Avian Influenza

  • Upload
    ceengs

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

new emerging disease

Citation preview

Avian Influenza / AI (Flu Burung)Flu Burung ( Avian Influenza/ AI) selain menyebabkan kerugian ekonomis juga berdampak terhadap kehilangan nyawa pada manusia, sehingga penyakit flu burung dikelompokkan pada penyakit kategori I. yaitu penyakit strategis, Flu Burung yang sering dikenal juga dengan istilah Fowl plaque merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang berbagai unggas, termasuk unggas darat maupun air. Pada unggas air, virus tersebut sudah beradaptasi dengan inangnya, sehingga tidak menyebabkan penyakit. Unggas air, seperti bangau, belibis dan bebek liar merupakan reservoir alamiah bagi virus AI. Unggasdomestik, seperti ayam dan kalkun sangat rentan terhadap virus AI.

PenyebabVirus influenza merupakan virus RNA yang memiliki sifat mudah mengalami perubahan, tergolong dalam Famili Orthomyxoviridae dengan genus Ortho-myxovirus. Virus ini memiliki beberapa tipe, antara lain : A, B dan C. Tipe A menyerang unggas, manusia, babi, kuda dan mamalia lain. Sedangkan tipe B dan C hanya menyerang manusia. Virus memiliki amplop yang mengandung dua bagian penting pada permukaan antigen dan menentukan sifat patogenitas virus. Bagian tersebut adalah hemaglutinin (HA) dan neuraminidase (NA). Dikenal 15 macam hemaglutinin dan 9 macam neuraminidase, sehingga dari kombinasi keduanya bisa terbentuk lebih dari 100 strain viruis. Pada Tipe A sudah dikenal antara lain : H1N1, H5N1, H3N2. Virus influenza yang terganas sepanjang sejarah adalah H1N1 yang telah menyebabkan kematian jutaan manusia, terjadi pada tahun 1918 dan dikenal sebagai wabah Spanish Flu. Pada umumnya virus influenza memiliki hospes (inang) yang spesifik ( specific host). Hal ini berarti bahwa virus yang menginfeksi burung tidak akan menginfeksi manusia, dan sebaliknya. Namun perlu diketaui bahwa virus influenza mudah mengalami perubahan, sebagai akibat mutasi gen. Perubahan sifat pada virus influenza dapat berupa antigenic shift, yaitu perubahan sebagai akibat akumulasi mutasi pada genomnya. Bisa juga berupa antigenic drift, yaitu persilangan genom antara virus influenza tipe yang berbeda. Virus H5N1 merupakan contoh virus hasil perubahan antigenic drift, yaitu persilangan antara genom virus penginfeksi burung dengan virus penginfeksi manusia, sehingga H5N1 b bisa menyerang burung maupun mamalia, termasuk manusia. Babi bisa bertindak sebagai perantara (mixing vessel) antara virus dari jenis yang berbeda ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa passage virus Flu Burung (AI) pada babi menghasilkan virus influenza yamg mirip dengan influenza pada manusia. Hal ini berarti bahwa babi memegang peran penting sebagai media perubahan antigenic drift. Perilaku virus AI, perlu dipelajari secara mendalam guna penentuan metode pengendalian penyakit, pada ternak maupun manusia baik upaya pencegahan. Maupun pengobatannya, Meskipun virus tidak bisa mati oleh antibiotik, namun upaya untuk mencegah infeksi sekunder bakteri pada penyakit virus perlu diupayakan guna mempertahankan kondisi tubuh. Sifat-sifat virus AI pada unggas, antara lain menggumpalkan/memecah eritrosit unggas, peka terhadap faktor-faktor lingkungan, seperti : panas, pH yang ekstrim, kondisi non isotonis, kering. Virus mati padapemanasan 60 derajat celcius selama 30 menit dan 56 derajat Celcius selama 3 jam. Peka terhadap pelarut lemak, seperti deterjen, peka juga terhadap desinfektan, antara lain formalin, - propiolakton, cairan yang mengandung iodine, eter, larutan asam, ion ammonium, dan klorida. Tahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22 derajat Celciusdan 30 hari pada 0 derajat Celcius. Tahan hidup dalam kotoran ayam (feses) dan bahanbahan organik. Pada suhu 20 derajat Celcius tahan 1 minggu dan pada suhu 4 derajat Celcius tahan lebih lama lagi. Tahan beberapa lama (30 -35 hari) dalam tubuh unggas. Virus banyak terkandung dalam sektreta dari hidung dan mata serta ekskreta feses.Sifat-sifat virusa. Virus AI dapat bertahan untuk waktu lama dalam kotoran ayam dan air selama 32 hari b. Sifat virus sangat labil, mudah berubah bentuk dan tidak ganas menjadi ganas dan sebaliknya c. Virus AI akan mati sediaan alkohol 70% ammonium kuatener, chlorin, formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodines), senyawa fenol dan natrium/kalium hipoklorit Kelemahan virus tersebut adalah tidak tahan panas. Pada daging akan mati pada suhu 80 0 C selama 1 menit. Pada telur akan mati pada suhu 64 0 C selama 4,5 menit. (Deptan RI, 2005)

