101
PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal, nasional, dan global guna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional; b. bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan kembali Standar Kompetensi Lulusan, standar isi, standar proses, dan standar penilaian, serta pengaturan kembali kurikulum; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4301); MEMUTUSKAN . . . PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG Kebijakan pemerintah dalam Penilaian Pendidikan 1. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN Berikut ini dikopikan satu persatu tentang peraturan tersebut. 5. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) Setidaknya ada 5 kebijakan yang terkait dengan penilaian yang perlu dipahami oleh guru/ calon guru, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 2. Permendikbud No. 66 Th 2013 tentang STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN 3. Permendikbud No. 54 Th 2013 tentang STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) DIKDASMEN 4a. Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM - Khusus PENILAIAN 4b. Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM - Khusus KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

kebijakan pemerintah dalam penilaian pendidikan

Citation preview

Page 1: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan perlu

diselaraskan dengan dinamika perkembangan

masyarakat, lokal, nasional, dan global guna

mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan nasional;

b. bahwa dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa

diperlukan komitmen nasional untuk meningkatkan

mutu dan daya saing bangsa melalui pengaturan

kembali Standar Kompetensi Lulusan, standar isi,

standar proses, dan standar penilaian, serta

pengaturan kembali kurikulum;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana

dimaksud dalam huruf a dan huruf b perlu

menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan

Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran

Negara Tahun 2003 Nomor 78 Tambahan Lembaran

Negara Nomor 4301);

MEMUTUSKAN . . .

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 2013

TENTANG

Kebijakan pemerintah dalam Penilaian Pendidikan

1. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Berikut ini dikopikan satu persatu tentang peraturan tersebut.5. Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Setidaknya ada 5 kebijakan yang terkait dengan penilaian yang perlu dipahami oleh guru/ calon guru, yaitu: 1. Peraturan Pemerintah No 32 Tahun 2013 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN2. Permendikbud No. 66 Th 2013 tentang STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN 3. Permendikbud No. 54 Th 2013 tentang STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL) DIKDASMEN4a. Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM - Khusus PENILAIAN4b. Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM - Khusus KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Page 2: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 2 -

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19

TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL

PENDIDIKAN.

PASAL I

Beberapa ketentuan dalam Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4496), diubah sebagai berikut:

1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga Pasal 1 berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 1

Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud

dengan:

1. Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria

minimal tentang sistem pendidikan di seluruh

wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

2. Pendidikan Formal adalah jalur pendidikan yang

terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas

pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan

pendidikan tinggi.

3. Pendidikan Nonformal adalah jalur pendidikan di

luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan

secara terstruktur dan berjenjang.

4. Kompetensi . . .

Page 3: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 3 -

4. Kompetensi adalah seperangkat sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang harus

dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik

setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran,

menamatkan suatu program, atau menyelesaikan

satuan pendidikan tertentu.

5. Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria

mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang

mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

6. Standar Isi adalah kriteria mengenai ruang

lingkup materi dan tingkat Kompetensi untuk

mencapai Kompetensi lulusan pada jenjang dan

jenis pendidikan tertentu.

7. Standar Proses adalah kriteria mengenai

pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

pendidikan untuk mencapai Standar Kompetensi

Lulusan.

8. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan

dan kelayakan maupun mental, serta pendidikan

dalam jabatan.

9. Standar Sarana dan Prasarana adalah kriteria

mengenai ruang belajar, tempat berolahraga,

tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,

bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi

dan berekreasi serta sumber belajar lain, yang

diperlukan untuk menunjang proses

pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi

informasi dan komunikasi.

10. Standar . . .

Page 4: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 4 -

10. Standar Pengelolaan adalah kriteria mengenai

perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan

kegiatan pendidikan pada tingkat satuan

pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau

nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas

penyelenggaraan pendidikan.

11. Standar Pembiayaan adalah kriteria mengenai

komponen dan besarnya biaya operasi satuan

pendidikan yang berlaku selama satu tahun.

12. Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria

mengenai mekanisme, prosedur, dan instrumen

penilaian hasil belajar Peserta Didik.

13. Kompetensi Inti adalah tingkat kemampuan

untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan

yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada

setiap tingkat kelas atau program.

14. Kompetensi Dasar adalah kemampuan untuk

mencapai Kompetensi Inti yang harus diperoleh

Peserta Didik melalui pembelajaran.

15. Biaya operasi satuan pendidikan adalah bagian

dari dana pendidikan yang diperlukan untuk

membiayai kegiatan operasi satuan pendidikan

agar dapat berlangsungnya kegiatan pendidikan

yangsesuai Standar Nasional Pendidikan secara

teratur dan berkelanjutan.

16. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan

pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai

pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.

17. Kerangka Dasar Kurikulum adalah tatanan

konseptual Kurikulum yang dikembangkan

berdasarkan Standar Nasional Pendidikan.

18. Silabus . . .

Page 5: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 5 -

18. Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu

mata pelajaran atau tema tertentu yang

mencakup Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar,

materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran,

penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar.

19. Pembelajaran adalah proses interaksi

antarPeserta Didik, antara Peserta Didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar.

20. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan adalah

Kurikulum operasional yang disusun oleh dan

dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan.

21. Peserta Didik adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan potensi diri melalui

proses Pembelajaran yang tersedia pada jalur,

jenjang, dan jenis pendidikan tertentu.

22. Buku Panduan Guru adalah pedoman yang

memuat strategi Pembelajaran, metode

Pembelajaran, teknik Pembelajaran, dan penilaian

untuk setiap mata pelajaran dan/atau tema

Pembelajaran

23. Buku Teks Pelajaran adalah sumber

Pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi

Dasar dan Kompetensi Inti.

24. Penilaian adalah proses pengumpulan dan

pengolahan informasi untuk mengukur

pencapaian hasil belajar Peserta Didik.

25. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan

pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu

pendidikan terhadap berbagai komponen

pendidikan pada setiap jalur, jenjang, dan jenis

pendidikan sebagai bentuk pertanggung jawaban

penyelenggaraan pendidikan.

26. Ulangan . . .

Page 6: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 6 -

26. Ulangan adalah proses yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik

secara berkelanjutan dalam proses Pembelajaran,

untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil

belajar Peserta Didik.

27. Ujian adalah kegiatan yang dilakukan untuk

mengukur pencapaian Kompetensi Peserta Didik

sebagai pengakuan prestasi belajar dan/atau

penyelesaian dari suatu satuan pendidikan.

28. Akreditasi adalah kegiatan penilaian kelayakan

program dan/atau satuan pendidikan

berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan.

29. Badan Standar Nasional Pendidikan yang

selanjutnya disebut BSNP adalah badan mandiri

dan independen yang bertugas mengembangkan,

memantau pelaksanaan, dan mengevaluasi

Standar Nasional Pendidikan.

30. Kementerian adalah kementerian yang

bertanggung jawab di bidang pendidikan dan

kebudayaan.

31. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan yang

selanjutnya disebut LPMP adalah unit pelaksana

teknis Kementerian yang berkedudukan di

provinsi dan bertugas untuk membantu

Pemerintah Daerah dalam bentuk supervisi,

bimbingan, arahan, saran, dan bantuan teknis

kepada satuan pendidikan dasar dan menengah

serta Pendidikan Nonformal, dalam berbagai

upaya penjaminan mutu satuan pendidikan

untuk mencapai Standar Nasional Pendidikan.

32. Badan . . .

Page 7: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 7 -

32. Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah

yang selanjutnya disebut BAN-S/M adalah badan

evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan

program dan/atau satuan pendidikan jenjang

pendidikan dasar dan menengah jalur formal

dengan mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan.

33. Badan Akreditasi Nasional Pendidikan Non

Formal yang selanjutnya disebut BAN-PNF adalah

badan evaluasi mandiri yang menetapkan

kelayakan program dan/atau satuan pendidikan

jalur Pendidikan Nonformal dengan mengacu

pada Standar Nasional Pendidikan.

34. Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi yang

selanjutnya disebut BAN-PT adalah badan

evaluasi mandiri yang menetapkan kelayakan

program dan/atau satuan pendidikan pada

jenjang Pendidikan Tinggi dengan mengacu pada

Standar Nasional Pendidikan.

35. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang pendidikan.

2. Ketentuan Pasal 2 ayat (1) diubah dan di antara

ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu), ayat yakni

ayat (1a) sehingga Pasal 2 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 2

(1) Lingkup Standar Nasional Pendidikan meliputi

Standar Isi, Standar Proses, Standar Kompetensi

Lulusan, Standar Pendidik dan Tenaga

Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,

Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, dan

Standar Penilaian Pendidikan.

(1a) Standar . . .

Page 8: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 8 -

(1a) Standar Nasional Pendidikan digunakan sebagai

acuan Pengembangan kurikulum untuk

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

(2) Untuk penjaminan dan pengendalian mutu

pendidikan sesuai dengan Standar Nasional

Pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi, dan

sertifikasi.

(3) Standar Nasional Pendidikan disempurnakan

secara terencana, terarah, dan berkelanjutan

sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan

lokal, nasional, dan global.

3. Di antara Pasal 2 dan Pasal 3 disisipkan 1 (satu)

pasal, yakni Pasal 2A sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 2A

Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 2 ayat (1) digunakan sebagai acuan

utama Pengembangan Standar Isi, Standar Proses,

Standar Penilaian Pendidikan, Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana,

Standar Pengelolaan, dan Standar Pembiayaan.

4. Judul Bagian Kesatu BAB III dihapus.

5. Ketentuan Pasal 5 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 5

(1) Standar Isi mencakup kriteria:

a. ruang lingkup materi; dan

b. tingkat . . .

Page 9: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 9 -

b. tingkat Kompetensi.

(2) Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a berlaku untuk satuan

pendidikan.

(3) Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b berlaku untuk Peserta Didik pada

setiap tingkat kelas.

(4) Standar Isi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan

Peraturan Menteri.

6. Di antara Pasal 5 dan Pasal 6 disisipkan 2 (dua)

pasal, yakni Pasal 5A dan Pasal 5B sehingga berbunyi

sebagai berikut:

Pasal 5A

Ruang lingkup materi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (2) dirumuskan berdasarkan kriteria:

a. muatan wajib yang ditetapkan dalam ketentuan

peraturan perundang-undangan;

b. konsep keilmuan; dan

c. karakteristik satuan pendidikan dan program

pendidikan.

Pasal 5B

Tingkat Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 5 ayat (3) dirumuskan berdasarkan kriteria:

a. tingkat perkembangan Peserta Didik;

b. kualifikasi Kompetensi Indonesia; dan

c. penguasaan Kompetensi yang berjenjang.

7. Ketentuan . . .

Page 10: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 10 -

7. Ketentuan Pasal 6 sampai dengan Pasal 18 dihapus.

8. Ketentuan Pasal 19 ayat (2) dihapus sehingga

Pasal 19 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 19

(1) Proses Pembelajaran pada satuan pendidikan

diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi Peserta

Didik untuk berpartisipasi aktif, serta

memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa,

kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat,

minat, dan perkembangan fisik serta psikologis

Peserta Didik.

(2) Dihapus.

(3) Setiap satuan pendidikan melakukan

perencanaan proses Pembelajaran, pelaksanaan

proses Pembelajaran, penilaian hasil

Pembelajaran, dan pengawasan proses

Pembelajaran untuk terlaksananya proses

Pembelajaran yang efektif dan efisien.

9. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 20

Perencanaan Pembelajaran merupakan penyusunan

rencana pelaksanaan Pembelajaran untuk setiap

muatan Pembelajaran.

10. Ketentuan . . .

Page 11: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 11 -

10. Ketentuan Pasal 22 ayat (3) dihapus sehingga

Pasal 22 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 22

(1) Penilaian hasil Pembelajaran sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 19 ayat (3) pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah menggunakan

berbagai teknik penilaian sesuai dengan

Kompetensi Dasar yang harus dikuasai.

(2) Teknik penilaian sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dapat berupa tes tertulis, observasi, tes

praktek, dan penugasan perseorangan atau

kelompok.

(3) Dihapus.

11. Ketentuan Pasal 25 ayat (2) dan ayat (4) diubah serta

ayat (3) dihapus sehingga Pasal 25 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 25

(1) Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai

pedoman penilaian dalam penentuan kelulusan

Peserta Didik dari satuan pendidikan.

(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi Kompetensi

untuk seluruh mata pelajaran atau mata kuliah.

(3) Dihapus.

(4) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan (2) mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan.

12. Ketentuan . . .

Page 12: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 12 -

12. Ketentuan Pasal 43 ayat (5) diubah dan di antara

ayat (5) dan ayat (6) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni

ayat (5a) sehingga Pasal 43 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 43

(1) Standar keragaman jenis peralatan laboratorium

ilmu pengetahuan alam (IPA), laboratorium

bahasa, laboratorium komputer, dan peralatan

Pembelajaran lain pada satuan pendidikan

dinyatakan dalam daftar yang berisi jenis minimal

peralatan yang harus tersedia.

(2) Standar jumlah peralatan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dinyatakan dalam rasio minimal

jumlah peralatan per Peserta Didik.

(3) Standar buku perpustakaan dinyatakan dalam

jumlah judul dan jenis buku di perpustakaan

satuan pendidikan.

(4) Standar jumlah Buku Teks Pelajaran di

perpustakaan dinyatakan dalam rasio minimal

jumlah Buku Teks Pelajaran untuk masing-

masing mata pelajaran di perpustakaan satuan

pendidikan untuk setiap Peserta Didik.

(5) Kelayakan isi, bahasa, penyajian, dan kegrafikaan

buku teks pelajaran ditelaah dan/atau dinilai oleh

BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri dan

selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

(5a)Dalam hal pengadaan Buku Teks Pelajaran

dilakukan Pemerintah, Menteri menetapkan buku

tersebut sebagai sumber utama belajar dan

Pembelajaran setelah ditelaah dan/atau dinilai

oleh BSNP atau tim yang dibentuk oleh Menteri.

(6) Standar . . .

Page 13: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 13 -

(6) Standar sumber belajar lainnya untuk setiap

satuan pendidikan dinyatakan dalam rasio jumlah

sumber belajar terhadap Peserta Didik sesuai

dengan jenis sumber belajar dan karakteristik

satuan pendidikan.

13. Ketentuan Pasal 64 ayat (1) dan ayat (2) diubah, di

antara ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat

yakni ayat (2a), serta ayat (3) sampai dengan ayat (7)

dihapus sehingga Pasal 64 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 64

(1) Penilaian hasil belajar oleh pendidik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) butir a

dilakukan untuk memantau proses, kemajuan

belajar, dan perbaikan hasil belajar Peserta Didik

secara berkesinambungan.

(2) Penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

digunakan untuk:

a. menilai pencapaian Kompetensi Peserta Didik;

b. bahan penyusunan laporan kemajuan hasil

belajar; dan

c. memperbaiki proses pembelajaran.

(2a)Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian hasil

belajar oleh pendidik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) diatur dengan Peraturan Menteri.

(3) Dihapus.

(4) Dihapus.

(5) Dihapus.

(6) Dihapus.

(7) Dihapus.

14. Ketentuan . . .

Page 14: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 14 -

14. Ketentuan Pasal 65 ayat (2) dan ayat (5) dihapus,

serta ayat (3), ayat (4), dan ayat (6) diubah sehingga

Pasal 65 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 65

(1) Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1)

butir b bertujuan menilai pencapaian Standar

Kompetensi Lulusan untuk semua mata pelajaran.

(2) Dihapus.

(3) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) mempertimbangkan hasil penilaian

Peserta Didik oleh pendidik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 64.

(4) Penilaian hasil belajar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) untuk semua mata pelajaran

dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk

menentukan kelulusan Peserta Didik dari satuan

pendidikan.

(5) Dihapus.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai penilaian akhir

dan ujian sekolah/madrasah diatur dengan

Peraturan Menteri.

15. Di antara ayat (1) dan ayat (2) Pasal 67 disisipkan

1 (satu) ayat, yakni ayat (1a) sehingga Pasal 67

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 67 . . .

Page 15: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 15 -

Pasal 67

(1) Pemerintah menugaskan BSNP untuk

menyelenggarakan Ujian Nasional yang diikuti

Peserta Didik pada setiap satuan pendidikan jalur

formal pendidikan dasar dan menengah, dan jalur

nonformal kesetaraan.

(1a)Ujian Nasional untuk satuan pendidikan jalur

formal pendidikan dasar sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dikecualikan untuk SD/MI/SDLB

atau bentuk lain yang sederajat.

(2) Dalam penyelenggaraan Ujian Nasional BSNP

bekerja sama dengan instansi terkait di

lingkungan Pemerintah, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten/Kota, dan satuan

pendidikan.

(3) Ketentuan mengenai Ujian Nasional diatur lebih

lanjut dengan Peraturan Menteri.

