Upload
anisah-muallifah
View
247
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
oke
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak
mampu melaksanakan proses tersebut (Bunner dan Suddart, 2002).
Dalam dialisis terdapat dua teknik utama yang digunakan. Yaitu
Hemodialisa dan Dialysis Peritoneal. Prinsip dasar kedua teknik itu adalah
sama, yaitu difusi solute dan air dari plasma ke larutan dialysis sebagai
respons terhadap perbedaan konsentrasi atau tekanan tertentu. Dalam
konsep asuhan keperawatan kali ini, akan di bahas tentang dialisis baik
peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Tujuan dialysis adalah untuk
mempertahankan kehidupan dan kesejah teraan pasien sampai fungsi ginjal
pulih kembali.
Haemodialysis adalah pengeluaran zat sisa metabolisme seperti
ureum dan zat beracun lainnya, dengan mengalirkan darah lewat alat
dializer yang berisi membrane yang selektif - permeabel dimana melalui
membrane tersebut fusi zat-zat yang tidak dikehendaki terjadi.
Haemodialysa dilakukan pada keadaan gagal ginjal dan beberapa bentuk
keracunan.
Dialisis peritoneal adalah salah satu bentuk dialisis untuk
membantu penenganan pasien GGA (gagal ginjal akut) maupun GGK (gagal
ginjal kronik), menggunakan membran peritoneum yang bersifat
semipermiabel. Melalui membran tersebut darah dapat difiltrasi.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa definisi Hemodialisa dan Peritodialisa ?
2. Apa indikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan Peritodialisa?
3. Apa Kontraindikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan
Peritodialisa?
4. Apa tujuan dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?
5
5. Bagaimana cara kerja dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?
6. Apa komplikasi dari Hemodialisa dan Peritodialisa ?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien yang dilakukan Hemodialisa
dan Peritodialisa ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui definisi Hemodialisa dan Peritodialisa
2. Untuk mengetahui indikasi dari pasien yang dilakukan Hemodialisa dan
Peritodialisa
3. Untuk mengetahui Kontraindikasi dari pasien yang dilakukan
Hemodialisa dan Peritodialisa
4. Untuk mengetahui tujuan dari Hemodialisa dan Peritodialisa
5. Untuk mengetahui cara kerja dari Hemodialisa dan Peritodialisa
6. Untuk mengetahui komplikasi dari Hemodialisa dan Peritodialisa
7. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Hemodialisa dan
Peritodialisa
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
2.1.1 Hemodialisis
Hemodialisa adalah menggerakkan cairan dari partikel-pertikel
lewat membran semi permiabel yang mempunyai pengobatan yang bisa
membantu mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit yang normal,
mengendalikan asam dan basa, dan membuang zat-zat toksis dari tubuh.
(Long, C.B: 1998)
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang dari luar tubuh ke
ginjal buatan dimana pembuanagn kelebihan zat terlarut dan cairan terjadi.
(Engram, B : 1999)
Hemodialisa merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dalam tubuh kita, ginjal tidak
mampu melaksanakan proses tersebut (Brunner& Sunddarth, 2001).
Hemodialisis membuang sampah racun dan kotoran lain dari darah
pasien yang mengalami gagal ginjal. Pada teknik ini, darah dipindahkan
melalui akses yang dibuat dengan pembedahan, dipompa melalui unit
dialisis untuk membuang racun, dan kemudian dikembalikan ke dalam
tubuh. Dengan membuang sisa metabolism protein seperti urea, asam urat,
kreatinin, dan kelebihan cairan hemodialisis membantu mengembalikan atau
mempertahankan keseimbangan asam-basa dan elektrolit serta mencegah
komplikasi terkait uremia. (Lindon, 2014)
Hemodialisis berasal dari kata “hemo” artinya darah, dan “dialisis ”
artinya pemisahan zat-zat terlarut. Hemodialisis berarti proses pembersihan
darah dari zat-zat sampah, melalui proses penyaringan di luar tubuh.
Hemodialisis menggunakan ginjal buatan berupa mesin dialisis.
Hemodialisis dikenal secara awam dengan istilah ‘cuci darah’.
