Upload
kori-limbong
View
535
Download
14
Embed Size (px)
Citation preview
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN “GANGGUAN MAKAN”
OLEH: ROSSIANE E. RADIENA, NIM: 01. 09. 00144
A. KONSEP DASAR PENYAKIT
1. Pengertian
Berbagai gangguan makan dimanifestasikan sebagai gangguan yang hebat dalam
perilaku makan. Dua macan gangguan makan yang paling umum adalah Anoreksia Nervosa
dan Bulimia Nervosa.
a. Anoreksia Nervosa
Anoreksia nervosa adalah gangguan makan yang mengancam jiwa yang
ditandai dengan penolakan atau ketidakmampuan klien untuk mempertahankan
berat badan normal yang minimal sangat takut berat bdan akan bertambah atau
menjadi gemuk, gangguan persepsi yang bermakna tentang bentuk atau ukuran
tubuh, dan teta tidak mampu atau menolak untuk mengakui keseriusan masalah
atau bahkan untuk mengetahui bahwa ada masalah (DSM-IV-TR, 2000).
Klien yang mengalami anoreksia mempunyai berat badan yang 85% kurang dari
berat badan yang diharapkan sesuai dengan usia dan tinggi badan mereka,
mengalami amenore (keadaan tidak terdapatnya haid; primary a, secondary a.)
sedikitnya tiga siklus yang berurutan, dan mengalami preokupasi dengan makanan
dan aktivitas yang berhubungan dengan makanan.
Klien dengan anoreksia nervosa dapat diklasifikasikan dalam dua subkelompok
bergantung pada bagaimana mereka mengontrol berat badan
- Klien dengan subtipe pembatasan mengalami penurunan berat badan
terutama melalui diet, puasa atau olahraga berlebihan
- Klien dengan subtype makan berlebihan dan pengurasan (purging ) terlibat
dalam makan berlebihan secara teratur dan diikuti dengan pengurasan.
Beberapa klien enoreksia tidak makan secara berlebihan tetapi tetap
terlibat dalam perilaku pengurasan setelah memakan sedikit makanan.
Makan berlebihan berarti mengonsumsi sejumlah besar makanan dalam
periode waktu yang berlainan, biasanya dua jam atau kurang. Jumlah
makanan yang dimaan jauh lebih banyak dari yang dimakan oleh
kebanyakan orang pada satu waktu.
Pengurasan berarti perilaku kompensasi yang dilakukan untuk
mengeluarkan makanan dengan cara membuat diri sendiri muntah atau
menyalahgunakan laksatif, enema, dan diuretic.
Klien anoreksia menjadi benar-benar memikirkan usaha untuk menurunkan
berat badan dan langsing. Istilah “anoreksia” sebenarnya istilah yang tidak
tepat:karena klien tersebut tidak kehilangan nafsu makan, tetapi benar-benar
merasa lapar. Mereka mengabaikan perasaan lapar dan tanda-tanda kelemahan dan
keletihan fisik, seringkali dengan meyakini bahwa jika mereka makan sesuatu,
mereka tidak akan dapat menghentikannya dan akan menjadi gemuk.
Klien anoreksia sering kali mengalami preokupasi dengan aktivitas yang
berhubungan dengan makanan seperti menyiapkan makanan, mengoleksi resep
atau buku masakan, menghitung kalori, memasak makanan bebas-lemak, atau
memasak makanan untuk keluarga. Klien mungkin juga terlibat dalam perilaku
makan yang ritual atau tidak lazim, seperti menolak makan jika ada orang lain,
memotong makanan menjadi bagian-bagian kecil, atau tidak membiarkan makanan
yang dimakannya menyentuh bibirnya. Perilaku ritual tersebut meningkatkan rasa
kontrolnya. Olahraga yang berlebihan biasanya dilakukan dan dapat berlangsung
selama beberapa jam dalam sehari.
b. Bulimia Nervosa
Bulimia nervosa, yang sering disebut secara singkat sebagai bulimia, adalah
gangguan makan yang ditandai dengan episode makan sangat berlebihan yang
berulang (minimal dua kali dalam seminggu dalam tiga bulan) yang diikuti dengan
perilaku kompensasi yang tidak tepat untuk menghindari penambahan berat badan,
seperti pengurasan (membuat diri sendiri muntah atau menggunakan laksatif,
diuretk, enema, atau emetic), puasa, atau olahraga yang berlebihan (DSM-IV-TR,
2000).
Jumlah makanan yang dikonsumsi selama episode makan yang berlebihan lebih
banyak daripada yang biasanya individu makan, dan makan berlebihan seringkali
dilakukan diam-diam. Diantara makan yang berlebihan, klien mungkin memakan
makanan rendah kalori atau melakukan puasa. Episode makan atau melakukan
pengurasan serig dicetuskan oleh emosi yang kuat dan diikuti oleh perasaan
bersalah, menyesal, malu atau menghina-diri.
