18
119 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di dalam dunia penyiaran dan telekomunikasi pada saat ini, media komunikasi menjadi kebutuhan pokok yang sangat penting bagi kehidupan manusia di dalam menjalani hubungan komunikasi di era digital. menurut Judy C. Pearson dan Paul E, di dalam bukunya Human Communication ( 2000: 3 ) salah satu fungsi dari komunikasi tersebut adalah untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat, maka dari itu peran komunikasi khususnya dalam konteks media penyiaran televisi sangat diperlukan ditengah- tengah masyarakat, dalam hal ini masyarakat global. Penyiaran yang berkaitan erat dengan pengertian “Proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, maupun komunikasi data pada jaringan. Dengan layanan server ke client sekaligus dengan cara paralel dengan akses yang cukup cepat dari sumber video maupun audio”, sedangkan televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum dalam Baksin ( 2006 :16 ) mendefenisikan bahwa :”Televisi merupakan hasil produk teknologi tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak. Isi pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi mental, pola pikir dan tindak individu. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita pahami bahwa penyiaran, terutama penyiaran televisi mempunyai dampak yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakanglibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab1/2011-2-00439-mc 1.pdftelekomunikasi pada saat ini, media komunikasi menjadi kebutuhan pokok yang sangat

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

119

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Seiring dengan pesatnya kemajuan teknologi di dalam dunia penyiaran dan

telekomunikasi pada saat ini, media komunikasi menjadi kebutuhan pokok yang

sangat penting bagi kehidupan manusia di dalam menjalani hubungan komunikasi

di era digital. menurut Judy C. Pearson dan Paul E, di dalam bukunya Human

Communication ( 2000: 3 ) salah satu fungsi dari komunikasi tersebut adalah untuk

kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan

mengembangkan keberadaan suatu masyarakat, maka dari itu peran komunikasi

khususnya dalam konteks media penyiaran televisi sangat diperlukan ditengah-

tengah masyarakat, dalam hal ini masyarakat global.

Penyiaran yang berkaitan erat dengan pengertian “Proses pengiriman sinyal

ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, maupun

komunikasi data pada jaringan. Dengan layanan server ke client sekaligus dengan

cara paralel dengan akses yang cukup cepat dari sumber video maupun audio”,

sedangkan televisi merupakan media komunikasi yang menyediakan berbagai

informasi yang update, dan menyebarkannya kepada khalayak umum dalam Baksin

( 2006 :16 ) mendefenisikan bahwa :”Televisi merupakan hasil produk teknologi

tinggi (hi-tech) yang menyampaikan isi pesan dalam bentuk audiovisual gerak”. Isi

pesan audiovisual gerak memiliki kekuatan yang sangat tinggi untuk mempengaruhi

mental, pola pikir dan tindak individu. Berdasarkan pengertian di atas dapat kita

pahami bahwa penyiaran, terutama penyiaran televisi mempunyai dampak yang

2

bersifat langsung kepada masyarakat itu sendiri. Terlebih penyiaran televisi

mempunyai “power” yang dapat merubah sifat dan cara pandang masyarakat

terhadap suatu hal yang disampaikan oleh media penyiaran tersebut.

Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Penyiaran yang berlaku di

Indonesia saat ini yaitu Undang-undang No 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (UU

32/2002). Pertama, UU 32/2002 menggunakan istilah „lembaga penyiaran‟ seperti

lembaga penyiaran publik, swasta, komunitas dan seterusnya. Apa yang dimaksud

dengan „lembaga penyiaran‟ ini? Menurut Ketentuan Umum UU 32/2002 “lembaga

penyiaran adalah penyelenggara penyiaran, baik lembaga penyiaran publik, lembaga

penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas, maupun lembaga penyiaran

berlangganan yang dalam melaksanakan tugas, fungsi dan tanggung jawabnya

berpedoman pada peraturan-peraturan perundang-undangan yang berlaku”.[1] Dari

sini dapat kita simpulkan bahwa pengertian lembaga penyiaran adalah sama dengan

penyelenggara penyiaran.

Ada pula istilah „jasa penyiaran‟ yang dalam UU 32/2002 terbagi atas jasa

penyiaran radio dan jasa penyiaran televisi sebagaimana ketentuan pasal 13: “Jasa

penyiaran terdiri atas: a) jasa penyiaran radio dan; b) jasa penyiaran televisi”.[2]

Undang-undang tidak memberi definisi mengenai apa yang dimaksud dengan jasa

penyiaran, dan apa yang membedakannya antara lembaga penyiaran dan jasa

penyiaran.