5
2.1.2 Dialisis Peritoneal
Seperti hemodialisis, dialysis peritoneal membuang toksin dari
darah pasien dengan gagal ginjal akut atau kronis yang tidak memberi
respon terhadap pengobatan lain menggunakan membrane peritoneum
pasien sebagai membrane hemodialisis semi-permeabel. Dengan teknik ini,
larutan dialysis hipertonik (dialisat) dialirkan melalui kateter yang dipasang
ke rongga peritoneum. Selanjutnya melalui proses difusi, kelebihan
konsentrasi elektrolit dan toksin uremik dalam darah menyebrangi membran
peritoneal menuju larutan dialisis. Berikutnya, melalui osmosis, kelebihan
cairan dalam darah juga mengalami hal yang sama. Setelah sekian waktu
yang sudah ditentukan, dialisat dikosongkan, membawa toksin dan zat sisa
bersamanya. (Lindon, 2014)
Peritoneal dialysis adalah suatu proses dialysis di dalam rongga
perut yang bekerja sebagai penampung cairan dialysis, dan peritoneum
sebagai membrane semi permeable yang berfungsi sebagai tempat yang
dilewati cairan tubuh yang berlebihan & solute yang berisi racun yang akan
dibuang.
2.2 Indikasi
2.2.1 Indikasi Hemodialis
( Brunner, 2000)
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik
3. Kadar kreatin serum meningkat (pria > 6 mg/100ml , wanita >
4mg/100ml).
4. Glomeluro filtration rate (GFR) kurang dari 4 ml/menit.
5. Intoksikasi obat
6. Uremia
7. Hiperkalemia
8. Overlod Cairan
9. Asidosis Metabolik yang parah
5
2.2.2 Indikasi Peritodialisis
1. Kelainan fungsi otak karena keracunan ureum (ensepalopati uremik)
2. Gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit misal: asidosis
metabolik, hiperkalemia dan hipercalsemi.
3. Kelebihan cairan (volume overload) yang memasuki paru-paru sehingga
menimbulkan sesak nafas berat.
4. Gejala-gejala keracunan ureum (uremic symptoms)
2.3 Kontra Indikasi
2.3.1 Kontra Indikasi Hemodialisis
1. Hipertensi Berat (TD > 200 mmhg)
2. Hipotensi (TD < 100 mmhg)
3. Adanya pendarahan hebat
4. Sirosis Hati
5. Akses vaskuler sulit
6. Instabilisasi hemodinamik dan koagulasi
7. Sindrom hepatorenal (Hudak, 1999:43)
2.3.2 Kontra Indikasi peritodialisis
1. Hilangnya fungsi membran peritoneum
2. Operasi berulang pada abdomen, kolostomi,
3. Ukuran tubuh yang besar (kemungkinan dengan PD yang adekuat
tidak tercapai)
4. Identifikasi problem yang potensial timbul sebelum CAPD dimulai :
a. Apakah pasien perlu seorang asisten (keterbatasan fisik / mental)
b. Adakah hernia
c. Penglihatan kurang
5. Malnutrisi yang berat
2.4 Tujuan
2.4.1 Hemodialisa
Menurut Havens dan Terra (2005) tujuan dari pengobatan
hemodialisa antara lain :
5
1. Menggantikan fungsi ginjal dalam fungsi ekskresi, yaitu membuang sisa-
sisa metabolisme dalam tubuh, seperti ureum, kreatinin, dan sisa
metabolisme yang lain.
2. Menggantikan fungsi ginjal dalam mengeluarkan cairan tubuh yang
seharusnya dikeluarkan sebagai urin saat ginjal sehat.
3. Meningkatkan kualitas hidup pasien yang menderita fungsi ginjal.
4. Menggantikan fungsi ginjal sambil menunggu program pengobatan lain.
2.4.2 Peritodialisa
1. Mengeluarkan Produk-Produk Sisa Metabolisme
2. Membantu Menjaga Keseimbangan Zat Zat Kimia Tubuh
3. Mengeluarkan Kelebihan Air
2.5 Pelaksanaan
2.5.1 Hemodialisa
a. Persiapan mesin
1. Listrik
2. Air (sudah melalui pengolahan)
3. Saluran pembuangan
4. Dialisat (proportioning sistim, batch sistim)
b. Persiapan peralatan + obat-obatan
1. Infuse set
2. Spuit : 50 cc, 5 cc, dll ; insulin
3. Heparin inj
4. Xylocain (anestesi local)
5. NaCl 0,90 %
6. Kain kasa/ Gaas steril
7. Duk steril
8. Sarung tangan steril
9. Bak kecil steril
10.Mangkuk kecil steril
11.Klem
12.Plester
13.Desinfektan (alcohol +
bethadine)
14.Gelas ukur
5
15. Timbangan BB
16. Formulir hemodialisis
17. Sirkulasi darah
18. AV fistula/abocath
19. Dialyzer/ Ginjal buatan (GB) AV Blood line
20. Cuci tangan
c. Pelaksanaan
1. Letakkan GB pada holder, dengan posisi merah diatas.
2. Hubungkan ujung putih pada ABL dengan GB ujung merah.
3. Hubungkan ujung putih VBL dengan GB ujung biru, ujung biru VBL
dihubungkan dengan alat penampung.