Klien yang mengalami bulimia biasanya berada dalam rentang berat badan
normal. Tetapi mereka mungkin kelebihan berat badan atau kekurangan berat
badan. Email gigi hilang karena muntah yang berulang, dan ada peningkatan insiden
karies gigi dan gigi gerigis atau gumpil. Dokter gigi sering kali menjadi professional
perawatan kesehatan yang pertama kali mengidentifikasi bulimia nervosa
2. Epidemiologi
Lebih dari 90% kasus anoreksia nervosa dan bulimia nervosa terjadi pada wanita (DSM-
IV-TR, 2000). Prevalensi kedua gangguan makan tersebut diperkirakan sebanyak 1%-3% dari
populasi umum di Amerika Serikat (Halmi, 2000)
a. Anoreksia nervosa
Secara khas, penyakit ini terjadi pda lebih kurang 1% -90% penduduk wanita
dengan awitan terjadi selama masa remaja atau dewasa mudah antara usia 14
sampai 20 tahun. Perbandingan gangguan pada wanita dan pria adalah 20:1
Dalam hasil studi jangka panjang tentang kilien yang mengalami anoreksia
nervosa, Zipfel et al (2000) menemukan bahwa setelah usia 21 tahun, 50% klien
benar-benar sembuh, 25% sembuh sebagian , 10% masih memenuhi semua criteria
anoreksia nervosa, dan 15% meninggal karena penyebab yang berhubungan dengan
anoreksia. Klien dengan berat badan sangat rendah dan waktu sakit yang lebih lama
cenderung lebih sering relaps (kemunduran kembali keadaa umum pasien setelah
terjadi suatu perbaikan atau kesembuhan yang nyata) dan mempunyai hasil terapi
yang lebih buruk (Herzog et al, 1999). Klien yang menggunakan laksatif beresiko
lebih tinggi mengalami komplikasi medis (turner et al, 2000)
b. Bulimia nervosa
Gangguan ini lebih sering terjadi dengn perkiraan antara 2% dan 4% serta
prevelensi 4% hingga 15% pada wanita dengan pendidikan Sekolah Menengah Atas
dan Mahasiswa. Serangan terutama terjadi pada usia 16 hingga 19 tahun dan
perbandingan dengan pria adalah 9:1.
Sekitar 50% klien bulimia benar-benar sembuh, 20% tetap memenuhi semua
criteria penyakit ini, dan 30% mengalami serangan episodic bulimia. Sepertiga klien
yang benar-benar sembuh mengalami relaps. Klien yang mengalami gangguan
kepribadian komorbid cenderung mencapai hasil yang lebih buruk daripada mereka
yang tidak mengalami gangguan kepribadian. Angka kematian bulimia diperkirakan
0% hingga 3% (Halmi, 2000).
3. Etiologi
Penyebab spesifik gangguan makan tidak diketahui awalnya. Awalnya diet adalah
stimulus yang menimbulkan perkembangan gangguan makan yang serius. Kerentanan
biologis, msalah perkembangan,pengaruh keluarga dan sosio dapat mengubah perilaku diet
menjadi gangguan makan. Penguatan psikologid dan fisiologis dari perilaku makan
maladaptive memperpanjang siklus gangguan makan (Halmi, 2000)
a. Factor Biologic
Studi tentang anoreksia nervosa dan bulimia nervosa menunjukan bahwa
gangguan tersebut cenderung terjadi dalam keluarga. Oleh krena itu, kerentanan
genetic mungkin muncul karena yang dipicu oleh diet yang tidak tepat atau stress
emosional. Kerentnan genetic ini mungkin karena tipe kepribadian tertentu atau
kerentanan umum terhadap gangguan jiwa atau kerentanan genetic mungkin secara
langsung menckup disfungsi hipotalamus (Halmi,2000). Riwayat gangguan ansietas
atau mood atau gangguan obsesif-kompulsif pada keluarga membuat individu
beresiko mengalami gangguan makan. Wade et al (2000) menghubungkan 58%
kasus anoreksia nervoda dengan sifat dapat diturunkan, tetapi tidak dapat
sepenuhnya mengabaikan pengaruh lingkungan bersama.
Banyak gejala gangguan makan mungkin disebabkan oleh gangguan nucleus
hipotalamus. Du set nucleus hipotalamus sangat penting pada banyak aspek lapar
dan kenyang (kepuasaan akan makan); hipotalamus lateral dan ventro-media.
Deficit pada hipotalamus lateral mengakibatkan kurangnya makan dan kurangnya
respons terhadap stimulus sensori yang penting untuk makan. Gangguan pada
hipotalamus ventromedial menyebabkan makan berlebihan , penamabhan berat
badan dan berkurangnya respon terhadap efek kenyang glukosa, yang merupakan
perilaku yang terlihat pada bulimia.
Banyak perubahan neurokimia terjdi pada gangguan makan, tetapi sulit
mengatakan apakah hal tersebut menyebabkan gangguan makan atua hal tersebut
merupakan akibat dari anoreksia dan bulimia karena kelaparan, makan berlebihan,
dan pengurasan. Misalnya, kadar norepinefrin meningkat pada individu normal
dalam berespon terhadap makanan, yang memungkinkan zat gizi dimetabolisme
dan digunakan oleh tubuh. Akan tetapi, norepinefrin tidak meningkat sampai kadar
normal selama periode kelaparan karena terdapat sedikit zat gizi yang
dimetabolisme. Oleh karena itu, kadar norepinefrin yang rendah ditemukan pada
klien dengan pembatasan asupan makan. Selain itu, kadar norepinefrin yang rendah
berhubungan dengan penurunan frekuensi jantung dan tekanan darah pad aklien
anoreksia
Kadar serotonin neurotransmitter dan triptofan prekusornya yang lebih tinggi
dikaitkan dengan peningkatan rasa kenyang, sinyal tubuh yang menunjukkan bahwa
kita telah cukup makan. Kadar serotonin yang rendah, juga kadar monoamine
oksidase pada platelet yang rendah tealh ditemukan pada klien bulimia dan klien
anoreksia nervosa pada makan berlebihan dan pengurasan (Carraso et al., 2000); hal
ini dapat menjelaskan perilaku makan berlebihan.
b. Factor Perkembangan
- Anoreksi nervosa
Awitan anoreksia nervosa biasanya terjadi selamam masa remaja atau
dewasa muda, dan diyakini bahwa beberapa penyebab berhubungan
dengan masalah perkembangan pada tahap kehidupan ini. Perjuangan
untuk mengembangkan otonomi dan pembentukan identitas yang unik
adalah dua tugas yang penting.
