Upload
erlinarachmawati
View
69
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Reseptor hormon adalah protein dalam sel yang memungkinkan hormon untuk
mengikat ke sel. Reseptor hormon mempengaruhi apakah pertumbuhan sel dipengaruhi
oleh hormon. Reseptor Hormon merupakan molekul pengenal spesifik dari sel tempat
hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya Umumnya pengikatan Hormon
Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen Reseptor hormon bisa terdapat pada
permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler.
Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal
pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap
sebagai first messenger) Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya
pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai.Hal ini
dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh
pada ekspresi gen dan kadar ion.
Setiap orang membutuhkan butuh glukosa dan lemak untuk energi. Tetapi untuk
bisa menjadi energi dibutuhkan insulin yang bertugas untuk menembus sel agar glukosa
bisa masuk kedalam sel. Insulin adalah hormon yang dihasilkan oleh pankreas dan
berpartisipasi dalam metabolisme karbohidrat, lipid, dan protein. Insulin merupakan
hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan oleh sel beta kelenjar
pankreas. Insulin mempunyai fungsi penting pada metabolisme karbohidrat. Peran
insulin yang sangat penting harus diketahui dan dipahami secara mendalam.
Kinerja insulin juga ditunjang oleh adanya reseptor insulin yang berfungsi
menangkap insulin. Pada permukaan setiap sel tubuh terdapat reseptor insulin. Reseptor
ini diaktifkan oleh insulin.Reseptor insulin banyak dijumpai di berbagai jenis sel dalam
tubuh, termasuk sel-sel yang ambilan glukosanya tidak ditingkatkan oleh insulin. Oleh
karena itu, penting untuk mengetahui kinerja insulin dan mekanisme kerja reseptor
insulin, sehingga dapat dilakukan pencegahan terhadap dampak berkurangnya kinerja
insulin dan reseptornya seperti hiperglikemia dan diabetes melitus. Makalah ini
menjelaskan bagaimana mekanisme kerja reseptor insulin beserta dampaknya terhadap
kinerja insulin serta beberapa solusi yang dapat dilakukan.
1
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud reseptor insulin?
2. Bagaimana mekanisme kerja reseptor insulin?
3. Apakah dampak dari kerusakan reseptor insulin?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui struktur dan fungsi reseptor insulin
2. Mengetahui mekanisme kerja reseptor insulin
3. Mengetahui dampak kerusakan reseptor insulin
2
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hormon Insulin
Insulin merupakan hormon yang terdiri dari rangkaian asam amino, dihasilkan
oleh sel beta kelenjar pankreas. Dalam keadaan normal, bila ada rangsangan pada sel
beta, insulin disintesis dan kemudian disekresikan kedalam darah sesuai kebutuhan tubuh
untuk keperluan regulasi glukosa darah. Secara fisiologis, regulasi glukosa darah yang
baik diatur bersama dengan hormone glukagon yang disekresikan oleh sel alfa kelenjar
pankreas. 8
2.1.1 Struktur Insulin
Insulin merupakan protein kecil memiliki berat molekul 5.808. Insulin
terdiri atas 2 rantai asam amino yang dihubungkan satu sama lain oleh ikatan
sulfida. Bila kedua rantai asam amino dipisahkan, aktivitas fungsional molekul
insulin akan hilang. 4
Gambar 1. Struktur penyusun insulin
Gen insulin manusia terdapat pada lengan pendek dari kromoson 11. Insulin
disekresikan sebagai preproinsulin . Preproinsulin suatu peptida rantai panjang.
Rangkain pemandu/sequence yang bersifat Hydropfobik berfungsi untuk signal
mengarahkan molekul ini ke endoplasma retikulum dan kemudian dikeluarkan.