4. Letakkan posisi GB terbalik, yaitu yang tanda merah dibawah, biru
diatas.
5. Gantungkan NaCl 0,9 % (2-3 kolf)
6. Pasang infus set pada kolf NaCl.
7. Hubungkan ujung infus set dengan ujung merah ABL atau tempat
khusus.
8. Tutup semua klem yang ada pada slang ABL, VBL, (untuk hubungan
tekanan arteri, tekanan vena, pemberian obat-obatan).
9. Buka klem ujung dari ABL, VBL dan infus set 100 ml/mJalankan Qb
dengan kecepatan.
10. Udara yang ada dalam GB harus hilang (sampai bebeas udara) dengan
cara menekan-nekan VBL Air trap/Bubble trap diisi 2/3-3/4 bagian.
11. Setiap kolf NaCl sesudah/ hendak mengganti kolf baru Qb dimatikan.
12. Setelah udara dalam GB habis, hubungkan ujung ABL dengan ujung
VBL, klem tetap dilepas.
13. Masukkan heparin dalam sirkulasi darah sebanyak 1500-2000 U.
14. Ganti kolf NaCl dengan yang baru yang telah diberi heparin 500 U dan
klem infus dibuka.
7
15.Jalankan sirkulasi darah + soaking (melembabkan GB) selama 10-15
menit sebelu dihubungkan dengan sirkulasi sistemik (pasien).
d . Persiapan Sirkulasi
1. Rinsing/Membilas GB + VBL + ABL
2. Priming/ mengisi GB + VBL + ABL
3. Soaking/ melembabkan GB.
4. Volume priming : darah yang berada dalam sirkulasi (ABL+GB + VBL )
e. Perawatan Persiapan pasien Selama Hemodialisis (Intra HD)
1. Anamnesa : Timbang BB, Posisi, Observasi KU dan TTV
2. Mengisi informed consent
3. Pasien sebelumnya dianjurkan cuci lengan & tangan dengan teknik
aseptic + antiseptic : bethadine + alcohol
4. Observasi sarana hubungan sirkulasi/ akses sirkulasi :Dengan internal A-
V shunt/ fistula cimino
5. Lakukan Anestesi local (lidocain inj, procain inj), Punksi vena (outlet).
Dengan AV fistula no G.14 s/d G.16/ abocath, fiksasi, tutup dengan kasa
steril
6. Berikan bolus heparin inj (dosis awal)
f. Memulai Hemodialisa
1. Ujung ABL line dihubungkan dengan punksi inlet
2. Ujung VBL line dihubungkan dengan punksi outlet
3. Semua klem dibuka, kecuali klem infus set 100 ml/m, sampai sirkulasi
darah terisi darah semua.
4. Jalankan pompa darah (blood pump) dengan Qb
5. Pompa darah (blood pump stop, sambungkan ujung dari VBL dengan
punksi outlet
6. Fiksasi ABL & VBL (sehingga pasien tidak sulit untuk bergerak)
7. Cairan priming diampung di gelas ukur dan jumlahnya dicatat (cairan
dikeluarkan sesuai kebutuhan)
8. Jalankan pompa darah dengan Qb = 100 ml/m, setelah 15 menit bisa
dinaikkan sampai 300 ml/m (dilihat dari keadaan pasien)
8
9. Hubungkan selang-selang untuk monitor : venous pressure, arteri
pressure, hidupkan air/ blood leak detector
10. Pompa heparin dijalankan (dosis heparin sesuai keperluan). Heparin
dilarutkan dengan NaCl
11. Ukur TD, Nadi setiap 1 jam. Bila keadaan pasien tidak baik/ lemah
lakukan mengukur TD, N, lebih sering.
12. Isi formulir HD antara lain : Nama, Umur, BB, TD, S, N, P, Tipe GB,
Cairan priming yang masuk, makan/minum, keluhan selama HD,
masalah selama HD.
2.5.2 Peritodialisis
1) Proses
Proses persiapan pasien dan keluarga yang dilaksanakan oleh
perawat adalah penjelasan proses dialysis peritonial, surat persetujuan yang
sudah di tanda tangani, data dasar mengenai tanda-tanda vital, berat badan
dan kadar elektrolit serum, pengosongan kandung kemih dan usus. Selain
itu perawat mengkaji kecemasan pasien dan memberi dukungan serta
petunjuk mengenai prosedur yang akan dilakukan.
