Upload
ngoanh
View
217
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.R P2 A0
DENGAN MASTITIS DI RB AN– NUUR
SURAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Tugas Akhir
Pendidikan Diploma III Kebidanan
Disusun oleh:
TIKA UMI MARYAM
NIM. B 12.159
PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEBIDANAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
iv
v
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal Karya
Tulis Ilmiah yang berjudul : ”Asuhan Kebidan Ibu Nifas Pada Ny.R P2 A0 Dengan
Mastitis Di RB An Nuur Surakarta”. Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun
dengan maksud untuk memenuhi tugas akhir sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Program Studi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada Surakarta.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak,
Proposal Karya Tulis Ilmiah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti M.Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta.
2. Ibu Retno Wulandari, S.ST, selaku Ketua Program Studi D III Kebidanan
Kusuma Husada Surakarta.
3. Ibu Annisaul Khoiriyah, SST., M.Kes, selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk dan bimbingan kepada
penulis.
4. Ibu Hj. Sri Surti Iskandar, Amd.Keb di RB AnNuur Surakarta, yang telah
bersedia memberikan ijin pada penulis untuk penelitian.
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Kebidanan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan.
6. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam
menyelesaikan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu penulis membuka saran demi kemajuan penelitian
selanjutnya. Semoga Proposal Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.
Surakarta, Juli 2015
Penulis
v
MOTTO
Ø Berangakat dengan penuh kenyakinan, berjalan dengan penuh keikhlas,
istiqomah dalam menghadapi cobaan.
Ø Sabar dalam mengatasi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasi
adalah sesuatu yang utama.
Ø Tanpa ada perjuangan kemajuan tidak akan terjadi.
Ø Hargailah karya orang lain, karena dengan mengahargai karya orang lain
beranti menghargai diri sendiri.
PERSEMBAHAN
Karya Tulis Ilmiah ini penulisan persembahan
kepada:
1. Tuhan Yang Maha Esa, yang selalu
melimpahkan rahmat dan karunia- Nya,
sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat
terselesaikan.
2. Bapak dan Ibuku tercinta yang paling aku
sayangi menjadi tumpuan hidup yang selalu
memberikan semangat dan dukungan kepada
penulis, terima kasih atas doa restu selama
ini.
3. Kakak-kakakku tercinta terima kasih atas
dukungan dan doanya.
4. Sahabat-sahabatku (soimah,nur sri
lestari,kiki,eliv,) terimakasih atas supprort
dan terima kasih sudah menjadi sahat yang
baik.Semoga persahaban ini tidak akan
putus..
5. Almamater tercinta.
vi
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kusuma Husada Surakarta
Progam Studi D III Kebidanan
Karya Tulis Ilmiah, Juni 2015
Tika Umi Maryam
B12.159
ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY.R P2 A0
DENGAN MASTITIS DI RB AN– NUUR
SURAKARTA
INTISARI
Latar Belakang: SDKI tahun 2012 AKI di Indonesia masih berada pada angka
359/ 100.000 kelahiran hidup. Kejadian kematian ibu terbesar di indonesia adalah
perdarahan (28 %), infeksi (11%), dan eklamsi (24%). Salah satu diantara infeksi
pada ibu nifas adalah infeksi payudara. Mastitis merupakan suatu proses
peradangan pada satu atau lebih segmen payudara yang mungkin disertai infeksi
atau tanpa infeksi. Studi pendahuluan di RB AN – Nuur Surakarta pada bulan
Januari – September 2014 didapatkan data jumlah ibu nifas sebanyak 100. Jumlah
tersebut terdiri dari ibu nifas normal 22, ibu nifas dengan mastitis sebanyak 13, ibu
nifas dengan bendungan ASI sebanyak 15, ibu nifas dengan anemia 10, ibu nifas
dengan infeksi luka jahitan 40.
Tujuan: Mampu berikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. R P2 A0 dengan
mastitis di RB An – Nuur Surakarta menggunakan manajemen Kebidanan menurut
7 langkah Varney.
Metodologi:Jenis laporan studi kasus dengan metode deskriptif. Studi kasus ini
dilaksanakan di RB An – Nuur Surakarta. Subyek studi kasus P2A0 dengan
mastitis. Waktu studi kasus pada tanggal 05 Mei – 10 Mei 2015.
Hasil Studi Kasus:Setelah 5 hari asuhan yang diberikan pada Ny. R P2A0
didapatkan hasil keadaan umum baik, kesadaran composmentis, tekanan darah
120/70 mmHg, nadi 82 x/ menit, respirasi 24 x/ menit, suhu 37 C, payudara sudah
tidak ada pembengkakan dan lecet pada puting susu sudah berkurang.
Kesimpulan : Pada kasus Ny. R P2A0 dengan mastitis tidak ditemukan
kesenjangan teori dengan praktekn di lapangan, hal ini dikarenakan rencana asuhan
telah sesuai dan dilakukan dengan baik.
Kata kunci : Asuhan Kebidanan, Ibu nifas, Mastitis.
Kepustakaan : 28 literatur (2005 - 2013)
vii
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN .................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii
KATA PENGANTAR ................................................................................. iv
DAFTAR TABEL ........................................................................................ v
DAFTAR ISI ................................................................................................ vi
DAFTRA LAMPIRAN ................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ....................................................................... 1
B. Perumusan Masalah ............................................................... 3
C. Tujuan Studi Kasus ................................................................ 3
D. Manfaat Studi Kasus .............................................................. 5
E. Keaslian Studi Kasus ............................................................. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Medis ............................................................................ 8
1. Masa Nifas ............................................................................. 8
2. Mastitis ................................................................................... 14
B. Teori Manajemen Kebidanan ................................................. 23
C. Landasan Hukum ................................................................... 42
BAB III METODOLOGI
A. Jenis Studi Kasus ................................................................... 4
B. Lokasi Studi Kasus ................................................................. 44
C. Subyek Studi Kasus ............................................................... 44
D. Waktu Studi Kasus ................................................................. 45
E. Instrument Studi Kasus .......................................................... 45
F. Teknik Pengumpulan data ...................................................... 45
G. Alat-alat dan Bahan ................................................................ 47
H. Jadwal Penelitian .................................................................... 48
ix
BAB IV. TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus .......................................................................... 48
B. Pembahasan ............................................................................... 75
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 81
B. Saran .......................................................................................... 83
...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Surat Permohonan Ijin Studi Pendahuluan
Lampiran 3. Surat Balasan Dari Lahan
Lampiran 4. SuratPermohonanMenjadiResponden
Lampiran 5. SuratPersetujuanResponden (Informed Consent)
Lampiran 6. LembarPedomanWawancara( FormatAskeb)
\Lampiran 7. LembarKonsultasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Lata Belakang
Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun
2012, rata - rata angka kematian ibu (AKI) mencapai 359/100.000 kelahiran
hidup (Depkes RI, 2012). Sedangkan AKI di Provinsi Jawa Tengah tahun 2012
sebesar 116,01/100.000 kelahiran hidup ( Dinkes jateng, 2012).
Penyebab terjadinya Angka Kematian Ibu (AKI) terbesar di Indonesia
adalah pendarahan (28%), infeksi (11%) dan eklamsi (24%) (Saifuddin, 2006).
Morbiditas pada minggu pertama postpartum biasanya disebabkan karena
endometritis, mastitis, infeksi pada episiotomy atau laserasi , infeksi traktus
urinarius, dan penyakit lain (Depkes RI, 2008). Untuk menurunkan angka
kematian ibu melalui MDG’s pada tahun 2015 AKI dapat turun menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup ada empat strategi utama bagi upaya penurunan
kesakitan dan kematian ibu. Pertama, peningkatan akses dan cakupan pelayanan
kesehatan ibu dan bayi baru lahir yang berkualitas dan cost effective. Kedua,
membangun kemitraan yang efektif melalui kerja sama lintas program, lintas
sector, dan mitralainya. Ketiga, mendorong pemberdayaan wanita dan keluarga
melalui meningkatan pengetahuan dan perilaku sehat. Keempat, mendorong
keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyedian dan pemanfaatan pelayanan
ibu dan bayi baru lahir (Diknes, 2012).
2
Penyediaan dan pemanfaatan pelayanan ibu nifas sangatlah penting. Pada
masa ini terjadi beberapa perubahan, salah satunya perubahan pada payudara
untuk mempersiapkan masalaktasi atau menyusui, banyak kesulitan yang
dialami seorang ibu dalam pelaksanaannya. Kesulitan yang terjadi antara lain
putting datar atau terbenam, putting lecet, payudara bengkak, saluran susu
tersumbat, mastitis dan abses pada payudara (Setyaningrum, 2008).
Mastitis merupakan suatu proses peradangan pada satu atau lebih segmen
payudara yang mungkin disertai infeksi atau tanpa infeksi. Mastitis merupakan
masalah yang sering dijumpai pada ibu menyusui. Diperkirakan sekitar 3-20 %
ibu menyusui dapat mengalami mastitis. Terdapat dua hal penting yang
mendasarikita memperhatikan kasus ini. Pertama, karena mastitis biasanya
menurunkan produksi ASI dan menjadi alas an ibu untuk berhenti menyusui.
Kedua, karena mastitis berpotensi meningkatkan transmisi vertical pada
beberapa penyakit. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6 minggu pertama
setelah bayi lahir (paling sering pada minggu ke-2 dan ke-3), meskipun mastitis
dapat terjadi sepanjang masa menyusui bahkan pada wanita yang sementara
tidak menyusui (Alasiry, 2012).
Studi terbaru menunjukkan kasus mastitis meningkat hingga 12-35 % pada
ibu yang putting susunya pecah–pecah dan tidak diobati dengan antibiotik.
Namun bila minum obat antibiotik pada saat putting susunya bermasalah
kemungkinan untuk terkena mastitis hanya sekitar 5 %. Menurut penelitian
Morton mendefinisikan bahwa kasus mastitis terjadi pada tahun pertama seusai
persalinan yakni sekitar 17,4% dan sekitar 41% kasus mastitis justru terjadi pada
3
bulan pertama setelah melahirkan. Masalah payudara yang sering terjadi pada
masa nifas sebenarnya dapat dicegah dengan dilakukan perawatan payudara
sebelum dan setelah melahirkan (Setiyaningrum, 2009).
Hasil studi pendahuluan di RB An-Nuur Surakarta pada bulan Oktober
2014 didapatkan data jumlah ibu nifas dari bulan Januari– September 2014
sebanyak 100 orang. Jumlah tersebut terdiri dari ibu nifas normal sebanyak 22
orang, ibu nifas yang mengalami kejadian mastitis sebanyak13, ibu nifas yang
mengalami bendungan ASI sebanyak 15, ibu nifas yang mengalami anemia
sebanyak 10, dan ibu nifas yang mengalami infeksi luka jahitan sebanyak 40.
Berdasarkan data tersebut menunjukkan masih ada kejadian mastitis di RB An-
Nuur Surakarta cukup banyakyaitu13%. Banyaknya kasus tersebut membuat
penulis tertarik untuk melakukan pengkajian lebih lanjut tentang“Asuhan
Kebidanan pada ibu nifas Ny.R P2 A0dengan Mastitis di RB An-Nuur
Surakarta”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diambil perumusan
masalah sebagai berikut “Bagaimana asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny.R P2
A0 dengan mastitis di RB An-Nuur Surakarta?”
4
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Mampu memberikan asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. R. P2 A0
dengan mastitis di RB An – Nuur Surakarta menggunakan manajemen
Kebidanan menurut 7 langkah Varney.
2. Tujuan khusus
a. Mahasiswa mampu:
1) Melakukan pengkajian data dasar secara lengkap padaNy. R
dengan mastitis di RB An – Nuur Surakarta.
2) Menginterpretasi data yang meliputi diagnosis kebidanan, masalah
dan kebutuhan pada Ny. R dengan mastitis di RB An – Nuur
Surakarta.
3) Mengidentifikasi diagnosa potensial pada Ny. R dengan mastitis di
RB An – Nuur Surakarta.
4) Melakukan antisipasi/tindakan segera padaNy. R dengan mastitis di
RB An – Nuur Surakarta.
5) Mengidentifikasi rencana tindakan asuhan kebidanan pada Ny. R
dengan mastitis di An – Nuur Surakarta.
6) Melaksanakan rencana tindakan padaNy. R dengan mastitis di RB
An – Nuur Surakarta.
7) Mengevaluasi hasil asuhan kebidanan pada Ny. R dengan mastitis
di RB An – Nuur Surakarta.