16. Ketentuan Pasal 69 ayat (1) diubah dan di antara

ayat (2) dan ayat (3) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni

ayat (2a) sehingga Pasal 69 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 69

(1) Setiap Peserta Didik jalur pendidikan formal

pendidikan dasar dan menengah dan jalur

pendidikan nonformal kesetaraan berhak

mengikuti Ujian Nasional dan berhak

mengulanginya sepanjang belum dinyatakan lulus

dari satuan pendidikan.

(2) Setiap . . .

Page 16: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 16 -

(2) Setiap Peserta Didik sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) wajib mengikuti satu kali Ujian Nasional

tanpa dipungut biaya.

(2a)Peserta Didik jalur pendidikan formal pendidikan

dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) dikecualikan untuk Peserta Didik

SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang sederajat.

(3) Peserta Didik pendidikan informal dapat

mengikuti Ujian Nasional setelah memenuhi

syarat yang ditetapkan oleh BSNP.

(4) Peserta Ujian Nasional memperoleh surat

keterangan hasil Ujian Nasional yang diterbitkan

oleh satuan pendidikan penyelenggara Ujian

Nasional.

17. Ketentuan Pasal 70 ayat (1) dan ayat (2) dihapus serta

ayat (4) diubah sehingga Pasal 70 berbunyi sebagai

berikut:

Pasal 70

(1) Dihapus.

(2) Dihapus.

(3) Pada jenjang SMP/MTs/SMPLB, atau bentuk lain

yang sederajat, Ujian Nasional mencakup

pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).

(4) Pada program paket B, Ujian Nasional mencakup

mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dan Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan.

(5) Pada . . .

Page 17: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 17 -

(5) Pada SMA/MA/SMALB atau bentuk lain yang

sederajat, Ujian Nasional mencakup mata

pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri

khas program pendidikan.

(6) Pada program paket C, Ujian Nasional mencakup

mata pelajaran Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris,

Matematika, dan mata pelajaran yang menjadi ciri

khas program pendidikan.

(7) Pada jenjang SMK/MAK atau bentuk lain yang

sederajat, Ujian Nasional mencakup pelajaran

Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika,

dan mata pelajaran kejuruan yang menjadi ciri

khas program pendidikan.

18. Ketentuan Pasal 72 ayat (1) diubah dan di antara

ayat (1) dan ayat (2) disisipkan 1 (satu) ayat, yakni

ayat (1a) sehingga Pasal 72 berbunyi sebagai berikut:

Pasal 72

(1) Peserta Didik dinyatakan lulus dari satuan

pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah

setelah:

a. menyelesaikan seluruh program

Pembelajaran;

b. memperoleh nilai minimal baik pada penilaian

akhir untuk seluruh mata pelajaran;

c. lulus ujian sekolah/madrasah; dan

d. lulus Ujian Nasional.

(1a) Khusus . . .

Page 18: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 18 -

(1a)Khusus Peserta Didik dari SD/MI/SDLB atau

bentuk lain yang sederajat dinyatakan lulus

setelah memenuhi ketentuan pada ayat (1)

huruf a, huruf b, dan huruf c.

(2) Kelulusan Peserta Didik dari satuan pendidikan

ditetapkan oleh satuan pendidikan yang

bersangkutan sesuai dengan kriteria yang

dikembangkan oleh BSNP dan ditetapkan dengan

Peraturan Menteri.

19. Ketentuan Pasal 76 ayat (3) ditambah 1 (satu) huruf,

yakni huruf e sehingga Pasal 76 sebagai berikut:

Pasal 76

(1) BSNP bertugas membantu Menteri dalam

mengembangkan, memantau, dan mengendalikan

Standar Nasional Pendidikan.

(2) Standar yang dikembangkan oleh BSNP berlaku

efektif dan mengikat semua satuan pendidikan

secara nasional setelah ditetapkan dengan

Peraturan Menteri.

(3) Untuk melaksanakan tugas sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) BSNP berwenang:

a. mengembangkan Standar Nasional

Pendidikan;

b. menyelenggarakan ujian nasional;

c. memberikan rekomendasi kepada Pemerintah

dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan

pengendalian mutu pendidikan;

d. merumuskan kriteria kelulusan dari satuan

pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah; dan

e. menelaah . . .

Page 19: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 19 -

e. menelaah dan/atau menilai Buku Teks

Pelajaran.

20. Di antara BAB XI dan BAB XII disisipkan 1(satu) bab,

yakni BAB XIA sehingga BAB XIA berbunyi sebagai

berikut:

BAB XIA

KURIKULUM

Bagian Kesatu

Kerangka Dasar

Pasal 77A

(1) Kerangka Dasar Kurikulum berisi landasan

filosofis, sosiologis, psikopedagogis, dan yuridis

sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan.

(2) Kerangka Dasar Kurikulum sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai:

a. acuan dalam Pengembangan Struktur

Kurikulum pada tingkat nasional;

b. acuan dalam Pengembangan muatan lokal

pada tingkat daerah; dan

c. pedoman dalam Pengembangan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kerangka Dasar

Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Kedua . . .

Page 20: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 20 -

Bagian Kedua

Struktur Kurikulum

Paragraf 1

Umum

Pasal 77B

(1) Struktur Kurikulum merupakan pengorganisasian

Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, muatan

Pembelajaran, mata pelajaran, dan beban belajar

pada setiap satuan pendidikan dan program

pendidikan.

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan tingkat kemampuan untuk

mencapai Standar Kompetensi Lulusan yang

harus dimiliki seorang Peserta Didik pada setiap

tingkat kelas atau program yang menjadi landasan

Pengembangan Kompetensi dasar.

(3) Kompetensi Dasar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan tingkat kemampuan dalam

konteks muatan Pembelajaran, pengalaman

belajar, atau mata pelajaran yang mengacu pada

Kompetensi inti.

(4) Struktur Kurikulum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) merupakan pengorganisasian mata

pelajaran untuk setiap satuan pendidikan

dan/atau program pendidikan.

(5) Struktur Kurikulum PAUD formal berisi program

Pengembangan pribadi anak.

(6) Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan

dasar berisi muatan umum.

(7) Struktur Kurikulum untuk satuan pendidikan

menengah terdiri atas:

a. muatan . . .

Page 21: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 21 -

a. muatan umum;

b. muatan peminatan akademik;

c. muatan peminatan kejuruan; dan

d. muatan pilihan lintas minat/pendalaman

minat.

(8) Struktur Kurikulum nonformal satuan pendidikan

dan program pendidikan berisi program

Pengembangan kecakapan hidup.

(9) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (6) dan ayat (7) huruf a terdiri atas:

a. muatan nasional untuk satuan pendidikan;

dan

b. muatan lokal untuk satuan pendidikan sesuai

dengan potensi dan keunikan lokal.

Paragraf 2

Kompetensi Inti

Pasal 77C

(1) Kompetensi Inti merupakan tingkat kemampuan

untuk mencapai Standar Kompetensi Lulusan

yang harus dimiliki seorang Peserta Didik pada

setiap tingkat kelas atau program yang menjadi

landasan Pengembangan Kompetensi dasar.

(2) Kompetensi Inti sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) mencakup: sikap spiritual, sikap sosial,

pengetahuan, dan keterampilan yang berfungsi

sebagai pengintegrasi muatan Pembelajaran, mata

pelajaran atau program dalam mencapai Standar

Kompetensi Lulusan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompetensi inti

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2),

dan ayat (3) diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 3 . . .

Page 22: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 22 -

Paragraf 3

Kompetensi Dasar

Pasal 77D

(1) Kompetensi Dasar mencakup sikap spiritual,

sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan

dalam muatan Pembelajaran, mata pelajaran, atau

mata kuliah.

(2) Kompetensi Dasar dikembangkan dalam konteks

muatan Pembelajaran, pengalaman belajar, mata

pelajaran atau mata kuliah sesuai dengan

Kompetensi inti.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kompetensi

Dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan

ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 4

Beban Belajar

Pasal 77E

(1) Beban belajar memuat:

a. jumlah jam belajar yang dialokasikan untuk

Pembelajaran suatu tema, gabungan tema,

mata pelajaran; atau

b. keseluruhan kegiatan yang harus diikuti

Peserta Didik dalam satu minggu, semester,

dan satu tahun pelajaran.

(2) Beban belajar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) meliputi:

a. kegiatan tatap muka;

b. kegiatan terstruktur; dan

c. kegiatan mandiri.

(3) Ketentuan . . .

Page 23: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 23 -

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai beban belajar

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur dalam Peraturan Menteri.

Bagian Ketiga

Silabus

Pasal 77F

(1) Silabus merupakan rencana Pembelajaran pada

mata pelajaran atau tema tertentu dalam

pelaksanaan kurikulum.

(2) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mencakup:

a. Kompetensi inti;

b. Kompetensi dasar;

c. materi pembelajaran;

d. kegiatan pembelajaran;

e. penilaian;

f. alokasi waktu; dan

g. sumber belajar.

(3) Silabus sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dikembangkan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, dan satuan pendidikan sesuai dengan

kewenangan masing - masing.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai silabus

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Menteri.

Bagian Keempat . . .

Page 24: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 24 -

Bagian Keempat

Struktur Kurikulum Satuan Pendidikan dan Program Pendidikan

Paragraf 1

Struktur Kurikulum Pendidikan Anak Usia Dini Formal

Pasal 77G

(1) Struktur Kurikulum pendidikan anak usia dini

formal berisi program-program Pengembangan

nilai agama dan moral, motorik, kognitif, bahasa,

sosial-emosional, dan seni.

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur

Kurikulum pendidikan anak usia dini formal

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam

Peraturan Menteri.

Paragraf 2

Struktur Kurikulum Pendidikan Dasar

Pasal 77H

(1) Struktur Kurikulum pendidikan dasar berisi

muatan Pembelajaran atau mata pelajaran yang

dirancang untuk mengembangkan Kompetensi

spiritual keagamaan, sikap personal dan sosial,

pengetahuan, dan keterampilan.

(2) Struktur Kurikulum pendidikan dasar terdiri atas

Struktur Kurikulum:

a. SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang sederajat;

dan

b. SMP/MTs, SMPLB atau bentuk lain yang

sederajat.

Pasal 77I . . .

Page 25: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 25 -

Pasal 77I

(1) Struktur Kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk

lain yang sederajat terdiri atas muatan:

a. pendidikan agama;

b. pendidikan kewarganegaraan;

c. bahasa;

d. matematika;

e. ilmu pengetahuan alam;

f. ilmu pengetahuan sosial;

g. seni dan budaya;

h. pendidikan jasmani dan olahraga;

i. keterampilan/kejuruan; dan

j. muatan lokal.

(2) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata

pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan

pendidikan dan program pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai struktur

kurikulum SD/MI, SDLB atau bentuk lain yang

sederajat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dan ayat (2) diatur dalam Peraturan Menteri.

Pasal 77J

(1) Struktur Kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau

bentuk lain yang sederajat terdiri atas muatan:

a. pendidikan agama;

b. pendidikan kewarganegaraan;

c. bahasa;

d. matematika;

e. ilmu . . .

Page 26: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 26 -

e. ilmu pengetahuan alam;

f. ilmu pengetahuan sosial;

g. seni dan budaya;

h. pendidikan jasmani dan olahraga;

i. keterampilan/kejuruan; dan

j. muatan lokal.

(2) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata

pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan

pendidikan dan program pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur

Kurikulum SMP/MTs/SMPLB atau bentuk lain

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)

diatur dalam Peraturan Menteri.

Paragraf 3

Struktur Kurikulum Pendidikan Menengah

Pasal 77K

(1) Kurikulum pendidikan menengah terdiri atas:

a. muatan umum untuk SMA/MA, SMALB dan

SMK/MAK;

b. muatan peminatan akademik SMA/MA dan

SMK/MAK;

c. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman

minat untuk SMA/MA, SMALB;

d. muatan peminatan kejuruan untuk

SMK/MAK; dan

e. muatan pilihan lintas minat atau pendalaman

minat untuk SMK/MAK.

(2) Muatan . . .

Page 27: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 27 -

(2) Muatan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a terdiri atas:

a. pendidikan agama;

b. pendidikan kewarganegaraan;

c. bahasa;

d. matematika;

e. ilmu pengetahuan alam;

f. ilmu pengetahuan sosial;

g. seni dan budaya;

h. pendidikan jasmani dan olahraga;

i. keterampilan/kejuruan; dan

j. muatan lokal.

(3) Muatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat diorganisasikan dalam satu atau lebih mata

pelajaran sesuai dengan kebutuhan satuan

pendidikan dan program pendidikan.

(4) Muatan peminatan akademik SMA/MA atau

bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b terdiri atas:

a. matematika dan ilmu pengetahuan alam;

b. ilmu pengetahuan sosial;

c. bahasa dan budaya; atau

d. peminatan lainnya.

(5) Muatan peminatan kejuruan SMK/MAK atau

bentuk lain yang sederajat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d terdiri atas:

a. teknologi dan rekayasa;

b. kesehatan;

c. seni, kerajinan, dan pariwisata;

d. teknologi informasi dan komunikasi;

e. agribisnis . . .

Page 28: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 28 -

e. agribisnis dan agroteknologi;

f. bisnis dan manajemen;

g. perikanan dan kelautan; atau

h. peminatan lain yang diperlukan masyarakat.

(6) Ketentuan lebih lanjut mengenai muatan

peminatan akademik dan muatan pilihan lintas

minat atau pendalaman minat SMA/MA, SMALB

serta muatan peminatan kejuruan dan pilihan

lintas minat atau pendalaman minat untuk

SMK/MAK sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b sampai dengan huruf e diatur dalam

Peraturan Menteri.

Paragraf 4

Struktur Kurikulum Pendidikan Nonformal

Pasal 77L

(1) Struktur Kurikulum pendidikan nonformal berisi

program pengembangan kecakapan hidup yang

mencakup keterampilan fungsional, sikap dan

kepribadian profesional, dan jiwa wirausaha

mandiri, serta Kompetensi dalam bidang tertentu.

(2) Struktur Kurikulum pendidikan nonformal terdiri

atas struktur kurikulum:

a. satuan pendidikan nonformal; dan

b. program pendidikan nonformal.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Struktur

Kurikulum pendidikan nonformal sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dalam

Peraturan Menteri.

Bagian Kelima . . .

Page 29: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 29 -

Bagian Kelima

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

Pasal 77M

(1) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

merupakan Kurikulum operasional yang disusun

oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan

pendidikan.

(2) Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan jenjang pendidikan dasar dan

menengah mengacu pada Standar Nasional

Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur

Kurikulum, dan pedoman implementasi

Kurikulum.

(3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ditetapkan

oleh kepala satuan pendidikan.

(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan diatur dengan

Peraturan Menteri.

Bagian Keenam

Muatan Lokal

Pasal 77N

(1) Muatan lokal untuk setiap satuan pendidikan

berisi muatan dan proses Pembelajaran tentang

potensi dan keunikan lokal.

(2) Muatan lokal dikembangkan dan dilaksanakan

pada setiap satuan pendidikan.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai muatan lokal

diatur dengan Peraturan Menteri.

Bagian Ketujuh . . .

Page 30: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 30 -

Bagian Ketujuh

Dokumen Kurikulum

Pasal 77O

(1) Dokumen Kurikulum merupakan perangkat

operasional untuk memfasilitasi Pengembangan,

pelaksanaan, dan penilaian Kurikulum.

(2) Dokumen Kurikulum sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) terdiri atas:

a. dokumen Kurikulum setiap satuan pendidikan

atau program pendidikan;

b. dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran;

c. pedoman implementasi Kurikulum;

d. Buku Teks Pelajaran;

e. Buku Panduan Guru; dan

f. dokumen Kurikulum lainnya.

Bagian Kedelapan

Pengelolaan Kurikulum

Pasal 77P

(1) Pengelolaan Kurikulum merupakan pengaturan

kewenangan Pemerintah, pemerintah daerah, dan

satuan pendidikan dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum.

(2) Dalam melaksanakan pengelolaan Kurikulum

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pemerintah

berwenang menyiapkan, menyusun, dan

mengevaluasi :

a. dokumen Kurikulum setiap satuan pendidikan

atau program pendidikan;

b. dokumen . . .

Page 31: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 31 -

b. dokumen Kurikulum setiap mata pelajaran;

c. pedoman implementasi Kurikulum;

d. Buku Teks Pelajaran; dan

e. Buku Panduan Guru.

(3) Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi

dan supervisi pengelolaan muatan lokal pada

pendidikan menengah.

(4) Pemerintah daerah kabupaten/kota melakukan

koordinasi dan supervisi pengelolaan muatan

lokal pada pendidikan dasar.

(5) Pengelolaan muatan lokal sebagaimana dimaksud

pada ayat (3) dan ayat (4) meliputi penyiapan,

penyusunan, dan evaluasi:

a. dokumen muatan lokal;

b. Buku Teks Pelajaran; dan

c. Buku Panduan Guru.

