Upload
blvck29
View
237
Download
3
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Konsep Penyakit
Citation preview
BAHAN AJAR.02.Epid.Bid
KONSEP PENYEBAB PENYAKIT
Disusun Oleh :
Murwati, SKM, M.Kes.Epid
POLITEKNIK KEMENTERIAN KESEHATAN SURAKARTA
JURUSAN KEBIDANAN KLATEN
2013
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 1
A. Mata Kuliah : Epidemiologi
B. Semester : IV
C. Metode : Kelas dan Belajar mandiri
D. Waktu : Kelas : 3 X 50 menit
Kompetensi Dasar : Pada bab ini mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan konsep
penyebab penyakit berbagai model .
1. Model The epidemiologic triangle/triads(segitiga epidemiologi)
2. The web of causation (jaring-jaring sebab akibat)
3. The wheel (roda).
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 2
A. SEGITIGA EPIDEMIOLOGI ( The Epidemiologic Triagle)
Gordon pada tahun 1950 menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit
pada manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yakni:
1. Agen Penyakit
Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan faktor mekanis.
Kadang- kadang untuk penyakit tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti
penyakit ulkus peptikum, coronary hearts dan lain-lain. Agen penyakit dapat
diklasifikasikan menjadi lima kelompok yaitu :
a. Agen Biologis, misalnya : Virus, bakteri, fungi, riketsia, protozoa dan
metazoa
b. Agen nutrien, misalnya : Protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, dan
air
c. Agen fisik, misalnya : Panas, radiasi, dingin, kelembaban, tekanan
d. Agen chemis, misalnya : Dapat bersifat endogenous seperti asidosis, diabetes
(hiperglikemia), uremia, dan eksogenous seperti zat kimia, alergen, gas,
debu, dan lain-lain.
e. Agen Mekanis, misalnya : Gesekan, benturan, pukulan yang dapat
menimbulkan kerusakan jaringan tubuh.
2. Host (Pejamu)
Adalah semua faktor yang terdapat pada diri manusia yang dapat
mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit. Faktor tersebut
banyak macamnya antara lain :
a. Umur
Angka kesakitan dan kematian dalam hampir semua keadaan
menunjukkan hubungan dengan umur. Keadaan ini berkaitan dengan :
1) Fungsi dari proses umur, perkembangan, immunitas, dan keadaan
fisiologis.
2) Perubahan kebiasaan makan dari tiap-tiap golongan umur atau dengan
perjalanan waktu
3) Perubahan daya tahan tubuh
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 3
4) Penyakit-penyakit tertentu yang menyerang umur-umur tertentu seperti
penyakit smallpox pada anak-anak, penyakit kanker pada usia
pertengahan, dan penyakit artelosklerosis pada usia lanjut.
b. Jenis Kelamin
Dari berbagai penelitian menunjukkan bahwa adanya penyakit-penyakit
yang menyerang jenis kelamin tertentu. Misalnya pada perempuan seperti,
kanker payudara, risiko kehamilan dan penyakit hipertrifi prostat hanya
dijumpai pada laki-laki. Perbedaan faktor ini sangat dipengaruhi oleh :
1) Faktor dari dalam diantaranya adalah :
(a) Keturunan (herediter)
(b) Perbedaan hormonal
2) Faktor dari luar diantaranya adalah:
(a) Perokok
(b) Peminum alkohol
(c) Pekerja berat
(d) Pekerjaan-pekerjaan yang berbahaya
c. Ras
Hubungan antara ras dengan penyakit berkaitan dengan kebiasaan
makan, susunan genetika, gaya hidup, perkembangan adat-istiadat dan
kebudayaan, sehingga terdapat penyakit yang hanya dijumpai pada ras
tertentu seperti sikle cell anemia pada ras negro.
d. Genetik
Ada penyakit tertentu yang diturunkan secara hederiter seperti:
mongolism, fenilketonuria, buta warna, hemofilia, dan lain-lain
e. Pekerjaan
Jenis pekerjaan tertentu mempunyai hubungan erat dengan penyakit
tertentu, diantaranya adalah:
1) Faktor lingkungan yang berhubungan dengan penyakit, misalnya bahan
kimia, gas-gas beracun, benda-benda fisik yang menimbulkan
kecelakaan antara lain silikosis, asbestosis dan lain-lain.
