View
631
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui
perantaraan malaikat Jibril ke dalam hati Rosulullah Muhammad bin Abdullah
dengan lafazh yang berbahasa arab dan makna maknanya yang benar untuk
menjadi hujjah bagi Rasul atas pengakuanya sebagai Rosulullah, menjadi undang
undang bagi manusia yang mengikuti petunjuknya dan menjadi qurbah di mana
mereka beribadah dengan membacanya.1 Dan Al-Qur’an merupakan wahyu dari
Allah SWT dan kitab suci bagi umat Islam sesuai dengan kehendak Tuhan YME
ditulis dalam bahasa Arab, sehingga bahasa Arab atau bahasa Al-Qur’an telah
tercantum meresap menjadi darah daging dan menjadi keyakinan mendalam di
dalam hati tiap-tiap pribadi muslim.2
Adapun pengertian Hadits adalah sebagai berikut :
, الى يضاف ما هو اصطالحا معناه الحديث القديم ضد هو لغة معناه الحديث
الله صلى النبي
صفة او تقرير او فعل او قول من 3وسلم
Artinya :
1Prof. Abdul Wahhab Khallaf,Ilmu Ushul Fiqh,alih bahasa oleh Drs.H. Moh. Zuhri,Dipl.TAFL,Drs.Ahmad Qarib,MA, Dina Utama,Semarang 1994,hal 18.
2Team Penyusun Buku Pedoman Bahasa Arab Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam, Pedoman Pengajaran Bahasa Arab Pada Perguruan Tinggi Agama/ IAIN, Proyek Pengembangan Sistem Pendidikan Agama Depag RI, Jakarta, 1994, hlm. 59.
3 ?Team Penyusun Buku Pelajaran Usul Fiqh,Usul Fiqh,Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam 1998/1999, Depag RI 1998 hlm 42.
1
“Makna Hadits secara bahasa adalah kebalikan dahulu (baru) sedangkan
secara istilah adalah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad baik
berupa ucapan, perbuatan, ketetapan atau sifat”
Setiap orang mukmin yang mempelajari atau mempercayai Al-Qur’an dan
Hadits mempunyai tanggung jawab terhadap kedua kitab suci tersebut diantara
tanggung jawab dan kewajiban tersebut adalah mempelajari dan mengajarkannya.
Karena belajar merupakan hal yang penting dalam kehidupan, salah satunya adalah
dengan membaca, karena membaca adalah sumber pengetahuan. Membaca
merupakan serangkaian kegiatan pikiran seseorang yang dilakukan penuh perhatian
untuk memahami suatu keterangan yang disajikan kepada indera penglihatan dalam
bentuk lambang huruf dan tanda lainnya.4 Karena ketrampilan membaca adalah
merupakan sarana yang sangat penting untuk mengetahui suatu ilmu agama maupun
ilmu pengetahuan umum. Termasuk didalamnya teknik mempelajari Al-Qur’an yaitu
dengan penguasaan membaca Al-Qur’an dan Hadits. Karena jika dalam membaca
Al-Qur’an dan Hadits terjadi kesalahan sedikit saja akan membuat kesalahan dalam
maknanya.
Pengertian Nahwu Shorof adalah :
ويعرف اخرى يقابله ما وعلى تارة الصرف يعم ما على يطلق االصطالح وفي
بأنه االول على
العربية الكلمات احكام بها يعرف العرب كالم من مستنبطة بأصول 5علم
Artinya :
“Nahwu secara istilah kadang diartikan atas sesuatu yang mencakup
Shorof dan kadang diartikan atas perbandingan Shorof, maka menurut pendapat
pertama (mencakup Shorof) Nahwu adalah pengetahuan tentang kaidah kaidah
yang diambil dari kalam arab untuk mengetahui hukum hukum kalimah bahasa
arab”
4The Liang Gie, Cara Belajar yang Baik bagi Mahasiswa, Edisi Kedua, Cet I, Gajah Mada Universitas Press, Yogjakarta, 2000, hlm. 5.
5 ?Asyekh Muhammad AlKhudlori, Chasyitul Khudlori ‘Ala Ibni Aqil,Toha Putra, Semarang, hlm. 10, juz 1.