Tugas perkembangan otonomi atau pengunaan kendali terhadap diri
sendiri dan lingkungan, mungkin sulit pada keluarga yang overprotektif atau
terdapat enmeshment (tidak memiliki batasan peran yang jelas). Usaha
remaja untuk mendapatkan kebebasan tidak didukung, dan ia merasa
seolah-olah mempunyai sedikit kendali atau tidak memiliki kendali dalam
hidupnya. Ia mulai mengontrol makannya dengan diet yang berat dan
mengontrol berat badannya. Penurunan berat badan menjadi pendorong;
dengan terus menurunkan berat badan , ia dapat mengendalikan beberapa
aspek kehidupannya.
Serpell et al. (1999) meneliti anak perempuan yang mengalmai anoreksia
nervosa untuk menentukan aspek positif atau pendorong dari gangguan.
Dua tema utama ditemukan; menyesuaikan diri dengan diet ketat dan
mencocokkan pakaian yang lebih kecil (ideal budaya langsing), dan perasaan
kuat, kendali dan bahkan superioritas atas orang lain karena berkurangnya
berat badan.
Iklan, majalah dan film yang menghadirkan model langsing menguatkan
keyakinan budaya bahwa lansing itu menarik. Diet dna penurunan berat
badan yang berlebihan mungkin merupakan cara yang dipilh untuk
mencapai ideal ini. Citra tubuh adalah cara individu memersepsikan
tubuhnya, cirta mental dirinya sendiri. Bagi sebagain besar orang, citra
tubuh sesuai dengan cara orang lain memandang mereka. Akan tetapi bagi
individu yang mengalami anoreksia nervosa, citra tubuh mereka sangat
berbeda dari persepsi orang lain. Mereka memersepsikan diri mereka
sebagai orang yang gemuk, tidak menarik, dan tidak diinginkan walaupun
mereka memiliki berat badan yang sangat rendah dan malnutrisi. Gangguan
citra tubuh terjadi ketika ada ketidakcocokan yang ekstrem antara citra
tubuh diri sendiri dan persepsi orang lain, serta ketidakpuasaan yang ektrem
dengan citra tubuh sendiri (Gardner et al., 1999)
- Bulimia nervosa
Bagian normal perkembangan pada masa remaja akhir atau dewasa
awal adalah perpisahan secara fisik dan emosional anak dari keluarga inti
yang dikenl dengan separasi-individuasi. Hala ini sering kali bertepatan
dengan masa kuliah, mendapatkan pekerjaan, atau pindah ke apertemen.
Saat perpisahan dari keluarga ini sulit, ansietas dapat berkembang. Makan
berlebihan dapat menjadi cara untuk mengatasi ansietas dan perilaku
pengurasan dugunakan sebagai cara untuk mengeluarkan makanan untuk
menghindari kegemukan (White, 1993). Pada klien bulimia nervosa,
ketidakpuasaan terhadap tubuh juga terjadi serta keyakinan bahwa ia
gemuk, tidak menarik, da tidak diinginkan.
c. Pengaruh Keluarga
Struktur keluarga klien yang mengalami anoreksia nervosa sering kali kaku
dalam hal nilai dan peraturan, dan orang tua seringkali overprotektif terhadap anak.
Kekakuan dan overprotektif ini dapat melumpuhkan usaha remaja untuk mencapai
otonomi dan mengembangkan identitasnya sendiri. Keluarga cenderung
menghindari konflik dan lebih suka menghadirkan suasana keharmonisan bersama,
untuk diri mereka sendiri dan orang lain. Ketidakmampuan untuk mengalami konflik
dan menemukan solusi ini memberikan tekanan tambahan bagi remaja. Melakukan
diet dan mengontrol berat badan dapat menjadi respon terhadap situasi tersebut di
dalam keluarga (White, 1993)
Keluarga klien bulimia merupakan keluarga yang kacau, tidak memiliki batasan
yang jelas diantara anggota keluarga, dan berorientasi pada pencapaian (White,
1993). Klien mungkin mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi peran yang tepat,
mengalami masalah untuk berpisah dari keluarga , dan mungkin meyakini bahwa ia
dinilai dari “kesuksesannya”. Menenangkan diirnya dengan makanan tertentu
menjadi cara untu menghadapi tekanan keluarga dan ansietas serta
ketidakbahagiaan yang diakibatkannya. Makan berlebihan untuk mendapatkan
kenyamanan diikuti oleh perasaan bersalah dan malu karena kurangnya kendali,
sehingga perilaku pengurasan diiperlukan untuk mengatasi perasaan bersalah dan
mengeluarkan makanan yang tidak diinginkan. Walaupun klien bertambah tua,
menikah, dan mempunyaikeluarga sendiri, ia berusaha keras untuk menyenangkan
orang lain dan memelihra keharmonisan serta terus mengatasi perasaanya dengan
cara-cara yang berhubungan dengann makanan.
