptokokus, jamur, aspergillus, dan parasit seperti askaris.

Selain itu, infeksi virus pada sinus (sinusitis akut maupun kronis), serta

rinitis alergi.

3. Iritan

Hairspray, minyak wangi, obat semprot nyamuk, asap rokok, bau tajam

dari cat, SO2, dan polutan udara lainnya, iritasi hidung serta batuk

sendiri dapat menimbulkan efek konstriksi pada bronkus.

4. Cuaca

Perubahan tekanan udara, suhu udara, angin, dan kelembaban udara.

5. Kegiatan jasmani

Adanya kegiatan jasmani yang berat, seperti berlari, naik sepeda,

tertawa atau menangis berlebihan.

6. Faktor psikis

Tidak adanya perhatian dan atau tidak mau mengakui persoalan yang

berhubungan dengan asma oleh anak sendiri/keluarganya akan

menggagalkan usaha pencegahan. Ataupun sebaliknya, bila terlalu

takut terhadap serangan atau hari depan anak, juga akan memperberat

serangan asma.

7. Refluks gastrointestinal (Mansjoer, 2000)

Page 15: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

15

2.3.3 Faktor Resiko

Kondisi atau faktor-faktor dibawah ini dapat dihubungan dengan

asma (Brough et al, 2008), seperti:

1. Eksema

2. Rinitis alergi

3. Riwayat keluarga atopi

4. CLD (Chronic Lung Disease) akibat prematuritas

5. Hiperreaktivitas sebelumnya

6. Bayi kurang bulan

7. Hipotesis “hygiene”, pemajanan produk-produk mikroba pada masa

bayi membantu memindahkan hiperreaktivitas sel mast.

Page 16: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

16

2.3.4 Patofisiologi dan Pohon Masalah Pajanan faktor pencetus

(alergen, infeksi, iritan, cuaca, kegiatan jasmani, psikis, refluks gastrointestinal)

Mempengaruhi sistem imun oleh makrofag

Aktivasi sel CD4 (T helper)

Produksi sitokin-sitokin (IL-2, interferon, IL-4, IL-5, IL-8)

IL-5 dan IL-8

Kemotaksis dan aktivasi eosinofil dan neutrofil

Aktivasi sel inflamasi (limfosit B, PMN, eosinofil, makrofag)

Sel B menghasilkan IgE yang melekat ke reseptor pada sel mast

Degranulasi sel mast

Melepas mediator peradangan

(histamin, leukotrien, prostaglandin, sel kemotaktans, bradikinin)

Inflamasi jalan napas berat

Bronkokonstriksi, sekresi mukus berlebih, edema bronkus

Obstruksi jalan napas

Mengubah fungsi reseptor muskarinik

Peningkatan kadar asetilkolin

Kontraksi otot polos bronkus dan

sekresi mukus

Ketidakefektifan bersihan jalan napas

Page 17: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

17

Inflamasi jalan napas berat

Tidak ditangani dengan

baik

Deskuamasi epitel dan fibrosis jangka panjang

Meningkatnya

hiperresponsivitas bronkus

Timbulnya jaringan parut pada jalan napas

Obstruksi jalan napas permanen (remodeling

jalan napas)

Perut berkontraksi kuat mendorong diafragma

Gaster ikut tertekan

Mengiritasi nervus vagal

Bronkokonstriksi, sekresi mukus berlebih, edema

bronkus

Merangsang refleks batuk

Batuk berlebih

Penekanan pada pleura

Nyeri pleuritik

Nyeri akut

Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan O2

Perubahan metabolisme aerob

menjadi anaerob

Energi yang dihasilkan menurun

Kelemahan

Intoleran aktivitas

Obstruksi jalan napas

Peningkatan tahanan jalan napas

Hiperinflasi

Peningkatan ruang hampa

Hipoventilasi alveolar

Hipoksemia

Suplai O2 ke jaringan

menurun

Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

Peningkatan frekuensi napas

Perangsangan sistem

aktivasi retikular

Penurunan komplians paru

Udara terperangkap

Udara diserap oleh darah

Jaringan paru yang lentur akan kolaps

Atelektasis

Gangguan pertukaran gas

Hiperkapnea

Kompensasi bernapas cepat dan dalam

Dispneu yang memberat

PCO2 sangat tinggi

Perubahan status kesehatan

Hospitalisasi pada

anak

Kurang informasi tentang penyakit,

prognosis dan kebutuhan

pengobatan

Kurang pengetahuan (ortu)

Ansietas

Page 18: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

18

Mengiritasi nervus vagal

Merangsang pusat mual

Mual

Mual dan atau muntah

Penurunan nafsu makan

Anoreksia

Intake tidak adekuat

Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh

Perangsangan sistem aktivasi retikular

Terjaga

Susah tidur

Insomnia

PCO2 sangat tinggi

Menekan pernapasan

Distres pernapasan

Resiko tinggi kematian

Obstruksi jalan napas permanen (remodeling

jalan napas)

Penyakit kronis

Resiko keterlambatan perkembangan

Resiko pertumbuhan tidak proporsional

Page 19: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

19

2.3.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi asma umum yang timbul pada anak menurut Suriadi &

Yuliani (2001) yaitu:

1. Wheezing

2. Dispnea dengan lama ekspirasi, penggunaan otot-otot aksesori

pernapasan, cuping hidung, retraksi dada, dan stridor.

3. Batuk kering (non produktif) karena sekret yang kental dan lumen jalan

napas yang sempit.

4. Takipnea, ortopnea

5. Gelisah

6. Diaforesis

7. Nyeri abdomen akibat terlibatnya otot abdomen dalam pernapasan

8. Fatigue

9. Tidak toleran terhadap aktivitas: makan, bermain, berjalan, bahkan

bicara.

10. Kecemasan, labil, dan perubahan tingkat kesadaran

11. Barrel chest

12. Serangan yang tiba-tiba atau berangsur-angsur

Apabila berdasarkan serangan dan umurnya, Ngastiyah (2005)

membagi gejala asma pada anak menjadi:

1. Asma episodik yang jarang

Biasanya terjadi pada anak usia 3–8 tahun. Serangan dicetuskan oleh

infeksi virus saluran napas bagian atas. Umumnya serangan sekitar 3-4

kali dalam setahun dengan lama serangan beberapa hari dan jarang

merupakan serangan yang berat. Gejala yang muncul menonjol pada

malam hari. Mengi dapat berlangsung kurang dari 4 hari, namun batuk-

batuknya dapat berlangsung 10-14 hari. Pada asma ini tumbuh

kembang anak biasanya baik. Termasuk 70-75% dari populasi asma

anak.