Disini terjadi proses pembelahan molekul preproinsulin oleh enzim-enzim
mikrosomal menghasilkan molekul proinsulin. 5
3
Proinsulin diangkut ke badan golgi dimana berlangsung proses pengemasan
menjadi granula-granula sekretorik berlapis klatrin.Granula-granula ini matang,
mengandung insulin yang terdiri dari 51 asam amino ;terkandung dalam rantai A
21 asam amino dan rantai B 30 asam amino serta C-Peptida. Insulin disekresikan
dari pankreas 40-50 unit/hari (15-20% dari penyimpanan). 5
Gambar 2. struktur rantai insulin
2.1.2 Fungsi Insulin
Insulin mempunyai fungsi penting pada berbagai proses metabolisme dalam
tubuh terutama metabolisme karbohidrat. Hormon ini sangat krusial perannya
dalam proses utilisasi glukosa oleh hampir seluruh jaringan tubuh, terutama pada
otot, lemak, dan hepar. 8
Mekanisme diatas diperlukan bagi berlangsungnya proses metabolisme secara
normal, karena fungsi insulin memang sangat dibutuhkan dalam proses utilisasi
glukosa yang ada dalam darah. Kadar glukosa darah yang meningkat, merupakan
komponen utama yang memberi rangsangan terhadap sel beta dalam
memproduksi insulin. Disamping glukosa, beberapa jenis asam amino dan obat-
obatan, dapat pula memiliki efek yang sama dalam rangsangan terhadap sel beta.8
Dalam waktu beberapa detik, insulin meningkatkan transpor glukosa, asam
amino dan K+ ke dalam sel yang sensitif insulin. Efek jangka sedang terjadi dalam
beberapamenit dimana terjadi stimulasisintesa protein,inhibisi degradasi protein,
aktivasi enzim glikolitik dan glikogen sintase, dan inhibisi fosforilase dan enzim
glukoneogenik. Efek jangka lama (dalam beberapa jam) adalah meningkatkan
4
mRNA untuk enzim lipogenik dan enzim lain. Glukosa memasuki sel melalui
facilitated di usion, atau pada usus dan ginjal melalui transpor aktif Na sekunder.
Pada jaringan otot, lemak dan beberapa lainnya insulin memfasilitasi masuknya
glukosa ke dalam sel dengan meningkatkan jumlah glucose transporter pada
membran sel yang bertanggung jawab untuk facilitated diffusion glukosa. Peranan
insulin sebagai hormon yang memodulasi ambilan glukosa secara umum telah
banyak diketahui. Dalam kaitan dengan fungsi kardiovaskular, ternyata insulin
juga memiliki peran penting dalam kondisi kardiovaskular yang sehat dan juga
sakit. 7
Insulin membantu anabolisme. Pada fungsi ini insulin membantu sintesis
dan penyimpanan glikogen dan padasaat bersamaan mencegah pemecahannya,
insulin meningkatkan sintesisprotein, trigliserida dan VLDL di hati, insulin juga
menghambatglukoneogenesis, dan membantu glikolisis.
Insulin membantu katabolisme. Insulin bekerja untuk menekan peristiwa
katabolik pada fase post absorptive dengan menghambat glikogenolisis,
ketogenesis, dan glukoneogenesis di hati.
Insulin membantu sintesis protein di otot dengan meningkatkan transpor
asamamino dan merangsang sintesis protein ribosomal. Disamping itu, insulin
juga membantu sintesis glikogen untuk menggantikan cadangan glikogen yang
telah dihabiskan oleh aktivitas otot, meningkatkan transpor glukosa ke dalam sel
otot, menurunkan katabolisme protein, menurunkan pelepasan asam
aminoglukoneogenik, meningkatkan ambilan keton, dan meningkatkan
ambilan kalium.
Insulin bekerja membantu penyimpanan trigliserida dalam adiposity melalui
sejumlah mekanisme yaitu: meningkatkan masuknya glukosa, meningkatkan
sintesis asam lemak, meningkatkan sintesis gliserol fosfat, mengaktifkan
lipoprotein lipase, menghambat lipase, dan meningkatkan ambilan kalium.
