Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N DENGAN SKIZOFRENIA DI RUANG
DELIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
OLEH
WAODE MU’RIFAH RAZAK
NIM 144012017000817
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM RPL
2018
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N DENGAN SKIZOFRENIA DI RUANG
DELIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA
KARYA TULIS ILMIAH
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan
Diploma D III Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari
Jurusan Keperawatan
OLEH
WAODE MU’RIFAH RAZAK
NIM 144012017000817
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PROGRAM RPL
2018
iii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : WAODE MU’RIFAH RAZAK
NIM : 144012017000817
Institut Pendidikan : Jurusan Keperawatan Poltekes Kendari
Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N
DENGAN SKIZOFRENIA DI RUANG DELIMA RUMAH
SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-
benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau
pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa tugas akhir ini adalah hasil
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, 03 Agustus 2018
Yang Membuat Pernyataan
WAODE MU’RIFAH RAZAK
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS
1. Nama Lengkap : Wa Ode Mu’rifah Razak
2. Tempat Tanggal Lahir : Usuku 19 Oktober 1976
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Suku/Kebangsaan : Buton/ Indonesia
6. Alamat : Desa Kota Bangun Kec. Rano Meeto
II. PENDIDIKAN
1. SD Negeri 1 Bokori tamat tahun 1988.
2. MTSN 1 Kendari tamat tahun 1991
3. SPK PPNI Kendari tamat tahun1995
4. SPK-SJ Negeri Makassar tamat tahun 2000
5. POLTEKES Kemenkes Kendari Program RPR 2017 - 2018
vi
MOTTO
Ilmu adalah harta yang tidak akan habis
Bermimpilah semaumu dan kejarlah mimpi itu
Pendidikan bukan hanya untuk yang muda tapi untuk
semua umur
Jika orang lain bisa maka aku juga harus bisa
Kesuksesan bukanlah akhir segalanya,
Tetapi suatu pencapaian
Genggamlah dunia sebelum dunia menggenggammu
Semoga karya tulis ini bisa bermanfaat dan berguna
bagi Penulis, Masyarakat, dan Dunia Kesehatan pada
umumnya.
Amiiiin ………!!!
vii
ABSTRAK
Waode Mu’rifah Razak (17.087) “ Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. N
Dengan Skizofrenia di Ruang Delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara”. Dibimbing oleh Ibu Dewi Sartiya Rini, M.Kep, Sp. KMB, 67 halaman +
xi + 2 lampiran.
Halusinasi penglihatan merupakan salah satu gejala skizofrenia yang sering
ditemukan pada klien dengan gangguan jiwa. Halusinasi sering diidentifikasikan
dengan skizofrenia, klien merasa melihat, mendengar, membau, ada rasa raba
dan rasa kecap meskipun tidak ada sesuatu rangsangan yang tertuju pada kelima
indera tersebut. Tujuan penelitian mampu melakukan asuhan keperawatan
pada pasien pada pasien Ny. N dengan Skizofrenia di ruang Delima Rumah sakit
jiwa Sulawesi Tenggara.
Desain peneitian yaitu dengan studi kasus, subjek penelitian Ny. N dengan
diagnosa medis skizofrenia masalah keperawatan konfulsi akut. Metode
pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan pemeriksaan fisik
dengan memfokuskan intervesi pada manajemen halusinasi.
Hasil penelitian setelah dilakukan perawatan ± 5 hari pada Ny. N menunjukkan
tidak lagi melihat sosok bayangan putih dan mampu mengontrol dirinya disaat
muncul halusinasi.
Kesimpulan asuhan keperawatan yang dilakukan secara komrehensif dapat
membantun klien mengatasi halusinasinya.
Kata Kunci : Skozofrenia, Asuhan Keperawatan Jiwa,Halisinasi.
viii
KATA PENGANTAR
“BISMILLAHI ROHMANI RAHIM”
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah swt yang atas limpahan
rahmat dan hidayahnya sehingga Penulis mampu menyelesaikan karya tulis yang
berjudul : ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY. N DENGAN SKIZOFRENIA
DI RUANG DELIMA RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI SULAWESI TENGGGARA.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini masih
bayak kekurangan dan kekeliruan yang disebabkan keterbatasan penulis, baik
dari segi pengetahuan, tenaga, waktu dan materi. Oleh karena itu saran,
pendapat dan kritik yang sifatnya membangun kearah yang lebih baik sangat
dibutuhkan.
Berbagai kesulitan dan hambatan dalam penyusunan karya tulis ilmiah
penulis dapatkan, namun dengan bantuan dan bimbingan dari Ibu DEWI SARTIYA
RINI, M. Kep, Sp. KMB selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu dan
pikirannya dalam memberikan bimbingan dan pengarahan sehingga penulis bias
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dsampai pada ujian nanti.
Dengan selesainya karya tulis ilmiiah ini penulis ingin menyampaikan
terimakasih kepada :
1. Askrening. SKM, M.Kes, Selaku Direktur Poltekes Kemenkes Kendari.
2. Indriona Hadi. S.Kep, Ns, M.Kes. Selaku Ketua Jurusan Keperawatan Poltekes
Kemenkes Kendari.
3. Tim Penguji. 1. Fitri Wijayati. S. Kep. Ns. Kep., 2. Nurfantri. S.Kep, Ns,MSc., 3.
Rusna Tahir. M. Kep., Ns., M.Kep
4. Seluruh Dosen dan staf Poltekes Kemenkes Kendari.
5. dr. H. Abd. Razak. S. Ked. M. Kes. Selaku Direktur Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara
ix
6. Ibu, suami, anak dan saudara yang telah membantu dan mensuport penulis
untuk menyelesaikan pendidikan dan karya tulis ini.
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... iii
HALAMAN KEASLIAN PENELITIAN ................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................... v
HALAMAN MOTTO ................................................................................. vi
KATA PENGANTAR.................................................................................. vii
DAFTAR ISI ............................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ...................................................................... 4
D. Manfaat Studi Kasus ................................................................ 5
E. Metode Penulisan ...................................................................... 6
F. Sistematika Penulisan ............................................................... 6
BAB II. TINJAUAN TEORITIS ............................................................... 8
A. Konsep Dasar ........................................................................... 8
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi
Penglihatan ................................................................................. 21
BAB III. TINJAUAN KASUS ................................................................... 28
A. Identitas Klien ........................................................................... 28
B. Daftar Masalah Keperawatan ................................................. 44
C. Analisa Data .............................................................................. 45
D. Diagnosa Keperawatandan Interpensi .................................... 46
E. Implementasi dan Evaluasi ..................................................... 54
BAB IV. PEMBAHASAN ........................................................................... 57
BAB V. PENUTUP .................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 66
LAMPIRAN ……………………………………………………………….. 67
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel . Gejala pencetusrRespon neuro geologis stuar & laraia (2005) .......... 10
Tabel 2. Fase-fase/ tahapan halusinasi menurut Yosep (2010) ....................... 12
xii
Lampiran :
1. Lembaran Konsul KTI
2. Surat Persetujuan Melakukan Penelitian
3. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan jiwa adalah sesuatu bagian yang integral dari
kesehatan menurut World health Organisation (WHO) dalam Yosep
(2007), kesehatan jiwa bukan hanya tidak ada gangguan jiwa melainkan
mengandung berbagai karakteristik yang positif yang menggambarkan
keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan
kepribadiannya. Sedangkan menurut undang-undang Republik Indonesia
Nomor 18 tahun 2014, menjelaskan bahwa kesehatan jiwa adalah kondisi
dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan
mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Gangguan kesehatan jiwa secara garis besar dibedakan menjadi
dua yaitu orang dengan masalah kejiwaan (ODMK) orang dengan
gangguan jiwa (ODGJ). ODMK adalah orang yang mempunyai masalah
fisik, mental, sosial, pertumbuhan dan perkembangan, dan/ kualitas hidup
sehingga memiliki resiko mengalami gangguan jiwa. ODGJ adalah orang
yang mengalami gangguan dalam pikiran, perilaku dan perasaan yang
termanifestasi dalam bentuk sekumpulan gejala dan / perubahan perilaku
yang bermakna, serta dapat menimbulkan penderitaan dan hambatan
dalam menjalankan fungsi orang sebagai manusia (UU No. 18 Tahun
2014).
Gangguan jiwa terjadi cenderung meningkat. Peristiwa
kehidupan yang penuh tekanan seperti kehilangan orang yang dicintai,
putusnya hubungan sosial, pengangguran, masalah dalam pernikahan,
kesulitan ekonomi, tekanan pekerjaan dan deskriminasi meningkatkan
resiko penderita gangguan jiwa. Menurut WHO tahun 2012 terdapat 450
2
juta orang menderita gangguan jiwa. Ini merupakan sesuatu yang sangat
serius dan World Bank menyimpulkan bahwa saat ini gangguan jiwa
dapat mengakibatkan penurunan produktivitas sampai dengan 8,5 %.
Gangguan jiwa menempati urutan kedua setelah penyakit infeksi dan
prevalensi kejadiannya sebesar 11,5 % ( Depkes RI, 2014).
Data Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) tahun 2010 diketahui
jumlah penduduk Indonesia sebanyak 250 juta jiwa terdapat 0,17 % atau
425.000 jiwa yang mengalami gangguan jiwa berat dan 6,0 % atau 15 juta
jiwa dengan gangguan mental emosional. Sedangkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 adalah sebesar 6 % untuk
usia 15 tahun ke atas / sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk /
sekitar 400. 000 orang ( Depkes RI, 2014). Sedangkan Provinsi
Sulawesi Tenggara berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar
(RIKESDAS) 2013 terdapat 0,11 % orang dengan gangguan jiwa dan
4,10 % orang dengan masalah kejiwaan. Sehingga apabila jumlah
penduduk provinsi Sulawesi Tenggara berjumlah 2.720. 713 jiwa, maka
estimasi orang dengan gangguan kejiwaan berjumlah 2.993 jiwa dan
orang dengan masalah kejiwaan berjumlah 1.115.492 jiwa (Keliat, 2015).
Berdasarkan data medical record Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi
Tenggara tahun 2015 diperoleh data jumlah pasien yang mengalami
gangguan jiwa yang dirawat inap pada tahun 2013 tercatat sebanyak 932
pasien tahun 2014 sebanyak 1111 pasien dan tahun 2015 sebanyak 1042
pasien.
Lebih dari 90 % pasien dengan Skizofrenia mengalami halusinasi.
Meski halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan
Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi penglihatan dan
halusinasi pendengaran.
Data bulan Januari- Juni tahun 2018 diketahui, jumlah pasien
gangguan jiwa yang dirawat di ruang rawat inap yaitu ruang melati dan
3
Tulip berjumlah 19 orang di mana pasien dengan halusinasi sebanyak 11
orang (57,89 %). Matahari berjumlah 16 orang di mana pasien dengan
halusinasi sebanyak 9 orang (56,25 %). Asoka berjumlah 21 orang
dimana pasien dengan halusinasi sebanyak 13 orang (61,90 %). Ruang
teratai berjumlah 17 orang dimana pasien dengan halusinasi sebanyak 9
orang (52,94 %). Ruang Anggrek berjumlah 5 orang di mana pasien
dengan halusinasi sebanyak 2 orang ( 40%). Ruang Flamboyan
berjumlah 18 orang di mana pasien dengan halusinasi sebanyak 12 orang
(66,66 %). Ruang delima berjumlah 13 orang di mana pasien dengan
halusinasi sebanyak 8 orang (61,53%). Ruang Srikandi berjumlah 4
orang di mana pasien dengan halusinasi sebanyak 3 orang ( 75%).