Maka dari itu Peran lembaga penyiaran televisi sebagai salah satu media

elektronik yang mempunyai peran dan andil yang besar di dalam mencari,

menerima, memilih dan menyiarkan berita/informasi kepada khalayak banyak

dituntut terus meningkatkan kinerja baik dari segi inovasi, kreatifitas dan

3

performanya agar bisa memberikan suguhan program yang menarik,bermanfaat dan

mempunyai fungsi edukatif bagi masyarakat. Salah Fungsi dan peran televisi

sebagai media komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney

(1988), di dalam bukunya Introduction to Media Communication ( 1995:4 ) adalah

transmission of culture, Di mana televisi dari masa ke masa selalu memberikan

perkembangan, tentunya perkembangan itu memberikan suatu perubahan di dalam

struktur sosial/masyarakat yang mana perubahan itu menjadi tanggung jawab dari

televisi sebagai lembaga penyiaran.

Televisi Republik Indonesia ( TVRI ) merupakan salah satu lembaga

penyiaran yang menyandang nama negara mengandung arti bahwa dengan nama

tersebut siarannya ditujukan untuk kepentingan negara. Sejak berdirinya tanggal 24

Agustus 1962, TVRI mengemban tugas sebagai televisi yang mengangkat citra

bangsa melalui penyelenggaraan penyiaran peristiwa yang berskala internasional,

mendorong kemajuan kehidupan masyarakat serta sebagai perekat sosial.

TVRI sebagai satu-satunya lembaga penyiaran milik publik yang ada di

Indonesia, mengemban visi dan misi penting untuk memberikan informasi yang

aktual sekaligus mencerdaskan bangsa melalui tayangan-tayangan yang mendidik,

sopan, menghargai kultur masyarakat dan memiliki sisi positif didalam

pengembangan moral dan intelektual bangsa Indonesia.

Tugas yang diemban TVRI berkaitan dengan kerja sama luar negeri dikelola

oleh bidang Penunjang Program dan Berita khususnya seksi kerja sama produksi

luar negeri ( KPLN ) yang salah satu tugas pokok dan fungsinya adalah

pengkoordinasian kerjasama produksi/siaran luar negeri, baik di pusat maupun di

daerah.

4

Berkaitan dengan hal tersebut peneliti menaruh minat yang besar untuk

melakukan penelitian tentang bagaimana pengelolaan yang dilakukan oleh seksi

KPLN ( Kerja Sama Produksi Luar Negeri ) dalam menjalakan salah satu tugas

pokok dan fungsinya sehubungan dengan kerjasama produksi internasional yang

mengacu pada kondisi objektif TVRI saat ini dalam membangun sinergi dengan

global broadcaster untuk meningkatkan citra TVRI di mata dunia.

Adapun, topik penelitian dan penulisan skripsi ini dibuat berdasarkan dengan

kerjasama produksi luar negeri TVRI yang berada dibawah tanggung jawab dari

bidang penunjang program dan berita seksi kerjasama produksi luar negeri (KPLN),

yang selama ini telah banyak melakukan kerjasama dengan international

broadcaster, diantaranya NHK (Jepang) ,RTM (Malaysia), KBS (Korea), TRT

(Turki), KBI (Korean broadcasting institute), Japan foundation, Goethe Institute

Thailand, Deutsche Welle (Jerman) dan yang menjadi pembahasan peneliti adalah

kerjasama produksi TVRI dengan Arirang TV Korea.

Kerjasama produksi pada awalnya dibuat untuk meningkatkan kolaborasi

antara negara-negara dalam produksi industri kecil yang mampu menarik sumber

daya manusia dan mampu bersaing di pasar internasional (Taylor, 1995, hal 414).

Di Eropa, kerjasama produksi dapat terlihat sebagai sebuah kesempatan untuk

menciptakan budaya material khusus untuk pasar lokal, dan untuk mencegah

dominasi program asing dalam penyiaran televisi lokal. Namun, saat ini kerjasama

produksi lebih menjurus kepada budaya material yang relevan, akan tetapi tetap

fokus secara eksklusif pada genre populer, yang sering simulasikan di dalam

produksi-produksi film Hollywood, seperti program fiksi ilmiah yang menunjukkan

dan mengandung penggabungan berbagai unsur atau elemen yang diambil dari

5

berbagai genre program. Akibatnya, kerjasama produksi mewakili tren yang

dominan di televisi internasional dan produksi film dengan orentasi isu-isu lokal

yang relevan yang layak disajikan bagi penonton global.