2. Asma episodik sering

Dua pertiga golongan asma ini pertama terjadi sebelum usia 3 tahun.

Permulaan serangan berhubungan dengan infeksi saluran napas akut.

Sedangkan pada usia 5-6 tahun dapat terjadi serangan tanpa infeksi

yang jelas. Biasanya orang tua menghubungkan dengan adanya

Page 20: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

20

perubahan udara, alergen, aktivitas fisik, dan stres. Frekuensi serangan

3-4 kali dalam setahun dengan lama serangan bebrapa hari sampai

minggu. Frekuensi serangan paling tinggi pada usia 8-13 tahun.

Umumnya gejala paling jelek pada malam hari dengan batuk dan mengi

yang mengganggu tidur anak. Gangguan perkembangan jarang terjadi.

Termasuk 20% dari populasi asma anak.

3. Asma kronik atau persisten

Sekitar 25% anak pada kasus ini serangan pertama terjadi pada usia

sebelum 6 bulan dan 75% sebelum usia 3 bulan. Lebih dari 50% anak

terdapat mengi yang lama pada 2 tahun pertama dan sisanya serangan

episodik. Pada usia 5-6 tahun akan lebih jelas terjadinya obstruksi

saluran napas yang persisten dan hampir selalu terdapat mengi setiap

hari, sedangkan malam harinya terganggu oleh batuk dan mengi.

Aktivitas fisik dapat menyebabkan mengi. Terjadi serangan yang berat

dan butuh perawatan dirumah sakit.Puncak obstruksi jalan napas

terjadi pada usia 8-14 tahun, kemudian mengalami perubahan yang

umumnya membaik. Pada asma kronik dapat terjadi perubahan bentuk

dada seperti pigeon chest dan barrel chest. Dapat terjadi gangguan

pertumbuhan yakni bertubuh kecil. Kemampuan fisik kurang sekali,

sering tidak dapat berolahraga dan kegiatan fisik lainnya, sering tidak

masuk sekolah, dan sebagian kecil ada yang mengalami gangguan

psikososial.

2.3.6 Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada anak dengan

asma menurut Suriadi & Yuliani (2001) dan Ngastiyah (2005), diantaranya:

1. Foto rontgen, diperlukan untuk menyingkirkan pneumotoraks pada

kasus yang berat. Pada asma yang telah kronis akan ditemukan

gambaran foto hiperinflasi atau atelektasis.

2. Pemeriksaan fungsi paru, menurunnya volume tidal, kapasitas vital,

eosinofil biasanya meningkat di dalam darah dan sputum.

3. Pemeriksaan alergi (RAST; radioallergosorbent test).

4. Analisa gas darah.

Page 21: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

21

5. Peak flow meter, dengan cara anak disuruh meniup flow meter

beberapa kali (sebelumnya menarik napas dalam melalui mulut

kemudian menghembuskan dengan kuat) dan catat hasil terbaik.

2.3.7 Penatalaksanaan

Serangan asma pada anak harus ditangani dengan cepat dan tepat.

Berikut ini tujuan penatalaksanaan asma berdasarkan Pedoman

Pengendalian Penyakit Asma Depkes RI Tahun 2009:

1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma,

2. Mencegah eksaserbasi akut,

3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin,

4. Mengupayakan aktivitas normal termasuk latihan fisik,

5. Menghindari efek samping obat,

6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara (airflow limitation)

ireversibel,

7. Mencegah kematian karena asma,

8. Khusus anak, untuk mempertahankan tumbuh kembang anak sesuai

potensi genetiknya.

Pada prinsip penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2,

yaitu penatalaksanaan serangan akut dan penatalaksanaan jangka

panjang (Depkes RI, 2009). Berikut ini penatalaksanaan asma pada anak:

1. Penatalaksanaan serangan akut

Penatalaksanaan sebaiknya dilakukan oleh anak atau keluarganya

dirumah (lihat Bagan 2.1) dan apabila tidak ada perbaikan segera ke

fasilitas pelayanan kesehatan. Penanganan asma harus secepat

mungkin. Pada serangan asma obat-obatan yang digunakan adalah

bronkodilator (beta 2 agonis kerja cepat dan ipatropium bromida) atau

kortikosteroid sistemik. Pada serangan yang ringan hanya digunakan

beta 2 agonis kerja cepat dalam bentuk inhalasi. Bila tidak

memungkinkan dapat diberikan secara sistemik. Apabila anak dibawa

ke pelayanan kesehatan (klinik/ gawat darurat) dapat mengacu pada

tatalaksana pada Bagan 2.2.

Page 22: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

22

Bagan 2.1 Penatalaksanaan Serangan Asma di Rumah

Penilaian berat serangan

Klinis : Gejala (batuk, sesak, mengi, dada terasa berat) yang bertambah

APE, 80% nilai terbaik/prediksi

Terapi awal

Inhalasi agonis beta-2 kerja singkat

(setiap 20 menit, 3 kali dalam 1 jam), atau bronkodilator oral

Respon baik

Gejala (batuk/berdahak/sesak/mengi) membaik

Perbaikan dengan agonis beta-2 & bertahan

selama 4 jam, APE 80% nilai terbaik/prediksi

Respon buruk

Gejala menetap atau

bertambah berat

APE < 60% nilai

terbaik/prediksi

1. Tambahkan kortiko

steroid oral

2. Agonis beta-2 diulang

Lanjutkan agonis beta-2 inhalasi setiap 3-4 jam

untuk 24-48 jam

Alternatif : bronkodilator oral setiap 6-8 jam

Steroid inhalasi diteruskan dengan dosis tinggi

(bila sedang menggunakan steroid inhalasi)

selama 2 minggu, kemudian kembali ke dosis

sebelumnya.