2) Peralatan
Perawat harus berkonsultasi dengan dokter untuk menentukan
konsetrasi dialisat yang akan digunakan dan obat-obat yang akan
ditambahkan, misalnya dalam menambahkan heparin untuk mencegah
pembekuan fibrin yang dapat menyumbat kateter peritoneal, penambahan
antibiotic untuk mengobati peritonitis.
3) Pemasangan Kateter
Kateter peritoneal dipasang di dalam kamar operasi untuk
mempertahankan asepsis operasi dan memperkecil resiko kontaminasi.
Kateter stylet dapat digunakan jika dialysis peritoneal tersebut diperkirakan
akan dilaksanakan dalam waktu singkat. Sebelum prosedur pemasangan
kateter dilakukan, kulit abdomen dipersiapkan dengan larutan antiseptic
lokal dan dokter melakukan penyuntikkan infiltrasi preparat anastesi local
9
ke dalam kulit dan jaringan subcutan. Insisi kecil dibuat pada 3-5 cm di
bawah umbiculus.
4) Prosedur
Untuk dialisat peritoneal intermiten, larutan dialisat dialirkan
dengan bebas ke dalam kavum peritoneal dan dibiarkan selama waktu
retensi atau waktu ekuilibrasi yang ditentukan dokter. Waktu
memungkinkan terjadinya difusi dan osmosis. Pada waktu akhir retensi,
klem selang drainase dilepas dan larutan dialisat dibiarkan mengalir keluar
dari kavum peritoneal melalui sebuah sistem yang tertutup dengan bantuan
gaya berat.
2.6 Komplikasi
2.6.1 Hemodialisa
Menurut Tisher dan Wilcox (1997) serta Havens dan Terra (2005)
selama tindakan hemodialisa sering sekali ditemukan komplikasi yang
terjadi, antara lain :
1. Kram otot
Kram otot pada umumnya terjadi pada separuh waktu berjalannya
hemodialisa sampai mendekati waktu berakhirnya hemodialisa. Kram
otot seringkali terjadi pada ultrafiltrasi (penarikan cairan) yang cepat
dengan volume yang tinggi
2. Hipotensi
Terjadinya hipotensi dimungkinkan karena pemakaian dialisat asetat,
rendahnya dialisat natrium, penyakit jantung aterosklerotik, neuropati
otonomik, dan kelebihan tambahan berat cairan.
3. Aritmia
Hipoksia, hipotensi, penghentian obat antiaritmia selama dialisa,
penurunan kalsium, magnesium, kalium, dan bikarbonat serum yang
cepat berpengaruh terhadap aritmia pada pasien hemodialisa.
4. Sindrom ketidakseimbangan dialisa
Sindrom ketidakseimbangan dialisa dipercaya secara primer dapat
diakibatkan dari osmol-osmol lain dari otak dan bersihan urea yang
10
kurang cepat dibandingkan dari darah, yang mengakibatkan suatu
gradien osmotik diantara kompartemen-kompartemen ini. Gradien
osmotik ini menyebabkan perpindahan air ke dalam otak yang
menyebabkan oedem serebri. Sindrom ini tidak lazim dan biasanya
terjadi pada pasien yang menjalani hemodialisa pertama dengan
azotemia berat.
5. Hipoksemia
Hipoksemia selama hemodialisa merupakan hal penting yang perlu
dimonitor pasien yang mengalami gangguan fungsi kardiopulmonar
6. Perdarahan
Uremia menyebabkan ganguan fungsi trombosit. Fungsi trombosit
dapat dinilai dengan mengukur waktu perdarahan. Penggunaan
heparin selama hemodialisa merupakan faktor risiko terjadinya
perdarahan.
7. Ganguan pencernaan
Gangguan pencernaan yang sering terjadi adalah mual dan muntah
yang disebabkan karena hipoglikemia. Gangguan pencernaan sering
disertai dengan sakit kepala.
8. Infeksi atau peradangan bisa terjadi pada akses vaskuler.
9. Pembekuan darah bisa disebabkan karena dosis pemberian heparin
yang tidak adekuat ataupun kecepatan putaran darah yang lambat.
2.6.2 Peritodialisa
1. Komplikasi Mekanis
a. Perforasi organ abdomen (usus, aorta, kandung kencing atau hati)
b. Perdarahan yang kadang-kadang menyumbat kateter
c. Gangguan drainase (aliran cairan dialisat)
d. Bocornya cairan dialisat
e. Perasaan tidak enak dan sakit dalam perut
2. Komplikasi metabolik
a. Gangguan keseimbangan cairan,elektrolik dan asam basa .