Epidemiologi Secara umum virus influenza bertipe A, B dan C. Virus influenza tipe A dapat menginfeksi manusia, kuda, babi, anjing laut, ikan paus, unggas dan beberapa hewan lainnya. Namun burung liar dipercaya sebagai tempat alamiah virus tersebut.Sedangkan virus influenza tipe B dan C umumnya juga ditemukan pada manusia. Tidak seperti pada virus influenza tipe A, tipe B dan C tidak diklasifikasi berdasarkan subtipenya. Virus influenza tipe B dapat menyebabkan epidemic tapi tidak menyebabkan pandemic.Sedangkan tipe C hanya menyebabkan sakit ringan pada manusia dan tidak dapat menyebabkan baik epidemic ataupun pandemi.Hanya virus influenza tipe A yang menyerang unggas. Sebagaimana sudah disebutkan diatas, burung liar adalah tempat tinggal alamiah virus ini.Umumnya burung liar tersebut tidak sakit meskipun mereka terinfeksi virus ini.Tetapi unggas yang dipelihara, seperti ayam ras, burung, bebek atau kalkun dapat sakit parah atau bahkan mati karena terserang virus flu burung.Penyakit pada unggas ini telah terdeteksi di Italia lebih dari 100 tahun yang lalu dan kini telah menyebar ke seluruh dunia. Ada 15 jenis virus influenza yang dapat menginfeksi unggas, dan yang terganas adalah subtype H5N7. Di Indonesia sendiri yang menyerang adalah subtype H5N1, dimana unggas air yang bermigrasi adalah reservoir alami virus ini, dan ayam terutama ayam ras adalah jenis unggas yang paling rentan terhadap virus ini.Di beberapa negara Asia yang pernah diketahui terkena serangan virus mematikan ini diantaranya Republik Korea,Vietnam, Jepang, Thailand, Kamboja, Taiwan, Laos, China, Indonesia dan Pakistan. Disamping Asia, beberapa negara Eropa juga dilaporkan adanya serangan virus ini yaitu di Turki dan Belanda.Di Indonesia sendiri pada Januari 2004, beberapa propinsi di Indonesia terutama Bali, Botabek, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Barat dan Jawa Barat dilaporkan adanya kasus kematian ayam ternak yang luar biasa. Awalnya kematian tersebut disebabkan oleh karena virus new castle, namun konfirmasi terakhir oleh Departemen Pertanian disebabkan oleh virus flu burung (Avian influenza). Jumlah unggas yang mati akibat wabah penyakit flu burung di 10 propinsi di Indonesia sangat besar yaitu 3.842.275 ekor (4,77%) dan yang paling tinggi jumlah kematiannya adalah propinsi Jawa Barat (1.541.427 ekor). Sumber virus diduga berasal dari migrasi burung dan transportasi unggas yang terinfeksi.

PatogenesisTerdapat dua faktor yang menentukan tingkat pathogen virus AI, yaitu (1) protein hemaglutinin (HA), yang terdapat pada permukaan virus. Adanya cleavage site pada protein HA akan meningkatkan sifat pathogen virus AI. Protein HA juga berperan dalam proses infeksi virus ke dalam sel dengan cara berinteraksi secara langsung dengan reseptor di permukaan sel hospes. Selain itu protein HA juga berfungsi dalam perpindahan virus dari satu sel ke sel lain. Melalui cara akumulasi mutasi pada HA, maka virus AI bisa meningkat daya penularannya. (2) Gen Nonstruktural Protein (gen NS). Keberadaan gen NS akan menciptakan virus yang kebal terhadap dua faktor yang berkaitan dengan sistem imun tubuh, yaitu interferon (IFN) dan tumor necrosis factor alpha (TNF-), yang memiliki peran anti virus. Hasil uji coba menunjukkan bahwa bahwa virus rekombinan yang memiliki NS yang berasal dari virus pathogen, seperti H1N1 berhasil menghambat ekspresi gen yang diregulasi oleh interferon.

