11
Atrial Septal Defect Picture from : http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default? id=atrial-septal-defect-asd-90-P01766

Atrial Septal Defect

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nfmkfmf

Citation preview

Atrial Septal Defect

Picture from :http://www.stanfordchildrens.org/en/topic/default?id=atrial-septal-defect-asd-90-P01766

Defenisi Atrial Septal Defect (ASD) merupakan penyakit jantung bawaan dimana adanya lubang yang menghubungkan atrium kiri dan kanan yang bisa menetap sampai dewasa (Ghanie, 2009). ASD dapat menjadi kelainan jantung bawaan, atau dapat terjadi akibat kegagalan penutupan pasca kelahiran normal lubang yang hadir dalam jantung setiap janin. Biasanya, darah miskin oksigen (biru) kembali ke atrium kanan dari tubuh, perjalanan ke ventrikel kanan, kemudian dipompa ke paru-paru di mana ia menerima oksigen. Darah Kaya oksigen (merah) kembali ke atrium kiri dari paru-paru, masuk ke dalam ventrikel kiri, dan kemudian dipompa ke tubuh melalui aorta. Sebuah defek septum atrium memungkinkan kaya oksigen (merah) darah untuk dapat melewati dari atrium kiri, melalui lubang pada septum, dan kemudian bercampur dengan oksigen-miskin (biru) darah di atrium kanan.

Gejala KlinisBanyak anak tidak memiliki gejala dan tampak sehat. Namun, jika ASD besar, memungkinkan sejumlah besar darah untuk melewati ke sisi kanan jantung, atrium kanan, ventrikel kanan, dan paru-paru akan menjadi terlalu banyak bekerja, dan gejala dapat dicatat. Berikut ini adalah gejala yang paling umum dari defek septum atrium. Namun, setiap anak mungkin mengalami gejala yang berbeda. Gejala mungkin termasuk: a. Anak mudah lelah ketika bermainb. Kelelahanc. Berkeringatd. Sesak napase. Terengah engah (Rapid breathing)f. Pertumbuhan yang burukg. Infeksi saluran pernapasan yang sering

Klasifikasi Menurut Webb, dan Gatzoulis (2006) Atrial Septal Defect terdiri dari 3 jenis, yaitu : a. Defek pada bagian fossa ovalis yang disebut sebagai tipe ostium secundum, defek ini melibatkan daerah fossa ovalis dan yang paling sering ditemukan (kira-kira hampir 70% dari kasus ASD). Jaringan septum atrium memisahkan bagian inferior defek ini dari katup atrioventrikular. b. Defek pada AV septum yang disebut sebagai tipe ostium primum, dimana terletak pada bagian inferior fossa ovalis, terdapat sebanyak 20% dari kasus ASD. c. Defek pada sinus venosus, terdapat sebanyak 6% dari kasus ASD, defek ini terletak di dekat vena kava superior (bisa juga dekat dengan vena kava inferior, tapi jarang terjadi).

Patofisiologi Darah mengalir dari pirau kiri ke kanan, ASD jarang berhubungan dengan terjadinya gagal jantung atau hipertensi pulmonal pada anak-anak dan lansia. Jarang juga ASD dengan defek yang besar menyebabkan gagal jantung pada anak bayi. Konsekuensi hemodinamik ASD dengan defek yang besar biasanya muncul pada pasien dewasa pada decade ketiga atau keempat, dimana gejalanya mirip dengan gagal jantung karena ventrikel kanan mempunyai beban yang berlebihan, aritmia atrium karena peregangan atrium yang kronik dan juga hipertensi pulmonal (Fulton, 2008).

Riwayat ASD ditemukan hampir 6% dari anak-anak yg menderita penyakit jantung bawaan yang bertahan hidup dalam satu tahun pertama.ASD merupakan penyakit jantung bawaan yang sering didiagnosa pada orang dewasa (Bender et al., 2011). ASD mempunyai rasio perbandingan wanita dan laki-laki 2:1. Cara penularan yang dijelaskan dalam kebanyakan kasus terdiri dari berbagai ragam faktor, dimana resiko mencapai 2,5% apabila terdapat kerabat dekat yang terkena defek ini. Tetapi, contoh penularan secara autosomal dominan yang dikenali adalah berhubungan dengan gangguan konduksi AV yang berat dan malformasi ekstremitas atas seperti pada syndrom holt-oram (Bender et al., 2011).

