Asuhan Keperawatan Klien Demam Berdarah Dengue

Embed Size (px)

Citation preview

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DEMAM BERDARAH DENGUE (DBD)by indonesian nurse on May.25, 2008, under askep Diagnosis Keperawatan yang mungkin timbul : 1. Potensial terjadinya syok hipopolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan. 2. Potensial terjadinya injuri/luka perdarahan yang berlebihan sehubungan dengan penurunan pembentukan, fungsi dan peningkatan destruktif platelet. 3. Peningkatan suhu tubuh (Hiperthermi) sehubungan dengan Kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi. 4. Potensial gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari yang dibutuhkan sehubungan dengan : perubahan kemampuan penye-rapan zat maka-nan (Gangguan neoro-muskuler). Kekakuan otot untuk mengunyah atau menelan. Hipermetabolik. Intake yang inadekuat 5. Kurangnya pengetahuan (kebu-tuhan belajar) , kondisi kese-hatan, pengobatan, kurang informasi. 6. Mekanisme koping yang tidak efektif sehubungan dengan cemas. Diagnosis Keperawatan Potensial terjadi syok hipovolemik sehubungan dengan perdarahan yang berlebihan. Hasil yang diharapkan: Tanda vital stabil dalam batas normal. Kesadaran compos mentis Pasien dapat berkomunikasi dengan baik. Hematokrit dalam batas normal : 37 43 % Analisis data Data subyektif : Pasien gelisah , mual, tak nafsu makan, sakit menelan, lemah. Data obyektif : Perdarahan bawah kulit di lengan dan kaki, epistaxis, perdarahan gusi, muntah darah. Laboratorium : Trombositopeni : kurang dari 100.000/m 3 Hematokrit meningkat. Rencana tindakan : Observasi tanda-tanda vital: Tekanan darah, frekuensi dan kedalaman pernafasan, frekuensi dan kedalaman nadi, suhu. Kolaborasi dalam pemberian : Terapi cairan RL atau pengganti plasma Kalau perlu transfusi darah (trombosit) Monitor intake-output Cek Hemoglobin, hematokrit, dan trombosit. Observasi perkembangan bintik-bintik merah di kulit, keluhan lemah, keringat dingin, kulit lembab dan dingin. Ukur dan catat perdarahan yang keluar

Evaluasi : Keseimbangan cairan dan elektrolit terpenuhi.\ Diagnosis Keperawatan Gangguan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh sehubungan dengan intake yang tidak adekuat. Rencana tindakan : 1. Beri makanan sesuai dengan kebutuhan dan kesukaannya. 2. Observasi jumlah makanan yang terkonsumsi\ 3. Beri penjelasan pada pasien tentang nutrisi yang dibutuhkan dan kegunaannya.\ 4. Sajikan menu yang menarik 5. Kolaborasi dengan medis tentang keluhan untuk mendapatkan infus.,obat anti mual, obat penambah nafsu makan. 6. Lakukan cek BB tiap 3 hari Diagnosis Keperawatan Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) s.d kerusakan kontrol suhu sekunder terhadap infeksi Tujuan : Suhu tubuh turun sampai batas normal dalam waktu 4 jam setelah dilakukan tindakan keperawatan Kriteria hasil : 1 Klien mengungkapkan badanynya tidak terasa panas. 2 Suhu tubuh turun 36 37.5 ) 3 Klien tidak gelisah 4 RR 16x/menit, nadi 80-88 x/menit. Rencana tindakan : 1. Beri penjelasan pada klien penyebab panas R/ Dengan penjelasan diharapkan penderita mengerti dan mau berpartisipasi dalam perawatan. 2. Observasi tanda vital tiap 3 jam sekali R/ memantau perkembangan klien untuk tindakan perawatan selanjutnya. 3. Lakukan kompres hangat didaerah permukaan tubuh R/ Mempercepat vasodilatasi sehingga terjadi penguapan , merangsang termostat 4. Berikan minum banyak -+ 2 liter perhari R/ Dapat mengimbangi akibat pengeluaran cairan lewat penguapan 5. Lanjutkan pemberian terapi IV 20 tetes/menit dan antipiretik 3 x 500 mg R/ Mempercepat proses penurunan panas

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DHFA. KONSEP DASAR

1. PengertianDengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (Christantie Efendy,1995 ). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam. DHF sejenis virus yang tergolong arbo virus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty (betina) (Seoparman , 1990). DHF adalah demam khusus yang dibawa oleh aedes aegypty dan beberapa nyamuk lain yang menyebabkan terjadinya demam. Biasanya dengan cepat menyebar secara efidemik. (Sir,Patrick manson,2001). Dengue haemorhagic fever (DHF) adalah suatu penyakit akut yang disebabkan oleh virus yang ditularkan oleh nyamuk aedes aegypty (Seoparman, 1996). Dari beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dengue haemorhagic fever (DHF) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypty yang terdapat pada anak dan orang dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan nyeri sendi yang disertai ruam atau tanpa ruam.

2. Etiologia. Virus dengue sejenis arbovirus. b. Virus dengue tergolong dalam family Flavividae dan dikenal ada 4 serotif, Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke II, sedangkan dengue 3 dan 4

ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953-1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termoragil, sensitif terhadap in aktivitas oleh diatiter dan natrium diaksikolat, stabil pada suhu 70 oC.Keempat serotif tersebut telah di temukan pula di Indonesia dengan serotif ke 3 merupakan serotif yang paling banyak.

3. 4. Tanda dan gejala

a. Demam tinggi selama 5 7 hari b. Mual, muntah, tidak ada nafsu makan, diare, konstipasi. c. Perdarahan terutama perdarahan bawah kulit, ptechie, echymosis, hematoma. d. Epistaksis, hematemisis, melena,

hematuri. e. Nyeri otot, tulang sendi, abdoment, dan ulu hati. f. Sakit kepala. g. Pembengkakan sekitar mata. h. Pembesaran hati, limpa, dan kelenjar getah bening. i. Tanda-tanda renjatan (sianosis, kulit lembab dan dingin, tekanan darah menurun, gelisah, capillary refill lebih dari dua detik, nadi cepat dan lemah).5. Komplikasi

Adapun komplikasi dari penyakit demam berdarah diantaranya : a. Perdarahan luas. b. Shock atau renjatan. c. Effuse pleura d. Penurunan kesadaran.

6. Klasifikasi a. Derajat I :Demam disertai gejala klinis lain atau perdarahan spontan, uji turniket positi, trombositopeni dan hemokonsentrasi.

b. Derajat II :Manifestasi klinik pada derajat I dengan manifestasi perdarahan spontan di bawah kulit seperti peteki, hematoma dan perdarahan dari lain tempat.

c. Derajat III :Manifestasi klinik pada derajat II ditambah dengan ditemukan manifestasi kegagalan system sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah, hipotensi dengan kulit yang lembab, dingin dan penderita gelisah.

d. Derajat IV :Manifestasi klinik pada penderita derajat III ditambah dengan ditemukan manifestasi renjatan yang berat dengan ditandai tensi tak terukur dan nadi tak teraba.

7. Pemeriksaan penunjang a. Darah 1) Trombosit menurun. 2) HB meningkat lebih 20 % 3) HT meningkat lebih 20 %

4) Leukosit menurun pada hari ke 2 dan ke 3 5) Protein darah rendah 6) Ureum PH bisa meningkat 7) NA dan CL rendah b. Serology : HI (hemaglutination inhibition test). 1) Rontgen thorax : Efusi pleura. 2) Uji test tourniket (+) 8. Penatalaksanaan a. Tirah baring b. Pemberian makanan lunak . c. Pemberian cairan melalui infus.Pemberian cairan intra vena (biasanya ringer lactat, nacl) ringer lactate merupakan cairan intra vena yang paling sering digunakan , mengandung Na + 130 mEq/liter , K+ 4 mEq/liter, korekter basa 28 mEq/liter , Cl 109 mEq/liter dan Ca = 3 mEq/liter.

d. Pemberian obat-obatan : antibiotic, antipiretik, e. Anti konvulsi jika terjadi kejang f. Monitor tanda-tanda vital ( T,S,N,RR).

g. Monitor adanya tanda-tanda renjatan h. Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut i. Periksa HB,HT, dan Trombosit setiap hari. 9. Tumbuh kembang pada anak usia 6-12 tahun Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex sekundernya. Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan sosial dan emosi.

a. Motorik kasar1) Loncat tali 2) Badminton 3) Memukul 4) Motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama dan kehalusan.

b. Motorik halus1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan

2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.

c. Kognitif1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi 2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah 3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal 4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang

d. Bahasa1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak 2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung dan kata depan 3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal 4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan

10. Dampak hospitalisasiHospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stress meliputi ; a. Psikososial Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran b. Fisiologis Kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri c. Lingkungan asing Kebiasaan sehari-hari berubah d. Pemberian obat kimia Reaksi anak saat dirawat di Rumah sakit usia sekolah (6-12 tahun) e. Merasa khawatir akan perpisahan dengan sekolah dan teman sebayanya f. Dapat mengekspresikan perasaan dan mampu bertoleransi terhadap rasa nyeri g. Selalu ingin tahu alasan tindakan h. Berusaha independen dan produktif Reaksi orang tua

a. Kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit, prosedur, pengobatan dan dampaknya terhadap masa depan anak b. sakit. Frustasi karena kurang informasi

terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familiernya peraturan Rumah

B. ASUHAN KEPERAWATAN SECARA TEORITIS1. Pengkajian

Pengkajian merupakan tahap awal yang dilakukan perawat untuk mendapatkan data yang dibutuhkan sebelum melakukan asuhan keperawatan . pengkajian pada pasien dengan DHF dapat dilakukan dengan teknik wawancara, pengukuran, dan pemeriksaan fisik. Adapun tahapan-tahapannya meliputi : a. Mengkaji data dasar, kebutuhan biopsiko-sosial-spiritual pasien dari berbagai sumber (pasien, keluarga, rekam medik dan anggota tim kesehatan lainnya). b. Mengidentifikasi sumber-sumber yang potensial dan tersedia untuk memenuhi kebutuhan pasien. c. Kaji riwayat keperawatan. d. Kaji adanya peningkatan suhu tubuh ,tanda-tanda perdarahan, mual, muntah, tidak nafsu makan, nyeri ulu hati, nyeri otot dan sendi, tanda-tanda syok (denyut nadi cepat dan lemah, hipotensi, kulit dingin dan lembab terutama pada ekstrimitas, sianosis, gelisah, penurunan kesadaran).