2) Situasi pekerjaan yang penuh dengan stress,misalnya ulkus peptikum,
hipertensi dan sebagainya.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 4
f. Status kekebalan
Reaksi tubuh terhadap penyakit tergantung dari status kekebalan yang
dimiliki sebelumnya, seperti kekebalan terhadap penyakit virus yang tahan
lama dan seumur hidup.
g. Kebiasaan hidup
Seseorang yang terbiasa hidup kurang bersih, tentunya lebih mudah
terkena penyakit infeksi, dan seseorang dengan gaya hidup sedentary (tidak
banyak gerak), akan lebih mudah terkena risiko penyakit-penyakit
degeneratif.
h. Penghasilan
Penghasilan akan erat kaitannya dengan kemampuan orang untuk
memenuhi kebutuhan gizi, perumahan yang sehat, pakaian dan kebutuhan
lain, yang berkaitan dengan pemeliharaan kesehatan.
i. Status perkawinan
Dari penelitian-penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara angka
kesakitan dan angka kematian dengan status perkawinan, kematian yang
lebih tinggi bagi orang yang tidak kawin, keadaan ini disebabkan karena :
1) Orang-orang yang tidak kawin kebanyakan kurang sehat.
2) Orang-orang yang tidak kawin lebih banyak berhubungan dengan
penyebab penyakit
3) Perbedaan-perbedaan dalam gaya hidup.
3. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah agregat dari seluruh kondisi dan pengaruh-pengaruh luar
yang mempengaruhi kehidupan dan perkembangan suatu organisasi.
Lingkungan hdup manusia pada dasarnya terdiri dari dua bagian, yaitu
lingkungan hidup internal berupa keadaan yang dinamis dan seimbang yang
disebut homeostatis, dan lingkungan hidup eksternal di luar tubuh manusia yang
terdiri dari tiga komponen yaitu :
a. Lingkungan fisik
Bersifat abiotik atau benda mati seperti udara, tanah, cuaca, makanan,
sinar, radiasi dan lain-lain. Lingkungan fisik ini berinteraksi secara konstan
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 5
dengan manusia sepanjang waktu dan masa, serta memegang peranan penting
dalam proses terjadinya penyakit pada masyarakat.
b. Lingkungan non fisik
Yaitu lingkungan yang muncul sebagai akibat adanya interaksi antar
manusia, antara lain faktor sosial budaya, norma, nilai dan adat istiadat.
Peranan lingkungan dalam menyebabkan timbul tidaknya penyakit dapat
bermacam-macam. Salah satunya sebagai reservoir yaitu tempat hidup yang
dipandang paling sesuai bagi penyakit. Dikenal dengan istilah environment
reservoir, jenis reservoir yang lain yaitu : human reservoir, animal reservoir,
anthropode reservoir.
Selain sebagai reservoir lingkungan juga dapat memberikan efek
terhadap kesehatan. Efek tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
Efek adalah respon umum suatu organisme terhadap pajanan, yang salah
satunya dapat berupa penyakit, dan dapat dibagi atas dua bagian, yaitu:
1) Stochastic Effect
Probabilitas (kemungkinan) terjadinya efek kesehatan baik bersifat
ringan sampai terberat, tergantung pada besarnya dosis agent yang
diabsorsi, namun demikian belum mempunyai batas ambang threshold.
Misalnya, carsinogenesis akibat radiasi tanpa melampaui nilai ambang
batas (NAB)
2) Non Stochastic Effect
Derajat tingkat keparahan yang ditimbulkan, tergantung pada
besarnya dosis agent yang diabsorsi, dan dapat ditentukan atau
ditemukan nilai ambang batas yang menyebabkan gangguan kesehatan.
Misalnya kerusakan lensa mata akibat radiasi gelombang
elektromagnetik.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 6
Berdasarkan manifestasinya, efek kesehatan yang timbul akibat faktor
lingkungan dapat dikelompokkan ke dalam 3 bagian, yakni:
1) Kelompok penderita akut
Penderita yang masuk kelompok ini jumlahnya relatif
sedikit, memiliki gejala yang jelas, dan membutuhkan tindakan yang
cepat dalam penanganan dan sering diklasifikasikan sebagai kecelakaan,
misalnya penderita keracunan pestisida dengan dosis besar, penderita
demam typus dll.