Pada halusinasi orang merasa bahwa ia seakan-akan menerima
suatu stimulus yang sebenarnya secara objektif stimulus tersebut tidak
ada. Pada halusinasi terjadi bayangan yang jelas seperti pada persepsi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya halusinasi pada klien
gangguan jiwa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor predisposisi ( genetika,
neurobiologi neuro transmitter, abnormal perkembangan saraf, dan
psikologis) dan presipitasi ( pengolahan informasi yang berlebihan,
mekanisme penghantaran listrik abnormal tanya gejala pemicu) (Muhith,
2015)
Penanganan pasien gangguan jiwa dengan masalah utama
halusinasi di rumah sakit merupakan tanggung jawab tenaga kesehatan
khususnya tenaga medis dan paramedis perawatan. Perawat yang
berhubungan langsung dengan pasien harus melaksanakan peranannya
secara profesional serta dapat mempertanggungjawabkan Asuhan
Keperawatan yang diberikan-nya secara ilmiah. Prinsip penatalaksanaan
asuhan keperawatan pada pasien halusinasi antara lain membina
hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal dan menyadari
perilaku halusinasi yang dialami, melatih pasien cara cara mengontrol
halusinasi ( cara menghardik, bercakap-cakap dengan orang lain, bukan
4
kegiatan terjadwal dan minum obat secara teratur), melibatkan pasien
dalam interaksi dan terapi kelompok secara bertahap (Keliat dan Akemat,
2006).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk
menelaaah lebih dalam tentang penanganan pasien gangguan jiwa
khususnya pasien dengan masalah skizofrenia melalui Asuhan
Keperawatan yang komprehensif pada pasien Ny. N dengan masalah
utama halusinasi penglihatan di ruang delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara.
B. Rumusan masalah
Dalam asuhan keperawatan ini, penyusun membatasi ruang
lingkup bahasan dalam pelaksanaan studi kasus yaitu Asuhan Keperawatan
Jiwa pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara secara komprehensif pengkajian,
diagnosa keperawatan, intervensi implementasi dan evaluasi.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum studi kasus.
Penulis mampu melakukan Asuhan Keperawatan Jiwa secara
komprehensif pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara2.
2. Tujuan Khusus studi kasus.
a. mampu melakukan pengkajian pada pasien Ny.n dengan
skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara.
b. mampu menegakkan diagnosa keperawatan sesuai prioritas
pada pasien Ny. N skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
5
c. mampu menyusun rencana tindakan keperawatan pada
pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
d. mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien
Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima Rumah Sakit
Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
e. mampu melakukan evaluasi hasil asuhan keperawatan pada
pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
f. mampu mendokumentasikan Asuhan Keperawatan yang
diberikan pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang
delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
g. mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara
teori dan studi kasus dalam melakukan asuhan keperawatan
pada pasien Ny. N dengan skizofrenia di ruang delima
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara.
D. Manfaat Studi Kasus
Manfaat susunan dari asuhan keperawatan ini dapat dibagi menjadi
dua yaitu :
1. Manfaat teoritis.
Dapat menjadi salah satu referensi bagi mahasiswa keperawatan untuk
membandingkan antara asuhan keperawatan Secara teoritis dengan
kenyataan pada praktik klinik.
2. Manfaat praktis.
a. Rumah Sakit. Metode keperawatan yang digunakan untuk
mengatasi pasien dengan masalah halusinasi penglihatan.
b. Istitusi Pendidikan. Dijadikan contoh pembuatan laporan dalam
melakukan keperawatan pada pasien dengan masalah utama
halusinasi penglihatan.
6
E. Metode penulisan.
Metode yang digunakan dalam penulisan asuhan keperawatan ini
adalah sebagai berikut :
1. Studi kepustakaan yaitu melalui berbagai literatur yang akurat dapat
terpercaya untuk mendapatkan teori-teori yang relevan yang
berhubungan dengan kasus klien.
2. Studi kasus yaitu mempelajari kasus pasien dengan menggunakan
pendekatan proses keperawatan yaitu melakukan pengumpulan data
menggunakan metode wawancara observasi dan pemeriksaan fisik
serta melakukan demonstrasi tindakan keperawatan yang sesuai
dengan masalah klien.
3. Studi dokumentasi yaitu mempelajari dokumen data-data pada status
klien dan catatan yang berhubungan dengan isi karya tulis.
F. Sistematika Penulisan
Bagian ini menguraikan sistematika penulisan laporan karya tulis
ilmiah yang terdiri atas 5 (Lima) Bab, yaitu :
BAB I
BAB II
BAB III
:
:
:
:
Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, ruang
lingkup bahasan, Tujuan penulisan, manfaat penulisan,
metode penulisan dan sistematika penulisan.
Tinjauan teoritis, terdiri atas konsep dasar halusinasi (
Tian, etiologi, jenis-jenis halusinasi, fase halusinasi,
rentang respon, gambaran klinik sumber koping dan
mekanisme koping penatalaksanaan) dan konsep dasar
asuhan keperawatan pasien halusinasi yang meliputi
pengkajian diagnosa keperawatan intervensi implementasi
dan evaluasi.
Tinjauan kasus yang merupakan laporan hasil asuhan
keperawatan pada pasien Ny. N dengan halusinasi
penglihatan di ruang Delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara.
7
BAB IV
BAB VI
: Pembahasan, bab ini menguraikan tentang kesenjangan
yang ditemukan dari fakta dan teori yang dibahas
komprehensif pomade faktor pendukung dan faktor
penghambat serta alternatif penyelesaian masalah pada
setiap tahap proses keperawatan.
Kesimpulan dan Saran, bab ini berisi tentang kesimpulan
atas hasil pelaksanaan asuhan keperawatan dan saran-saran
yang berkaitan dengan kesimpulan.
8
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Dasar.
1. Pengertian
Skizofrenia (Schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi
otak yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi
dan perilaku sosialnya (neurogical disease that affects a person’s
perfection thingking, language, emotion, and social behavior): (Yosep,
2009).
Menurut Maramis (1998) dalam Muhith ( 2015), skizofrenia
merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien gangguan
jiwa. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
panca indera tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang
dialami seperti suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksternal
(persepsi palsu). Halusinasi pendengaran adalah gangguan stimulus
dimana mendengar suara-suara terutama suara orang, biasanya pasien
mendengar suara orang yang sedang membicarakan Apa yang sedang
dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan sesuatu (Prabowo,
2014).
2. Etiologi
a. Faktor predisposisi.
Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres.
Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya, mengenai faktor
perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis dan genetik Iya itu
faktor resiko mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stres (Damayanti, 2012)
9
1) Faktor perkembangan.
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan
interpersonal terganggu maka individu akan mengalami stres
dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural.
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang
merasa disingkirkan oleh kesepian terhadap lingkungan tempat
klien dibesarkan.
3) Faktor biokimia.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa.
Dengan adanya stres yang berlebihan dialami seseorang maka
di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neuro kimia seperti buffofenon dan
Dimetytranferase (DMP).\
4) Faktor psikologis.
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis Serta adanya
peran ganda yang bertentangan dan sering diterima oleh anak
akan mengakibatkan stres dan kecemasan yang tinggi dan
berakhir dengan gangguan orientasi realitas.
5) Faktor genetik.
Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui
,tetapi Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh pada
penyakit ini. (Yosep, 2009 dan Prabowo, 2014).
b. Faktor presipitasi.
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan ancaman / tuntutan yang memerlukan energi ekstra
untuk koping. Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu
seperti partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama Diajak
komunikasi, jadi yang ada di lingkungan juga suasana sepi / isolasi
adalah sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut
10
dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik (Muhith, 2015).
Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :
1) Berlebihnya proses informasi pada sistem saraf yang menerima dan
memproses informasi di talamus dan frontal otak.
2) Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu ( mekanisme
abnormal).
3) Gejala-gejala pemicu kondisi kesehatan lingkungan, sikap dan
perilaku seperti yang tercantum pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Gejala pencetus respon neurobiologis Stuar & Laraia (2005) dalam
Muhith (2015).
Kesehatan - Nutrisi kurang. - Kurang tidur. - Ketidakseimbangan Irama sirkadian. - Kelelahan infeksi. - Obat-obatan sistem saraf pusat. - Kurangnya latihan. - Hambatan Untuk menjangkau pelayanan kesehatan.
Lingkunagan - Lingkungan yang memusuhi kritis. - Masalah di rumah tangga. - Kehilangan kebebasan hidup, pola aktivitas sehari-hari. - Kesukaran dalam berhubungan dengan orang lain. - Isolasi sosial. Kurang dukungan sosial. - Tekanan kerja ( kurang keterampilan dalam bekerja). - Stigmasasi. - Kemiskinan. - Kurangnya alat transportasi. - Ketidakmampuan mendapat pekerjaan.
Sikap/Perilaku - Merasa tidak mampu / harga diri rendah. - Putus asa / tidak percaya diri. - Merasa gagal / kehilangan motivasi menggunakan
keterampilan diri. - Kehilangan kendali diri / (Demoralisasi). - Merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala
tersebut. - Merasa Malang ( tidak mampu memenuhi kebutuhan
spiritual). - Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun
kebudayaan.
11
- Rendahnya kemampuan sosialisasi. - Perilaku agresif. - Perilaku kekerasan. - Ke tidak ada kekuatan pengobatan. - Tidak ada kekuatan penanganan gejala.
3. Jenis-jenis halusinasi
a. Halusinasi pendengaran.
Meliputi mendengar suara-suara paling sering adalah suara
orang, berbicara kepada klien / membicarakan klien. Mungkin satu /
banyak suara, dapat berupa suara orang yang dikenal / tidak dikenal.
Nasib pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling sering
terjadi. Halusinasi perintah adalah suara-suara yang menyuruh klien
untuk mengambil tindakan, seringkali membahayakan diri / orang lain
yang dianggap berbahaya.
b. Halusinasi penglihatan.
Mencakup melihat bayangan yang sebenarnya tidak ada sama
sekali, misalnya cahaya / orang yang sudah meninggal, / mungkin
sesuatu yang bentuknya menakutkan, misalnya melihat monster.
Halusinasi ini merupakan jenis halusinasi yang kedua yang paling
sering terjadi.
c. Halusinasi penghidu ( penciuman).
Meliputi mencium aroma / bau padahal tidak ada. Bau tersebut
dapat berupa file tertentu seperti urine / feses / bau yang sifatnya lebih
umum misalnya bau busuk / bau yang tidak sedap. Jenis halusinasi ini
seringkali ditemukan pada klien demensia, kejang dan stroke.
d. Halusinasi taktil (peraban).
Mengacu pada sensasi seperti aliran listrik yang menjalar ke
seluruh tubuh / binatang kecil yang merayap di kulit. Halusinasi taktil
paling sering ditemukan pada klien yang mengalami putus alkohol.