2. Diagnosa keperawatan .

Penyusunan diagnosa keperawatan dilakukan setelah data didapatkan, kemudian dikelompokkan dan difokuskan sesuai dengan masalah yang timbul sebagai contoh diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada kasus DHF diantaranya : a. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan, muntah dan demam. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi e. Resiko terjadinya perdarahan

berhubungan dengan trombositopenia. f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan3. Intervensi

Perumusan rencana perawatan pada kasus DHF hendaknya mengacu pada masalah diagnosa keperawatan yang dibuat. Perlu diketahui bahwa tindakan yang bisa diberikan menurut tindakan yang bersifat mandiri dan kolaborasi. Untuk itu penulis akan memaparkan prinsip rencana tindakan keperawatan yang sesuai dengan diagnosa keperawatan :

a. Gangguan volume cairan tubuh kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas kapiler, perdarahan , muntah dan demam. Tujuan : Gangguan volume cairan tubuh dapat teratasi Kriteria hasil : Volume cairan tubuh kembali normal Intervensi : 1) Kaji KU dan kondisi pasien 2) Observasi tanda-tanda vital ( S,N,RR ) 3) Observasi tanda-tanda dehidrasi 4) Observasi tetesan infus dan lokasi penusukan jarum infus 5) Balance cairan (input dan out put cairan) 6) Beri pasien dan anjurkan keluarga pasien untuk memberi minum banyak 7) Anjurkan keluarga pasien untuk mengganti pakaian pasien yang basah oleh keringat. b. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue.

Tujuan Hipertermi dapat teratasi Kriteria hasil Suhu tubuh kembali normal Intervensi 1) Observasi tanda-tanda vital terutama suhu tubuh 2) Berikan kompres dingin (air biasa) pada daerah dahi dan ketiak 3) Ganti pakaian yang telah basah oleh keringat 5) Anjurkan keluarga untuk !supportLists]-->4) Anjurkan keluarga untuk

memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti terbuat dari

memberikan minum banyak kurang lebih 1500 2000 cc per hari 6) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi, obat penurun panas. c. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, tidak ada nafsu makan. Tujuan Gangguan pemenuhan nutrisi teratasi

Kriteria hasil Intake nutrisi klien meningkat Intervensi 1) Kaji intake nutrisi klien dan perubahan yang terjadi 2) Timbang berat badan klien tiap hari 3) Berikan klien makan dalam keadaan hangat dan dengan porsi sedikit tapi sering 4) Beri minum air hangat bila klien mengeluh mual 5) Lakukan pemeriksaan fisik Abdomen (auskultasi, perkusi, dan palpasi). 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian Therapi anti emetik. 7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam penentuan diet. d. Kurang pengetahuan keluarga tentang proses penyakit berhubungan dengan kurangnya informasi Tujuan Pengetahuan keluarga tentang proses penyakit meningkat Kriteria hasil Klien mengerti tentang proses penyakit DHF

1) Kaji tingkat pendidikan klien. 2) Kaji tingkat pengetahuan keluarga tentang proses penyakit DHF 3) Jelaskan pada keluarga klien tentang proses penyakit DHF melalui Penkes. 4) beri kesempatan pada keluarga untuk bertanya yang belum dimengerti atau diketahuinya. 5) Libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien e. Resiko terjadinya perdarahan

berhubungan dengan trobositopenia. Tujuan Perdarahan tidak terjadi Kriteria hasil Trombosit dalam batas normal Intervensi 1) Kaji adanya perdarahan 2) Observasi tanda-tanda vital (S.N.RR) 3) Antisipasi terjadinya perlukaan / perdarahan. 4) Anjurkan keluarga klien untuk lebih banyak mengistirahatkan klien

5) Monitor hasil darah, Trombosit 6) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi ,pemberian cairan intra vena. f. Shock hipovolemik berhubungan dengan perdarahan Tujuan Shock hipovolemik dapat teratasi Kriteria hasil Volume cairan tubuh kembali normal, kesadaran compos mentis. Intervensi 1) Observasi tingkat kesadaran klien 2) Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR). 3) Observasi out put dan input cairan (balance cairan) 4) Kaji adanya tanda-tanda dehidrasi 5) kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi cairan.4. Evaluasi. Evaluasi adalah merupakan salah satu alat untuk mengukur suatu perlakuan atau tindakan keperawatan terhadap pasien. Dimana evaluasi ini meliputi evaluasi formatif / evaluasi proses yang dilihat dari setiap selesai melakukan implementasi

yang dibuat setiap hari sedangkan evaluasi sumatif / evaluasi hasil dibuat sesuai dengan tujuan yang dibuat mengacu pada kriteria hasil yang diharapkan. Evaluasi :

a. Suhu tubuh dalam batas normal. b. Intake dan out put kembali normal / seimbang. c. Pemenuhan nutrisi yang adekuat. d. Perdarahan tidak terjadi / teratasi. e. Pengetahuan keluarga bertambah. f. Shock hopovolemik teratasi

Demam Berdarah DengueKategori Info Penyakit pada 27 Jun 2008 Cetak

Apakah demam dengue? Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun. Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam dengue dari tipe virus yang lain.

Demam berdarah dengue atau DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih berat. Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian. Daerah mana saja yang mudah terjangkit demam dengue? Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus. WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue. Bagaimana penularan demam dengue? Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat. Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan penderita demam dengue. Apa saja gejala dan tanda demam dengue? Setelah tergigit nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari sampai gejala demam dengue muncul. Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar. Demam dan gejala lain dari demam dengue akan berlangsung selama 2 hari yang kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang cepat dengan diiringi oleh produksi keringat yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya

suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan kemerahan kecuali pada wajah. Bagaimana penanganan pasien demam dengue? Karena demam dengue disebabkan oleh virus maka tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini termasuk penggunaan antibiotika. Umumnya pengobatan demam dengue hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang terjadi (simptomatis). Istirahat dan asupan cairan yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting pada pasien demam dengue. Penggunaan aspirin dan NSAID harus dihindari. Penggunaan paracetamol terutama untuk mengatasi gejala demam dan sakit kepala yang terjadi. Bagaimana kelanjutan pasien dengue? Demam dengue tidak akan menyebabkan kematian. Pengalaman selama ini, kematian akibat demam dengue kurang dari 1% dari seluruh kasus yang terjadi. Perbaikan kondisi pasien akan berlangsung beberapa minggu. Bagaimana dengan demam berdarah dengue? Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Gejalanya antara lain nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka DBD sering disebut Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya agak sulit untuk dipulihkan. DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan nyeri perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul. Gejala syok dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan kebiruan pada bibir. Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit, muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Pada beberapa kasus dapat terjadi radang paru paru dan radang pada otot jantung atau miokarditis. Pasien dengan DBD harus di monitor dengan ketat terutama pada hari ke empat sejak timbulnya gejala. Bila terjadi kebiruan atau sianosis maka pasien harus diberikan oksigen dan apabila terdapat kegagalan vaskuler maka pasien harus diinfus. Transfusi darah diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. Angka kematian pasien DBD sangat tinggi antara 3 sampai 30%. Sebagian besar kematian terjadi pada anak anak. Bagaimana mencegah demam dengue?

Transmisi virus melalui nyamuk harus dihentikan untuk mencegah timbulnya demam dengue. Untuk melakukan ini maka pasien demam dengue harus dikelilingi oleh kawat nyamuk/kelambu sampai demam mereda. Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana. Sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, sehingga hanya pencegahan terpadulah yang bisa dilakukan

Demam Berdarah DengueKategori Info Penyakit pada 27 Jun 2008 Cetak

Apakah demam dengue? Demam dengue umumnya menyerang orang yang kekebalan tubuhnya sedang menurun. Sebenarnya saat kita terkena infeksi dengue, tubuh akan memproduksi kekebalan terhadap tipe virus dengue tersebut, kekebalan ini akan berlangsung seumur hidup. Sayangnya, demam dengue disebabkan oleh banyak strain atau tipe virus sehingga walaupun kita kebal terhadap salah satu tipe namun kita masih dapat menderita demam dengue dari tipe virus yang lain. Demam berdarah dengue atau DBD merupakan demam dengue dengan derajat yang lebih berat. Perbedaan yang paling utama adalah pada demam dengue tidak ditemukan manifestasi perdarahan pada pasien. Pada kulit pasien dengan demam dengue hanya tampak ruam kemerahan saja sementara pada pasien demam berdarah dengue akan tampak bintik bintik perdarahan. Selain perdarahan pada kulit, penderita demam berdarah dengue juga dapat mengalami perdarahan dari gusi, hidung, usus dan lain lain. Bila tidak ditangani segera, demam berdarah dengue dapat menyebabkan kematian. Daerah mana saja yang mudah terjangkit demam dengue?

Demam dengue banyak terjangkit di daerah tropis dan subtropis. Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita demam dengue tiap tahun. Hal ini mungkin disebabkan oleh karena curah hujan di Asia yang sangat tinggi terutama di Asia timur dan selatan ditambah dengan sanitasi lingkungan yang tidak bagus. WHO memperkirakan lebih dari 500.000 dari 50 juta kasus demam dengue memerlukan perawatan di rumah sakit. Lebih dari 40% penduduk dunia hidup di daerah endemis demam dengue. Bagaimana penularan demam dengue? Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue. Populasi nyamuk ini akan meningkat pesat saat musim hujan namun nyamuk Aedes aegypti juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak bak penampungan air sepanjang tahun. Satu gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue pada orang yang sehat. Penularan demam dengue tidak bisa langsung dari manusia ke manusia tetapi harus melalui perantara nyamuk sehingga kita tidak perlu khawatir kontak langsung dengan penderita demam dengue. Apa saja gejala dan tanda demam dengue? Setelah tergigit nyamuk pembawa virus, masa inkubasi akan berlangsung antara 3 sampai 15 hari sampai gejala demam dengue muncul. Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saat menggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah yang cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang ikut membesar. Demam dan gejala lain dari demam dengue akan berlangsung selama 2 hari yang kemudian diikuti oleh penurunan suhu yang cepat dengan diiringi oleh produksi keringat yang meningkat. Periode penurunan suhu ini biasanya berlangsung sehari, selanjutnya suhu tubuh akan meningkat lagi dengan cepat. Saat ini seluruh tubuh pasien akan kemerahan kecuali pada wajah. Bagaimana penanganan pasien demam dengue? Karena demam dengue disebabkan oleh virus maka tidak ada pengobatan spesifik untuk penyakit ini termasuk penggunaan antibiotika. Umumnya pengobatan demam dengue hanya ditujukan untuk mengatasi gejala yang terjadi (simptomatis). Istirahat dan asupan cairan yang cukup merupakan dua hal yang sangat penting pada pasien demam dengue. Penggunaan aspirin dan NSAID harus dihindari. Penggunaan paracetamol terutama untuk mengatasi gejala demam dan sakit kepala yang terjadi.