2) Kelompok penderita sub klinik
Jumlah penderita relatif banyak, memiliki gejala klinis yang tidak
jelas namun memiliki tanda (indikator) laboratorium yang jelas,
umumnya dihubungkan dengan penyakit yang diperoleh dari tempat
kerja. Misalnya keracunan pestisida tingkat sedang pada para petani,
anemia pada pekerja pompa bensin, meningkatnya kadar Pb dalam darah
para petugas polisi lalu lintas, dll.
3) Kelompok penderita dengan gejala samar
Jumlah penderita sangat banyak, dengan gejala-gejala yang tidak
khas baik secara klinis maupun laboratorik. Efek ini timbul akibat
pemajanan suatu bahan kimia dengan intensitas yang rendah (dosis yang
kecil) dan pemajanan yang cukup lama. Misalnya sekelompok orang
yang mengkonsumsi makanan yang mengandung pestisida, bahan
pewarna sintesis atau bahan pengawet dsb dengan dosis yang rendah.
Kelompok penderita ini dapat berkembang menjadi faktor penyebab
timbulnya gangguan kesehatan lainnya, contoh, terjadinya kanker
(carsinogenik).
Secara skematis distribusi penderita secara proporsional pada tiap-tiap
kategori dapat digambarkan sebagai bentuk piramida.
I. Kelompok penderita akut
II. Kelompok penderita sub klinis
III. Kelompok penderita samar
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 7
Untuk menentukan efek/kasus/penyakit tertentu diperlukan beberapa
kriteria yang jelas, menurut beberapa ahli antara lain :
1) Robert Koch
Menurut robert koch dalam teorinya yang dikenal sebagai postulat
dikemukakan bahwa untuk menentukan penyebab penyakit atau efek yang
bersumber dari suatu agent hidup, harus memenuhi kriteria sebagai berikut:
(a) Penyebab harus dapat ditemukan pada setiap kasus penderita
(b) Penyebab tersebut tidak didapatkan pada penyakit lain
(c) Penyebab tersebut harus dapat diisolasi dari penderita, dapat
dikembangbiakan secara murni, dan dapat menyebabkan penyakit yang
sama pada binatang percobaan.
(d) Penyebab tersebut harus dapat diisolasi kembali dari binatang yang sakit
tersebut.
2) Hill
Dalam epidemiologi seringkali diperlukan mencari penyebab sekaligus
efeknya yang belum pernah diketahui, oleh karena itru Hill mengemukakan
beberapa kriteria antara lain :
(a) Harus ada kekuatan asosiasi statistik yang kuat antara efek dengan potensial
agent. Dilihat dari risiko relatif atau estimasinya antar mereka yang
terpajan dengan yang tidak terpajan. Semakin kuat, semakin besar
kemungkinan ada hubungan kausal.
(b) Asosiasi tersebut konsisten yakni selalu ditemukan adanya hubungan
meskipun diteliti dengan desain yang berbeda pada populasi yang berbeda.
(c) Harus ada hubungan yang temporal antar penyebab dengan penyakit/efek,
atau sebab mendahului akibat.
(d) Dose-respon-relatioship : hubungan antara dosis dengan akibat yang
ditimbulkannya. Dosis dapat diukur dari besar atau lama pemajanan.
(e) Asosiasi tersebut harus spesifik: satu penyebab hanya menimbulkan satu
akibat
(f) Biological plausibility : asosiasi tersebut dapat diterangkan dengan proses
patologis yang diakui atau dapat diterima secara ilmiah.
(g) Coherent : sesuai dengan pengetahuan atau penelitian yang ada.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 8
(h) Experiment : hubungan yang ada dapat dilakukan dengan melakukan
intervensi
3) Evans
Menurut tokoh ini banyak gejala yang sama yang dapat ditimbulkan dari
berbagai penyebab, sehingga evans menambah beberapa kriteria yang ada
sebelumnya, yakni:
(a) Faktor preventif harus ada pada tubuh orang yang sehat.
(b) Faktor tersebut harus dapat diisolasi secara murni
(c) Bertambahnya faktor akan menambah pula kesehatan secara paralel
(d) Experimen pada suatu populasi dengan faktor preventif harus meningkatkan
kesehatan secara signifikan apabila dibandingkan dengan populasi kontrol.