5
b. Mampu mengidentifikasi kesenjangan antara teori dan praktik pada Ny.
R dengan mastitis di RB An – Nuur Surakarta.
c. Mampu memberikan alternatif pemecahan masalah terhadap
kesenjangan teori dan praktek pada Ny. R dengan mastitis di RB An –
Nuur Surakarta.
D. Manfaat Studi Kasus
1. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman yang nyata serta menerapkan
teori dan praktik kebidanan tentang penatalaksanaan asuhan kebidanan pada
ibu nifas dengan mastitis.
2. Bagi profesi
Dapat digunakan sebagai masukan bagi profesi bidan untuk meningkatkan
mutu pelayanan profesi sesuai standar asuhan kebidanan khususnya pada
kasus mastitis.
3. Bagi institusi
a. RB An - Nuur
Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan khususnya asuhan kebidanan pada ibu nifas
dengan mastitis.
6
b. Pendidikan
Dapat menambah referensi dan sumber bacaan diperpustakaan, untuk
meningkatkan kualitas pendidikan khususnya dalam pemberian asuhan
kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis.
E. Keaslian Studi Kasus
Studi kasus serupa.Sudah pernah dilakukan oleh:
1. Monicha Iga P. (2013) dari STIkes Kusuma Husada Surakarta dengan judul
“Asuhan kebidanan pada ibu nifas Ny. N dengan mastitis di BPS Ririt Indah
Wahyuni Bojonegoro”. Pada penelitian ini, asuhan yang diberikan kepada
Ny. N yaitu mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS),
memberikan pendidikan kesehatan cara perawatan payudara dan cara
menyusui yang benar. Memberikan terapi: Amoxillin 500 mg 3 x 1,
Paracetamol 500 mg 3 x 1, CTM 500 mg 3 x 1, Antasid 500 mg 3 x 1, dan
Dexametason 3 x 1. Hasilnya setelah diberikan asuhan selama 5 hari,
mastitis dapat disembuhkan.
2. Ainul Mardiyah (2012), dari STIkes U’Budiyah Banda Aceh dengan judul“
Asuhan kebidanan ibu nifas Ny. S di rumah sakit umum daerah Dt. Zainoel
abidin”. Pada penelitian ini, asuhan yang diberikan kepada Ny. S yaitu
mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS), menberi
dukungan, memberi penjelasan tentangn yeri, melakukan pemeriksaan TFU
dan PPV, melakukan perawatan pasca persalinan dan tehnik yang benar,
member terapi obat: kloksaiailin 500 mg 3 x 1, amoxillin 500 mg 3 x 1,
7
paracetamol 500 mg 3 x 1, CTM 500 mg 3 x 1, antasid 500 mg 3 x 1, dan
dexsametason 3 x 1. Hasilnya setelah diberikan asuhan selama 4 hari,
mastitis dapat disembuhkan dan ASI sudah keluar sehingga dapat menyusui
bayinya.
3. Tatik Setyowati (2012) dari UNS Surakarta dengan judul “ Asuhan
kebidanan pada ibu nifas Ny. P denagn mastitis di RB Mulia Kasih Boyolali
“Pada penelitian ini, asuhan yang diberikan kepada Ny. P yaitu
mengobservasi keadaan umum (KU) dan vital sign (VS), member dukungan
pada ibu, penjelasan tentang penyebab nyeri, melakukan kompres hangat
dan dingin, melakukan kolaborasi dengan dokter, member pendidikan
kesehatan cara perawatan payudara dan cara menyusui yang benar.,
memberikan terapiobat: Amoxilin 500 mg 3 x 1, Paracetamol 500 mg 3 x 1,
CTM 500 mg 3 x 1, Antasid 500 mg 3 x 1, Dexametason 500 mg 3 x1.
Hasilnya setelah diberikan asuhan selama 4 hari, mastitis dapat di
ssembuhkan dan ibu sudah bisa menyusui bayinya.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian di atas terletak pada lokasi,
waktu, subyek dan hasilnya yaitu Ny. R P2 A0dapat disembuhkan selama 5 hari.
Sedangkan persamaan dengan studi kasus ini terletak pada judul yaitu ibu nifas
dengan mastitis.
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Medis
1. Masa Nifas
a. Pengertian
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali, mulai dari
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas ini, yaitu 6 - 8 minggu
(Ambarwati dan Wulandari, 2008).
Kala puerpurium berlangsung selama 6 minggu atau 42 hari,
merupakan waktu yang diperlukan untuk pulihnya alat kandungan pada
keadaan yang normal. Dijumpai dua kejadian penting dalam masa nifas,
yaitu involusi uterus dan proses laktasi (Manuaba, 2007).
b. Periode nifas
Menurut Suherni (2008), nifas dibagi dalam 3 periode:
1) Puerpurium dini
Puerpurium dini adalah kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri dan berjalan-jalan atau dalam agama Islam, dianggap bersih.
2) Puerpurium intermedial
Puerpurium intermedial adalah kepulihan menyeluruh alat-alat
genetalia yang lamanya 6-8 minggu.
9
3) Remote puerpurium
Remote puerpurium adalah waktu yang diperlukan untukpulih dan
sehat sempurna bisa berminggu-minggu, bulanan atau tahunan.
c. Tujuan Asuhan Masa Nifas
Menurut Sulistyawati. (2009), asuhan yang diberikan kepada ibu
nifas bertujuan untuk:
1) Meningkatkan kesejahteraan fisik dan psikologis bagi ibu dan bayi.
2) Pencegahan, diagnosis dini dan pengobatan komplikasi pada ibu.
3) Merujuk ibu ke tenaga ahli bilamana perlu.
4) Mendukung dan memperkuat keyakinan ibu serta memungkinkan.
5) ibu untuk mampu melaksanakan perannya dalam situasi keluarga.
6) Imunisasi ibu terhadap tetanus.
7) Mendorong pelaksanaan metode yang sehat tentang pemberian
makan anak, serta peningkatan pengembangan hubungan yang baik
antara ibu dan anak.
d. Kebutuhan Dasar Masa Nifas
1) Kebersihan diri
a) Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin
dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk
membersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari
depan ke belakang, baru kemudian membersihkan daerah
sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva
10
setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
b) Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain
pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan
ulang jika telah di cuci dengan baik dan dikeringkan di bawah
matahari atau disetrika.
c) Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
d) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
menyarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh
daerah luka.
2) Istirahat
a) Menganjurkan ibu agar istirahat cukup untuk mencegah
kelelahan yang berlebihan.
b) Menyarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau
beristirahat selagi bayi tidur.
c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:
(1) Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi.
(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan.
(3) Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat
bayi dan dirinya sendiri.
11
3) Latihan Kegel
a) Mendiskusikan pentingnya otot-otot perut dan panggul kembali
normal. Ibu akan merasa lebih kuat dan ini menyebabkan otot
perutnya menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada
punggung.
b) Menjelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap hari
sangat membantu, seperti:
(1) Tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot
perut selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan
angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai 5. Rileks
dan ulangi sebanyak 10 kali.
(2) Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
(latihan kegel).
c) Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan
dan ulangi latihan sebanyak 5 kali.
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap kali
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak.
Pada minggu ke 6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap
gerakan sebanyak 30 kali.
4) Gizi
a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori tiap hari.
b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
12
mineral, dan vitamin yang cukup.
c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk
minumsetiap kali menyusui).
d) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya
selama 40 hari pasca bersalin.
e) Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bias memberikan
vitamin A pada bayinya melalui ASI-nya.
5) Cara Perawatan Payudara
a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering, terutama putting
susu.
b) Menggunakan BH yang menyokong payudara.
c) Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang
keluar pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui.
Menyusui tetap dilakukan dimulai dari puting susu yang tidak
lecet.
d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam.
ASI dikeluarkan dan diminumkan dengan menggunakan
sendok.
e) Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1
tablet setiap 4-6 jam.
f) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
(1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah
dan hangat selama 5 menit.
13
(2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
gunakan sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z”
menuju puting.
(3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara
sehingga puting susu menjadi lunak.
(4) Susukan bayi setiap 2-3 jam. Apabila tidak dapat
menghisap seluruh ASI sisanya keluarkan dengan tangan.
(5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6) Senggama
a) Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu
darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau
dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah
merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk
memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b) Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40
hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan bergantung
pada pasangan yang bersangkutan.
7) Keluarga Berencana
a) Idealnya pasangan harus menunggu sekurang – kurangnya 2
tahun sebelum ibu hamil kembali.
b) Biasanya ibu tidak akan menghasilkan telur (ovulasi) sebelum
ia mendapatkan haidnya selama ia meneteki (amenore laktasi).
14
Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum
haid pertama kembali untuk mencengah terjadinya kehamilan
baru.
c) Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko,
penggunaan kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu
sudah haid lagi.
d) Sebelum menggunakan metode KB, hal – hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu: Bagaimana metode ini dapat
mencegah kehamilan dan efektifitas, kelebihan atau
keuntungannya, kekurangannya, bagaimana menggunakan
metode itu, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk ibu
pacsasalin yang menyusui.
e) Jika seorang ibu atau pasangan telah memilih metode KB
tertentu, ada baiknya untuk bertemu dengannya dalam dua
minggu untuk mengetahui apakah ada yang ingin ditanyakan
oleh ibu/pasangan itu dan untuk mengetahui apakah metode
tersebut bekerja dengan baik (Ambarwati, 2009).
e. Fisiologis Nifas
1) Proses Involusi Uteri
Pada involusi uteri, jaringan ikat dan jaringan otot mengalami
proses proteolitik, berangsur-angsur akan mengecil sehingga pada
akhir kala nifas besarnya seperti semula dengan berat 30 gram.
15
Proses proteolitik adalah pemecahan protein yang akan dikeluarkan
melalui urine.
Tabel 2.1 Proses Involusi Uteri
Involusi Tingg
Fundu
s
Berat Uterus
Plasenta lahir Sepusat 1000 gr
7 hari ( 1 Minggu ) Pengahan Pusat-
Simfisis
500 gr
14 hari ( 2 Minggu ) Tak
teraba
350 gr
42 hari ( 6 Minggu ) Sebesar
hamil
2
mingg
u
50 gr
56hari ( 8 Minggu ) Normal 30 gr
Sumber : Hyre, 2003
Proses involusi uteri pada bekas implantasi plasenta, terdapat
gambaran sebagai berikut:
a) Bekas implantasi plasenta segera setelah plasenta lahir seluas
12 x 15 cm, permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar
bermuara.
b) Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose,
disamping pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot
rahim.
c) Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-
2 sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerpurium sebesar 2 cm.
d) Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan
nekrosis bersama dengan lochea.
16
e) Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena
pertumbuhan endometrium yang berasal dari tepi luka dan
lapisan basalisendometrium.
f) Kesembuhan sempurna pada saat akhir dari masa puerpurium.
(Manuaba, 2007).
2) Luka – luka perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua persalinan
pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan
perineum umumnya terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas
apabila kepala janin lahir terlalu cepat. (suherni, 2009)
3) Rasa sakit
Yang disebut After Pains (merian atau mules-
mules)disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari
pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai
hal ini dan bila terlalu mengganggu dapat diberikan obat-obatan
antisakit dan antimules. Sedangkan menurut (Sarwono, 2009),
After Pains atau mules-mules sesudah partus akibat kontrasi uterus
kadang- kadang sangat mengganggu selama 2-3 hari postpartum.
Perasaan mules ini lebih terasa bila ibu tersebut sedang menyusui.
Perasaan ini dapat timbul bila masih terdapat sisa-sisa selaput
ketuban, sisa-sisa plasenta, atau gumpalan darah didalam kavum
uteri.
17
4) Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari kavum uteri dan vagina
dalam masa nifas. Dibagi menjadi:
a) Lochea rubra (Cruenta)
Berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua
basalis, verniks kaseosa, lanugo, dan mekoneum. Terjadi
selama 1-3 hari pasca persalinan.
b) Lochea serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi. Terjadi pada hari
ke 7-14 pasca persalinan.
c) Lochea alba
Cairan berwarna putih. Terjadi setelah 2 minggu pasca
persalinan.
5) Serviks
Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti
corong berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-
kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir,
tangan masih bisa masuk rongga rahim, setelah 2 jam dapat dilalui
2-3 jari dan setelah 7 hari hanya dapat dilalui 1 jari (Mochtar,
2003).Sedangkan menurut (Huliana, 2003), serviks menjadi
tebaldan kaku, ju.ga masih terbuka sampai 3 hari. Namun, ada juga
yang berpendapat sampai satu minggu. Bentuk mulut serviks yang
bulat menjadiagak memanjang dan akan kembali normal 3-4 bulan.