Bagaimana kelanjutan pasien dengue? Demam dengue tidak akan menyebabkan kematian. Pengalaman selama ini, kematian akibat demam dengue kurang dari 1% dari seluruh kasus yang terjadi. Perbaikan kondisi pasien akan berlangsung beberapa minggu. Bagaimana dengan demam berdarah dengue? Demam berdarah dengue atau DBD umumnya terjadi pada anak dibawah 10 tahun. Gejalanya antara lain nyeri pada perut, perdarahan, dan syok. Bila terjadi syok maka DBD sering disebut Dengue Syok Syndrome atau DSS. Pasien dengan DSS biasanya agak sulit untuk dipulihkan. DBD dimulai dengan demam tinggi serta sakit kepala yang hebat. Terdapat gejala pada saluran nafas dan saluran pencernaan berupa nyeri menelan, batuk, mual, muntah dan nyeri perut. Syok dapat terjadi setelah 2 sampai 6 hari semenjak gejala DBD timbul. Gejala syok dimulai dengan penurunan suhu tubuh tiba tiba, akral dingin, nadi lemah, dan kebiruan pada bibir. Pada DBD, terdapat perdarahan pada jaringan lunak, bintik perdarahan pada kulit, muntah darah, darah pada kotoran, gusi berdarah dan mimisan. Pada beberapa kasus dapat terjadi radang paru paru dan radang pada otot jantung atau miokarditis. Pasien dengan DBD harus di monitor dengan ketat terutama pada hari ke empat sejak timbulnya gejala. Bila terjadi kebiruan atau sianosis maka pasien harus diberikan oksigen dan apabila terdapat kegagalan vaskuler maka pasien harus diinfus. Transfusi darah diperlukan untuk mengendalikan perdarahan. Angka kematian pasien DBD sangat tinggi antara 3 sampai 30%. Sebagian besar kematian terjadi pada anak anak. Bagaimana mencegah demam dengue? Transmisi virus melalui nyamuk harus dihentikan untuk mencegah timbulnya demam dengue. Untuk melakukan ini maka pasien demam dengue harus dikelilingi oleh kawat nyamuk/kelambu sampai demam mereda. Pencegahan demam dengue membutuhkan pengendalian atau eradikasi dari nyamuk pembawa virus. Lakukan 3 M (Menguras, Menutup dan Menimbun) tempat tempat yang disukai nyamuk untuk berkembang biak. Peranan pemerintah sangat diperlukan sebagai motivator disamping peranan masyarakat sebagai pelaksana. Sampai saat ini belum ada vaksin yang pas untuk demam dengue, sehingga hanya pencegahan terpadulah yang bisa dilakukan

. PENGERTIAN DHF adalah suatu infeksi arbovirus akut yang masuk ke dalam tubuh melalui gigitan nyamuk spesies aides. Penyakit ini sering menyerang anak, remaja, dan dewasa yang ditandai dengan demam, nyeri otot dan sendi. Demam Berdarah Dengue sering disebut pula Dengue Haemoragic Fever ( DHF ). B. PATOFISIOLOGI Setelah virus dengue masuk ke dalam tubuh, pasien akan mengalami keluhan dan gejala karena viremia, seperti demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal seluruh badan, hiperemi ditenggorokan, timbulnya ruam dan kelainan yang mungkin muncul pada system retikuloendotelial seperti pembesaran kelenjar-kelenjar getah bening, hati dan limpa. Ruam pada DHF disebabkan karena kongesti pembuluh darah dibawah kulit. Fenomena patofisiologi utama yang menentukan berat penyakit dan membedakan DF dan DHF ialah meningginya permeabilitas dinding kapiler karena pelepasan zat anafilaktosin, histamin dan serotonin serta aktivasi system kalikreain yang berakibat ekstravasasi cairan intravaskuler. Hal ini berakibat berkurangnya volume plama, terjadinya hipotensi, hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstravaskuler ibuktikan dengan ditemukannya cairan dalam rongga serosa, yaitu dalam rongga peritoneum, pleura dan perikard. Renjatan hipovolemik yang terjadi sebagai akibat kehilangan plasma, bila tidak segera teratasi akan terjadi anoxia jaringan, asidosis metabolic dan kematian. Sebab lain kematian pada DHF adalah perdarahan hebat. Perdarahan umumnya dihubungkan dengan trombositopenia, gangguan fungsi trombosit dan kelainan fungsi trombosit. Fungsi agregasi trombosit menurun mungkin disebabkan proses imunologis terbukti dengan terdapatnya kompleks imun dalam peredaran darah. Kelainan system koagulasi disebabkan diantaranya oleh kerusakan hati yang fungsinya memang tebukti terganggu oleh aktifasi system koagulasi. Masalah terjadi tidaknya DIC pada DHF/ DSS, terutama pada pasien dengan perdarahan hebat. C. KLASIFIKASI DHF WHO, 1986 mengklasifikasikan DHF menurut derajat penyakitnya menjadi 4 golongan, yaitu : Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan. Panas 2-7 hari, Uji tourniquet positif, trombositipenia, dan hemokonsentrasi. Derajat II Sama dengan derajat I, ditambah dengan gejala-gejala perdarahan spontan seperti petekie, ekimosis, hematemesis, melena, perdarahan gusi. Derajat III Ditandai oleh gejala kegagalan peredaran darah seperti nadi lemah dan cepat ( >120x/mnt ) tekanan nadi sempit ( ? 120 mmHg ), tekanan darah menurun, ( 120/80 ? 120/100 ? 120/110 ? 90/70 ? 80/70 ? 80/0 ? 0/0 ) Derajat IV Nadi tidak teaba, tekanan darah tidak teatur ( denyut jantung ? 140x/mnt ) anggota gerak teraba dingin, berkeringat dan kulit tampak biru.

D. TANDA DAN GEJALA Selain tanda dan gejala yang ditampilkan berdasarkan derajat penyakitnya, tanda dangejala lain adalah : - Hati membesar, nyeri spontan yang diperkuat dengan reaksi perabaan. - Asites - Cairan dalam rongga pleura ( kanan ) - Ensephalopati : kejang, gelisah, sopor koma. E. PEMERIKSAAN DAN DIGNOSIS - Trombositopeni ( ? 100.000/mm3) - Hb dan PCV meningkat ( ? 20% ) - Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis ) - Isolasi virus - Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder - Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali ( setiap jam atau 4-6 jam apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan ), Faal hemostasis, FDP, EKG, Foto dada, BUN, creatinin serum. F. ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian 1.1 Identitas DHF merupakan penyakit daerah tropis yang sering menyebabkan kematian anak, remaja dan dewasa ( Effendy, 1995 ) 1.2 Keluhan Utama Pasien mengeluh panas, sakit kepala, lemah, nyeri ulu hati, mual dan nafsu makan menurun. 1.3 Riwayat penyakit sekarang Riwayat kesehatan menunjukkan adanya sakit kepala, nyeri otot, pegal seluruh tubuh, sakit pada waktu menelan, lemah, panas, mual, dan nafsu makan menurun. 1.4 Riwayat penyakit terdahulu Tidak ada penyakit yang diderita secara specific. 1.5 Riwayat penyakit keluarga Riwayat adanya penyakit DHF pada anggota keluarga yang lain sangat menentukan, karena penyakit DHF adalah penyakit yang bisa ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegipty. 1.6 Riwayat Kesehatan Lingkungan Biasanya lingkungan kurang bersih, banyak genangan air bersih seperti kaleng bekas, ban bekas, tempat air minum burung yang jarang diganti airnya, bak mandi jarang dibersihkan. 1.7 Riwayat Tumbuh Kembang 1.8 Pengkajian Per Sistem 1.8.1 Sistem Pernapasan Sesak, perdarahan melalui hidung, pernapasan dangkal, epistaksis, pergerakan dada simetris, perkusi sonor, pada auskultasi terdengar ronchi, krakles. 1.8.2 Sistem Persyarafan Pada grade III pasien gelisah dan terjadi penurunan kesadaran serta pada grade IV dapat

trjadi DSS 1.8.3 Sistem Cardiovaskuler Pada grde I dapat terjadi hemokonsentrasi, uji tourniquet positif, trombositipeni, pada grade III dapat terjadi kegagalan sirkulasi, nadi cepat, lemah, hipotensi, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari-jari, pada grade IV nadi tidak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. 1.8.4 Sistem Pencernaan Selaput mukosa kering, kesulitan menelan, nyeri tekan pada epigastrik, pembesarn limpa, pembesaran hati, abdomen teregang, penurunan nafsu makan, mual, muntah, nyeri saat menelan, dapat hematemesis, melena. 1.8.5 Sistem perkemihan Produksi urine menurun, kadang kurang dari 30 cc/jam, akan mengungkapkan nyeri sat kencing, kencing berwarna merah. 1.8.6 Sistem Integumen. Terjadi peningkatan suhu tubuh, kulit kering, pada grade I terdapat positif pada uji tourniquet, terjadi pethike, pada grade III dapat terjadi perdarahan spontan pada kulit. 2. Diagnosa Keperawatan 2.1 Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi virus dengue 2.2 Resiko defisit cairan berhubungan dengan pindahnya ciran intravaskuler ke ekstravaskuler 2.3 Resiko syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler 2.4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekwat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. 2.5 Resiko terjadi perdarahn berhubungan dnegan penurunan factor-fakto pembekuan darah ( trombositopeni ) 2.6 Kecemasan berhubungan dengan kondisi klien yang memburuk dan perdaahan 2.7 Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangya informasi. 3. Rencana Asuhan Keperawatan. DP : Hipertermie berhubungan dengan proses infeksi virus dengue Tujuan : Suhu tubuh normal Kriteria hasil : Suhu tubuh antara 36 37 Nyeri otot hilang Intervensi : a. Beri komres air kran Rasional : Kompres dingin akan terjadi pemindahan panas secara konduksi b. Berika / anjurkan pasien untuk banyak minum 1500-2000 cc/hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang akibat evaporasi. c. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang tipis dan mudah menyerap keringat Rasional : Memberikan rasa nyaman dan pakaian yang tipis mudah menyerap keringat dan tidak merangsang peningkatan suhu tubuh. d. Observasi intake dan output, tanda vital ( suhu, nadi, tekanan darah ) tiap 3 jam sekali atau lebih sering.