2.1.3 Biosintesis Insulin
Insulin dibentuk di retikulum endoplasma sel B. Insulin kemudian
dipindahkan ke aparatus golgi, tempat mengalami pengemasan dalam granula
berlapis membran. Granula ini bergerak ke membran plasma melalui suatu proses
yang melibatkan mikrotubulus, dan isi granula dikeluarkan melalui eksositosis.
5
Insulin kemudian melintasi lamina basalis sel B serta kapiler dan endotel kapiler
yang berpori untuk mencapai aliran darah. 2
Sintesis insulin dimulai dalam bentuk preproinsulin (precursor hormon
insulin) pada retikulum endoplasma sel beta. Dengan bantuan enzim peptidase,
preproinsulin mengalami pemecahan sehingga terbentuk proinsulin, yang
kemudian dihimpun dalam gelembung-gelembung (secretory vesicles) dalam sel
tersebut. Dengan bantuan enzim peptidase, proinsulin diurai menjadi insulin dan
peptida-C (C-peptide) yang keduanya sudah siap untuk disekresikan secara
bersamaan melalui membran sel. 8
Sewaktu disekresikan ke dalam darah, insulin hampir seluruhnya beredar
dalam bentuk tidak terikat. Kecuali sebagian insulin yang berikatan dengan
reseptor pada sel sasaran, sisa insulin akan didegradasi oleh enzim insulinase
terutama di hati, sebagian kecil dipecah di ginjal dan di otot, dan sedikit di
jaringan lain. 4
Sekresi insulin diatur oleh :
1. AMP siklik intrasel
Rangsangan yang meningkatkan AMP siklik dalam sel B meningkatkan
sekresiinsulin dengan meningkatkan kalsium intrasel. Pada pelepasan
epineprin,terjadi penurunan insulin disebabkan oleh karena epineprin
menghambat AMPsiklik intrasel.
2. Otonom Cabang nervus vagus dextra
mempersarafi pulau Langerhans dan nervus vagus menyebabkan peningkatan
sekresi insulin. Rangsangan saraf simpatis ke pankreas menghambat
sekresi insulin melalui pelepasan norepineprin.
3. Mekanisme umpan balik kadar glukosa darah
Kenaikan kadar glukosa darah meningkatkan sekresi insulin dan
selanjutnya insulin menyebabkan transpor glukosa ke dalam sel
sehingga mengurangi konsentrasi glukosa darah kembali ke nilai
normal.
2.1.4 Metabolisme Insulin dalam Tubuh
Diketahui ada beberapa tahapan dalam proses sekresi insulin, setelah
adanya rangsangan oleh molekul glukosa. Tahap pertama adalah proses glukosa
melewati membrane sel. Untuk dapat melewati membran sel beta dibutuhkan
6
Glucose signaling
Glucose GLUT-2
Glucose
Glucose-6-phosphate
ATP
Depolarizationof membrane
K+ channel shut
Ca2+ Channel Opens
Insulin + C peptide
Cleavage enzymes
Proinsulin
preproinsulin Preproinsulin
Insulin SynthesisB. cell
K+ ↑↑
Gambar.3 Mekanisme sekresi insulin pada sel beta akibat stimulasiGlukosa ( Kramer,95 ) 6
Dinamika sekresi insulin
Insulin Release
bantuan senyawa lain. Glucose transporter (GLUT) adalah senyawa asam amino
yang terdapat di dalam berbagai sel yang berperan dalam proses metabolisme
glukosa. Fungsinya sebagai “kendaraan” pengangkut glukosa masuk dari luar
kedalam sel jaringan tubuh. Glucose transporter 2 (GLUT 2) yang terdapat dalam
sel beta misalnya, diperlukan dalam proses masuknya glukosa dari dalam darah,
melewati membran, ke dalam sel. 8
Proses ini penting bagi tahapan selanjutnya yakni molekul glukosa akan
mengalami proses glikolisis dan fosforilasi didalam sel dan kemudian