18
6) Vagina
Vagina yang membengkak dan lipatannya (rugae) yang hilang
akan kembali seperti semula setelah 3-4 minggu.
7) Abdomen (perut)
Perut akan menjadi lembek dan kendor. Proses involusi pada
perut sebaiknya diikuti dengan olahraga atau senam penguatan
otot-otot perut. Jika ada garis-garis biru (striae) tidak akan
hilang tetapi hanya berubah warna menjadi keputih-putihan.
8) Payudara
Payudara yang membesar selama hamil dan menyusui akan
kembali normal setelah masa menyusui berakhir. Untuk menjaga
bentuknya, dibutuhkan perawatan yang baik.
9) Endokrin
Setelah plasenta lepas, hormon estrogen dan progesterone
mulai menurun. Kondisi ini akan cepat mengembalikan fungsi
ovarium (indung telur). Apabila ibu menyusui secara eksklusif,
kadar prolaktin (yang diproduksi oleh kelenjar hipofise anterior)
meningkat dan menekan produksi FSH sehingga fungsi ovarium
tertunda. Dengan menurunnya hormon estrogen dan progesterone
juga akan mengembalikan fungsi organ lainnya yang berubah sejak
masa kehamilan.
19
10) Hemokonsentrasi
Volume darah yang meningkat waktu hamil akan kembali
normal dengan adanya mekanisme kompensasi yang menimbulkan
hemokonsentrasi. Umumnya, hemokonsentrasi terjadi pada hari ke
3-5, kadang-kadang sampai satu minggu setelah melahirkan dengan
pengeluaran melalui keringat dan urine.
11) Perubahan Psikososial
Wanita cukup sering menunjukkan sedikit perasaan depresi
beberapa hari setelah kelahiran. Perasaan ini mungkin akibat faktor-
faktor emosional dan hormonal. Dengan rasa pengertian dan
penentraman dari lingkungan, terutama keluarga, perasaan ini
biasanya membaik tanpa akibat lanjut.
2. Mastitis
a. Pengertian
Mastitis adalah infeksi pada payudara, terutama pada primipara. Infeksi
terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga melalui
peredaran darah (Sulistyawati, 2009).Mastitis adalah peradangan
payudara yang disebabkan oleh kuman, terutama staphylococos aureus
melalui luka pada puting susu dan peradangan darah (Saleha, 2009).
b. Macam Mastitis
Menurut Prawirohardjo (2006). Mastitis berdasarkan tempatnya
mastitis dibedakan menjadi :
20
1) Mastitis yang menyebabkan abses di bawah areola mammae.
2) Mastitis ditengah-tengah mammae yang menyebabkan abses di
tempat itu.
3) Mastitis pada jaringan di bawah dorsal dari kelenjar-kelenjar yang
menyebabkan abses antara mamma dan otot-otot di bawahnya.
c. Etiologi
Pada awalnya bermula dari kuman penyebab mastitis yaitu putting
susu yang luka atau lecet dan kuman tersebut berkelanjutan menjalar ke
duktulus – duktulus dan sinus sehingga mengakibatkan radang pada
mammae. Radang duktulus – duktulus menjadi edematous dan akibatnya
air susu tersebut terbendung (Ambarwati, 2008).
Penyebab terjadinya mastitis menurut Saleha (2009) adalah
sebagai berikut:
1) Payudara bengkak yang tidak disusui secara adekuat akhirnya
terjadi mastitis.
2) Puting susu lecet akan memudahkan masuknya kuman dan
terjadinya payudara bengkak.
3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmetal engorgement, jika
tidak disusui dengan adekuat, maka bisa terjadi mastitis.
4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat dan anemia akan mudah
5) terkena Infeksi.
21
d. Tanda dan Gejala
Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah:
1) Bengkak.
2) Nyeri seluruh payudara atau nyeri local.
3) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
4) Payudara keras dan berbenjol-benjol.
5) Panas badan dan rasasakit umum.
e. Komplikasi
Penanganan mastitis karena terjadinya infeksi pada payudara tidak
sempurna, maka infeksi akan makin berat sehingga terjadi abses dengan
tanda payudara berwarna merah mengkilat dari sebelumnya saat baru
terjadi radang, ibu merasa lebih sakit, benjolan lebih lunak karena berisi
nanah (Suherni, 2009).
Menurut Retna (2008) benjolan pada payudara nyeri tekan ada
atau tidak, ada kelainan bentuk ada atau tidak, bengkak ada atau tidak
terdapat nyeri tekan. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis terjadi
perubahan berupa pembesaran payudara atau bengkak, memerah, dan
tampak jelas gambaran pembuluh darah di permukaan kulit bertambah
dan terdapat luka atau lecet pada puting susu.
f. Penatalaksanaan mastitis
Menurut Varney (2007), penatalaksanaan mastitis adalah sebagai
berikut:
22
1) Seringnya menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah
statis.
2) Memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu sempit, jangan
menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
3) Perhatian yang cermat untuk mencuci tangan dan merawat
payudara.
4) Pengompresan dengan air hangat pada area yang efektif pada saat
menyusui untuk memfasilitasi aliran susu.
5) Meningkatkan pemasukan cairan
6) Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya.
7) Antibiotik, penisilin jenis penicillinase resisten atau cephalosporin.
Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi terhadap penisilin.
8) Memberi dukungan pada ibu.
g. Pencegahan Mastitis
Menurut Bahiyatun (2008), pencegahan mastitis meliputi:
1) Perawatan payudara pascanatal secara teratur untuk menghindari
terjadinya statis aliran Air Susu Ibu (ASI).
2) Posisi menyusui yang diubah-ubah.
3) Menggunakan bra/BH yang menyangga dan membuka bratersebut
ketika terlalu menekan payudara.
4) Susukan dengan adekuat.
23
B. Teori Manajemen Asuhan Kebidanan
a. Pengertian
Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan yang
digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara
sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi(Ambarwati dkk, 2009).
b. Proses Manajemen kebidanan
Dalam penyusunan studi kasus ini penulis mengacu pada penerapan
manajemen kebidanan pada ibu nifas dengan menurut 7 langkah Varney
karena metode dan pendekatannya sistematik dan analitik sehingga
memudahkan dalam pengarahan pemecahan masalah terhadap klien. Dalam
proses ketujuh langkah tersebut dimulai dari pengumpulan data dasar dan
berakhir dengan evaluasi, yaitu :
a. Langkah I: Pengkajian
Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan
semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien.
Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang
akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien
(Ambarwati, 2009).
1) Biodata
Identitas untuk mengetahui status klien secara lengkap sehingga sesuai
dengan sasaran (Nursalam, 2009). Adapun data subyektif menurut Retna
(2008), meliputi:
24
a) Nama : Nama jelas dan lengkap, bila perlu nama panggilan
sehari-hari agar tidak keliru dalam memberika
penanganan.
b) Umur : Dicatat dalam tahun untuk mengetahui adanya
resiko seperti kurang dari 20 tahun, alat-alat
reproduksi belum matang, mentaldan psikisnya
Belum siap. Sedangkan umur lebih dari 35 tahun rentan
sekali untuk terjadi perdarahan dalam masa nifas.
c) Agama : Untuk mengetahui keyakinan pasien tersebut untuk
membimbing atau mengarahkan pasien dalam
berdoa.
d) Suku bangsa : Berpengaruh pada adat-istiadat atau kebiasaan
sehari-hari.
e) Pendidikan : Berpengaruh dalam tindakan kebidanan dan untuk
mengetahui sejauh mana tingkat intelektualnya,
memberikan sehingga konseling bidan sesuai dapat
dengan pendidikannya.
f) Pekerjaan : Untuk mengetahui dan mengukur tingkat sosial
ekonominya, karena ini juga sosial ekonominya,
karena ini jugasosial ekonominya, karena ini juga
kunjungan rumah bila diperlukan.
25
2) Data Subyektif
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu
pendapat terhadap suatu situasi data kejadian. Data tersebut tidak dapat
ditentukan oleh perawat secara independen tetapi melalui suatu interaksi
atau komunikasi (Nursalam, 2009)
a) Alasan utama pada waktu masuk
Untuk mengetahui alasan yang membuat pasien datang dan ingin
berobat, pada kasus mastitis ibu ingin memeriksakan payudaranya
(Retna, 2008).
b) Keluhan
Keluhan adalah untuk mengetahui apa yang dirasakan pasien
tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak misal pada
kasus mastitis ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat, dan
badan terasa panas, dingin (Retna, 2008).
c) Riwayat penyakit
Menurut Ratna (2008) dan Sujiyatini (2009), riwayat penyakit
meliputi:
(1) Riwayat penyakit sekarang
Data-data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan
adanya penyakit yang diderita pada saat ini yang ada
hubungannya dengan masa nifas dan bayinya.
(2) Riwayat penyakit sistemik
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
26
riwayat atau penyakit akut, kronis seperti: jantung, ginjal,
asma/ TBC, hepatitis, DM, hipertensi dan epilepsi yang
dapat mempengaruhi masa nifas.
d) Riwayat penyakit keluarga
Data ini diperlukan untuk mengetahui kemungkinan adanya
pengaruh penyakit keluarga terhadap gangguan kesehatan
pasien dan bayinya, yaitu apabila ada penyakit keluarga yang
menyertainya.
e) Riwayat keturunan kembar
Untuk mengetahui ada tidaknya keturunan kembar dalam
keluarga.
f) Riwayat operasi
Untuk mengetahui riwayat operasi yang pernah dijalani.
g) Riwayat menstruasi
Untuk mengetahui tanggal haid normal terakhir, uraian haid
terakhir dan pengalaman haid sebelumnya (Wiknjosastro,
2005).
h) Riwayat keluarga berencana
Untuk mengetahui apakah pasien pernah ikut KB dengan
kontrasepsi jenis apa, berapa lama, adakah keluhan selama
menggunakan kontrasepsi serta rencana KB setelah nifas ini
dan beralih ke kontrasepsi apa (Ambarwati, 2009).
27
i) Riwayat perkawinan
Yang perlu dikaji adalah berapa kali menikah, status menikah
sah atau tidak, karena bila melahirkan tanpa status yang jelas
akan berkaitan dengan psikologisnya sehingga akan
mempengaruhi proses nifas (Ambarwati, 2009).
j) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
(1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu. Berapa
kali ibu hamil, apakah pernah abortus, jumlah anak, cara
persalinan yang lalu, penolong persalinan, keadaan nifas
yang lalu (Ambarwati, 2009).
(2) Riwayat persalinan sekarang
Tanggal persalinan, jenis persalinan, jenis kelamin anak,
keadaan bayi, meliputi berat badan, panjang badan,
penolong persalinan. Hal ini perlu dikaji untuk mengetahui
apakah proses persalinan mengalami kelainan atau tidak
yang bisa berpengaruh pada nifas saat ini (Ambarwati,
2009).
k) Pola Kebiasaan Sehari – hari
(1) Nutrisi
Menggambarkan tentang pola makan dan minum, frekuensi,
banyaknya, jenis makan, makanan pantangan (Ambarwati,
2009).
28
(2) Eliminasi
Menggambarkan pola fungsi sekresi yaitu kebiasaan buang
air besar meliputi frekuensi, jumlah, konsistensi dan bau
serta kebiasaan buang air kecil meliputi frekuensi, warna,
jumlah (Ambarwati, 2009)
(3) Istirahat
Menggambarkan pola istirahat dan tidur pasien, berapa jam,
pasien tidur, kebiasaan sebelum tidur, misalnya
mengkonsumsi obat tidur, kebiasaan tidur siang
(Ambarwati, 2009).
(4) Personal hygiene
Dikaji untuk mengetahui apakah ibu selalu menjaga
kebersihan tubuh terutama pada daerah genetalia, karena
pada masa nifas
masih mengeluarkan lochea (Ambarwati, 2009).
(5) Aktivitas Menggambarkan pola aktivitas pasien sehari –
hari. Pada pola ini dikaji pengaruh aktivitas terhadap
kesehatannya mobilisasi dini mungkin dapat mempercepat
pengembalian alat – alat reproduksi. Seberapa sering
melakukan ambulasi, dengan bantuan atau sendiri
(Ambarwati, 2009).
(6) Keadaan Psikologis
29
Untuk mengetahui respon ibu dan keluarga terhadap
bayinya. Wanita mengalami banyak perubahan emosi/
psikologi selama masa nifas sementara yang menyesuikan
diri menjadi seorang ibu (Ambarwati, 2010).