Segera

Ke Dokter/ IGD/ RS Hubungi dokter untuk istruksi selanjutnya

Sumber : PDPI, Asma. Pedoman & Penatalaksanaan di Indonesia, 2004 dalam Depkes RI, 2009

Page 23: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

23

Bagan 2.2 Alur Tatalaksana Serangan Asma pada Anak

Klinik / IGD

Nilai derajat serangan

Tatalaksana awal

1. Nebulisasi beta agonis 1-3x, selang 20 menit 2. Nebulisasi ketiga + antikolinergik 3. Jika serangan berat, nebulisasi 1 x (+antikolonergik)

Serangan ringan (nebulisasi 1-3x, respon

baik, gejala hilang) 1. Observasi 2 jam 2. Jika efek bertahan,

boleh pulang 3. Jika gejala timbul

lagi, perlakukan sebagai serangan sedang

Serangan sedang (nebulisasi 1-3x, respon

parsial) 1. Berikan oksigen 2. Nilai kembali

derajat serangan, jika sesuai dengan serangan sedang, observasi di Ruang Rawat Sehari/ observasi

3. Pasang jalur parenteral

Serangan berat (nebulisasi 3x, respon buruk) 1. Sejak awal berikan O2

saat/ diluar nebulisasi 2. Pasang jalur parenteral 3. Nilai ulang klinisnya, jika

sesuai dengan serangan berat, rawat di Ruang Rawat Inap

4. Foto rontgen toraks

Boleh pulang: 1. Bekali obat beta-

agonis (hirupan/ oral) 2. Jika sudah ada obat

pengendali, teruskan 3. Jika infeksi virus

sebagai pencetus, dapat dibberi steroid oral

4. Dalam 24-48 jam kontrol ke klinik rawat jalan, untuk reevaluasi

Ruang rawat sehari/ observasi: 1. Oksigen teruskan 2. Berikan steroid oral 3. Nebulisasi tiap 2

jam 4. Bila dalam 12 jam

perbaikan klinis stabil, boleh pulang, tetapi jika klinis tetap belum membaik atau memburuk, alih rawat ke Ruang Rawat Inap

Ruang Rawat Inap: 1. Oksigen teruskan 2. Atasi dehidrasi dan

asidosisnya jika ada 3. Steroid IV tiap 6-8 jam 4. Nebulisasi tiap 1-2 jam 5. Aminofilin IV awal,

lanjutkan rumatan 6. Jika membaik dalam 4-

6x nebulisasi, interval jadi 4-6 jam

7. Jika dalam 24 jam perbaikan klinis stabil, boleh pulang

8. Jika dengan steroid dan aminofilin parenteral tidak membaik, bahkan timbul ancaman henti napas, alih ke Rawat Inap Intensif

Page 24: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

24

Catatan Bagan 2.2:

(1) Jika menurut penilaian serangannya berat, nebulisasi cukup 1x langsung

dengan beta-agonis + antikolinergik

(2) Bila terdapat tanda ancaman bahaya henti napas segera ke Ruang Rawat

Intensif

(3) Jika tidak ada alatnya, nebulisasi dapat diganti dengan adrenalin subkutan

0,01ml/kgBB/kali maksimal 0,3ml/kali

(4) Untuk serangan sedang dan terutama berat, oksigen 2-4 L/menit diberikan

sejak awal, termasuk saat nebulisasi

2. Penatalaksanaan jangka panjang

Prinsip penatalaksanaan jangka panjang adalah:

1) Edukasi

(1) Kapan pasien berobat/ mencari pertolongan

(2) Mengenali gejala serangan asma secara dini

(3) Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan

waktu penggunaannya

(4) Mengenali dan menghindari faktor pencetus

(5) Kontrol teratur

2) Obat asma (pengontrol dan pelega)

Obat asma yang digunakan sebagai pengontrol (anti inflamasi)

antara lain:

(1) Inhalasi kortikosteroid

(2) Beta 2 agonis kerja panjang

(3) Antileukotrien

(4) Teofilin lepas lambat

Sedangkan obat pelega (bronkodilator) yang digunakan antara lain:

(1) Beta 2 agonis kerja cepat

(2) Antikolinergik

(3) Metilsantin

(4) Kortikosteroid sistemik

3) Menjaga kebugaran

Agar prinsip pengobatan dapat dievaluasi dan mencapai hasil yang

maksimal, perlu diikuti alur penatalaksanaan asma jangka panjang

Page 25: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

25

berdasarkan Pedoman Pengendalian Penyakit Asma Depkes RI Tahun

2009 yang dapat dilihat pada Bagan 2.3.

Bagan 2.3 Alur Tatalaksana Asma Jangka Panjang

Asma episodik Jarang Obat pereda : Beta 2 agonis atau teofilin

(hirupan atau oral) bila perlu

P

E

N

G

H

I

N

D

A

R

A

N

3-4 minggu, obat

dosis/minggu :

> 3x

< 3x

Asma episodik sering Tambahkan obat pengendali:

Kortikosteroid hirupan dosis rendah

6-8 minggu, respon:

(-)

(+)

Asma persisten Pertimbangkan alternatif penambahan

salah satu obat :

1. Beta agonis kerja panjang (LABA)

2. Teofilin lepas lambat

3. Antileukotrien

4. Atau dosis kortikosteroid ditingkatkan

(medium)

6-8 minggu, respon:

(-)

(+)

Kortikosteroid dosis medium ditambahkan

salah satu obat:

1. Beta agonis kerja panjang (LABA)

2. Teofilin lepas lambat

3. Antileukotrien

4. Atau dosis kortikosteroid ditingkatkan

(tinggi)

6-8 minggu, respon:

(-)

(+)

Obat diganti kortikosteroid oral

Sumber : Pedoman Pengendalian Penyakit Asma Depkes RI Tahun 2009

Page 26: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

26

2.3.8 Komplikasi

Apabila asma pada anak tidak ditangani dengan baik dapat

menimbulkan berbagai komplikasi. Berikut ini komplikasi yang dapat terjadi

pada anak yang menderita asma (Suriadi&Yuliani, 2001 dan Brough et al,

2008), yaitu:

1. Retardasi pertumbuhan karena penyakit atau pengobatan dengan

steroid

2. Deformitas dinding dada

3. Infeksi berulang

4. Status asmatikus yang dapat mengancam jiwa.

5. Gangguan keseimbangan asam basa dan gagal napas

6. Chronic persistent bronchitis

7. Bronchiolitis

8. Pneumonia

9. Emphysema

2.3.9 Pencegahan

Mengingat berbagai bahaya yang dapat disebabkan oleh asma,

penanganan terbaik adalah dengan mencegah serangan asma tersebut

agar serangan tidak terjadi. Serangan asma dapat dicegah dengan

menghindari faktor pencetus dan menggunakan obat-obatan atau tindakan

untuk meredakan atau mengurangi reaksi-reaksi yang akan atau sudah

timbul. Dibawah ini beberapa tindakan menurut Ngastiyah (2005) yang

dapat dilakukan untuk mencegah serangan asma, diantaranya:

1. Menghindari pencetus

(1) Bila pencetusnya berupa debu, kasur tempat tidur sebaiknya

dimasukkan kedalam kantong vinil yang rapat agar debu tidak dapat

masuk atau kapuk tidak keluar. Bisa menggunakan kasur dari busa

yang dibungkus vinil.

(2) Sprei, tirai, selimut dan sarung dicuci sekurang-kurangnya 2 kali

seminggu.