Cara PenularanVirus AI dikeluarkan oleh unggas penderita lewat cairan hidung, mata dan feses. Unggas peka akan tertular bisa secara kontak langsung dengan ungga s penderita maupun secara tidak langsung melalui udara yang tercemar oleh droplet yang dikeluarkan hidung dan mata atau muntahan penderita. Tinja yang mongering dan hancur menjadi serbuk yang mencemari udara yang terhirup oleh manusia atau hewan lain,kemungkinan juga merupakan cara penularan yang efektif. Tinja, dan muntahan penderita yang mengandung virus seringkali mencemari pakan, air minum, kandang dan peralatan kandang akan menularkan penyakit dari unggas penderita ke unggas peka dalam satu flok kandang. Penularan virus dari peternakan satu ke peternakan lain bisa melalui perantara, antara lain : manusia, pakaian, sepatu, kendaraan dan burung liar. Tidak ada indikasi penularan AI secara vertikal, dari induk kepada keturunannya. Virus bisa terkandung dalam telur dari ayam induk pembibit yang terinfeksi, namun embrio akan mati sebelum menetas. Belum ada indikasi pula virus AI menular darimanusia ke manusia, tetapi tetap harus waspada, karena bisa terjadi perubahan sifat virus secara antigenic drift dalam tubuh babi sebagai mixing vessel, sehingga virus H5N1 bisa menginfeksi manusia maupun burung. Kasus manusia terinfeksi AI cukup kecil, hanya terbatas pada orang-orang yang bersinggungan langsung dengan unggas penderita. Kelompok rawan terinfeksi, antara lain : pekerja di peternakan ayam atau unggas domestik lain, Rumah Potong Ayam (RPA), pengangkut (sopir) distribusi ayam.Tidak ada bukti manusia tertular oleh virus AI karena makan daging atau telur ayam yang telah dimasak, karena virus mati pada pemanasan jauh di bawah suhu mendidih. Sehingga tidak perlu takut mengkonsumsidaging dan telur ayam perlu disosialisasikan secara besar-besaran oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, semua pihak terkait kepada masyarakat luas, karena sumber pangan protein hewani yang bisa mencerdaskan kehidupan bangsa dan terjangkau harganya oleh masyarakat adalah produk unggas.

Masa InkubasiPada ayam, masa inkubasi virus, yaitu saat virus masuk ke tubuh sampai timbul gejala membutuhkan beberapa jam sampai dengan 3 hari dalam satu individu dan 14 hari dalam satu flok. Hal ini tergantung pada barbagai faktor , antara lain ; jumlah dan patogenitas virus yang menginfeksi, jenis spesies yang terinfeksi, kemampuan deteksi gejala klinis. Pada manusia, inkubasi virus membutuhkan 1- 3 hari, tergantung umur, kekebalan dan kondisi individu. Pada umumnya kasus terjadi pada anak-anak karena sistim kekebalan pada anak belum berkembang sempurna.

Gejala KlinisGejala klinis yang bisa dikenali pada unggas penderita AI, antara lain jengger dan kulit yang tidak berbulu berwarna biru (sianosis). Ilustrasi ditampilkan pada Gambar 7.4. Beberapa kasus mati mendadak, tanpa gejala klinis. Terjadi abnormalitas pada sistim pernapasan, pencernaan dan syaraf serta reproduksi. Pada gejala awal ditemukan adanya penurunan napsu makan, lemah, penurunan produksi telur, gangguan pernapasan berupabatuk, bersin, menjulurkan leher, hiperlakrimasi (leleran mata berlebih), bulu kusam. Terlihat pembengkakan (edema) pada muka dan kaki, terlihat kaki kemerahan, seperti bekas kerokan. Gejala diare sering juga ditemukan. Gejala-gejala tersebut bisa muncul secara sendiri atau gabungan. Gejala klinis pada manusia penderita AI, antara lain adalah penderita mengalamidemam (38 derajat Celcius), sakit tenggorokan, batuk, beringus, infeksi mata, nyeri otot,sakit kepala, lemas dan dalam waktu singkat dapat menjadi lebih berat dengan terjadinya peradangan paru-paru (pneumonia) dan kematian. Perlu waspada jika kejadian influenzaterjadi pada manusia yang kira-kira 7 hari terakhir telah kontak dengan unggas dan unggas tersebut sakit atau mati dengan gejala klinis mengarah pada penyakit flu burung. Gambar 1. Jengger dan pial sianosis (kebiruan) (Anonimus, 2007) Gambar 2. Diare pada broiler umur 4 minggu penderita AI (Qureshi, 2001)