3) Data Obyektif
Dalam menghadapi masa nifas dari seorang klien,seorang bidan
harus mengumpulkan data untuk memastikan bahwa keadaan klien
dalam keadaan stabil (Ambarwati, 2009). Yang termasuk dalam
komponen data obyektif adalah :
a) Vital sign
Ditujukan untuk mengetahui keadaan ibu berkaitan dengan kondisi
yang dialaminya.
(1) Temperatur / suhu
Peningkatan suhu badanmencapai 39,50C pada 24 jam pertama
masa nifas pada umumnya disebabkan oleh dehidrasi, yang
disebabkan oleh keluarnya cairan pada waktu melahirkan.
Tetapi pada umumnya setelah 12 jam post partum suhu tubuh
kembali normal. Kenaikan suhu yang mencapai > 38 0C adalah
mengarah ke tanda – tanda infeksi (Ambarwati, 2010).
Pada kasus ibu nifas dengan mastitis, biasanya ditemukan suhu
badan lebih tinggi dari normal. (Ambarwati, 2010).
30
(2) Nadi
Nadi normal berkisar antara 60 – 80 x/menit. Denyut nadi
diatas 100 x/menit pada masa nifas adalah mengindikasi
adanya suatu infeksi, hal ini salah satunya bisa diakibatkan
oleh proses persalinan sulit atau karena kehilangan darah yang
berlebihan (Ambarwati, 2010).
(3) Pernafasan
Pernafasan harus berada dalan rentang yang normal, yaitu
sekitar 20 – 30 x/ menit
(4) Tekanan darah
Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan pasien berbaring
terlentang. Pengukuran dilakukan untuk menentukan tekanan
sistolik dan diastolik. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan
hipertensi postpartum, tetapi keadaan ini akan menghilang
dengan sendirinya apabila tidak ada penyakit – penyakit yang
menyertainya (Wulandari, 2010).
(5) Untuk mengetahui faktor hipertensi, TD normal 120/80 mmHg
(Saifuddin, 2006).
b) Pemeriksaan fisik
Menurut Nursalam (2013), pemeriksaan fisik meliputi:
31
(1) Kepala
(a) Rambut
Untuk mengetahui kebersihan rambut, keadaan kulit
kepala, kelebatan, distribusi dan karakteristik lainnya.
(b) Muka
Untuk mengetahui keadaan muka, pucat atau tidakada
oedema/tidak dan chloasma gravidarumatau tidak.
(c) Mata
Conjungtiva pucat atau tidak, sklera putih atau tidak, mata
cekung atau tidak.
(d) Hidung
Kebersihan hidung, ada benjolan atau tidak.
(e) Telinga
Bagaimana kebersihan telingga ada serumen atau tidak.
(f) Mulut, gigi, gusi
Bersih/kotor, ada stomatitis/tidak, ada caries gigi atau
tidak, ada karang gigi atau tidak, gusi berdarah atau tidak .
(2) Leher
Untuk mengetahui apakah ada pembesaran kelenjar thyroid,
ada benjolan atau tidak, adakah pembesaran kelenjar limfe.
(3) Dada dan Axilla
Untuk mengetahui keadaan payudara, simetris atau tidak, ada
benjolan atau tidak, ada nyeri atau tidak dan kolostrum/ ASI
32
sudah keluar atau belum. Pada kasus ibu nifas dengan mastitis
pada pemeriksaan akan di temukan tanda gejala:
(a) Bengkak.
(b) Nyeri seluruh payudara atau nyeri local.
(c) Kemerahan pada seluruh payudara atau hanya local.
(d) payudara keras dan berbenjol-benjol.
(e) Demam dan rasa sakit umum.
(4) Ekstremitas
Ada cacat atau tidak oedema atau tidak terdapat varices atau tidak.
c) Pemeriksaan khusus obstetric (lokalis)
(1) Abdomen
(a) Inspeksi
Perlu dilakukanuntuk mengetahui apakah ada luka bekas
operasi atau tidak, strie gravidarum, linea nigra, atau alba,
ada strie atau tidak ( Manuaba,2007).
(b) Palpasi
Palpasi adalah suatu teknik yang menggunakan indera
peraba tangan dan jari ( Nursalam, 2010). Pada ibu nifas
palpasi yang diperiksa meliputi kontraksi, TFU dan kandung
kencing.
33
(2) Anogenital
(a) Vulva vagina
Ada varices atau tidak, oedema atau tidak, ada kemerahan
atau tidak, Nyeri ada, ada nyeri tekan atau tidak, lochea
warnanya bagaimana, berbau/tidak.
(b) Perineum
Keadaan luka: Ada bekas luka di perineum atau tidak.
Bengkak/kemerahan:ada bengkak dan kemerahan atau
tidak, ada jahitan/tidak, dijahit jelujur/simpul.
(c) Anus
Haemorhoid: Terjadi haemorhoid atau tidak.
Lain – lain : Terdapat kelain pada anus atu tidak.
(d) Inspekulo
Vagina:Ada penjolan atau tidak, kemerahan serta
infeksi atau tidak.
d) Pemeriksaan Penunjang
Data yang mendukung pemeriksaan yang tidak dapat diketahui
dengan pemeriksaan fisik meliputi pemeriksaan laboratorium dan
rontgen.
( Nursalam, 2010).
34
b. Langkah II: Interpretasi Data
Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan
interpretasi yang benar atas data – data yang telah dikumpulkan. Pada
langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa
kebidanan dan masalah. Keduanya digunakan karena beberapa masalah
tidakdapat diselesaikan seperti diagnosa tetapi membutuhkan penanganan
yang dituangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien
(Ambarwati, 2009).
1) Diagnosis Kebidanan
Diagnosa dapat ditegakkan yang berkaitan dengan paritas, abortus,
anak hidup, umur ibu, dan keadaan nifas.
Diagnosis pada ibu dengan mastitis adalah sebagai berikut :
Diagnosis Kebidanan :
Ny. R. P2 A0 umur,28 tahun,Nifas hari ke - 12, dengan mastitis
Data dasar meliputi :
a) Data Subjektif
Payudara ibu terasa nyeri dan berat, badan terasa panas-dingin, dan
rasa sakit umum (Bahiyatun, 2008).
b) Data Obyektif
(1) Berdasarkan pemeriksaan, payudara tampak: bengkak,
kemerahan, terasa nyeri, badan terasa panas- dingin.
(2) Pemeriksaan vital sign
35
(a) Tekanan darah: Normal (Saifuddin, 2006).
(b) Nadi: Dengan mastitis nadi bisa menjadi 90-110 x/menit
(Varney, 2007).
(c) Suhu: Kenaikan suhu yang mencapai > 38 0C mengarah
ke tanda – tanda infeksi ( Ambarwati, 2010).
(d) Respirasi: Respirasi bisa naik lebih dari 30x/menit
(Saifuddin, 2006).
(3) Pemeriksaan payudara:
(a) Inspeksi : Payudara membesar, memerah dan gambaran
di permukaan kulit bertambah dan ada luka atau lecet
pada putting susu ( Ambarwati, 2010).
(b) Palpasi: Pada kasus ibu nifas dengan mastitis pada
payudara teraba bengkakdan berbenjol – benjol
(Nursalam, 2010).
(4) Masalah
Masalah adalah hal-hal yang sedang dialami wanita yang
diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan pengkajian.
Keadaan mental ibu nifas dengan mastitis adalah cemas,
sulit tidur, merasa bersalah, mudah tersinggung, pikiran
negatife terhadap bayinya (Manuaba, 2007)
(5) Kebutuhan
Kebutuhan adalah hal-hal yang dibutuhkan pasien dan
belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang di
36
dapatkan dengan melakukan analisa data, sebagai contoh pada
ibu nifas dengan mastitis adalah memberikan dukungan,
informasi, dan support mental(Varney, 2007).
c. Langkah III : Diagnosis Potensial
Diagnosa potensial adalah mengidentifikasi masalah atau diagnosa
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah
diidentifikasi.
Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap
bila diagnosa atau masalah potensial ini benar-benar terjadi dan yang paling
penting adalah melakukan asuhan yang aman. Diagnosis potensial yang
sering terjadi pada ibu nifas dengan mastitis adalah terjadi abses payudara
(Varney, 2007).
d. Langkah IV:Tindakan Segera.
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau di tangani bersama dengan
anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.
(Sofyan, M, 2006).
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan melibatkan
seorang dokter spesialis serta memberikan antibiotik, pinisilin jenis
penicillinase resisten atau cephatosporin. Erythromicin dapat digunakan jika
wanita alergi terhadap pinisilin (Varney, 2007).
37
e. Langkah V: Perencanaan
Perencanaan adalah merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada
langkah ini informasi atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
semua keputusan yang di kembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to
date serta sesuai dengan asumsi
tentangapa yang akan atau tidak akan dilakukan klien (Varney, 2007).
Perencanaan asuhan kebidanan pada ibu nifas dengan mastitis
menurut Varney (2007), tindakan yang diambil sebagai berikut:
1) Anjurkan ibu menyusui dan mengosongkan payudara untuk
mencegah statis.
2) Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya
3) Anjurkan ibu mencuci tangan dan merawat payudara
4) Anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang efektif
pada saat menyusui untuk memfasilitasi aliran susu
5) Anjurkan ibu meningkatkan memasukan cairan
6) Bantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan kelelahan
dalam kehidupannya
7) Beri terapi antibiotik, penisillin, jenis penicillinase resisten atau
cephalosporin. Erythromicin dapat digunakan jika wanita alergi terhadap
penisilin.
38
8) Beri dukungan pada ibu
f. Langkah VI: Pelaksanaan (Implementasi)
Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada
klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara
efisien dan aman (Wulandari, 2011).
1) Menganjurkan ibu menyusui dan mengosongkan payudara untuk
mencengah statis.
2) Menganjurkan ibu untuk memakai bra dengan penyangga tetapi tidak
terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
3) Menganjurkan ibu untuk cuci tangan dan merawat bayudara.
4) Menganjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang
efektif pada saat menyusui untuk memfasilitaskan aliran susu
5) Menganjurkan ibu meningkatkan memasukkan cairan
6) Membantu kebutuhan prioritas ibu untuk mengurangi stress dan
kelelahan dalam kehidupannya.
7) Memberi terapi antibiotik penicillin dosis 500 mg, jenis pinicillinase
resisten atau cephalosporin. Erythromicindapat digunakan jika wanita
alergi terdapan pinisilin.
8) Memberi dukungan pada ibu
g. LangkahVII: Evaluasi
Langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang
telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap
39
aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau
merencanakan kembali yang belum terlaksana (Wulandari, 2011).
Evaluasi pada ibu nifas dengan mastitis,yaitu:
1) Keadaan umum baik
2) Tanda – tanda vital baik normal
3) ASI sudah keluar
4) Tidak terjadi abses
5) ibu sudah nyaman dan tidak cemas
h. Data Perkembangan
MenurutVarney (2007), Sistem pendokumentasian asuhan kebidanan
dengan menggunakan SOAP sebagai catatan perkembangannya:
1) S (Subyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil
pengumpulan data klien melalui anamnesa sebagai
langkahsatu Varney.
2) O (Obyektif) : Menggambarkan pendokumentasian hasil pemeriksaan
fisik klien, hasil laboratorium dan tes diagnostik lain
yang dirumuskan dalam data fokus untuk mendukung
asuhan langkah satu Varney.
3) A (Assesment) : Menggambarkan pendokumentasian hasil analisa dan
intepretasi data subyektifdan obyektif sebagai suatu
identifikasi:
Diagnosa atau masalah, antisipasi diagnosa atau
masalah, perlunya tindakan segera oleh bidan atau
40
dokter, konsultasi atau kolaborasi dan atau rujukan
sebagai langkah II, III, IV, V, Varney.
4) P (Planning) : Menggambarkan pendokumentasian dari tindakan
dan evaluasi, perencanaan berdasarkan assessment
sebagai langkah V, VI, VII Varney.
C. Landasan Hukum
Berdasarkan Permenkes NO 1464/MENKES/PER/X/2010 Pasal 10 ayat (1)
bidan dalam menjalankan praktik berwenang untuk memberikan pelayanan yang
meliputi pelayanan kesehatan ibu yang diberikan pada masa pra hamil,
kehamilan, masa nifas, masa menyusui, dan masa antara dua kehamilan (Depkes
RI, 2010).