11
b. Gangguan metabolisme karbohidrat perlu diperhatikan terutama pada
penyandang DM berupa hiperglikemia post dialisis.
c. Kehilangan protein yang terbuang lewat cairan dialisat
d. Sindrom disequilibrium.
BAB 3
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
A. Biodata
1. Nama :
2. Umur : Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun
3. Jenis Kelamin :
4. Pekerjaan :
5. Agama :
6. Alamat :
7. Pendidikan
B. Riwayat Kesehatan
1. Keluhan utama
Pada pasien yang akan dilakukan hemodialisa biasanya mengeluh
mual, muntah, anorexia, akibat peningkatan ureum darah dan
edema akibat retensi natrium dan cairan.
2. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien menderita gagal ginjal kronis ( stadium terminal )
3. Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu ditanya penyakit-penyakit yang pernah diderita klien sebagai
penyebab terjadinya GGK, seperti DM, glomerulonefritis kronis,
pielonefritis. Selain itu perlu ditanyakan riwayat penggunakan
analgesik yang lama atau menerus.
4. Riwayat Penggunaan Obat – obatan
Pasien yang menjalani diaisis, semua jenis obat dan dosisnya harus
dievaluasi. Pasien harus mengetahui kapan minum obat da kapan
12
harus menundanya. Sebagai contoh oba antihipertensi diminu pada
hari yang sama dengan saat menjalani hemodialisis, efek hipotensi
dapat tejadi selama hemodialisis dan menyebabkan tekanan darah
rendah yang berbahaya (Brunner, Sudart 2001)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah orang tua atau keluarga lain ada yang
menderita GGK erat kaitannya dengan penyakit keturunannya
seperti GGK akibat DM.
C. Data Biologis
1. Makan& minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan
keluhan mual muntah akibat peningkatan ureum dalam darah.
2. Eliminasi
Biasanya terjadi gangguan pengeluaran urine seperti oliguri,
anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan
fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.
3. Aktivitas
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan
penurunan gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat-zat
toksik lainnya dalam jaringan.
4. Istrahat/tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat
keluhan-keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-
zat toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan
sebagainya.
D. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Lemah dan penurunan tingkat kesadaran
Tanda- tanda Vital:
TD : Meningkat ( akibat retensi cairan dan natrium dari aktivitas sitem
renin )
RR : Meningkat ( penumpukan cairan pada paru )
13
T : Normal
N : Meningktat
BB : Meningkat (Oedema sebagai akibat retensi cairan dan natrium )
1. Inspeksi
- Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
- Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik pada
kulit
- Oedema pada tungkai,acites, sebagai akibat retensi cairan dan
natrium
- Adanya oernapasan cupig hidung
2. Auskultasi
- Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat
penumpukan cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan
jantung (perikarditis) akibat iritasi pada lapisan pericardial oleh
toksik uremik serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi
gagal jantung kongestif.
3. Palpasi
- Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.
4. Perkusi
- Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema
pulmonar yang apabila terjadi oedema pulmonary maka akan
terdengar redup pada perkusi.
E. Data Psikologis
Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image,
perubahan peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga
biasanya merasa sudah tidak berharga lagi karena perubahan peran dan
ketergantungan pada orang lain.
F. Data Sosial
14
Pasien biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial akibat
penurunan kondisi kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas
yang berat.
G. Data Penunjang
1. Darah lengkap meliputi: Hb,Hct, L, Trombosit, LED, Ureum pre
dan post, kreatinin pre dan post, protein total, albumin, globulin,
SGOT-SGPT, bilirubin, gama gt, alkali fosfatase, kalsium, fosfor,
kalium, natrium, klorida, gula darah, SI, TIBC, saturasi transferin,
feritin serum, pth, vit D, kolesterol total, HDL, LDL, trigliserida,
asam urat, Hbs Ag, antiHCV, anti HIV, CRP,
astrup:pH/P02/pC02/HCO3. Biasanya dapat ditemukan adanya:
anemia, hiperkalemia, hiperfosfatemia, hipokalsemi, ureumikum,
kreatinin meningkat, pH darah rendah, GD klien DM menurun
2. Radiologi
Ronsen, Usg, Echo: kemungkinan ditemukan adanya gambaran
pembesaran jantung, adanya batu saluran kencing/ginjal, ukuran
korteks, gambaran keadaan ginjal, adanya pembesaran ukuran
ginjal, vaskularisasi ginjal.