12
e. Halusinasi pengecapan.
Mencakup rasa yang tetap ada dalam mulut, / perasaan bahwa
masakan Terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa
rasa logam / pahit / mungkin seperti rasa tertentu.
f. Halusinasi kinestetik.
Halusinasi kinestetik adalah kondisi merasa badan bergerk dalam
subuah ruang atau anggota badannya bergerak.
4. Fase-fase halusinasi
Tabel 2. Fase-fase / tahapan halusinasi menurut Yosep ( 2010) dalam
Damayanti ( 2012)
Stage 1 : sleep disorder,
fase awal seseorang
sebelum muncul
halusinasi.
Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar
dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
dirinya banyak masalah. Masalah makin terasa
sulit karena berbagai stressor terakumulasi
misalnya kekasih hamil, masalah di kampus,
PHK di tempat kerja, penyakit, utang, nilai di
kampus, Drop Out dan sebagainya. Mas bisa
menekan karena terakumulasi sedangkan support
system kurang dan persepsi terhadap masalah
sangat buruk. Sulit tidur berlangsung terus-
menerus sehingga terbiasa menghayal. Pilihan
menganggap Lamunan Lamunan awal tersebut
sebagai pemecahan masalah.
Stage 2 : Comforting
moderate level of Anxiety
halusinasi secara umum
diterima sebagai sesuatu
yang alami.
Pasien mengalami emosi yang berlanjut seperti
adanya perasaan cemas, kesepian, perasaan
berdosa, ketakutan dan mencoba memusatkan
pemikiran pada timbulnya kecemasan. Iya
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan
sensornya dapat dia kontrol bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien
13
merasa nyaman dengan halusinasinya.
Stage 3 : Condemning
Svere Level of Anxiety
secara umum halusinasi
sering mendatangi klien.
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang
dan mengalami bias. Klien mulai merasa tidak
mampu lagi mengontrolnya dan mulai berupaya
menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik diri dari orang
lain dengan intensitas waktu yang lama.
Stage 4 : Controlling
Severe Level of Anxiety.
Fungsi sensorik menjadi tidak relevan dengan
kenyataan. Mencoba melawan suara-suara /
sensory abnormal yang datang. Klien dapat
merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.
Inilah dimulai fase gangguan Psychotic.
Stage 5 : Conquering
Panic Level of Anxiety.
Klien mengalami gangguan dalam menilai
lingkungannya. Pengalaman sensori yang
terganggu klien mulai merasa terancam dengan
datangnya suara suara terutama bila kiri yang
tidak dapat menuruti ancaman / perintah yang
didengar dari halusinasinya. Halusinasi dapat
berlangsung selama minimal 4 jam / seharian bila
klien tidak mendapatkan komunikasi terapiutik.
Terjadi gangguan psikotik berat.
5. Rentang Respon Neurobiologi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang
berada dalam rentang respon neurobiologist. Ini merupakan respon
persepsi paling maladaptif. Jika individu yang sehat persepsinya akurat,
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus Berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra ( pendengaran, lihatkan,
penghidu, pengecapan dan perabaan), pasien dengan halusinasi
14
mempersepsikan suatu stimulus panca indra walaupun sebenarnya
stimulus tersebut tidak ada.
Rentang repon halusinasi dapat dilihat pada gambar ddi halaman berikut
ini.
Respon adaptif Respon Maladaptif
Pikiran logis.
Persepsi akurat
Emosi konsisten
dengan pengalaman
Perilaku sesuai
Hubungan positif
Kadang pikiran
terganggu
Ilusi
Emosi berlebihan /
kurang
Perilaku tidak biasa
Menarik diri
Gangguan proses
pikir / delusi
Halusinasi
Sulit berespon dengan
pengalaman
Perilaku tidak
terorganisir
Isolasi sosial.
Gambar 1. Rentan respon halusinasi.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam Damayanti (2012),
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individu yang berada
dalam rentang respon neurobiologis.
a. Pikiran logis : Yaitu ide yang berjalan secara logis dan koheren.
b. Persepsi akurat : Iya itu proses diterimanya rangsang melalui panca
indra yang didahului oleh perhatian ( attention) sehingga individu
sadar tentang sesuatu yang ada di dalam maupun di luar dirinya.
c. Emosi konsisten : manifestasi perasaan yang konsisten / efek keluar
disertai banyak komponen fisiologi dan biasanya berlangsung tidak
lama.
15
d. Perilaku sesuai : individu berupa tindakan nyata dalam penyelesaian
masalah masih dapat diterima oleh norma-norma sosial dan budaya
umum yang berlaku.
e. Hubungan sosial harmonis : Iya itu hubungan yang dinamis
menyangkut hubungan antar individu dan individu individu dan
kelompok dalam bentuk kerjasama.
f. Proses pikir kadang terganggu (ilusi) : manifestasi dari persepsi
impuls eksternal melalui alat panca indra yang memproduksi
gambaran sensorik pada area tertentu di otak kemudian di
interprestasi sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya.
g. Emosi berlebihan / kurang : manifestasi perasaan / efek keluar
berlebihan / kurang.
h. Perilaku tidak sesuai / biasa : yaitu perilaku individu berupa tindakan
nyata dalam penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma-
norma sosial / budaya umum yang berlaku.
i. Perilaku aneh / tidak biasa : perilaku individu berupa tindakan nyata
dalam menyelesaikan masalahnya tidak diterima oleh norma-norma
sosial / budaya umum yang berlaku.
j. Menarik diri : yaitu percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain menghindari hubungan dengan orang lain.
k. Isolasi sosial : menghindari dan dihindari oleh lingkungan sosial
dalam berinteraksi.
6. Gambaran klinik
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan,
perasaan tidak aman, gelisah dan bingung, perilaku merusak diri, kurang
perhatian, tidak mampu mengambil keputusan serta tidak dapat
membedakan keadaan nyata dan tidak nyata.
Menurut Stuart dan Laraia (2005) dalam Muhith (2015) mencoba
memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas hakikat keberadaan
seorang individu sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-
16
unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari 5
dimensi yaitu :
a. Dimensi fisik.
Manusia dibangun oleh sistem indra untuk menanggapi
rangsangan eksternal yang diberikan oleh lingkungannya.
Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
Kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga
delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b. Dimensi emosional.
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak
dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi.
Halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien
tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi intelektual.
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu
dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi
ego pada awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekankan namun merupakan suatu
hal yang menyembuhkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol semua
perilaku klien.
d. Dimensi sosial.
Dimensi sosial pada individu dengan halusinasi menunjukkan
adanya kecenderungan untuk menyendiri. Individu asik dengan
halusinasinya seolah-olah Ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi dijadikan sistem
kontrol oleh individu tersebut sehingga jika perintah halusinasi
berupa ancaman, dirinya / orang lain individu cenderung untuk itu.
17
Oleh karena itu, Aspek penting dalam melaksanakan intervensi
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interaksi
yang menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan,
serta mengusakan klien tidak menyendiri sehingga kalian selalu
berinteraksi dengan lingkungannya dan halusinasi tidak
berlangsung.
e. Dimensi spiritual.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial, Sehingga
interaksi dengan manusia lainnya merupakan kebutuhan yang
mendasar. Pada individu tersebut cenderung menyendiri hingga
proses diatas tidak terjadi, individu tidak sadar dengan
keberadaannya dan halusinasi menjadi sistem kontrol dalam
individu tersebut. Saat halusinasi menguasai dirinya individu
kehilangan kontrol kehidupan dirinya.
Halusinasi benar-benar real dirasakan oleh klien yang
mengalaminya, seperti mimpi saat tidur. Klien mungkin tidak
punya cara untuk menentukan persepsi tersebut nyat Sama halnya
seperti seseorang mendengarkan suara-suara dan tidak lagi
melakukan orang yang berbicara tentang suara tersebut.
Ketidakmampuannya mempersepsikan stimulus secara real dapat
menyulitkan kehidupan klien. Karenanya halusinasi harus menjadi
prioritas untuk segera diatasi.. Untuk memfasilitasi nya klien perlu
dibuat nyaman untuk menceritakan perihal halusinasinya.
Klien yang mengalami halusinasi sering kecewa karena
mendapatkan respon negatif ketika mencoba menceritakan
halusinasinya kepada orang lain. Karenanya banyak pilihan
enggan untuk menceritakan pengalaman pengalaman aneh
halusinasinya. Pengalaman halusinasi menjadi masalah untuk
dibicarakan dengan orang lain. Kemampuan untuk
memperbincangkan tentang halusinasi yang dialami oleh klien
sangat penting untuk memastikan dan validasi pengalaman
18
halusinasi tersebut. Perawat harus memiliki ketulusan dan
perhatian untuk dapat memfasilitasi percakapan tentang halusinasi.
Menurut Hamis (2000) dalam Damayanti (2012), perilaku
klien yang terkait dengan halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Bicara sendiri
b. Senyum sendiri
c. Tertawa sendiri
d. Menggerakkan bibir tanpa suara
e. Pergerakan mata yang cepat
f. Respon verbal yang lambat
g. Menarik diri dari orang lain
h. Berusaha untuk menghindari orang lain
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
j. Terjadinya peningkatan denyut jantung pernapasan dan tekanan
darah
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang / hanya beberapa
detik
l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
m. Sulit berhubungan dengan orang lain
n. Ekspresi muka tegang
o. Mudah tersinggung jengkel dan marah
p. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
q. Tampak Tremor dan berkeringat
r. Perilaku panik
s. Agitasi dan kataton
t. Curiga dan bermusuhan
u. Bertindak merusak diri orang lain dan lingkungan
v. Ketakutan
w. Tidak dapat mengurus diri
x. Biasanya terdapat disorientasi waktu tempat dan orang
19
Perilaku yang mengalami halusinasi sangat tergantung pada
jenis halusinasi nya. Apabila perawat mengidentifikasi adanya
tanda-tanda dan perilaku halusinasi maka pengkajian selanjutnya
harus dilakukan tidak hanya sekedar mengetahui jenis halusinasi
nya saja. Validasi informasi tentang halusinasi yang diperlukan
meliputi :
a. Isi halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar,
apa yang dikatakan suara itu, jika halusinasi auditorik. Apa
bentuk bayangan yang dilihat oleh klien, jika halusinasi visual,
Bau apa yang tercium jika halusinasi penghidu rasa apa yang
dikecap jika halusinasi pengecapan, dan Apa yang dirasakan
dipermukaan tubuh jika halusinasi perabaan.
b. Waktu dan frekuensi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan kepada klien Kapan
pengalaman halusinasi muncul, berapa kali sehari, seminggu /
sebulan pengalaman halusinasi itu muncul. Informasi ini
sangat penting untuk mengidentifikasi pencetus halusinasi dan
menentukan bilamana klien perlu perhatian saat mengalami
halusinasi
c. Situasi munculnya halusinasi.