Berdasarkan wewenang bidan menurut Kepmenkes: 369/SK/III/2007
mengenai keyakinan tentang kolaborasi. Praktik kebidanan dilakukan dengan
menempatkan perempuan sebagai partner dengan pemahaman holistic terhadap
perempuan, sebagai salah satu kesatuan fisik, psikis emosional, sosial budaya,
spiritual, serta pengalaman reproduksinya. Bidan memiliki otonomi penuh dalam
praktiknya yang berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya (Menkes RI, 2007).
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Studi Kasus
Jenis studi yang digunakan adalah metode observasional deskriptif dengan
pendekatan studi kasus. Metode observasional yaitu suatu prosedur berencana
yang antara lain meliputi dan mencatat jumlah dan taraf aktifitas tertentu yang
ada hubungannya dengan masalah yang diteliti. Metode deskriptif yaitu suatu
metode penelitian yang digunakan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran atau deskriptif keadaan suatu objek. Studi kasus adalah melakukan
penelitian yang rinci tentang seseorang atau suatu unit selama kurun waktu
tertentu (Notoatmodjo, 2012).
Studi kasus yang digunakan penulis dalam membuat studi kasus ini adalah
dengan menggunakan asuhan kebidanan menurut tujuh langkah Varney dari
pengkajian sampai dengan evaluasi dan data perkembangannya menggunakan
SOAP.
B. Lokasi Studi Kasus
Lokasi merupakan tempat pengambilan kasus dilaksanakan (Notoatmodjo,
2005). Studi kasus ini dilaksanakan di RB An – Nuur Surakarta.
42
C. Subyek Studi Kasus
Dalam penulisan studi kasus ini subyek merupakan orang yang dijadikan
sebagai responden untuk mengambil kasus (Notoatmodjo, 2005). Subyek yang
akan diteliti adalah Ny. R yang mengalami mastitis.
D. Waktu Studi Kasus
Waktu studi kasus merupakan waktu pelaksanaan pengambilan studi kasus
akan dilaksanakan (Notoatmodjo, 2005). Studi kasus ini dilaksanakan pada bulan
oktober 2014 – mei 2015.
E. Instrumen Studi Kasus
Instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan olesh peneliti dalam
mengumpulkan data (Arikunto, 2006). Pada kasus ini instrumen yang akan
digunakan untuk mendapatkan data adalah format asuhan kebidanan pada ibu
nifas dengan 7 langkah Varney dan data perkembangan dengan SOAP.
F. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data pada klien adalah dengan cara mengambil data primer dan
data sekunder.
1. Data primer
Data primer adalah data yang diambil secara langsung diambil dari obyek/obyek
penelitian oleh peneliti perorangan maupun organisasi
43
(Riwidikdo, 2006). Studi kasus ini menggunakan data primer yang diperoleh
dengan cara :
a. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dapat dilakukan melalui empat teknik, yaitu :
1) Inspeksi
Menurut Nursalam (2009), inspeksi adalah suatu proses
observasi secara sistematis yang dilakukan dengan menggunakan
indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman sebagai alat
mengumpulkan data untuk menentukan ukuran tubuh, bentuk
tubuh, warna kulit,dan kesimetrisan posisi. Inspeksi disini
dilaksanankan dari kepala sampai kaki, juga untuk mengetahui
semburan darah yang tiba – tiba .
2) Palpasi
Menurut Nursalam (2009), palpasi adalah teknik pemeriksaan
dengan indra peraba untuk mengumpulkan data tentang suhu,
turgor, kelembaban, variasi, dan ukuran. Palpasi dilakukan untuk
menguatkan hasil inspeksi, dalam kasus ini palpasi dilkukan pada
abdomen untuk mengetahui TFU dan kontraksi.
3) Perkusi
Perkusi adalah teknik pemeriksaan dengan mengetuk-
ngetukkan jari ke bagian tubuh klien yang akan dikaji untuk
membandingkan bagian yang kiri dengan yang kanan (Nursalam,
44
2008). Perkusi pada ibu nifas dengan mastitis dengan pemeriksaan
reflek patella pada ibu nifas.
4) Auskultasi
Auskultasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan
stetoskop untuk mendengarkan bunyi yang dihasilkan oleh tubuh
(Nusalam, 2008). Auskultasi pada kasus pada ibu nifas dengan
mastitis yaitu mengukur tekanan darah (Nursalam, 2008).
b. Wawancara
Wawancara yaitu suatu metode yang digunakan untuk
mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau
peneliti secara lisan dari seseorang responden atau sasaran peneliti atau
bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face to face)
(Notoatmodjo, 2005). Pada studi kasus ini wawancara dilakukan pada
pasien, keluarga pasien, bidan atau tenaga kesehatan.
c. Pengamatan (Observasi)
Menurut Arikunto (2013), metode observasi cara yang paling
efektif adalah melengkapi dengan format atau blanko pengamatan
sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item – item tentang
kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Dari
penelitian sebelumnya diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data
observasi bukan sekedar mencatat tapi juga mengadakan pertimbangan
kemudian mengadakan penilaian ke dalam suatu skala bertingkat.
Observasi pada kasus ini ditunjukkan pada banyak sedikitnya
45
perdarahan, pengeluaran pervaginam yaitu lochea dan alat genetalia
jika masih ada luka.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari
obyek penelitian. Peneliti mendapatkan data jadi yang dikumpulkan oleh
pihak lain dengan berbagai cara atau metode baik secara komersial maupun
non komersial (Riwidikdo, 2013). Ada pun data sekunder meliputi:
a. Studi dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal – hal atau variable
yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, prasasti,
notulen agenda, dan sebagainya. Dibanding dengan metode lain, maka
metode ini tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber
datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang
diamati bukan benda hidup tetapi benda mati (Riwidikdo, 2013). Dalam
kasus ini dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan data yang
diambil dari catatan rekam medik klien di RB An – Nuur Surakarta.
b. Studi kepustakaan
Studi kepustakaan adalah bahan-bahan pustaka yang sangat
penting dalam menunjang latar belakang teoritis dalam suatu penelitian
(Notoatmodjo, 2005). Studi kepustakaan pada ibu nifas dengan mastitis
mengambil dari buku-buku kesehatan tahun 2005 – 2014.
46
G. Alat-alat yang Dibutuhkan
Alat dan bahan yang dibutuhkan dalam pengambilan kasus ini adalah:
1. Alat dan bahan dalam pengambilan data format asuhan ksebidanan pada ibu
nifas, buku tulis dan alat tulis
2. Alat dan bahan dalam melakukan pemeriksaan fisik dan observasi
a. Alat observasi:
1) Tensimeter.
2) Stetoskop.
3) Thermometer.
4) Jam Tangan.
b. Alat untuk perawatan payudara adalah
1) 2 buah kom.
2) 2 buah Waslap
3) Handuk
4) Air hangat dan air dingin
5) Baby Oil
6) Kapas
7) Bengkok.
3. Alat dan bahan dalam melakukan dokumentasi
Buku kesehatan ibu dan anak untuk mengetahui riwayat kehamila, alat tulis
dan lembar observasi.
47
H. Jadwal Penelitian
Dalam jadwal studi kasus diuraikan langkah – langkah kegiatan mulai dari
penyusun proposal penilitian, sampai dengan penulisan laporan penelitian,
beserta waktun berjalan atau berlangsungnya tiap kegiatan tersebut (Notoadmojo,
2010). Jadwal penelitian ini terlampir.
48
BAB IV
TINJUAN KASUS DAN PEMBAHASAN
A. Tinjauan Kasus
Tempat : RB AN – Nuur Surakarta
Tanggal : 05 Mei 2015
1. PENGKAJIAN
Identitas pasien Identitas Suami
1. Nama : Ny. R 1. Nama : Tn. A
2. Umur : 27 tahun 2. Umur : 34 tahun
3. Agama : Islam 3. Agama : Islam
4. Suku, Bangsa :Indonesia 4. Suku, Bangsa : Indonesia
5. Pendidikan : SMA 5. Pendidikan : SMA
6. Pekerjaan : IRT 6. Pekerjaan : Swasta
7. Alamat : Gremet, Rt: 5/ 11, Manahan, Surakarta.
B. ANAMNESA (DATA SUBYEKTIF)
Tanggal : 05 Mei 2015 WIB Pukul : 15.00
1. Alasan utama pada waktu masuk
Ibu mengatakan ingin memeriksakan payudaranya
2. Keluhan
Ibu mengatakan melahirkan 12 hari yang lalu dan saat ini mengeluh pada
payudara kanan terasa nyeri dan berat sejak 2 hari yang lalu serta
badannya
49
juga terasa panas dan dingin dikarenakan putting susu lecet.
3. Riwayat penyakit
a. Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan badannya terasa lemas, pusing, demam, pegal – pegal
dan sekarang tidak sedang menderita penyakit batuk dan flu.
b. Riwayat penyakit sistemik
1) Jantung : Ibu mengatakan tidak perna merasa nyeri pada dada
sebelah kiri dan tidak keluar keringat dingin pada
telapak tangan saat beraktivitas.
2) Ginjal : Ibu mengatakan tidak pernah merasa nyeri tekan
perut kanan bawah dan kiri, pinggang tidak terasa
sakit.
3) Asma / TBC : Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas dan
batuk secara terus menerus selama 3 bulan.
4) Hepatitis : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
kuning, mata, dan ujung kuku tidak kuning.
5) DM : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
gula dengan gejala sering makan banyak dan minum
di malam hari dan sering BAK > 6 – 7 kali.
6) Hipertensi : Ibu mengatakan tidak pernah merasa pusing,
lehernya kaku dan tensinya tidak pernah lebih dari
140/90 mmHg.
50
7) Epilepsi : Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit
ayan atau mengalami kejang yang disertai
pengeluaran air liur yang berbusa.
8) Lain-lain : Tidak ada
a. Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarga baik dari pihak suami maupun
isteri tidak ada yang menderita penyakit menurun seperti
hipertensi, asma, DM, dan penyakit menular seperti TBC dan
hepatitis.
b. Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan dari pihak keluarganya ada yang mempunyai
riwayat keturunan kembar, sedangkan pihak suami tidak ada
yang mempuyai riwayat keturunan kembar.
4. Riwayat menstruasi
a. Menarche : Ibu mengatakan haid pertama umur 13 tahun
b. Siklus : Ibu mengatakan siklus haid 27 – 28 hari
c. Lama : Ibu mengatakan lamanya 6 – 7 hari
d. Banyaknya :Ibu mengatakan 2 – 3 kali ganti pembalut/hari
e. Teratur/tidak : Ibu mengatakan haidnya teratur
f. Sifat darah :Ibu mengatakan darah haidnya encer
g. Disminorhoe : Ibu mengatakan tidak ada keluhan
51
5. Riwayat keluargaberencana
Ibu mengatakan menggunakan alat kontrasepsi KB suntik 3 bulan selama 4
tahun.
6. Riwayat perkawinan
a. Status perkawinan : sah, kawin 1 kali.
b. Kawin I : umur 21 tahun, dengan suami umur 28 tahun.
Lamanya : 7 tahun
7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
No Tahun Partus Tempat Partus UK Jenis Partus Penolong
1
2010 RB 39 Normal Bidan
8. Riwayat hamil ini
a. HPHT :23 Juli 2014
b. HPL : 30 April 2015
c. Keluhan – Keluhan pada
Trimester I : Ibu mengatakan mual muntah dan muntah di pagi hari
Trimester II : Ibu mengatakan tidak ada keluhan.
Trimester III : Ibu mengatakan pegel – pegel di punggung bagian
bawah.
d. ANC:10 kaliteratur
Trimester I : 2 kali pada umur kehamilan 8 dan 12 minggu
Trimester II : 4 kali pada umur kehamilan 16, 18, 24, dan 28 minggu.
Trimester III : 4 kali pada umur kehamilan 32, 34, 36, dan 38 minggu.
52
e. Penyuluhan yang pernah didapat
Ibu mengatakan pernah mendapatkan penyuluhan tentang gizi ibu
hamil.
f. Imunisasi TT
mengatakan pernah mendapat imunisasi TT 2 kali saat usia kehamilan 4
dan 5 bulan.
9. Riwayat Persalinan Ini
a. Tempat persalinan : RB An – Nuur Surakarta
b. Penolong : Bidan
c. Tanggal / Jam Persalinan : 24 April 2015 pukul:07.00 WIB
d. Jenis Persalinan : Normal
e. Komplikasi / Kelainan Dalam Persalinan: Tidak ada
f. Perineum
- Ruptur / tidak : Ruptur perineum derajat 2 meliputi mukosa vagina,
kulit perineum, dan otot perinium
- Dijahit / tidak : Dijahit jelujur tanpa anestesi
10. Pola Kebiasaan Saat Nifas
a. Nutrisi dan cairan
Sebelum nifas : Ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang, antara lain 1 piring nasi, sayur, tempe dan
telur. Ibu mengatakan minum 8 gelas. Jenis air putih,
air teh dan susu.