3. EKG
Dapat dilihat adanya pembesaran jantung, gangguan irama,
hiperkalemi, hipoksia miokard.
4. Biopsi
Mendeteksi adanya keganasan pada jaringan ginjal
3.2 Analisa data
No Data Etiologi Problem
1. DS :
Klien mengeluh sesak
DO :
- RR > 30 X/mnt
- Terdapat pola napas
kusmaul
Over hidrasi :
penumpukan cairan di
paru
Pola nafas tidak
efektif
15
- Retraksi
interkostalis (+)
- Pernapasan cuping
hidung (+)
- Dipsneu (+)
2. DS :
Klien mengeluh lemas
dan mudah lelah
DO
- Klien nampak lelah
- Pallor (+)
- Tachikardi
- Napas pendek
- Hb = 7 mg/
Konjungtiva anemis
- Turgor kulit dan
mukosa bibir kering
- Ekstremitas bawah
tampak oedem
Keletihan karena
anemia akibat retensi
produk samapah dalam
prosedur dialisis
Intoleransi aktivitas
3. DS: -
DO :
- terpasang selang
HD pada 2 tusukan
di area femoralis
dan nadi brakhialis
- TD 140/80 mmHg
- Nadi 80x/menit
Resiko cedera akses vaskuler &
komplikasi sekunder
terhadap penusukan
& pemeliharaan akses
vaskuler
4 DS :
- Klien mengeluh
mual-muntah, tidak
anoreksia, mual &
muntah pembatasan
diet
Ketidak seimbangan
nutrisi, kurang dari
kebutuhan tubuh
16
nafsu makan
DO :
- BB kering menurun
- Bau mulut (+)
3.3 Diagnosa Keperawatan
1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan Over hidrasi: penumpukan
cairan di paru
2. Intoleransi aktivitas Keletihan Anemia Retensi produk sampah Prosedur
dialisis
3. Resiko cedera akses vaskuler & komplikasi sekunder terhadap
penusukan & pemeliharaan akses vaskuler
4. Ketidak seimbangan nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia, mual & muntah pembatasan diet
3.4 Rencana Keperawatan
No
DxTujuan Intervensi Rasional
1
Pola nafas efektif setelah
dilakukan tindakan HD
4-5 jam, dengan criteria:
- edema paru hilang
- tidak sianosis
- Retraksi
- interkostalis(-)
- Rr 16-20 X/mnt
- Sianosis (-)
- Orthopneu (-)
- Dispneu (-)
Pernafasan cuping
hidung ( -)
1. Kaji penyebab
nafas tidak efektif
2. Kaji respirasi &
nadi
3. Berikan posisi semi
fowler
4. Ajarkan cara
nafas yang efektif
5. Berikan O2
1. Untuk menentukan
tindakan yang
harus segera
dilakukan
2. Menentukan
tindakan
3. Melapangkan dada
klien sehingga
nafas lebih longgar
4. Hemat energi
sehingga nafas
tidak semakin
berat
5. Hb rendah, edema,
17
6. Lakukan SU pada
saat HD
7. Kolaborasi
pemberian tranfusi
darah
8. Kolaborasi
pemberian
antibiotic
9. Kolaborasi foto
torak
10. Evaluasi kondisi
klien pada HD
berikutnya
11. Evaluasi kondisi
klien pada HD
berikutnya
paru pneumonitis,
asidosis,
perikarditis
menyebabkan
suplai O2 ke
jaringan <
6. SU adalah
penarikan secara
cepat pada HD,
mempercepat
pengurangan
edema paru
7. Untuk ↑Hb,
sehingga suplai O2
ke jaringan cukup
8. Untuk mengatasi
infeksi paru &
perikard
9. Follou up
penyebab nafas
tidak efektif
10. Mengukur
keberhasilan
tindakan
11. Untuk follou up
kondisi klien
2
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan &
HD, klien mampu
berpartisipasi dalam
1. Kaji faktor yang
menimbulkan
keletihan:
Anemia,
1. Menyediakan
informasi tentang
indikasi tingkat
keletihan
18
aktivitas yang dapat
ditoleransi, dengan
kriteria:
- berpartisipasi dalam
aktivitas perawatan
mandiri yang dipilih
- berpartisipasi dalam ↑
aktivitas dan latihan
- istirahat & aktivitas
seimbang/bergantian
Ketidakseimbang
an cairan &
elektrolit, Retensi