(6) Dalam hal seluruh kabupaten/kota pada 1 (satu)

provinsi sepakat menetapkan 1 (satu) muatan

lokal yang sama, koordinasi dan supervisi

pengelolaan Kurikulum pada pendidikan dasar

dilakukan oleh pemerintah daerah provinsi.

(7) Satuan pendidikan mengelola:

a. muatan lokal;

b. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; dan

c. rencana pelaksanaan Pembelajaran dan

pelaksanaan Pembelajaran.

(8) Rencana pelaksanaan Pembelajaran dan

pelaksanaan Pembelajaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (7) huruf c disusun sesuai

dengan potensi, minat, bakat, dan kemampuan

Peserta Didik dalam lingkungan belajar.

Bagian Kesembilan . . .

Page 32: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 32 -

Bagian Kesembilan

Evaluasi Kurikulum

Pasal 77Q

(1) Evaluasi Kurikulum merupakan upaya

mengumpulkan dan mengolah informasi dalam

rangka meningkatkan efektifitas pelaksanaan

Kurikulum pada tingkat nasional, daerah, dan

satuan pendidikan.

(2) Evaluasi Kurikulum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah

daerah, satuan pendidikan, dan/atau masyarakat.

(3) Evaluasi muatan nasional dan muatan lokal

dilakukan oleh Pemerintah.

(4) Evaluasi muatan lokal dilakukan oleh pemerintah

daerah sesuai dengan kewenangannya masing-

masing.

(5) Evaluasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan

dilakukan oleh satuan pendidikan yang

berkoordinasi dengan dinas pendidikan setempat.

(6) Evaluasi muatan nasional, muatan lokal, dan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dapat

dilakukan oleh masyarakat.

(7) Evaluasi Kurikulum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) digunakan untuk penyempurnaan

Kurikulum.

(8) Ketentuan lebih lanjut mengenai evaluasi

Kurikulum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

diatur dalam Peraturan Menteri.

21. Di antara . . .

Page 33: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 33 -

21. Di antara ayat (3) dan ayat (4) Pasal 89 disisipkan

1 (satu) ayat, yakni ayat (3a) sehingga Pasal 89

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 89

(1) Pencapaian Kompetensi akhir Peserta Didik

dinyatakan dalam dokumen ijazah dan/atau

sertifikat Kompetensi.

(2) Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diterbitkan oleh satuan pendidikan dasar dan

menengah serta satuan pendidikan tinggi, sebagai

tanda bahwa Peserta Didik yang bersangkutan

telah lulus dari satuan pendidikan.

(3) Pada jenjang pendidikan dasar dan menengah,

Ijazah sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

sekurang-kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;

b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang

bersangkutan telah lulus dari penilaian akhir

satuan pendidikan beserta daftar nilai mata

pelajaran yang ditempuhnya;

c. Pernyataan tentang status kelulusan Peserta

Didik dari Ujian Nasional beserta daftar nilai

mata pelajaran yang diujikan; dan

d. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang

bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria

dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

(3a)Ijazah SD/MI/SDLB atau bentuk lain yang

sederajat sekurang-kurangnya berisi unsur

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a,

huruf b, dan huruf d.

(4) Pada . . .

Page 34: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 34 -

(4) Pada jenjang pendidikan tinggi ijazah

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-

kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;

b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang

bersangkutan telah memenuhi seluruh kriteria

dan dinyatakan lulus dari satuan pendidikan.

(5) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diterbitkan oleh satuan pendidikan

yang terakreditasi atau oleh lembaga sertifikasi

mandiri yang dibentuk oleh organisasi profesi

yang diakui Pemerintah sebagai tanda bahwa

Peserta Didik yang bersangkutan telah lulus uji

Kompetensi.

(6) Sertifikat Kompetensi sebagaimana dimaksud

pada ayat (5) sekurang-kurangnya berisi:

a. Identitas Peserta Didik;

b. Pernyataan bahwa Peserta Didik yang

bersangkutan telah lulus uji Kompetensi

untuk semua mata pelajaran atau mata kuliah

keahlian yang dipersyaratkan dengan nilai

yang memenuhi syarat sesuai ketentuan yang

berlaku;

c. Daftar semua mata pelajaran atau mata kuliah

keahlian yang telah ditempuh uji

Kompetensinya oleh Peserta Didik, beserta

nilai akhirnya.

22. Ketentuan . . .

Page 35: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 35 -

22. Ketentuan Pasal 94 diubah, sehingga Pasal 94

berbunyi sebagai berikut:

Pasal 94

Pada saat mulai berlakunya Peraturan Pemerintah

ini:

a. Dihapus

b. Satuan pendidikan dasar dan menengah wajib

menyesuaikan dengan ketentuan Peraturan

Pemerintah ini paling lambat 7 (tujuh) tahun.

c. Standar kualifikasi pendidik sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 29 berlaku efektif

sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya

Peraturan Pemerintah ini.

d. Dihapus

e. Dihapus

PASAL II

1. Ketentuan pengecualian Ujian Nasional SD/MI/SDLB

atau bentuk lain yang sederajat sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 67 ayat (1a) berlaku sejak

tahun ajaran 2013/2014.

2. Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal

ditetapkan.

Agar . . .

Page 36: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 36 -

Agar setiap orang mengetahui, memerintahkan

pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan

menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik

Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 7 Mei 2013

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal 7 Mei 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA

REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 71

ttd.

ttd.

Salinan sesuai dengan aslinya

KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA RI

Asisten Deputi Perundang-undangan

Bidang Politik dan Kesejahteraan Rakyat,

Wisnu Setiawan

Wisnu Setiawan

Page 37: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

PENJELASAN

ATAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 32 TAHUN 2013

TENTANG

I. UMUM

Peningkatan mutu dan daya saing sumberdaya manusia Indonesia

hasil pendidikan telah menjadi komitmen nasional. Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2010 – 2014: ”menyebutkan

bahwa salah satu substansi inti program aksi bidang pendidikan adalah

penataan ulang kurikulum sekolah sehingga dapat mendorong penciptaan

hasil didik yang mampu menjawab kebutuhan sumberdaya manusia

untuk mendukung pertumbuhan nasional dan daerah”. Dengan demikian

pemantapan Standar Nasional Pendidikan dan pengaturan kurikulum

secara utuh sangat penting dan mendesak dilakukan untuk mencapai

tujuan tersebut.

Standar Nasional Pendidikan, yang diatur dalam Peraturan

Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

perlu diselaraskan dengan dinamika perkembangan masyarakat, lokal,

nasional, dan globalguna mewujudkan fungsi dan tujuan pendidikan

nasional. Standar Kompetensi Lulusan, Standar Isi, Standar Proses, dan

Standar Penilaian; yang bersama-sama membangun kurikulum

pendidikan; penting dan mendesak untuk disempurnakan. Selain itu, ide,

prinsip dan norma yang terkait dengan kurikulum dirasakan penting

untuk dikembangkan secara komprehensif dan diatur secara utuh pada

satu bagian tersendiri.

Mempertimbangkan . . .

PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH

NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Page 38: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 2 -

Mempertimbangkan hal-hal tersebut, maka Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan dirasakan

penting untuk diadakan penyempurnaan dalam Peraturan Pemerintah

mengenai Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan.

II. PASAL DEMI PASAL

Pasal I

Angka 1

Pasal 1

Cukup jelas.

Angka 2

Pasal 2

Cukup jelas.

Angka 3

Pasal 2A

Cukup jelas.

Angka 4

Cukup jelas.

Angka 5

Pasal 5

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”lingkup materi” adalah batasan

kedalaman muatan yang dijabarkan ke dalam kurikulum

untuk setiap satuan pendidikan dan program pendidikan.

Ayat (2) . . .

Page 39: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 3 -

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Angka 6

Pasal 5A

Cukup jelas.

Pasal 5B

Cukup jelas.

Angka 7

Cukup jelas.

Angka 8

Pasal 19

Cukup jelas.

Angka 9

Pasal 20

Cukup jelas.

Angka 10

Pasal 22

Cukup jelas.

Angka 11 . . .

Page 40: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 4 -

Angka 11

Pasal 25

Cukup jelas.

Angka 12

Pasal 43

Cukup jelas.

Angka 13

Pasal 64

Cukup jelas.

Angka 14

Pasal 65

Cukup jelas.

Angka 15

Pasal 67

Cukup jelas.

Angka 16

Pasal 69

Cukup jelas.

Angka 17

Pasal 70

Cukup jelas.

Angka 18

Pasal 72

Cukup jelas.

Angka 19 . . .

Page 41: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 5 -

Angka 19

Pasal 76

Cukup jelas.

Angka 20

Pasal 77A

Cukup jelas.

Pasal 77B

Cukup jelas.

Pasal 77C

Cukup jelas.

Pasal 77D

Cukup jelas.

Pasal 77E

Cukup jelas.

Pasal 77F

Cukup jelas.

Pasal 77G

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan nilai agama dan

moral” mencakup perwujudan suasana belajar untuk

tumbuh-kembangnya perilaku baik yang bersumber dari

nilai agama dan moralita dalam konteks bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan motorik”

mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-

kembangnya kematangan kinestetik dalam konteks

bermain.

Yang . . .

Page 42: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 6 -

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan kognitif”

mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-

kembangnya kematangan proses berfikir dalam konteks

bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan bahasa”

mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-

kembangnya kematangan bahasa dalam konteks bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan sosial-emosional”

mencakup perwujudan suasana untuk tumbuh-

kembangnya sikap dan keterampilan sosial dalam konteks

bermain.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan seni” mencakup

perwujudan suasana untuk tumbuh-kembangnya

apresiasi seni dalam konteks bermain.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 77H

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan Kompetensi

spiritual keagamaan” mencakup perwujudan suasana

belajar untuk meletakkan dasar perilaku baik yang

bersumber dari nilai-nilai agama dan moral dalam konteks

belajar dan berinteraksi sosial.

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan sikap personal

dan sosial” mencakup perwujudan suasana untuk

meletakkan dasar kematangan sikap personal dan sosial

dalam konteks belajar dan berinteraksi sosial

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan pengetahuan”

mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar

kematangan proses berfikir dalam konteks belajar dan

berinteraksi sosial.

Yang . . .

Page 43: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 7 -

Yang dimaksud dengan ”Pengembangan keterampilan”

mencakup perwujudan suasana untuk meletakkan dasar

keterampilan dalam konteks belajar dan berinteraksi

sosial.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Pasal 77I

Ayat (1)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk

Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran

berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat

Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,

bahasa daerah, dan bahasa asing dengan

pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;

2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta

Didik; dan

3. Bahasa . . .

Page 44: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 8 -

3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris

merupakan bahasa internasional yang sangat

penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,

ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk

mengembangkan logika dan kemampuan berpikir

Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,

fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis Peserta Didik terhadap

lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,

ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan

sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk

membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia

yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.

Bahan kajian seni mencakup menulis,

menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang

difokuskan pada seni budaya.

Huruf h . . .

Page 45: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 9 -

Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga

dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta

Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan

menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki keterampilan atau prakarya.

Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk

membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah

tempat tinggalnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77J

Ayat (1)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk

Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b . . .

Page 46: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 10 -

Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran

berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat

Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,

bahasa daerah, dan bahasa asing dengan

pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;

2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta

Didik; dan

3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris

merupakan bahasa internasional yang sangat

penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,

ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk

mengembangkan logika dan kemampuan berpikir

Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,

fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis Peserta Didik terhadap

lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f . . .

Page 47: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 11 -

Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,

ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan

sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk

membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia

yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.

Bahan kajian seni mencakup menulis,

menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang

difokuskan pada seni budaya.

Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga

dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta

Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan

menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki keterampilan atau prakarya.

Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk

membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah

tempat tinggalnya.

Ayat (2)

Cukup jelas.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Pasal 77K . . .

Page 48: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 12 -

Pasal 77K

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2)

Huruf a

Pendidikan agama dimaksudkan untuk membentuk

Peserta Didik menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta

berakhlak mulia termasuk budi pekerti.

Huruf b

Pendidikan kewarganegaraan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air dalam

konteks nilai dan moral Pancasila, kesadaran

berkonstitusi Undang – Undang Dasar Negara

Republik Indonesia 1945, nilai dan semangat

Bhinneka Tunggal Ika, serta komitmen Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Huruf c

Bahan kajian bahasa mencakup bahasa Indonesia,

bahasa daerah, dan bahasa asing dengan

pertimbangan:

1. Bahasa Indonesia merupakan bahasa nasional;

2. Bahasa daerah merupakan bahasa ibu Peserta

Didik; dan

3. Bahasa asing terutama bahasa Inggris

merupakan bahasa internasional yang sangat

penting kegunaannya dalam pergaulan global.

Huruf d . . .

Page 49: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 13 -

Huruf d

Bahan kajian matematika, antara lain, berhitung,

ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk

mengembangkan logika dan kemampuan berpikir

Peserta Didik.

Huruf e

Bahan kajian ilmu pengetahuan alam, antara lain,

fisika, biologi, dan kimia dimaksudkan untuk

mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan

kemampuan analisis Peserta Didik terhadap

lingkungan alam dan sekitarnya.

Huruf f

Bahan kajian ilmu pengetahuan sosial, antara lain,

ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan

sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan

pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis

Peserta Didik terhadap kondisi sosial masyarakat.

Huruf g

Bahan kajian seni dan budaya dimaksudkan untuk

membentuk karakter Peserta Didik menjadi manusia

yang memiliki rasa seni dan pemahaman budaya.

Bahan kajian seni mencakup menulis,

menggambar/melukis, menyanyi, dan menari yang

difokuskan pada seni budaya.

Huruf h

Bahan kajian pendidikan jasmani dan olah raga

dimaksudkan untuk membentuk karakter Peserta

Didik agar sehat jasmani dan rohani, dan

menumbuhkan rasa sportivitas.

Huruf i . . .

Page 50: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 14 -

Huruf i

Bahan kajian keterampilan dimaksudkan untuk

membentuk Peserta Didik menjadi manusia yang

memiliki keterampilan atau prakarya.

Huruf j

Bahan kajian muatan lokal dimaksudkan untuk

membentuk pemahaman terhadap potensi di daerah

tempat tinggalnya.

Ayat (3)

Cukup jelas.

Ayat (4)

Cukup jelas.

Ayat (5)

Cukup jelas.

Ayat (6)

Cukup jelas.

Pasal 77L

Cukup jelas.

Pasal 77M

Cukup jelas.

Pasal 77N

Cukup jelas.

Pasal 77O

Ayat (1)

Cukup jelas.

Ayat (2) . . .

Page 51: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 15 -

Ayat (2)

Huruf a

Yang dimaksud dengan “dokumen kurikulum setiap

satuan pendidikan atau program pendidikan”

berisikan kerangka dasar kurikulum, struktur

kurikulum, beban belajar, dan alokasi waktu.

Huruf b

Yang dimaksud dengan “dokumen kurikulum setiap

mata pelajaran” berisikan karakteristik mata

pe;lajaran, Kompetensi inti dan Kompetensi dasar,

serta silabus.

Huruf c

Yang dimaksud dengan “pedoman implementasi

kurikulum” berisikan pedoman penyusunan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, pedoman

pengelolaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan,

pedoman umum pembelajaran, pedoman

Pengembangan muatan lokal, pedoman kegiatan

ekstrakurikuler, dan pedoman evaluasi kurikulum.

Huruf d

Cukup jelas.

Huruf e

Cukup jelas.

Huruf f

Cukup jelas.

Pasal 77P

Cukup jelas.

Pasal 77Q . . .

Page 52: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

- 16 -

Pasal 77Q

Cukup jelas.

Angka 21

Pasal 89

Cukup jelas.

Angka 22

Pasal 94

Cukup jelas.

Pasal II

Cukup jelas.

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5410

Page 53: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 66 TAHUN 2013

TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka mengendalikan mutu hasil pendidikan sesuai

dengan standar nasional pendidikan, perlu menetapkan Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang Standar Penilaian

Pendidikan;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 32. tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan(Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5410);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana

telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Presiden

Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2011 Nomor 141);

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan,

Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan

Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara,

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 142);

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun

2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan Presiden

Nomor 5/P Tahun 2013;

2. Permendikbud No. 66 Th 2013 tentang STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

Prayitno
Highlight
Page 54: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

2

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TENTANG STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN.

Pasal 1

(1) Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah dilaksanakan berdasarkan standar penilaian pendidikan yang

berlaku secara nasional.

(2) Standar penilaian pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum

dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2007 Tentang Standar Penilaian Pendidikan dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 4 Juni 2013

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta

pada tanggal

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR

Page 55: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

1

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 66 TAHUN 2013

TENTANG

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

BAB I

PENDAHULUAN

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

Pasal 1 angka 1 menyatakan bahwa “pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa

dan negara”. Selanjutnya, Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional

“berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama

untuk merumuskan Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional

Pendidikan “berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan

pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang

bermutu”. Standar Nasional Pendidikan terdiri atas 8 (delapan) standar, salah

satunya adalah Standar Penilaian yang bertujuan untuk menjamin:

a. perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang akan

dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian;

b. pelaksanaan penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif,

efektif, efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan

c. pelaporan hasil penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan

informatif.