d. Factor Sosiokultur
Di Amerika Serikat dan Negara Barat lainnya, media terus memunculkan
gambaran “wanita ideal” sebagai orang yang langsing; cantik, diinginkan, dan sangat
bahagia disamakan dengan sangat langsing, suara yang bagus, dan tubuh yang
sehat. Aktris dan model seringkali diidolakan remaja karena mempunyai
“penampilan” atau tubuh yang sempurna meskipun banyak dari mereka memiliki
berat badan di bawah normal atau menggunakan efek khusus tampak lebih langsing
dari sebenarnya. Buku, majalah, suplemen diet, peralatan olahraga, iklan bedah
plastic dan program penurunan berat badan banyak bermunculan; industry bisnis
miliaran dollar. Kelebihan berat badan dianggap sebagai tanda kemalasan, kurang
control diri, atau pengabaian; mendapatkan tubuh yang “sempurna” disamakan
dengan cantik, diinginkan, sukses, dan kekuatan kemauan. Oleh karena itu, banyak
wanita mengatakan berada dalam keadaan “baik” jika mereka tetap melakukan diet
dan “buruk” jika mereka memakan makanan pencuci mulut atau kudapan.
Faktor Resiko Gangguan Makan
GangguanFactor Resiko
Biologi
Faktor Resiko
Perkembangan
Factor Resiko
Keluarga
Factor Resiko
Sosiokultural
Anoreksia
Nervosa
Obesitas; diet
pada usia dini
Masalah dalam
mengembangkan
otonomi dan
memegang kendali
terhadap diri sendiri
dan lingkungan;
mengembangkan
identitas yang unik;
ketidak puasaan
dengan citra tubuh.
Keluarga kaku
terhadap nilai dan
peraturan;
overprotektif;
tidak mampu
menghadapi
konflik
Ideal budaya
tentang tubuh
yang langsing;
media berfokus
pada kecantikan,
kelangsingan,
kebugaran;
preokupasi
dengan
pencapaian
tubuh yang ideal
Bulimia
Nervosa
Obesitas; diet
dini
kemungkinan
gangguan
serotonin dan
norepinefrin
Masalah separasi-
individuasi;
perpisahan secara
fisik atau emosional
menimbulkan stress;
ketidakpuasaan
dengan citra tubuh
Kelurga kacau,
dengan batasan
yang longgar;
berorientasi pada
pencapaian;
merasa kurang
perhatian;
perhatian orang
tua terhadap
berat badan
Sama seperti di
atas; diejek
karena berat
badan
4. Patofisiologi
a. Anoreksia nervosa
Anoreksia nervosa biasanya dimulai antara usia 14 – 20 tahun. Pada tahap awal,
klien seringkali menyangkal mengalami ansietas yang terkait dengan penampilannya
dan menyangkal bahwa ia mempunyai citra tubuh yang negative. Ia sangat senang
dengan kemampuannya mengontrol berat badan dan mungkin mengungkapkan hal
ini. Pad asaat ia pertama kali datang untuk terapi, ia mungkin tidak dapat
mengidentifikasi atau menjelaskan emosinya terkait dengan kejadian dalam
hidupnya seperti sekolah atau hubungan dengan keluarga atau teman. Perasaan
kesepian yang berat bukan hal yang luar biasa.
Ketika penyakit semakin parah, depresi dan kelabilan mood menjadi lebih jelas.
Ketika perilaku diet dan kompulsif klien meningkat, klien mengisolasi dirinya dari
orang lain. Isolasi social ini dapat menimbulkan ketidak percayaan yang mendasar
pada orang lain dan bahkan paranoia (kelainan jiwa yang ditandai oleh waham-
waham yang biasanya berupa waham kebesaran atau teraniaya yang disusun
secara logis menjadi suatu system). Klien mungkin yakin bahwa teman sebayanya iri
dengan penurunan berat badannya dan mungkin memandang keluarga dan
profesional perawatan kesehatan mencoba membuatnya “gendut atau jelek”
b. Bulimia nervosa
Bulimia nervosa biasanya terjadi pada masa remaja akhir atau dewasa awal; usia
saat awutan yang khas adalah 16 sampai 19 tahun. Makan berlebihan sering terjadi
selama atau setelah episode diet. Antara episode makan berlebihan dan
pengurasan, individu mungkin makan dengan ketat, dengan memilih selada dan
makanan rendah kalori lainnya. Cara makan yang ketat ini efektif dalam membuat
individu melangkah ke episodemakan berlebihan dan pengurasan berikutnya, dan
siklus berlanjut.
Klien yang mengalami bulimia menyadari bahwa perilaku makannya
patologisdan berusaha keras untuk menyembunyikan dari orang lain. Klien bisa
menyimpan makanan dalam mobil, meja, atau lokasi tersembunyi di sekitar rumah.
Klien mungkin mampir dari satu restoran cepat saji ke restoran cepat saji yang lain,
dengan memesan makanan dengan jumlah yang biasa pada setiap restoran, tetapi
mampir di enam tempat dalam waktu satu atau dua jam. Tipe pola makan ini
mungkin terjadi selama beberapa tahun hingga keluarga atau teman mengetahui
perilaku klien, atau terjadi komplikasi medis yang menyebabkan klien mencari
terapi.