Perubahan Pasca MatiGambaran pasca mati bervariasi, tergantung tingkat keparahan penyakit dan patogenitas virus. Pada infeksi ringan, terjadi lesi ringan berupa peradangan pada sinus, edema trakhea disertai eksudat cair sampai kental. Kantong udara menebal dengan eksudat berfibrin sampai perkejuan, peritonitis, enteritis dan eksudat pada oviduk. Pada infeksi virus yang sangat patogen, gejala klinis tidak jelas, karena ternak mati mendadak sebelum lesi berkembang. Pada kasus lain, bisa terjadi perubahan yang mencolok, antara lain : kongesti, hemoragi dan penimbunan cairan dalam rongga perut serta kerusakan (nekrosis) pada berbagai organ dalam. Pada Kasus-kasus infeksi virus H7N7, H5N3, H5N1, H5N9 dan H5N2 terlihat beberapa perubahan, seperti edema pada kepala, bengkak pada sinus, sianosis, kongesti, hemoragi pada pial, jengger dan kaki. Kongesti paru-paru dan hemoragi organ dalam yang lain. Ptekie pada lemak abdominal dan organ dalam yang lain. Hati pucat dan rapuh, lendir dalam sinus dan rongga mulut berlebihan, edema dan hemoragi pada otak. Gambar 3. Kongesti trakhea akut pada Ayam penderita AI (Qureshi, 2001)

Diagnosis1. Pada unggasPada virus yang patogen biasanya gejala klinis akan tampak menonjol dan cukup untuk dasar peneguhan diagnosis. Uji serologis dengan Blood Rapid Test (uji darah cepat) terhadap virus AI, meskipun hasilnya tidak terlalu tepat dan deteksi antigenmelalui HI, IF, atau IFA, deteksi antibodi dengan ELISA yang bisa dilakukan antara hari ke 7-10 post infeksi. Diagnosis banding penyakit AI antara lain adalah ND, infeksi paramyxovirus yang lain, coryza, mikoplasmosis (CRD), fowl cholera yang akut.

2. Pada ManusiaPada manusia, pemeriksaan laboratorium yang diperlukan antara lain adalah pemeriksaan darah, usap tenggorokan, kadar hemoglobin, jumlah leukosit total dan masing-masing jenis leukosit, trombosit, laju endap darah. Pemeriksaan radiologi, foto thoraks untuk mengetahui adanya pneumonia. Pemeriksaan secara lengkap bisa merujuk ke RSPI ( Rumah Sakit Penyakit Infeksi) di Jakarta. Kasus dinyatakan positif flu burung, apabila memenuhi beberapa kriteria, yaitu hasil biakan virus positif influenza A (H5N1) atau hasil dengan pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5 atau adanya peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 kali dan hasil deteksi dengan IFA positif untuk antigen H5.

PengobatanPada burung, pengobatan tidak efektif. Upaya pemberian antibiotik dan multivitamin bisa dilakukan untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam. Penggunaan interferon amantadin pada kasus influenza pada puyuh dan kalkun di Italia berhasil menurunkan angka kematian hingga 50 persen. Pada manusia pengobatan bisa dilakukan dengan dua kelompok obat anti virus, yaitu : (1) kelompok ion channel blocker, yang bersifat memblokir aktivitas ionchannel dari virus influenza tipe A, sehingga aliran ion hidrogen diblokir dan virus gagal melakukan perkembangbiakan. Termasuk dalam kelompok ini adalah : amantadine dan rimantadine. (2) Neuraminidase inhibitor, yang menghambat virus masuk ke dalam sel dan teragregasi di permuakaan sel saja dan tidak bisa pindah ke sel lain. Pemberian amantadine adalah 48 jam pertama selama 3 5 hari, dengan dosis 5 mg/kg BB per hari dibagi dalam 2 dosis, Apabila berat badannya lebih dari 45 kg diberikan 100 mg 2 kali sehari.

Kontrol dan PencegahanDiperlukan kontrol yang ketat dan tindakan pencegahan penyakit untuk menekan kejadian penyakit AI dan penularan AI ke manusia. Kontrol dan tindakan pencegahan yang penting dilakukan secara rinci dijelaskan di bawah ini.