Perawat perlu mengidentifikasi situasi yang dialami sebelum
halusinasi muncul. Selain itu perawat juga bisa mengobservasi
apa yang dialami klien menjelang munculnya halusinasi untuk
meng validasi pernyataan klien.
d. Respon klien
Untuk menentukan sejauh mana halusinasi telah
mempengaruhi klien bisa dikaji dengan apa yang dilakukan
oleh klien saat mengalami pengalaman halusinasi. Apakah
kalian masih bisa mengontrol stimulus halusinasinya / sudah
tidak berdaya terhadap halusinasinya.
20
7. Sumber Koping dan Mekanisme Koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor. Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang
individu dapat mengatasi stres dan anxietas dengan menggunakan sumber
koping di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal untuk
menyelesaikan masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya, dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan
stres dan mengadopsi strategi coping yang berhasil.
Mekanisme koping adalah upaya yang diarahkan pada pengelolaan
stres termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dari mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart, Laraia 2005
dalam Muhith, 2015).
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha
untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain.
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
8. Penatalaksanaan ( Terapi Psikofarmaka).
a. Chlorpromazine
Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam
kemampuan menilai realitas kesadaran diri terganggu, daya ingat
norma sosial dan titik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-
fungsi mental halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh
/ tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari,
tidak mampu bekerja berhubungan sosial dan melakukan kegiatan
rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (Hypotensi)
antikolinergik/ parasimpatik, mulut kering kesulitan dalam miksi,
hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi,
gangguan Irama jantung. Gangguan ekstra piramidal ( dystonia akut,
akatsia syndrome Parkinson). Gangguan endokrin ( amenorrhe).
21
Metabolic (Soundiee). Hematologi agranulosis. Biasanya untuk
pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati,
penyakit darah epilepsi gangguan jantung.
b. Haloperidol (HLP)
Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek
samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defleksi, hidung
tersumbat mata kabur, tekanan intra meninggi, gangguan Irama
jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah,
epilepsi kelainan jantun.
c. Trihexyphenidyl (THP)
Segala jenis penyakit parkinson, termasuk paska ensefalitis
dan idiopatik sindrom Parkinson akibat obat misalnya reserpina dan
fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering,
penglihatan kabur pusing mual muntah bingung agitasi, konstipasi,
takikardia dilatasi ginjal, retensi urine. Kontraindikasi terhadap
hi%sitive trihexyphenidyl (THP), glaucoma sudut sempit, psychosis
berat psikoneurosis.
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Pasien Halusinasi Penglihatan.
Menurut (fitria, 2009 dalam Damayanti 2012), pengelompokan
data pada pengkajian kesehatan dan keperawatan jiwa berupa faktor
presipitasi, penilaian stressor suberkopping yang dimiliki klien setiap
melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :
1. Pengkajian
a. Identitas klien
Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, status perkawinan,
Agama, tanggal MRS, informan, tanggal pengkajian, nomor rumah
klien, dan alamat klien.
22
b. Keluhan utama
Keluhan utama Biasanya berupa bicara sendiri, tertawa sendiri,
senyum sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, menarik diri dari
orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata,
ekspresi muka tegang mudah tersinggung, jengkel dan marah
ketakutan biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang, tidak
dapat mengurus diri dan tidak melakukan kegiatan sehari-hari.
c. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres. Diperoleh baik dari klien maupun keluarganya,
mengenai faktor perkembangan sosial kultural, biokimia psikologis
dan genetik yaitu faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan
jumlah sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres.
1) Faktor perkembangan ; biasanya tugas perkembangan
mengalami hambatan dan hubungan interpersonal terganggu
maka individu akan mengalami stres dan kecemasan.
2) Faktor sosiokultural ; berbagai faktor di masyarakat dapat
menyebabkan seseorang merasa disingkirkan oleh kesepian
terhadap lingkungan tempat klien dibesarkan.
3) Faktor biokimia ; adanya stres yang berlebihan dialami
seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang
dapat bersifat halusinogenik neuro kimia.
4) Faktor psikologis; hubungan interpersonal yang tidak
harmonis, adanya peran ganda yang bertentangan dan tidak
diterima oleh anak akan mengakibatkan stres dan kecemasan
yang tinggi dan berakhir dengan gangguan orientasi realitas
seperti halusinasi.
5) Faktor genetik; Apa yang berpengaruh dalam skizoprenia
.Belum diketahui, tetapi Hasil studi menunjukkan bahwa faktor
23
keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh
pada penyakit ini.
d. Faktor presipitasi
Adanya rangsangan lingkungan yang sering yaitu seperti
partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama Diajak komunikasi
objek yang ada di lingkungan juga suasana sepi / isolasi adalah
sering sebagai pencetus terjadinya halusinasi karena hal tersebut
dapat meningkatkan stres dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik.
e. Aspek fisik
Hasil pengukuran tanda vital (TD, nadi, suhu, pernapasan, TB,
BB) dan keluhan fisik yang dialami oleh klien. Terjadi
peningkatan denyut jantung pernapasan dan tekanan darah.
f. Aspek psikososial
Genogram yang menggambarkan tiga generasi.
g. Konsep diri
1) Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah /
tidak menerima perubahan tubuh yang terjadi / yang akan
terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif
tentang tubuh. Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang,
mengungkapkan keputusasaan, mengungkapkan ketakutan.
2) Identitas diri
Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan
dan tidak mampu mengambil keputusan.
3) Peran
Berubah / berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit,
proses menua putus sekolah dan PHK.
4) Identitas diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya dan
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
24
5) Harga diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat,
mencederai diri dan kurang percaya diri.
h. Status mental
Pada pengkajian status mental pasien halusinasi ditemukan data
berupa bicara sendiri, senyum sendiri, tertawa sendiri,
menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat,
respon verbal yang lambat, menarik diri dari orang lain berusaha
untuk menghindari orang lain, tidak dapat membedakan yang nyata
dan tidak nyata, terjadi peningkatan denyut jantung pernapasan dan
tekanan darah, perhatian dengan lingkungan yang kurang / hanya
beberapa detik com berkonsentrasi dengan pengalaman sensori,
sulit berhubungan dengan orang lain, ekspresi muka tegang, mudah
tersinggung, jengkel dan marah tidak mampu mengikuti perintah
dari perawat, tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik,
agitasi dan kataton curiga dan bermusuhan, bertindak merusak diri
orang lain dan lingkungan, ketakutan, tidak dapat mengurus diri,
biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang.
i. Kebutuhan Persiapan pulang
1) Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2) Klien tidak mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC membersihkan dan merapikan pakaian.
3) Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi.
4) Klien tidak dapat melakukan istirahat dan tidur, tidak dapat
beraktivitas di dalam dan di luar rumah.
5) Klien tidak dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar
25
j. Mekanisme koping
Apabila mendapat masalah, pasien takut / tidak mau menceritakan
kepada orang lain (koping menarik diri). Mekanisme koping yang
digunakan pasien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang
merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya.
Mekanisme koping yang sering digunakan pada halusinasi adalah :
1) Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2) Proyeksi : menjelaskan perubahan suatu persepsi dengan
berusaha untuk mengalihkan tanggung jawab kepada orang
lain.
3) Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik
dengan stimulus internal.
k. Aspek medik
Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi
psikomotor terapi okupasional, TAK dan rehabilitas.
2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan Nanda 2014-2017 pasien dengan skizofrenia dapat
ditegakkan diagnose keperawatan konfulsi akut.
Batasan karakteristik.
- Agitasi
- Gangguan fungsi kognitif
- Gangguan tingkat kesdaran
- Gangguan fungsi fsikomotor
- Halusinasi
- Ketidaktepatan mengikuti perilaku berorientasi tujuan
- Ketidaktepatan mengikuti perilaku terarah
- Tidak mampu memulai perilaku berorientasi tujuan
- Tidak mampu memulai perilaku terarah
- Salah presepsi
- Gelisah
26
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN TINDAKAN
NOC NIC
1 Konfulsi akut Orientasi Kognitif Manajemen Halusinasi
- Mengidentifikasi diri sendiri
- Mengidentifikasi orang-orang yang
singnifikan
- Mengidentifikasi tempat saat ini
- Mengidentifikasi hari dengan benar
- Mengidentifikasi bulan dengan benar
- Mengidentifikasi tahun dengan benar
- Mengidentifikasi musim dengan benar
- Mengidentifikasi peristiwa saat ini yang
signifikan
- Bangun hubungan interpersonal dan saling percaya dengan
klien.
- Monitor dan atur tingkat aktifitas dan stimulasi
lingkungan.
- Pertahankan lingkungan yang aman.
- Catat perilaku klien yang menunjukkan halusinasi.
- Berikan klien kesempatan untuk mendiskusikan
halusinasinya.
- Dorong klien untuk memfalidasi halusinasi dengan orang
yang dipercaya
- Berikan obat antipsikotik dan anti angsietas secara rutin
sesuai kebutuhan.
- Monitor kehadiran halusinasi mengenai konten dari
halusinasi berupa kekerasan atau mencelakai diri.
- Tegaskan jika di tanya bahwa anda tidak mengalami
27
stimul;us yang sama.
- tingkatkan komunikasi yang jelasdan terbuka.
- Berikan pengajaran terkait pada obat klien dan orang-
orang terdekat
28
BAB III
TINJAUAN KASUS
a. Pengkajian
I. Identitas diri klien
Nama
Tempat tanggal lahir
Umur
Jenis kelamin
Alamat
Status perkawinan
Agama
Suku
Pendidikan
Pekerjaan
Nomor rekam medis
Tanggal masuk RS
Tanggal pengkajian
Sumber informasi
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Ny. N
Toli-toli, 5 Juli 1985
32 Tahun
Perempuan
Desa Lalimbue, Batu Gong
Janda, 1 anak
Islam
Bugis
SLTP
Ibu Rumah Tangga
03 17 03
02 Juni 2016
12 Juli 2018
Klien, Status RM Perawat Ruangan
Keluarga terdekat yang dapat dihubungi.
Nama
Pendidikan
Pekerjaan
:
:
:
Ny.S
SMA
Ibu Rumah Tangga
29
Hubungan dengan klien
Alamat
:
:
Ibu
Desa Lalimbue, Batu Gong
II. Status kesehatan saat ini
1. Alasan kunjungan / keluhan utama :
a. Alasan kunjungan :
Klien dibawa ke RSJ karena mau lihat bayangan-bayangan dengan
kondisi,gaduh, gelisah, ngamuk kurang lebih 5 hari yang lalu sebelum
masuk rumah sakit pada tanggal 2 Juni 2016
b. Keluhan pada saat pengkajian :
klien selalu melihat bayangan bayangan putih pada malam hari2.