5. Komplikasi
Komplikasi Medis Gangguan Makan
System Tubuh Gejala
BERHUBUNGAN DENGAN PENURUNAN BERAT BADAN
- Muskuloskeletal
- Metabolic
- Jantung
- Gastrointestinal
- Reproduksi
- Dermatologi
- Hematologi
- Neuropsikiatri
- Kehilangan masa otot, kehilangan lemak, osteoporosis, dan
fraktur patologis
- Hipotiroidisme (gejalanya termasuk kurang energy, kelemahan,
intoleransi terhadap dingin, dan bradikardia), hipoglikemia,
dan penurunan sensivitas insulin
- Bradikardia, hipotensi, kehilangan otot jantung, jantung
mengecil, aritmia jantung (termasuk kontraksi premature
atrium dan ventrikel, interval QT memanjang, takikardia
ventrikel), dan kematian tiba-tiba
- Penundaan pengosongan lambung, kembung, konstipasi, nyeri
abdomen, gas, dan diare
- Amenore dan kadar luteinizing hormone dan follicle-
stimulating hormone rendah
- Kering, kulit pecah-pecah karena dehidrasi, lanugo (yaitu
rambut-rambut halus pada tubuh janin), edema, dan
akrosianosis (yaitu tangan dan kaki biru)
- Leucopenia, anemia, trombositopenia, hiperkolesterolemia,
dan hiperkarotenemia
- Sensasi pengecapan abnormal, depresi apatis, gejala gangguan
jiwa organic jiwa, dan gangguan tidur
BERHUBUNGAN DENGAN PENGURASAN (MUNTAH DAN PENYALAHGUNAAN LAKSATIF)
- Metabolic - Abnormalitas elektrolit, terutama hipokalemia, alkalosis
- Gastrointestinal
- Gigi
- Neuropsikiatri
hipokloremik, hipomagnesemia dan peningkatan blood urea
nitrogen (BUN)
- Pembesaran dan inflamasi kelenjar saliva dan pancreas disertai
peningkatan amylase serum, erosi atau rupture esophagus dan
lambung, disfungsi usus, dan syndrome arteri mesenterika
superior
- Erosi email gigi (perimiolisis), terutama gigi depan
- Kejang (berhubungan dengan perpindahan cairan secara besar-
besaran dan gangguan elektrolit), neuropati ringan, keletihan,
kelemahan, dan gejala gangguan jiwa organic ringan
6. Gejala Klinik
Gejala klinik anoreksia nervosa dan bulimia nervosa antara lain:
a. Anoreksia Nervosa
1. Takut berat badan akan bertambah
tau menjadi gemuk walaupun berat
badan sangat di bawah normal
2. Gangguan citra tubuh
3. Amenore (keadaan tidak
terdapatnya haid. Pada primary a.,
haid tidak pernah terjadi.
Secondary a., terjadi setelah haid
dimulai. Pada kehamilan juga
terdapat amenore, dan amenore
dapat pula dijumpai pada kelainan
endokrin tertentu, anemia dll.
4. Gejala depresi seperti mood
tertekan, menarik diri dari
masyarakat, irirtabilitas, dan
insomnia
7. Pikiran tidak fleksibel
8. Keinginan yang kuat untuk
mengendalikan lingkungan
9. Spontanitas terbatas dan ekspresi
emosi terlalu ditekan
10. Keluhan konstipasi dan nyeri
abdomen
11. Intoleransi terhadap dingin
12. Letargi (keadaan mengantuk)
13. Kurus
14. Hipotensi, hipotermia, dan
bradikardia
15. Hipertrofi kelenjar saliva
16. Peningkatan BUN (blood urea
nitrogen)
17. Ketidakseimbangan elektrolit
5. Preokupasi dengan pikiran tentang
makanan
6. Merasa tidak berguna
18. Leucopenia dan anemia ringan
19. Peningkatan tes fungsi hati
b. Bulimia Nervosa
1. Episode makan berlebihan yang berulang
2. Perilaku kompensasi seperti membuat diri sendiri muntah, penyalahgunaan
laksatif, diuretic, enema, atau obat-obat lain, atau olahraga yang berlebihan
3. Evaluasi diri sangat dipengaruhi oleh betuk tubuh dan berat badan
4. Biasanya dalam rentang berat badan normal, kemungkinan kelebihan berat
badan atau kekurangan berat badan
5. Pembatasan konsumsi kalori total di antara makan berlebihan, dengan memilih
makanan rendah kalori saat menghindari makanan yang dirasakan dapat
menggemukan atau kemungkinan memicu makan berlebihan
6. Gejala depresi dan ansietas
7. Kemungkinan penggunaan zat termasuk alcohol atau stimulant
8. Kehilangan email gigi
9. Gigi gumpil, gerigis, dan keropos
10. Peningkatan karies gigi
11. Menstrusi yang tidak teratur
12. Ketergantungan pada laksatif
13. Esofagus robek
14. Abnormalitas cairan dan elektrolit
15. Alkalosis metabollik (dari muntah), atau asidosis metabolic (dari diare)
16. Kadar amylase serum sedikit meningkat
7. Pemeriksaan Diagnostic dan Hasil
8. Penatalaksanaan
a. Anoreksia nervosa
Klien anoreksianervosa dapat sangat sulit diterapi karena mereka sering kali
menentang terapi dan tampak tidak tertarik denga terapi yang disebabkan oleh
penyangkalan mereka bahwa ada masalah. Tempat terapi meliputi unit khusus rawat
inap gangguan makan, program hospitalisasi parsial atau program terapi sehari, dan
terapi rawat jalan. Pilihan tempat terapi bergantung pada keparahan penyakit, seperti
berat badan, gejala fisik, lamanya perilaku, makan berlebihan dan pengurasan,
dorongan untuk langsing, ketidakpuasan terhadap tubuh, dan adanya kondisi psikiatri
komorbid (White & Litivitz, 1998)
1. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis berfokus pda perbaikan berat badan, rehabilitasi
nutrisi, rehidrasi dan koreksi ketidakseimbangan elektrolit. Klien diberi makanan
dan kudapan dengan zat gizi seimbang, secara bertahap ditingkatkan asupan
kalorinya sampai tingkat normal yang sesuai dengan ukuran tubuh, usia dan
aktivitasnya. Klien yang mengalami malnutrisi berat mungkin memerlukan
nutrisi parenteral total, pemberian makanan melalui selang, atau
hiperalimentasi untuk memberikan asupan nutrisi yang adekuat.