(e) Pengurangan faktor preventif akan meningkatkan penderita
(f) Efek faktor dapat diukur dengan terjadinya penurunan morbiditas, mortalitas,
peningkatan usia harapan hidup, dan penurunan biaya pengoabatan.
Langkah selanjutnya adalah kasus diklasifikasikan ke dalam 3 kelompok,
yaitu:
1) Kelompok yang mungkin menunjukkan gejala/kasus
2) Kelompok yang mungkin sekali penderita
3) Kelompok yang secara definitif merupakan kasus, karena memenuhi semua
kriteria yang telah ditetapkan.
Misalnya seseorang mengalami sakit kepala, demam dan menggigil, dapat
dikelompokan sebagai kasus gejala malaria, dan apabila kasus ini mengalami
kesembuhan setelah dilakukan terapi malaria, maka kemungkinan besar ia
adalah penderita malaria, tetapi apabila ia ternyata mengandung parasit malaria
di dalam darahnya maka ia merupakan kasus definitif malaria. Secara historis,
dalam epidemiologi, umumnya digunakan kasus yang secara klinis sudah jelas.
Akan tetapi apabila ketelitian ingin dikembangkan secara mendalam lagi, maka
diagnosis ini perlu didukung oleh gambaran histologis (pemeriksaan
mikroskopis anatomi). Saat ini sudah dikembangkan gejala-gejala dini
perubahan fungsi dari yang normal menjadi tidak normal. Hal ini dirasa perlu,
untuk meningkatkan pencegahan, sehingga penyakit dapat terdeteksi sedini
mungkin.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 9
Secara klinis, efek kesehatan dapat digolongkan menjadi 2 bagian, yaitu:
1) Efek akut, dapat terjadi akibat pajanan dengan dosis yang tinggi dalam
jangka waktu yang singkat.
2) Efek kronis, terjadinya pajanan dengan dosis rendah dalam waktu yang
lama, pada efek kronis ini, pajanan tersebut tidak menimbulkan efek yang
nyata, tetapi hanya dapat diketahui apabila dilakukan pemeriksaan khusus
terhadap spesimen biologis.
Respon organisme terhadap pajanan sangat bervariasi dan biasanya
seringkali sulit untuk dibedakan, tergantung pada :
1) Susceptibel/vulnerable
Adalah tahapan dimana seseorang atau populasi yang mudah
menderita/tertular penyakit dalam kadar tertentu. Pada orang yang
hipersuseptibility, normal diharapkan efek tersebut muncul, tetapi dalam
pajanan dengan dosis yang rendah pada populasi yang khusus. Misalnya
kebanyakan orang tidak akan menderita sakit, tetapi bagi orang yang
susceptibility/vulnerable sudah menimbulkan dampak/gangguan kesehatan,
contohnya : pada masyarakat yang kurang gizi akan mudah terserang
penyakit infeksi, seperti TB Paru.
2) Hiper-reaktivity
Adalah reaksi tubuh yang berlebihan dari orang/kelompok masyarakat
tertentu terhadap lingkungan. Misal pada penderita asma, banyak yang hiper-
reaktif terhadap komponen pencemar, misalnya SO2, sehingga mengalami
sesak nafas.
3) Hipersensitif
Adalah cara tubuh yang menghadapi bahan/komponen lingkungan yang
berlebihan dengan mekanisme yang dimiliki dalam tubuh. Manifestasinya
adalah untuk menimbulkan suatu reaksi terhadap efek alergi yang mengikuti
terjadinya pajanan kembali menjadi suatu keadaan alergan setelah terpajan
pada keadaan yang sama.
4) Risiko tinggi
Jumlah frekuensi terkena efek yang tidak diinginkan yang timbul akibat
terpajan suatu polutan.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 10
Pengukuran efek kesehatan sebaiknya dilakukan sesuai standar,
menggunakan uji fisik/klinis, uji fisis, biokimia dan menggunakan angka
frekuensi dan atau mortalitas. Pengukuran dapat juga dilakukan dengan
menggunakan instrumen penelitian berupa kuisioner, dan uji berbagai fungsi
tubuh.