2
Dengan demikian Nahwu Shorof merupakan alat pokok memahami
bahasa Arab, sulit bagi kita memahami ajaran agama Islam yang berpedoman
pada Al-Qur’an dan Hadits yang berbahasa arab tanpa menggunakan Nahwu dan
Shorof, sehingga Nahwu Shorof penting untuk dipelajari oleh siapapun
khususnya bagi seorang pelajar karena sebagai sarana untuk memepelajari Al-
Qur’an dan hadist serta ilmu pengetahuan yang berbahasa arab. Baik itu dengan
membaca, menulis, memperhatikan, mendengarkan, menyelesaikan tugas
ataupun berlatih sesuatu yang berkaitan dengan bahasa Arab, karena diharapkan
agar siswa menguasai bahasa Arab secara aktif dan pasif dengan kekayaan kosa
kata dan ideometik yang disusun dalam berbagai tarkib (struktur) dan kalimat
serta pola kalimat yang diprogramkan, sehingga dapat dipergunakan sebagai alat
komunikasi dan memahami buku bahasa Arab, di samping Al-Qur’an dan
Hadits.6
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih
lanjut yang ada dalam skripsi yang berjudul “ Studi Korelasi antara
Penguasaan Pelajaran Nahwu Shorof Dengan Kemampuan membaca Al
Qur’an dan Hadits Di kelas VIII MTs. Qudsiyyah Kudus Tahun 2008-2009
”.
B. Penegasan Istilah
Agar tidak terjadi pengkaburan, dan penyimpangan lebih jauh dari
permasalahan, maka perlu ada pembatasan, pengertian, penegasan dan maksud
dari skripsi ini, yaitu :
1. Studi Korelasi
Studi korelasi berarti kegiatan mempelajari atau meneliti tentang hubungan
timbal balik atau sebab akibat antara dua pihak, yang apabila salah satu pihak
baik, maka pihak lainpun baik dan sebaliknya bila salah satunya kurang baik,
maka yang lain tidak baik pula.7
6Al-Wasilah A-Chardan, Beberapa Madhab dan Dikotomi Teori Linguistik, Angkasa, Bandung, 1989, hlm. 100.
7Tim Redaksi Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2007, hlm. 595 dan 1093
3
Kegiatan ini juga dapat diartikan sebagai kegiatan penelitian yang berguna
untuk mencari ada tidaknya hubungan dua variabel yaitu antara variabel
kemampuan membaca Al-Qur’an dengan variabel penguasaan pelajaran
Nahwu Shorof.
2. Penguasaan Pelajaran Nahwu Sjorof
Penguasaan pelajaran Nahwu Shorof yang dimaksud adalah kemampuan untuk
memahami dan menguasai tata bahasa dan bentuk kata dalam bahsa Arab.
3. Kemampuan Membaca Al-Qur’an Dan Hadits
Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan.8 Kemampuan adalah
suatu daya yang ada pada diri seseorang, dalam hal ini adalah kemampuan
membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar. Sedang membaca dari
kata dasar “baca” berarti melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis
atau mengeja dan malafalkan apa yang tertulis.9 Dan Al-Qur’an adalah kalam
Allah yang diturunkan oleh-Nya melalui perantara malaikat Jibril ke dalam
hati Rasulullah Muhammad bin Abdullah dengan lafal yang berbahasa Arab
dengan dan makna-maknanya yang benar untuk menjadi hujjah bagi Rasul
atas pengakuanya sebagai Rasulullah, menjadi undang-undang bagi manusia
yang mengikuti petunjuknya dan menjadi qurbah di mana mereka beribadah
dengan membacanya.10 Dan Hadits adalah sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad baik berupa ucapan, perbuatan, ketetapan atau sifat11
Dari penegasan istilah yang telah disampaikan di atas, maka yang
dimaksud dengan judul skripsi adalah untuk meneliti akan pentingnya
penguasaan mata pelajaran Nahwu Shorof sebagai jembatan untuk berhasil dalam
membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar di kelas VIII
MTs.Qudsiyyah Kudus Tahun Pelajajaran 2008-2009.
8Ibid, hlm. 707.
9Anton M. Moelina, Kamus Besar Bahasa Arab, Balai Pustaka, Jakarta, 1989, hlm. 17.
10Prof.Abdul Wahhab Khallaf, et.al, Loc.cit.
11 ?team penyusun buku pelajaran usul fiqh, et.al,Loc.cit
4
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang yang ada, maka dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana penguasaan pelajaran Nahwu Shorof di kelas VIII
MTs.Qudsiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009 ?
2. Bagaimana kemampuan mambaca Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas VIII
MTs.Qudsiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009 ?
3. Adakah korelasi atau hubungan antara penguasaan pelajaran Nahwu Shorof
dengan kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits siswa di kelas VIII
MTs.Qudsiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009 ?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui penguasaan siswa pada pelajaran Nahwu Shorof di kelas
VIII MTs. Qudsiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009.
2. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca Al-Qur’an dan Hadits
di kelas VIII MTs.Qudiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009.
3. Untuk mengetahui hubungan antara penguasaan pelajaran Nahwu Shorof
dengan kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits siswa kelas VIII
MTs.Qudsiyyah Kudus tahun pelajaran 2008/2009 .
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka dapat diketahui manfaat dari
penelitian ini, yaitu :
1. Untuk memperoleh gambaran sederhana tentang korelasi penguasaan
pelajaran Nahwu Shorof dengan kemampuan membaca Al-Qur'an dan Hadits
2. Sebagai acuan (data) bagi penulis untuk mendapatkan informasi mengenai
perbandingan penguasaan pelajaran Nahwu Shorof dengan kemampuan
membaca Al-Qur’an dan Hadits .
F. Hipotesis
5
Hipotesis berarti di bawah kebenaran. Kebenaran yang masih di bawah
(belum tentu benar) dan lalu diangkat menjadi suatu kebenaran jika disertai
bukti.12 Sehingga hipotesis berfungsi sebagai kesimpulan sementara atau sebagai
jawaban sementara terhadap pokok masalah yang perlu diuji kebenarannya secara
empiris melalui penelitian.
Dari pengertian tersebut di atas, maka rumusan hipotesis dalam penelitian
ini adalah terdapat hubungan antara penguasaan pelajaran Nahwu Shorof dengan
kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits. Dengan demikian hipotesis yang
diajukan adalah adanya perbedaan antara siswa yang menguasai dengan yang
tidak menguasai pelajaran Nahwu Shorof terhadap kemampuan membaca Al-
Qur’an dan Hadits.
G. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah studi di antaranya adalah
sebagai berikut :
1. Populasi dan Sampel
Suharsimi Arikunto berpendapat, populasi adalah keseluruhan subyek
yang akan diteliti.13 Jadi populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas
VIII“MTs.Qudsiyyah” tahun pelajaran 2008/2009 yang terdiri dari kelas VIII
A, B, C, D dan E sejumlah 206 siswa.
Sedangkan sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tertentu.14 Dinamakan penelitian sampel apabila kita
bermaksud untuk menjeneralisasikan hasil penelitian sampel, yang dimaksud
dengan mengeneralisasikan adalah mengangkat kesimpulan penelitian
sebagai suatu yang berlaku bagi populasi.15
12Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Rineka Cipta, Jakarta, 1984, hlm. 63.
13Ibid, hlm. 102.
14Sugiyono, Statistika untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2002, hlm. 56.
15Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 104.
6
Karena populasi (siswa kelas VIII “MTs. Qudsiyyah Kudus”) tersebut
banyak atau dalam jumlah besar, maka penulis dalam mengambil data
menggunakan teknik random sampling untuk mewakili data populasi
tersebut. Teknik random sampling adalah pengambilan sampling secara
random atau acak. Tehnik ini memiliki kemungkinan tertinggi dalam
menetapkan sample yang representatif.16
Mengenai besar sample, para ahli umumnya tidak memberi batasan
mutlak berapa persen sample yang harus diambil. Suharsimi Arikunto
memberikan batasan yaitu apabila populasi kurang dari seratus lebih baik
diambil semua, sehingga penelitian ini merupakan penelitiaan populasi.
Selanjutnya jika populasinya besar dapat diambil antara 10% sampai 15%
atau 20% sampai 25% atau lebih.17
Berdasarkan pedoman di atas, dalam penelitian ini penulis tentukan
bahwa jumlah keseluruhan siswa “MTs. Qudsiyyah Kudus” berjumlah 206
siswa, maka penulis mengambil 15% sebagai sample yaitu sejumlah 30,90
atau 31 siswa, dan jumlah ini bisa dianggap sangat representatif. Adapun
rinciannya :
Kelas VIIIA : 7 siswa, kelas VIIIB : 6 siswa, kelas VIIIC : 6 siswa, kelas
VIIID : 6 siswa dan kelas VIIIE : 6 siswa .
Pengambilan sampel sebesar 31 siswa tersebut adalah dengan teknik
stratified random sampling yaitu pengambilan objek sebagai suatu
keseluruhan yang homogen.18 Dengan alasan bahwa semua subjek dianggap
sama, baik kelompok maupun individu. Dengan demikian diberikan hak yang
sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan dipilih sebagai
sampel, karena tidak ada satupun yang diistimewakan untuk dijadikan sampel
dari populasi tersebut.
16S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, hlm. 133.
17Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 107.
18Moh. Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1988, hlm. 346.
7
Cara mengambilnya adalah dengan cara nama responden atau nomor
absen, dimulai kelas VIIIA sampai dengan kelas VIIIE ditulis semua,
kemudian diambil secara acak dari tiap-tiap kelas yang akan mewakili sampel
dari tiap-tiap kelas tersebut.
2. Variabel Penelitian
Variabel adalah penelitian yang bervariasi.19 Menurut S. Margono,
variabel juga dapat diartikan sebagai pengelompokan yang logis dari dua
atribut atau lebih.20
Memahami variabel dalam kemampuan menganalisis setiap variabel
yang lebih kecil (sub variabel) merupakan syarat mutlak bagi setiap
penelitian. Dengan memahami secara jelas permasalahan yang diteliti yaitu :
a. Variabel Bebas (pengaruh) yaitu penguasaan pelajaran Nahwu Shorof,
yang meliputi :
1) Bisa membaca kalimat bahasa Arab.
2) Bisa menyusun kalimat bahasa Arab.
3) Bisa mengartikan kalimat bahasa Arab.
b. Variabel Terikat (terpengaruh) adalah kemampuan membaca Al-Qur’an
dan Hadits yang meliputi :
1) Kemahiran membaca Al-Qur’an dan Hadits.
2) Kefasihan membaca Al-Qur’an dan Hadits.
3) Membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan baik dan benar.
3. Sumber Data
a. Data Kepustakaan
Wujud data kepustakaan adalah konsep dan teori yang relevan
dengan penelitian ini. Dan konsep teori ini diperoleh dari koleksi
kepustakaan, yaitu buku, jurnal ilmiah, kitab suci, Undang-Undang,
majalah, ensiklopedi atau koleksi-koleksi lain yang sejenis.
b. Data Lapangan
19Ibid, hlm. 89.
20S. Margono, Op.cit, hlm. 133.
8
Data lapangan adalah penelitian yang dilakukan dikancah atau di
medan terjadinya gejala-gejala. Subjek data itu bisa terwujud semua hal,
benda, peristiwa dan gejala-gejala perilaku subjek penelitian sejauh
relevan dengan penelitian yang dibahas. Metode ini digunakan untuk
memperoleh data yang benar dan terpercaya.
4. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang berupa konsep dan teori ditempuh melalui
membaca dan menelaah. Jika memperoleh konsep dan teori kemudian dikutip
dan sekaligus diberi kode atas dasar tema-tema tertentu.
Untuk data lapangan ditempuh melalui :
a. Metode Observasi
Observasi bisa diartikan sebagai pengamatan dan pendataan dengan
sistematik fenomena-fenomena yang diselidiki. Dalam arti luas observasi
sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan yang tidak langsung
misalnya melalui kuesioner dan test.21
Observasi ini dilakukan untuk mengecek data yang diperoleh
melalui jawaban angket yang disampaikan dan hasil interview, kemudian
juga mengamati proses belajar mengajar mata pelajaran Nahwu Shorof
dan praktek membaca Al-Qur’an dan Hadits. Dari observasi ini diperoleh
data yang sifatnya umum kemudian mendasari pengamatan selanjutnya
menggunakan instrumen lain.
b. Metode Interview
Interview atau wawancara adalah proses memperoleh keterangan
untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka
antara penanya (pewawancara) dengan penjawab (responden atau
informan) dengan menggunakan alat yang dinamakan pedoman
wawancara.22
21Ibid, hlm. 136.
22Dadang Kahmad, Metode Penelitian Agama Perspektif Ilmu Perbandingan Agama, Pustaka Setia, Bandung, 2000, hlm. 23.
9
Interview yang dipandang sebagai metode pengumpulan data
dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan
berlandaskan kepada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau
lebih hadir secara fisik dalam proses tanya jawab itu, dan masing-masing
pihak dapat menggunakan satuan-satuan komunikasi secara wajar dan
lancar.23
Dari interview yang dilakukan memperoleh informasi dan data awal
tentang kondisi umum siswa dan gambaran umum tentang “MTs.
Qudsiyyah Kudus” dan juga untuk mencari kejelasan lebih lanjut terhadap
informasi yang diperoleh dari observasi yang dilakukan.
c. Metode Angket
Sebagian besar penelitian umumnya menggunakan angket sebagai
metode yang dipilih untuk mengumpulkan data. Angket memang
mempunyai banyak kebaikan sebagai instrumen pengumpulan data.24
Metode angket dalam bentuknya yang langsung keduanya
mendasarkan diri pada laporan tentang diri sendiri atau self report, atau
setidaknya pada pengetahuan dan atau keyakinan pribadi.25
Tujuan penggunaan angket ini adalah untuk melengkapi data yang
telah diperoleh tentang informasi yang sifatnya pribadi semacam
perasaan, anggapan dan pendapat seseorang.
Untuk memperoleh data tersebut menggunakan 40 (empat puluh)
item pertanyaan dengan perincian 20 (dua puluh) item pertanyaan
digunakan untuk penguasaan Nahwu Shorof dan 20 (dua puluh) item
pertanyaan diguanakan untuk kemampuan membaca Al-Qur'an dan
Hadits.
23Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid 1, Andi Offset, Yogyakarta, 2001, hlm. 193.
24Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 180.
25Sutrisno Hadi, Op.cit, hlm. 157.
10
e. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip buku, surat kabar, majalah, agenda
dan lain sebaginya.26
Metode ini dipergunakan untuk mencari data tentang situasi umum
“MTs Qudsiyyah Kudus”, yang meliputi letak geografis, struktur
organisasi, data jumlah siswa, guru dan karyawan.
5. Teknik Analisis Data
Untuk data konseptual dan teoritik ditempuh melalui cara
pengorganisasian atau pengurutan data sampai pada kategori-kategori dan
satuan data. Adapun langkah-langkah analisis datanya sebagai berikut :
a. Analisis Pendahuluan
Pada tahap analisis pendahuluan yang dilakukan adalah mengolah
data kuantitatif dengan memberi skor pada jawaban responden sesuai
dengan jawaban.
Adapun langkah-langkah penelitiannya adalah sebagai berikut :
1) Untuk pilihan jawaban a diberi skor 4.
2) Untuk pilihan jawaban b diberi skor 3.
3) Untuk pilihan jawaban c diberi skor 2.
4) Untuk pilihan jawaban d diberi skor 1.
Kemudian mencari interval kategori untuk mengetahui nilai tinggi,
sedang dan rendah dengan rumus :
H = jumlah item x skor tertinggi dimana a = 4
L = jumlah item x skor terendah dimana d = 1
Kemudian mencari R dengan rumus sebagai berikut :
R = H – L + 1
Keterangan :
R = Total range
H = Nilai tertinggi
L = Nilai terendah
26Suharsimi Arikunto, Op.cit, hlm. 188.