1. SanitasiMenghindari kontak dengan ternak penderita dan bahan-bahan yang terkontaminasi tinja dan sekret unggas serta reservoir virus, dengan beberapa langkah, yaitu alat-alat yang digunakan dalam peternakan dibersihkan, dicuci dengan deterjen dan didesinfeksi. Di lingkungan kandang peternakan, desinfektan yang bisa digunakan berupa campuran Kalium Permanganat (KMnO4), dengan formalin. Hal ini dilakukan pada kandang yang tertutup rapat, dengan cara mencampur 7 gram KMnO4 dengan 14 ml formalin untuk tiap 1 meter kubik kandang. Pada saat desinfeksi, suhu ruangan harus tidak lebih dari 15 derajat Celcius, kelembaban relative 60 sampai dengan 80 persen. Bejana diisi lebih dahulu dengan KMnO4, ditambah larutan formalin, pintu dan ventilasi ditutup rapat selama 7 jam, sehingga desinfeksi akan sempurna. Setelah selesai, pintu dan ventilasi kembali dibuka agar udara segar masuk dan menghilangkan bau tak sedap. Kaporit 5% juga sering digunakan untuk menyemprot kandang dan kerangkasarang, tempat pakan dan kendaraaan. Untuk sterilisasi alat-alat dan meja kerja di pabrik pakan, RPH dan pengolahan daging sering digunakan sodium hipoklorida (NaOCl) yang dengan cepat membunuh virus dan tidak menimbulkan residu atau bau tidak sedap. Cairan soda kostik 94% yang dicampur air dan dipanaskan menjadi larutan 1% sampai 2% digunakan untuk mencuci hamakan lantai, dinding kandang, RPA, pabrik pengolahan pakan, kendaraan. Setelah 6 -12 jam obat disemprotkan, dibersihkan dengan air bersih. Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan dsn setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran pencernaan unggas harus menggunakan pelindung berupa masker dan kacamata renang. Mengkonsumsi daging dan telur yang dimasak sampai matang sempurna. Virus AI peka terhadap panas, pada suhu 70 derajat Celsius mati selama 2 sampai dengan 10 menit. Tidak perlu panik, daging unggas, telur dan produk olahan yang sudah matang serta dijual dipasar boleh dikonsumsi. Melaksanakan kebersihan lingkungan dan kebersihan diri dengan cara mandi setelah bekerja bagi kelompok rawan. Pembatasan import ayam dari negara-negara wabah, seperti Thailand, Hongkondan Vietnam dan dilakukan pemusnahan unggas/burung yang terinfeksi. Meningkatkan pemantauan epidemik terhadap burung migran guna menemukan sumber asal wabah flu burung, seperti beberapa pulau : Pulau Rakit Utara, Gosong dan rakit Selatan atau Pulau Biawak yang menjadi tempat persinggahan burung dari Australia dan Eropa. Di pulaupulau tersebut jutaan ekor burung tinggal dalam waktu cukup lama, 2 2,5 bulan, kawin dan berproduksi, menetaskan telur.

2. VaksinasiVaksin unggas yang dibuat harus cocok dengan virus yang akan mewabah, karena vaksin untuk infeksi sub tipe virus tertentu tidak efektif digunakan sebagai vaksin untuk infeksi sub tipe virus lain. Oleh karena virus influenza mudah berubah sifat, maka sangat penting upaya bisa memprediksi virus yang akan mewabah guna pembuatan vaksin. Hal ini tentunya diperlukan tenaga ahli di bidang epidemiologi dan juga peralatan laboratorium yang memadai. Unggas yang sehat yang berada sekitar 5 kilometer sekitar daerah wabah harus divaksinasi darurat. Pada manusia, orang yang beresiko mendapat flu burung harus mendapatkan pencegahan dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu. Meskipun vaksinasi yang digunakan tidak efektif terhadap virus H5N1, namun akan mengurangi resiko penyusunan ulang nateri genetik dari virus influenza manusia dan burung di tubuh manusia, dengan kata lain akan mencegah pembentukan tipe baru virus influenza yang lebih ganas. Kelompok individu yang dianjurkan vaksinasi menurut WHO adalah a) semua orang yang kontak dengan ternak atau peternakan yang dicurigai atau diketahui terkena virus AI (H5N1), khususnya orang yang melakukan kontak dengan hewan/ternak yang terjangkit/mati akibat AI, orang-orang yang tinggal dan bekerja pada peternakan dimanadilaporkan atau dicurigai terkena AI atau di tempat pemusnahan ternak penderita. (b) para pekerja kesehatan yang setiap hari berhubungan dengan pasien yang diketahui atau dicurigai menderita H5N1 (c) jika jumlah vaksin memadai, maka para pekerja kesehatan dalam unit gawat darurat di area terjangkit H5N1 pada unggas bisa diberikan.