Manisfestasi Klinis Kebanyakan dari anak-anak yang menderita ASD bersifat asimptomatik, tetapi hampir semuanya mengeluhkan bahwa mereka merasa gampang lelah. Gejala klinis berupa gampang lelah dan sesak diketahui pada usia akhir remaja dan awal dua puluhan dan sepertiga-nya akan bersifat simptomatik sampai dewasa. Gagal jantung jarang pada masa anak-anak dan menjadi terhitung pada tahun keempat dan kelima kehidupan dan bisa berhubungan dengan timbulnya aritmia (Cheung, 2006).

Pemeriksaan Fisik Pada anak yang lebih tua, dada kiri anterior terlihat sedikit menonjol dan aktivitas ventrikel kanan meningkat, dan tak teraba thrill. Suara jantung pertama mengeras dapat didengar sedikit dibawah garis sternum kiri, suara jantung kedua sangat khas yaitu terpisah lebar dan tidak mengikuti variasi pernafasan. Bila terjadi hipertensi pulmonal, komponen pulmonal bunyi jantung kedua mengeras dan pemisahan kedua komponen tidak lagi lebar. Terdengar bising sistolik ejeksi yang halus disela iga II parasternal kiri. Bising mid-diastolik mungkin terdengar di sela iga IV parasternal, sifatnya mengenderang dan mengingkat apabila inspirasi. Bising ini terjadi akibat aliran melewati katup trikuspid yang berlebihan, pada defek yang besar dengan rasio aliran pirau interatrial lebih dari dua. Bising pansistolik regurgitasi mitral dapat terdengar di daerah apeks pada ASD tipe ostium primum dengan celah pada katup mitral atau pada ASD tipe ostium sekundum yang disertai prolaps katup mitral (Hoffman, 2005).

Elektrokardiogram Pada elektrokardiogram umumnya terlihat deviasi sumbu QRS ke kanan, hipertrofi ventrikel kanan, dan right bundle branch block (RBBB). Pemanjangan interval PR dan deviasi sumbu QRS ke kiri mengarah pada kemungkinan defek septum atrium primum. Bila sumbu gelombang P negatif, maka perlu dipikirkan kemungkinan defek sinus venosus (Child, 2008).

Foto Thorax Terlihat kardiomegali akibat pembesaran atrium dan ventrikel kanan. Segmen pulmonal menonjol dan vaskularisasi paru meningkat (plethora).Pada kasus lanjut dengan hipertensi pulmonal, gambaran vaskularisasi paru mengurang di bawah tepi (Crawford et al., 2006).

Ekokardiogram Ekokardiogram akan memperlihatkan dilatasi ventrikel kanan dan septum interventrikular yang bergerak paradox. Ekokardiografi dua dimensi dapat memperlihatkan lokasi dan besarnya defek interatrial.Prolaps katup mitral dan regurgitasi sering tampak pada defek septum atrium yang besar (Child, 2008). Posisi katup mitral dan trikuspid sama tinggi pada defek septum atrium primum dan bila ada celah pada katup mitral juga dapat terlihat (Child, 2008). Ekokardiografi Doppler memperlihatkan aliran interatrial yang terekam sampai dinding atrium kanan. Rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik juga dapat dihitung. Ekokardiografi kontras dikerjakan bila doppler tak mampu memperlihatkan adanya aliran interatrial (Crawford et al., 2006).

Katerisasi Jantung Kateterisasi jantung dilakukan bila defek interatrial pada ekokardiogram tak jelas terlihat atau bila terdapat hipertensi pulmonal. Pada kateterisasi jantung terdapat peningkatan saturasi oksigen di atrium kanan dengan peningkatan ringan tekanan ventrikel kanan dan arteri pulmonalis sangat meningkat sehingga perlu dilakukan tes pemberian oksigen 100% untuk menilai reversibilitas vaskuler paru.Pada sindrom Eisenmenger, saturasi oksigen di atrium kiri menurun (Fulton, 2008). Angiogram ventrikel kiri pada defek septum atrium sekundum tampak normal, tapi mungkin terlihat prolaps katup mitral yang disertai regurgitasi. Pada defek septum atrium primum, terlihat gambaran leher angsa, akibat posisi katup mitral yang abnormal. Regurgitasi melalui celah pada katup mitral juga dapat terlihat. Angiogram pada vena pulmonalis kanan atas, dapat memperlihatkan besarnya defek septum atrium (Fulton, 2008).