Kerjasama produksi televisi memiliki potensi sebagai penrefleksian proses

globalisasi, seperti sebagai hibridisasi budaya dan diversifikasi sebuah negara,

namun karena lebih mengarah pada fokus komersial, maka target lebih ditujukan

kepada penonton internasional sebagai konsumen daripada warga negara sendiri.

Hal ini terutama bermasalah dalam konteks di mana siaran layanan masyarakat dan

produksi independen semakin ditantang oleh pihak-pihak yang memliki kepentingan

pribadi, pemerintah dan fragmentasi pasar itu sendiri.

Kerjasama produksi merupakan sebuah perjanjian usaha untuk mencapai

tujuan yang meliputi ekonomi, budaya dan diplomatik. Daya tarik utama dari

perjanjian kerjasama produksi adalah bahwa jika kita memenuhi syarat dalam

produksi baik nasional maupun dengan negara-negara mitra maka kita dapat

mengakses manfaat-manfaat yang telah tersedia untuk film lokal dan industri

televisi dari setiap negara yang menjadi mitra kita. Manfaat yang dimaksud dapat

berupa bantuan keuangan dari pemerintah, konsesi pajak yang dimasukkan ke dalam

kuota siaran televisi domestik. Kerjasama produksi internasional juga terjadi di luar

kerangka resmi kerjasama produksi, misalnya dengan negara-negara yang tidak

memiliki perjanjian di tempat, atau proyek yang tidak memenuhi kriteria resmi

kerjasama produksi.

Dalam banyak kasus, kerjasama produksi adalah respon terhadap tantangan

internasionalisasi dari negara-negara dengan sektor produksi kecil, karena mereka

berusaha untuk mempertahankan industri produksi yang layak dan menghasilkan

6

konten budaya-khusus untuk penonton nasional. Namun, tujuan lainya untuk

menghasilkan ketegangan dalam film nasional dan sektor televisi. Meskipun

perjanjian kerjasam produksi dapat menghasilkan lebih banyak sumber daya yang

tersedia, namun resiko produksi internasional juga kurang relevan dengan khalayak

yang menjadi target sasaran yang lebih menginginkan murni produksi lokal.

Keuntungan yang didapatkan dari kerjasama produksi internasional adalah sebagai

berikut :

1. Terpenuhinya sumber daya keuangan.

2. Akses terhadap insentif dari pemerintah dan subsidi yang berasal dari

mitra kerja.

3. Akses kepada pasar mitra kita, atau ke pasar pihak ketiga ( negara-negara

lain yang mendapatkan hak siar dari program kerjsama internasional).

4. Akses ke suatu proyek tertentu yang diprakarsai oleh mitra kerja.

5. Akses ke lokasi yang dikehendaki, dengan input yang lebih murah.

6. Mendapatkan manfaat budaya dan kesempatan untuk belajar kepada mitra

kerja.

Kerjasama produksi khususnya di dalam kerjasama internasional tentunya

membutuhkan kesepakatan secara tertulis / dokumen dari kedua belah pihak.

Dokumen kesepakatan kerjasama tersebut adalah nota kesepahaman (memorandum

of understanding atau MoU), nota kesepahaman ( MoU ) merupakan sebuah

dokumen legal yang menggambarkan perjanjian bilateral atau multilateral serta

kejelasan persetujuan antar kedua belah pihak. MoU tidak seformal sebuah kontrak.

7

Melihat dari banyaknya keuntungan dan manfaat yang didapat dari kerjasama

produksi internasional maka dari itu TVRI sebagai televisi publik milik negara yang

pada salah satu misinya adalah untuk membangun citra bangsa dan negara dimata

internasional, TVRI melakukan kerjasama produksi internasional dengan salah satu

lembaga penyiaran internasional Arirang TV Korea.