Akses klien ke ke kamar mandi biasanya diawasi untuk mencegah perilaku
pengurasan saat klien mulai makan lebih banyak. Penambahan berat badan dan
asupan makan yang adekuat paling sering menjadi criteria untuk menentukan
keefektifan terapi.
2. Psikofarmakologi
Beberapa kelas obat-obatan telah diteliti, tetapi sedikit yang menunjukkan
keberhasilan secara klinis. Amitriptilin (elavil) dan siproheptadin antihistamin
(periactin) dalam dosis tinggi (sampai 28 mg/hari) dapat meningkatkan
penambahan berat badan pada pasien rawat inap dengan anoreksia nervosa
(Halmi, 2000; Peterson & Mittchell, 1999). Fluoksetin (Prozac) menunjukkan
beberapa keefektifan dalam mencegah relaps pada klien yang berat badannya
telah pulih sebagian atau pulih total (Peterson & Mitchell, 1999) pemantauan
yang ketat dibutuhkan krena penurunan berat badan dapat menjadi efek
samping fluoksetin
3. Psikoterapi
Terapi keluarga dapat bermanfaat bagi keluarga dari klien yang berusia
kurang dari 18 tahun. Keluarga yang menunjukkan enmeshment, batasan yang
tidak jelas diantara anggota keuarga, dan kesulitan mengatasi emosi dan konflik,
dapat mulai menyelesaikan masalah tersebut dan meningkatkan komunikasi
dalam keluarga. Terapi keluarga juga berguna untuk membantu anggota
keluarga menjadi partisipan yang efektif dalam terapi klien. Study menunjukkan
bahwa keluarga yang disfungsional dapat memerlukan waktu dua tahun untuk
menunjukkan perbaikan fungsi (Gowers & North, 1999; North et al., 1997).
Terapi individual untuk klien anoreksia nervosa dapat diindikasikan pada
beberapa keadaan, seperti jika keluarga tidak dapat berpartisipasi dalam terapi
keluarga, jika klien lebih tua atau terpisah dari keluarga inti, atau jika klien
mempunyai masalah individual yang membutuhkan psikoterapi. Mcintosh et al.,
(2000) melaporkan bahwa fungsi interpersonal dapat diperbaiki dan gejala
dikurangi dengan terapi yang berfokus pada masalah berduka, perselisihan
interpersonal, deficit interpersonal, dan transisi peran.
b. Bulimia Nervosa
Sebagian besra klien bulimia diterapi rawat jalan. Masuk rumah sakit dan
diindikasikan jika perilaku makan dan pengurasan tidak terkontrol dan status medis klien
memburuk. Sebagian besar klien bulimia memepunyai berat badan yang mendekati
normal sehingga mengurangi perhatian tentang malnutrisi berat (yang merupakan satu
factor pada klien anoreksia nervosa)
1. Terapi Kognitif-Perilaku
Terapi kognitif-perilaku ditemukan sebagai terapi yang paling efektif untuk
bulimia (Halmi,2000). Pendekatan rawat jalan ini sering kali menggunakan
manual yang terperinci untuk memandu terapi. Strategi yang dirancang untuk
mengubah pemikiran klien (kognisi) dan tindakan (perilaku) tentang makanan
berfokus pada tindakan menghentikan siklus diet, makan berlebihan , dan
pengurasan serta mengubah pemikiran dan keyakinan disfungsional klien
tentang makanan, berat badan, citra tubuh, dan seluruh konsep diri (Halmi,
2000). Kombinasi terapi kognitif perilaku dengan psikoedukasi yang
menggunakan baik format individu maupun kelompok terbukti efektif dalam hal
hasil, biaya dan kepusaan klien (White, 1999). Agras et al., (2000) menemukan
bahwa terapi kognitif-perilaku, menghasilkan perbaikan yang lebih cepat pada
klien bulimia daripada psikoterapi interpersonal.
2. Psikofarmakologi
Sejak tahun 1989-an, beberapa studi yang terkontrol dilakukan untuk
`mengevaluasi keefektifan anti depresan untuk engobatib bulimia. Obat-obatn
seperti desipramin (Norpramin), imipramin (Tofranil),amitriptilin (Elavil),
nortriptilin (pamelor), fenelsia (Nardii, dan fluoksetin (Prozac) diresepkan
dengan dosis yang sama dengan yang biasanya digunakan untuk mengobati
depresi. Pada semua studi, antidepresan lebih efektif daripada placebo dalam
mengurangi makanyang berlebihan. Obat juga memperbaiki mood dan
mengurangi preokupasi dengan bentuk dan berat badan (Halmi, 2000, Peterson
& Mitchell, 1999). Akan tetapi hanya 22% hingga 25 % klien yang mengalami
abstinensi total dari makan yang berlebihan danpengurasan diakhir terapi (Agrs,
1997; Halmi, 2000).