(3) Perabotan rumah dibersihkan dengan lap basah

(4) Lantai dibersihkan dan dipel setiap hari

(5) Sebaiknya tidak menggunakan karpet

Page 27: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

27

(6) Lebih baik tidak memelihara hewan

(7) Simpan buku diluar kamar tidur anak

(8) Apabila pencetusnya makanan, hindari jenis makanannya. Bila

belum diketahui, anak jangan makan cokelat, kacang tanah,

makanan yang mengandung pengawet atau pewarna makanan.

(9) Hindati pencetus-pencetus lainnya

2. Kegiatan fisik

Kegiatan fisik tidak dilarang, namun perlu diatur dan diawasi dengan

cara:

(1) Menambah toleransi secara bertahap, menghindari percepatan

gerak secara bertahap.

(2) Bila mulai batuk, segera beristirahat, minum air, dan setelah tidak

batuk, bisa dilanjutkan.

(3) Adakalanya minum obat atau menghirup aerosol terlebih dahulu

sebelum beraktivitas fisik.

3. Obat asma pada anak (pada saat serangan atau pencegahan)

Obat-obatan pencegahan harus terus diberikan walaupun sedang tidak

dalam serangan, seperti bronkodilator dan kortikosteroid sesuai indikasi

dokter.

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan

2.4.1 Pengkajian

1. Identitas klien

Pengajian mengenai nama, umur dan jenis kelamin perlu di kaji pada

penyakit status asthmatikus. Serangan asthma pada usia dini

memberikan implikasi bahwa sangat mungkin terdapat status atopi.

Pendidikan serta suku bangsa perlu juga dikaji untuk mengetahui

adanya pemaparan bahan alergen.

2. Keluhan utama

Salah satu keluhan utama klien adalah sesak napas atau kesulitan

bernapas.

3. Riwayat penyakit sekarang

Klien dengan serangan asthma datang mencari pertolongan dengan

keluhan, terutama sesak napas yang hebat dan mendadak kemudian

Page 28: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

28

diikuti dengan gejala-gejala lain, seperti Wheezing, Penggunaan otot

bantu pernapasan, Kelelahan, gangguan kesadaran, Sianosis serta

perubahan tekanan darah. Perlu juga dikaji kondisi awal terjadinya

serangan.

4. Riwayat penyakit dahulu

Penyakit yang pernah diderita pada masa-masa dahulu seperti infeksi

saluran napas atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, polip hidung.

Riwayat serangan asthma frekuensi, waktu, alergen-alergen yang

dicurigai sebagai pencetus serangan serta riwayat pengobatan yang

dilakukan untuk meringankan gejala asthma.

5. Riwayat kesehatan keluarga

Pada klien dengan serangan asthma perlu dikaji tentang riwayat

penyakit asthma atau penyakit alergi yang lain pada anggota

keluarganya karena hipersensitifitas pada penyakit asthma ini lebih

ditentukan oleh faktor genetik oleh lingkungan

6. Riwayat psikososial

Gangguan emosional sering dipandang sebagai salah satu pencetus

bagi serangan asthma baik ganguan itu berasal dari lingkungan rumah,

lingkungan sekitar sampai lingkungan pendidikan.

7. Riwayat kesehatan lingkungan

Alamat menggambarkan kondisi lingkungan tempat klien berada, dapat

mengetahui kemungkinan faktor pencetus serangan asthma.

8. Pola fungsi kesehatan

1) Pola resepsi dan tata laksana hidup sehat

Gejala asthma dapat membatasi manusia untuk berperilaku hidup

normal sehingga klien dengan asthma harus merubah gaya

hidupnya sesuai kondisi yang memungkinkan tidak terjadi serangan

asthma.

2) Pola nutrisi dan metabolisme

Perlu dikaji tentang status nutrisi klien meliputi, jumlah, frekuensi,

dan kesulitan-kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya. Serta pada

klien sesak, potensial sekali terjadinya kekurangan dalam

memenuhi kebutuhan nutrisi, hal ini karena dipsnea saat makan,

laju metabolisme serta ansietas yang dialami klien.

Page 29: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

29

3) Pola eliminasi

Perlu dikaji tentang kebiasaan BAB dan BAK mencakup warna

bentuk, kosentrasi, frekuensi, jumlah serta kesulitan dalam

melaksanakannya.

4) Pola tidur dan istirahat

Perlu dikaji tentang bagaimana tidur dan istirahat klien meliputi

berapa lama klien tidur dan istirahat. Serta berapa besar akibat

kelelahan yang dialami klien. Adanya wheezing, sesak dan

ortopnea dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat klien.

5) Pola aktifitas dan latihan

Perlu dikaji tentang aktifitas keseharian klien seperti olah raga,

bekerja dan aktifitas lainnya. Aktifitas fisik dapat terjadi faktor

pencetus terjadinya asthma yang disebut dengan Excercise

Induced Asthma. Perlu juga dikaji aktivitas bermain anak.

9. Pemeriksaan fisik

1) Status kesehatan umum

Perlu dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah,

kelemahan suara bicara, tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan

yang meningkatan, penggunaan otot-otot pembantu pernapasan

sianosis batuk dengan lendir lengket dan posisi istirahat klien.

Pengukuran TB, BB, PB, lingkar kepala, lingkar lengan, lingkar

dada.

2) Integumen

Dikaji adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi,

turgor kulit, kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan,

pruritus, ensim, serta adanya bekas atau tanda urtikaria atau

dermatitis pada rambut di kaji warna rambut, kelembaban dan

kusam.

3) Kepala

Dikaji tentang bentuk kepala, simetris adanya penonjolan, riwayat

trauma, adanya keluhan sakit kepala atau pusing, vertigo kelang

ataupun hilang kesadaran.

Page 30: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

30

4) Mata

Adanya penurunan ketajaman penglihatan akan menambah stres

yang di rasakan klien. Serta riwayat penyakit mata lainya.

5) Hidung

Adanya pernafasan menggunakan cuping hidung, rinitis alergi dan

fungsi olfaktori.

6) Mulut dan laring

Dikaji adanya perdarahan pada gusi. Gangguan rasa menelan dan

mengunyah, dan sakit pada tenggorok serta sesak atau perubahan

suara.

7) Leher

Dikaji adanya nyeri leher, kaku pada pergerakaan, pembesaran

tiroid serta penggunaan otot-otot pernafasan.

8) Thorak

(1) Inspeksi

Dada di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan

adanya peningkatan diameter anteroposterior, retraksi otot-otot

Interkostalis, sifat dan irama pernafasan serta frekuensi

pernafasan.

(2) Palpasi

Pada palpasi di kaji tentang kesimetrisan, ekspansi dan taktil

fremitus.

(3) Perkusi

Pada perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor

sedangkan diafragma menjadi datar dan rendah.