B. INTERAKSI ANTARA AGENT, HOST DAN ENVIRONMENT
Interaksi antara Agent, Host dan lingkungan dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Interaksi agent - environment
Keadaan dimana agent dipengaruhi secara langsung oleh lingkungan (tanpa
menghiraukan karakteristik dari host), umumnya pada periode prepatogenesa
yang seringkali dilanjutkan sampai pada tahap patogenesa. Keadaan tersebut
misalnya ketahanan dari suatu bakteri terhadap sinar matahari, stabilitas vitamin
di dalam lemari pendingin dan seterusnya.
2. Interaksi host - environment
Keadaan dimana suatu agent dipengaruhi oleh lingkungan (tanpa
menghiraukan faktor agent), terjadi pada saat prepatogenesa dan patogenesa.
Misalnya : kerentanan terhadap salah satu agent, ketersediaan fasilitas kesehatan
dan lain sebagainya.
3. Interaksi host- agent
Keadaan dimana salah satu agent telah berada di diri host, bermukim
dengan baik, berkembangbiak, dan mungkin telah menstimulasi respon dari
host, dengan timbulnya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis seperti demam,
perubahan jaringan dst, termasuk produksi zat-zat kekebalan atau mekanisme
pertahanan lainnya. Interaksi ini dapat berakhir dengan kesembuhan, gangguan
sementara, kematian, atau hilangnmya tanda-tanda dan gejala-gejala klinis tanpa
eliminasi dari agent (menjadi carier).
4. Interaksi agent-host-environment
Keadaan dimana agent, host, dan lingkungan saling mempengaruhi satu
dengan yang lainnya terhadap timbulnya proses penyakit, terjadi baik pada tahap
prepatogenesa maupun patogenesa. Misalnya pada kontaminasi feses dari
penderita tipus pada sumber air minum dst.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 11
Dari hal tersebut di atas terlihat bahwa interaksi Agent (bibit penyakit),
Host (pejamu) dan Environment (lingkungan) dalam menimbulkan penyakit
amat komplek dan majemuk. Ketiga faktor tersebut saling mempengaruhi,
dimana pejamu dan bibit penyakit saling berlomba untuk menarik kemungkinan
lingkungan. Untuk memberikan gambaran lebih lanjut mengenai hal ini.John
Gordon menggambarkan dengan timbangan keseimbangan. Disini pejamu dan
bibit penyakit berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan lingkungan
sebagai penumpunya. Seseorang disebut dalam kedaan sehat, jika tuas pejamu
berada dalam keadaan seimbang dengan tuas bibit penyakit. Sebaliknya bila
bibit penyakit lebih berhasil menarik keuntungan dari lingkungan, maka orang
tersebut berada dalam keadaan sakit.
Hubungan antara ketiga faktor ini secara sederhana dapat digambarkan
sebagai berikut:
Pejamu Bibit Penyakit
Lingkungan
Sehat. Dimana keadaan penjamu,
lingkungan dan bibit penyakit
dalam keseimbangan.
Pejamu
Bibit Penyakit
Lingkungan
Menderita penyakit karena daya
tahan pejamu berkurang.
Contoh : Peningkatan jumlah
anak yang rentan terhadap
campak.
Pejamu Bibit Penyakit
Lingkungan
Menderita penyakit karena
kemampuan bibit penyakit
meningkat. Contoh :
Mutasi avian influenza virus
Pejamu Bibit Penyakit
Lingkungan
Menderita penyakit karena
lingkungan berubah
Contoh : Akibat banjir banyak
terkena diare
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 12
Disamping itu John Gordon mengemukaan bahwa penyakit menular mengikuti
konsep ”Biologic Law” yaitu sebagai berikut :
1. Bahwa suatu penyakit timbul karena terjadi ketidakseimbangan antara agent
penyakit tersebut dengan host.
2. Bahwa keadaan keseimbangan tersebut tergantung pada sifat alami dan
karakteristik dari agent dan pejamu (secara individual maupun secara kelompok)
Berikut interaksinya yang secara langsung berhubungan dengan dan tergantung pada
keadaan alami dari lingkungan sosial, fisik, ekonomi dan juga lingkungan
biologis.
