7
ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS 1. PENGKAJIAN Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada masalah yang aktual. Beberapa aspek yang harus dikaji adalah : a. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan terancam oleh kejadian dan gejala yang timbul misalnya : 1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian. 2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan kemampuan melihat dan sebagainya. 3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur. 4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang hebat dengan pasangan hidup. 5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja yang berbeda. 6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman terhadap pemenuhan kebutuhan. b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian. Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut. 1) Apa makna / arti kejadian bagi individu.

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

  • Upload
    dexha

  • View
    217

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

axxa

Citation preview

Page 1: ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

1. PENGKAJIAN

Mengingat batas waktu krisis dan penyelesaiannya sangat singkat yaitu paling lama enam

minggu, maka pengkajian harus dilaksanakan secara spesifik dan pada masalah yang

aktual.

Beberapa aspek yang harus dikaji adalah :

a. Peristiwa pencetus, termasuk kebutuhan terancam oleh kejadian dan gejala yang

timbul misalnya :

1) Kehilangan orang yang dicintai, baik karena perpisahan maupun karena kematian.

2) Kehilangan bi-psiko-sosio seperti kehilangan salah satu bagian tubuh karena

operasi, sakit, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, sosial, kehilangan

kemampuan melihat dan sebagainya.

3) Kehilangan milik pribadi misalnya harta benda, kewarganegaraan, rumah digusur.

4) Ancaman kehilangan misalnya anggota keluarga yang sakit, perselisihan yang

hebat dengan pasangan hidup.

5) Perubahan-perubahan seperti pergantian pekerjaan, pindah rumah, garis kerja

yang berbeda.

6) Ancaman-ancaman lain yang dapat diidentifikasi, termasuk semua ancaman

terhadap pemenuhan kebutuhan.

b. Mengidentifikasi persepsi pasien terhadap kejadian.

Persepsi terhadap kejadian yang menimbulkan krisis termasuk pokok-pokok pikiran

dan ingatan yang berkaitan dengan kejadian tersebut.

1) Apa makna / arti kejadian bagi individu.

2) Pengaruh kejadian terhadap masa depan.

3) Apakah individu memandang kejadian tersebut secara realistis.

c. Mengidentifikasi sikap dan kekuatan dari sistem pendukung meliputi : keluarga,

sahabat, dan orang-orang penting bagi pasien yang mungkin dapat membantu.

1) Dengan siapa tinggal? Sendiri? Dengan keluarga? Dengan teman?

2) Apakah punya teman, tempat mengeluh / curhat?

3) Apakah bisa menceritakan masalah yang dihadapi bersama keluarga?

4) Apakah ada orang / lembaga yang dapat memberi bantuan?

5) Apakah punya keterampilan untuk mengganti fungsi orang hilang dan sebagainya.

Page 2: ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

d. Mengidentifikasi hal kekuatan dan mekanisme koping sebelumnya yang meliputi

strategi koping yang berhasil dan tidak berhasil.

1) Apakah yang biasa dilakukan dalam mengatasi masalah yang dihadapi?

2) Cara apa yang pernah berhasil dan tidak berhasil serta apa saja yang menyebabkan

kegagalan tersebut?

3) Apa saja yang sudah dilakukan untuk mengatasi masalah sekarang?

4) Apakah suka meninggalkan lingkungan untuk sementara agar dapat berfikir

dengan jernih?

5) Apakah suka mengikuti latihan olahraga untuk mengurangi ketegangan? Apakah

mencetuskan perasaannya dengan menangis?

Perilaku

Beberapa gejala yang sering ditunjukkan oleh individu dalam keadaan krisis antara lain :

a. Perasaan tidak berdaya, kebingungan, depresi, menarik diri, keinginan bunuh diri atau

membunuh orang lain.

b. Perasaan diasingkan oleh lingkungannya.

c. Kadang-kadang menunjukkan gejala somatik.

Pada krisis malapetaka (bencana) perilaku individu dapat diidentifikasi berdasarkan

fase respon terhadap musibah yang dialami. Lima fase respon terhadap musibah yang

dialami.

a. Dampak emosional

Fase ini termasuk kejadian itu sendiri dengan karakteristik sebagai berikut : syok,

panic, takut yang berlebihan, ketidakmampuan mengambil keputusan dan menilai

realitas serta mungkin terjadi perilaku merusak diri.

b. Pemberani (heroic)

Terjadi satu semangat kerjasama yang tinggi antara teman, tetangga dan tim

kegawatdaruratan mengatasi kecemasan dan depresi. Akan tetapi aktivitas yang

terlalu berlebihan dapat menyebabkan keletihan.

c. Honey moon (bulan madu)

Fase ini mulai terlihat satu minggu sampai beberapa bulan setelah terjadi malapetaka.