3. EliminasiEliminasi penyakit dilakukan dengan upaya karantina, pemotongan dan pemusnahan, dekontaminasi, desinfeksi, yang tentu saja membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Di Tiongkok, semua unggas dalam radius 3 kilometer di sekitar daerah wabah harus dimusnahkan guna memberantas flu burung yang berbahaya.

4. IsolasiTindakan isolasi dilakukan dengan mencegah penularan dari flok unggas yang terinfeksi ke flok lain, membatasi lalu lintas orang dan barang dari dan ke peternakan yang terinfeksi guna mencegah penularan penyakit ke peternakan dan wilayah lain.

5. BiosekuritasBiosekuritas merupakan hal yang utama dalam kontrol dan pencegahan penyakit AI.

Peran WHO dalam Penanganan Flu Burung di Indonesia dalam Sudut Pandang RealismeKasus flu burung pertama kali ditemukan di Indonesia pada pada tahun 2005. Pada hari senin, 19 september 2005, pemerintah Indonesia melalui Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menetapkan bahwa flu burung sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).Pada tahun tersebut 20 orang dinyatakan terinfeksi virus flu burung dan 13 diantaranya meninggal. Selain melakukan berbagai tindakan pencegahan sendiri pemerintah juga telah menjalin kerjasama dengan WHO sebagai badan resmi kesehatan internasional dalam penanganan kasus ini.