53
Selama nifas : ibu mengatakan makan 3 kali sehari dengan porsi
sedang, antara lain 1 piring nasi porsi sedang sayur,
tempe dan tahu serta ditambah 1 potong buah pisang.
Ibu mengatakan ±9 gelas air teh dan air putih. Selama
sakit ibu mengatakan makan 3 kali sehari porsi
sedikit.
b. Eliminasi
1) BAB
Sebelum nifas : Ibu mengatakan BAB 1x / hari, warna kuning
kecoklatan, bau khas feces, konsistensi padat.
Selama nifas : Ibu mengatakan BAB 1 x/ hari, warna coklat
hitam, bau khas feces,konsistensi, lunak.
2) BAK
Sebelum nifas : Ibu mengatakan BAK 5 – 7 x/ hari, warna kuning
jernih, bau khas urine
Selama nifas : Ibu mengatakan BAK 4 – 6 x/ hari, warna
kuning,bau khas urine.
c. Istirahat/ tidur
Sebelum nifas : Ibu mengatakan tidur siang 1 -2 jam/ hari, tidur
malam 6 – 8 jam/hari.
Selama nifas : Ibu mengatakan tidur siang 1 jam dan tidur
malam ± 3 jam karena payudaranya terasa nyeri,
berat, badannya terasa panas dan dingin.
54
d. Personal Hygiene
Sebelum nifas : Ibu mengatakan mandi 2 x sehari, gosok gigi 3 x
sehari, keramas 3 x seminggu.
Selama nifas : ibu mengatakan mandi 2x sehari, gogok gigi 3 x
sehari, keramas 2 x sehari, dan ganti pembalut 3x
sehari.
e. Keadaan psikologi
Ibu mengatakan sedikit cemas dengan keadaannya karena
payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga terasa
panas dan dingin, selain itu ibu juga sulit tidur, merasa bersalah,
mudah tersinggung dan pikiran negatif terhadap bayinya.
f. Riwayat sosial budaya
1) Dukungan keluarga
Ibu mengatakan suami dan seluruh anggota keluarga sangat
mendukung kelahiran bayinya.
2) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan suami dan orang
tuanya.
3) Pantangan makanan
Ibu mengatakan selama nifas tidak ada pantangan makanan
apapun.
4) Kebiasaan adat istiadat
Ibu mengatakan tidak ada acara apapun selama nifas.
55
g. Penggunaan obat – obatan/ rokok
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat – obatan, tidak
minum jamu dan suami tidak merokok, ibu mengtakan hanya
mengkonsumsi obat dari bidan
B. PEMERIKSAAN FISIK (DATA OBYEKTIF)
1. Status generalis
a. keadaan umum : Baik
b. kesadaran : Composmentis
c. TTV : TD : 120/ 70 mmHg
R : 20 x/ menit
N : 80 x/ menit
S : 38oC
d. TB : 150 cm
e. BB sebelum hamil : 55 Kg
f. BB sekarang : 58 Kg
g. LILA : 24 Cm
2. Pemeriksaan sistematis
a. Kepala
1) Rambut
Bersih, tidak mudah rontok, tidak ada ketombe
56
2) Muka
Tidak pucat, tidak oedema, tidak ada cloasma gravidarum
3) Mata
a) Oedema : Tidak oedema
b) Conjungtiva : Merah muda
c) Sclera : Putih
4) Hidung
Bersih,tidak ada benjolan,tidak ada secret
5) Telinga
Simetris, bersih, tidak ada serumen.
6) Mulut/gigi/gusi
Bersih tidak ada stomatitis, tidak ada caries, dan gusi tidak mudah
berdarah
b. Leher
1) Kelenjar gondok
Tidak ada pembesaran kelenjar gondok
2) Tumor
Tidak ada Tumor
3) Pembesaran kelenjar limfe
Tidak ada pembesaran kelenjar limfe
57
c. Dada dan axilla
1) Mammae
a) Pembengkakan
Ada pembengkakan payudara kanan, terlihat merah mengkilap
dan lecet pada putting susu.
b) Tumor
Tidak ada tumor
c) Simetris
Tidak simetris
d) Areola
Mengalami hiperpigmentasi
e) Puting susu
Lecet
f) Kolostrum/ ASI
Sudah keluar sejak bayi lahir
g) Nyeri tekan
Ada nyeri tekan pada payudara sebelah kanan
2) Axilla
a) Benjolan : Tidak ada benjolan
b) Nyeri : Tidak nyeri
d. Ekstermitas
1) Varices : Tidak ada varices
2) Oedema : Tidak ada oedema
58
3) Reflek patella : Tidak di lakukan
4) Betis merah / Lembek / Keras : betis tidak berwarna merah tidak
keras
3. Pemeriksaan Khusus Obstetri (Lokalis)
a. Abdomen
1) Inspeksi
a) Pembesaran perut : Tidak ada
b) Linea alba / nigra : Ada linea nigra
c) Strie albican/ livide : Tidak ada
d) Kelainan : Tidak ada
2) Palpasi
a) Kontraksi : Baik, keras
b) TFU : Tak teraba di atas sympisis
c) Kandung Kencing : Kosong
b. Anogenital
1) Vulva vagina
a) Varices : Tidak ada varices
b) Kemerahan : Tidak ada kemerahan
c) Nyeri : Tidak ada nyeri
d) Lochea : Serosa
2) Perineum
a) Bekas Luka : Jahitan sudah kering
b) Bengkak : Tidak bengkak dan tidak merah
59
3) Anus
a) Haemoroid : Tidak ada haemoroid
b) Lain-lain : Tidak ada
4) Inspeculo
a) Vagina : Tidak dilakukan
b) Portio : Tidak dilakukan
4. Pemeriksaan penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium : Tidak dilakukan
b. Pemeriksaan penunjang lain : Tidak dilakukan
D. INTERPRETASI DATA
Tanggal:05 Mei 2015 Pukul: 15.10 WIB
1. DIAGNOSA KEBIDANAN
Ny. R. P2 A0. Umur 27 tahun, Post partum hari ke-12 dengan mastitis.
Data Dasar :
Data Subyektif
a. Ibu mengatakan melahirkan anaknya yang ke-2 pada tanggal 24 april
2015
b. Ibu mengatakan payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya
terasa demam.
Data Obyektif
a. Keadaan umum : Cukup
Kesadaran : Composmentis
b. TTV : TD: 120/70 mmHg S: 38o C
60
N : 80x/ menit R: 20x / menit
c. TFU : Tak teraba di atas sympisis
d. Lochea : Serosa
e. Inspeksi : Payudara kanan teraba kencang, terlihat mengkilap
dan lecet pada putting susu.
f. Palpasi : Payudara kanan teraba kencang, terasa lebih padat
dan ASI sudah keluar.
2. MASALAH
Cemas dan khawatir dengan keadaan payudaranya
3. KEBUTUHAN
Beri dukungan moril pada ibu dan beri informasi pada ibu mengenai
keadaan masa nifas dengan mastitis.
2) DIAGNOSA POTENSIAL
Potensial terjadi abses payudara
3) TINDAKAN SEGERA
Kolaborasi dengan dokter SpoG
4) RENCANA TINDAKAN
Tanggal:05 Mei 2015 pukul: 15.15 WIB
1. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan
2. Lakukan kompres hangat dan dingin pada payudara yang sakit.
3. Beri penyuluhan tentang cara menyusui yang benar.
61
4. Anjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi
tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
5. Anjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering,
terutama pada putting susu.
6. Anjurkan ibu untuk mengosongkan payudaranya.
7. Beri terapi:
a. Amoxilin (antibiotik) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
b. Paracetamol (analgetik) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
c. CTM (antihistamin) 500 mg 3 x 1 selama hari.
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari sebanyak
10 tablet, serta menganjurkan minum obat secara teratur.
5) PELAKSANAAN
Tanggal: 05 Mei 2015 pukul:15. 20 WIB
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan:
Vital sign
TD: 120/70 mmHg S: 380C
N : 80x/ menit R: 20x/ menit
2. Melakukan kompres hangat dan dingin pada payudara yang sakit.
a. Siapkan air hangat, air dingin dan waslap.
b. Kompreskan air hangat pada kedua payudara selama 2 menit.
c. Kompreskan air dingin pada kedua payudara 1 menit.
62
3. Memberikan penyuluhan cara menyusui yang benar dengan cara
a. Mencuci tangan
b. Menganjurkan ibu duduk dengan santai dan nyaman
c. Mengajari ibu untuk mengoleskan sedikit ASI pada putting susu dan
areola
d. Mengajari ibu untuk meletakkan bayi pada satu lengan, kepala bayi
berada pada lengkung siku ibu dan bokong bayi berada pada lengan
bawah ibu.
e. Mengajari ibu untuk menempelkan perut bayi pada perut ibu dengan
meletakkan satu tangan bayi di belakang badan ibu dan yang satu di
depan, kepala bayi menghadap payudara.
f. Mengajari ibu untuk memposisikan bayinya dengan telingga dan lengan
pada garis lurus.
g. Mengajari ibu untuk memegang payudara dengan ibu jari diatas dan jari
yang lain menopang dibawah serta jangan menekan putting susu dan
areola.
h. Mengajari ibu untuk merangsang muka mulutb bayi, menyentuhkan pipi
dengan putting susu atau menyentuh sudut mulut bayi.
i. Setelah bayi mulai menghisap, menganjurkan ibu untuk tidak memegang
atau menyangga payudara lagi
j. Menganjurkan ibu untuk memperhatikan bayinya selama menyusui
k. Mengajari ibu cara melepas isapan bayi
63
ü Jari kelingking dimasukkan ke mulut bayi memalui sudut mulut atau
dagu bayi ditekan kebawah.
l. Setelah selesai menyusui, mengajarkan ibu untuk mengoleskan sedikit
ASI pada putting susu dan areola
m. Mengajari ibu untuk menyendawakan bayi
ü Bayi di gendong dengan bersandar pada bahu ibu atau ditengkurapkan
dipangkuan ibu dengan menyangga dahi bayi kemudian punggung
ditepuk berlahan – lahan sampai bayi bersendawa (bila tidak
bersendawa tunggu 10 – 15 menit)
n. Mengajari ibu untuk selalu menyusukan kedua payudaranya secara
bergantian dan menganjurkan ibu untuk menyusui bayi setiap saat
bayi menginginkan ( on demand)
4. Menganjurkan ibu untuk menggunakan bra yang menyangga payudara tetapi
tidak terlalu sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
5. Menganjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap barsih dan kering,
terutama pada putting susu dengan cara membersihkan dengan minyak
kepala.
6. Menganjurkan ibu untuk tetap mengosongkan payudaranya sering
menyusukan pada bayinya, dipompa dan dimasukkan ke dalam botol.
7. Memberi terapi:
a. antibiotik Amoxillin (antibiotik) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
b. Paracetamol (analgetik) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
c. CTM ( antihistamin) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
64
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
e. Dexametason ( kortikosteroid) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari sebanyak 10
tablet, serta menganjurkan minum obat secara teratur.
6) EVALUASI
Tanggal: 05 Mei 2015 pukul:15.45 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Telah mengompres payudara dengan kompres hangat dan dingin dengan
baik.
3. Ibu telah mengerti penjelasan cara menyusui yang benar dan dapat
mempraktekkannya.
4. Ibu bersedia untuk menggunakan bra yang menyangga payudara, tidak
sempit dan tidak menggunakan kawat.
5. Ibu bersedia untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering,
terutama pada putting susu.
6. Ibu telah mengosongkan payudaranya dengan cara menyusukan bayinya dan
dipompa.
7. Ibu besedia diberikan terapi dan bersedia minum secara teratur,seperti:
a. Amoxillin (antibiotic) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
b. Paracetamol (analgetik) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
c. CTM 500 (antihistamin) mg 3 x 1 selama 3 hari
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
65
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1 selama 3 hari sebanyak 10
tablet.
66
DATA PERKEMBANGAN I
Tanggal:06 Mei 2015, pukul 09.30 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan masih merasakan nyeri dan berat pada payudara
kanannya.