Adapun proses terjadinya penyakit menular karena interaksi antara
pejamu, agent dan lingkungan, meliputi 6 komponen, yaitu:
a Penyebab penyakit
Ada 6 golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis, yaitu:
(1) Protozoa
Binatang bersel satu yang dapat menimbulkan penyakit antara
lain malaria, disentri amuba dan lain-lain, memerlukan perkembangan di
luar tubuh manusia yang ditularkan melalui vektor.
(2) Metazoa
Jenis parasit jenis multiseluler yang menyebabkan penyakit
trikinosis, cacing tambang dan sebagainya, memerlukan perkembangan
di luar tubuh manusia, sehingga penularannya terjadi secara tidak
langsung.
(3) Bakteria
Merupakan tumbuh-tumbuhan bersel tunggal yang menyebabkan
bermacam-macam penyakit seperti TBC, Tipus abdominatis, miningitis
dan sebagainya. Berkembangbiak di lingkungan sekitar manusia, dapat
ditularkan dari orang ke orang atau mendapatkannya dari lingkungan
orang tersebut.
(4) Virus
Penyebab penyakit yang mempunyai ukuran yang sangat kecil,
dapat menimbulkan penyakit cacar, morbili, hepatitis, rabies dan
sebagainya. Penyakit tersebut umumnya ditularkan secara langsung.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 13
(5) Fungi (jamur)
Tumbuhan yang bersifat uniseluler maupun multiseluler yang
dapat menimbulkan penyakit seperti jamur kulit, histoplamosis,
blastomikosis. Reservoir dari penyakit jamur adalah tanah dan tidak
ditularkan langsung dari orang ke orang.
(6) Riketsia
Parasit yang sifatnya intraseluler dengan ukuran besar berada
diantara bakteri dan virus, sifatnya sama dengan virus, ia membutuhkan
sel hidup untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Misalnya penyakit
scrub tifus yang ditularkan oleh pinjal tikus.
Faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemampuan mikroorganisme untuk
menimbulkan penyakit adalah :
(1) Kerentanan pejamu
(2) Kemampuan mikroba untuk hidup dan berkembang biak
(3) Tingkat virulensinya
b Reservoir dari penyebab penyakit
Reservoir adalah habitat normal bagi agent penyebab penyakit dimana ia
hidup, berkembangbiak dan tumbuh dengan baik. Habitat tersebut dapat
berupa:
(1) Manusia
(2) Binatang
(3) Lingkungan (tumbuh-tumbuhan, tanah, air di lingkungan sekitar kita).
c Tempat keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari pejamu
Disebut juga dengan portal of exit. Yang dimaksudkan disini adalah cara
keluarnya dari reservoir manusia dan binatang, dapat melalui:
(a) Saluran pernafasan, seperti penyakit TBC, pilek atau influenza,
bronkopneumonia dan sebagainya
(b) Saluran pencernaan, seperti penyakit tifus abdominalis, kolera, desentri
hepatitis dan sebagainya
(c) Saluran perkemihan, seperti penyakit gonore, sifilis, leptospirosis dan
sebagainya
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 14
(d) Melalui kulit, seperti cacar, hepatitis serum melalui suntikan, gigitan
antropoda seperti demam berdarah.
d Cara trasmisi dari orang ke orang
Penularan penyakit dapat terjadi melalui 2 cara yaitu:
(1) Secara langsung
(2) Secara Tidak langsung
e Tempat masuknya penyebab penyakit tersebut ke pejamu yang baru
Tempat masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh manusia sama dengan
tempat keluarnya bibit penyakit yaitu melalui saluran pernafasan, saluran
pencernaan, saluran perkemihan, kulit dan sebagainya.
f Kerentanan pejamu
Kerentanan atau kepekaan pejamu terhadap penyakit sangat tergantung
kepada:
1) Faktor genetik (keturunan)
2) Daya tahan tubuh pejamu terhadap penyakit
3) Keadaan gizi
4) Pola hidup dan sebagainya.
C. KONSEP PENYEBAB GANDA DAN TUNGGAL
Timbulnya suatu penyakit karena salah satu unsur saja dikenal dengan istilah
penyebab tunggal (one causation of desease), namun dalam kenyataan sehari-hari,
dalam mempengaruhi timbulnya penyakit, unsur-unsur yang terdapat dalam 3 faktor
(host, agent, environment) memegang peranan yang amat penting, dan saling
mempengaruhi satu dengan lainnya, sehingga dalam kenyataannya penyebab
tersebut tidak hanya satu unsur saja, melainkan dapat sekaligus dari beberapa unsur
yang dikenal dengan istilah multiple causation of deseases (penyebab ganda).