Rasional : Mendeteksi dini kekurangan cairan serta mengetahui keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh. Tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. e. Kolaborasi : pemberian cairan intravena dan pemberian obat sesuai program. Rasional : Pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tubuh yang tinggi. Obat khususnyauntuk menurunkan suhu tubuh pasien. DP 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi devisit voume cairan Kriteria : Input dan output seimbang Vital sign dalam batas normal Tidak ada tanda presyok Akral hangat Capilarry refill < 3 detik Intervensi : a. Awasi vital sign tiap 3 jam/lebih sering Rasional : Vital sign membantu mengidentifikasi fluktuasi cairan intravaskuler b. Observasi capillary Refill Rasional : Indikasi keadekuatan sirkulasi perifer c. Observasi intake dan output. Catat warna urine / konsentrasi, BJ Rasional : Penurunan haluaran urine pekat dengan peningkatan BJ diduga dehidrasi. d. Anjurkan untuk minum 1500-2000 ml /hari ( sesuai toleransi ) Rasional : Untuk memenuhi kabutuhan cairan tubuh peroral e. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Dapat meningkatkan jumlah cairan tubuh, untuk mencegah terjadinya hipovolemic syok. DP. 3 Resiko Syok hypovolemik berhubungan dengan perdarahan yang berlebihan, pindahnya cairan intravaskuler ke ekstravaskuler. Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik Kriteria : Tanda Vital dalam batas normal Intervensi : a. Monitor keadaan umum pasien Raional ; Untuk memonitor kondisi pasien selama perawatan terutama saat terdi perdarahan. Perawat segera mengetahui tanda-tanda presyok / syok b. Observasi vital sign setiap 3 jam atau lebih Rasional : Perawat perlu terus mengobaservasi vital sign untuk memastikan tidak terjadi presyok / syok c. Jelaskan pada pasien dan keluarga tanda perdarahan, dan segera laporkan jika terjadi perdarahan Rasional : Dengan melibatkan psien dan keluarga maka tanda-tanda perdarahan dapat segera diketahui dan tindakan yang cepat dan tepat dapat segera diberikan. d. Kolaborasi : Pemberian cairan intravena Rasional : Cairan intravena diperlukan untuk mengatasi kehilangan cairan tubuh secara hebat.

e. Kolaborasi : pemeriksaan : HB, PCV, trombo Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien dan untuk acuan melakukan tindakan lebih lanjut. DP. 4 Resiko gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat akibat mual dan nafsu makan yang menurun. Tujuan : Tidak terjadi gangguan kebutuhan nutrisi Kriteria : Tidak ada tanda-tanda malnutrisi Menunjukkan berat badan yang seimbang. Intervensi : a. Kaji riwayat nutrisi, termasuk makanan yang disukai Rasional : Mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi b. Observasi dan catat masukan makanan pasien Rasional : Mengawasi masukan kalori/kualitas kekurangan konsumsi makanan c. Timbang BB tiap hari (bila memungkinkan ) Rasional : Mengawasi penurunan BB / mengawasi efektifitas intervensi. d. Berikan makanan sedikit namun sering dan atau makan diantara waktu makan Rasional : Makanan sedikit dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan masukan juga mencegah distensi gaster. e. Berikan dan Bantu oral hygiene. Rasional : Meningkatkan nafsu makan dan masukan peroral f. Hindari makanan yang merangsang dan mengandung gas. Rasional : Menurunkan distensi dan iritasi gaster. DP. 5. Resiko terjadi perdarahan berhubungan dengan penurunan factor-faktor pembekuan darah ( trombositopeni ) Tujuan : Tidak terjadi perdarahan Kriteria : TD 100/60 mmHg, N: 80-100x/menit reguler, pulsasi kuat Tidak ada tanda perdarahan lebih lanjut, trombosit meningkat Intervensi : a. Monitor tanda-tanda penurunan trombosit yang disertai tanda klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda adanya kebocoran pembuluh darah yang pada tahap tertentu dapat menimbulkan tanda-tanda klinis seperti epistaksis, ptike. b. Monitor trombosit setiap hari Rasional : Dengan trombosit yang dipantau setiap hari, dapat diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang dialami pasien. c. Anjurkan pasien untuk banyak istirahat ( bedrest ) Rasional : Aktifitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan. d. Berikan penjelasan kepada klien dan keluarga untuk melaporkan jika ada tanda perdarahan spt : hematemesis, melena, epistaksis. Rasional : Keterlibatan pasien dan keluarga dapat membantu untuk penaganan dini bila terjadi perdarahan. e. Antisipasi adanya perdarahan : gunakan sikat gigi yang lunak, pelihara kebersihan

mulut, berikan tekanan 5-10 menit setiap selesai ambil darah. Rasional : Mencegah terjadinya perdarahan lebih lanjut.

ASKEP DHFPosted on Maret 27, 2008 by harnawatiaj 1.Pengertian DHF (Dengue Haemoragic fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus dan masuk ke dalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti (betina). (Christantie Effendy, 1995). 2.Etiologi Virus dengue tergolong dalam famili/suku/grup flaviviridae dan dikenal ada 4 serotipe. Dengue 1 dan 2 ditemukan di Irian ketika berlangsungnya perang dunia ke-III, sedangkan dengue 3 dan 4 ditemukan pada saat wabah di Filipina tahun 1953 1954. Virus dengue berbentuk batang, bersifat termolabil, sensitif terhadap inaktivasi oleh dietileter dan natrium dioksikolat, stabil pada suhu 700 C. Dengue merupakan serotipe yang paling banyak beredar. 3.Patofisiologi Fenomena patologis yang utama pada penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang mengakibatkan terjadinya perembesan plasma ke ruang ekstra seluler. Hal pertama yang terjadi stelah virus masuk ke dalam tubuh adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hyperemia tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran hati (Hepatomegali) dan pembesaran limpa (Splenomegali). Peningkatan permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi, hemokonsentrasi, dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (syok). Hemokonsentrasi (peningkatan hematokrit > 20 %) menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan ditemukannya cairan yang tertimbun dalam rongga serosa yaitu rongga peritoneum, pleura, dan pericard yang pada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui infus. Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung, sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.

Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik. Gangguan hemostasis pada DHF menyangkut 3 faktor yaitu : perubahan vaskuler, trombositopenia dan gangguan koagulasi. Pada otopsi penderita DHF, ditemukan tanda-tanda perdarahan hampir di seluruh tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. 4.Gambaran Klinis Gambaran klinis yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF dengan masa inkubasi anatara 13 15 hari, tetapi rata-rata 5 8 hari. Gejala klinik timbul secara mendadak berupa suhu tinggi, nyeri pada otot dan tulang, mual, kadang-kadang muntah dan batuk ringan. Sakit kepala dapat menyeluruh atau berpusat pada daerah supra orbital dan retroorbital. Nyeri di bagian otot terutama dirasakan bila otot perut ditekan. Sekitar mata mungkin ditemukan pembengkakan, lakrimasi, fotofobia, otot-otot sekitar mata terasa pegal. Eksantem yang klasik ditemukan dalam 2 fase, mula-mula pada awal demam (6 12 jam sebelum suhu naik pertama kali), terlihat jelas di muka dan dada yang berlangsung selama beberapa jam dan biasanya tidak diperhatikan oleh pasien. Ruam berikutnya mulai antara hari 3 6, mula mula berbentuk makula besar yang kemudian bersatu mencuat kembali, serta kemudian timbul bercak-bercak petekia. Pada dasarnya hal ini terlihat pada lengan dan kaki, kemudian menjalar ke seluruh tubuh. Pada saat suhu turun ke normal, ruam ini berkurang dan cepat menghilang, bekasbekasnya kadang terasa gatal. Nadi pasien mula-mula cepat dan menjadi normal atau lebih lambat pada hari ke-4 dan ke-5. Bradikardi dapat menetap untuk beberapa hari dalam masa penyembuhan. Gejala perdarahan mulai pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekia, purpura, ekimosis, hematemesis, epistaksis. Juga kadang terjadi syok yang biasanya dijumpai pada saat demam telah menurun antara hari ke-3 dan ke-7 dengan tanda : anak menjadi makin lemah, ujung jari, telinga, hidung teraba dingin dan lembab, denyut nadi terasa cepat, kecil dan tekanan darah menurun dengan tekanan sistolik 80 mmHg atau kurang. 5.Diagnosis Patokan WHO (1986) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut : a. Demam akut, yang tetap tinggi selama 2 7 hari kemudian turun secara lisis demam disertai gejala tidak spesifik, seperti anoreksia, lemah, nyeri. b. Manifestasi perdarahan : 1)Uji tourniquet positif 2)Petekia, purpura, ekimosis 3)Epistaksis, perdarahan gusi 4)Hematemesis, melena. c. Pembesaran hati yang nyeri tekan, tanpa ikterus. d. Dengan atau tanpa renjatan. Renjatan biasanya terjadi pada saat demam turun (hari ke-3 dan hari ke-7 sakit ).

Renjatan yang terjadi pada saat demam biasanya mempunyai prognosis buruk. e. Kenaikan nilai Hematokrit / Hemokonsentrasi 6.Klasifikasi DHF diklasifikasikan berdasarkan derajat beratnya penyakit, secara klinis dibagi menjadi 4 derajat (Menurut WHO, 1986) : a.Derajat I Demam disertai gejala klinis lain, tanpa perdarahan spontan, , trombositopenia dan hemokonsentrasi.uji tourniquet b.Derajat II Derajat I dan disertai pula perdarahan spontan pada kulit atau tempat lain. c.Derajat III Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan daerah rendah (hipotensi), gelisah, cyanosis sekitar mulut, hidung dan jari (tanda-tanda dini renjatan). d.Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tak dapat diukur. 7.Pemeriksaan Diagnostik Laboratorium Terjadi trombositopenia (100.000/ml atau kurang) dan hemokonsentrasi yang dapat dilihat dan meningginya nilai hematokrit sebanyak 20 % atau lebih dibandingkan nila hematokrit pada masa konvalesen. Pada pasien dengan 2 atau 3 patokan klinis disertai adanya trombositopenia dan hemokonsentrasi tersebut sudah cukup untuk klinis membuat diagnosis DHF dengan tepat. Juga dijumpai leukopenia yang akan terlihat pada hari ke-2 atau ke-3 dan titik terendah pada saat peningkatan suhu kedua kalinya leukopenia timbul karena berkurangnya limfosit pada saat peningkatan suhu pertama kali. 8.Diagnosa Banding Gambaran klinis DHF seringkali mirip dengan beberapa penyakit lain seperti : a.Demam chiku nguya. Dimana serangan demam lebih mendadak dan lebih pendek tapi suhu di atas 400C disertai ruam dan infeksi konjungtiva ada rasa nyeri sendi dan otot. b.Demam tyfoid Biasanya timbul tanda klinis khas seperti pola demam, bradikardi relatif, adanya leukopenia, limfositosis relatif. c.Anemia aplastik Penderita tampak anemis, timbul juga perdarahan pada stadium lanjut, demam timbul karena infeksi sekunder, pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia. d.Purpura trombositopenia idiopati (ITP) Purpura umumnya terlihat lebih menyeluruh, demam lebih cepat menghilang, tidak terjadi hemokonsentrasi.