Standar Penilaian Pendidikan ini disusun sebagai acuan penilaian bagi

pendidik, satuan pendidikan, dan Pemerintah pada satuan pendidikan untuk

jenjang pendidikan dasar dan menengah.

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Page 56: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

2

BAB II

STANDAR PENILAIAN PENDIDIKAN

A. Pengertian

Standar Penilaian Pendidikan adalah kriteria mengenai mekanisme,

prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta didik.

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan

informasi untuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik

mencakup: penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio,

ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir

semester, ujian tingkat kompetensi, ujian mutu tingkat kompetensi, ujian

nasional, dan ujian sekolah/madrasah, yang diuraikan sebagai berikut.

1. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara

komprehensif untuk menilai mulai dari masukan (input), proses,dan

keluaran (output) pembelajaran.

2. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta

didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan

kriteria yang telah ditetapkan.

3. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan

untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik

termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam

dan/atau di luar kelas khususnya pada sikap/perilaku dan

keterampilan.

4. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur

pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam

proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil

belajar peserta didik.

5. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik

untuk menilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu

Kompetensi Dasar (KD) atau lebih.

6. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah

melaksanakan 8 – 9 minggu kegiatan pembelajaran. Cakupan ulangan

tengah semester meliputi seluruh indikator yang merepresentasikan

seluruh KD pada periode tersebut.

7. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di

akhir semester. Cakupan ulangan meliputi seluruh indikator yang

merepresentasikan semua KD pada semester tersebut.

8. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan

kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk

mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi

sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti

pada tingkat kompetensi tersebut.

Page 57: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

3

9. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK

merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintah

untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK

meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan

Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

10. Ujian Nasional yang selanjutnya disebut UN merupakan kegiatan

pengukuran kompetensi tertentu yang dicapai peserta didik dalam

rangka menilai pencapaian Standar Nasional Pendidikan, yang

dilaksanakan secara nasional.

11. Ujian Sekolah/Madrasah merupakan kegiatan pengukuran pencapaian

kompetensi di luar kompetensi yang diujikan pada UN, dilakukan oleh

satuan pendidikan.

B. Prinsip dan Pendekatan Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan

menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut.

1. Objektif, berarti penilaian berbasis pada standardan tidak dipengaruhi

faktor subjektivitas penilai.

2. Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana,

menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan.

3. Ekonomis, berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporannya.

4. Transparan, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar

pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak.

5. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada

pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik,

prosedur, dan hasilnya.

6. Edukatif, berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Pendekatan penilaian yang digunakan adalah penilaian acuan kriteria

(PAK). PAK merupakan penilaian pencapaian kompetensi yang didasarkan

pada kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM merupakan kriteria

ketuntasan belajar minimal yang ditentukan oleh satuan pendidikan

dengan mempertimbangkan karakteristik Kompetensi Dasar yang akan

dicapai, daya dukung, dan karakteristik peserta didik.

C. Ruang Lingkup, Teknik, dan Instrumen Penilaian

1. Ruang Lingkup Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap,

pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang

sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap

peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan. Cakupan

penilaian merujuk pada ruang lingkup materi, kompetensi mata

pelajaran/kompetensi muatan/kompetensi program, dan proses.

Page 58: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

4

2. Teknik dan Instrumen Penilaian

Teknik dan instrumen yang digunakan untuk penilaian kompetensi

sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

a. Penilaian kompetensi sikap

Pendidik melakukan penilaian kompetensi sikap melalui observasi,

penilaian diri, penilaian “teman sejawat”(peer evaluation) oleh

peserta didik dan jurnal. Instrumen yang digunakan untuk

observasi, penilaian diri, dan penilaian antarpeserta didik adalah

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang disertai rubrik,

sedangkan pada jurnal berupa catatan pendidik.

1) Observasi merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara

berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara

langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan

pedoman observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang

diamati.

2) Penilaian diri merupakan teknik penilaian dengan cara meminta

peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan

dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang

digunakan berupa lembar penilaian diri.

3) Penilaian antarpeserta didik merupakan teknik penilaian dengan

cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan

pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa

lembar penilaian antarpeserta didik.

4) Jurnal merupakan catatan pendidik di dalam dan di luar kelas

yang berisi informasi hasil pengamatan tentang kekuatan dan

kelemahan peserta didik yang berkaitan dengan sikap dan

perilaku.

b. Penilaian Kompetensi Pengetahuan

Pendidik menilai kompetensi pengetahuan melalui tes tulis, tes

lisan, dan penugasan.

1) Instrumen tes tulis berupa soal pilihan ganda, isian, jawaban

singkat, benar-salah, menjodohkan, dan uraian. Instrumen

uraian dilengkapi pedoman penskoran.

2) Instrumen tes lisan berupa daftar pertanyaan.

3) Instrumen penugasan berupa pekerjaan rumah dan/atau

projek yang dikerjakan secara individu atau kelompok sesuai

dengan karakteristik tugas.

c. Penilaian Kompetensi Keterampilan

Pendidik menilai kompetensi keterampilan melalui penilaian kinerja,

yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan

suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik,

projek, dan penilaian portofolio. Instrumen yang digunakan berupa

daftar cek atau skala penilaian (rating scale) yang dilengkapi rubrik.

Page 59: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

5

1) Tes praktik adalah penilaian yang menuntut respon berupa

keterampilan melakukan suatu aktivitas atau perilaku sesuai

dengan tuntutan kompetensi.

2) Projek adalah tugas-tugas belajar (learning tasks) yang meliputi

kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan pelaporan secara

tertulis maupun lisan dalam waktu tertentu.

3) Penilaian portofolio adalah penilaian yang dilakukan dengan

cara menilai kumpulan seluruh karya peserta didik dalam

bidang tertentu yang bersifat reflektif-integratif untuk

mengetahui minat, perkembangan, prestasi, dan/atau

kreativitas peserta didik dalam kurun waktu tertentu. Karya

tersebut dapat berbentuk tindakan nyata yang mencerminkan

kepedulian peserta didik terhadap lingkungannya.

Instrumen penilaian harus memenuhi persyaratan:

1) substansi yang merepresentasikan kompetensi yang dinilai;

2) konstruksi yang memenuhi persyaratan teknis sesuai dengan bentuk instrumen yang digunakan; dan

3) penggunaan bahasa yang baik dan benar serta komunikatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

D. Mekanisme dan Prosedur Penilaian

1. Penilaian hasil belajar pada jenjang pendidikan dasar dan menengah

dilaksanakan oleh pendidik, satuan pendidikan, Pemerintah dan/atau lembaga mandiri.

2. Penilaian hasil belajar dilakukan dalam bentuk penilaian otentik,

penilaian diri, penilaian projek, ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ujian tingkat kompetensi, ujian

mutu tingkat kompetensi, ujian sekolah, dan ujian nasional.

a. Penilaian otentik dilakukan oleh guru secara berkelanjutan.

b. Penilaian diri dilakukan oleh peserta didik untuk tiap kali sebelum

ulangan harian.

c. Penilaian projek dilakukan oleh pendidik untuk tiap akhir bab atau

tema pelajaran.

d. Ulangan harian dilakukan oleh pendidik terintegrasi dengan proses pembelajaran dalam bentuk ulangan atau penugasan.

e. Ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester, dilakukan oleh pendidik di bawah koordinasi satuan pendidikan.

f. Ujian tingkat kompetensi dilakukan oleh satuan pendidikan pada

akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2), kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5), dengan menggunakan kisi-kisi yang

disusun oleh Pemerintah. Ujian tingkat kompetensi pada akhir kelas VI (tingkat 3), kelas IX (tingkat 4A), dan kelas XII (tingkat 6) dilakukan melalui UN.

Page 60: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

6

g. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi dilakukan dengan metode survei oleh Pemerintah pada akhir kelas II (tingkat 1), kelas IV (tingkat 2),

kelas VIII (tingkat 4), dan kelas XI (tingkat 5).

h. Ujian sekolah dilakukan oleh satuan pendidikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan

i. Ujian Nasional dilakukan oleh Pemerintah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

3. Perencanaan ulangan harian dan pemberian projek oleh pendidik sesuai dengan silabus dan dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

4. Kegiatan ujian sekolah/madrasah dilakukan dengan langkah-langkah:

a. menyusun kisi-kisi ujian;

b. mengembangkan (menulis, menelaah, dan merevisi) instrumen;

c. melaksanakan ujian;

d. mengolah (menyekor dan menilai) dan menentukan kelulusan

peserta didik; dan

e. melaporkan dan memanfaatkan hasil penilaian.

5. Ujian nasional dilaksanakan sesuai langkah-langkah yang diatur dalam Prosedur Operasi Standar (POS).

6. Hasil ulangan harian diinformasikan kepada peserta didik sebelum diadakan ulangan harian berikutnya. Peserta didik yang belum mencapai KKM harus mengikuti pembelajaran remedial.

7. Hasil penilaian oleh pendidik dan satuan pendidikan dilaporkan dalam bentuk nilai dan deskripsi pencapaian kompetensi kepada orangtua dan pemerintah.

E. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian

1. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pendidik

Penilaian hasil belajar oleh pendidik yang dilakukan secara berkesinambungan bertujuan untuk memantau proses dan kemajuan

belajar peserta didik serta untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran.

Penilaian hasil belajar oleh pendidik memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

a. Proses penilaian diawali dengan mengkaji silabus sebagai acuan

dalam membuat rancangan dan kriteria penilaian pada awal semester. Setelah menetapkan kriteria penilaian, pendidik memilih teknik penilaian sesuai dengan indikator dan mengembangkan

instrumen serta pedoman penyekoran sesuai dengan teknik penilaian yang dipilih.

b. Pelaksanaan penilaian dalam proses pembelajaran diawali dengan penelusuran dan diakhiri dengan tes dan/atau nontes. Penelusuran dilakukan dengan menggunakan teknik bertanya untuk

mengeksplorasi pengalaman belajar sesuai dengan kondisi dan tingkat kemampuan peserta didik.

c. Penilaian pada pembelajaran tematik-terpadu dilakukan dengan

mengacu pada indikator dari Kompetensi Dasar setiap mata pelajaran yang diintegrasikan dalam tema tersebut.

Page 61: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

7

d. Hasil penilaian oleh pendidik dianalisis lebih lanjut untuk mengetahui kemajuan dan kesulitan belajar, dikembalikan kepada

peserta didik disertai balikan (feedback) berupa komentar yang mendidik (penguatan) yang dilaporkan kepada pihak terkait dan dimanfaatkan untuk perbaikan pembelajaran.

e. Laporan hasil penilaian oleh pendidik berbentuk:

1) nilai dan/atau deskripsi pencapaian kompetensi, untuk hasil

penilaian kompetensi pengetahuan dan keterampilan termasuk penilaian hasil pembelajaran tematik-terpadu.

2) deskripsi sikap, untuk hasil penilaian kompetensi sikap spiritual

dan sikap sosial.

f. Laporan hasil penilaian oleh pendidik disampaikan kepada kepala

sekolah/madrasah dan pihak lain yang terkait (misal: wali kelas, guru Bimbingan dan Konseling, dan orang tua/wali) pada periode yang ditentukan.

g. Penilaian kompetensi sikap spiritual dan sosial dilakukan oleh semua pendidik selama satu semester, hasilnya diakumulasi dan dinyatakan dalam bentuk deskripsi kompetensi oleh wali kelas/guru

kelas.

2. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Satuan Pendidikan

Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan dilakukan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan peserta didik yang meliputi kegiatan sebagai berikut:

a. menentukan kriteria minimal pencapaian Tingkat Kompetensi dengan mengacu pada indikator Kompetensi Dasar tiap mata

pelajaran;

b. mengoordinasikan ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian tingkat

kompetensi, dan ujian akhir sekolah/madrasah;

c. menyelenggarakan ujian sekolah/madrasah dan menentukan kelulusan peserta didik dari ujian sekolah/madrasah sesuai dengan

POS Ujian Sekolah/Madrasah;

d. menentukan kriteria kenaikan kelas;

e. melaporkan hasil pencapaian kompetensi dan/atau tingkat kompetensi kepada orang tua/wali peserta didik dalam bentuk buku rapor;

f. melaporkan pencapaian hasil belajar tingkat satuan pendidikan kepada dinas pendidikan kabupaten/kota dan instansi lain yang

terkait;

g. melaporkan hasil ujian Tingkat Kompetensi kepada orangtua/wali peserta didik dan dinas pendidikan.

h. menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan melalui rapat dewan pendidik sesuai dengan kriteria:

1) menyelesaikan seluruh program pembelajaran;

2) mencapai tingkat Kompetensi yang dipersyaratkan, dengan ketentuan kompetensi sikap (spiritual dan sosial) termasuk

kategori baik dan kompetensi pengetahuan dan keterampilan minimal sama dengan KKM yang telah ditetapkan;

Page 62: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

3) lulus ujian akhir sekolah/madrasah; dan 4) lulus Ujian Nasional.

i. menerbitkan Surat Keterangan Hasil Ujian Nasional (SKHUN) setiap peserta didik bagi satuan pendidikan penyelenggara Ujian Nasional; dan

j. menerbitkan ijazah setiap peserta didik yang lulus dari satuan pendidikan bagi satuan pendidikan yang telah terakreditasi.

3. Pelaksanaan dan Pelaporan Penilaian oleh Pemerintah

Penilaian hasil belajar oleh Pemerintah dilakukan melalui Ujian

Nasional dan ujian mutu Tingkat Kompetensi, dengan memperhatikan hal-hal berikut.

a. Ujian Nasional

1) Penilaian hasil belajar dalam bentuk UN didukung oleh suatu

sistem yang menjamin mutu dan kerahasiaan soal serta

pelaksanaan yang aman, jujur, dan adil.

2) Hasil UN digunakan untuk:

a) salah satu syarat kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan; b) salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk ke jenjang

pendidikan berikutnya;

c) pemetaan mutu; dan d) pembinaan dan pemberian bantuan untuk peningkatan

mutu. 3) Dalam rangka standarisasi UN diperlukan acuan berupa kisi-kisi

bersifat nasional yang dikembangkan oleh Pemerintah,

sedangkan soalnya disusun oleh Pemerintah Pusat dan/atau

Pemerintah Daerah dengan komposisi tertentu yang ditentukan

oleh Pemerintah.

4) Sebagai salah satu penentu kelulusan peserta didik dari satuan

pendidikan, kriteria kelulusan UN ditetapkan setiap tahun oleh

Pemerintah.

5) Dalam rangka penggunaan hasil UN untuk pemetaan mutu

program dan/atau satuan pendidikan, Pemerintah menganalisis

dan membuat peta daya serap UN dan menyampaikan hasilnya

kepada pihak yang berkepentingan.

b. Ujian Mutu Tingkat Kompetensi

2) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan sebelum peserta didik

menyelesaikan pendidikan pada jenjang tertentu, sehingga hasilnya dapat

dimanfaatkan untuk perbaikan proses pembelajaran.

1) Ujian mutu Tingkat Kompetensi dilakukan oleh Pemerintah pada seluruh

satuan pendidikan yang bertujuan untuk pemetaan dan penjaminan mutu

pendidikan di suatu satuan pendidikan.

3) Instrumen, pelaksanaan, dan pelaporan ujian mutu Tingkat Kompetensi

mampu memberikan hasil yang komprehensif sebagaimana hasil studi lain

dalam skala internasional.

MENTERI PENDIDIKAN DANKEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

8

MOHAMMAD NUH

Page 63: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 54 TAHUN 2013

TENTANG

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 27 ayat (1)

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana telah diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang

Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005

tentang Standar Nasional Pendidikan, perlu menetapkan

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tentang

Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4301);

2. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2005 Nomor 41, Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4496) sebagaimana telah

diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013

tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 71,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

5410);

3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang

Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan

Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011 (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 141);

3. Permendikbud No. 54 Th 2013 tentang STANDAR KOMPETENSI LULUSAN (SKL)

Prayitno
Highlight
Page 64: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

2

4. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang

Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta

Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I

Kementerian Negara, sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun

2011 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011

Nomor 142);

5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 84/P Tahun

2009 mengenai Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu II

sebagaimana telah diubah terakhir dengan Keputusan

Presiden Nomor 5/P Tahun 2013;

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN

DASAR DAN MENENGAH.