(4) Auskultasi

Terdapat suara vesikuler yang meningkat disertai dengan

expirasi lebih dari 4 detik atau lebih dari 3x inspirasi, dengan

bunyi pernafasan dan wheezing.

9) Kardiovaskuler

Jantung di kaji adanya pembesaran jantung atau tidak, bising nafas

dan hiperinflasi suara jantung melemah. Tekanan darah dan nadi

yang meningkat serta adanya pulsus paradoksus.

Page 31: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

31

10) Abdomen dan anus

Perlu di kaji tentang bentuk, turgor, nyeri, serta tanda-tanda infeksi

karena dapat merangsang serangan asthma, frekuensi pernafasan,

serta adanya konstipasi karena dapat nutrisi. Pemeriksaan rektal

11) Urogenitalia

Genetalia eksterna, pengkajian edema, iritasi, lesi, kesimetrisan

skrotum dan testis, meatus uretra.

12) Ekstrimitas

Di kaji adanya edema extremitas, tremor dan tanda-tanda infeksi

pada extremitas karena dapat merangsang serangan asthma.

10. Refleks

Rooting, menghisap, moro, tonus leher, berjalan atau melangkah,

babinski, mata boneka, memegang atau menggenggam,

11. Riwayat Tumbuh Kembang

Digunakan untuk deteksi dini penyimpangan perkembangan anak yang

berusia kurang dari 6 tahun, namun tidak bisa dilakukan bila anak

dalam kondisi sakit dan dilakukan pada saat anak tidak mengalami

serangan, yang terbagi dalam 4 sektor, diantaranya:

1) Personal social (perilaku sosial)

2) Fine motor adaptive (gerakan motorik halus)

3) Language (bahasa)

4) Gross motor (gerak motorik kasar)

12. Pengkajian keluarga

Pengkajian anggota keluarga, pola komunikasi, pola interaksi,

pendidikan dan pekerjaan, kebudayaan dan keyakinan, serta fungsi

keluarga dan hubungan.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

Berikut ini diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus

asma pada anak, diantaranya:

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas (berhubungan dengan obstruksi

jalan napas)

2) Gangguan pertukaran gas (berhubungan dengan ventilasi-perfusi

perubahan membran alveolar kapiler: hipoventilasi alveolar)

Page 32: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

32

3) Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer (berhubungan dengan proses

penyakit: penurunan suplai O2 ke jaringan)

4) Nyeri akut (berhubungan dengan agen cedera: penekanan pleura)

5) Mual (berhubungan dengan iritasi lambung, nyeri, gangguan biokimia,

ansietas)

6) Ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh (berhubungan

dengan faktor psikologis, biologis: penurunan nafsu makan)

7) Intoleran aktivitas (berhubungan dengan kelemahan,

ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen)

8) Insomnia (berhubungan dengan ketidaknyamanan fisik: napas pendek,

sesak, nyeri, stres)

9) Ansietas (keluarga berhubungan dengan perubahan status kesehatan

anaknya)

10) Resiko pertumbuhan tidak proporsional (berhubungan dengan faktor

individu: anoreksia, penyakit kronis, malnutrisi)

11) Resiko keterlambatan perkembangan (berhubungan dengan faktor

individual: penyakit kronis, nutrisi yang tidak adekuat)

Page 33: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

33

2.4.3 Nursing Care Plan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ NOC Intervensi/ NIC

1 Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Kriteria Hasil :

1. Status jalan napas : patensi jalan

napas

2. Status jalan napas : Ventilasi

Tambahan hasil yang terkait :

1. Respon alergi

2. Level anxietas

3. Management-self asma

4. Cognitive

5. Daya tahan

6. Level fatigue

7. Status neurologic

8. Pasca prosedur pemulihan

9. Status respirasi

10. Status respirasi : pertukaran gas

11. Pengobatan perilaku : sakit atau

injury

12. Tanda – tanda vital

NIC : Airway Management

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensi

ventilasi.

2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan

aktual / potensial penyisipan saluran napas

3. Melakukan terapi fisik dada, yang sesuai

4. Menghilangkan sekresi melalui dorongan batuk

atau suction

5. Menggunakan teknik yang menyenangkan untuk

mendorong pernapasan dalam untuk anak-anak

(misalnya, pukulan dengan gelembung–

gelembung blower; pukulan pada Pinwheel,

peluit, harmonika, balon, blower partai;

menggunakan bola ping-pong, bulu)

6. Menginstruksikan cara batuk yang efektif

7. Membantu dengan spirometer insentif yang

sesuai

Page 34: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

34

8. Auskultasi bunyi napas, daerah yang tidak ada

ventilasi berkurang atau tidak ada, dan adanya

suara yang adventif.

9. Mengelola bronkodilator, yang sesuai.

10. Mengajarkan keluarga pasien bagaimana

menggunakan inhaler yang diresepkan, yang

sesuai.

11. Mengelola perawatan aerosol, yang sesuai.

12. Mengelola perawatan nebulizer ultrasonic, yang

sesuai.

13. Mengelola yang udara lembab atau oksigen,

yang sesuai.

14. Mengatur asupan cairan untuk mengoptimalkan

keseimbangan cairan.

15. Posisikan untuk meringankan dyspnea.

16. Pemantauan pernapasan dan status oksigenasi,

yang sesuai.

2 Ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam status

nutrisi: intake nutrient pasien adekuat

Nutrition Monitoring

1. Monitor adanya penurunan berat badan

2. Monitor lingkungan selama makan

Page 35: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

35

dengan indikator NOC (Nutritional

Status: Nutrient Intake) bernilai 3-5

pada:

1. intake kalori

2. intake protein

3. intake lemak

4. intake karbohidrat

5. intake vitamn

6. intake mineral

7. intake zat besi

8. intake kalsium

3. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

4. Monitor turgor kulit

5. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,

Hb dan kadar Ht

6. Monitor kalori dan intake nutrisi

Nutrition Management

7. Kaji adanya alergi makanan

8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

9. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe.

10. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C

11. Berikan subtansi gula

12. Berikan makanan yang terpilih (sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

13. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan

makanan harian.

14. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

15. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Page 36: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

36

2.4.4 Implementasi

Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan

oleh perawat. Seperti tahap-tahap yang lain dalam proses keperawatan,

fase pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain :

1. Validasi (pengesahan) rencana keperawatan

2. Menulis/ mendokumentasikan rencana keperawatan

3. Memberikan asuhan keperawatan

4. Melanjutkan pengumpulan data

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan

yang merupakan kegiatan sengaja dan terus menerus yang melibatkan

klien perawat dan anggota tim kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah :

1. Untuk menilai apakah tujuan dalam rencana perawatan tercapai atau

tidak

2. Untuk melakukan pengkajian ulang

Untuk dapat menilai apakah tujuan ini tercapai atau tidak dapat

dibuktikan dengan perilaku klien :

1. Tujuan tercapai jika klien mampu menunjukkan perilaku sesuai dengan

pernyataan tujuan pada waktu atau tanggal yang telah ditentukan

2. Tujuan tercapai sebagian jika klien telah mampu menunjukkan perilaku,

tetapi tidak seluruhnya sesuai dengan pernyataan tujuan yang telah

ditentukan

3. Tujuan tidak tercapai jika klien tidak mampu atau tidak mau sama sekali

menunjukkan perilaku yang telah ditentukan

Page 37: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

37

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Biodata

1. Identitas klien

Nama : An. L

No. RM : 081641642643

Umur : 8 thn

Jenis kelamin : perempuan

Jenis persalinan : spontan

Tanggal lahir : 17 Desember 2001

Alamat : Ambulu

Diagnosa medis : Asma Episodik Sering Serangan Sedang

Tanggal MRS : 20 Juli 2009 Jam : 06.00

Tanggal pengkajian : 20 Juli 2009 Jam : 08.00

2. Identitas orang tua/ penanggung jawab

Nama ibu : Ny. U Nama ayah : Tn. S

Umur : 30 thn Umur : 35 thn

Agama : Islam Agama : Islam

Pendidikan : SD Pendidikan : SD

Pekerjaan : TKW Pekerjaan : TKI

Alamat : Ambulu Alamat : Ambulu

3.1.2 Riwayat kesehatan klien

1. Alasan Masuk Rumah Sakit

Keluarga An. L mengatakan klien mendapat serangan sesak sekitar 4

pagi didahului batuk-batuk, kemudian klien langsung dibawa ke RSUD

Ngulab. Keluarga An. L mengatakan An. L sangat gelisah di rumah.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pada saat pengkajian, An. L mengeluh sesak, sesak yang dirasakan

seperti tertindih benda berat, dirasakan terus-menerus, sesak

bertambah bila bergerak dan berkurang bila istirahat. Sesak dirasakan

sejak sekitar pukul 4 pagi, sesak yang dirasakan di seluruh dada.

Page 38: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

38

3. Keluhan Utama : sesak

4. Riwayat Kesehatan Masa Lalu

1) Pre natal

Pemeriksaan : -

TT hamil : -

Kelainan : -

Obat-obatan : -

Lain-lain : -

2) Intra natal

Umur kehamilan : sekitar 9 bulan

BB lahir : 3500 gram

BB lahir : -

Lama kelahiran : -

Cara kelahiran : spotan

Keadaan saat lahir : -

Respirasi spontan/tidak : -

Resusitasi : -

Lain-lain : -

3) Neonatal/postnatal

Apgar score : -

Kejang : -

Perdarahan : -

Kelumpuhan : -

Gangguan eliminasi : -

Lain-lain : -

4) Imunisasi

BCG :

DPT :

Polio : keluarga mengatakan imunisasi lengkap

Campak :

Hepatitis :

DT :

5) Nutrisi

ASI : keluarga An. L mengatakan An. L minum ASI

Page 39: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

39

PASI : -

- jenis : -

- lama : -

-jumlah: -

Vitamin : -

Makanan tambahan : -

Lain-lain : -

5. Tumbuh kembang

Tidak ada gangguan

6. Penyakit yang pernah diderita

Keluarga An. L mengatakan An. L pernah menderita sesak nafas pada

usia 2 tahun, pernah masuk RS sekitar 6 kali, terakhir kali masuk RS

sekitar 2 minggu yang lalu, An. L biasanya jika terlalu capek atau udara

dingin mendapat serangan sesak.

7. Riwayat kesehatan lingkungan

Keluarga klien mengatakan tinggal di dekat sawah, rumah cukup bersih

dan setiap malam udara terasa dingin karena terkena dingin dari sawah.

8. Riwayat kesehatan keluarga

Keluarga klien mengatakan jika dari keluarga ibu tidak ada yang

menderita asma, namun tidak tahu bila dari ayah klien.

9. Genogram

Page 40: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

40

Keterangan :

: perempuan hidup : garis keturunan

: laki-laki hidup : saudara

: klien : tinggal serumah

: menikah

3.1.3 Kebutuhan dasar anak

1. Nutrisi

Di rumah : biasanya dirumah klien makan makanan seperti tahu,

tempe, tidak mengkonsumsi ikan, susu, buah jarang,

makan 3 kali sehari dengan porsi sedang

Di RS : klien menghabiskan setengah porsi makan yang diberikan.

2. Eliminasi

Di rumah : BAK 6-7 x/hari, BAB 1-2 x/hari, teratur

Di RS : saat pengkajian BAK masih 2 x dan belum BAB

3. Istirahat dan Tidur

Di rumah : klien tidur sekitar 9-10 jam sehari

Di RS : saat pengkajian, klien baru tidur 3 jam

4. Peroral Hygiene

Di rumah : klien mandi 2 x/hari

Di RS : saat pengkajian klien hanya di seka

5. Bermain

Di rumah : keluarga klien mengatakan klien biasanya bermain

dengan teman-temannya

Di RS : klien tidak bermain

3.1.4 Pengkajian fisik

1. Penampilan

Keadaan umum : k/u lemah, agak gelisah

Kesadaran : composmentis

Tanda-tanda vital : S= 37,5º C, Nadi= 142 x/menit, RR= 49 x/menit

Page 41: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

41

2. Antropometri

Lingkar kepala : -

BB : 17 kg

TB : 110 cm

Lila : -

Lida : -

3. Pemeriksaan Fisik

Kepala : simetris, rambut hitam, lurus, agak kusam

UUK/UUB : -

Mata : mata simetris, tidak ikterus, tidak anemis, konjungtiva

merah muda, tidak terdapat luka, mata tidak cowong

Telinga : simetris, tidak terdapat serumen

Hidung : simetris, septumnasi tepat di tengah, terdapat

pernafasan cuping hidung, tidak pilek

Lidah/Bibir : lidah bersih, mukosa bibir agak kering, bibir tampak

sedikit pucat, mulut tampak terbuka sedikit saat

bernafas

Gigi : lengkap, agak kuning

Tenggorokan : tidak terdapat nyeri telan

Tonsil : tidak terdapat pembesaran tonsil

Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan

pembesaran vena jugularis

Thorax/paru :

Inspeksi : bentuk dada simetris, pergerakan simetris,

terdapat retraksi dada

Palpasi : tidak teraba tonjolan abnormal

Perkusi : sonor

Auskultasi : terdapat suara tambahan wheezing dan ronchi

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak tampak

Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5-6 mid clavicula

sinistra

Perkusi : pekak

Auskultasi : S1-S2 tunggal, tidak terdapat suara tambahan

Page 42: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

42

Abdomen

Inspeksi : bentuk dada simetris, tampak otot perut berperan

dalam pernafasan

Auskultasi : bising usus normal 8x/menit

Perkusi : timpani

Palpasi : tidak teraba massa pada abdomen, liver dan lien

Urogenital : Tidak terdapat gangguan

Anus : Tidak terdapat gangguan

Ekstrimitas

Atas : terpasang infuse di tangan kiri

Bawah : tidak terdapat gangguan

Akral hangat, tidak ada cianosis, tidak ada oedem, turgor

dapat kembali < 2 detik

3.1.5 Data psikososial

1. Klien : perkembangan psikososial: klien sekolah kelas 2 SD, klien senang

bermain dengan teman sepermainannya, dan tampak malu bila diajak

bicara.