9.Penatalaksanaan Penatalaksanaan penderita dengan DHF adalah sebagai berikut : a.Tirah baring atau istirahat baring. b.Diet makan lunak. c.Minum banyak (2 2,5 liter/24 jam) dapat berupa : susu, teh manis, sirup dan beri penderita sedikit oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi penderita DHF. d.Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faali) merupakan cairan yang paling sering digunakan. e.Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernafasan) jika kondisi pasien memburuk, observasi ketat tiap jam. f.Periksa Hb, Ht dan trombosit setiap hari. g.Pemberian obat antipiretik sebaiknya dari golongan asetaminopen. h.Monitor tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. i.Pemberian antibiotik bila terdapat kekuatiran infeksi sekunder. j.Monitor tanda-tanda dan renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda vital, hasil pemeriksaan laboratorium yang memburuk. k.Bila timbul kejang dapat diberikan Diazepam. Pada kasus dengan renjatan pasien dirawat di perawatan intensif dan segera dipasang infus sebagai pengganti cairan yang hilang dan bila tidak tampak perbaikan diberikan plasma atau plasma ekspander atau dekstran sebanyak 20 30 ml/kg BB. Pemberian cairan intravena baik plasma maupun elektrolit dipertahankan 12 48 jam setelah renjatan teratasi. Apabila renjatan telah teratasi nadi sudah teraba jelas, amplitudo nadi cukup besar, tekanan sistolik 20 mmHg, kecepatan plasma biasanya dikurangi menjadi 10 ml/kg BB/jam. Transfusi darah diberikan pada pasien dengan perdarahan gastrointestinal yang hebat. Indikasi pemberian transfusi pada penderita DHF yaitu jika ada perdarahan yang jelas secara klinis dan abdomen yang makin tegang dengan penurunan Hb yang mencolok. Pada DBD tanpa renjatan hanya diberi banyak minum yaitu 1-2 liter dalam 24 jam. Cara pemberian sedikit demi sedikit dengan melibatkan orang tua. Infus diberikan pada pasien DBD tanpa renjatan apabila : a.Pasien terus menerus muntah, tidak dapat diberikan minum sehingga mengancam terjadinya dehidrasi. b.Hematokrit yang cenderung mengikat. 10.Pencegahan Prinsip yang tepat dalam pencegahan DHF ialah sebagai berikut : a.Memanfaatkan perubahan keadaan nyamuk akibat pengaruh alamiah dengan melaksanakan pemberantasan vektor pada saat sedikit terdapatnya kasus DHF. b.Memutuskan lingkaran penularan dengan menahan kepadatan vektor pada tingkat sangat rendah untuk memberikan kesempatan penderita viremia sembuh secara spontan. c.Mengusahakan pemberantasan vektor di pusat daerah penyebaran yaitu di sekolah, rumah sakit termasuk pula daerah penyangga sekitarnya. d.Mengusahakan pemberantasan vektor di semua daerah berpotensi penularan tinggi.

Ada 2 macam pemberantasan vektor antara lain : a.Menggunakan insektisida. Yang lazim digunakan dalam program pemberantasan demam berdarah dengue adalah malathion untuk membunuh nyamuk dewasa dan temephos (abate) untuk membunuh jentik (larvasida). Cara penggunaan malathion ialah dengan pengasapan atau pengabutan. Cara penggunaan temephos (abate) ialah dengan pasir abate ke dalam sarang-sarang nyamuk aedes yaitu bejana tempat penampungan air bersih, dosis yang digunakan ialah 1 ppm atau 1 gram abate SG 1 % per 10 liter air. b.Tanpa insektisida Caranya adalah : 1)Menguras bak mandi, tempayan dan tempat penampungan air minimal 1 x seminggu (perkembangan telur nyamuk lamanya 7 10 hari). 2)Menutup tempat penampungan air rapat-rapat. 3)Membersihkan halaman rumah dari kaleng bekas, botol pecah dan benda lain yang memungkinkan nyamuk bersarang. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Dalam asuhan keperawatan digunakan pendekatan proses keperawatan sebagai cara untuk mengatasi masalah klien. Proses keperawatan terdiri dari 5 tahap yaitu : pengkajian keperawatan, identifikasi, analisa masalah (diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi). 1.Pengkajian Keperawatan Dalam memberikan asuhan keperawatan, pengkajian merupakan dasar utama dan hal penting dilakukan oleh perawat. Hasil pengkajian yang dilakukan perawat terkumpul dalam bentuk data. Adapun metode atau cara pengumpulan data yang dilakukan dalam pengkajian : wawancara, pemeriksaan (fisik, laboratorium, rontgen), observasi, konsultasi. a.Data subyektif Adalah data yang dikumpulkan berdasarkan keluhan pasien atau keluarga pada pasien DHF, data obyektif yang sering ditemukan menurut Christianti Effendy, 1995 yaitu : 1.)Lemah. 2.)Panas atau demam. 3.)Sakit kepala. 4.)Anoreksia, mual, haus, sakit saat menelan. 5.)Nyeri ulu hati. 6.)Nyeri pada otot dan sendi. 7.)Pegal-pegal pada seluruh tubuh. 8.)Konstipasi (sembelit). b.Data obyektif : Adalah data yang diperoleh berdasarkan pengamatan perawat atas kondisi pasien. Data obyektif yang sering dijumpai pada penderita DHF antara lain : 1)Suhu tubuh tinggi, menggigil, wajah tampak kemerahan. 2)Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor. 3)Tampak bintik merah pada kulit (petekia), uji torniquet (+), epistaksis, ekimosis, hematoma, hematemesis, melena.

4)Hiperemia pada tenggorokan. 5)Nyeri tekan pada epigastrik. 6)Pada palpasi teraba adanya pembesaran hati dan limpa. 7)Pada renjatan (derajat IV) nadi cepat dan lemah, hipotensi, ekstremitas dingin, gelisah, sianosis perifer, nafas dangkal. Pemeriksaan laboratorium pada DHF akan dijumpai : 1)Ig G dengue positif. 2)Trombositopenia. 3)Hemoglobin meningkat > 20 %. 4)Hemokonsentrasi (hematokrit meningkat). 5)Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan hipoproteinemia, hiponatremia, hipokloremia. Pada hari ke- 2 dan ke- 3 terjadi leukopenia, netropenia, aneosinofilia, peningkatan limfosit, monosit, dan basofil 1)SGOT/SGPT mungkin meningkat. 2)Ureum dan pH darah mungkin meningkat. 3)Waktu perdarahan memanjang. 4)Asidosis metabolik. 5)Pada pemeriksaan urine dijumpai albuminuria ringan. 2.Diagnosa Keperawatan Beberapa diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien DHF menurut Christiante Effendy, 1995 yaitu : a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma. e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. f.Resiko terjadi syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh. g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (pemasangan infus). h.Resiko terjadi perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien. 3.Perencanaan Keperawatan a.Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses penyakit (viremia). Tujuan : Suhu tubuh normal (36 370C). Pasien bebas dari demam. Intervensi : 5)Kaji saat timbulnya demam. Rasional : untuk mengidentifikasi pola demam pasien. 6)Observasi tanda vital (suhu, nadi, tensi, pernafasan) setiap 3 jam. Rasional : tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien. 2,5 7)Anjurkan pasien untuk banyak minum liter/24 jam.

Rasional : Peningkatan suhu tubuh mengakibatkan penguapan tubuh meningkat sehingga perlu diimbangi dengan asupan cairan yang banyak. 8)Berikan kompres hangat. Rasional : Dengan vasodilatasi dapat meningkatkan penguapan yang mempercepat penurunan suhu tubuh. 9)Anjurkan untuk tidak memakai selimut dan pakaian yang tebal. Rasional : pakaian tipis membantu mengurangi penguapan tubuh. 10)Berikan terapi cairan intravena dan obat-obatan sesuai program dokter. Rasional : pemberian cairan sangat penting bagi pasien dengan suhu tinggi. b.Nyeri berhubungan dengan proses patologis penyakit. Tujuan : Rasa nyaman pasien terpenuhi. Nyeri berkurang atau hilang. Intervensi : 1)Kaji tingkat nyeri yang dialami pasien Rasional : untuk mengetahui berapa berat nyeri yang dialami pasien. 2)Berikan posisi yang nyaman, usahakan situasi ruangan yang tenang. Rasional : Untuk mengurangi rasa nyeri 3)Alihkan perhatian pasien dari rasa nyeri. Rasional : Dengan melakukan aktivitas lain pasien dapat melupakan perhatiannya terhadap nyeri yang dialami. 4)Berikan obat-obat analgetik Rasional : Analgetik dapat menekan atau mengurangi nyeri pasien. c.Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi, kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia. Tujuan : Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan posisi yang diberikan /dibutuhkan. Intervensi : 1)Kaji keluhan mual, sakit menelan, dan muntah yang dialami pasien. Rasional : Untuk menetapkan cara mengatasinya. 2)Kaji cara / bagaimana makanan dihidangkan. Rasional : Cara menghidangkan makanan dapat mempengaruhi nafsu makan pasien. 3)Berikan makanan yang mudah ditelan seperti bubur. Rasional : Membantu mengurangi kelelahan pasien dan meningkatkan asupan makanan . 4)Berikan makanan dalam porsi kecil dan frekuensi sering. Rasional : Untuk menghindari mual. 5)Catat jumlah / porsi makanan yang dihabiskan oleh pasien setiap hari. Rasional : Untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan nutrisi. 6)Berikan obat-obatan antiemetik sesuai program dokter. Rasional : Antiemetik membantu pasien mengurangi rasa mual dan muntah dan diharapkan intake nutrisi pasien meningkat. 7)Ukur berat badan pasien setiap minggu. Rasional : Untuk mengetahui status gizi pasien d.Kurangnya volume cairan tubuh berhubungan dengan peningkatan permeabilitas dinding plasma.