Pasal 1

(1) Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar dan Menengah digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar

sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

(2) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kompetensi Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A;

b. Kompetensi Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B; dan

c. Kompetensi Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

(3) Standar Kompetensi Lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan

dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 2

Dengan berlakunya Peraturan Menteri ini, Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 65: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

3

Pasal 3

Peraturan ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Menteri ini dengan penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 10 Mei 2013

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MOHAMMAD NUH

Diundangkan di Jakarta pada tanggal 17 Mei 2013

MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

TTD. AMIR SYAMSUDIN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2013 NOMOR 712

Salinan sesuai dengan aslinya. Kepala Biro Hukum dan Organisasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Muslikh, S.H. NIP 195809151985031001

Page 66: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

SALINAN

LAMPIRAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

NOMOR 54 TAHUN 2013

TENTANG

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

STANDAR KOMPETENSI LULUSAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31

ayat(3) mengamanatkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang

meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang. Atas dasar amanat tersebut telah diterbitkan Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

Sistem Pendidikan Nasional, bahwa pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional

berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,

mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan

profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan. Dalam penjelasan Pasal 35 Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa standar kompetensi lulusan

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta didik yang harus dipenuhinya

atau dicapainya dari suatu satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

B. Pengertian

Standar Kompetensi Lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi

kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

C. Tujuan

Standar Kompetensi Lulusan digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi, standar proses, standar penilaian

pendidikan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, dan standar pembiayaan.

Page 67: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

2

D. Ruang Lingkup

Standar Kompetensi Lulusan terdiri atas kriteria kualifikasi

kemampuan peserta didik yang diharapkan dapat dicapai setelah menyelesaikan masa belajarnya di satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah.

E. Monitoring dan Evaluasi

Untuk mengetahui ketercapaian dan kesesuaian antara Standar

Kompetensi Lulusan dan lulusan dari masing-masing satuan pendidikan dan kurikulum yang digunakan pada satuan pendidikan tertentu perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan

berkelanjutan dalam setiap periode. Hasil yang diperoleh dari monitoring dan evaluasi digunakan sebagai bahan masukan bagi

penyempurnaan Standar Kompetensi Lulusan di masa yang akan datang.

II. KOMPETENSI LULUSAN SD/MI/SDLB/Paket A

Lulusan SD/MI/SDLB/Paket A memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SD/MI/SDLB/Paket A

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam di lingkungan

rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual dan konseptual

berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan

peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai

dengan yang ditugaskan kepadanya.

III. KOMPETENSI LULUSAN SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Lulusan SMP/MTs/SMPLB/Paket B memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan

bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

Page 68: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

3

SMP/MTs/SMPLB/Paket B

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni,

dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait

fenomena dan kejadian yang tampak mata.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan

kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang dipelajari disekolah dan sumber lain sejenis.

IV. KOMPETENSI LULUSAN SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Lulusan SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C memiliki sikap, pengetahuan, dan keterampilan sebagai berikut.

SMA/MA/SMK/MAK/SMALB/Paket C

Dimensi Kualifikasi Kemampuan

Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang

beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif

dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam

pergaulan dunia.

Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,

seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.

Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan

kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara

mandiri.

MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

REPUBLIK INDONESIA,

TTD.

MOHAMMAD NUH

Salinan sesuai dengan aslinya.

Kepala Biro Hukum dan Organisasi

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,

Muslikh, S.H.

NIP 195809151985031001

Page 69: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

22

Dalam pedoman ini, pengertian penilaian sama dengan asesmen. Terdapat tiga kegiatan yang perlu didefinisikan, yakni pengukuran,

penilaian, dan evaluasi. Ketiga istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, walaupun memang saling berkaitan. Pengukuran

adalah kegiatan membandingkan hasil pengamatan dengan suatu kriteria atau ukuran. Penilaian adalah proses mengumpulkan informasi/bukti melalui pengukuran, menafsirkan,

mendeskripsikan, dan menginterpretasi bukti-bukti hasil pengukuran. Evaluasi adalah proses mengambil keputusan berdasarkan hasil-hasil penilaian.

a. Cakupan Penilaian

Dalam Kurikulum 2013, kompetensi inti (KI) dirumuskan

sebagai berikut:

a) KI-1: kompetensi inti sikap spiritual.

b) KI-2: kompetensi inti sikap sosial.

c) KI-3: kompetensi inti pengetahuan.

d) KI-4: kompetensi inti keterampilan.

b. Untuk setiap materi pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:

1) KD pada KI-1: aspek sikap spiritual (untuk matapelajaran tertentu bersifat generik, artinya berlaku untuk seluruh materi pokok).

VII. KONSEP DAN STRATEGI PENILAIAN HASIL BELAJAR

A. Konsep Penilaian Hasil Belajar

1. Definisi Operasional

Permendikbud No.81a th 2013 tentang IMPLEMENTASI KURIKULUM, Khusus PENILAIAN

4a. Permendikbud No.81a th 2013 tentang IMPLEMENTASI KURIKULUM- Khusus PENILAIAN

Prayitno
Highlight
Page 70: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

23

2) KD pada KI-2: aspek sikap sosial (untuk matapelajaran tertentu bersifat relatif generik, namun beberapa materi

pokok tertentu ada KD pada KI-3 yang berbeda dengan KD lain pada KI-2).

3) KD pada KI-3: aspek pengetahuan

4) KD pada KI-4: aspek keterampilan

2. Metode dan instrumen penilaian

Berbagai metode dan instrumen baik formal maupun nonformal digunakan dalam penilaian untuk mengumpulkan informasi.

Informasi yang dikumpulkan menyangkut semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan

setelah pembelajaran usai dilaksanakan (penilaian hasil/produk).

Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang

diberikan/diucapkan selama proses pembelajaran. Saat seorang peserta didik menjawab pertanyaan guru, saat seorang peserta didik atau beberapa peserta didik mengajukan pertanyaan kepada

guru atau temannya, atau saat seorang peserta didik memberikan komentar terhadap jawaban guru atau peserta didik lain, guru telah melakukan penilaian informal terhadap performansi peserta

didik tersebut.

Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik

pengumpulan informasi yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan peserta didik. Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal

merupakan kegiatan yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan tentang

kemajuan peserta didik.

1. Prinsip, Pendekatan, dan Karakteristik Penilaian

a. Prinsip Penilaian

Penilaian hasil belajar peserta didik pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:

1) Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang mencerminkan kemampuan yang diukur.

2) Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan

kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

3) Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta

perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

4) Terpadu, berarti penilaian oleh pendidik merupakan salah satu komponen yang tak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

B. Komponen Penilaian Hasil Belajar

Page 71: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

24

5) Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak

yang berkepentingan.

6) Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian oleh pendidik mencakup semua aspek kompetensi dengan

menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

7) Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara berencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

8) Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada

ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan.

9) Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya.

10) Edukatif, berarti penilaian dilakukan untuk kepentingan dan kemajuan pendidikan peserta didik

b. Pendekatan Penilaian

Penilaian menggunakan pendekatan sebagai berikut:

1) Acuan Patokan

Semua kompetensi perlu dinilai dengan menggunakan acuan patokan berdasarkan pada indikator hasil belajar. Sekolah menetapkan acuan patokan sesuai dengan kondisi

dan kebutuhannya.

2) Ketuntasan Belajar

Ketuntasan belajar ditentukan sebagai berikut:

Predikat Nilai Kompetensi

Pengetahuan Keterampilan Sikap

A 4 4 SB

A- 3.66 3.66

B+ 3.33 3.33 B B 3 3

B- 2.66 2.66

C+ 2.33 2.33 C C 2 2

C- 1.66 1.66

D+ 1.33 1.33 K

D 1 1

a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik

dinyatakan belum tuntas belajar untuk menguasai KD yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai

< 2.66 dari hasil tes formatif.

b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4, seorang peserta didik dinyatakan sudah tuntas belajar untuk menguasai KD

yang dipelajarinya apabila menunjukkan indikator nilai ≥ 2.66 dari hasil tes formatif.

Page 72: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

25

c) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, ketuntasan seorang peserta didik dilakukan dengan memperhatikan aspek

sikap pada KI-1 dan KI-2 untuk seluruh matapelajaran, yakni jika profil sikap peserta didik secara umum berada pada kategori baik (B) menurut standar yang

ditetapkan satuan pendidikan yang bersangkutan.

Implikasi dari ketuntasan belajar tersebut adalah sebagai

berikut.

a) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan remedial individual sesuai dengan kebutuhan kepada peserta

didik yang memperoleh nilai kurang dari 2.66;

b) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diberikan kesempatan untuk melanjutkan pelajarannya ke KD berikutnya

kepada peserta didik yang memperoleh nilai 2.66 atau lebih dari 2.66; dan

c) Untuk KD pada KI-3 dan KI-4: diadakan remedial klasikal sesuai dengan kebutuhan apabila lebih dari 75% peserta didik memperoleh nilai kurang dari 2.66.

d) Untuk KD pada KI-1 dan KI-2, pembinaan terhadap peserta didik yang secara umum profil sikapnya belum berkategori baik dilakukan secara holistik (paling tidak

oleh guru matapelajaran, guru BK, dan orang tua).

Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan

keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan berikutnya, sebelum

mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat belajar apapun, hanya waktu

yang dibutuhkan yang berbeda. Peserta didik yang belajar lambat perlu waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya.

b. Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran secara terpadu.

Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan,

keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih

menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

c. Berkesinambungan

Tujuannya adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam

bentuk penilaian proses, dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester,

ulangan akhir semester, atau ulangan kenaikan kelas).

a. Belajar Tuntas

c. Karakteristik Penilaian

Page 73: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

26

d. Berdasarkan acuan kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal, yang ditetapkan oleh

satuan pendidikan masing-masing.

e. Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan,

produk, portofolio, unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

Strategi penilaian hasil belajar dengan menggunakan Metode dan

Teknik Penilaian sebagai berikut:

1. Metode Penilaian

Penilaian dapat dilakukan melalui metode tes maupun nontes. Metode tes dipilih bila respons yang dikumpulkan dapat

dikategorikan benar atau salah (KD-KD pada KI-3 dan KI-4). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau

salah digunakan metode nontes (KD-KD pada KI-1 dan KI-2).

Metode tes dapat berupa tes tulis atau tes kinerja.

a. Tes tulis dapat dilakukan dengan cara memilih jawaban yang tersedia, misalnya soal bentuk pilihan ganda, benar-salah, dan

menjodohkan; ada pula yang meminta peserta menuliskan sendiri responsnya, misalnya soal berbentuk esai, baik esai

isian singkat maupun esai bebas.

b. Tes kinerja juga dibedakan menjadi dua, yaitu prilaku terbatas,

yang meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang sudah

ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan prilaku meluas, yang menghendaki peserta untuk

menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta membuat rancangan dan melaksanakan

eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.

Metode nontes digunakan untuk menilai sikap, minat, atau

motivasi. Metode nontes umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif (KD-KD pada KI-1 dan KI-2). Metode

nontes lazimnya menggunakan instrumen angket, kuisioner, penilaian diri, penilaian rekan sejawat, dan lain-lain.Hasil penilaian ini tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori benar

atau salah, namun untuk mendapatkan deskripsi tentang profil sikap peserta didik.

Untuk mengumpulkan informasi tentang kemajuan peserta didik dapat dilakukan berbagai teknik, baik berhubungan dengan proses maupun hasil belajar. Teknik mengumpulkan informasi tersebut

pada prinsipnya adalah cara penilaian kemajuan belajar peserta didik terhadap pencapaian kompetensi. Penilaian dilakukan

berdasarkan indikator-indikator pencapaian hasil relajar, baik pada domain kognitif, afektif, maupun psikomotor. Ada tujuh teknik yang dapat digunakan, yaitu :

C. Strategi Penilaian Hasi Belajar

2. Teknik dan Instrumen Penilaian

Page 74: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

27

Penilaian unjuk kerja merupakan penilaian yang dilakukan

dengan mengamati kegiatan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Penilaian digunakan untuk menilai ketercapaian kompetensi yang menuntut peserta didik melakukan tugas

tertentu seperti: praktek di laboratorium, praktek sholat, praktek olahraga, bermain peran, memainkan alat musik,

bernyanyi, membaca puisi/deklamasi dll. Penilaian unjuk kerja perlu mempertimbangkan hal-hal berikut:

1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan

peserta didik untuk menunjukkan kinerja dari suatu kompetensi.

2) Kelengkapan dan ketepatan aspek yang akan dinilai dalam

kinerja tersebut.

3) Kemampuan-kemampuan khusus yang diperlukan untuk

menyelesaikan tugas.

4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak, sehingga semua dapat diamati.

5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan pengamatan.

Penilaian unjuk kerja dapat menggunakan daftar cek dan skala

penilaian.

1) Daftar Cek

Daftar cek dipilih jika unjuk kerja yang dinilai relatif sederhana, sehingga kinerja peserta didik representatif untuk diklasifikasikan menjadi dua kategorikan saja, ya

atau tidak.

2) Skala Penilaian

Ada kalanya kinerja peserta didik cukup kompleks, sehingga sulit atau merasa tidak adil kalau hanya diklasifikasikan menjadi dua kategori, ya atau tidak,

memenuhi atau tidak memenuhi. Oleh karena itu dapat dipilih skala penilaian lebih dari dua kategori, misalnya 1, 2, dan 3. Namun setiap kategori harus dirumuskan

deskriptornya sehingga penilai mengetahui kriteria secara akurat kapan mendapat skor 1, 2, atau 3. Daftar kategori

beserta deskriptor kriterianya itu disebut rubrik. Di lapangan sering dirumuskan rubrik universal, misalnya 1 = kurang, 2 = cukup, 3 = baik. Deskriptor semacam ini belum

akurat, karena kriteria kurang bagi seorang penilai belum tentu sama dengan penilai lain, karena itu deskriptor dalam

rubrik harus jelas dan terukur. Berikut contoh penilaian unjuk kerja dengan skala penilaian beserta rubriknya.

b. Penilaian Kinerja Melakukan Praktikum

No Aspek yang dinilai Penilaian

1 2 3

1 Merangkai alat

2 Pengamatan

(1) Penilaian Unjuk Kerja

Page 75: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

28

No Aspek yang dinilai Penilaian

1 2 3

3 Data yang diperoleh

4 Kesimpulan

Rubrik:

Aspek yang dinilai

Penilaian

1 2 3

Merangkai alat

Rangkaian alat tidak

benar

Rangkaian alat benar, tetapi

tidak rapi atau tidak

memperhatikan keselamatan kerja

Rangkaian alat benar, rapi, dan

memperhatikan keselamatan

kerja

Pengamatan Pengamatan tidak

cermat

Pengamatan cermat, tetapi

mengandung interpretasi

Pengamatan cermat dan

bebas interpretasi

Data yang diperoleh

Data tidak lengkap

Data lengkap, tetapi tidak terorganisir,

atau ada yang salah tulis

Data lengkap, terorganisir, dan ditulis

dengan benar

Kesimpulan Tidak benar atau tidak sesuai

tujuan

Sebagian kesimpulan ada yang salah atau

tidak sesuai tujuan

Semua benar atau sesuai tujuan

Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang

terkait dengan kecenderungan seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap

terdiri dari tiga komponen, yakni: afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu

objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen

konatif adalah kecenderungan untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek sikap.

Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:

a) Sikap terhadap materi pelajaran. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap matapelajaran. Dengan sikap`positif dalam diri peserta didik akan tumbuh dan

berkembang minat belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi pelajaran yang diajarkan.

(2) Penilaian Sikap

Page 76: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

29

b) Sikap terhadap guru/pengajar. Peserta didik perlu memiliki sikap positif terhadap guru. Peserta didik yang

tidak memiliki sikap positif terhadap guru akan cenderung mengabaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan demikian, peserta didik yang memiliki sikap negatif

terhadap guru/pengajar akan sukar menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.

c) Sikap terhadap proses pembelajaran. Peserta didik juga perlu memiliki sikap positif terhadap proses

pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran mencakup suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang digunakan. Proses

pembelajaran yang menarik, nyaman dan menyenangkan dapat menumbuhkan motivasi belajar

peserta didik, sehingga dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.

d) Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi pelajaran. Misalnya, masalah lingkungan hidup (materi Biologi atau

Geografi). Peserta didik perlu memiliki sikap yang tepat, yang dilandasi oleh nilai-nilai positif terhadap kasus

lingkungan tertentu (kegiatan pelestarian/kasus perusakan lingkungan hidup). Misalnya, peserta didik memiliki sikap positif terhadap program perlindungan

satwa liar.

e) Teknik Penilaian Sikap

Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara

atau teknik. Teknik-teknik tersebut antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi.

Teknik-teknik tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.

i. Observasi perilaku

Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam sesuatu hal. Guru

dapat melakukan observasi terhadap peserta didiknya. Hasil observasi dapat dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku

di sekolah dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian berkaitan dengan peserta didik selama di sekolah.

ii. Pertanyaan langsung

Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap peserta didik berkaitan dengan

sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan peserta didik tentang kebijakan yang baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”.

Berdasarkan jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami sikap

peserta didik itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap peserta didik di sekolah, guru juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap

dan membina peserta didik.