2. Faktor pencetus : klien dengan putus obat dan sulit tidur
3. Lamanya keluhan: kurang lebih 5 hari yang lalu sebelum masuk rumah
sakit
4. Timbulnya keluhan ( √ ) bertahap ( )mendadak
5. Faktor yang memperberat : klien sering mengamuk dan gelisah
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya
Sendiri : klien mondar-mandir, dan takut kematian berteriak jika
halusinasinya muncul
Orang lain : -
7. Diagnosa Medic :
a. Skizofrenia residual tanggal : 2 Juni 2016
30
III. Faktor predisposisi
1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu : ( √ ) ya ( ) tidak
2. Pengobatan sebelumnya : ( ) berhasil ( √ ) kurang berhasil ( )
tidak berhasil
Pelaku / usia korban / usia saksi / usia
Aniaya fisik √ 32 Tahun
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam
keluarga
Riwayat Faktor Predisposisi:
Klien pernah mengalami gangguan jiwa sebelumnya dan dirawat di rumah sakit
jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil
karena putus obat, Sehingga pada tahun 2016 klien masuk kembali untuk
mendapatkan perawatan. Klien juga mengatakan pernah melakukan pemukulan
pada ibu klien dan pada saat di rumah . Perawat di Rumah Sakit jiwa mengatakan
klien terkadang selalu marah-marah dan ingin memukul teman satu ruangannya.
Masalah keperawatan :
- Regiment terapeutik inefektif
- Resiko perilaku kekerasan
31
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ( ) ya( √ )
tidak
Hubungan keluarga Gejala Percobaan
Tante Suka jalan tanpa tujuan -
- Mudah marah tanpa alas
an
-
Suka tertawa dan
menangis sendiri dan
malas mengurus diri.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
4. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
Klien mengatakan pengalaman yang tidak menyenangkan pada masa lalu
adalah pada saat diceraikan suaminya.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronik
IV. Pengkajian fisik
1. Tanda-tanda vital : TD : 120/80 mmHg S : 36.5oC
N : 82 x / mnt P : 20 x / mnt
Jelaskan :
Tanda-tanda vital klien dalam batas normal, klien mengatakan sering
merasakan nyeri ulu hati.
Masalah keperawatan: Nyeri akut
32
V. Psikososial
1. Genogram
Keterangan : : Laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Klien
: Tidak diketahui umur
: Tinggal serumah
: Garis Keturunan
: Garis perkawinan
X X X X
? ?
32 x
x
?
33
Pola asuh dalam keluarga
Pengambilan keputusan
Komunikasi dalam keluarga
: Pola asuh yang diterapkan dalam keluarga klien
yaitu pola asuh demokrasi yaitu segala sesuatu
dibicarakan dengan anggota keluarga dan
diputuskan bersama.
: Klien mengatakan yang bertanggung jawab dan
mengambil keputusan adalah klien sendiri tanpa
bermusyawarah dengan keluarganya.
: Klien mengatakan komunikasi dalam keluarga
baik.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah keperawatan.
2. Konsep diri.
a. Citra diri klien : Mengatakan bagian tubuh yang disukainya adalah bagian
wajahnya.
b. Identitas : Klien seorang perempuan berusia 32 tahun dan sudah
menikah namun cerai.
c. Peran : Klien mengatakan sedih karena tidak bisa menjalankan
perannya sebagai kepala keluarga yang bertanggung jawab kepada kedua
orang tua dan anak-anaknya
d. Ideal diri : Klien berharap cepat sembuh dan berkumpul dengan
keluarga
e. Harga diri : Klien merasa sedih karena rindu pada ibunya, tetapi dia
merasa tidak dipedulikan lagi karena jarang dijenguk.
Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronik.
34
3. Hubungan social
a. Orang yang berarti : Klien mengatakan orang yang paling berarti
adalah ibunya
b. Peran serta dalam kegiatan masyarakat / kelompok : Klien mengatakan
hubungan dengan keluarga dan tetangganya baik saat di RS klien
selalu bergaul dengan pasien lainnya.
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : klien merasa malu dan
minder Saat berinteraksi dengan pasien lainnya
d. Masalah keperawatan : Harga diri rendah kronik
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Klien beragama islam tetapi dia tidak melakukan
salat lima waktu namun mengaji
b. Kegiatan ibadah : Klien tidak pernah sembahyang selama dirawat di
rumah sakit dan merasa tidak berdosa masalah keperawatan tidak ada
masalah
35
VI. Status mental
1. Penampilan
( )
( )
( √ )
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasa
2. Pembicaraan
( )
( )
( )
( )
Cepat
Keras
Gagap
Inkoheren
( )
( )
( √ )
( )
Lambat
Membisu
Tidak mampu memulai pembicaraan
Apatis
Jelaskan : Ny. N berpenampilan tidak rapih dan pakaiannya jarang diganti. Saat
ditanya klien berbicara lambat dan tidak terarah dan selalu tertawa, gigi tampak
kotor dan kuning badan klien agak bau, klien mengatakan pakaiannya jarang
diganti, klien mandi 1 kali sehari dan masih diarahkan oleh petugas.
Masalah keperawatan :
- Defisit perawatan diri berpakaian / berhias
- Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
3. Aktivitas motorik
( )Lesu ( )Tik
( )Tegang ( )Grimacle
( √ )Gelisah ( )Tremor
( )Agitasi ( )Kompulsif
36
Jelaskan : klien mengatakan setiap melihat bayangan bayangan yang
selalu mengganggu nya dia merasa tegang dan gelisah. Masalah
keperawatan gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.
4. Alam perasaan
( )Sedih ( )Khawatir
( )Putus asa ( )Gembira berlebihan
( √ )Ketakutan
Jelaskan: Klien mengatakan dia selalu merasa ketakutan di saat melihat
bayangan bayangan yang selalu mengganggu nya
Masalah keperawatan : gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
5. Afek
( )Datar ( √ )Labil
( )Tumpul ( )Tidak sesuai
Jelaskan klien sering marah-marah tanpa sebab
Masalah keperawatan :
- Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
- Resiko perilaku kekerasan
6. interaksi selama wawancara
( )Bermusuhan ( )Mudah tersinggung
( )Defensif ( )Tidak kooperatif
( )Kontak mata kurang ( )Curiga
37
Jelaskan : Pada saat interaksi tidak ditemukan masalah dalam melakukan
wawancara, dan Klien kooperatif dalam menjawab pertanyaan yang
diberikan.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
7. Persepsi
( )Pendengaran ( )Perabaan
( )Penghidu ( √ )Penglihatan ( )Pengecapan
Jelaskan : Klien mengatakan selalu melihat bayangan bayangan yang
selalu mengganggunya. Bayangan itu muncul ketika dia sedang sendiri /
melamun, bayangan itu muncul pada malam hari pukul 23.00 /pukul
24.00 WITA lebih dari 5 kali. Klien tampak mondar-mandir, klien
tampak gelisah, klien tampak takut.
Masalah keperawatan : Konfulsi akut
8. Proses pikir
( )Sirkumstansial ( )Tangensial ( )Kehilangan asosiasi
( √)Flight of ideas ( )Blocking ( )Pengulangan pembicaraan
Jelaskan: Pembicaraan klien meloncat-loncat dari satu topik ke topik yang
lain dan terkadang berhenti sebentar lalu dilanjutkan kembali, bicara
kurang jelas.
Masalah keperawatan: Kerusakan komunikasi verbal
9. Isi Pikir
( )Obsesi ( √ )Fobia ( )Hipokondria
( )Depersonalisasi ( )Ide yang terkait ( )Pikiran magis waham
38
( )Agama ( )Somatik ( )Kebesaran
( )Curiga ( )Nihilistik ( )Sisip pikir
( )Kontril pikir
Jelaskan : Klien mengalami gangguan fobia dan tidak mengalami waham.
Klien merasa takut pada saat halusinasinya muncul
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.
10. Tingkat kesadaran
. ( )Bingung ( )Sedasi ( )Stupor
Disorientasi
( )Waktu ( )Tempat ( )Orang
Jelaskan: Klien mengatakan bisa menyebutkan waktu dan orang secara
benar.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah
Memori
( )Gangguan daya ingat jangka panjang
( )Gangguan daya ingat jangka pendek
( )Gangguan daya ingat saat ini
( )Konfabulasi.
39
Jelaskan: Klien tidak mengalami gangguan daya ingat jangka panjang,
jangka pendek, dan saat ini karena klien dapat menceritakan apa yang
dialaminya pada masa lalu.
Masalah keperawatan: Tidak ada masalah.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
( )Mudah beralih ( √)Tidak mampu berkonsentrasi
( )Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan: Klien kadang tidak mampu berkonsentrasi ketika ditanya
Masalah keperawatan: Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.
12. Kemampuan penilaian
( )Gangguan ringan ( )Gangguan bermakna
Jelaskan : Klien mencuci tangan terlebih dahulu sebelum makan
Masalah keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan.
13. Daya titik diri
( )Mengingkari penyakit yang diderita
( )Menyalahkan hal-hal yang diluar dirinya
Jelaskan : Klien mengatakan bahwa dirinya sedang sakit
Masalah keperawatan : Tiak ada masalah
40
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan : ( )Bantuan minimal ( )Bantuan total.
2. BAB/BAK : ( )Bantuan minimal ( )Bantuan total.
Jelaskan : Klien mampu makan sendiri, makan 3 kali sehari, klient juga
dapat mengambil minumannya sendiri tetapi makanannya masih terhambur
dan masih diarahkan untuk cuci tangan. BAB dan BAK mampu melakukan
sendiri tanpa bantuan orang lain.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri makan.
3. Mandi : ( )Bantuan minimal ( )Bantuan total.
4. Berpakaian/berhias : ( )Bantuan minimal ( )Bantuan total.
5. Istirahat dan tidur.
Tidur siang, lama pukul 14.00 s/d 17.00 WIB
Tidur malam, lama pukul 02.30 s/d 06.00 WIB
Kegiatan sebelum atau sesudah tidur
6. Pengunaan obat : ( )Bantuan minimal ( )Bantuan total.
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan ( ) Ya ( √ ) Tidak
Sistem pendukung ya tidak ( ) Ya ( √ ) Tidak
8. Kegiatan di rumah
Mempersiapkan makanan ( ) Ya ( √ ) Tidak
Menjaga kebersihan rumah ( ) Ya ( √ ) Tidak
Mencuci pakaian ( ) Ya ( √ ) Tidak
Pengaturan keuangan ( ) Ya ( √ ) Tidak
41
9. Kegiatan di luar rumah.
Belanja ( ) Ya ( √ ) Tidak
Transportasi ( ) Ya ( √ ) Tidak
Lain-lain. ( ) Ya ( √ ) Tidak
Jelaskan : Klien mampu mandi sendiri dengan diarahkan petugas, dan
mengganti pakaian setelah mandi. Klien mampu mengenakan pakaian
sendiri setelah mandi, klien jarang mengganti pakaian, bila kuku panjang
klien tidak mampu untuk memotong kukunya sendiri. Jam tidur klien
tidak menentu. Klien mampu minum obat sendiri dengan memerlukan
bantuan dalam mengetahui nama obat, dosis, manfaat dan efek yang
ditimbulkan. Dalam perawatan lanjut sampai sekarang klien masih berada
di RS, sedangkan bentuk sistem pendukung kurang karena keluarga jarang
menjenguk. Klien tidak pernah melakukan kegiatan di dalam rumah
seperti mempersiapkan makanan, menjaga kerapian rumah, mencuci
pakaian, ataupun Mengatur keuangan. Klien tidak suka melakukan
kegiatan di luar rumah seperti belanja, memakai transportasi dan lain-lain.
Klien tampak tidak rapih, Gigi tampak kotor dan kuning badan klien agak
bau, klien mengatakan pakaiannya jarang diganti, klien tampak mandi 1
kali sehari.
