4
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku “caringz atau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Komunikasi Terapeutik Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki

Bab 1 Pendahuluan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

nfj

Citation preview

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia. Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan. Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caringzatau kasih sayang / cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain. Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan pertolongan terhadap sesama manusia BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1Definisi Komunikasi Terapeutik

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan pasien. Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998) menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara perawat dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar bersama dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990) menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang terapeutik. Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.

2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik Beberapa prinsip dasar yang harus dipahami dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik adalah sebagai berikut: 1. Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan, didasarkan pada prinsip Humanity of Nursing and Clients.

2. Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya dan keunikan tiap individu. 3. Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien. 4. Komunikasi yang mmenumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternatif pemecahan masalahnya2.3 Tujuan Komunikasi Terapeutik Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif atau adaptif dan diarahkan pada pertumbuhan klien sebagai berikut: 1. Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri. 2. Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung dengan orang lain. 3. Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan yang realistis. 4. Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. 2.4 Manfaat Komunikasi Terapeutik Dengan profesi sebagai perawat, maka menjadi terapeutik adalah suatu hal wajib dilakukan dan diharapkan akan akan memberikan kontribusi dalam melakukan pelayanan kesehatan/keperawatan kepada masyarakat. Menjadi terapeutik berarti menjadikan diri perawat sebagai sarana untuk memfasilitasi proses penyembuhan dalam hal ini perawat menggunakan komunikasi terapeutik sebagai sarananya.

BAB 3 PEMBAHASAN 3.1 Penerapan Komunikasi Terapeutik Dalam Bidang Keperawatan Penerapan komunikasi terapeutik dalam bidang keperawatan dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, diantaranya : 1. Pengkajian a. Menentukan kemampuan seseorang b. Mengevaluasi data tentang status mental pasien c. Mengevaluasi kemampuan pasien d. Mengobservasi apa yang terjadi pada pasien e. Mengidentifikasi tingkat perkembangan pasien f. Menentukan apakah pasien memperlihatkan sikap verbal dan non verbal g. Mengkaji tingkat kecemasan pasien 2. Rencana Tujuan a. Membantu pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien b. Membantu pasien agar dapat menerima pengalaman yang pernah dirasakan c. Meningkatkan harga diri pasien d. Memberikan support e. Perawat dan pasien sepakat mengadakan komunikasi secara terbuka 3. Implementasi a. Memperkenalkan diri kepada pasien b. Mulai interaksi kepada pasien c. Membantu pasien untuk dapat menggambarkan pengalaman pribadinya d. Menganjurkan pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan kebutuhannya e. Menggunakan komunikasi untuk meningkatkan harga diri pasien 4. Evaluasi dari hasil yang diharapkan a. Pasien dapat mengembangkan kemampuan dalam mengkaji dan memenuhi kebutuhan sendiri b. Komunikasi menjadi lebih jelas, lebih terbuka dan berfokus pada masalah c. Membantu menciptakan lingkungan yang dapat mengurangi tingkat kecemasan. 3.2 Tahapan Komunikasi Terapeutik Tahapan komunikasi terapeutik, siklus atau langkah-langkah yang harus dilakukan dalam komunikasi terapeutik terdiri dari 4 tahap sebagai berikut : 1. Tahap Prainteraksi Tahap ini dimulai sebelum petugas kesehatan terlebih dahulu menggali kemampuan yang dimiliki sebelum kontak atau berhubungan dengan klien termasuk kondisi kecemasan yang menyelimuti diri petugas kesehatan sehingga terdapat dua unsur. Yang perlu dipersiapkan dan dipelajari pada tahap prainteraksi yaitu unsur diri sendiri dan unsur dari pasien. Dan dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang dipelajari dari diri sendiri adalah pengetahuan yang dimiliki terkait dengan penyakit atau masalah klien, kecemasan diri, analisis kekuatan diri dan waktu pertemuan baik saat pertemuan maupun lama pertemuan. Hal-hal yang dipelajari dari unsur pasien adalah perilaku pasien dalam menghadapi pasien masalahnya adat istiadat dan tingkat pengetahuan (nasir 2009). 2. Tahap Perkenalan atau Orientasi Pada tahap perkenalan adalah membuat kontrak dengan klien. Kontrak yang harus disetujui bersama dengan klien antara lain: tempat, waktu pertemuan dan topik pembicaraan. Pada tahap ini adalah petugas kesehatan mengalih keluhan yang dirasakan oleh klien dan difalidasi dengan tanda serta gejala lain, maka dari itu petugas kesehatan membenarkan secara aktif untuk mengumpulkan data tersebut (Suryani 2006). 3. Tahap Kerja Tahap yang paling lama diantara tahap lainya. Petugas kesehatan dan klien bertemu untuk menyelesaikan masalah dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan secara profesional, yaitu mencapai tujuan yang ditetapkan. Pada fase ini petugas kesehatan memiliki kebutuhan dan mengembangkan pola-pola adaptif klien, Memberi bantuan yang dibutuhkan klien, mendiskusikan dengan teknik untuk mencapai tujuan selain sebagi pemberi pelayanan, peran petugas sebagai pengajar yang diperlukan. Peran ini meliputi upaya meningkatkan motivasi klien untuk mempelajari dan melakukan aktifitas peningkatan kesehatan untuk mengikuti program pengobatan dokter dan untuk