Tujuan : Volume cairan terpenuhi. Intervensi : 1)Kaji keadaan umum pasien (lemah, pucat, takikardi) serta tanda-tanda vital. Rasional : Menetapkan data dasar pasien untuk mengetahui penyimpangan dari keadaan normalnya. 2)Observasi tanda-tanda syock. Rasional : Agar dapat segera dilakukan tindakan untuk menangani syok. 3)Berikan cairan intravena sesuai program dokter Rasional : Pemberian cairan IV sangat penting bagi pasien yang mengalami kekurangan cairan tubuh karena cairan tubuh karena cairan langsung masuk ke dalam pembuluh darah. 4)Anjurkan pasien untuk banyak minum. Rasional : Asupan cairan sangat diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh. 5)Catat intake dan output. Rasional : Untuk mengetahui keseimbangan cairan. e.Gangguan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan kondisi tubuh yang lemah. Tujuan : Pasien mampu mandiri setelah bebas demam. Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi Intervensi : 1)Kaji keluhan pasien. Rasional : Untuk mengidentifikasi masalah-masalah pasien. 2)Kaji hal-hal yang mampu atau yang tidak mampu dilakukan oleh pasien. Rasional : Untuk mengetahui tingkat ketergantungan pasien dalam memenuhi kebutuhannya. 3)Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan aktivitasnya sehari-hari sesuai tingkat keterbatasan pasien. Rasional : Pemberian bantuan sangat diperlukan oleh pasien pada saat kondisinya lemah dan perawat mempunyai tanggung jawab dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari pasien tanpa mengalami ketergantungan pada perawat. 4)Letakkan barang-barang di tempat yang mudah terjangkau oleh pasien. Rasional : Akan membantu pasien untuk memenuhi kebutuhannya sendiri tanpa bantuan orang lain. f.Resiko terjadinya syok hypovolemik berhubungan dengan kurangnya volume cairan tubuh Tujuan : Tidak terjadi syok hipovolemik. Tanda-tanda vital dalam batas normal. Keadaan umum baik. Intervensi : 1)Monitor keadaan umum pasien Rasional : memantau kondisi pasien selama masa perawatan terutama pada saat terjadi perdarahan sehingga segera diketahui tanda syok dan dapat segera ditangani. 2)Observasi tanda-tanda vital tiap 2 sampai 3 jam. Rasional : tanda vital normal menandakan keadaan umum baik.

3)Monitor tanda perdarahan. Rasional : Perdarahan cepat diketahui dan dapat diatasi sehingga pasien tidak sampai syok hipovolemik. 4)Chek haemoglobin, hematokrit, trombosit Rasional : Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami pasien sebagai acuan melakukan tindakan lebih lanjut. 5)Berikan transfusi sesuai program dokter. Rasional : Untuk menggantikan volume darah serta komponen darah yang hilang. 6)Lapor dokter bila tampak syok hipovolemik. Rasional : Untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut sesegera mungkin. g.Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasif (infus). Tujuan : Tidak terjadi infeksi pada pasien. Intervensi : 1)Lakukan teknik aseptik saat melakukan tindakan pemasangan infus. Rasional : Tindakan aseptik merupakan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadi infeksi. 2)Observasi tanda-tanda vital. Rasional : Menetapkan data dasar pasien, terjadi peradangan dapat diketahui dari penyimpangan nilai tanda vital. 3)Observasi daerah pemasangan infus. Rasional : Mengetahui tanda infeksi pada pemasangan infus. 4)Segera cabut infus bila tampak adanya pembengkakan atau plebitis. Rasional : Untuk menghindari kondisi yang lebih buruk atau penyulit lebih lanjut. h.Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia. Tujuan : Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan lebih lanjut. Jumlah trombosit meningkat. Intervensi : 1)Monitor tanda penurunan trombosit yang disertai gejala klinis. Rasional : Penurunan trombosit merupakan tanda kebocoran pembuluh darah. 2)Anjurkan pasien untuk banyak istirahat Rasional : Aktivitas pasien yang tidak terkontrol dapat menyebabkan perdarahan. 3)Beri penjelasan untuk segera melapor bila ada tanda perdarahan lebih lanjut. Rasional : Membantu pasien mendapatkan penanganan sedini mungkin. 4)Jelaskan obat yang diberikan dan manfaatnya. Rasional : Memotivasi pasien untuk mau minum obat sesuai dosis yang diberikan. i.Kecemasan berhubungan dengan kondisi pasien yang memburuk dan perdarahan yang dialami pasien. Tujuan : Kecemasan berkurang. Intervensi : 1)Kaji rasa cemas yang dialami pasien. Rasional : Menetapkan tingkat kecemasan yang dialami pasien. 2)Jalin hubungan saling percaya dengan pasien. Rasional : Pasien bersifat terbuka dengan perawat. 3)Tunjukkan sifat empati Rasional : Sikap empati akan membuat pasien merasa diperhatikan dengan baik.

4)Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan perasaannya Rasional : Meringankan beban pikiran pasien. 5)Gunakan komunikasi terapeutik Rasional : Agar segala sesuatu yang disampaikan diajarkan pada pasien memberikan hasil yang efektif. 4.Implementasi Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien anak dengan DHF disesuaikan dengan intervensi yang telah direncanakan. 5.Evaluasi Keperawatan. Hasil asuhan keperawatan pada klien anak dengan DHF sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Evaluasi ini didasarkan pada hasil yang diharapkan atau perubahan yang terjadi pada pasien. Adapun sasaran evaluasi pada pasien demam berdarah dengue sebagai berikut : a.Suhu tubuh pasien normal (36- 370C), pasien bebas dari demam. b.Pasien akan mengungkapkan rasa nyeri berkurang. c.Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, pasien mampu menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan. d.Keseimbangan cairan akan tetap terjaga dan kebutuhan cairan pada pasien terpenuhi. e.Aktivitas sehari-hari pasien dapat terpenuhi. f.Pasien akan mempertahankan sehingga tidak terjadi syok hypovolemik dengan tanda vital dalam batas normal. g.Infeksi tidak terjadi. h.Tidak terjadi perdarahan lebih lanjut. i.Kecemasan pasien akan berkurang dan mendengarkan penjelasan dari perawat tentang proses penyakitnya. Sumber: 1.Sunaryo, Soemarno, (1998), Demam Berdarah Pada Anak, UI ; Jakarta. 2.Effendy, Christantie, (1995), Perawatan Pasien DHF, EGC ; Jakarta. 3.Hendarwanto, (1996), Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, FKUI ; Jakarta. 4.Doenges, Marilynn E, dkk, (2000), Penerapan Proses Keperawatan dan Diagnosa Keperawatan, EGC ; Jakarta.

Nyamuk Penyebab Demam Berdarah Mampu Hidup Di Air KotorMaret 19, 2008 & KomentarNyamuk jenis Aedes aegypti dan Aedes albopictus, yang selama ini diketahui sebagai vektor atau penyebar virus demam berdarah (DBD), mungkin lebih kuat dari perkiraan selama ini. Penelitian menunjukkan nyamuk tersebut dapat terbang lebih jauh, aktif sampai malam, dan juga hidup di air kotor.

Kami sudah melakukan penelitian, Aedes aegypti bisa hidup di air kotor, tidak hanya air bersih seperti yang selama ini kita percayai, ujar Dr. Upik Kesumawati Hadi, Kepala Bagian Parasitologi dan Entomologi Kesehatan Fakultas Kedokteran Institut Pertanian Bogor, saat seminar serangga di Cibinong Science Center, Bogor, Rabu (18/3). Temuan ini perlu ditindaklanjuti agar masyarakat lebih waspada. Pada penelitian tahun 2006, timnya meniru genangan air kotor di laboratorium menggunakan campuran kotoran ayam, kapirit, dan air sabun sehingga tingkat konsentratnya menyerupai polutan air di alam. Telur jentik-jentik nyamuk yang diletakkan ke dalma genangan tersebut ternyata dapat menetas menjadi larva nyamuk hingga dewasa. Meski sudah terbukti di laboratorium, ia belum pernah menemukan kasus tersebut di alam. Aedes aegypti selama ini dikenal sebagai makhluk diurnal atau aktif di siang hari, namun dalam penelitian nyamuk tersebut masih ditemukan menggigit manusia hingga pukul 21.00. Puncak keaktifan nyamuk penyebar virus DBD itu terjadi antara pukul 08.0009.00 pagi dan 16.00-17.00. Nyamuk tersebut juga memiliki daya jelajah yang lebih jauh. Jarak terbang di literatur antara 50-100 meter, namun penelitian di Singapura menunjukkan hingga 320 meter, ujarnya. Ia tidak menampik bahwa perubahan ini kemungkinan disebabkan terjadinya proses mutasi dan perubahan fisiologi karena terjadinya pemanasan global. Upik mengatakan, pemerintah dan masyarakat perlu mengetahui bioekologi nyamuk tersebut agar pencegahan wabah bisa efektif. Fogging atau pengasapan bukan solusi penyelesaian karena pemberian insektisida tersebut hanya berfungsi membunuh nyamuk dewasa. Siklus hidup nyamuk harus diputus sedini mungkin. Nyamuk bertelur di permukaan air. Kalau seminggu bak mandi tidak dipakai misalnya, ada plak hitam di dindingnya yang kalau dilihat dengan kaca pembesar sebenarnya deretan telur, jelas Upik. Setelah 2-3 hari berikutnya, telur menetas menjadi larva. Telur yang tidak menetas karena kering bisa tetap bertahan hingga berbulan-bulan dan akan menetas begitu terkena air, menjadi jentik, hingga ddewasa. Nyamuk dewasa yang menyedot darah penderita DBD akan membawa virus, yang mengalami masa inkubasi antara 8-10 hari di dalam tubuh nyamuk. Jika nyamuk menggigit orang sehat, virus pun menular. Namun, setiap parasit punya perilaku yang tidak sama, kita harus tahu titik lemahnya, tandas Upik. Perilaku nyamuk di satu daerah mungkin juga berbeda dengan daerah lainnya. sayangnya, selama ini penelitian yang bersifat lokal masih sangat terbatas Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh salah satu dari empat serotipe virus dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada

proteksi-silang dan wabah yang disebabkan beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh nyamuk Aedes aegypti.