membebaskan molekul ATP. Molekul ATP yang terbentuk, dibutuhkan untuk
tahap selanjutnya yakni proses mengaktifkan penutupan K channel pada
membran sel. Penutupan ini berakibat terhambatnya pengeluaran ion K dari
dalam sel yang menyebabkan terjadinya tahap depolarisasi membran sel, yang
diikuti kemudian oleh tahap pembukaan Ca channel. Keadaan inilah yang
memungkinkan masuknya ion Ca sehingga menyebabkan peningkatan kadar ion
Ca intrasel. Suasana ini dibutuhkan bagi proses sekresi insulin melalui
mekanisme yang cukup rumit dan belum seutuhnya dapat dijelaskan. 8
Dalam keadaan fisiologis, insulin disekresikan sesuai dengan kebutuhan
tubuh normal oleh sel beta dalam dua fase, sehingga sekresinya berbentuk
7
biphasic. Seperti dikemukakan, sekresi insulin normal yang biphasic ini akan
terjadi setelah adanya rangsangan seperti glukosa yang berasal dari makanan atau
minuman. Insulin yang dihasilkan ini, berfungsi mengatur regulasi glukosa darah
agar selalu dalam batas-batas fisiologis, baik saat puasa maupun setelah mendapat
beban. Dengan demikian, kedua fase sekresi insulin yang berlangsung secara
sinkron tersebut, menjaga kadar glukosa darah selalu dalam batas-batas normal,
sebagai cerminan metabolisme glukosa yang fisiologis. 8
Sekresi fase 1 (acute insulin secretion responce = AIR) adalah sekresi
insulin yang terjadi segera setelah ada rangsangan terhadap sel beta, muncul cepat
dan berakhir juga cepat. Sekresi fase 1 (AIR) biasanya mempunyai puncak yang
relatif tinggi, karena hal itu memang diperlukan untuk mengantisipasi kadar
glukosa darah yang biasanya meningkat tajam, segera setelah makan. Kinerja
AIR yang cepat dan adekuat ini sangat penting bagi regulasi glukosa yang normal
karena pasa gilirannya berkontribusi besar dalam pengendalian kadar glukosa
darah postprandial. Dengan demikian, kehadiran AIR yang normal diperlukan
untuk mempertahankan berlangsungnya proses metabolisme glukosa secara
fisiologis. AIR yang berlangsung normal, bermanfaat dalam mencegah terjadinya
hiperglikemia akut setelah makan atau lonjakan glukosa darah postprandial
(postprandial spike) dengan segala akibat yang ditimbulkannya termasuk
hiperinsulinemia kompensatif. 8
Selanjutnya, setelah sekresi fase 1 berakhir, muncul sekresi fase 2
(sustained phase, latent phase), dimana sekresi insulin kembali meningkat secara
perlahan dan bertahan dalam waktu relatif lebih lama. Setelah berakhirnya fase 1,
tugas pengaturan glukosa darah selanjutnya diambil alih oleh sekresi fase 2.
Sekresi insulin fase 2 yang berlangsung relatif lebih lama, seberapa tinggi
puncaknya (secara kuantitatif) akan ditentukan oleh seberapa besar kadar glukosa
darah di akhir fase 1, disamping faktor resistensi insulin. Jadi, terjadi semacam
mekanisme penyesuaian dari sekresi fase 2 terhadap kinerja fase 1 sebelumnya.
Apabila sekresi fase 1 tidak adekuat, terjadi mekanisme kompensasi dalam
bentuk peningkatan sekresi insulin pada fase 2. Peningkatan produksi insulin
tersebut pada hakikatnya dimaksudkan memenuhi kebutuhan tubuh agar kadar
glukosa darah (postprandial) tetap dalam batas batas normal. Dalam prospektif
perjalanan penyakit, fase 2 sekresi insulin akan banyak dipengaruhi oleh fase 1.