Arirang TV adalah lembaga penyiaran publik yang mengenalkan keunikan

Korea kepada dunia melalui media penyiaran mutakhir. Tujuan dari Arirang TV

adalah untuk memoles citra Korea dalam komunitas internasional dan untuk

meningkatkan hubungan dengan negara-negara asing melalui kerjasama yang erat

dengan perusahaan penyiaran di luar negeri. Arirang TV yang didedikasikan untuk

pengembangan penyiaran, media, dan industri periklanan, bersama dengan kemajuan

budaya dan seni. Sedangkan bisnis inti dari Arirang TV sendiri adalah untuk

memberikan programnya ke seluruh dunia melalui satelit selama 24 jam sehari

dalam rangka meningkatkan citra Korea. Sebagai stasiun penyiaran berbahasa

Inggris yang berbasis di Korea, Arirang TV menyediakan berita dan hiburan yang

ada di Korea kepada masyarakat internasional.

Sementara yang menjadi fokus penelitian ini adalah pengelolaan pra-produksi

kerjasama internasional antara TVRI – ARIRANG TV, program acara Indonesia –

Korea Friendship Sharing Concert, yang merupakan salah satu acara dari

serangkaian besar kegiatan di dalam Korean Week. yang dimulai dari tanggal 11

oktober dan berakhir pada 17 oktober 2010. Adapun tujuan dari diadakannya acara

ini adalah untuk memperkenalkan kebudayaan Korea kepada Indonesia, sekaligus

menjadi wadah pertukaran kebudayaan kedua negara tersebut. Acara ini juga

diharapkan dapat mempererat hubungan persahabatan antara Indonesia dan Korea.

8

Adapun tahapan pra-produksi di televisi adalah sebagai berikut :

1. Ide/konsep acara.

Memikirkan dan mencari ide atau konsep acara yang ingin di buat.

2. Rekruitmen kru

Melakukan perekrutan kru yang akan terlibat di dalam acara tersebut.

3. Mengkoordinasi kru

Mengatur dan memberikan pengarahan kepada kru yang terlibat di dalam

acara,mulai dari penentuaan jobdesk sampai kepada penjadwalan acara.

4. Menentukan pembawa acara dan bintang tamu

Memilih host dan bintang tamu yang akan mengisi acara.

5. Persiapan serta penentuan tempat dan jadwal acara

Menentukan di mana dan kapan acara akan berlangsung, mulai dari

pemilihan tempat baik in-door ataupun out-door serta mempersiapkan

jadwal acara.

6. Menentukan desain dan format acara

Memutuskan desain dan format acara yang akan digunakan di dalam

acara.

7. Mempersiapkan properti acara.

Melakukan penetuan dan membuat properti yang akan digunakan di

dalam acara, baik properti pinjaman dari sponsor atau properti yang sudah

ada.

8. Mempersiapkan peralatan produksi.

Mempersiapkan peralatan – peralatan produksi yang akan digunakan di

dalam acara, peralatan produksi tersebut meliputi lighting, sound , special

9

effect, photos, graphics dan lain-lain.

9. Bertemu produser dan host

Bertemu dengan produser dan host untuk melakukan diskusi serta

mengkoreksi dan memeriksa segala hal-hal yang berkaitan dengan

persiapan produksi acara, yang meliputi berapa banyak bintang tamu,

audience, tema acara dan lain-lain.

10. Penyusunan anggaran biaya produksi

Menyusun semua biaya / anggaran produksi mulai dari pra-

produksi,produksi sampai ke pasca produksi.

Proses pra-produksi program acara di televisi tentunya harus disertain

dengan pengelolaan atau manajemen yang baik agar tahap – tahapan yang ada di

dalam pra produksi yang telah dijalankan dapat berjalan dengan baik dan lebih

teratur untuk mencapai tujuan serta memperoleh hasil sesuai dengan yang

direncanakan.

Manajemen merupakan pengelolaan suatu pekerjaan untuk memperoleh

hasil dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan dengan cara

menggerakan orang-orang dalam organisasi tersebut untuk bekerja.

Menurut George R.Terry (1977) dalam buku Herujito (2001: 3)

“manajemen adalah suatu proses yang berbeda terdiri dari perencanaan,

mengatur, melaksanakan dan mengawasi, yang dilakukan untuk mencapai tujuan

yang ditentukan dengan menggunakan manusia dan sumber daya lainya”.

Menurut Massie (1987: 3) dalam buku Arsyad (2002: 1) “manajemen merupakan

suatu proses dimana suatu kelompok secara kerjasama mengarahkan tindakan

atau kerjanya untuk mencapai tujuan bersama.

10

Sementara itu manajemen produksi televisi adalah kegiatan yang

berkaitan dengan memimpin, menyusun jadwal dan anggaran produksi untuk

mencapai tujuan tersedianya konsep program acara televisi yang sesuai dengan

keinginan dan kebutuhan penonton, sekaligus mengimplementasikannya dalam

produksi baik untuk program siaran langsung maupun rekaman / tapping.