D. JARING-JARING SEBAB AKIBAT (The Web of causation)
Konsep lain penyebab penyakit ditinjau dari aspek epidemiologi tidak
berdiri sendiri, tetapi merupakan suatu rangkaian atau jalinan dari berbagai
penyebab atau faktor risiko yang saling berhubungan satu dengan yang lain.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 15
Hubungan yang diperlihatkan bagaikan jaringan jala penyebab sehingga
populer dikenal dengan istilah web of causation.
Dengan demikian timbulnya suatu penyakit dapat dicegah atau dihentikan
dengan memotong mata rantai di berbagai faktor. Contoh dari penyebab penyakit
yang majemuk (multiple causation of deseases) dan rangkaian jala penyebab
penyakit (web of causation) dapat dilihat dalam bagan berikut ini:
1. Web of causation dari kurang gizi (model 1)
Pendidikan rendah pengetahuan gzi rendah
Konsumsi makanan
Tidak memadai
Produksi bahan
makanan rendah
Kemiskinan Penyakit kurang
Daya beli rendah Gizi
Fasilitas kesehatan kurang Kesehatan kurang Daya tahan
dan penyerapanzat gizi terganggu
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 16
2. Web of causation Kurang Gizi (model 1)
Pengangguran, inflasi, kurang pangan dan kemiskinan
Sumber : UNICEF (1988) DENGAN PENYESUAIAN
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 17
Makanan tidak seimbang Infeksi
Tidak cukup Persediaan pangan
Sanitasi dan air bersih/pelayanan kesehatan dasar tidak memadai
Kurang pendidikanPengetahuan dan
ketrampilan
Penyebab langsung
Kurang Gizi Dampak
Pola asuh anak tidak memadai
Kurangnya pemberdayaan wanita dan keluarga, kurang pemanfaatan
sumberdaya masyarakat
Krisis Ekonomi, Politik, dan Sosial
Penyebab tidak
langsung
Akar masalah
Pokok masalah di masyarakat
3. Web of causation dari penyakit Aids
Wanita
Faktor sosial ekonomi Faktor keluarga
Lapangan kerja terbatas Pergaulan bebas
Gaya hidup kota Ganti-ganti pasangan
Frustrasi
Pekerja seks
Penyakit AIDS
Laki-laki
Gambar Model Web of causation dari penyakit AIDS
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 18
Hubungan seksual
Iseng/hobi
E. THE WHEEL (model roda)
Model ini menggambarkan bahwa penyakit timbul akibat hubungan manusia dan
lingkungannya sebagai roda. Terlihat pada gambar berikut :
Gambar Model roda menggambarkan Hubungan manusia dengan lingkungan.
Terlihat pada gambar di atas, roda tersebut terdiri atas manusia dengan substansi
genetik pada bagian intinya, dan komponen lingkungan biologi, sosial, fisik
mengelilingi manusia. Ukuran komponen model roda bersifat relatif, tergantung
problem spesifik penyakit bersangkutan. Contoh : pada penyakit herediter
proporsi inti genetik relatif besar, sedang pada penyakit campak, status imunitas
penjamu serta lingkungan biologik lebih berperan daripada faktor genetik.
Peranaan lingkungan sosial lebih besar daripada yang lainnya pada stress
mental, dan peranan lingkungan biologis lebih besar daripada yang lainnya pada
penyakit malaria.
-oOo-
Kepustakaan :
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 19
LingkunganBiologis
Host
Inti genetik
Lingkungan sosial
Lingkungan Fisik
Chandra, Budiman,1996. Pengantar, Prinsip dan Metode Epidemiologi. Jakarta : EGC.
Murti, Bhisma. 1997. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Notoatmojo, Soekidjo,1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Rineka Cipta.
Soemirat, Juli. 2000. Epidemiologi Lingkungan. Yogyakarta : Gadjahmada University Press.
Sutrisna, Bambang.1986. Pengantar Metoda Epidemilogi. Jakarta ; Binarupaaksara.
Materi Epidemiologi – Program Diploma- Poltekkes Kemenkes Ska Hal- 20