Pada gambar dibawah ini ( Gb. 2 ) diperlihatkan dinamika sekresi insulin pada
8
keadaan normal, Toleransi Glukosa Terganggu ( Impaired Glucose Tolerance =
IGT ), dan Diabetes Mellitus Tipe 2. 8
Biasanya, dengan kinerja fase 1 yang normal, disertai pula oleh aksi insulin
yang juga normal di jaringan ( tanpa resistensi insulin ), sekresi fase 2 juga akan
berlangsung normal. Dengan demikian tidak dibutuhkan tambahan ( ekstra )
sintesis maupun sekresi insulin pada fase 2 diatas normal untuk dapat
mempertahankan keadaan normoglikemia. Ini adalah keadaan fisiologis yang
memang ideal karena tanpa peninggian kadar glukosa darah yang dapat
memberikan dampak glucotoxicity, juga tanpa hiperinsulinemia dengan berbagai
dampak negatifnya. 8
Sekresi insulin dapat berlangsung secara :
- Sekresi insulin basal: terjadi tanpa adanya rangsangan eksogen. Ini
merupakan jumlah insulin yang disekresikan dalam keadaan puasa.
- Sekresi insulin yang dirangsang : sekresi insulin karrena adanya respon
terhadap rangsang eksogen. 5
2.1.5 Mekanisme Kerja Insulin
Dimulai dengan berikatnya insulun dengan reseptor glikoprotein yang
spesifik pada permukaan sel sasaran. Reseptor ini terdiri dari 2 sub-unit yaitu:
- Sub-unit a yang besar dengan BM 130.000 yang meluas ekstraseluler terlibat
pada pengikatan molekul insulin.
- Sub-unit ß yang lebih kecil dengan BM 90.000yang dominan di dalam
sitoplasma mengandung suatu kinase yang akan teraktivasi pada pengikatan
insulin dengan akibat fosforilasi terhadap subunit ß itu sendiri
(autofosforilasi). 5
Reseptor insulin yang sudah terfosforilasi melakukan reaksi fosforilasi
terhadap substrat reseptor insulin ( IRS -1). IRS-1 yang terfosforilasi akan terikat
dengan domain SH2 pada sejumlah proteinyang terlibat langsung dalam
pengantara berbagai efek insulin yang berbeda. Pada dua jaringan sasaran insulin
yang utama yaitu otot lurik dan jaringan adiposa, serangkaian proses fosforilasi
yang berawal dari daerah kinase teraktivasi tersebut akan merangsang protein-
protein intraseluler, termasuk Glukosa Transpoter 4 untuk berpindah ke
permukaan sel. Jika proses ini berlangsung pada saat pemberian makan, maka
9
akan mempermudah transport zat-zat gizi ke dalam jaringan-jaringan sasaran
insulin tersebut. 5
Gambar 4. Mekanisme kerja Insulin pada tubuh. 1
2.2 Reseptor Insulin
Reseptor Insulin merupakan suatu kombinasi empat sub-unit yang dihubungkan
bersama-sama oleh ikatan sulfida. Dua sub-unit alfa yang seluruhnya terletak di luar
membran sel dan dua sub-unit beta yang menembus membran, dan menonjol ke dalam
sitoplasma sel. 4 Reseptor nsulin banyak dijumpai di berbagai jenis sel dalam tubuh,
termasuk sel-sel yang ambilan glukosanya tidak ditingkatkan oleh insulin. 2
2.2.1 Struktur Reseptor Insulin
10
Reseptor memiliki berat molekul sekitar 340.000 adalah suatu tetramer
yang terdiri dari sub-unit glikoprotein 2α dan 2β. Gen untuk reseptor insulin
memiliki 22 ekson dan terletak di kromosom 19. Sub-unit α mengikat insulin dan
terletak ekstrasel, sementara sub-unit β melintasi membran. Ujung sub-unit β
memiliki aktivitas tirosin kinase. Sub-unit α dan β mengalami glikosilasi, dengan
residu gula meluas ke dalam cairan Interstinum. 2
Telah ditemukan empat protein substrat reseptor insulin (IRS) di sel, yaitu
IRS-1, IRS-2, IRS-3, dan IRS-4. Masing-masing merupakan sebagian kecil faktor
dalam yang kaitannya dengan kerja insulin. Reseptor Insulin sangat mirip dengan
reseptor IGF-1 tetapi berbeda dengan reseptor IGF-2. Reseptor lain untuk faktor
pertumbuhan dan reseptor untuk berbagai onkogen juga merupakan tirosin
kinase. Namun, komposisi asam amino reseptor-reseptor ini cukup berbeda. 2
Gambar 5. Struktur dari reseptor insulin.