Page 77: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

30

iii. Laporan pribadi

Teknik ini meminta peserta didik membuat ulasan

yang berisi pandangan atau tanggapannya tentang suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya, peserta didik diminta menulis

pandangannya tentang “Kerusuhan Antaretnis” yang terjadi akhir-akhir ini di Indonesia. Dari ulasan yang

dibuat peserta didik dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Peserta Didik

No.

Sikap

Nama

Kete

rbu

kaan

Kete

ku

nan

bela

jar

Kera

jin

an

Ten

ggan

g r

asa

Kedis

iplin

an

Kerj

asam

a

Ram

ah

den

gan

tem

an

Horm

at

pada

ora

ng t

ua

Keju

jura

n

Men

epati

jan

ji

Kepedu

lian

Tan

ggu

ng jaw

ab

1

2

3

4

5

6

7

8

Keterangan:

Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 s.d 5.

1 = sangat kurang; 2 = kurang konsisten;

3 = mulai konsisten; 4 = konsisten; dan 5 = selalu konsisten.

Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk

tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda,

mewarnai, menggambar, dan lain sebagainya.

mencakup: pilihan ganda, benar-salah, dan

menjodohkan.

2. Teknik Tes Tertulis

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:

i. Soal dengan memilih jawaban (selected response),

(3) Tes Tertulis

1. Pengertian

Page 78: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

31

ii. Soal dengan mensuplai jawaban (supply response), mencakup: isian atau melengkapi, uraian objektif,

dan uraian non-objektif.

Penyusunan instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.

i. materi, misalnya kesesuaian soal dengan KD dan indikator pencapaian pada kurikulum tingkat

satuan pendidikan;

ii. konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas.

iii. bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.

iv. kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah

penulisan soal yang baku dari berbagai bentuk soal penilaian.

Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian

terhadap suatu tugas yang harus diselesaikan dalam periode/waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi sejak dari perencanaan, pengumpulan data,

pengorganisasian, pengolahan dan penyajian data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui

pemahaman, kemampuan mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan peserta didik pada matapelajaran

tertentu secara jelas.

Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 (tiga) hal yang

perlu dipertimbangkan yaitu:

i. Kemampuan pengelolaan

Kemampuan peserta didik dalam memilih topik,

mencari informasi dan mengelola waktu pengumpulan data serta penulisan laporan.

ii. Relevansi

Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan,

pemahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.

iii. Keaslian

Projek yang dilakukan peserta didik harus

merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbangkan kontribusi guru berupa

petunjuk dan dukungan terhadap proyek peserta didik.

Penilaian proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan, sampai hasil akhir proyek. Untuk itu, guru perlu menetapkan hal-hal atau tahapan yang

perlu dinilai, seperti penyusunan disain, pengumpulan data, analisis data, dan penyiapkan laporan tertulis.

2. Teknik Penilaian Proyek

(4) Penilaian Projek

1. Pengertian

Page 79: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

32

Laporan tugas atau hasil penelitian juga dapat disajikan dalam bentuk poster. Pelaksanaan penilaian dapat

menggunakan alat/instrumen penilaian berupa daftar cek ataupun skala penilaian.

Contoh Teknik Penilaian Proyek

Matapelajaran : _________________________________________________________

Nama Proyek : _________________________________________________________

Alokasi Waktu : _________________________________________________________

Guru Pembimbing : _________________________________________________________

Nama : ___________________________________________

NIS : ___________________________________________

Kelas : ___________________________________________

No ASPEK SKOR (1 - 5)

1 2 3 4 5

1 PERENCANAAN : a. Persiapan

b. Rumusan Judul

2 PELAKSANAAN : a. Sistematika Penulisan

b. Keakuratan Sumber Data / Informasi c. Kuantitas Sumber Data

d. Analisis Data e. Penarikan Kesimpulan

3 LAPORAN PROYEK : a. Performans b. Presentasi / Penguasaan

TOTAL SKOR

Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan, proses pengerjaan sampai dengan akhir proyek. Untuk

itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai. Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan skala penilaian dan daftar cek

(5) Penilaian Produk

1.PengertianPenilaian produk adalah penilaian terhadap proses

pembuatan dan kualitas suatu produk. Penilaian

produk meliputi penilaian kemampuan peserta didik

membuat produk-produk teknologi dan seni, seperti:

makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan,

gambar), barang-barang terbuat dari kayu, keramik,

plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi 3

(tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian

yaitu:

Page 80: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

33

i. Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dan merencanakan, menggali, dan

mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.

ii. Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan peserta didik dalam

menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.

iii. Tahap penilaian produk (appraisal), meliputi: penilaian produk yang dihasilkan peserta didik sesuai kriteria yang ditetapkan.

Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik

atau analitik.

i. Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan pada tahap

appraisal.

ii. Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap semua kriteria

yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

Contoh Penilaian Produk

Mata Ajar : _____________________________________________________

Nama Proyek : ______________________________________________________

Alokasi Waktu : ______________________________________________________

Nama Peserta didik : ______________________________________________________

Kelas/SMT : ______________________________________________________

No Tahapan Skor ( 1 – 5 )*

1 Tahap Perencanaan Bahan

2 Tahap Proses Pembuatan : a. Persiapan alat dan bahan b. Teknik Pengolahan

c. K3 (Keselamatan kerja, keamanan dan kebersihan)

3 Tahap Akhir (Hasil Produk)

a. Bentuk fisik b. Inovasi

TOTAL SKOR

Catatan :

*) Skor diberikan dengan rentang skor 1 (satu) sampai dengan 5 (lima),

dengan ketentuan semakin lengkap jawaban dan ketepatan dalam proses pembuatan maka semakin tinggi nilainya.

2. Teknik Penilaian Produk

Page 81: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

34

yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik

dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran

yang dianggap terbaik oleh peserta didik.

Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya peserta didik secara individu pada satu periode untuk

suatu matapelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan dan dinilai oleh guru dan peserta didik.Berdasarkan informasi perkembangan tersebut,

guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan peserta didik dan terus

melakukan perbaikan. Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar peserta didik melalui karyanya, antara lain: karangan,

puisi, surat, komposisi, musik.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian portofolio di sekolah,

antara lain:

i. Karya peserta didik adalah benar-benar karya

peserta didik itu sendiri

Guru melakukan penelitian atas hasil karya peserta didik yang dijadikan bahan penilaian portofolio agar

karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh peserta didik itu sendiri.

ii. Saling percayaantara guru dan peserta didik

Dalam proses penilaian guru dan peserta didik harus memiliki rasa saling percaya, saling

memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung dengan baik.

iii. Kerahasiaan bersama antara guru dan peserta didik

Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan peserta didik perlu dijaga dengan

baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga memberi dampak negatif proses pendidikan.

iv. Milik bersama antara peserta didik dan guru

Guru dan peserta didik perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga peserta didik akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan

akhirnya akan berupaya terus meningkatkan kemampuannya.

(6) Penilaian Portofolio

1. Pengertian

Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan

Page 82: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

35

v. Kepuasan

Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan

dan atau bukti yang memberikan dorongan peserta didik untuk lebih meningkatkan diri.

vi. Kesesuaian

Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja

yang sesuai dengan kompetensi yang tercantum dalam kurikulum.

vii. Penilaian proses dan hasil

Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya peserta

didik.

viii. Penilaian dan pembelajaran

Penilaian portofolio merupakan hal yang tak

terpisahkan dari proses pembelajaran. Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk melihat kelebihan dan

kekurangan peserta didik.

Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan

langkah-langkah sebagai berikut:

i. Jelaskan kepada peserta didik bahwa penggunaan

portofolio, tidak hanya merupakan kumpulan hasil kerja peserta didik yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan juga oleh peserta didik

sendiri. Dengan melihat portofolio peserta didik dapat mengetahui kemampuan, keterampilan, dan

minatnya.

ii. Tentukan bersama peserta didik sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat. Portofolio

antara peserta didik yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.

iii. Kumpulkan dan simpanlah karya-karya peserta

didik dalam satu map atau folder di rumah masing atau loker masing-masing di sekolah.

iv. Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan peserta didik sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke

waktu.

v. Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan

bobotnya dengan para peserta didik. Diskusikan cara penilaian kualitas karya para peserta didik.

vi. Minta peserta didik menilai karyanya secara

berkesinambungan. Guru dapat membimbing peserta didik, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan

kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat dilakukan pada saat

membahas portofolio.

2 Teknik Penilaian Portofolio

Page 83: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

36

vii. Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka peserta didik diberi kesempatan

untuk memperbaiki. Namun, antara peserta didik dan guru perlu dibuat “kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2

minggu karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

viii. Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang tua peserta didik dan diberi penjelasan tentang maksud serta

tujuan portofolio, sehingga orang tua dapat membantu dan memotivasi anaknya.

Contoh Penilaian Portofolio

Sekolah : ________________________________________________________

Matapelajaran : ________________________________________________________

Durasi Waktu : ________________________________________________________

Nama Peserta didik : ________________________________________________________

Kelas/SMT : ________________________________________________________

No KI / KD / PI Waktu

KRITERIA

Ket

Berb

icara

Tata

Bah

asa

Kosa

Kata

Ucapan

1 Pengenalan

16/07/07

24/07/07

17/08/07

Dst....

2 Penulisan

12/09/07

22/09/07

15/10/07

3 Ingatan Terhadap Kosakata

15/11/07

12/12/07

Catatan:

PI = Pencapaian Indikator

Untuk setiap karya peserta didik dikumpulkan dalam satu file sebagai bukti pekerjaan yang masuk dalam

portofolio. Skor yang digunakan dalam penilaian portofolio menggunakan rentang antara 0 -10 atau 10 – 100. Kolom keterangan diisi oleh guru untuk

menggambarkan karakteristik yang menonjol dari hasil kerja tersebut.

Penilaian diri adalah suatu teknik penilaian di mana

peserta didik diminta untuk menilai dirinya sendiri berkaitan dengan status, proses dan tingkat pencapaian kompetensi yang dipelajarinya. Teknik

(7) Penilaian Diri

1. Pengertian

Page 84: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

37

penilaian diri dapat digunakan untuk mengukur kompetensi kognitif, afektif dan psikomotor.

Penilaian konpetensi kognitif di kelas, misalnya: peserta didik diminta untuk menilai penguasaan pengetahuan dan keterampilan berpikirnya sebagai

hasil belajar dari suatu matapelajaran tertentu. Penilaian dirinya didasarkan atas kriteria atau

acuan yang telah disiapkan. Penilaian kompetensi afektif, misalnya, peserta didik dapat diminta untuk membuat tulisan yang memuat curahan

perasaannya terhadap suatu objek tertentu. Selanjutnya, peserta didik diminta untuk melakukan penilaian berdasarkan kriteria atau acuan yang

telah disiapkan. Berkaitan dengan penilaian kompetensi psikomotorik, peserta didik dapat

diminta untuk menilai kecakapan atau keterampilan yang telah dikuasainya berdasarkan kriteria atau acuan yang telah disiapkan. Untuk menentukan

pencapaian kompetensi tertentu, peniaian diri perlu digabung dengan teknik lain.

Penggunaan teknik ini dapat memberi dampak

positif terhadap perkembangan kepribadian seseorang. Keuntungan penggunaan penilaian diri di

kelas antara lain:

(a) dapat menumbuhkan rasa percaya diri peserta didik, karena mereka diberi kepercayaan untuk

menilai dirinya sendiri;

(b) peserta didik menyadari kekuatan dan

kelemahan dirinya, karena ketika mereka melakukan penilaian, harus melakukan introspeksi terhadap kekuatan dan kelemahan

yang dimilikinya;

(c) dapat mendorong, membiasakan, dan melatih peserta didik untuk berbuat jujur, karena

mereka dituntut untuk jujur dan objektif dalam melakukan penilaian.

Penilaian diri dilakukan berdasarkan kriteria yang

jelas dan objektif. Oleh karena itu, penilaian diri oleh peserta didik di kelas perlu dilakukan melalui

langkah-langkah sebagai berikut.

(a) Menentukan kompetensi atau aspek kemampuan yang akan dinilai.

(b) Menentukan kriteria penilaian yang akan digunakan.

(c) Merumuskan format penilaian, dapat berupa

pedoman penskoran, daftar tanda cek, atau skala penilaian.

(d) Meminta peserta didik untuk melakukan penilaian diri.

2. Teknik Penilaian Diri

Page 85: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

V. KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

A. Pandangan tentang pembelajaran

Secara prinsip, kegiatan pembelajaran merupakan proses pendidikan yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk

mengembangkan potensi mereka menjadi kemampuan yang semakin lama semakin meningkat dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang diperlukan dirinya untuk hidup dan untuk bermasyarakat,

berbangsa, serta berkontribusi pada kesejahteraan hidup umat manusia. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran diarahkan untuk memberdayakan semua potensi peserta didik menjadi kompetensi

yang diharapkan.

Lebih lanjut, strategi pembelajaran harus diarahkan untuk

memfasilitasi pencapaian kompetensi yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum agar setiap individu mampu menjadi pebelajar mandiri sepanjang hayat. dan yang pada gilirannya mereka menjadi

komponen penting untuk mewujudkan masyarakat belajar. Kualitas lain yang dikembangkan kurikulum dan harus terealisasikan dalam

proses pembelajaran antara lain kreativitas, kemandirian, kerja sama, solidaritas, kepemimpinan, empati, toleransi dan kecakapan hidup peserta didik guna membentuk watak serta meningkatkan peradaban

dan martabat bangsa.

Untuk mencapai kualitas yang telah dirancang dalam dokumen kurikulum, kegiatan pembelajaran perlu menggunakan prinsip yang:

(1) berpusat pada peserta didik, (2) mengembangkan kreativitas peserta didik, (3) menciptakan kondisi menyenangkan dan menantang,

(4) bermuatan nilai, etika, estetika, logika, dan kinestetika, dan (5) menyediakan pengalaman belajar yang beragam melalui penerapan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan,

kontekstual, efektif, efisien, dan bermakna.

Di dalam pembelajaran, peserta didik didorong untuk menemukan

sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan yang sudah ada dalam ingatannya, dan melakukan pengembangan menjadi informasi atau kemampuan yang

sesuai dengan lingkungan dan jaman tempat dan waktu ia hidup. Kurikulum 2013 menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke peserta didik.

Peserta didik adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi, dan menggunakan

pengetahuan. Untuk itu pembelajaran harus berkenaan dengan kesempatan yang diberikan kepada peserta didik untuk

Berikut ini saya sertakan juga salah satu Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM yang juga penting yaitu: KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN. Bahasan ini mengapa penting ? Oleh karena dalam menyusun RPP kita harus mengacu pada format yang ditetapkan dalam Permendikbud ini.

4b. Permendikbud No. 81a Th 2013 ttg IMPLEMENTASI KURIKULUM - Khusus KONSEP DAN STRATEGI PEMBELAJARAN

Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Prayitno
Highlight
Page 86: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-34-

mengkonstruksi pengetahuan dalam proses kognitifnya. Agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, peserta didik

perlu didorong untuk bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, dan berupaya keras mewujudkan ide-idenya.

Guru memberikan kemudahan untuk proses ini, dengan mengembangkan suasana belajar yang memberi kesempatan peserta

didik untuk menemukan, menerapkan ide-ide mereka sendiri, menjadi sadar dan secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru mengembangkan kesempatan belajar kepada peserta

didik untuk meniti anak tangga yang membawa peserta didik kepemahaman yang lebih tinggi, yang semula dilakukan dengan bantuan guru tetapi semakin lama semakin mandiri. Bagi peserta

didik, pembelajaran harus bergeser dari “diberi tahu” menjadi “aktif mencari tahu”.

Di dalam pembelajaran, peserta didik mengkonstruksi pengetahuan bagi dirinya. Bagi peserta didik, pengetahuan yang dimilikinya bersifat dinamis, berkembang dari sederhana menuju kompleks, dari ruang

lingkup dirinya dan di sekitarnya menuju ruang lingkup yang lebih luas, dan dari yang bersifat konkrit menuju abstrak. Sebagai manusia yang sedang berkembang, peserta didik telah, sedang, dan/atau akan

mengalami empat tahap perkembangan intelektual, yakni sensori motor, pra-operasional, operasional konkrit, dan operasional formal.

Secara umum jenjang pertama terjadi sebelum seseorang memasuki usia sekolah, jejang kedua dan ketiga dimulai ketika seseorang menjadi peserta didik di jenjang pendidikan dasar, sedangkan jenjang

keempat dimulai sejak tahun kelima dan keenam sekolah dasar.

Proses pembelajaran terjadi secara internal pada diri peserta didik.

Proses tersebut mungkin saja terjadi akibat dari stimulus luar yang diberikan guru, teman, lingkungan. Proses tersebut mungkin pula terjadi akibat dari stimulus dalam diri peserta didik yang terutama

disebabkan oleh rasa ingin tahu. Proses pembelajaran dapat pula terjadi sebagai gabungan dari stimulus luar dan dalam. Dalam proses pembelajaran, guru perlu mengembangkan kedua stimulus pada diri

setiap peserta didik.