WHO sebagai lembaga yang mempunyai otoritas kesehatan di seluruh dunia menyatakan telah bertindak cepat dengan menerjunkan tim yang meneliti berbagai aspek penyebaran kasus flu burung ini. WHO juga telah mengeluarkan berbagai petunjuk, guidelines, dan prosedur dalam menyikapi munculnya kasus ini. Di Indonesia sendiri WHO telahmenyerahkan bantuan untuk Indonesia berupa 22 unit ambulans dan beasiswa bagi 48 mahasiswa untuk pelatihanfield epidemoligy. Serta menjalin kerja sama dengan pemerintah berupa pemberian bantuan berupa 36.000 boks Tamiflu, meningkatkan pengawasan, manajemen terhadap serangan penyakit, dan menyiapkan Rumah Sakit yang siap siaga.Satu lagi kerja sama yang ditawarkan WHO kepada pemerintah Indonesia, yakni WHO meminta pemerintah Indonesia menyerahkan sampel virus flu burung yang menyerang masyarakat guna kepentingan penelitian.Namun pada prakteknya hubungan kerja sama pemerintah dan WHO tidaklah seharmonis itu. Ketika pemerintah menetapkan terjadinya KLBpadakasus flu burung, ternyata hal ini tanpa sepengetahuan WHO sebagai badan kesehatan intenasional.WHO dibuat terkejut dengan pernyataanMenkes saat itu.Selain itu permintaan WHO atas pengiriman sampel virus flu burung yang menyerang orang dari Indonesia ternyata menimbulkan konflik antara Indonesia melalui Menteri Kesehatan. Pada akhirnya diketahui ternyata sampel virus tersebut digunakan untuk penelitian guna membuat anti virusnya. Yang menjadi masalah adalah bahwa ternyata anti virus tersebut diperjualbelikan secara komersial kepada Negara-negara dengan harga mencapai ratusan miliar dolar tanpa sepengetahuan Negara pengirim sampel virus dan tanpa kompensasi kepada Negara bersangkutan. Hal ini jelas merugikan terutama apabila itu terjadi kepada Negara miskin dan berkembang. Yang diuntungkan adalah Negara maju yang berada di belakang WHO. Ketika masyarakat Negara miskin tersebut berada diantara hidup dan mati karena terkena flu burung, pemerintahnya masih harus mengeluarkan uang guna membeli anti virusnya yang mungkin saja sampel virus pembuatan antivirusnya berasal dari Negara itu sendiri. Yang seharusnya Negara itu mendapat kompensasi, malah sebaliknya, mereka mengeluarkan uang yang tidak sedikit. Menteri kesehatan saat itu secara terang-terangan menyatakan menolak mengirimkan sampel virus ke WHO karena tahu bahwa sampel tersebut akan dikirim ke Amerika Serikat yang kemudian akan mengolah virus tersebut menjadi vaksin dan memperjualbelikannya dengan harga yang tinggi kepada Negara-negara penderita flu burung tanpa memberikan kompensasi kepada Indonesia sebagai Negara pengirim sampel. Dalam hal ini Indonesia jelas sangat dirugikan. Oleh karena itu menkes menolak untuk mengirim lagi sampel virus kepada WHO. Ditambah lagi, menkes menemukan fakta bahwa GISN (Global Influenza Surveillance Network) memang benar-benar ada. Dengan dalih adanya GISN WHO meminta Negara-negara untuk mengirimkan virus kepada WHO secara gratis. Padahal GISN tidak ada didalam struktur WHO, mereka berada dibawah control Amerika Serikat. Jadi jika mau diambil kesimpulan kasar, semua ini akan mengarah pada keuntungan AS sebagai Negara adidaya.Fakta lain menunjukkan pemerintah Indonesia telah berhasil menemukan vaksin penangkal virus flu burung. Vaksin tersebut ditemukan dari hasil percobaan yang telah dilakukan oleh mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) Surabaya.Pada tanggal 22 Agustus2011Indonesia sendirimelalui Menkokesra bekerjasama dengan PT Bio Farma siapmemproduksi vaksintersebutdengan adanya penyerahanseed vaccineH5N1 dari Unair yakni A/Indonesia/Unair/2005. Keberhasilan Indonesia menemukan sendiri vaksin tersebut bisa dijadikan bukti bahwa Indonesia tidak terlalu bergantung pada WHO dalam penanganan kasus flu burung.Berdasar pada dua fakta diatas, dapat dikatakan bahwa WHO sebagai organisasi internasional tidak bisa mengontrol Indonesia. Pemerintah Indonesia mampu bergerak sendiri dalam penanganan flu burung. Hal ini sesuai dengan teori realism.Dalam teori realism, dinyatakan bahwa Negara tetap memiliki otoritas tertinggi, organisasi internasional tidak memiliki control atas Negara.Indonesia memutuskan untuk tidak megirimkan lagi sampel virus kepada WHO karena mengetahui adanya kecurangan WHO dalam penggunaan virus tersebut. Ketika Indonesia sudah memutuskan untuk tidak mengirim lagi virus tersebut, WHO tidak dapat melakukan apa-apa, WHO tidak dapat memaksa Indonesia, karena otoritas tertinggi tetap ada di tangan pemerintah Indonesia.Realis berpendapat bahwa organisasi internasional merupakan kepanjangan tangan dari Negara-negara super power. Semua yang dilakukan organisasi merupakan perwujudan untuk tercapainya kepentingan Negara tersebut. Seperti yang dinyatakan Menteri Kesehatan Indonesia bahwa WHO mengatasnamakan GISN untuk meminta Negara-negara mengirimkan sampel virus kepada WHO secara gratis. Sampel virus itu akan diteliti untuk menciptakan antivirusnya yang mana selanjutnya antivirus itu akan dijual dengan harga yang sangat tinggi kepada Negara penderita tanpa memberikan kompensasi kepada Negara asal sampel virus yang dipakai untuk penelitian. Pada akhirnya diketahui bahwa ternyata GISN tidak ada dalam dtruktur WHO. GISN hanyalah buatan Amerika Serikat. Ini berarti apa yang dilakukan WHO dengan virus-virus tadi hanyalah untuk kepentingan AS.Artinya WHO bekerja untuk kepentingan AS.Faktanya WHO memang memberikan bantuan kepada Indonesia berupa peningkatan pengawasan, penyiapan RS yang siap siaga, pelatihanfield epidemoligy,pemberian 22 unit ambulans, dan 36000 boks Tamiflu. apa yang diberikan WHO ini memang diperlukan, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa ini tidaklah signifikan, bukan yang paling diperlukan Indonesia. Yang paling diperlukan Indonesia, yakni antivirus, malah ditemukan sendiri oleh orang Indonesia. WHO memang menemukan, tapi mereka menjualnya dengan harga tinggi kepada negara-negara penderita, yang akhirnya menimbulkan konflik dengan Indonesia. artinya apa yang menurut realism organisasi internasional hanya memberikan sedikit signifikansi memang benar adanya.