produk sampah,
depresi
2. Tingkatkan
kemandirian
dalam aktifitas
perawatan diri
yang dapat
ditoleransi, bantu
jika keletihan
terjadi
3. Anjurkan
aktivitas
alternatif sambil
istirahat
4. Anjurkan untuk
istirahat setelah
dialisis
2. Meningkatkan
aktifitas
ringan/sedang &
memperbaiki
harga diri
3. Mendorong
latihan &
aktifitas yang
dapat ditoleransi
& istirahat yang
adekuat
4. Istirahat yang
adekuat
dianjurkan
setelah dialisis,
karena adanya
perubahan
keseimbangan
cairan &
elektrolit yang
cepat pada proses
dialisis sangat
melelahkan
19
4
Setelah dilakukan HD
Pasien tidak mengalami
infeskis dg criteria:
- Tak ada kemerahan
sekitar shunt
- Area shunt tidak
nyeri/bengkak
1. pertahankan area
steril selama
penusukan kateter
2. Pertahankan
teknik steril
selama kontak dg
akses vaskuler:
penusukan,
pelepasan kateter
3. Monitor area
akses HD
terhadap
kemerahan,
bengkak, nyeri
4. Beri pernjelasan
pd pasien
pentingnya ↑satus
gizi
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik
1. Mikroorganisme
dapat dicegah
masuk kedalam
tubuh saat insersi
kateter
2. Kuman tidak
masuk kedalam
area insersi
3. Inflamasi/infeksi
ditandai dg
kemerahan,
nyeri, bengkak
4. Gizi yang baik
↑daya tahan
tubuh
5. Pasien HD
mengalami sakit
khonis,
↓imunitas
4
Keseimbangan nutrisi
tercapai setelah
dilakukan HD yang
sdekuat (10-12 jam/mg)
selama 3 bulan, diet
protein terpenuhi,
1. Kaji status
nutrisi:
Perubahan BB
Pengukuran
antropometri
Nilai lab.
1. Sebagai dasar
untuk memantau
perubahan &
intervensi yang
sesuai
20
dengan kriteria:
- tidak terjadi
penambahan atau ↓
BB yang cepat
- turgor kulit normal
tanpa udema
- kadar albumin
plasma3,5-5,0 gr/dl
- konsumsi diet nilai
protein tinggi
(elektrolit, BUN,
kreatinin, kadar
albumin, protein.
2. kaji pola diet
3. kaji faktor yang
berperan dalam
merubah
masukan nutrisi
4. kolaborasi
menentukan
tindakan HD 4-5
jam 2-3 minggu
5. Kolaborasi
pemberian infus
albunin 1 jam
terakhir HD
6. Tingkatkan
masukan protein
dengan nilai
biologi tinggi:
telur, daging,
produk susu
7. Anjurkan
camilan rendah
2. Pola diet dahulu
& sekarang
berguna untuk
menentukan
menu
3. Memberikan
informasi, faktor
mana yang bisa
dimodifikasi.
4. Tindakan HD
yang adekuat, ↓
kejadian mual-
muntah &
anoreksia,
sehingga ↑ nafsu
makan
5. Pemberian
albumin lewat
infus iv akan ↑
albumin serum
6. Protein lengkap
akan ↑
keseimbangan
nitrogen
7. Kalori akan ↑
energi,
21
protein, rendah
natrium, tinggi
kalori diantara
waktu makan
8. Jelaskan rasional
pembatasan diet,
hubungan dengan
penyakit ginjal
dan ↑urea dan
kreatinin
9. Anjurkan timbang
BB tiap hari
10. Kaji adanya
masukan protein
yang tidak
adekuat
memberikan
kesempatan
protein untuk
pertumbuhan
8. ↑ pemahaman
klien sehingga
mudah menerima
masukan untuk
menentukan
status cairan &
nutrisi
9. Mengetahui
perkembangan
klient
10. penurunan protei
n dapat ↓
albumin,
pembentukan
udema &
perlambatan
penyembuhan
3.3. Contoh implementasi
Tgl/
jamImplementasi Evaluasi ttd
Awa
l HD
04-
12-
15
12.
1. Kaji status cairan,
timbang BB, turgor kulit
dan adanya edema,
tekanan darah dan nadi.
2. Batasi cairan yang masuk
dalam 24 jam.
S : klien megtakan badan
lemas
O :
- TD: 140/80 mmHg
- N: 80 x/menit
- RR: 20 x/menit
22
00 3. Anjurkan untuk istirahat
baring dan dekatkan
kebutuhan pasien.