1.2 Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian lebih terfokus, maka dibuat ruang lingkup sebagai berikut :

1. Peran bidang penunjang program dan berita seksi KPLN (Kerjasama

Produksi Luar negeri) TVRI Pusat.

2. Kerjasama pra-produksi luar negeri TVRI - ARIRANG TV, program

acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010 di Jakarta.

3. Pengelolaan pra-produksi kerjasama internasional TVRI – ARIRANG

TV, pada acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010

di Jakarta.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan pemikiran pengembangan

kerjasama produksi internasional antar Broadcaster, dalam membangun

komunikasi kultural antar bangsa, khususnya mengenai proses

pengelolaan pra-produksi dalam konteks kerjasama internasional.

2. Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk melihat pentingnya

kerjasama produksi antar broadcaster dengan penekanan pada produksi

program acara televisi untuk jangkauan penyiaran global.

3. Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan pemikiran tentang

pentingnya langkah awal persiapan produksi yang meliputi penentuan

11

ide, konsep program, pemilihan kru dan pengisi acara serta aspek

pendukung lainnya untuk mewujudkan konsep program menjadi panduan

pelaksanaan produksi yang dapat dipahami oleh seluruh pihak yang

terlibat, sehingga seluruh anggota tim produksi dapat memberikan

kontribusi maksimal sesuai dengan profesinya masing-masing.

1.4. Metode Penelitian

Landasan metode penelitian yang peneliti gunakan di dalam penelitian ini

adalah metode penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu proses

penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki

suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat

suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan

responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15).

Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif

merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu,

peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya,

menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian

ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan

jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk

memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan

kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.

12

Menurut Strauss dan Corbin (2003) penelitian kualitatif dimaksud sebagai

jenis penelitian yang temuan-temuannya tidak diperoleh melalui prosedur statistik

atau bentuk hitungan lainnya. Selanjutnya, dipilihnya penelitian kualitatif karena

kemantapan peneliti berdasarkan pengalaman penelitiannya dan metode kualitatif

dapat memberikan rincian yang lebih kompleks tentang fenomena yang sulit

diungkapkan oleh metode kuantitatif.

Jenis metode penelitian kualitatif yang peneliti gunakan di dalam penelitian

ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif. Menurut Whitney ( 1960 ) definisi

dari metode penelitian deskriptif adalah pencarian fakta dengan intrepretasi yang

tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta

tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk

tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta

proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu

fenomena.

Dalam metode penelitian deskriptif, bisa saja membandingkan fenomena –

fenomena tertentu sehingga merupakan suatu studi komparatif. Adakalanya peneliti

mengadakan klasifikasi, serta penelitian terhadap fenomena – fenomena dengan

menetapkan suatu standar atau suatu norma tertentu sehingga banyak ahli

menamakan metode deskriptif ini dengan nama survei normatif ( normative survey

). Dengan metode deskriptif ini juga diselidiki kedudukan ( status ) fenomena atau

faktor dan melihat hubungan antara satu faktor dengan faktor yang lain.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif adalah karena

peneliti dapat mempelajari masalah – masalah apa saja yang ada di dalam topik

penelitian saya serta menemukan penyelesaian masalahan melalui proses pencarian

13

fakta dengan menggunakan teknik pengumpulan data.

1.5. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data yang ada di dalam penelitian

kualitatif adalah sebagai berikut :

1. Wawancara

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau

keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang

digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam.

Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh

keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil

bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang

diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide)

wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam

kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat

mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara,

sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam

mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu

autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau

responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden).

Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan

pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari

pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum

building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan

14

kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi

Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah

ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau

peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi

adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian,

untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku

manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap

aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi

yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi

partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak

terstruktur.

1. Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode

pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana

observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian

responden.

2. Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan

tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini

peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya

pengamatannya dalam mengamati suatu objek.

3. Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara

berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

15

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah

topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus

kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen

Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk

dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat,

catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat

utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang

kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam.

Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,

surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen

pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di

website, dan lain-lain.

Teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan di dalam penelitian

ini adalah :

a. Wawancara secara mendalam (in- depth interview) dengan pihak

–pihak yang terkait seperti produser dan manager kerjasama

produksi luar negeri yang ada di TVRI dan ARIRANG TV Korea

(by e-mail) mengenai pengelolaan pra-produksi program acara

Indonesia –Korea Freindship Sharing Concert 2010.

b. Dokumen yang berkaitan dengan kerjasama produksi, dalam hal

ini aspek legal berupa MoU antara TVRI – ARIRANG TV,

dokumen korespodensi ( by e-mail) dan proposal program yang

berkaitan dengan program acara kerjasama internasional Indonesia

16

– Korea Friendship Sharing Concert 2010.

Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data wawancara dan

dokumen . Karena melalui wawancara peneliti dapat mendapatkan informasi dari

produser dari TVRI maupun ARIRANG TV Korea yang bertanggung jawab

dengan suksesnya peyelenggaraan acara Indonesia – Korea Friendship Sharing

Concert 2010.

Alasan peneliti menggunakan teknik pengumpulan data mengunakan

dokumen seperti MoU, proposal program dan dokumen administrasi produksi

lainnya karena semua hal tersebut merupakan dasar kerjasama serta proses

produksi acara Indonesia – Korea Friendship Sharing Concert 2010.

1.6. Metode Pengolahan Data

Setelah data-data yang telah di dapat terkumpul semua, maka selanjutnya

dilakukan proses pengolahan data, di dalam penelitian kualitatif ini peneliti

menggunakan metode tringulasi.

Triangulasi ialah kombinasi beragam sumber data, tenaga peneliti, teori,

dan teknik. metodologis dalam suatu penelitian atas gejala sosial. Menurut

Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara

terhadap objek penelitian. (Moloeng, 2004:330). Dengan demikian triangulasi

memungkinkan tangkapan realitas secara lebih valid. Terdapat empat tipe

triangulasi (Denzin, 1978) :

1. Triangulasi data: penggunaan beragam sumber data dalam

suatu penelitian.

2. Triangulasi peneliti: penggunaan beberapa peneliti yang

17

berbeda disiplin ilmunya dalam suatu penelitian.

3. Triangulasi teori: penggunaan sejumlah perspektif dalam

menafsir satu set data.

4. Triangulasi teknik metodologis: penggunaan sejumlah

teknik dalam suatu penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti akan memfokuskan metode pengolahan data

pada Triangulasi Data, dimana peneliti akan menggunakan beberapa sumber

yang berbeda untuk mencocokan kebenaran atau validitas data yang didapat dari

sumber yang satu dengan cara membandingkan data yang diberikan oleh sumber

yang lain. Berikut adalah sumber data penelitian yang peneliti miliki :

1. Sumber primer

Sumber primer adalah sumber yang menjadi patokan di

dalam penelitian ini, yang menjadi sumber primer dalam

penelitian ini adalah manager hubungan internasional/luar

negeri dan produser pelaksana acara dalam suatu acara

kerjasama internasional, atau orang yang bertanggung

jawab atas berjalannya produksi suatu acara dari awal

sampai akhir acara khusunya pada fase pra-produksi.

2. Sumber sekunder

Sumber Sekunder adalah sumber yang datanya akan

menjadi pembanding dari data yang didapatkan dari

sumber primer. Fungsi dari data sekunder ini adalah untuk

memeriksa, apakah data yang dikeluarkan oleh sumber

primer sudah valid, atau sudah teruji kebenarannya. Selain

18

itu, ini juga berfungsi untuk menguji keselarasan antara

data yang dikeluarkan oleh sumber primer dengan data

yang dikeluarkan oleh sumber sekunder. Data dalam

sumber sekunder dapat berupa dokumen baik itu hasil

wawancara dengan narasumber pendukung ataupun

dokumen berupa data-data berbentuk tulisan yang

berkaitan dengan program acara yang sedang diteliti.

1.7. Sistematika Penulisan

1. Bab I Pendahuluan

Bab ini berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian dan sistematika penulisan penelitian.

2. Bab II Landasan Teori

Bab ini membahas tentang teori-teori yang digunakan di dalam penelitian ini

seperti teori dasar, teori umum dan teori khusus.

3. Bab III Inti Penelitian

Bab ini berisi data-data yang berhubungan dengan penelitian seperti struktur

organisasi dan profil program acara.

4. Bab IV Hasil Penelitian

Bab ini meliputi penyajian data penelitian, pengolahan data penelitian serta

pembahasan dari penelitian itu sendiri.

5. Bab V Simpulan dan Saran

Bab ini merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran.