10
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap tahun jumlah penderita ganguan jiwa terus meningkat, baik gangguan jiwa berat maupun ringan. Namun sayangnya,masih sedikit yang memiliki perhatian terhadap kesehatan jiwa di indonesia.Program promosi kesehatan jiwa di masyarakat pun masih kurang. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2013, Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per 1000 jiwa, sedangkan dikaltim 1,4 per 1000 jiwa , pemicu peningkatan penentu gangguan jiwa di samarinda di karenakan musibah banjir, kebakaran, dan putus cinta. Sebagai gambaran, setidaknya tercatat 10.597 pasien yang mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012. Angka lalu meningkat pada tahun 2013 sekitar 13,46 persen atau mencapai 13,893 pasien. 1

BAB 1 pendahuluan

  • Upload
    rio

  • View
    249

  • Download
    0

Embed Size (px)

DESCRIPTION

penndahuluan kti halusinasi

Citation preview

Page 1: BAB 1 pendahuluan

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap tahun jumlah penderita ganguan jiwa terus meningkat, baik

gangguan jiwa berat maupun ringan. Namun sayangnya,masih sedikit yang

memiliki perhatian terhadap kesehatan jiwa di indonesia.Program promosi

kesehatan jiwa di masyarakat pun masih kurang.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas Tahun 2013,

Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per 1000 jiwa,

sedangkan dikaltim 1,4 per 1000 jiwa , pemicu peningkatan penentu

gangguan jiwa di samarinda di karenakan musibah banjir, kebakaran, dan

putus cinta. Sebagai gambaran, setidaknya tercatat 10.597 pasien yang

mengalami gangguan jiwa pada tahun 2012. Angka lalu meningkat pada

tahun 2013 sekitar 13,46 persen atau mencapai 13,893 pasien.

( www.litbeng.depkes.go.id)

Menurut data yang diperoleh dari Medical record RSJD Atma Husada

Mahakam Samarinda pada tahun 2012 jumlah pasien gangguan jiwa yang

rawat inap sebanyak 380 orang dan pada tahun 2013 terjadi peningkatan

jumlah pasien gangguan jiwa yang rawat inap yaitu sebanyak 420 orang,

Pada tahun 2014 jumlah pasien yang rawat inap sampai akhir bulan Juni

yaitu sebanyak 176 orang sedangkan jumlah pasien yang dirawat di Ruang

1

Page 2: BAB 1 pendahuluan

Punai 36 orang, dan masalah keperawatan gangguan persepsi sensori :

halusinasi sebanyak (22) orang.

Salah satu kondisi mengalami perubahan maka kondisi tersebut

biasa dikatakan terjadi perubahan atau gangguan kesehatan jiwa, salah satu

dari bentuk gangguan kesehatan jiwa adalah halusinasi.Halusinasi adalah

perubahan dalam jumlah atau pola stimulus yang datang disertai gangguan

respon yang kurang, berlebihan, atau distorsi terhadap stimulus tersebut

( Nanda-I,2012 ).

Beberapa faktor yang dapat menyebabkan halusinasi di antaranya,

faktor predisposisi dan factor presipitasi. Faktor predisposisi meliputi faktor

perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis, dan faktor pola asuh.

Adapun factor presipitasi secara umum klien dengan gangguan halusinasi

timbul gangguan setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan,

isolasi sosial, perasaan tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. (Yosep,

I, 2009).

Dampak yang di timbulkan oleh pasien yang mengalami halusinasi

adalah kehilangan kontrol dirinya. Dimana pasien mengalami panik dan

dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini pasien bisa bertengkar,

bahkan mencederai diri dan bisa sampai melakukan bunuh diri (suicide),

mencederai orang lain dan lingkungan terjadi dengan suara halusinasi itu.

Bisa pula pasien terlihat seperti bersikap dalam mendengar atau bicara

keras-keras seperti bila ia menjawab pertanyaan seseorang atau bibirnya

bergerak-gerak. Kadang-kadang pasien menganggap halusinasi datang dari

2

Page 3: BAB 1 pendahuluan

setiap tubuh atau diluar tubuhnya. Halusinasi ini kadang-kadang

menyenangkan misalnya bersifat khayalan, ancaman dan lain-lain. (http:

//www.bluesteam47.blogspot.com)

Dampak yang ditimbulkan bagi keluarga, menambah beban keluarga

dalam hal biaya pengobatan selama di Rumah Sakit dan mungkin beberapa

anggota keluarga merasa malu atau ketakutan terhadap prilaku klien yang

aneh atau mengancam, selain itu berdampak pula pada ekonomi keluarga

yang berupa hilangnya hari produktif untuk mencari nafkah, disinilah beban

emosi keluarga dalam bentuk keletihan secara emosional. Dampak sosialnya

sangat serius berupa penolakan, pengucilan, dan diskriminasi oleh

masyarakat.(http: //www.bluesteam47.blogspot.com)

Peran perawat pada klien meliputi aspek promotif, preventif kuratif

dan rehabilitatif. Promotif adalah memberikan penjelasan tentang gangguan

jiwa gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran pada masyarakat

umum, mulai dari pengertian, penyebab, tanda dan gejala sampai dengan

komplikasi yang akan terjadi bila tidak segera ditangani. Preventif adalah

memberi penjelasan cara pencegahan pasien dengan gangguan jiwa terutama

dengan pasien gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran. Kuratif

yaitu peran perawat memberikan asuhan keperawatan pada pasien gangguan

jiwa terutama dengan gangguan sensori persespsi: halusinasi pendengaran

secara mandiri serta tindakan kolaborasi dengan dokter. Rehabilitatif peran

perawat dalam memperkenalkan pada anggota keluarga cara merawat pasien

3

Page 4: BAB 1 pendahuluan

dengan gangguan jiwa terutama dengan gangguan sensori persepsi:

halusiansi pendengaran di rumah.

Selain itu peran, fungsi dan tanggung jawab perawat adalah untuk

melakukan pendekatan melalui komunikasi terapeutik seperti terapi aktivitas

kelompok, home visit dan mengubah prilaku pasien yang maladaptif

menjadi adaptif. Oleh karna itu penulis tertarik untuk memberikan Asuhan

Keperawatan pada klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pendengaran

Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Secara umum tujuan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk

memberikan gambaran asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Punai Rumah Sakit

Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Provinsi Kalimantan Timur.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Agar dapat gambaran untuk melakukan pengkajian pada Ny.S dengan

gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di Ruang Punai

Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam Provinsi

Kalimantan Timur.

b. Agar dapat gambaran untuk merumuskan diagnosa keperawatan yang

timbul pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi

pendengaran di Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma

Husada Mahakam Provinsi Kalimantan Timur.

4

Page 5: BAB 1 pendahuluan

c. Agar dapat gambaran untuk merencanakan tindakan keperawatan pada

Ny.S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di

Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam

Provinsi Kalimantan Timur.

d. Agar dapat gambaran untuk melaksanakan tindakan keperawatan pada

Ny.S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di

Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam

Provinsi Kalimantan Timur.

e. Agar dapat gambaran untuk membuat evaluasi dari tindakan

keperawatan pada Ny.S dengan gangguan persepsi sensori :

halusinasi pendengaran di Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah

Atma Husada Mahakam Provinsi Kalimantan Timur.

f. Agar dapat gambaran untuk membuat dokumentasi keperawatan pada

Ny.S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran di

Ruang Punai Rumah Sakit Jiwa Daerah Atma Husada Mahakam

Provinsi Kalimantan Timur.

1.2.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran digunakan dan dimanfaatkan

oleh pihak Akademik sebagai bahan untuk mahasiswa melakukan

asuhan keperawatan jiwa .

5

Page 6: BAB 1 pendahuluan

1.3.2 ` Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori : halusinasi pendengaran di gunakan untuk

pengembangan IPTEKS.

1.3.3 Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat digunakan untuk

meningkatkan pelayanan masyarakat dalam menentukan dan

menetapkan suatu asuhan keperawatan yang sesuai dengan kebutuhan

pada pelayanan kesehatan.

1.3.4 Karya Tulis Ilmiah tentang Asuhan Keperawatan dengan gangguan

persepsi sensori halusinasi pendengaran dapat memberikan sumbangan

pemikiran bagi profesi keperawatan agar lebih menuju pada perawat

yang profesional.

1.4 Sistematika Penulisan

Dalam Penulisan karya tulis ilmiah ini terdiri dari 6 BAB yang disusun

dengan urutan sebagai berikut:

Bab 1 Pendahuluan

Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, manfaat penulisan,

dan sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Terdiri dari konsep dasar dan asuhan keperawatan.

Bab 3 Metode Studi Kasus

Terdiri dari lokasi dan waktu penelitian dan prosedur pengambilan

atau pengumpulan data

6

Page 7: BAB 1 pendahuluan

Bab 4 Tinjauan Kasus

Menguraikan tentang pembahasan pelaksanaan keperawatan pada

klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran,

yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan

tindakan keperawatan (intervensi), pelaksanaan tindakan

keperawatan (implementasi), evaluasi dan dokumentasi

Bab 5 Pembahasan

Yang menguraikan tentang pembahasan dari pengkajian, diagnosa

keperawatan, perencanaan, implementasi, evaluasi, dan

Dokumentasi.

Bab 6 Penutup

Terdiri dari kesimpulan dan saran.

7