11
1 = Bilangan konstan
Setelah diketahui nilai tertinggi dan nilai terendah kemudian
mencari intervalnya dengan rumus sebagai berikut :
i =
Keterangan :
i = Interval
R = Total range
K = Kelas interval
Berdasarkan rumus di atas dapat dikelompokkan dalam prosentase
berdasarkan 4 kriteria. Adapun rumus prosentase adalah :
P = x 100% 27
Keterangan :
P = Prosentase
F = Frekuensi jawaban responden
N = Jumlah responden
b. Analisis Uji Hipotesis
Analisis ini digunakan untuk menguji kebenaran hipotesa yang telah
diajukan dengan cara dihitung lebih lanjut dari hasil tabel distribusi
frekuensi pada analisis pendahuluan dengan menggunakan rumus product
momen sebagai berikut :
Keterangan :
r xy : Koefisien korelasi antara variable X dan Y
X : Kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits
Y : Kemampuan penguasaan pelajaran Nahwu Shorof
27Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, PT. Raja Grafindo Persada, 1997, hlm. 40
12
RK
FN
N : Jumlah responden
∑ X : Jumlah keseluruhan skor X
∑ Y : Jumlah keseluruhan skor Y
∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y.
c. Analisis Lanjut
Jika diperoleh harga rxy bertanda positif, maka diartikan bahwa ada
kecenderungan untuk nilai tinggi pada dua variabel atau sebaliknya nilai
rendah pada suatu variabel (X) akan bersosialisasi dengan nilai rendah
pada variabel yang satunya lagi (Y) dengan kata lain, jika harga rxy
bertanda positif, maka disimpulkan ada korelasi diantara dua variabel
yang diteliti.
H. Sistematika Penelitian
Agar skripsi ini memenuhi syarat sebagai karya ilmiah, maka perlu diatur
sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kaidah penyusunan karya ilmiah.
Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Bagian Muka, terdiri dari :
Halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman nota pengesahan,
motto, persembahan, kata pengantar, daftar isi dan daftar tabel.
2. Bagian Isi, terdiri dari beberapa bab :
Bab satu pendahuluan. Bab ini meliputi latar belakang masalah,
penegasan istilah, rumusan masalah, manfaat dan tujuan penelitian, hipotesis,
metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.
Bab dua tinjauan tentang kemampuan membaca Al-Qur’an Hadits dan
penguasaan pelajaran Nahwu Shorof. Bab ini menguraikan tentang pengertian
membaca dan membaca Al-Qur’an dan Hadits, kemampuan membaca, dasar
membaca Al-Qur'an dan Hadits, standar kemampuan membaca, dan
pengertian pelajaran Nahwu Shorof, dasar tujuan dan ruang lingkup pelajaran
Nahwu Shorof, metode pengajaran Nahwu Shorof, penguasaan pelajaran
Nahwu Shorof, proses belajar mengajar Nahwu Shorof serta menjelaskan
13
hubungan antara kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan
penguasaan pelajaran Nahwu Shorof.
Bab tiga berisi gambaran umum kemampuan membaca Al-Qur’an
Hadits dan penguasaan pelajaran Nahwu Shorof di “MTs. Qudsiyyah” Kec.
Kota Kab. Kudus. Terdiri dari gambaran umum yang menyangkut letak
geografis, sejarah berdirinya, struktur organisasi, keadaan guru, karyawan
dan siswa serta sarana prasarana yang dimiliki sekolah. Dan data hasil angket
penelitian tentang kemampuan membaca Al-Qur’an dan Hadits dengan
penguasaan pelajaran Nahwu Shorof di “MTs. Qudsiyah” Kec. Kota Kab.
Kudus tahun pelajaran 2008/2009.
Bab empat menjelaskan analisis data tentang kemampuan membaca Al-
Qur’an Hadits dan penguasaan pelajaran Nahwu Shorof. Bab ini berisi
analisis pendahuluan, analisis uji hipotes dan analisis lanjut.
Bab lima penutup, mencakup kesimpulan, saran-saran dan penutup.
3. Bagian Akhir, terdiri dari :
Daftar pustaka, daftar riwayat pendidikan penulis dan lampiran-
lampiran.
14