Di dalam pembelajaran, peserta didik difasilitasi untuk terlibat secara

aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi peserta didik untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan mereka mengembangkan

potensi yang dimiliki mereka menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum atau lebih. Pengalaman belajar tersebut

semakin lama semakin meningkat menjadi kebiasaan belajar mandiri dan ajeg sebagai salah satu dasar untuk belajar sepanjang hayat.

Dalam suatu kegiatan belajar dapat terjadi pengembangan sikap,

pengetahuan, dan keterampilan dalam kombinasi dan penekanan yang bervariasi. Setiap kegiatan belajar memiliki kombinasi dan penekanan yang berbeda dari kegiatan belajar lain tergantung dari sifat muatan

yang dipelajari. Meskipun demikian, pengetahuan selalu menjadi unsur penggerak untuk pengembangan kemampuan lain.

B. Pembelajaran langsung dan tidak langsung Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran

yaitu proses pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak

Page 87: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-35-

langsung. Proses pembelajaran langsung adalah proses pendidikan di mana peserta didik mengembangkan pengetahuan, kemampuan

berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung

tersebut peserta didik melakukan kegiatan belajar mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi atau menganalisis,

dan mengkomunikasikan apa yang sudah ditemukannya dalam kegiatan analisis. Proses pembelajaran langsung menghasilkan pengetahuan dan keterampilan langsung atau yang disebut dengan

instructional effect.

Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi

selama proses pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Berbeda dengan pengetahuan tentang

nilai dan sikap yang dilakukan dalam proses pembelajaran langsung oleh mata pelajaran tertentu, pengembangan sikap sebagai proses pengembangan moral dan perilaku dilakukan oleh seluruh mata

pelajaran dan dalam setiap kegiatan yang terjadi di kelas, sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran Kurikulum

2013, semua kegiatan yang terjadi selama belajar di sekolah dan di luar dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler terjadi proses pembelajaran untuk mengembangkan moral dan perilaku yang terkait

dengan sikap.

Baik pembelajaran langsung maupun pembelajaran tidak langsung

terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah. Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara

bersamaan dalam suatu proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang

dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.

Proses pembelajaran terdiri atas lima pengalaman belajar pokok yaitu:

a. mengamati;

b. menanya;

c. mengumpulkan informasi;

d. mengasosiasi; dan

e. mengkomunikasikan.

Kelima pembelajaran pokok tersebut dapat dirinci dalam berbagai

kegiatan belajar sebagaimana tercantum dalam tabel berikut:

Tabel 1: Keterkaitan antara Langkah Pembelajaran dengan Kegiatan

Belajar dan Maknanya.

LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR

KOMPETENSI

YANG DIKEMBANGKAN

Mengamati Membaca, mendengar,

menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)

Melatih

kesungguhan, ketelitian, mencari

informasi

Page 88: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-36-

LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI

YANG

DIKEMBANGKAN

Menanya Mengajukan pertanyaan

tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau

pertanyaan untuk mendapatkan informasi

tambahan tentang apa yang diamati

(dimulai dari pertanyaan

faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat

hipotetik)

Mengembangkan

kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan

merumuskan pertanyaan untuk

membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas

dan belajar sepanjang hayat

Mengumpulkan informasi/

eksperimen

- melakukan eksperimen

- membaca sumber lain

selain buku teks

- mengamati objek/

kejadian/

- aktivitas

- wawancara dengan nara

sumber

Mengembangkan sikap teliti,

jujur,sopan, menghargai

pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,

menerapkan kemampuan

mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang

dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar

dan belajar sepanjang hayat.

Mengasosiasikan/

mengolah informasi

- mengolah informasi yang sudah

dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan

mengumpulkan/eksperimen mau pun hasil dari kegiatan mengamati

dan kegiatan mengumpulkan

informasi.

- Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari

yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai

kepada pengolahan informasi yang bersifat

mencari solusi dari berbagai sumber yang

Mengembangkan sikap jujur, teliti,

disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan

menerapkan prosedur dan kemampuan

berpikir induktif serta deduktif

dalam menyimpulkan .

Page 89: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-37-

LANGKAH PEMBELAJARAN

KEGIATAN BELAJAR KOMPETENSI

YANG

DIKEMBANGKAN

memiliki pendapat yang

berbeda sampai kepada yang bertentangan

Mengkomunikasikan

Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil

analisis secara lisan, tertulis, atau media

lainnya

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,

kemampuan berpikir sistematis,

mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,

dan mengembangkan kemampuan

berbahasa yang baik dan benar.

C. Perencanaan pembelajaran

Tahap pertama dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

1. Hakikat RPP

Rencana pelaksanaan pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci dari suatu materi pokok atau

tema tertentu yang mengacu pada silabus. RPP mencakup: (1) data sekolah, matapelajaran, dan kelas/semester; (2) materi pokok; (3)

alokasi waktu; (4) tujuan pembelajaran, KD dan indikator pencapaian kompetensi; (5) materi pembelajaran; metode pembelajaran; (6) media, alat dan sumber belajar; (6) langkah-

langkah kegiatan pembelajaran; dan (7) penilaian.

Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun

RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD dan untuk guru matapelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dapat

dilakukan pada setiap awal semester atau awal tahun pelajaran, dengan maksud agar RPP telah tersedia terlebih dahulu dalam setiap awal pelaksanaan pembelajaran. Pengembangan RPP dapat

dilakukan secara mandiri atau secara berkelompok.

Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara mandiri

dan/atau secara bersama-sama melalui musyawarah guru MATA pelajaran (MGMP) di dalam suatu sekolah tertentu difasilitasi dan disupervisi kepala sekolah atau guru senior yang ditunjuk oleh

kepala sekolah.

Pengembangan RPP yang dilakukan oleh guru secara berkelompok melalui MGMP antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasikan

dan disupervisi oleh pengawas atau dinas pendidikan.

2. Prinsip-Prinsip Pengembangan RPP

Page 90: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-38-

Berbagai prinsip dalam mengembangkan atau menyusun RPP adalah sebagai berikut.

a. RPP disusun guru sebagai terjemahan dari ide kurikulum dan berdasarkan silabus yang telah dikembangkan di tingkat nasional ke dalam bentuk rancangan proses pembelajaran

untuk direalisasikan dalam pembelajaran.

b. RPP dikembangkan guru dengan menyesuaikan apa yang

dinyatakan dalam silabus dengan kondisi di satuan pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar,

kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.

c. Mendorong partisipasi aktif peserta didik

d. Sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013 untuk menghasilkan peserta didik sebagai manusia yang mandiri dan tak berhenti

belajar, proses pembelajaran dalam RPP dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mengembangkan motivasi, minat, rasa ingin tahu, kreativitas, inisiatif, inspirasi,

kemandirian, semangat belajar, keterampilan belajar dan kebiasaan belajar.

e. Mengembangkan budaya membaca dan menulis

f. Proses pembelajaran dalam RPP dirancang untuk mengembangkan kegemaran membaca, pemahaman beragam

bacaan, dan berekspresi dalam berbagai bentuk tulisan.

g. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.

h. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik

positif, penguatan, pengayaan, dan remedi. Pemberian pembelajaran remedi dilakukan setiap saat setelah suatu

ulangan atau ujian dilakukan, hasilnya dianalisis, dan kelemahan setiap peserta didik dapat teridentifikasi. Pemberian pembelajaran diberikan sesuai dengan kelemahan peserta

didik.

i. Keterkaitan dan keterpaduan.

j. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI dan KD, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu

keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas matapelajaran untuk sikap dan keterampilan, dan keragaman

budaya.

k. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi

l. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.

3. Komponen dan Sistematika RPP

RPP paling sedikit memuat: (i) tujuan pembelajaran, (ii) materi

pembelajaran, (iii) metode pembelajaran, (iv) sumber belajar, dan (v) penilaian.

Page 91: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-39-

Komponen-komponen tersebut secara operasional diwujudkan dalam bentuk format berikut ini.

Sekolah :

Matapelajaran :

Kelas/Semester :

Materi Pokok :

Alokasi Waktu :

A. Kompetensi Inti (KI)

B. Kompetensi Dasar dan Indikator

1. _____________ (KD pada KI-1)

2. _____________ (KD pada KI-2)

3. _____________ (KD pada KI-3)

Indikator: __________________

4. _____________ (KD pada KI-4)

Indikator: __________________

Catatan:

KD-1 dan KD-2 dari KI-1 dan KI-2 tidak harus dikembangkan dalam indikator karena keduanya dicapai melalui proses pembelajaran yang tidak langsung. Indikator dikembangkan hanya untuk KD-3 dan KD-4 yang dicapai melalui proses pembelajaran langsung.

C. Tujuan Pembelajaran

D. Materi Pembelajaran (rincian dari Materi Pokok)

E. Metode Pembelajaran (Rincian dari Kegiatan Pembelajaran)

F. Media, Alat, dan Sumber Pembelajaran

1. Media

2. Alat/Bahan

3. Sumber Belajar

G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

1. Pertemuan Kesatu:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit)

2. Pertemuan Kedua:

a. Pendahuluan/Kegiatan Awal (…menit)

b. Kegiatan Inti (...menit)

c. Penutup (…menit), dan seterusnya.

Page 92: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-40-

H. Penilaian

1. Jenis/teknik penilaian

2. Bentuk instrumen dan instrumen

3. Pedoman penskoran

4. Langkah-Langkah Pengembangan RPP

a. Mengkaji Silabus

Secara umum, untuk setiap materi pokok pada setiap silabus terdapat 4 KD sesuai dengan aspek KI (sikap kepada Tuhan,

sikap diri dan terhadap lingkungan, pengetahuan, dan keterampilan). Untuk mencapai 4 KD tersebut, di dalam silabus dirumuskan kegiatan peserta didik secara umum dalam

pembelajaran berdasarkan standar proses. Kegiatan peserta didik ini merupakan rincian dari eksplorasi, elaborasi, dan

konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengolah dan mengkomunikasikan. Kegiatan inilah yang harus dirinci lebih lanjut di dalam RPP, dalam bentuk

langkah-langkah yang dilakukan guru dalam pembelajaran, yang membuat peserta didik aktif belajar. Pengkajian terhadap

silabus juga meliputi perumusan indikator KD dan penilaiannya.

b. Mengidentifikasi Materi Pembelajaran

Mengidentifikasi materi pembelajaran yang menunjang pencapaian KD dengan mempertimbangkan:

1) potensi peserta didik;

2) relevansi dengan karakteristik daerah,

3) tingkat perkembangan fisik, intelektual, emosional, sosial,

dan spritual peserta didik;

4) kebermanfaatan bagi peserta didik;

5) struktur keilmuan;

6) aktualitas, kedalaman, dan keluasan materi pembelajaran;

7) relevansi dengan kebutuhan peserta didik dan tuntutan

lingkungan; dan

8) alokasi waktu.

c. Menentukan Tujuan

Tujuan dapat diorganisasikan mencakup seluruh KD atau diorganisasikan untuk setiap pertemuan. Tujuan mengacu pada indikator, paling tidak mengandung dua aspek: Audience

(peserta didik) dan Behavior (aspek kemampuan).

d. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran

Kegiatan pembelajaran dirancang untuk memberikan pengalaman belajar yang melibatkan proses mental dan fisik

melalui interaksi antar peserta didik, peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya dalam rangka pencapaian KD. Pengalaman belajar yang dimaksud dapat

terwujud melalui penggunaan pendekatan pembelajaran yang

Page 93: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-41-

bervariasi dan berpusat pada peserta didik. Pengalaman belajar memuat kecakapan hidup yang perlu dikuasai peserta didik.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mengembangkan kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan pembelajaran disusun untuk memberikan bantuan

kepada para pendidik, khususnya guru, agar dapat melaksanakan proses pembelajaran secara profesional.

2) Kegiatan pembelajaran memuat rangkaian kegiatan manajerial yang dilakukan guru, agar peserta didik dapat melakukan kegiatan seperti di silabus.

3) Kegiatan pembelajaran untuk setiap pertemuan merupakan skenario langkah-langkah guru dalam membuat peserta didik aktif belajar. Kegiatan ini diorganisasikan menjadi

kegiatan: Pendahuluan, Inti, dan Penutup. Kegiatan inti dijabarkan lebih lanjut menjadi rincian dari kegiatan

eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi, yakni: mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasikan, dan mengkomunikasikan. Untuk pembelajaran yang bertujuan

menguasai prosedur untuk melakukan sesuatu, kegiatan pembelajaran dapat berupa pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peniruan oleh peserta didik, pengecekan dan

pemberian umpan balik oleh guru, dan pelatihan lanjutan.

e. Penjabaran Jenis Penilaian

Di dalam silabus telah ditentukan jenis penilaiannya. Penilaian pencapaian KD peserta didik dilakukan berdasarkan indikator. Penilaian dilakukan dengan menggunakan tes dan nontes

dalam bentuk tertulis maupun lisan, pengamatan kinerja, pengukuran sikap, penilaian hasil karya berupa tugas, proyek

dan/atau produk, penggunaan portofolio, dan penilaian diri. Oleh karena pada setiap pembelajaran peserta didik didorong untuk menghasilkan karya, maka penyajian portofolio

merupakan cara penilaian yang harus dilakukan untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah.

Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh,

menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan

berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merancang penilaian

yaitu sebagai berikut:

1) Penilaian diarahkan untuk mengukur pencapaian

kompetensi yaitu KD-KD pada KI-3 dan KI-4.

2) Penilaian menggunakan acuan kriteria; yaitu berdasarkan apa yang bisa dilakukan peserta didik setelah mengikuti

proses pembelajaran, dan bukan untuk menentukan posisi seseorang terhadap kelompoknya.

3) Sistem yang direncanakan adalah sistem penilaian yang

berkelanjutan. Berkelanjutan dalam arti semua indikator ditagih, kemudian hasilnya dianalisis untuk menentukan KD

yang telah dimiliki dan yang belum, serta untuk mengetahui kesulitan peserta didik.

Page 94: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-42-

4) Hasil penilaian dianalisis untuk menentukan tindak lanjut. Tindak lanjut berupa perbaikan proses pembelajaran

berikutnya, program remedi bagi peserta didik yang pencapaian kompetensinya di bawah ketuntasan, dan program pengayaan bagi peserta didik yang telah memenuhi

ketuntasan.

5) Sistem penilaian harus disesuaikan dengan pengalaman

belajar yang ditempuh dalam proses pembelajaran. Misalnya, jika pembelajaran menggunakan pendekatan tugas observasi lapangan maka evaluasi harus diberikan baik pada proses

misalnya teknik wawancara, maupun produk berupa hasil melakukan observasi lapangan.

f. Menentukan Alokasi Waktu

Penentuan alokasi waktu pada setiap KD didasarkan pada jumlah minggu efektif dan alokasi waktu matapelajaran per

minggu dengan mempertimbangkan jumlah KD, keluasan, kedalaman, tingkat kesulitan, dan tingkat kepentingan KD. Alokasi waktu yang dicantumkan dalam silabus merupakan

perkiraan waktu rerata untuk menguasai KD yang dibutuhkan oleh peserta didik yang beragam. Oleh karena itu, alokasi tersebut dirinci dan disesuaikan lagi di RPP.

g. Menentukan Sumber Belajar

Sumber belajar adalah rujukan, objek dan/atau bahan yang

digunakan untuk kegiatan pembelajaran, yang berupa media cetak dan elektronik, nara sumber, serta lingkungan fisik, alam, sosial, dan budaya.

D. Proses pembelajaran

Tahap kedua dalam pembelajaran menurut standar proses yaitu

pelaksanaan pembelajaran yang meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk

mengikuti proses pembelajaran;

b. mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang sudah dipelajari dan terkait dengan materi yang akan dipelajari;

c. mengantarkan peserta didik kepada suatu permasalahan atau tugas yang akan dilakukan untuk mempelajari suatu materi dan menjelaskan tujuan pembelajaran atau KD yang akan

dicapai; dan

d. menyampaikan garis besar cakupan materi dan penjelasan

tentang kegiatan yang akan dilakukan peserta didik untuk menyelesaikan permasalahan atau tugas.

2. Kegiatan Inti

Kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan, yang dilakukan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk secara aktif menjadi pencari informasi, serta memberikan ruang

Page 95: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-43-

yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis

peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan matapelajaran, yang meliputi

proses observasi, menanya, mengumpulkan informasi, asosiasi, dan komunikasi. Untuk pembelajaran yang berkenaan dengan KD

yang bersifat prosedur untuk melakukan sesuatu, guru memfasilitasi agar peserta didik dapat melakukan pengamatan terhadap pemodelan/demonstrasi oleh guru atau ahli, peserta

didik menirukan, selanjutnya guru melakukan pengecekan dan pemberian umpan balik, dan latihan lanjutan kepada peserta didik.