Masalah keperawatan :
- Gangguan persepsi sensori halusinasi penglihatan
- Defisit perawatan diri mandi dan makan.
42
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
( √ ) Bicara dengan orang lain ( ) Minum alkohol
( ) Mampu ( √ ) Reaksi lambat atau berlebih
( ) Teknik relaksasi ( ) Bekerja berlebihan
( ) Aktivitas konstruktif ( ) Menghindar
( √ ) Olahraga ( ) Mencederai diri
( ) Lainnya ( √ ) GPS : Halusinasi penglihatan
Jelaskan : Klien mau berbicara dengan orang lain dan klien sering
berolahraga pada hari Jumat. Reaksi klien lambat dan klien mengalami
halusinasi penglihatan.
Masalah keperawatan :
- Ketidakefektifan mekanisme koping.
- GPS: Halusinasi Penglihatan
IX. Masalah Psikologi dan Lingkungan
( √ ) Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik: Klien lebih
kooperatif dengan teman-temannya
( √ ) Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik : Klien selalu
berinteraksi dengan pasien lain.
( √ ) Masalah dengan pendidikan, spesifik : Klien tamat SMP saja.
43
( √ ) Masalah dengan dukungan pekerjaan spesifik : Klien tidak bekerja.
( √ ) Masalah dengan dukungan Perumahan spesifik: Klien tinggal
bersama keluarganya.
( √ ) Masalah ekonomi, spesifik : Selama di RS klien menggunakan BPJS
Kesehatan.
( √ ) Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik : Klien pernah masuk
RSJ dengan keluhan yang sama.
( √ ) Masalah lainnya, spesifik : Klien ingin sembuh.
Jelaskan : Klien lebih kooperatif dengan pasien lain, selalu berinteraksi
dengan pasien lain, pendidikan klient sampai SMP saja, klien tinggal
bersama keluarganya serta klien bisa berinteraksi dengan semua anggota
keluarganya, selama menjalani perawatan di rumah sakit jiwa klien
menggunakan BPJS Kesehatan, klien pernah masuk RSJ dengan keluhan
yang sama, sekarang klien hanya memikirkan untuk kesembuhannya.
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan.
X. Pengetahuan kurang tentang :
( √ ) Penyakit jiwa ( ) Sistem pendukung
( ) Faktor presipitasi ( ) Penyakit fisik
( ) Koping ( ) Obat-obatan ( ) Lainnya.
Jelaskan : Klien belum mampu mengetahui penyakit yang dialaminya
sekarang.
Masalah keperawatan : Defisit pengetahuan
44
XI. Aspek medik.
Diagnosa Medik : Skizofrenia Residual
XII. Daftar Masalah Keperawatan.
1. Ganguan konfulsi akut
2. Harga diri rendah kronik
3. Defisit perawatan diri mandi, berhias, makan
4. Resiko perilaku kekerasan
5. Regiment terapeutik inefektif
6. Defisit pengetahuan
XIII. Daftar Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan konfulsi akut
45
XIV. Analisis Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS :
- Klien mengatakan sering
melihat bayangan bayangan
yang selalu mengganggu
nya.
- Klien mengatakan
bayangan-bayangan itu
muncul saat sedang sendiri
dan melamun. .
- Klien mengatakan sosok
bayangan itu muncul pada
malam hari pukul 23.00
Wita
- Klien mengatakan pada
saat sosok bayangan itu
muncul dia merasa tegang
dan gelisah
DO :
- klien bicara kurang jelas
- Klien tampak mondar-
mandir
- klien tampak gelisah
- klien tampak takut.
Gangguan persepsi
sensori : Halusinasi
penglihatan
Konfulsi akut
Gangguan
Konfulsi akut.
46
NO DIAGNOSA
KEPERAWATAN
PERENCANAAN TINDAKAN
NOC NIC
1 Konfulsi akut Orientasi Kognitif
- Mengidentifikasi diri sendiri
- Mengidentifikasi orang-orang
yang singnifikan
- Mengidentifikasi tempat saat ini
- Mengidentifikasi hari dengan
benar
- Mengidentifikasi bulan dengan
benar
- Mengidentifikasi tahun dengan
benar
- Mengidentifikasi musim dengan
benar
Mengidentifikasi peristiwa saat ini
yang signifikan
Manajemen Halusinasi
- Bangun hubungan interpersonal dan saling percaya dengan klien.
- Monitor dan atur tingkat aktifitas dan stimulasi lingkungan.
- Pertahankan lingkungan yang aman.
- Catat perilaku klien yang menunjukkan halusinasi.
- Berikan klien kesempatan untuk mendiskusikan halusinasinya.
- Dorong klien untuk memfalidasi halusinasi dengan orang yang
dipercaya
- Berikan obat antipsikotik dan anti angsietas secara rutin sesuai
kebutuhan.
- Monitor kehadiran halusinasi mengenai konten dari halusinasi
berupa kekerasan atau mencelakai diri.
- Tegaskan jika di tanya bahwa anda tidak mengalami stimul;us
yang sama.
- Berikan pengajaran terkait pada obat klien dan orang-orang
terdekat
47
XV. Implementasi dan Evaluasi.
Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
Nama Pasien
No. Rekam Medik
Ruangan
:
:
:
Ny. N
03 17 03
Delima
Hari/Tgl
Dx Kep
SP
:
:
:
Jumat, 13 Juli 2018
Gangguan konfulsi akut.
I
Jam Implementasi Evaluasi
10.05 1. Membangun hubungan
interpersonal dan saling
percaya dengan klien.
Hasil:
- Klien mau berjabat tangan,
mau menjawab salam, dan
mau menyebutkan
namanya.
2. Menegaskan jika ditanya
bahwa anda tidak
mengalami stimulus yang
sama.
Hasil:
- Wajah klien
nampakbersahabat.
3. Mencatat prilaku klien yang
menunjukkan halusinasinya.
Hasil:
- Klien masih sering marah-
marah tanpa sebab.
S :
- Klien mengatakan sering
melihat bayangan bayangan
putih seperti sosok kuntilanak
- Klien mengatakan bayangan-
bayangan muncul pada malam
hari yang ingin
mengganggunya.
- Klien mengatakan bayangan
putih muncul lebih dari 5 kali
pada malam hari
- Klien mengatakan bayangan
muncul jika sedang sendirian
atau sedang melamun
- Klien mengatakan jika
bayangan-bayangan tersebut
muncul klient merasa
ketakutan
- Klien mengatakan jika
bayangan muncul klien
48
4. Memonitor dan megatur
tingkat aktifitas dan
stimulasi lingkungan.
Hasil:
- Klien diikutsertakan dalam
therapy olahraga setiap
pagi hari jum’at dan rabu.
5. Memberikan kesempatan
untuk mendiskusikan
halusinasinya.
Hasil:
- Klien mengatakan bahwa
sosok yang dilihatnya
adalah bayangan putih dan
dating pada malam hari.
mengatakan pergi kau pergi
kau hanya bayangan palsu
jangan ganggu saya lagi
O :
- Klien Nampak bingung
- Klien Nampak cemas dan
ketakutan
- Kontak mata kurang baik
- Jawaban klient singkat
- Klien belum mampu
memperagakan cara
menghapus
- Ekspresi wajah menunjukkan
sikap menerima
A :
Klien mampu Mengidentifikasi jenis,
isi, waktu dan situasi munculnya
halusinasi dangan cara mengatakan
bahwa kau hanya bayangan-bayangan
palsu.
P :
Perawat : Mengajarkan klien cara
mengontrol halusinasi nya dengan
cara minum obat secara teratur
Klien :
Memberikan kesempatan pada pasien
untuk mendiskusikan halusinasinya.
49
Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
Nama Pasien
No. Rekam Medik
Ruangan
:
:
:
Ny. N
03 17 03
Delima
Hari/Tgl
Dx Kep
SP
:
:
:
Sabtu, 14 Juli 2018
Gangguan konfulsi akut.
I
Jam Implementasi Evaluasi
09.55 1. Mempertahankan
lingkungan yang aman.
Hasil:
- Klien mau duduk
berdampingan dengan
perawat.
2. Meningkatkan komunikasi
yang jelas dan terbuka.
Hasil:
- Klien dapat menyebutkan
cara baru mengatasi
halusinasinya.
3. Mendorong klien untuk
menvalidasi halusinasi
dengan orang yang
dipercaya.
Hasil:
- Klien dapat melaksanakan
cara yang telah dipilih
untuk mengendalikan
halusinasinya.
S :
- Klien mengatakan sudah
mengetahui cara mengontrol
halusinasi dengan cara minum obat
secara teratur
- Klien mengatakan ada 5 cara
minum obat benar pasien benar
obat benar waktu benar pemberian
dosis
- Klien mengatakan ada 3 jenis obat
yang diminum yaitu CPZ, CAPS,
dan Carba.
- Klien mengatakan jika minum obat
sesudah makan
- Klien mengatakan minum obat jam
06.00 pagi, jam 01.00 siang ,ndan
07.00
- Klien mengatakan manfaat minum
obat sebagai penenang
menghilangkan bayangan-
bayangan dan menghilangkan rasa
50
4. Memonitor dan mengatur
tingkat aktivitas dan
stimulasi lingkungan.
Hasil:
- Klien dapat mengikuti
terapi aktivitas
kelompok.
5. Memberikan obat
antipsikotik dan anti
anxietas secara rutin secara
kebutuhan.
Hasil:
- Klien minum obat
3 x1, yaitu:
CPZ 100 mg 3 x 1/ hari
Halop 1,5 mg 3 x 1/ hari
THP 2 mg 3 x 1/ hari
kaku.
O :
- Wajah nampak bersahabat
- Kontak mata baik
- Memberikan sentuhan kepada
perawat
- Klien nampak tersenyum
- Ekspresi menunjukkan sikap
menerima
- Klien nampak mengerti saat di
beri penjelasan oleh perawat.
A :
- Klien mampu mengontrol
halusinasi dengan cara minum
obat secara teratur.
P :
Perawat :
- Mengajarkan mengontrol
halusinasi dan cara bercakap-
cakap
Klien :
- Melatih cara mengontrol
halusinasi dengan cara meminum
obat secara teratur.
51
Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
Nama Pasien
No. Rekam Medik
Ruangan
:
:
:
Ny. N
03 17 03
Delima
Hari/Tgl
Dx Kep
SP
:
:
:
Minggu, 15 Juli 2018
Gangguan konfulsi akut.
I
Jam Implementasi Evaluasi
11.05 1. Meningkatkan
komunikasi yang jelas
dan terbuka.
Hasil:
- Klien nampak
bersahabat
- Klien mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
2. Memberikan pengajaran
terkait pada obat dan
klien dan orang-orang
terdekat.
Hasil:
- Klien memahami
akibat berhentinya
minum obat tanpa
konsultasi.
- Klien dapat
menyebutkan nama
obat dan berapa kali
S:
- Klien mengatakan sudah
mengetahui cara mengontrol
halusinasi dengan cara bercakap-
cakap
- Klien mengatakan Jika
halusinasinya datang klient
bercakap-cakap
O :
- Wajah nampak bersahabat
- Klient tersenyum klien dapat
menerima informasi dari perawat
A :
- Klien mampu mengontrol halusinasi
dengan cara bercakap-cakap
P: Perawat
- Perawat mengajarkan mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas jadwal klient melatih cara
mengontrol halusinasi dengan cara
bercakap-cakap.