3. Ibu mengatakan nafsu makannya berkurang.
4. Ibu mengatakan ASI-nya sudah keluar, tapi belum lancar dan tidak
menyusui bayinya.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Sedang
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD: 120/80 mmHg, N:80x/ menit, S: 37,8o C, R: 21x/ menit.
4. TFU : Tak teraba di atas simpisis
5. Lochea : Serosa
6. Inspeksi : Payudara kanan terlihat memerah, membengkak,
terdapat luka pada putting susu.
7. Palpasi : Payudara kanan teraba lebih padat, keras, terdapat
gumpalan dan ASI sudah keluar.
67
A : Assement
Ny. R. P2A0 umur 27 tahun, post partum hari ke - 13 dengan mastitis perawatan
hari pertama.
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Memberikan penjelasan tentang gizi ibu nifas dan manfaatnya.
3. Melakukan perawatan payudara pada bagian putting payudara yang lecet
dengan minyak kelapa.
4. Menganjurkan ibu untuk minum obat secra teratur, antara lain:
a. Amoxillin (antibiotik) 500 mg 3 x 1
b. Paracetamol ( analgetik) 500 mg 3 x 1
c. CTM 500 (antihistamin) mg 3 x 1
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1
Evaluasi
Tanggal 06 Mei 2015, pukul 10.15 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mengetahui tentang gizi ibu nifas dan manfaatnya.
3. Ibu sudah melakukan perawatan payudara pada bagian putting payudara
yang lecet dengan minyak kelapa.
4. Ibu sudah minum obat secara teratur, antara lain:
a. Amoxillin (antibiotik) 500 mg 3 x 1
68
b. Paracetamol (analgetik) 500 mg 3 x 1
c. CTM 500 (antihistamin) mg 3 x 1
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1
69
DATA PERKEMBANGAN II
Tanggal: 07 Mei, pukul 16.00 WIB
S : Subjektif
1. Ibu mengatakan masih merasa cemas dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan masih merasa nyeri dan berat pada payudara kanannya.
3. Ibu mengatakan nafsu makannya masih berkurang.
4. Ibu mengatakan ASI – nya sudah mulai lancar dan ibu tidak menyusui
bayinya.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD: 120/70mmHg, N: 82 x/ menit, S: 37,5o C, R: 22 x/ menit.
4. TFU : Tak teraba di atas syimpisis
5. Lochea : Serosa
6. Inspeksi : Payudara kanan ibu masih membengkak,
terdapat luka pada putting susu.
7. Palpasi : payudara kanan masih teraba lebih padat, keras,
dan ASI sudah keluar.
A : Assessment
Ny. R. P2A0 umur 27 tahun, post partum hari ke - 14 dengan mastitis
perawatan hari ke- 2
70
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Melakukan dan ajari ibu tentang cara perawatan payudara/ breatcare,
dengan cara:
a. Kedua telapak tangan diberi minyak kelapa kemudian tangan
mengurut payudara dari tengah ke samping terus ke bawah
dilakukan 20 – 30 kali.
b. Kemudian bagian samping buah dada diurut dari pangkal ke arah
putting dilakukan 20 – 30 kali
c. Selanjutnya pengurutan bagian bawah buah dada ke arah putting
susu dilakukan 20 – 30 kali
d. Terakhir pengetokan dengan buku – buku jari ke tangan kanan
dengan cepat dan teratur.
3. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat, antara lain:
a. Amoxillin (antibiotik) 500 mg 3 x 1/ hari
b. Paracetamol (analgetik) 500 mg 3 x 1/ hari
c. CTM (antihistamin) 500 mg 3 x 1/ hari
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1/ hari
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1/ hari
71
Evaluasi
Tanggal 07 Mei 2015, pukul 16.40 WIB
1. Ibu sudah tahu tengtang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah mengerti dan mampu mempraktekkan cara perawatan payudara
dengan baik.
3. Ibu sudah minum obat secara teratur, antara lain:
a. Amoxillin 500 mg 3 x 1/ hari
b. Paracetamol 500 mg 3 x / hari
c. CTM 500 mg 3 x 1/ hari
d. Antasid 500 mg 3 x 1/ hari
e. Dexametaspn 500 mg 3 x 1/ hari
72
DATA PERKEMBANGAN III
Tanggal 08 Mei 2015, pukul 10.00 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya
2. Ibu mengatakan payudara kanan sudah tidak bengkak lagi, tapi masih
terasa nyeri.
3. Ibu mengatakan ASI – nya sudah lancar.
4. Ibu mengatakan payudaranya dipompa mendapatkan 1 botol.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV : TD: 120/ 70 mmhg, N: 82 x/ menit, S: 37o C, R: 24 x/ menit.
4. TFU :Tak teraba di atas syimpisis.
5. Lochea : alba
6. Inspeksi : Payudara kanan merah, membengkak, luka pada
putting susu telah berkurang dan membaik
7. Palpasi : Payudara kanan sudah tidak keras lagi dan ASI sudah keluar.
A : Assessment
Ny.R . P2A0 umur 27 tahun, post partum hari ke- 15 dengan mastitis perawatan
hari – 3.
73
P : Planning
1. Memberi tahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu terus melakukan perawatan payudara sampai
sembuh.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui secara bergantian pada payudara
kanan dan kiri.
4. Menganjurkan ibu untuk minum obat secara teratur, antara lain:
a. Amoxillin (antibiotik) 500 mh 3 x 1/ hari
b. Paracetamol (analgesik)500 mg 3 x 1/ hari
c. CTM (antihistamin) 500 mg 3 x 1/ hari
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1/ hari
e. Dexametason (kortikosteroid) 500 mg 3 x 1/ hari.
Evaluasi
Tanggal: 08 Mei 2015, pukul 10.35 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Ibu sudah melakukan perawatan payudara.
3. Ibu sudah menyusui secara bergantian pada payudara kanan dan kiri.
4. Ibu sudah minum obat secara teratur,antara lain:
a. Amoxillin 500 mh 3 x 1/ hari
b. Paracetamol 500 mg 3 x 1/ hari
c. CTM 500 mg 3 x 1/ hari
d. Antasid 500 mg 3 x 1/ hari
e. Dexametaspn 500 mg 3 x 1/ hari.
74
DATA PERKEMBANGAN IV
Tangaal 09 Mei 2015, pukul 15.15 WIB
S : Subyektif
1. Ibu mengatakan sudah tidak merasa cemas lagi dengan keadaannya.
2. Ibu mengatakan sudah tidak merasakan nyeri pada payudara kanannya.
3. Ibu mengatakan ASI – nya sudah keluar lancar dan dipompa dengan
menggunakan pompo ASI mendapatkan 2 botol.
4. Ibu mengatakan nafsu makannya sudah normal lagi.
O : Obyektif
1. Keadaan umum ibu : Baik
2. Kesadaran : Composmentis
3. TTV: TD: 120/ 70 mmHg, N: 82 x/ menit, S: 36, 5o C, R:24 x/ menit.
4. TFU : Tak teraba di atas sympisis
5. Lochea : Alba
6. Inspeksi : Payudara kanan sudah tidak bengkak, tidak
berwarna kemerahan, dan luka pada putting susu
sudah membaik.
7. Palpasi : Payudara kanan sudah tidak panas, tidak keras
dan ASI sudah keluar lancar.
A : Assessment
Ny.R P2A0, umur 27 tahun, post partum hari ke - 16 dengan mastitis perawatan
hari ke - 4.
75
P : Planning
1. Memberitahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
2. Menganjurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara di
rumah.
3. Menganjurkan ibu untuk menyusui sesuai dengan kebutuhan bayinya.
4. Menganjurkan ibu untuk tetap meminum obat sesuai aturan yaitu:
a. Amoxillin (antibiotik) 500 mg 3 x 1/ hari.
b. Paracetamol (analgesik) 500 mg 3 x 1/ hari.
c. CTM (antihistamin) 500 mg 3 x 1/ hari.
d. Antasid (antasida) 500 mg 3 x 1/ hari.
e. Dexametason (kortikosteroid)500 mg 3 x 1/ hari.
5. Menganjurkan ibu untuk kontrol kembali pada tanggal 13 Mei 2015.
6. Ibu sudah diperbolehkan pulang.
Evaluasi
Tanggal 09 Mei 2015, pukul 16.00 WIB
1. Ibu sudah tahu tentang hasil pemeriksaan.
2. Payudara mengalami nyeri tekan, bengkak, memerah, luka pada putting
telah sembuh.
3. Ibu bersedia untuk melakukan perawatan payudara di rumah.
4. Ibu bersedia menyusui sesuai kebutuhan bayinya.
5. Ibu bersedia melanjutkan minum obat.
6. Ibu bersedia kontrol lagi pada tanggal 13 Mei 2015.
7. Ibu pulang pada tanggal 11.25 WIB.
76
B. Pembahasan
Pada pembahasan ini penulis akan membahas antara teori dan praktek di
lapangan pada asuhan kebidanan Ny. R dengan mastitis di RB An – Nuur
Surakata dengan menggunakan 7 langkah varney yang meliputi:
1. Pengkajian
Menurut Bahiyatun (2008), tanda mastitis adalah
a. bengkak, nyeri seluruh payudara atau nyeri lokal
b. kemerahan pada seluruh payudara atau hanya lokal
c. payudara keras dan berbenjol – benjol
d. panas badan dan rasa sakit umum dan biasanya ada peningkatan
suhu tubuh 39,50C, respirasi 30x/ menit, tekanan darah 120/80
mmHg dan nadi 100x/ menit, ada luka lecet pada putting susu.
Menurut Ratna (2008), keluhan adalah untuk mengetahui apa yang di
sarankan pasien tersebut bisa memperberat keadaan klien atau tidak, misal
pada kasusmastitis,ibu mengatakan payudara terasa nyeri, berat serta badan
terasa panas dan dingin
Pengkajian adalah langkah awal untuk menilai keadaan pasien Ny. R
P2 A0 umur 27 tahun masa nifas dengan mastitis. Data subyektif: ibu
mengatakan melahirkan anaknya pada tanggal 24 mei 2015, jam 07.00 WIB
a. ibu mengatakan payudara sebelah kanan terasa sakit, bengkak, kemerahan
dan badan terasa panas dingin.
b. Ibu mengatakan khawatir tentang tentang keadaannya. Data obyektif:
Suhu 380C, Nadi: 80 x/menit, respirasi: 20x /menit, tekanan darah :
77
120/70 mmHg dan pemeriksaan payudara yaitu pada saat di lakukan
inspeksi payudara kanan terlihat membengkak, memerah dan terdapat
luka pada putting susu, pada saat dilakukan palpasi didapatkan payudara
teraba kencang, terasa lebih padat dan ASI sudah keluar. Berdasarkan
hasil pengkajian penelitian di atas tidak ada kesenjangan antara teori dan
praktik.
2. Interpertasi Data
Menurut Varney (2007), hal – hal yang berkaitan dari sudut pandang
klien dengan keadaan yang diamati apakah menimbulkan masalah atau
tidak. Masalah bagi ibu nifas dengan mastitis adalah cemas, sulit tidur,
merasa bersalah, mudah tersinggung dan pikiran negatif terhadap bayinya.
Kebutuhan yang diberikan pada ibu nifas dengan mastitis adalah
memberikan dukungan, informasi, dan support mental (Varney, 2007).
Diagnosis kebidanan pada kasus ibu nifas dengan mastitis yaitu Ny. R
P2, A0, umur ibu 27 tahun, post partum hari ke - 12 dengan mastitis.
Masalah yang muncul pada Ny. R yaitu cemas, sulit tidur, merasa bersalah
dan mudah tersinggung. Kebutuhan yang diberikan pada Ny.R yaitu
memberi dukungan moril dan informasi pada ibu mengenai keadaan masa
nifasnya dengan mastitis.
Sehingga dalam langkah interpretasi data ada kesenjangan antara teori dan
praktik yaitu di kasus ibu merasa cemas, sulit tidur, merasa bersalah dan
mudah tersinggung, sedangkan di teori hanya di tulis payudara bengkak,
kemerahan, terasa nyeri, badan terasa panas dingin.
78
3. Diagnosa Potensial
Diagnosis potensial adalah mengindentifikasi masalah atau diagnosis
potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang sudah
diidentifikasikan. Menurut varney (2007), diagnosa potensial pada pasien
dengan mastitis adalah terjadi abses payudara.
Pada kasus Ny. R diagnosa potensial tidak muncul setelah dilakukan
asuhan yang tepat dan menyeluruh. Pada langkah ini tidak ditumukan
adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada di lahan praktik
4. Tindakan Segera
Antisipasi adalah mengidentifikasi tindakan segera oleh bidan atau
dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama anggota tim
kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien (Sofyan, M, 2006).