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan
a. Berikan tes sikap makan dengan menggunakan alat pengkajian tes sikap makan
b. Kaji riwayat pasien misalnya riwayat perilaku pasien baikanoreksia nervosa maupun
bulimia nervosa
- Sifat prefectionis untuk menyenangkan orang lain
- Menghindari konflik
- Perilaku impulsive (penyalagunaan zat cair, pencurian, ansietas, depresi)
c. Penampilan umum dan perilaku motorik
- Lamban
- Letargi
- Kelebihan atau kekurangan berat badan; Badan kurus
- Lamban berespon
- Enggan menjawab pertanyaan atau tampak terbuka dan mau bicara
- Memakai baju yang longgar berlapis-lapis (tidk memerhatikan cuaca)
- Kontak mata
- Sikap menjauh dari perawat,
d. Mood dan afek klien
- Labil
- Menghindari makanan atu tidak
- Ansietas, depresi
- Gembira atau sedih
- Muram, tidak tersenyum
- Cemas, khawatir, malu
- Terlalu serius
e. Proses dan isi piker klien
f. Sensorium dan proses intelektual
- Menunjukan tanda-tanda kelaparan
Bingung
Mental yang lambat
Sulit konsentrasi
g. Penilaian dan daya tilik
h. Konsep diri
- Harga diri rendah
i. Peran dan hubungan
- Keluarga
- Teman
- Lingkungan
j. Pertimbangan fisiologis dan perawatan diri
- Olahraga yang berlebihan
- Tingkat keletihan
- Gangguan tidur(insomnia)
- Sering muntah
- Adanya masalah gigi
- Adanya luka di mulut
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose Keperawatan
1. Perubahan nutrisi: kurang/lebih dari kebutuhan tubuh b.d tidak mampu
memasukan, mencerna, dan mengabsorbsi makanan karena factor biologi dan
psikologi
2. Ketidakefektifan koping individu b.d ketidakmampuan untuk mengubah perilaku
3. Gangguan citra tubuh b.d persepsi atau kognisi
3. Rencana Tindakan/intervensi Keperawatan
Diagnose
keperawatan
Tujuan (goal,
objective, outcomes)
Intervensi Rasional
1. Ketidakefektifan
koping individu
b.d ketidak-
mampuan untuk
mengubah
perilaku
Goal: klien akan
meningkatkan koping
individu secara efektif
Objective: klien akan
mampu mengubah
perilaku sesuai yang
diharapkan/diinginkan
Outcomes: klien akan
- mengidentifikasi
metode yang tidak
berhubungan
dengan makanan
dalam menghadapi
stres atau krisis
- mengungkapkan
perasaan bersalah,
- tetapkan batasan dengan klien
tentang kebiasan klien.
Makanan akan dimakan di
ruang makan, dimeja, pada
waktu makan yang biasa
- dorong klien untuk makan
bersama klien lain, jika
ditoleransi
- batasan tersebut akan
mencegah perilaku makan
berlebihan sebelumnya, yang
mencakup makan diam-diam
dan menelan makanan dengan
cepat, menyembunyikan
makanan dan sebagainya.
Anda akan membantu klien
kembali ke pola makan yang
normal.
- Makan bersama orang lain
akan mencegah kerahasian
tentang makan meskipun pada
awalnya ansietas klien
mungkin terlalu tinggi untuk
bergabung dengan orang lain
ansietas,atau
kebutuhan yang
berlebihan akan
control
- menunjukkan
hubungan
interpersonal yang
lebih memuaskan
- mengungkapkan
citra tubuh yang
lebih realistis
- menunjukkan
metode alterntif
dalam menghadapi
stress atau kritis
- mengungkapkan
peningkatan
perubahan perilaku
- dorong klien untuk
mengungkapkan perasaan
seperti ansietas dan bersalah
tentang makan
- dorong klien untuk membut
catatan harian guna menuliskan
tipe dan jumlah makanan yang
dimakan dan mengidentifikasi
perasaan yang dialami
sebelum, selama, dan setelah
makan, terutama yang
berkaitan denagn dorongan
untuk melakukan perilaku
makan berlebihan atau
pengurasan
- dorong klien untuk
menggambarkan dan
mendiskusikan perasaannya
secara verbal, makan atau
perilaku pengurasan.
Pertahankan pendekatan yang
tidak menghakimi
- diskusikan tipe makanan yang
pada waktu makan.
- Pengungkapan perasaan
secara verbaldapat membantu
mengurangi ansietas klien dan
dorongan untuk melakukan
perilaku pengurasan
- Catatan harian dapat
membantu klien memeriksa
asupan makanan dan perasaan
yang dialaminya. secara
bertahap,ia mungkin mampu
melihat hubungan antara
perasaan dan perilaku
tersebut. awalnya,klien
mungkin mampu menuliskn
tentang perasaan dan perilaku
tersebut dengan lebih mudah
daripada membicarakannya.
- Anda dapat membantu klien
untuk mulai mengungkapkan
perasaan di lingkungan yang
tidak mengancam.sikap yang
tidak menghakimi
memberikan kesempatan
kepada klien untuk
mendiskusikan perasaannya
secara terbuka yang mungkin
negatif atu tidak dapat
diterimanya tanpa rasa takut
akan penolakan atau balas
dendam.
- Anda juga mungkin mampu
menenangkan bagi klien dan
yang mengurangi ansietas
- bantu klien menggali cara
mengulangi asientas dan
mengungkapkan
perasaan,terutama perasaan
marah,frustasi,dan frustasi,dn
asietas,yang tidak berhubungan
dengan makan.bantu klien
mengindetifikasi cara
menikmati kesenangan yang
tidak berhubungan dengan
makanan atau makan.
- Berikan umpan balik positif
terhadap usaha klien.