4. Monitor Hb dan hematokrit.
5. Kaji kepatenan AV shunt
sebelum HD
6. Kaji warna kulit, keutuhan
kulit, sensasi sekitar shunt
- S: 36,50 C
- KU: sedang
- Kesadaran: compos
mentis (GCS:
E4V5M6)
- Telah terpasang akses
vaskuler: AV shunt
- Lama: 4 jam
- UF: 2,00 liter
- QB: 200 ml/jam
- Telah diberi injeksi
heparin secara
intermiten
- Ekstremitas bawah
tampak oedem
A:Masalah teratasi
sebagian. Klien tidak
tampak cemas
ataupun tegang
P :Lakukan proses HD
Intra
HD
04-
12-
15
12.3
0-
16.3
1. Mengkaji status cairan
2. Mengkaji turgor kulit dan
adanya edema
3. Mengecek tekanan darah
dan nadi.
4. Menjelaskan kepada
keluarga tentang
pembatasan cairan.
5. Membantu pasien dalam
memahami ketidak
nyamananan kibat
S :
- keluarga tampak
mengerti
(mengangguk-angguk)
pada saat diberi
penjelasan tentang
pembatasan cairan.
O :
- KU: sedang
- Kesadaran:
compos mentis
23
0 pembatasan cairan.
6. Kaji factor yang
menimbulkan kelelahan.
7. Anjurkan untuk istirahat
baring dan dekatkan
kebutuhan pasien.
8. Monitor Hb dan hematokrit
9. Kaji warna kulit, keutuhan
kulit, sensasi sekitar shunt
10.Cegah terjadinya infeksi pd
area shunt/penusukan
kateter
- TD: 140/80
mmHg
- RR: 20 x/menit
- N: 80 x/menit
- Klien tampak
dapat berisitrshat
(klien dapat tidur)
- Hb :11,5 g/dl
A : masalah teratasi
sebagian, Keluarga
dapat memahami
pembatasan cairan
yang dilakukan klien
P : lakukan HD sesuai
jadwal
Post
HD
04-
12-
15
17.0
0
1. Mengukur tanda vital post
HD:
2. Menghitung total cairan
priming/washing
3. Menimbang BB Post HD
4. Menanyakan keluhan post
HD
S : klien mengatakan
badannya sudah terasa
enak dan segar
O :
- TD: 150/80 mmHg
- N: 78 x/menit
- RR:20 x/menit
- S: 36,50 C
- Kesadaran: compos
mentis (GCS:
E4V5M6)
- Total cairan
priming/washing:
1500 ml
- BB post HD: 45 kg
A : Masalah teratasi
24
sebagian
P : Program HD ulang
sesuai jadwal
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Dialisis merupakan suatu proses yang digunakan untuk
mengeluarkan cairan dan produk limbah dari dalam tubuh ketika ginjal tidak
mampu melaksanakan proses tersebut.Dalam dialisis terdapat dua teknik
utama yang digunakan. Yaitu Hemodialisa dan Dialysis Peritoneal. Prinsip
dasar kedua teknik itu adalah sama, yaitu difusi solute dan air dari plasma
ke larutan dialysis sebagai respons terhadap perbedaan konsentrasi atau
tekanan tertentu. Dalam konsep asuhan keperawatan kali ini, akan di bahas
tentang dialisis baik peritoneal dialysis maupun hemodialysis. Tujuan
dialysis adalah untuk mempertahankan kehidupan dan kesejah teraan pasien
sampai fungsi ginjal pulih kembali.
4.2 Saran
1. Bagi Mahasiswa
Meningkatkan kualitas belajar dan memperbanyak literatur dalam
pembuatan makalah agar dapat membuat makalah yang baik dan benar.
2. Bagi Pendidikan
Bagi dosen pembimbing agar dapat memberikan bimbingan yang lebih
baik dalam pembuatan makalah selanjutnya.
3. Bagi Kesehatan
Memberikan pengetahuan kepada mahasiswa kesehatan khususnya untuk
mahasiswa keperawatan agar mengetahui bagaimana asuhan
keperawatan pada pasien dengan hemodialysis dan peritodialisis
25
DAFTAR PUSTAKA
Carolyn M, Hudak, 2010, Keperawatan Kritis : Pendekatan Holisti Ed. 6 Vol.2,
Jakarta : EGC
Long C, Engram, 1998, Rencaa Asuhan Keperwatan Medical Bedah Vol 3,
Jakarta: EGC
Mariliyn E. Doenges, dkk, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Jakarta: EGC
Saputra. Lyndon dkk, 2014, Visual Nursing ( Medikal-Bedah ). Jakarta : EGC
Susanne C. smeltzer, dkk, 2001, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
Suddaart, Jakarta: EGC;
26