Tindakan antisipasi pada ibu nifas dengan mastitis dengan melibatkan
seorang dokter serta memberikan antibiotik, penisilin jenis penicillinase
resisten atau Cephalosprin. Eritromicin dapat digunakan jika wanita alergi
terhadap penisilin (Varney, 2007). Antisipasi yang diberikan pada Ny. R
antara lain pemberian terapi antibiotik:
a. Amoxillin 500 mg 3 x 1
b. Paracetamol 500 mg 3 x 1
c. CTM 500 mg 3 x 1
d. Antasid 500 mg 3 x 1
e. Dexametason 500 mg 3 x 1
79
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa ada kesenjangan
antara teori dan praktik yaitu di teori hanya di berikan antibiotik
sedangkangkan di lahan di beri terapi Amoxillin, paracetamol, CTM,
Antasid, dan Dexametason.
5. Rencana Tindakan
Dalam langkah perencanaan asuhan pada pada ibu nifas dengan
mastitis menurut Varney (2007), rencana asuhan kebidanan pada pasien
dengan mastitis adalah:
a. Anjurkan ibu menyusui dan mengosongkan payudara untuk mencegah
statis.
b. Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
c. Anjurkan ibu mencuci tangan dan merawat payudara.
d. Anjurkan ibu mengompres dengan air hangat pada area yang efektif
pada saat menyusui supaya air susu keluar dengan lancar.
e. Anjurkan ibu meningakatkan masukan cairan.
f. Bantu kebutuhan prioritas untuk mengurangi stress dan kelelahan dalam
kehidupan.
g. Beri terapi antibiotik, Amoxillin, Paracetamol, CTM, Antasid, atau
Dexametason.
h. Beri dukungan ibu.
Pada kasus ini penulis merencanakan asuhan yang sama terhadap Ny. R
yaitu:
80
a. Beritahu ibu tentang hasil pemeriksaan.
b. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya dan mengosongkan
payudara.
c. Anjurkan ibu memakai bra dengan penyangga tetapi tidak terlalu
sempit, jangan menggunakan bra dengan kawat di bawahnya.
d. Anjurkan ibu untuk menjaga payudaranya agar tetap bersih dan kering,
terutama pada putting susu.
e. Anjurkan ibu untuk banyak istirahat di tempat tidur jika bayinya tidur.
f. Beri terapi antibiotik:
1) Amoxillin 500 mhg 3 x 1 selama 3 hari
2) Paracetamol 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
3) CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari
4) Antasid 500 mg 3 x 1 selam 3 hari
5) Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3 hari sebanyak 10 tablet, serta
menganjurkan minum obat secara teratur.
Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat kesenjangan
antara teori dan praktik yang di lapangan, teori hanya di beri terapi antibiotik
sedangkan di lahan di beri terapi amoxillin, paracetamol, CTM, antacid dan
dexametason.
6. Pelaksanaan
Langkah ini merupakan penatalaksanaan dari rencana asuhan
menyeluruh dari perencanaan. Penatalaksanaan asuhan ini bisa dilakukan
oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya (Varney, 2010). Pelaksanaan
81
asuhan pada ibu nifas dengan mastitis disesuaikan dengan perencanaan yang
telah di buat.
Di dalam praktik lapangan melaksanakan asuhan kebidanan sesuai apa
yang direncanakan kepada klien tanpa ada tindakan yang menyimpang dari
rencana yang telah disusun. Jadi pada kasus ini, tidak ditemukan
kesenjangan antara teori dan kasus yang di lapangan.
7. Evaluasi
Setelah dilakukan pengawasan dan pelaksanaan rencana tindakan pada
ibu nifas dengan mastitis, serta adanya kerjasama yang baik dari pasien,
keluarga dan tenaga medis yag lain dan dalam praktik adalah keadaan
umum ibu baik, tidak terjadi hal- hal yang menjadi komplikasi dari tindakan
yang dilakukan selama ibu menjalani pengobatan di RB An- Nuur
Surakarta.
Evaluasi yang diperoleh adaalah keadaan umum ibu baik, kesadaaran
composmentis, TD 120/70 mmHg, nadi 82x/ menit, respirasi 24x/ menit,
suhu 370 C, pembengkakan pada payudara sudah berkurang dan lecet pada
putting susu sudah berkurang.
82
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam studi kasus dan pembahasan
pada asuhan kebidanan pada Ny. R dengan mastitis di RB An Nuur Surakarta,
maka penulis mampu mengambil kesimpulan yaitu:
1. Asuhan kebidanan pada Ny. R dengan mastitis dapat diterapkan melalui
pendekatan manajemen kebidanan menurut tujuh langkah varney dengan
baik sebagai berikut.
a. Pengkajian telah dapat dilaksanakan dengan mengumpulkan semua data
menurut lembar format yang telah tersedia melalui teknik wawancara
dan observasi sistemik. Data subyektif khususnya pada keluhan utama
yaitu ibu nifas Ny. R dengan mastitis yaitu keluhan ibu mengatakan
payudaranya terasa nyeri dan berat serta badannya juga terasa panas dan
dingin. Data obyektif yaitu keadaan umum baik, kesadaran
composmentis, tekanan darah 120/70 mmHg, nadi 80x/ menit, respirasi
20 x/menit, suhu 38oC , tinggi badan 150 Cm, BB 58 kg, terdapat
pembengkakan pada payudara kanan, terlihat mengkilat dan lecet pada
putting. Pada langkah pengkajian penulis tidak menemukan hambatan
yang berarti, dikarenakan danya respon yang baik selama melakukan
anamnesa dan pengkajian.
83
b. Berdasarkan data subyektif dan obyektif, penulis dapat
menginterpretasikan data menjadi diagnosa kebidanan yaitu Ny. R P2,
A0 umur 27 tahun dengan mastitis. Dengan masalah ibu merasa cemas,
sulit tidur, merasa bersalah dan mudah tersinggung. Kebutuhan yang
dapat diberikan adalah beri informasi pada ibu mengenai keadaan masa
nifasnya dengan mastitis.
c. Pada kasus mastitis ini diagnosa potensial terjadi abses payudara,
namun karena adanya penanganan yang baik dan tepat maka tidak
terjadi abses payudara.
d. Dalam melakukan antisipasi diperlukan meliputi pemberian terapi
antibiotik Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol 500 mg
3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Antasid 500 mg
3 x 1 selama 3 hari, dan Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3 hari.
e. Perencanaan yang diberikan pada kasus ini yaitu anjuran ibu untuk
menyusui bayinya sesering mungkin, anjurkan ibu untuk memakai bra
dengan penyangga, anjuran ibu untuk menjaga payudara agar tetap
bersih dan kering terutama pada putting untuk melakukan perawatan
payudara pasca persalinan, anjurkan ibu untuk banyak istirahat,
anjurkan ibu untuk tetap mengkonsumsi makanan yang bergizi dan
meningkatkan asupan cairan dan anjurkan ibu untuk minum obat secara
teratur, antara lain: Amoxillin 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Paracetamol
500 mg 3 x 1 selama 3 hari, CTM 500 mg 3 x 1 selama 3 hari, Antasid
84
500 mg 3 x 1 selama 3 hari, dan Dexametason 500 mg 3 x 1 selama 3
hari.
f. Pelaksanaan pada ibu nifas dengan mastitis telah dilakukan sesuai
rencana, sehingga sehingga mendapatkan hasil yang maksimal.
g. Evaluasi dari kasus ini setelah dari kasus ini setelah dilakukan
pengawasan dan pelaksanaan rencana tindakan pada ibu nifas dengan
mastitis, serta adanya kerjasama yang baik dari pasien, keluarga, dokter
spesialis dan tenaga medis yang lain dan dalam praktik adalah keadaan
umum ibu baik, tidak terjadi hal – hal yang menjadi komplikasi abses
payudara dari tindakan yang dilakukan selama ibu dirawat di RB An-
Nuur Surakarta.
2. Pada kasus Ny. R peneliti menemukan beberapa kesenjangan antara teori
dan praktik di lapangan, yaitu interpretasi data, tindakan segera, rencana
tindakan, dan pelaksanaan. Interpretasi pada data praktik adalah keadaan
ibu merasa cemas, sulit tidur, merasa bersalah dan mudah tersinggung.
Tindakan segera pada praktik adalah terapi yang di berikan amoxillin, CTM,
antasid, paracetamol, dexametason. Rencana tindakan pada praktik adalah
perawatan payudara dan gizi ibu menyusui. Pelaksanaan pada praktik adalah
cara menyusui yang benar, membersihkan putting susu dengan minyak
kelapa, dan terapi yang di berikan amoxillin, CTM, antasid, paracetamol,
dexametason. Langkah – langkah tersebut berbeda dengan teori yang ada.
85
B. Saran
1. Bagi Instituti
a. Pendidikan
Diharapkan studi kasus ini dapat dijadikan acuan untuk
menambah wawasan dan ilmu pengetahuan khususnya tentang ibu nifas
dengan mastitis.
b. Rumah Bersalin
Diharapkan bagi bidan atau petugas tenaga kesehatan lainnya dapat
mempertahankan mutu pelayanan dan penyuluhan tentang asuhan
kebidanan ibu nifas dengan mastitis.
2. Bagi Pasien
a. Perlu pemahaman tentang tanda bahaya mastitis masa nifas.
b. Ibu diharapkan segera memeriksakan diri ke tempat pelayanan
kesehatan setempat jika ibu mengalami tanda dan gejala mastitis.
DAFTAR PUSTAKA
Ainul M, 2012. Asuhan Kebidanan Nifas Ny. S Dengan Mastitis di Rumah Sakit
Umum Daerah Dt. Zainoel Abidin. Karya Tulis Ilmiah. Tidak
dipublikasikan.
Alasiry E. 2012. Buku Indonesia Menyusui.ww.idai.or.id tanggal 20 November
2014.
Ambarwati, E, R.Wulandari, D. 2009. Asuhan Kebidanan (Nifas). Yogyakarta:
MITRA CENDIKIA Press.
Arikunto, S. Prosedur Penelitian. Jakarta: PT.Rineka Cipta
Astuti, H, P. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Ibu I (Kehamilan). Yogyakarta:
Rohima Press.
Bahiyatun.2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta:EGC.
Dinas Kesehatan, 2012, Angka Kematian Ibu Melahirkan
(AKI).menegpp.go.id//kesehata/?3%3 angka-kematian-ibu diunduh tanggal
23 November 2014.
Fitri, J.2012. Asuhan Kebidanan ibu nifas Ny. P dengan mastitis Di Rb Mulia Kasih
boyolali. Karya Tulis Ilmiah. Tidak Dipubklikasi.
Hidayat, A.A. 2007, Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhik Analisa Data. Jakarta:
Salemba Medika.
Hualina, M. 2005. Perawatan Ibu Pasca Melahirkan. Jakarta: Puspa Suara.
Manuaba, Ida Bagus Gede.2007. Kapita Saleka Penatalaksanan Rutin Obstetri
Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC.
Mansjoer, 2005. Kapitaa S Salekta Kedokteran, Edisi 3, Jakarta: Medica Aesculpalus
FKUI.
Monicha I, P. 2013 Asuhan Kebidanan Pada Ibu NIfas Ny. N Dengan Mastitis di
BPS Ririt Indah Wahyuni Bojonegoro. Karya Tulis Ilmiah. Tidak
dipublikasikan.
Mochtar, Rustam. 2013 Sinopsis Obstetri I. Jakarta: EGC.
Menkes RI. 2007. Kepmenkes: 369/SK/III/2007.
Mufdlilah. 2009. Antenatal Care Fokus. Yogyakarta: Nuha Medika.
Notoatmodjo, S. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Nursalam. 2013. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan
Surabaya: Salemba Medika.
Ratna, E. 2008. Asuhan Kebidanan Ibu NIfas, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Riwidikdo, H. 2006, Statistik Kesehatan, Yogyakarta: Mitra Cendikia Press.
Saifuddin, AB. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Saleha, S. 2009. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Jakarta: Salemba.
Sarwono, P. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Sofyan M, 2006. 50 Tahun Bidan Menyongsong Masa Depan. Jakarta: PP IBI.
Suherni, dk. 2009. Perawatan Masa Nifas. Edisi 3. Yogyakarta: Fitra Maya.
Sulistyawati, A. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogykarta:
Andi Offset.
Varney, Hellen, 2007, Varney Midwivery. (Terjemahan) Bandung: Sekeola
Publisher.
Winkjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bida Pustaka.