- Ajarkan klien tentang
penggunaan proses
penyelesaian masalah.
membantu klien melihat
bagaimana ia menggunakan
makanan untuk mengatasi
perasaan atau untuk membuat
nyaman dirinya.
- Penting untuk membantu klien
memisahkan masalah
emosional dari makanan dan
perilaku makan.
- Klien mungkin terbiasa menilai
hasil pencapaiannya seringkali
berhubungan dengan
makanan tanpa memerhatikan
perasaannya. pujian anda
tulus dapat meningkatkan
usaha klien untuk
mengahadapi ansietas,
kemarahan, dan perasaan
lainnya secara terbuka dan
jujur
- Penggunaan proses
penyelesaian masalah yang
berhasil, dapat membantu
meningkatkan harga diri dan
percaya diri klien
- Gali bersama klien kekuatan
personalnya.membuat daftar
tertulis kadang-kadang
berguna.
- Diskusikan dengan klien
tentang ide menerima berat
badan yang kurang ‘’ideal’’.
- Dorong klien memasukan
makanan yang mengemukakan
[atau’’yang buruk’’]ke dalam
diet ketika menoleransinya.
- Dorong klien untuk
mengembangkan ketrampilan
ini dan menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari.rujuk
klien ke buku atau kelas latihan
asertif di indikasikan.
- Dorong klien untuk
mengungkapkan perasaannya
tentang anggota keluarg dan
orang terdekat.
- Anda dapat membantu klien
menemukan kekuatannya.
Akan tetapi, tidakakan
berguna jika anda menuliskan
kekuatan klien – ia perlu
mengidentifikasi kekuatannya.
- Harapan atau persepsiklien
sebelumnya tentang berat
badan ideal mungkin tidak
realistis dan bahkan tidak
sehat
- Hal ini akan meningkatkan
rasa kendali klien terhadap
makan ynag berlebih
- Banyak klien bersifat pasif dan
tidak asertif dalam hubungan
interpersonal. Latihan asertif
dapat membantu
mengembangkan rasa kendali,
percaya diri dan dinamika
hubungan yang sehat
- Ungkapan perasaan dapat
membantu klien
mengidentifikasi, menerima
dan mengatasi perasaannya
dengan cara yang tepat
4. Tindakan Keperawatan
a. Menetapkan batasan dengan klien tentang kebiasan klien. Makanan akan dimakan di
ruang makan, dimeja, pada waktu makan yang biasa
b. Mendorong klien untuk makan bersama klien lain, jika ditoleransi
c. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaan seperti ansietas dan bersalah tentang
makan
d. Mendorong klien untuk membut catatan harian guna menuliskan tipe dan jumlah
makanan yang dimakan dan mengidentifikasi perasaan yang dialami sebelum, selama,
dan setelah makan, terutama yang berkaitan denagn dorongan untuk melakukan
perilaku makan berlebihan atau pengurasan
e. Mendorong klien untuk menggambarkan dan mendiskusikan perasaannya secara verbal,
makan atau perilaku pengurasan. Pertahankan pendekatan yang tidak menghakimi
f. Mendiskusikan tipe makanan yang menenangkan bagi klien dan yang mengurangi
ansietas
g. Membantu klien menggali cara mengulangi asientas dan mengungkapkan
perasaan,terutama perasaan marah,frustasi,dan frustasi,dn asietas,yang tidak
berhubungan dengan makan.bantu klien mengindetifikasi cara menikmati kesenangan
yang tidak berhubungan dengan makanan atau makan.
h. Memberikan umpan balik positif terhadap usaha klien.
i. Mengajarkan klien tentang penggunaan proses penyelesaian masalah.
j. Menggali bersama klien kekuatan personalnya.membuat daftar tertulis kadang-kadang
berguna.
k. Mendiskusikan dengan klien tentang ide menerima berat badan yang kurang ‘’ideal’’.
l. Mendorong klien memasukan makanan yang mengemukakan (atau’’yang buruk’’) ke
dalam diet ketika menoleransinya.
m. Mendorong klien untuk mengembangkan ketrampilan ini dan menggunakannya dalam
kehidupan sehari-hari.rujuk klien ke buku atau kelas latihan asertif di indikasikan.
n. Mendorong klien untuk mengungkapkan perasaannya tentang anggota keluarga dan
orang terdekat.
5. Evaluasi Keperawatan
a. Mengidentifikasi metode yang tidak berhubungan dengan makanan dalam menghadapi
stres atau krisis
b. Mengungkapkan perasaan bersalah, ansietas,atau kebutuhan yang berlebihan akan
control
c. Menunjukkan hubungan interpersonal yang lebih memuaskan
d. Mengungkapkan citra tubuh yang lebih realistis
e. Menunjukkan metode alterntif dalam menghadapi stress atau kritis
f. Mengungkapkan peningkatan perubahan perilaku
6. Pendidikan Pasien
a. Klien
- Kebutuhan nutrisi dasar
- Efek membahayakan dari pembatasan makan, diet, dan pengurasan
- Tujuan yang realistis tentang makan
- Penerimaan terhadap citra tubuh yang sehat
b. Keluarga dan teman
- Memberikan dukungan emosional
- Menunjukkan perhatian terhadap kesehatan klien
- Mendorong klien untuk mencari bantuan profesional
- Menghindari berbicra hanya tentang berat badan, asupan makanan, kalori
- Terinformasi tentang gangguan makan
- Tidak mungkin bagi keluarga dan teman untuk memaksa klien makan. Klien
membutuhkan bantuan profesional dari ahli terapi atau psikiater