2.2.2 Mekanisme Kerja
Kerja insulin dimulai ketika hormon tersebut terikat dengan sebuah reseptor
glikoprotein yang spesifik pada permukaan sel sasaran. Kerja hormon insulin
yang beragam dapat terjadi dalam waktu beberapa detik atau beberapa menit
(kerja pengangkutan, fosforilasi protein, aktivasi dan inhibisienzim, sintesis
RNA) atau sesudah beberapa jam (kerja sintesis protein sertaDNA dan
pertumbuhan sel). 1
Kedua sub-unit mengalami proses glikosilasi yang ekstensi, dan
pengeluaran asam sialat serta galaktosa menurunkan pengikatan insulin dan kerja
insulin. Masing masing subunit glikoprtoin ini mempunyai struktur dan fungsi
yang unik. Subunit α dan β (135 kDa) seluruhnya berada di luar sel(ekstraseluler)
dan mengikat insulin yang mungkin lewat daerah (domain) yang kaya akan
11
sistein. Subunit β (95 kDa) merupakan protein trans-membran yang
melaksanakan fungsi sekunder yang utama pada sebuah reseptor, yakni
transduksi sinyal. Bagian sitoplasma subunit β mempunyai akivitas trirosin
kinase dan tempat autoforsforilasi. Keduanya ini diperkirakan terlibat dalam
transduksi sinyal dan kerja insulin. 1
2.3 Kelainan Reseptor Insulin
2.3.1 Down-Regulation Reseptor Insulin
Down-regulation adalah suatu fenomena dimana jumlah reseptor insulin
menjadi berkurang sebagai respon terhadap kadar insulin dalam situasi yang
meninggi kronik, karena meningkatnya proses degradasi intraseluler. Reseptor
mengikat insulin, kompleks reseptor hormon meninggalkan membran melalui
endositosis dan memasuki sel. Setelah mengikat reseptor, kompleks tersebut
membentuk kapsul dalam lubang terselubung, yang dibentuk melalui invaginasi
dan fusi permukaan sel. Suatu saat lubang tersebut escara progresif terbuka dan
membentuk endosomdi dalam sel. Endosom melepaskan reseptor dan insulin,
reseptor kemudian dikembalikan ulang ke membran sel sedangkan insulin
didegradasi. Proses internalisasi reseptor dapat memberikan sarana meregulasi
efek insulin dengan membatasi jumlah reseptor yang tersedia untuk mengikat
hormon. Ini secara efektif men-down regulasi reseptor insulin. Biasa terjadi pada
penderita obesitas, diabetes melitus, insulinisasi eksogen kronik yang berlebihan. 3
12
Gambar 6. Mekanisme regulasi Up and Down reseptor insulin permukaan sel, IRS-1, IRS-2, dan Akt1 dalam sel chromaffin adrenal. Dalam sel-sel ekspresi nonstimulated permukaan reseptor insulin membutuhkan (A) Hsp90-katalis homodimerization prekursor monomer reseptor insulin di retikulum endoplasma (101), (B) retikulum endoplasma Ca2 +-ATPase, dan (C) peptidil prolyl cis-trans isomerase aktivitas immunophilins sitoplasma (103); (D) tingkat IRS-2 dipertahankan oleh kalsineurin dengan mencegah proteasomal degradasi IRS-2 . (E) Aktivasi cPKC-up-mengatur, sementara acetoacetate mengatur down-regulation reseptor insulin mRNA dan tingkat protein. Reseptor nikotinat / aktivasi cPKC / up-regulation ERK IRS-1/IRS-2 mRNA dan tingkat protein.