Penatalaksanaan Bedah penutupan defek septum atrium dilakukan bila rasio aliran pulmonal terhadap aliran sistemik lebih dari dua. Bila pemeriksaan klinis dan elektrokardiografi sudah dapat memastikan adanya defek septum atrium dengan aliran pirau yang bermakna, maka penderita dapat diajukan untuk operasi tanpa didahului pemeriksaan kateterisasi jantung. Bila telah terjadi hipertensi pulmonal dan penyakit vaskular paru, serta pada kateterisasi jantung didapatkan tahanan arteri pumonalis yang tinggi dan tidak berespon dengan pemberian oksigen 100%, maka penutupan defeknya merupakan kontra indikasi (Swanton dan Benerjee 2008). Selain secara bedah, sekarang ditemukan cara penutupan defek dengan cara amplatzer atau yang disebut sebagai ASO (Atrial Septal Occluder) (Humenberger et al. , 2010). Semua prosedur dilakukan dibawah anastesi menggunakan intubasi endotracheal dan diarahkan melalui fluoroscopy. Setelah didapatkan penilaian hemodinamik, semua pasien menjalani pengukuran balon berdasarkan besar defek tersebut. Tindakan ASO dilakukan berkisar 2 4 mm lebih besar dari yang bisa diregangkan (Zeller, Lynm, dan Glass, 2006). Terapi aspirin yaitu 100 mg/hari diusulkan paling tidak 2 hari untuk menjaga selama minimal 6 bulan setelah dilakukan tindakan. Heparin secara intravena diadministrasikan secara intravena (Thompson, 2013). Pengamatan pasien dilakukan 1 hari, 1 minggu, 3 6 bulan, 12 bulan, dan kemudian setahun setelah dilakukan tindakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui status pasien tersebut dan juga untuk mendapatkan informasi mengenai tanda dan gejala adanya komplikasi. Ekokaridografi hanya dilakukan apabila ada indikasi emboli (Vijarnsorn et al. , 2012)

DAFTAR PUSTAKABender, J. R., Russel, K. S., Rosenfeld, E. L., Chaudry, S., 2011.Oxford American Handbook of Cardiology. 1st ed. New York: Oxford University Press. Page : 160 165.

Child, J. S., 2008. Congenital Heart Disease in The Adult. In: Harrisons Cardiovascular Medicine. 17thed. New York: The McGraw-Hill. Page: 231 235.

Cheung, Y. F., 2006. Fundamentals of Congenital Heart Disease.1st ed. Singapore:.Elsevier Pte Ltd. Page: 430 435.

Crawford, M. H., Srivathson, K., McGothlin, D. P., 2006. Current Consult: Cardiology. New York: The McGraw-Hill. Page: 78 85.

Fulton, D. R., 2008. Congenital Heart Disease in Children and Adolescents.In : Hursts The Heart. New York: The McGraw-Hill. Page: 60 78.

Ghanie, A., 2009.Penyakit Jantung Kongenital Pada Dewasa. Dalam: Ilmu Penyakit Dalam. Edisi Pertama. Jakarta: Interna Publishing. Page: 1120 1129.

Hoffman, J. I. E., 2005. Congenital Heart Disease. In: Essential Cardiology Principles and Practice. 2nd ed. New Jersey: Humana Press Inc.Page : 328 337.

Humenberger, M., Rosenhek, R., Gabriel, H., Rader, F., Heger, M., Klaar, U., Binder, T., 2011. Benefit of atrial septal defect closure in adults: impact of age. EurHeartJ. 32(1) : 553 560.

Swanton, H. R., Banerjee, S., 2008. Swantons Cardiology.6th ed. Oxford: Blackwell Science Ltd. Page: 235 256.

Vijarnson, C., Durongpisitkul, K., Chanthong, P., Chungsomprasong, P., Soongswang, J., 2012. Transcatheter Closure of Atrial Septal Defects in Children, Middle-Aged Adults, and Older Adults: Failure Rates, Early Complications; and Balloon Sizing Effects. Cardiology Research and Practice. 20(12) .

Webb, G., Gatzoulis, M. A., 2006. Congenital Heart Disease For The Adult. University of Pennsylvania School of Medicine. Available From: http://circ.ahajournals.org/content/114/15/1645.long [Accesed 12 may 2014].

Zeller, J. L., Lynm, C., Glass, R. M., 2006. Atrial Septal Defect. The Journal of the American Medical Association. 296(24).