52
sehari minum obat.
3. Mencatat prilaku klien
yang menunjukkan
perilaku halusinasi.
Hasil:
- Klien mulai bercakap-
cakap sama klien lain.
53
Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
Nama Pasien
No. Rekam Medik
Ruangan
:
:
:
Ny. N
03 17 03
Delima
Hari/Tgl
Dx Kep
SP
:
:
:
Senin, 16 Juli 2018
Gangguan konfulsi akut.
I
Jam Implementasi Evaluasi
10.05 1. Meningkatkan komunikasi
yang jelas dan terbuka.
Hasil:
- Klien mau bercakap-cakap
dengan perawat dank lien
lain.
2. Memberikan pengajaran
terkait pada obat dan klien
dan orang-orang terdekat.
Hasil:
- Klien meminta sendiri
obatnya pada perawat.
3. Mencatat prilaku klien yang
menunjukkan perilaku
halusinasi.
Hasil:
- Klien mengikuti
therapy religi di ruang
rehabilitasi.
- Klien mengikuti
aktivitas kelompok.
S:
- Klien mengatakan sudah
mengetahui cara mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal seperti
menyapu mengepel dan melipat
baju
O :
- Wajah nampak bersahabat
- Klien tersenyum
- Klient nampak menerima
informasi perawat
- klien mengangguk
- kontak mata baik
A :
- Klient mampu mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
P : Perawat :
- Mengajarkan mengontrol
halusinasi dengan cara
54
menghardik, minum obat secara
teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas terjadwal
klien berlatih, menyapu, mencuci
dan lain-lain
55
XVI. Implementasi dan Evaluasi.
Catatan Perkembangan Keperawatan Jiwa
Nama Pasien
No. Rekam Medik
Ruangan
:
:
:
Ny. N
03 17 03
Delima
Hari/Tgl
Dx Kep
SP
:
:
:
Selasa, 17 Juli 2018
Gangguan konfulsi akut.
I
Jam Implementasi Evaluasi
09.00 1. Mencatat prilaku klien yang
menunjukkan halusinasi.
Hasil:
- Klien membuat kegiatan
harian.
2. Mempertahankan
lingkungan yang aman.
Hasil:
- Kloen bersahabat
dengan klien lain
- Klien sering bercakap-
cakap dengan klien
lain.
3. Memberikan obat
antipsikotik dan anti
anxietas secara rutin sesuai
kebutuhan.
Hasil:
- Klien meminta obatnya
sendiri pada perawat setiap
tiba saat minum obat.
S:
- Klien mengatakan sudah
mengetahui cara mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal seperti
menyapu mengepel dan melipat
baju
O :
- Wajah nampak bersahabat
- Klien tersenyum
- Klient nampak menerima
informasi perawat
- klien mengangguk
- kontak mata baik
A :
- Klient mampu mengontrol
halusinasi dengan cara melakukan
aktivitas terjadwal
P : Perawat :
- Mengajarkan mengontrol
halusinasi dengan cara
menghardik, minum obat secara
56
teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas terjadwal
klien berlatih, menyapu, mencuci
dan lain-lain
57
BAB IV
PEMBAHASAN
Bab ini penyusun membahas tentang Asuhan Keperawatan yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya yaitu tentang asuhan keperawatan pada pasien
Ny. N dengan konfulsi akut di ruang delima Rumah Sakit Jiwa Provinsi
Sulawesi Tenggara. Dalam hal ini menyusun membahas tentang sejauh mana
Kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yaitu dengan melalui
tahapan proses keperawatan. Tahapan proses keperawatan ini terdiri dari
pengkajian diagnosa keperawatan, rencana keperawatan implementasi dan
evaluasi keperawatan. Asuhan keperawatan ini dilakukan selama 5 hari yaitu dari
tanggal 13 sampai 17 Juli 2018.
A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan mulai tanggal 13 Juli 2018 di ruang delima Rumah
Sakit Jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara, penyusun mengumpulkan data
dengan teknik wawancara dan observasi. Wawancara metunjukkan kepada
pasien dengan perawat ruangan, serta observasi secara langsung keadaan
pasien. Penyusun mengumpulkan informasi secara sistematis mengenai Ny.
N dengan menggunakan pendekatan teoritis yang terkait mulai dari faktor
predisposisi dan presipitasi mekanisme koping dan status mental pasien.
Berdasarkan catatan rekam medis pasien di diagnosa skizofrenia residual
atau berulang. Menurut teori skizofrenia disebut juga di organized tipe atau
kacau balau yang ditandai dengan gejala-gejala seperti inkoherensi, alam
perasaan, perilaku atau tertawa seperti anak-anak, tidak jelas, halusinasi, serta
perilaku aneh (Hawari, 2006) . Keadaan pasien atau status mental pasien
sama dengan teori yang ada yaitu pasien menunjukkan perilaku halusinasi,
isolasi diri, serta gangguan alam perasaan yaitu sedih.
58
Pada tahap pengkajian, penyusun memulai pengumpulan data dengan
menggali faktor predisposisi yang merupakan faktor pendukung terjadinya
gangguan jiwa pada Ny. N berdasarkan keterangan pasien, pasien memiliki
riwayat sering marah-marah tanpa sebab dan sering memukul ibunya, gaduh
gelisah dan tidak memiliki pekerjaan, pasien sudah sering masuk rumah sakit
jiwa. Pengobatan sebelumnya kurang berhasil karena pasien putus minum
obat dengan alasan obat habis dan tidak ada keluarga yang datang mengambil
obatnya. Selain itu saat di rumah, pasien sering marah-marah dan sering
memukul ibunya. Hal itu sesuai dengan teori komunikasi dalam keluarga
menurut Fitriya (2009), bahwa dalam teori ini yang termasuk dalam masalah
berkomunikasi sehingga menimbulkan ketidak jelasan yaitu suatu keadaan
dimana seseorang anggota keluarga menerima pesan yang saling bertentangan
dalam waktu bersama atau ekspresi emosi yang tinggi dalam keluarga yang
menghambat untuk berhubungan dengan lingkungan di luar keluarga.
Faktor presipitasi berdasarkan catatan keperawatan, diketahui 2 minggu
yang lalu pasien dirawat di rumah sakit jiwa Provinsi Sulawesi Tenggara
untuk 4 kalinya dengan keluhan sering jalan tanpa tujuan, gelisah sering
marah-marah atau mengamuk, bicara sendiri, Jalan Tanpa Tujuan, suka
tertawa sendiri dan tidak bisa tidur. Berdasarkan catatan rekam medik, saat di
rumah pasien malas dan tidak teratur minum obat. Berdasarkan teori
menunjukkan bahwa faktor terjadinya pasien masuk kembali dirawat di rumah
sakit jiwa adalah karena putus minum obat. Pasien tidak minum obat secara
teratur dan sering putus obat dengan alasan tidak ada anggota keluarga yang
mengambilkan obat. Faktor ini sesuai dengan pendapat Stuart (2007) bahwa
faktor presipitasi atau stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa
kehidupan yang menimbulkan stres. Hal ini yang menyebabkan klien kambuh
dan mengalami halusinasi kembali.
59
Berdasarkan pengkajian terhadap status mental, penyusun mendapatkan
data pengkajian persepsi seperti pasien mengalami halusinasi penglihatan
yang dibuktikan dengan pasien mengatakan melihat bayangan bayangan putih
seperti sosok kuntilanak. Bayangan-bayangan, muncul kurang lebih 5 kali
sehari dan biasanya pada malam hari saat mau tidur. Bayangan muncul saat
menyendiri. Pasien mengatakan kadang merasa takut dengan bayangan
bayangan itu sehingga ingin berteriak apa bila mengganggunya. Hal ini
sesuai dengan tinjauan teoritis tentang tanda dan gejala pasien halusinasi
menurut Hamid (2000) dalam Damayanti (2012) bahwa pengkajian status
mental pada pasien halusinasi akan didapatkan data bahwa, pasien
mengatakan melihat bayangan bayangan yang tidak ada wujudnya, tertawa
dan senyum sendiri, bicara sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, menarik diri dari orang lain tidak dapat
membedakan yang nyata dan tidak nyata, berkonsentrasi dengan pengalaman
sensori, ekspresi muka tegang, mudah tersinggung dan marah, tidak mampu
mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat, curiga dan
bermusuhan, bertindak merusak diri orang lain dan lingkungan, takut dan
biasa terdapat disorientasi waktu tempat dan orang.
Selama proses pengkajian pada Ny. N penyusun merasakan adanya faktor
pendukung dan penghambat. Faktor pendukung dari proses pengkajian adalah
sikap pasien yang kooperatif sehingga memudahkan penyusun dalam
menggali data data masalah yang sedang dihadapi pasien. Penghambat dalam
melakukan pekerjaan yaitu tidak adanya keluarga pasien saat dilakukannya
pengkajian sehingga penyusun tidak dapat melakukan validasi data yang
didapat dari pasien. Oleh karena itu, jadwal berkunjung keluarga harusnya
dibuat, agar keluarga dapat berkunjung ke rumah sakit sesuai jadwal dan
segala fasilitas yang menyangkut pemeriksaan diagnostik agar secara
difasilitasi.
60
B. Diagnosa keperawatan
Data yang telah diperoleh dari pengkajian, kemudian dilakukan proses
analisa dan pengelompokan data berdasarkan respon pasien terhadap masalah
tersebut. Akhirnya penyusun merumuskan 1 diagnosa keperawatan pada Ny.
N. yaitu konfulsi akut . Diagnosa keperawatan tersebut disusun membentuk
pohon masalah yang terdiri core problem, akibat, faktor penyebab pencetus
dan faktor penyebab predisposisi landasan teori menurut Damayanti (2012).
Penyusun menyusun pohon masalah disesuaikan dengan diagnosa yang
muncul pada pasien. Diagnosa konfulsi akut menjadi core problem pada
masalah Ny. N karena data yang didapat sangatlah aktua. Selain Core
problem, Di dalam pohon masalah terdapat di atmosfer penyebab yaitu harga
diri rendah kronis serta efek atau akibat adalah masalah resiko perilaku
kekerasan dan defisit perawatan diri.
Berdasarkan diagnosa yang dirumuskan, diagnose keperawatan menurut
tinjauan teoritis sama dengan diagnosa keperawatan pada studi kasus. Pada
proses penegakan diagnosa keperawatan penyusun tidak menemukan faktor
penghambat. Kerjasama yang baik antara perawat dan pasien, merupakan
faktor pendukung bagi penyusun untuk mengangkat diagnosa keperawatan
tersebut
C. Rencana Keperawatan
Penyusunan rencana keperawatan pada Ny. N telah sesuai dengan
rencana perawatan teoritis menurut Keliat dan Akemat (2006), namun tetap
disesuaikan kembali dengan kondisi pasien sehingga tujuan dan kriteria hasil
diharapkan dapat tercapai. Akan disusun mulai dari menentukan prioritas
diagnosa , tujuan, sampai kriteria hasil yang akan diharapkan.