Bantuan orang lain berupa uang, sumber daya serta dukungan dari berbagai pihak

terkumpulkan, akan membantu membentuk masyarakat baru. Masalah psikologis dan

masalah perilaku mungkin terselubung.

d. Kekecewaan

Page 3: ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

Fase ini berakhir dalam 2 bulan sampai satu tahun. Pada saat ini individu merasa

sangat kecewa, timbul kebencian, frustasi dan perasaan marah. Korban sering

membandingkan keadaan tetangganya dengan dirinya dan mulai tumbuh rasa benci/

bermusuhan terhadap orang lain.

e. Rekontruksi reorganisasi

Individu mulai menyadari bahwa ia harus menghadapi dan mengatasi masalahnya.

Mereka mulai membangun rumah, bisnis dan hidupnya. Fase ini akan berakhir dalam

beberapa tahun setelah terjadinya musibah.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Beberapa diagnose keperawatan pada pasien krisis anatara lain :

a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan anak dalam keadaan sakit, yang

ditandai dengan terbatasnya kemampuan berkonsentrasi, agitasi motorik.

b. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan kematian putrinya yang ditandai

dengan ketidakmampuan mengingat kecelakaan yang dialami bersamaan putrinya

tersebut.

c. Koping keluarga tidak efektif untuk mencapai kata sepakat berhubungan dengan

perpisahan dengan suami yang ditandai dengan ketergantungan berlebihan terhadap

temannya, selalu berfikir tentang kepulangan suaminya.

d. Koping keluarga tidak efektif untuk mendapatkan persetujuan berhubungan dengan

istriistri didiagnosa kanker, ditandai dengan perasaan berduka, takut dan merasa

bersalah.

e. Perubahan proses keluarga berhubungan dengan pernikahan putrinya ditandai dengan

batas keluarga yang tidak jelas, pola komunikasi yang menyimpang.

Diagnosa keperawatan (NANDA)

1. Ansietas.

2. Koping keluarga tidak efektif.

3. Koping individu tidak efektif.

4. Perubahan proses keluarga.

5. Berduka.

6. Takut.

7. Perubahan tumbuh kembang.

8. Deficit pengetahuan.

9. Perubahan menjadi orang tua.

Page 4: ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

10. Respon pasca trauma.

11. Gangguan harga diri.

12. Isolasi sosial.

13. Distress spiritual.

3. PERENCANAAN

Langkah selanjutnya dari intervensi krisis adalah perencanaan.

Dinamika yang mendasari krisis diformulasikan berdasarkan informasi dengan

memperhatikan :

a. Faktor pencetus.

b. Alternative pemecahan maslaah.

Langkah-langkah untuk mencapai pemecahan masalah seperti menentukan

lingkungan pendukung yang membantu pemecahan masalah serta bagaimana

memperkuat sistem tersebut. Mekanisme koping yang perlu dikembangkan dan

diperkuat.

Tujuan :

a. Membantu pasien agar dapat berfungsi kembali seperti sebelum terjadi krisis.

b. Meningkatkan fungsi pasien dari sebelum terjadi krisis (bila mungkin).

c. Mencegah terjadinya dampak serius dari krisis misalnya bunuh diri.

Tindakan keperawatan :

Tindakan keperawatan utama dapat dibagi 4 tingkat dengan urutan dari dangkal sampai

yang paling dalam yaitu :

a. Manipulasi lingkungan untuk memperoleh dukungan situasi.

b. Dukungan umum (general support) : buatlah pasien merasa bahwa perawat ada

disampingnya dan siap membantu. Sikap perawat hangat, menerima, empati secara

penuh perhatian merupakan dukungan bagi pasien.

c. Pendekatan umum(general approach) : membantu klien menghadapi proses berduka

seperti pada korban malapetaka.

d. Pendektan individual (individual approach) : terapi terhadap masalah spesifik pada

pasien tertentu, efektif untuk smeua tipe krisis.

4. EVALUASI

Beberapa hal yang perlu dievaluasi antara lain :

a. Dapatkah individu menjalankan fungsinya kembali seperti sebelum terjadi krisis?

Page 5: ASUHAN KEPERAWATAN KRISIS

b. Sudahkah ditemukan kebutuhan utama yang dirasakan terancam oleh kejadian yang

menjadi faktor pencetus?

c. Apakah perilaku maladaftif atau symptom ditunjukkan telah berkurang?

d. Apakah mekanisme koping yang adaptif telah berfungsi kembali?

e. Apakah individu telah mempunyai sistem pendukung sebagai tempat dia bertumpu?