Daftar isi[sembunyikan]

1 TANDA dan GEJALA 2 Diagnosis 3 Pencegahan 4 Pengobatan 5 Epidemiologi 6 Pranala luar

[sunting] TANDA dan GEJALA

Virus Dengue Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi dan otot (myalgia dan arthralgia) dan ruam; ruam demam berdarah mempunyai ciri-ciri merah terang, petekial dan biasanya mucul dulu pada bagian bawah badan - pada beberapa pasien, ia menyebar hingga menyelimuti hampir seluruh tubuh. Selain itu, radang perut bisa juga muncul dengan kombinasi sakit di perut, rasa mual, muntah-muntah atau diare, pilek ringan disertai batuk-batuk. Kondisi waspada ini perlu disikapi dengan pengetahuan yang luas oleh penderita maupun keluarga yang harus segera konsultasi ke dokter apabila pasien/penderita mengalami demam tinggi 3 hari berturut-turut. Banyak penderita atau keluarga penderita mengalami kondisi fatal karena menganggap ringan gejala-gejala tersebut.

Demam berdarah umumnya lamanya sekitar enam atau tujuh hari dengan puncak demam yang lebih kecil terjadi pada akhir masa demam. Secara klinis, jumlah platelet akan jatuh hingga pasien dianggap afebril. Sesudah masa tunas / inkubasi selama 3 - 15 hari orang yang tertular dapat mengalami / menderita penyakit ini dalam salah satu dari 4 bentuk berikut ini :

Bentuk abortif, penderita tidak merasakan suatu gejala apapun. Dengue klasik, penderita mengalami demam tinggi selama 4 - 7 hari, nyeri-nyeri pada tulang, diikuti dengan munculnya bintik-bintik atau bercak-bercak perdarahan di bawah kulit. Dengue Haemorrhagic Fever (Demam berdarah dengue/DBD) gejalanya sama dengan dengue klasik ditambah dengan perdarahan dari hidung (epistaksis/mimisan), mulut, dubur, dsb. Dengue Syok Sindrom, gejalanya sama dengan DBD ditambah dengan syok / presyok. Bentuk ini sering berujung pada kematian.

Karena seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat mengalami syok / kematian. Penyebab demam berdarah menunjukkan demam yang lebih tinggi, pendarahan, trombositopenia dan hemokonsentrasi. Sejumlah kasus kecil bisa menyebabkan sindrom shock dengue yang mempunyai tingkat kematian tinggi.

[sunting] DiagnosisDiagnosis demam berdarah biasa dilakukan secara klinis. Biasanya yang terjadi adalah demam tanpa adanya sumber infeksi, ruam petekial dengan trombositopenia dan leukopenia relatif. Serologi dan reaksi berantai polimerase tersedia untuk memastikan diagnosa demam berdarah jika terindikasi secara klinis. Mendiagnosis demam berdarah secara dini dapat mengurangi risiko kematian daripada menunggu akut.

[sunting] PencegahanTidak ada vaksin yang tersedia secara komersial untuk penyakit demam berdarah.

Pencegahan utama demam berdarah terletak pada menghapuskan atau mengurangi vektor nyamuk demam berdarah. Insiatif untuk menghapus kolam-kolam air yang tidak berguna (misalnya di pot bunga) telah terbukti berguna untuk mengontrol penyakit yang disebabkan nyamuk, menguras bak mandi setiap seminggu sekali, dan membuang hal hal yang dapat mengakibatkan sarang nyamuk demam berdarah Aedes Aegypti. Hal-hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit demam berdarah, sebagai berikut: 1. Melakukan kebiasaan baik, seperti makan makanan bergizi, rutin olahraga, dan istirahat yang cukup; 2. Memasuki masa pancaroba, perhatikan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan melakukan 3M, yaitu menguras bak mandi, menutup wadah yang dapat menampung air, dan mengubur barang-barang bekas yang dapat menjadi sarang perkembangan jentik-jentik nyamuk, meski pun dalam hal mengubur barangbarang bekas tidak baik, karena dapat menyebabkan polusi tanah. Akan lebih baik bila barang-barang bekas tersebut didaur-ulang; 3. Fogging atau pengasapan hanya akan mematikan nyamuk dewasa, sedangkan bubuk abate akan mematikan jentik pada air. Keduanya harus dilakukan untuk memutuskan rantai perkembangbiakan nyamuk; 4. Segera berikan obat penurun panas untuk demam apabila penderita mengalami demam atau panas tinggi; 5. Jika terlihat tanda-tanda syok, segera bawa penderita ke rumah sakit.

[sunting] PengobatanBagian terpenting dari pengobatannya adalah terapi suportif. Sang pasien disarankan untuk menjaga penyerapan makanan, terutama dalam bentuk cairan. Jika hal itu tidak dapat dilakukan, penambahan dengan cairan intravena mungkin diperlukan untuk mencegah dehidrasi dan hemokonsentrasi yang berlebihan. Transfusi platelet dilakukan jika jumlah platelet menurun drastis. Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan intravena. Meskipun demikian kombinasi antara manajemen yang dilakukan secara medik dan alternatif harus tetap dipertimbangkan.

[sunting] EpidemiologiWabah pertama terjadi pada tahun 1780-an secara bersamaan di Asia, Afrika, dan Amerika Utara. Penyakit ini kemudian dikenali dan dinamai pada 1779. Wabah besar global dimulai di Asia Tenggara pada 1950-an dan hingga 1975 demam berdarah ini telah menjadi penyebab kematian utama di antaranya yang terjadi pada anak-anak di daerah tersebut.

[sunting] Pranala luar

(id) Info di PenyakitMenular.info Depkes RI (id) Demam Berdarah Dengue - medicastore (en) Info di situs CDC (en) Dengue Virus Net Information site for dengue symptoms, prevention, treatment, vaccine research and outbreak news

Demam Berdarah Kembali MewabahMenurut WHO, saat ini diperkirakan 2,5 juta orang tinggal di daerah yang rawan demam berdarah dan angka penderitanya akan terus meningkat di tahun-tahun yang kan datang.

Sebuah artikel yang dilansir majalah Time Desember 2007, menyatakan bahwa hingga akhir tahun 2007 demam berdarah telah menyerang sekitar 38.500 orang di Kamboja. World Health Organization (WHO) menemukan bahwa jumlah penderita demam berdarah mencapai angka yang cukup tinggi pada negara-negara di Asia Tenggara selama empat tahun terakhir ini. Dan para dokter memperkirakan bahwa pemanasan global merupakan salah satu penyebab utamanya. Peningkatan suhu udara dan curah hujan dapat merubah suatu daerah menjadi tempat yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Bahkan, akibat pemasan global, kini demam berdarah tidak lagi hanya ditemukan di daerah tropis. Wabah ini mulai merambah ke daerah beriklim sedang, seperti yang terjadi di Nepal dan Bhutan. Menurut WHO, saat ini diperkirakan 2,5 juta orang tinggal di daerah yang rawan demam berdarah dan angka penderitanya akan terus meningkat di tahun-tahun yang akan datang. Penyakit ini kian akut di negara-negara berkembang, di tempat yang penduduknya masih menghuni tempat tinggal yang tidak layak. Mereka menyimpan air di tempat-tempat yang menjadi sarang utama nyamuk Aedes aegypti, seperti: bak mandi, ember dan tempat yang menyebabkan genangan air yang tidak mengalir. Genangan air tersebut merupakan tempat terbaik bagi perkembangan nyamuk Aedes aegypti. Semakin banyak jumlah nyamuk Aedes aegypti, semakin cepat penyebaran wabah demam berdarah ke berbagai daerah bahkan negara. Berikut catatan perkembangan penyakit demam berdarah yang menelan semakin banyak korban di semakin banyak negara. Peningkatan yang sangat dramatis terjadi sejak tahun 2000.

(sumber: majalah Time, Desember 2007) Karena belum ditemukan obat dan vaksin yang melawannya, pada umumnya

SEJUMLAH anggota legislatif Kalimantan Barat meminta instansi terkait cepat mengevaluasi penanganan demam berdarah dangue. Hal ini dikemukakan M Syafrani dan Thomas Aleksander kemarin di Pontianak menanggapi persoalan kejadian luar biasa penyakit yang disebabkan gigitan nyamut aedes aegypti.Evaluasi ini menyangkut apa yang menjadi kendala pencegahan penyebaran penyakit dan penanganan pasien. Selain itu, mencari akar persoalan wilayah KLB makin meluas hingga delapan kabupaten/kota, kata Syafrani. Politikus daerah pemilihan Kota Pontianak ini mengemukakan berdasarkan informasi yang diterimanya dari Dinas Kesehatan Kalbar jumlah kasus sebanyak 4.006. Dikatakannya, ada pun masyarakat yang meninggal dunia sebanyak 59 orang.