2.3.2 Up-Regulation Reseptor Insulin
Upregulation adalah proses yang membuat sel-sel lebih responsif terhadap
rangsangan seperti hormon dengan meningkatkan jumlah reseptor pada
permukaan sel. Ini terjadi dalam menanggapi isyarat lingkungan yang dapat
bervariasi dari perubahan tingkat hormon yang berhubungan dengan kehamilan
paparan racun. Kebalikan dari upregulation adalah downregulation, di mana sel-
sel menjadi kurang sensitif terhadap rangsangan. 3
Tubuh dalam keadaan konstan perubahan dan sensitivitas meningkat sel dan
penurunan secara teratur untuk mengatasi faktor-faktor lingkungan dan mengatur
proses fisik. Upregulation dan downregulation menjaga sel-sel yang fleksibel
sehingga mereka dapat merespon perubahan kondisi. Namun, mereka juga dapat
bekerja melawan tubuh dalam beberapa kasus, terutama ketika tubuh terkena
racun yang tidak dikenalinya. 3
Salah satu contoh upregulation dapat dilihat ketika orang berolahraga lebih
banyak, meningkatkan sensitivitas sel untuk insulin . Sel yang telah menjadi
downregulated dan kurang responsif terhadap insulin dapat diregulasi melalui
olahraga teratur untuk membuat mereka lebih sensitif. Inilah sebabnya latihan
dianjurkan untuk pasien yang mengembangkan diabetes tipe dua. Dalam beberapa
kasus, mengubah diet dan kebiasaan olahraga bisa mengatasi masalah tersebut,
yang memungkinkan pasien untuk membuat pemulihan penuh. Di lain,
berolahraga untuk mendorong sel untuk upregulate dapat membantu kontrol
pasien diabetes. 3
13
BAB 3
KERANGKA KONSEP
14
INSULIN
Ditangkap oleh reseptor cAMP aktif
GLUT – 4 aktif dan kemudian menuju membran sel untuk membuka saluran glukosa
Membuka lebih banyak dengan banyak exercise
+ -
Up-regulati
Down-regu
Hiperglikemia, Diabetes melitus,
-
BAB 4
PEMBAHASAN
Insulin berfungsi untuk meningkatkan kinerja dari metabolisme glukosa. Pada saat
darah banyak mengandung glukosa, maka akan muncul respon tubuh yaitu pengeluaran
insulin. Insulin kemudian menempel pada reseptor insulin. Dengan menempelnya insulin
pada reseptor, maka akan mengaktivasi cAMP, kemudian terjadilah cAMP siklik. Insulin
berikatan dengan reseptor protein spesifik pada membran sel. Reseptor protein merupakan
senyawa glikoprotein. Jumlah atau afinitas reseptor protein dipengaruhi oleh insulin dan
hormon lain. Pemaparan ke peningkatan jumlah insulin menurunkan konsentrasi reseptor dan
pemaparan ke penurunan insulin meningkatkan afinitas reseptor.
Kemudian akan terbentuk suatu transporter glukosa yang disebut Glut-4 menepi dan
berdifusi dengan dengan plasma membrane yang memungkinkan glukosa untuk ditranspor ke
dalam sel. Tanpa insulin dan aktivasi reseptornya, Glut-4 tetap berada didalam sitoplasma
dan tidak berfungsi untuk mentranspor glukosa. Jika kadar insulin menurun atau reseptor
insulin tidak lagi teraktivasi, Glut-4 akan kembali ke sitoplasma.
GLUT-4 teraktivasi dan bergerak menuju ke tepi membran sel. Lalu terbukalah saluran-
saluran GLUT-4 yang membantu menarik glukosa untuk melewati membran. Karena sifat
dari glukosa sendiri yaitu sukar menembus membran sel. Kemudian glukosa yang berhasil
memasuki sitoplasma dirubah menjadi glikogen, kemudian dirubah untuk menjadi energi
yang dapat dipakai.