2. Keluarga : mendukung klien dalam tahap perkembangannya

3.1.6 Data spiritual

1. Klien :biasanya klien di rumah sholat, mengaji. Di RS klien berdoa

untuk kesembuhannya.

2. Keluarga : keluarga berdoa agar cucunya dapat pulang dan sembuh

serta sehat seperti sebelum sakit.

3.1.7 Data penunjang

1. Tes diagnostic

Hasil laboratorium: 20 juli 2009

Hb : 13,7 gr%

Leukosit : 21.900 cmm

- Limfosit : 16,1 %

- Monosit : 13,1 %

- Granulosit 80,8 %

Page 43: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

43

Eritrosit : 4,82

Trombosit : 424.000 cmm

Hematokrit : 37,4 %

MCV : 78 fl

MCH : 28,5 gr/dl

MCHC : 36,7 gr/dl

2. Pengobatan/terapi

20 Juli 2009

- Infuse D5 ¼ Ns 500 cc/24 jam

- Infuse D5 ¼ Ns 500 cc + Aminophilin 9 cc = 7 tetes/menit

- Cefotaxime 3x50 mg

- Dexamethasone 3x3,5 mg

- Nebul Ventolin 2 mg + PZ 1 cc 4x1

- Fisioterapi dada

- Termoregulasi

- Injeksi Aminophilin sisa bolus pelan (25 mg)

Page 44: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

44

3.2 Analisa Data dan Diagnosa Keperawatan

No Kelompok data Etiologi Masalah

1 DS:

klien mengeluh sesak,

sesak yang dirasakan

seperti tertindih benda

berat, dirasakan terus

menerus, sesak bertambah

bila bergerak dan

berkurang bila istirahat,

sesak dirasakan sejak

sekitar 11 malam, sesak

yang di rasakan seluruh

dada

DO:

- k/u lemah

- terdapat pernafasan

cuping hidung

- terdapat retraksi dada

- terdapat suara nafas

tambahan ronchi dan

wheezing

- S: 37,5º C

- Nadi : 142 x/menit

- RR : 49 x/menit

obstruksi jalan

nafas

Ketidakefektifan

bersihan jalan

nafas

2 DS:

-dirumah klien makan

makanan seperti tahu,

tempe, tidak

mengkonsumsi ikan, susu,

buah jarang, makan 3 kali

sehari dengan porsi sedang

-klien mengeluh sesak

Faktor biologis

dan psikologis

Ketidakseimbangan

nutrisi: kurang dari

kebutuhan tubuh

Page 45: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

45

DO:

- k/u lemah.

- klien menghabiskan

setengah porsi makan

yang diberikan

- nadi : 142 x/menit

- RR : 49 x/menit

- BB=17 kg

- TB=110 cm

- Usia 8 tahun

- IMT= 14,05

Page 46: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

46

3.3 Intervensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan/ NOC Intervensi/ NIC

1 Ketidakefektifan bersihan jalan

nafas

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam

bersihan jalan napas adekuat dengan

indikator NOC (Status jalan napas :

patensi jalan napas dan Status jalan

napas : Ventilasi) bernilai 3-5 pada:

1. Respon alergi

2. Level anxietas

3. Management-self asma

4. Cognitive

5. Daya tahan

6. Level fatigue

7. Status neurologic

8. Pasca prosedur pemulihan

9. Status respirasi

10. Status respirasi : pertukaran gas

11. Pengobatan perilaku : sakit atau

injury

NIC : Airway Management

1. Posisikan pasien untuk memaksimalkan potensi

ventilasi.

2. Mengidentifikasi pasien yang membutuhkan

aktual / potensial penyisipan saluran napas

3. Melakukan terapi fisik dada, yang sesuai

4. Menghilangkan sekresi melalui dorongan batuk

atau suction

5. Menggunakan teknik yang menyenangkan untuk

mendorong pernapasan dalam untuk anak-anak

(misalnya, pukulan dengan gelembung–

gelembung blower; pukulan pada Pinwheel,

peluit, harmonika, balon, blower partai;

menggunakan bola ping-pong, bulu)

6. Menginstruksikan cara batuk yang efektif

7. Membantu dengan spirometer insentif yang

sesuai

Page 47: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

47

12. Tanda – tanda vital 8. Auskultasi bunyi napas, daerah yang tidak ada

ventilasi berkurang atau tidak ada, dan adanya

suara yang adventif.

9. Mengelola bronkodilator, yang sesuai.

10. Mengajarkan keluarga pasien bagaimana

menggunakan inhaler yang diresepkan, yang

sesuai.

11. Mengelola perawatan aerosol, yang sesuai.

12. Mengelola perawatan nebulizer ultrasonic, yang

sesuai.

13. Mengelola yang udara lembab atau oksigen,

yang sesuai.

14. Mengatur asupan cairan untuk mengoptimalkan

keseimbangan cairan.

15. Posisikan untuk meringankan dyspnea.

16. Pemantauan pernapasan dan status oksigenasi,

yang sesuai.

2 Ketidakseimbangan nutrisi:

kurang dari kebutuhan tubuh

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3 x 24 jam status

nutrisi: intake nutrient pasien adekuat

Nutrition Monitoring

16. Monitor adanya penurunan berat badan

17. Monitor lingkungan selama makan

Page 48: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

48

dengan indikator NOC (Nutritional

Status: Nutrient Intake) bernilai 3-5

pada:

9. intake kalori

10. intake protein

11. intake lemak

12. intake karbohidrat

13. intake vitamn

14. intake mineral

15. intake zat besi

16. intake kalsium

18. Monitor kulit kering dan perubahan pigmentasi

19. Monitor turgor kulit

20. Monitor kekeringan, rambut kusam, total protein,

Hb dan kadar Ht

21. Monitor kalori dan intake nutrisi

Nutrition Management

22. Kaji adanya alergi makanan

23. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan

jumlah kalori dan nutrisi yang dibutuhkan pasien.

24. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake Fe.

25. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan

vitamin C

26. Berikan subtansi gula

27. Berikan makanan yang terpilih (sudah

dikonsultasikan dengan ahli gizi)

28. Ajarkan klien bagaimana membuat catatan

makanan harian.

29. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

30. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

Page 49: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

49

3.4 Implementasi

No.

Dx

Tgl/jam Implementasi TTD

I 21/7’09 -07.15

-07.15

-07.30

-07.40

-07.45

-08.00

-08.00

-12.00

1. Memposisikan pasien untuk memaksimalkan

potensi ventilasi.

R/ klien tampak duduk setengah duduk

2. Mengelola udara yang lembab atau oksigen,

yang sesuai.

R/ klien menolak karena klien mengatakan

sudah tidak sesak lagi

3. Mengelola perawatan nebulizer ventolin 2

mg + 1cc NS

R/ klien kooperatif

4. Menggunakan teknik yang menyenangkan

untuk mendorong pernapasan dalam untuk

anak-anak (misalnya, pukulan dengan

gelembung–gelembung blower; pukulan

pada Pinwheel, peluit, harmonika, balon,

blower partai; menggunakan bola ping-pong,

bulu)

R/ klien kooperatif

5. Menginstruksikan cara batuk yang efektif

R/ klien kooperatif

6. Mengatur asupan cairan untuk

mengoptimalkan keseimbangan cairan.

R/ infus D5 ¼ NS 750cc/24 jam + drip

aminopilin 7 tpm

7. Pemantauan pernapasan dan status

oksigenasi, yang sesuai.

R/ RR= 23x/menit

8. Auskultasi bunyi napas, daerah yang tidak

ada ventilasi berkurang atau tidak ada, dan

adanya suara yang adventif.

Page 50: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

50

-12.30

R/ ronchi (-), wheezing (-)

9. Mengelola bronkodilator, yang sesuai.

R/ drip aminopilin 7 tpm

II 21-7-09 -08.00

-08.00

-08.00

-08.15

-08.15

-08.30

-09.00

-12.00

1. Memonitor adanya penurunan berat badan

R/ BB= 17 kg

2. Memonitor lingkungan selama makan

R/ tidak ada barang-barang yang

mengganggu kenyaman saat makan

3. Memonitor turgor kulit

R/ turgor kulit baik

4. Memonitor kalori dan intake nutrisi

R/ intake makan setengah porsi dari

makanan yang diberikan

5. Mengkaji adanya alergi makanan

R/ tidak terdapat alergi makanan

6. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk

menentukan jumlah kalori dan nutrisi yang

dibutuhkan pasien.

R/ diet sesuai kebutuhan klien

7. Memberikan subtansi gula

R/ klien minum air gula

8. Memberikan informasi tentang kebutuhan

nutrisi

R/ penyuluhan tentang nutrisi yang

seimbang

Page 51: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

51

3.5 Evaluasi

No. Dx Tanggal/jam Evaluasi TTD

I 20-7-09

Jam 14.00

S: klien mengatakan masih sesak, namun

sudah berkurang

O:

- k/u lemah

- klien tampak lebih tenang

- tidak terdapat pernafasan cuping hidung

- S: 37̊C

- N: 100 x/ menit

- RR: 35 x/menit

A: masalah teratasi sebagian

P: lanjutkan intervensi 1-9

II 20-7-09

Jam 14.00

S: klien mengatakan makan setengah porsi

makan

O:

- k/u lemah

- klien menghabiskan setengah porsi makan

yang diberikan

- klien mau menambah intake dengan

minum air gula

- mukosa bibir agak kering

- BB=17 kg

- TB=110 cm

- Nadi: 100x/menit

- RR: 35 x/menit

A: masalah belum teratasi

P: pertahankan intervensi 1-8

Page 52: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

52

BAB IV

PENUTUP

4.1 Simpulan

Asma ialah penyakit paru dengan ciri khas saluran napas sangat mudah

bereaksi terhadap berbagai rangsangan atau pencetus dengan manifestasi

berupa serangan asma (sesak napas ekspiratoir yang paroksismal berulang-

ulang dengan mengi dan batuk akibat bronkospasme, inflamasi mukosa bronkus,

dan produksi lendir kental yang berlebihan dan diakibatkan oleh berbagai

penyebab dan faktor pencetus. Apabila penyakit ini tidak segera ditangani

dengan baik akan menimbulkan masalah yang sangat serius. Bahkan dapat

terjadi gagal napas dan berakhir kematian. Salah satu hal yang paling penting

adalah mencegah agar tidak terjadi serangan, yaitu dengan menghindari faktor

pencetusnya. Banyak masalah keperawatan yang muncul pada kasus tersebut.

Masalah keperawatan yang timbul dapat diatasi dengan menggunakan disiplin

ilmu yang saling melengkapi, ilmu kedokteran, ilmu keperwatan, bersama ilmu

gizi.

4.2 Saran

Perawat diharapkan mampu meningkatkan perannya dalam

memberikan asuhan keperawatan kepada klien anak dengan gangguan respirasi,

khususnya asma. Sehingga dapat mengatasi masalah keperawatan yang timbul

dengan menggunakan trend terbaru, berdasarkan hasil-hasil penelitian yang

sesuai.

Page 53: Asthma Kelompok 2 PSIK B 2011

53

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, A. Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Buku 2. Jakarta:

Salemba Medika

Brashers, Valentina L. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan &

Manajemen Edisi 2, terjemahan. Jakarta: EGC

Brough et al. 2008. Rujukan Cepat Pediatri & Kesehatan Anak, terjemahan.

Jakarta: EGC

Dochtman et al. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC) Fifth Edition.

Missouri: MOSBY

Doenges et al. 2010. Nursing Diagnosis Manual: Planning, Individualizing, and

Documentating Client Care 3rd Edition. Philadelphia: F.A David Company

Guyton, Arthur C. & Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11.

Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather. 2010. NANDA International: Diagnosis Keperawatan:

definisi dan klasifikasi 2009-2011, terjemahan. Jakarta: EGC

Indonesia, Departemen Kesehatan Republik. 2009. Pedoman Pengendalian

Penyakit Asma. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Moorhead et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC) Fourth Edition.

Missouri: MOSBY

Muttaqin, Arif. 2009. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan

Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak sakit Edisi 2. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC

Suriadi & Yuliani,Rita. 2001. Asuhan Keperawatan pada Anak Edisi 1. Jakarta:

Sagung Seto