Ironisnya 53 orang meninggal dunia akibat DBD di Kota Pontianak. Kami sangat menyesalkan jumlah pasien yang tidak tertolong begitu banyak, ungkap legislator Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini.Menurutnya, Kota Pontianak sebagai ibukota provinsi dianggap masyarakat di kabupaten tidak kekurangan peralatan, tenaga medis dan penyuluh kesehatan. Syafrani mengemukakan bahkan ketika terjadi persoalan luar biasa mudah dibantu provinsi.Pemerintah provinsi tidak sulit dalam mensuplai peralatan dan obat-obatan. Apalagi, tenaga medis yang selalu siap sedia melakukan penanganan pasien, ujarnya.Disinggung apakah pernah ditanyakan apa saja bantuan dari provinsi dan departemen kesehatan untuk daerah KLB, Syafrani bersama rekan-rekan belum mempertanyakan itu. Kami siap memberikan masukan kepada pemerintah provinsi sebelum mengambil keputusan menangani DBD yang makin meluas penyebarannya ini. Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan Aleksander mengatakan harus ada terobosan dalam mengambil keputusan setelah dievaluasi. Ia menyebutkan sebagai contoh ruang perawatan penuh, maka pemerintah harus mencari bangunan yang layak untuk merawat pasien DBD.Bila memang dana tanggap darurat dalam mengatasi persoalan penyakit ini kurang, maka ke depan besaran harus ditambah. Karena masalah ini menyangkut nyawa manusia serta pelayanan pemerintah kepada masyarakat, ujarnya.Ia mengungkapkan dalam mengatasi DBD bukan mencari siapa yang salah. Menurutnya, perlu diketahui akar persoalan sehingga KLB ini begitu meluas. Kalau sudah mengetahui masalah maka akan mudah mencari solusi menyelesaikannya, tutur Aleksander. (riq) Mengenali Demam Khas DBD Gizi.net - Mengenali Demam Khas DBD Menyusul musim yang makin tak menentu pergantiannya, pola serangan demam berdarah dengue (DBD) pun berubah. Dulu, penyakit ini hanya muncul di saat perubahan cuaca, ketika banyak air tergenang. Kini, ia menghantui sepanjang tahun. Di berbagai daerah di Indonesia, berulang kali sudah DBD dinyatakan sebagai kejadian luar biasa (KLB). Meski begitu, masyarakat belum sepenuhnya paham pada penyakit yang disebabkan oleh virus yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini. Gejala penyakit ini misalnya, kurang dikenali. Akibatnya, banyak penderita yang terlambat dibawa ke rumah sakit. Padahal, keterlambatan penanganan bisa berakibat fatal. Tika Bisono, psikolog yang dulu dikenal sebagai penyanyi, luput mengenali gejala

demam berdarah pada putrinya. Penyakit itu pula yang pada tahun lalu merenggut nyawa si kecil. ''Dengan penanganan yang baik dan tepat, banyak jiwa dapat terselamatkan,'' ujar Tika yang kini aktif memberikan penyuluhan masyarakat terkait pencegahan demam berdarah. Ironisnya, bukan cuma masyarakat awam yang tidak begitu paham seluk beluk DBD. Dokter umum sekalipun masih sering keliru dan kurang waspada menangkap tanda gawat yang ditunjukkan pasiennya. ''Akibatnya, penanganan demam berdarah menjadi tidak tepat,'' ungkap dr J Hudyono MS SpOk MFPM dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI). Demam berdarah kerap disangka penyakit lain, seperti tipus, sakit tenggorokan, sakit pencernaan, dan flu. Wajah merah sembab yang diperlihatkan penderita demam berdarah kadang disimpulkan sebagai gejala tampek. ''Tak heran banyak pasien yang kemudian nyawanya tak tertolong,'' imbuh Hudyono saat berbicara dalam penyuluhan demam berdarah di Puskesmas Tebet, Jakarta Selatan, belum lama ini. Jika saja teliti mengamati, DBD sesungguhnya bisa dikenali oleh orang awam. Ada gejala khas yang menyertai penyakit yang di tahun 1998 mencatat angka kejadian tertinggi di Indonesia ini. Salah diagnosis pun dapat dihindari jika dokter memerhatikan gejala khas tersebut. Gejala paling khas pada demam berdarah menyangkut demam itu sendiri. Setelah empat hingga enam hari masa inkubasi, virus dengue akan membuat tubuh mengalami kenaikan suhu secara tiba-tiba. ''Pada penyakit lain biasanya demam naik perlahan, tidak cepat,'' jelas Hudyono seraya membeberkan pentingnya melakukan pemeriksaan darah dua hari berturut-turut sebagai langkah waspada serangan demam berdarah. Sementara itu, orang yang terserang demam berdarah akan mengalami dua kali puncak demam. Suhu normal tubuh yang bertengger di angka 36 derajat Celsius mendadak naik lantas turun lagi untuk kemudian kembali melonjak. ''Siklus demamnya mirip seperti pelana kuda,'' kata Hudyono yang menyarankan dilakukannya uji torniquet untuk melihat lebih jelas keberadaan ruam bentol merah pada kulit orang yang diduga terkena demam berdarah. Puncak demam pertama terjadi pada tiga hari pertama. Pada saat itu, suhu tubuh bisa mencapai 40 derajat Celsius. Pada hari keempat dan kelima, penderita akan mengalami fase kritis. Saat itu berlangsung, demam mereda dan suhu tubuh turun menjadi 37 derajat Celsius. Banyak yang mengira penderita sudah pulih ketika suhu tubuhnya telah mendekati normal. Dengan berbagai alasan, penderita dipulangkan dari rumah sakit. ''Padahal, saat itulah ia harus mendapat perawatan intensif di rumah sakit,'' cetus anggota tim Kajian Obat dan Industri Farmasi PB Ikatan Dokter Indonesia (IDI) ini. Mengapa demikian? Saat fase kritis terjadi, kondisi pasien bisa memburuk secara tak terduga. ''Biasanya penderita mengalami sakit perut, tidak bisa bangun dari tempat tidur, pusing, dan tekanan darah tidak teratur,'' papar Hudyono. Tanda kegawatan lain terlihat dari tangan dan kaki yang terasa makin dingin. Adanya mimisan, kejang, lemas, dan muntah berkali-kali juga merupakan petunjuk

yang memperjelas gambaran demam berdarah. Mereka yang mengalaminya setelah melewati fase demam pertama harus kembali dibawa ke rumah sakit. Sindroma syok Di fase kritis pula pasien berisiko terkena dengue shock syndrome (DSS). Ini merupakan kelainan utama pada demam berdarah. Nyeri perut merupakan tanda awal. ''Kejadian syok dipercepat oleh dehidrasi,'' ucap Hudyono. Di samping DSS, demam berdarah juga dapat berujung pada dengue haemorrhagic fever (DHF). Orang yang mengalaminya akan terus mengeluhkan sakit perut, keluar darah dari hidung dan gusi, atau kemerahan pada kulit. Mereka juga kerap muntah dengan atau tanpa darah. Sebetulnya, perdarahan bisa dicegah dengan menghindari dan mengobati syok. DHF terjadi lantaran berbagai sebab. Entah karena turunnya trombosit, kelainan pada pembuluh darah, atau faktor pembekuan. ''Perdarahan saluran cerna masif mengikuti syok berat dapat mengakibatkan kematian,'' ujar dokter anggota Faculty of Pharmaceutical Medicine-Royal College, London, Inggris ini. Kalau DHF berada pada kategori parah, penderita bisa jadi mengalami perdarahan di bawah kulit yang luas. Andaikan itu terjadi, perawat harus ekstra hati-hati dalam memasang infus, menyuntik, atau memasang transfusi darah. Jika salah, darah pasien dapat terus mengucur dan sukar dihentikan. ''Pada anak yang mengalami DSS, hindari pengambilan darah dari pembuluh darah di lipatan paha.'' Demam berdarah juga diikuti dengan rasa menggigil. Lantas, penderitanya tak jarang mengeluhkan nyeri di belakang bola mata. Sembelit, nyeri perut, nyeri sendi dan otot, kolik, dan sakit tenggorokan juga kerap dirasakan oleh penderita. ''Kalau ada tanda-tanda itu, segera bawa penderitanya ke dokter,'' saran Hudyono. Lewat dari fase kritis, sekitar hari keenam dan ketujuh, penderita demam berdarah akan memasuki fase penyembuhan. Fase ini diperjelas dengan adanya demam tinggi, suhu tubuh sekitar 39 derajat Celsius. Demam ini merupakan reaksi tahap penyembuhan. Perawatan Tata laksana perawatan demam berdarah harus disesuaikan dengan derajat keparahannya. Penderita demam berdarah derajat satu dan dua -- mereka yang terkena DBD tanpa syok -- cukup dibawa ke ruang rawat sehari di Puskesmas untuk dimonitor trombositnya. ''Trombosit harus dimonitor dari waktu ke waktu,'' tegas Hudyono. Sedangkan penderita demam berdarah derajat tiga dan empat harus mendapat pelayanan kesehatan di kamar perawatan hingga intensive care unit (ICU). Yang perlu mendapat perawatan ini adalah mereka yang telah mengalami perdarahan di tubuh, berupa mimisan atau luka pada saluran cerna. Jika terjadi perlukaan pada saluran cerna, tinja akan berwarna hitam menyerupai petis tapi lembek seperti aspal. Lantas, kapan pasien boleh pulang ke rumah? Sejumlah pertanda bisa menjadi patokan. Pantaulah apakah penderita memperlihatkan perbaikan yang khas. ''Misalnya, ia tak lagi mengalami demam selama 24 jam tanpa asupan antiseptik, bintik merahnya memudar, nafsu makannya membaik, tampak lebih segar dan tak loyo, tidak sulit bernapas, dan kondisi syok-nya teratasi dalam tiga hari,'' urai dokter

spesialis di bidang ilmu kesehatan dan keselamatan kerja ini. Pemeriksaan laboratorium terhadap hematokrit dan trombosit juga dapat menentukan boleh-tidaknya pasien dipulangkan dari rumah sakit. Kadar trombosit yang sudah lebih dari 50 ribu dan naik dalam dua kali pemeriksaan menandakan kepulihan. ''Masa kritis sudah lewat jika trombosit di atas 100 ribu.'' Meredakan Ketidaknyamanan Disebabkan oleh infeksi virus, demam berdarah sejatinya akan sembuh dengan membaiknya ketahanan tubuh. Namun, sejalan waktu, penderitanya dapat mengalami gangguan kesehatan yang serius dan bahkan kematian. Itu sebabnya, penderita harus mendapat penanganan yang tepat. Sementara itu, ketidaknyamanan yang dirasakan penderita demam berdarah dapat dikurangi dengan berbagai cara. Susu, sari buah, air kelapa, teh, air masak plus garam oralit atau gula boleh diberikan kepada penderita. ''Yang paling baik, air kelapa,'' kata dr J Hudyono MS SpOk MFPM. Minum dua liter cairan setiap hari dapat mencegah dehidrasi yang mungkin terjadi akibat muntah, tak mau makan, dan demam tinggi. Penderita perlu diinfus bila terus muntah, tidak mau minum, dan kadar hematokritnya cenderung meningkat. Untuk meredakan demam, kompreslah dengan air dingin. Tak perlu memakai es batu. ''Saat panasnya sudah lebih dari 37,5 derajat Celsius, berikan obat penurun panas,'' saran dokter yang menjabat sebagai executive manager Unit Uji Klinik Obat, Farmakologi, dan Terapeutiks FKUI ini. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan parasetamol yang ketersediaannya banyak dan harganya murah sebagai obat penurun panas untuk penderita demam berdarah. Golongan ibuprofen dan asam asetilsalisilat tidak dianjurkan. ''Sebab, penggunaan keduanya pada demam infeksi dengue dapat meningkatkan risiko perdarahan dan terjadinya nyeri lambung,'' ungkap Hudyono.