Pada jaringan perifer seperti jaringan otot dan lemak, insulin berikatan dengan sejenis
reseptor (insulin receptor substrate = IRS) yang terdapat pada membran sel tersebut. Ikatan
antara insulin dan reseptor akan menghasilkan semacam sinyal yang berguna bagi proses
regulasi atau metabolisme glukosa didalam sel otot dan lemak. Setelah berikatan, transduksi
sinyal berperan dalam meningkatkan kuantitas GLUT-4 (glucose transporter-4) dan
selanjutnya juga pada mendorong penempatannya pada membran sel. Proses sintesis dan
translokasi GLUT-4 inilah yang bekerja memasukkan glukosa dari ekstra ke intrasel untuk
selanjutnya mengalami metabolisme. Untuk mendapatkan proses metabolisme glukosa
normal, selain diperlukan mekanisme serta dinamika sekresi yang normal, dibutuhkan pula
aksi insulin yang berlangsung normal.
Proses bergeraknya GLUT-4 menuju membran sel dan membuka saluran-saluran
glukosa, dapat dipengaruhi pula oleh banyaknya olahraga (execise). Olahraga dapat
15
merangsang GLUT-4 menuju ke tepi membran, semakin banyak olahraga maka saluran yang
terbuka juga akan semakin banyak.
Hasil kerja insulin adalah sejumlah respons sel spesifik-jaringan yang dapat
dikelompokan menjadi 5 kategori, yaitu :
- Insulin melawan fosforilasi yang dirangsang oleh glukagon
- Insulin bekerja melalui jenjang fosforilasi yang merangsang fosforilasi
beberapa enzim
- Insulin menginduksi dan menekan sintesis enzim spesifik
- Insulin bekerja sebagai faktor pertumbuhan dan memliki efek perangsangan
umum terhadap sintesis protein
- Insulin merangsang transport glukosa dan asam amino ke dalam sel.
Kemampuan insulin melawan fosforilasi yang dirangsang oleh glukagon
seolah-olah karena insulin menurunkan cAMP dan merangsang fosfatase yang
dapat mengeluarkanfosfat yang ditambahkan oleh protein kinase A.
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya. Pada dasarnya ini
bermula dari hambatan dalam utilisasi glukosa yang kemudian diikuti oleh peningkatan kadar
glukosa darah. Secara klinis, gangguan tersebut dikenal sebagai gejala diabetes melitus. Pada
diabetes melitus tipe 2 (DMT2), yakni jenis diabetes yang paling sering ditemukan, gangguan
metabolisme glukosa disebabkan oleh dua faktor utama yakni tidak adekuatnya sekresi
insulin (defisiensi insulin) dan kurang sensitifnya jaringan tubuh terhadap insulin (resistensi
insulin), disertai oleh faktor lingkungan ( environment ). Sedangkan pada diabetes tipe 1
(DMT1), gangguan tersebut murni disebabkan defisiensi insulin secara absolut.
Keadaan hiperglikemia yang terjadi, baik secara kronis pada tahap diabetes, atau
hiperglikemia akut postprandial yang terjadi ber-ulangkali setiap hari sejak tahap TGT,
memberi dampak buruk terhadap jaringan yang secara jangka panjang menimbulkan
komplikasi kronis dari diabetes. Tingginya kadar glukosa darah (glucotoxicity) yang diikuti
pula oleh dislipidemia (lipotoxicity) bertanggung jawab terhadap kerusakan jaringan baik
secara langsung melalui stres oksidatif, dan proses glikosilasi yang meluas.
16
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Insulin mempunyai fungsi penting pada metabolisme karbohidrat, sintesis
protein, anabolisme dan katabolisme.
Reseptor insulin berfungsi untuk menangkap insulin untuk dapat mengaktivasi
cAMP.
Gangguan, baik dari produksi maupun aksi insulin, menyebabkan gangguan pada
metabolisme glukosa, dengan berbagai dampak yang ditimbulkannya seperti
timbulnya penyakit hiperglikemia dan diabetes melitus.
5.2 Saran
Melakukan olahraga rutin untuk menunjang kinerja reseptor insulin dan mencegah
timbulnya beberapa penyakit seperti hiperglikemia dan diabetes melitus.
17