Pemerintah tengah meningkatkan kesiapan pengendalian flu burung di daerah dan lintas negara untuk mencegah terjadinya wabah atau pandemi. Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra) Agung Laksono saat menggelar rapat tertutup tentang flu burung di Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kuningan, Jakarta Selatan, Kamis (27/12) mengatakan, sejauh ini penyakit flu burung atau H5N1 clade baru 2.3.2, belum berpotensi untuk bisa menyebar kepada manusia. Penyakit ini sendiri baru berasal pada makhluk unggas jenis itik dan unggas air.Agung menyebutkan, saat ini masih banyak persoalan lainnya yang menjadi kendala dalam mengatasi penyakit ini, di antaranya adalah dana kompensasi untuk depopulasi unggas masih belum tersedia, vaksin H5N1 pada unggas dan manusia yang belum diproduksi maksimal. "Pengawasan lalu lintas perdagangan unggas secara ilegal masih kurang dan kapasitas kelembagaan pemda untuk mencegah zoonosi belum optimal," kata Agung Laksono. Untuk memutus rantai penularan flu burung, pemerintah telah berusaha untuk menghentikan impor unggas asal Austarlia yang terindkasi terkena penyakit menular sebagai upaya antisispasi. Selain itu, pemerintah pun memperkuat sosialisasi kepada masyarakat untuk mengantisipasi penyakit itu bisa menular kepada manusia. Pertemuan tertutup membahas antisipasi penyebaran flu burung itu dihadiri oleh beberapa kementerian di antaranya adalah Menteri Perhubungan (Menhub) EE Mangindaan, Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring, Menteri Pertanian (Mentan) Suswono, Menteri Kesehatan (Menkes) Nafsiyah Mboi.(Humas kemenko Kesra/WID/ES)

Prosedur penanganan pada berbagai tingkat pelayanan Masyarakat bila mencurigai ada kasus flu burung melapor ke Puskesmas di daerah domisilinya Puskesmas melaporkan ke Dinkes Kabupaten/Kota setempat Dinkes Kabupaten/Kota akan mengirim Tim Gerak Cepat(Tim Survailens Epidemiologi/Tim Verifikasi KLB/Tim P2P & Sistem Informasi) untuk memverifikasi laporan tersebut Apabila berdasarkan hasil verifikasi diduga ada kasus tersangka flu burung maka DinKes mengirim pasien (2) yang disangka tersebut ke RSU setempat untuk dilakukan pemeriksaan awal/skrining (anamnesa, pemeriksaan fisik, laboratorium rutin, foto toraks) Dinas Kesehatan setempat melakukan penyelidikan epidemiologisPanduan Klasifikasi avian influenza menurut Departemen Kesehatan RI mengacu pada WHO adalah :1. Kasus observasi, yaitu demam > 38 C dan salah satu gejala berikut : batuk, radang tenggorokan, sesak nafas yang pemeriksaan laboraturium sedang berlangsung2. Kasus tersangka, yaitu : kasus observasi dan salah satu dibawah inia. Hasil laboraturium positif untuk virus influenza A tanpa mengetahui subtipenyab. Kontak satu minggu sebelum timbulnya gejala dengan pasien flu burung yang confirmedc. Kontak satu minggu sebelum timbul gejala dengan unggas yang mati karena sakitd. Bekerja di laboraturium 1 minggu sebelum timbul gejala yang memproses sampel dari orang atau binatang yang disangka terinfeksi Highly Pathogenic Avian Influenza3. Kasus kemungkinan adalah kasus tersangka dan hasil laboraturium tertentu positif untuk virus influenza A (H5) seperti tes antibodi spesifik pada 1 spesimen serum4. Kasus terbukti adalah kasus tersangka yang menunjukan salah satu positif dari berikut :a. Hasil biakan virus positif influenza tipe A (H5N1)b. Hasil dengan pemeriksaan PCR positif influenza H5c. Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4xd. Hasil dengan IFA positif untuk antigen H5

PERAN PEMERINTAH

1. Meningkatkan koordinasi antara Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan dalam rangka meningkatkan upaya pencegahan dan pengendalian virus H5N1 termasuk clade 2.3.2. Menyiapkan pusat-pusat layanan kesehatan untuk menghadapi kemungkinan penularanFlu Burung H5N1 termasuk clade 2.3 pada manusia seperti Puskesmas, Rumah Sakit Umum, 100 Rumah Sakit Rujukan Flu Burung dan Laboratorium di berbagai tempat/daerah termasuk menyiagakan dukungan tenaga yang terlatih.3. Penyuluhan dan edukasi masyarakat luas melalui berbagai media termasuk Surat Edaran ke Dinas Kesehatan dan UPT tanggal 11 dan 28 Desember 2012 tentang kesiapsiagaan kemungkinan adanya kasus Flu Burung dengan clade 2.3.4. Meningkatkan surveilans integrasi pada unggas dan manusia.