Dalam setiap kegiatan guru harus memperhatikan kompetensi yang terkait dengan sikap seperti jujur, teliti, kerja sama, toleransi,

disiplin, taat aturan, menghargai pendapat orang lain yang tercantum dalam silabus dan RPP. Cara pengumpulan data sedapat mungkin relevan dengan jenis data yang dieksplorasi,

misalnya di laboratorium, studio, lapangan, perpustakaan, museum, dan sebagainya. Sebelum menggunakannya peserta didik harus tahu dan terlatih dilanjutkan dengan menerapkannya.

Berikutnya adalah contoh aplikasi dari kelima kegiatan belajar (learning event) yang diuraikan dalam tabel 1 di atas.

a. Mengamati

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka secara luas dan

bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk

melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek.

b. Menanya

Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara

luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan

pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak.

Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik.

Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta

didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri.

Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui

kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan.

Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan

Page 96: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

-44-

guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.

c. Mengumpulkan dan mengasosiasikan

Tindak lanjut dari bertanya adalah menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui

berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang

lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi.

Informasi tersebut menjadi dasar bagi kegiatan berikutnya

yaitu memeroses informasi untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi dan bahkan mengambil berbagai

kesimpulan dari pola yang ditemukan.

d. Mengkomunikasikan hasil

Kegiatan berikutnya adalah menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut

disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru bersama-sama dengan peserta didik dan/atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran,

melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram, memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran,

merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau

memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik, dan menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Perlu diingat, bahwa KD-KD diorganisasikan ke dalam empat KI. KI-1 berkaitan dengan sikap diri terhadap Tuhan Yang Maha Esa. KI-2 berkaitan dengan karakter diri dan sikap sosial. KI-3 berisi

KD tentang pengetahuan terhadap materi ajar, sedangkan KI-4 berisi KD tentang penyajian pengetahuan. KI-1, KI-2, dan KI-4

harus dikembangkan dan ditumbuhkan melalui proses pembelajaran setiap materi pokok yang tercantum dalam KI-3, untuk semua matapelajaran. KI-1 dan KI-2 tidak diajarkan

langsung, tetapi indirect teaching pada setiap kegiatan pembelajaran.

Page 97: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

1

1. Uraian Materi

Acuan penilaian pada kurikulum 2013 adalah berbasis kriteria. Hal ini berarti bahwa penilaian

didasarkan pada ketuntasan pencapaian kompetensi yang telah ditetapkan. Kriteria paling rendah

untuk menyatakan siswa mencapai ketuntasan dinamakan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat pencapaian kompetensi yang dinyatakan dengan

angka maksimal 100 (seratus). Ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu

kompetensi dasar berkisar antara 0-100%. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator

75%. Sekolah harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat

kemampuan rata-rata peserta didik serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan

pembelajaran. Sekolah diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secara terus menerus

untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal (BSNP, 2006). Angka maksimal 100 merupakan kriteria

ketuntasan ideal. Target ketuntasan secara nasional diharapkan mencapai minimal 75. Sekolah dapat

memulai dari kriteria ketuntasan minimal di bawah target nasional kemudian ditingkatkan secara

bertahap.

Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai ukuran untuk mencapai ketuntasan

kompetensi dasar dan standar kompetensi dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal pada

setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa ( Pusat

Kurikulum, 2008 ).

1. Kompleksitas. Kompleksitas merupakan kesulitan/ kerumitan setiap indikator, kompetensi dasar,

dan standar kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

Suatu indikator dikatakan memiliki tingkat kompleksitast inggi, apabila untuk mencapai

ketuntasan belajar didukung oleh sekurang-kurangnya satu dari sejumlah kondisi sebagai berikut:

a. segi guru: (1) guru yang memahami dengan benar kompetensi yang harus dibelajarkan pada

siswa; (2) guru yang kreatif dan inovatif dengan metode pembelajaran yang bervariasi; (3) guru

yang menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai bidang yang diajarkan;

b. segi siswa: (1) siswa yang memiliki kemampuan penalaran tinggi ; (2) siswa yang cakap/

terampil menerapkan konsep; (3) siswa yang cermat, kreatif dan inovatif dalam penyelesaian

tugas/ pekerjaan;

c. segi waktu: membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memahami materi tersebut karena

memiliki tingkat kesulitan dan kerumitan yang tinggi, sehingga dalam proses pembelajarannya

memerlukan pengulangan/ latihan;

Contoh 1.

SK2. : Memahami hukum-hukum dasar kimia dan penerapannya dalam

Perhitungan kimia (stoikiometri).

KD2.2. : Membuktikan dan mengkomunikasikan berlakunya hukum-hukum dasar kimia

melalui percobaan serta menerapkan konsep Mol dalam menyelesaikan perhitungan

kimia.

Indikator : Menentukan pereaksi pembatas dalam suatu reaksi.

5. PENENTUAN KRITERIA KETUNTASAN MINIMAL (KKM)

Prayitno
Highlight
Page 98: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

2

Indikator ini memiliki kompleksitas yang tinggi, karena untuk menentukan pereaksi pembatas

diperlukan beberapa tahap pemahaman/ penalaran peserta didik dalam perhitungan kimia.

Contoh2.

KI 3. : Memahami struktur atom, sifat-sifat periodik unsur, dan ikatan kimia

KD : Memahami struktur atom berdasarkan teori atom Bohr, sifat-sifat unsur, massa atom

relatif, dan sifat-sifat periodik unsur dalam tabel periodik serta menyadari

keteraturannya, melalui pemahaman konfigurasi elektron

Indikator : Menentukan konfigurasi elektron berdasarkan tabel periodik atau nomor atom unsur.

Indikator ini memiliki kompleksitas yang rendah karena tidak memerlukan tahapan berpikir/

penalaran yang tinggi.

2. Daya dukung. Daya dukung merupakan kemampuan sumber daya pendukung dalam

penyelenggaraan pembelajaran pada masing-masing sekolah. Sebagai contoh (a) sarana dan

prasarana pendidikan yang sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus dicapai peserta didik

seperti perpustakaan, laboratorium, dan alat/ bahan untuk proses pembelajaran; (b) ketersediaan

tenaga, manajemen sekolah, dan kepedulian stakeholders sekolah.

Contoh:

KI 3. : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang

mempengaruhinya dengan melakukan percobaan, serta penerapannya dalam

kehidupan sehari-hari dan industri

KD : Menjelaskan keseimbangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran arah

keseimbangan dengan melakukan percobaan

Indikator : Menyimpulkan pengaruh perubahan suhu, konsentrasi, tekanan, dan volume pada

pergeseran keseimbangan melalui percobaan.

Daya dukung untuk Indikator ini tinggi apabila sekolah mempunyai sarana prasarana yang cukup

untuk melakukan percobaan, dan guru mampu menyajikan pembelajaran dengan baik. Tetapi daya

dukungnya rendah apabila sekolah tidak mempunyai sarana untuk melakukan percobaan atau guru

tidak mampu menyajikan pembelajaran dengan baik.

3. Intake siswa. Intake siswa merupakan tingkat kemampuan (intake) rata-rata siswa di sekolah

yang bersangkutan. Penetapan intake dikelas X dapat didasarkan pada hasil seleksi pada saat

penerimaan siswa baru, nilai ujian nasional/ Sekolah, rapor SMP, tes seleksi masuk atau psikotes,

sedangkan penetapan intake di kelas XI dan XII berdasarkan kemampuan peserta didik di kelas

sebelumnya.

Contoh penetapan KKM

Tahap awal untuk memudahkan analisis setiap indikator, perlu dibuat skala penilaian yang

disepakati oleh guru mata pelajaran.

Contoh:

Page 99: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

3

Aspek Kriteria penskoran

Tingkatan Poin Skala

1.Kompleksitas Tinggi 1 50 - 64

Sedang 2 65 - 79

Rendah 3 80 -100

2.Daya dukung Tinggi 3 80 -100

Sedang 2 65 - 79

Rendah 1 50 - 64

3.Intake siswa Tinggi 3 80 -100

Sedang 2 65 - 79

Rendah 1 50 - 64

Jika indikator memiliki kriteria kompleksitas rendah, daya dukung sedang dan

intake siswa sedang, maka nilai KKM-nya adalah:

Cara 1.

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 78.

Cara 2.

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka nilai KKM-nya adalah 77.

Contoh Penentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) tiap KD dan Indikator

Mata Pelajaran : KIMIA

Kelas/ Semester : X/2

Kompetensi : Memahami sifat-sifat larutan non-elektrolit dan elektrolit, serta reaksi

oksidasi-reduksi

Kompetensi dasar/ Indikator

Kriteria Pencapaian

Ketuntasan Belajar siswa

(KD/ Indikator)

KKM

Komplek-

sitas

Daya

dukung

Intake Teori Praktik

3.1. Mengidentifikasi sifat larutan

non-elektrolit dan elektrolit

berdasarkan data hasil percobaan

a.Menyimpulkan gejala-gejala

hantaran arus listrik dalam

berbagai larutan berdasarkan

hasil pengamatan.

b.Mengelompokkan larutan

ke dalam larutan elektrolit dan

non elektrolit berdasarkan sifat

hantaran listriknya.

Rendah

(80)

Sedang

(70)

Tinggi

(85)

Tinggi

(85)

Sedang

(70)

Sedang

(70)

74

78,33

75,00

74

3 + 2 + 2

------------ x 100 = 77,8

9

85 + 70 + 65

---------------- = 76,7

3

Page 100: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

4

c.Menjelaskan penyebab kemampuan larutan elektrolit

menghantarkan arus listrik.

d.Menjelaskan bahwa larutan

elektrolit dapat berupa senyawa

ion dan senyawa kovalen polar

Tinggi (55)

Tinggi

(60)

Tinggi (85)

Tinggi

(85)

Sedang (70)

Sedang

(70)

70,00

71,66

Nilai KKM KD = (78,33+ 75,00 + 70,00 + 71,66 ) : 4 = 73.74

Nilai KKM merupakan angka bulat, maka harga 73.74 dibulatkan menjadi 74

Hasil penetapan KKM oleh guru atau kelompok guru mata pelajaran disahkan oleh kepala

sekolah untuk dijadikan patokan guru dalam melakukan penilaian. KKM yang ditetapkan

disosialisaikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu siswa, orang tua, dan dinas

pendidikan. KKM dicantumkan dalam LHB pada saat hasil penilaian dilaporkan kepada orang

tua/wali siswa.Setelah dilakukan penetapan KKM, maka perlu dianalisis untuk mengetahui tingkat

ketercapaian KKM yang telah ditetapkan. Analisis ini dilakukan berdasarkan hasil pengolahan data

perolehan nilai setiap siswa per mata pelajaran. Hasil analisis ini bermanfaat untuk (1) menentukan

apakah siswa telah mencapai KKM dan dapat melanjutkan mengikuti pembelajaran KD berikutnya

atau siswa belum mencapai KKM dan masih memerlukan analisis diagnostik oleh guru sebagai dasar

pemberian remedial, (2) memperoleh umpan balik bagi guru dalam rangka perbaikan kualitas

pembelajaran,

(3) bahan pertimbangan penetapan KKM pada semester atau tahun pembelajaran berikutnya.

PEMANFAATAN HASIL PENILAIAN

Penilaian hasil belajar memberikan informasi pencapaian kompetensi siswa yang dapat

digunakan diantaranya untuk (1) perbaikan (remedial) bagi siswa yang belum mencapai KKM, (2)

pengayaan bagi siswa yang mencapai KKM lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan

program dan proses pembelajaran, (4) pelaporan (wali murid, komite sekolah, masyarakat), dan (5)

penentuan kenaikan kelas (Pusat kurikulum, 2008). Remedial diberikan kepada siswa yang belum

mencapai kriteria ketuntasan belajar. Kegiatannya dapat berupa tatap muka dengan guru atau diberi

kesempatan untuk belajar sendiri, kemudian dilakukan penilaian dengan cara menjawab pertanyaan,

membuat rangkuman pelajaran, atau mengerjakan tugas. Waktu remedial diatur berdasarkan

kesepakatan antara siswa dengan guru yang dapat dilaksanakan pada saat atau di luar jam

pembelajaran.

Kegiatan pengayaan diberikan pada siswa yang memiliki penguasaan lebih cepat

dibandingkan siswa lainnya, atau siswa yang mencapai ketuntasan belajar ketika sebagian besar

siswa yang lain belum. Siswa yang berprestasi baik perlu mendapat pengayaan, agar dapat

mengembangkan potensi secara optimal. Salah satu kegiatan pengayaan adalah memberikan materi

tambahan, latihan tambahan atau tugas individual yang bertujuan untuk memperkaya kompetensi

yang telah dicapai siswa. Pengayaan dapat dilaksanakan setiap saat baik pada atau di luar jam efektif

dan hasilnya dapat digunakan untuk menambah nilai siswa. Program akselerasi dapat diberikan

pada siswa yang secara konsisten selalu mencapai kompetensi lebih cepat.

Hasil penilaian dapat juga dimanfaatkan guru untuk perbaikan program dan kegiatan

pembelajaran. Misalnya, guru dapat mengambil keputusan dengan cepat untuk memberikan bantuan

kepada kelas dalam mencapai kompetensi yang telah ditargetkan dalam kurikulum, atau guru harus

mengulang pelajaran dengan mengubah strategi pembelajaran, dan memperbaiki program

pembelajarannya. Oleh karena itu, program yang telah dirancang, strategi pembelajaran yang telah

disiapkan, dan bahan yang telah disiapkan perlu dievaluasi, direvisi, atau mungkin diganti apabila

Page 101: Bab 2. Kebijakan Pemerintah Dalam Penilaian Pendidikan

5

ternyata tidak efektif dalam membantu siswa mencapai penguasaan kompetensi. Perbaikan program

tidak perlu menunggu sampai akhir semester, karena bila dilakukan pada akhir semester bisa saja

perbaikan itu akan sangat terlambat. Hasil penilaian dapat digunakan oleh kepala sekolah untuk

menilai kinerja guru dan tingkat keberhasilan siswa.

Salah satu unsur penting dalam manajemen berbasis sekolah adalah partisipasi masyarakat,

transparansi dan akuntabilitas publik. Atas dasar itu, laporan kemajuan hasil belajar siswa dibuat

sebagai pertanggungjawaban lembaga sekolah kepada wali murid, komite sekolah, masyarakat, dan

instansi terkait lainnya. Laporan tersebut merupakan sarana komunikasi dan kerja sama antara

sekolah, orang tua, dan masyarakat yang bermanfaat baik bagi kemajuan belajar siswa maupun

pengembangan sekolah. Laporan prestasi mata pelajaran, berisi informasi tentang pencapaian

kompetensi yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Selain itu hasil penilaian yang merupakan

gambaran pencapaian kemampuan siswa dalam satu semestar digunakan juga untuk mengisi nilai

pada rapor dan kenaikan kelas.

Rangkuman

1. Kriteria ketuntasan minimal ditetapkan oleh satuan pendidikan berdasarkan hasil musyawarah guru

mata pelajaran di satuan pendidikan atau beberapa sekolah (misalnya yang tergabung dalam MGMP) yang memiliki karakteristik yang hampir sama.

2. Penetapan nilai kriteria ketuntasan minimal (KKM) sebagai ukuran untuk mencapai ketuntasan

kompetensi dasar dan standar kompetensi dilakukan melalui analisis ketuntasan belajar minimal

pada setiap indikator dengan memperhatikan kompleksitas, daya dukung, dan intake siswa.

3. Kriteria ketuntasan menunjukkan persentase tingkat penguasaan kompetensi sehingga dinyatakan

dengan angka maksimal 100 (seratus), yang merupakan penguasaan 100% terhadap kompetensi.

4. Penilaian hasil belajar memberikan informasi pencapaian kompetensi siswa yang dapat digunakan

untuk (1) perbaikan (remedial) bagi siswa yang belum mencapai KKM, (2) pengayaan bagi siswa

yang mencapai KKM lebih cepat dari waktu yang disediakan, (3) perbaikan program dan proses

pembelajaran, (4) pelaporan (wali murid, komite sekolah, masyarakat), dan (5) penentuan kenaikan

kelas

Tugas

1. Jelaskan cara menyusun KKM!

2. Seorang siswa dapat menjawab dengan benar 25 soal dari 40 soal tes. Diketahui bahwa 40 soal

tersebut indikator dari 1 KD. Bagaimana ketuntasan jika ditentukan batas minimal ketuntasan

adalah 75%?

3. Tentukan KKM dari KD yang telah Anda kembangkan indikatornya!

a. Berapa KKM jika kondisi sekolah cukup baik dan siswa memiliki prestasi yang baik

b. Berapa KKM jika kondisi sekolah optimal dan prestasi siswa optimal.