Penyusun merencanakan Bagaimana cara membina hubungan saling
percaya, membantu pasien untuk mengenal dan mengidentifikasi halusinasi
yang dialami ( baik jenis, , frekuensi, waktu, respon dan tindakan yang
61
dilakukan pasien), mengajarkan kepada pasien cara-cara mengontrol
halusinasi, pasien mengontrol halusinasi ( menghardik, minum obat secara
teratur, cakap cakap dengan orang lain, dan melakukan aktivitas terjadwal).
Tindakan berinteraksi atau bercakap-cakap dengan orang lain dapat
membantu dalam mengatasi masalah keperawatan, karena jika pasien sudah
mengenal bahkan berinteraksi dengan orang lain pasien dapat menceritakan
masalah yang dialaminya.
Keterlibatan dalam merawat pasien juga sangat diperlukan dalam proses
penyembuhan pasien. Oleh karena itu, penyusun merencanakan beberapa
tindakan terhadap keluarga sesuai diagnosa yang muncul pada pasien,
Penyusun tetap merencanakan intervensi halusinasi penglihatan terhadap
keluarga karena penyusun ingin mengantisipasi kedatangan keluarga yang
tidak terjadwal sehingga memudahkan penyusunan dalam memberikan
intervensi. Penyusun akan mencoba menggali masalah keluarga dalam
merawat pasien serta merencanakan bagaimana cara merawat pasien
halusinasi penglihatan, akan tetapi keluarga pasien tidak datang berkunjung
saat menyusun melaksanakan asuhan keperawatan ini.
Sebagaimana sebelumnya, pada tahap ini penyusun tidak merasakan
adanya hambatan. Kesamaan antara konsep teoritis terhadap kondisi dan
kebutuhan pasien merupakan faktor pendukung bagi penyusun serta
Tersedianya literatur yang memudahkan penyusunan dalam perumusan
rencana keperawatan pada pasien Ny. N.
D. Implementasi
Penyusun melakukan implementasi keperawatan selama 5 hari dari
tanggal 13 Juli sampai dengan 17 Juli 2018. Secara umum semua
implementasi yang dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah
dibuat pada tahap sebelumnya.
Penyusun implementasi keperawatan menggunakan tahapan strategi
pelaksanaan. Tahapan ini digunakan agar mempermudah perawat dalam
62
memberikan terapi secara sistematis dan tetap memperhatikan kebutuhan
pasien. Untuk mengatasi masalah keperawatan konfulsi akut, penyusun
terlebih dahulu membina hubungan saling percaya, dengan pasien untuk
mengenal halusinasi yang dialami ( baik jenis, Isi, frekuensi, , respon dan
tindakan yang dilakukan pasien), Jelaskan kepada pasien cara-cara
mengontrol halusinasi, melatih pasien mengontrol halusinasi ( cara pertama
menghardik, cara kedua yaitu minum obat secara teratur, bercakap-cakap
dengan orang lain dan melakukan kegiatan terjadwal).
Penyusun tidak hanya fokus terhadap masalah halusinasi penglihatan
melainkan juga menggali sejauh mana pasien mampu mengeksplorasikan
perasaannya kepada orang lain, diharapkan apabila pasien dapat
mengeksplorasikan perasaannya dapat membuat pasien terbuka, Sehingga Jika
ada masalah klien dapat menceritakannya kepada orang lain dan tidak
memendamnya lagi.
Pada implementasi penyusun menemukan hambatan dalam
pelaksanaannya yaitu tidak adanya keterlibatan keluarga dalam pemberian
implementasi, sehingga intervensi keluarga belum bisa dilaksanakan. Faktor
pendukung yang penyusun rasakan pada tahap ini yaitu sikap pasien yang
kooperatif, sehingga implementasi dapat dilaksanakan sesuai perencanaan.
Oleh karena itu, kunjungan keluarga sangatlah dibutuhkan untuk membantu
penyembuhan pasien.
E. Evaluasi
Tahap ini penyusun menilai sejauh mana keberhasilan yang dicapai dalam
pemberian asuhan keperawatan dan membandingkannya dengan tujuan dan
kriteria hasil yang telah dibuat. Penyusun menggunakan komponen proses
evaluasi mulai dari mengidentifikasi kriteria hasil, mengumpulkan data
perkembangan pasien, mengukur dan membandingkan perkembangan pasien
dengan kriteria evaluasi. Selain itu penyusun juga menggunakan dua metode
evaluasi yaitu evaluasi formatif atau evaluasi proses dan evaluasi sumatif atau
63
evaluasi tahap akhir. Diagnosa yang ditegakkan adalah diagnosa keperawatan
konfulsi akut sudah dapat diatasi.
Diagnosa keperawatan konfulsi akut dapat teratasi karena semua tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah konfulsi akut dapat diimplementasikan
semua pada pasien. Penyusun menyadari bahwa proses keperawatan tidak
dapat berakhir dalam satu periode, melainkan membutuhkan waktu yang lebih
panjang dan tindakan yang berkelanjutan. Perkembangan yang ditunjukkan
oleh Ny. N masih perlu dilakukan observasi lebih lanjut, karena evaluasi
yang diharapkan belum tercapai sepenuhnya yaitu keterlibatan keluarga dalam
pemberian implementasi tidak ada, Sehingga intervensi keluarga belum bisa
dilaksanakan. Maka diperlukan adanya modifikasi secara khusus dalam
menyusun rencana keperawatan agar tujuan dan kriteria hasil yang telah
disusun dapat tercapai serta kerjasama dengan perawat ruangan untuk
kelanjutan asuhan keperawatan kepada pasien sampai pada tingkat kesehatan
yang optimal.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pelaksanaan asuhan keperawatan pada pasien Ny.N
dengan masalah utama konfulsi akut penyusun menyimpulkan :
1. Pengkajian keperawatan pada pasien Ny. N dilakukan secara
komprehensif dan berkesinambungan selama asuhan keperawatan
diberikan yang meliputi data gangguan sensori persepsi yang terjadi akibat
adanya gangguan penyerapan panca indera tanpa adanya rangsangan dari
luar yang dapat terjadi pada pasien penginderaan dimana terjadi pada saat
kesadaran individu itu penuh dan baik. Dengan kata lain pasien berespon
terhadap rangsangan yang tidak nyata, yang hanya dirasakan oleh pasien
dan tidak dapat dibuktikan.
2. Diagnosa yang muncul pada pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny. N.
dengan Skizofenia sudah sesuai dengan teori yang ada. Diagnosa yang
muncul pada pasien Ny.N adalah konfulsi akut.
3. Fokus pemberian asuhan keperawatan atau rencana tindakan keperawatan
pada pasien Ny. N penglihatan adalah sebagai upaya untuk
mengeksplorasikan perasaannya kepada orang lain, sehingga dapat
mengatasi masalah halusinasi yang dialaminya.
4. Implementasi keperawatan pada pasien Ny. N sesuai dengan perencanaan
berdasarkan tinjauan teori. . Setelah diberikan tindakan keperawatan
selama 5 hari pasien dapat mengontrol atau mengendalikan halusinasi
yang dialaminya.
5. Evaluasi hasil asuhan keperawatan pada pasien Ny. N adalah dengan
melakukan penilaian hasil tindakan keperawatan yang diberikan dengan
65
mengacu pada tujuan dan kriteria hasil yaitu kemampuan pasien
mengontrol atau mengendalikan halusinasi.
B. Saran.
Berdasarkan kesimpulan di atas, bukan beberapa saran Sebagai
pertimbangan dalam meningkatkan asuhan keperawatan, khususnya pada
pasien dengan halusinasi penglihatan, Yaitu :
1. Rumah Sakit Jiwa
Rumah Sakit Jiwa sebagai wadah dalam membantu program
pemerintah untuk meningkatkan serta mempertahankan kesehatan
masyarakat, diharapkan pihak rumah sakit membuat Jadwal kunjungan
keluarga agar proses pemberian intervensi pada keluarga dapat dilakukan.
Selain itu, diharapkan pihak manajemen agar memperhatikan sarana dan
prasarana yang ada dan melengkapi seluruh peralatan medis proses
penyembuhan pasien. Serta diharapkan pihak manajemen lebih proaktif
untuk melakukan home visite ke rumah rumah pasien khususnya pasien
pasien yang ditelantarkan oleh keluarganya.
2. Mahasiswa keperawatan
Mahasiswa merupakan calon perawat, sehingga diharapkan agar
mampu memanfaatkan waktu yang ada pada saat praktik semaksimal
mungkin, agar ilmu yang didapatkan tidak hanya di ruang kelas sekolah
melainkan juga di lapangan.
3. Perawat
Perawat harus selalu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
melalui pendidikan berkelanjutan maupun kegiatan ilmiah seperti seminar
workshop dan pelatihan yang dapat mendukung kemampuan dalam
memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan pasien gangguan jiwa
khususnya yang mengalami halusinasi penglihatan.
66
4. Pendidikan keperawatan
Pendidikan keperawatan merupakan pencetak perawat-perawat di
masa depan, hendaknya pihak pendidikan dapat memberikan banyak
materi pembelajaran dan praktik terkait perkembangannya keperawatan
jiwa yang dirasakan Semakin menjadi masalah kesehatan jiwa. Begitu
juga dengan literatur yang disediakan, agar buku-buku yang disediakan di
perpustakaan selalu diupgrade sehingga sumber yang disediakan
merupakan sumber terbaru. Dalam hal pembuatan laporan kasus ini
diharapkan menjadi pertimbangan agar waktu pembuatan laporan kasus
ini dapat diperpanjang, agar pembuatan laporan kasus ini dapat
dimanfaatkan secara maksimal dengan hasil yang juga maksimal.
5. Keluarga dan masyarakat
Keluarga dan masyarakat hendaknya dapat mengenal gangguan
jiwa bukan sebagai suatu penyakit yang sangat meresahkan masyarakat.
Khususnya kepada keluarga agar memberikan dukungan bagi proses
penyembuhan pasien, baik berupa material maupun berupa support dalam
hal kecil seperti kunjungan keluarga selama pasien dirawat di rumah sakit
67
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa Refika Aditama : Jakarta
Keliat dan Akemat. 2006. Modul Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
FKUI : Jakarta
Keliat. 2015. Membangun Kesehatan Dan Transformasi Jiwa Sehat Dengan
Pelayanan Prima Berbasis Masyarakat : Makalah Seminar Nasional
Muhith. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Cv. Andi Ofset : Yogyakarta
Nurarif dan Kusuma 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis Dan NANDA NIC NOC Jilid 2. Medication Publishing :
Yogyakarta
Prabowo. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika :
Yohyakarta
Rs. Jiwa Prov. Sultra 2015. Profil Kesehatan RS Jiwa Prov Sulawesi Tenggara
Kendari.
Riset Kesehatan Dasar (RIKESDAS) 2010.
WHO. Tahun 2007.
Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa Edisi Revisi. PT Refika Aditama : Bandung
www.depkes.go.id/article/view/201410270010/ligthing-hope-for-schizoprenia-Gambaran Kesehatan-Jiwa 2014.html.tanggal akses 10 juli 2018
www.dokument/Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Html tanggal akses 10 Juli 2018