56
18 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 SEJARAH EROGONOMI Istilah ergonomi mulai dikenal pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas yang berkenaan dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun sebelumnya. Beberapa kejadian penting mengenai ergonomi diilustrasikan sebagai berikut ( Eko,2003 ) : C.T. Thackrah, England, 1831. Thackrah adalah serorang dokter dari Inggris (england0 yang meneruskan pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman yang dirasakan oleh para operator di tempat kerja. Ia mengamati postur tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

18

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 SEJARAH EROGONOMI

Istilah ergonomi mulai dikenal pada tahun 1949, akan tetapi aktivitas

yang berkenaan dengan ergonomi telah bermunculan puluhan tahun

sebelumnya. Beberapa kejadian penting mengenai ergonomi diilustrasikan

sebagai berikut ( Eko,2003 ) :

C.T. Thackrah, England, 1831.

Thackrah adalah serorang dokter dari Inggris (england0 yang meneruskan

pekerjaan dari seorang Italia bernama Ramazzini, dalam serangkaian

kegiatan yang berhubungan dengan lingkungan kerja yang tidak nyaman

yang dirasakan oleh para operator di tempat kerja. Ia mengamati postur

tubuh pada saat bekerja sebagai bagian dari masalah kesehatan. Pada saat

itu Thackrah mengamati seorang penjahit yang bekerja dengan posisi dan

dimensi kursi-meja yang kurang sesuai secara anthropometri, serta

pencahayaan yang tidak ergonomis sehingga mengakibatkan

membungkuknya badan dan iritasi indera penglihatan. Disamping itu juga

mengamati para pekerja yang berada pada lingkungan kerja dengan

Page 2: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

19

temperatur tinggi, kurangnya ventilasi, jam kerja yang panjang, dan

gerakan kerja yang berulang-ulang.

F. W. Taylor, USA, 1898

Frederick W. Taylor adalah seorang insinyur Amerika yang menerapkan

metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik dalam melakukan suatu

pekerjaan. Beberapa metodenya merupakan konsep ergonomi dan

manajemen modern.

F. B. Gilberth, USA, 1911

Gilberth juga mengamati dan mengoptimasi metode kerja, dalam hal ini

lebih mendetail dalam Analisa Gerakan dibandingkan dengan taylor.

Dalam bukunya Motion Study yang diterbitkan pada tahun 1911 ia

menunjukkan bagaimana postur membungkuk dapat diatasi dengan

mendesain suatu system kerja yang dapat naik-turun.

Badan Penelitian untuk kelelahan Industri (Industrial Fatigue Research

Board), England, 1918.

Badan ini didirikan sebagai penyelesaian masalah yang terjadi di pabrik

amunisi pada Perang Dunia Pertama. Mereka menunjukan bagaimana

output setiap harinya meningkat dengan jam kerja per hari-nya yang

menurun. Disamping itu, mereka juga mengamati waktu siklus optimum

untuk system kerja berulang dan menyarankan adanya variasi dan rotasi

jabatan.

Page 3: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

20

E. Mayo dan teman-temannya, USA, 1993

Elton Mayo seorang warga negara Australia, memulai beberapa studi di

suatu Perusahaan Listrik yaitu Western Electric Company, Hawthorne,

Chicago. Tujuan studinya adalah mengkuantifikasi pengaruh dari variable

fisik seperti pencahayaan dan lamanya waktu istirahat terhadap faktor

efisiensi dari para operator kerja pada unit perakitan.

Perang Dunia Kedua, England dan USA.

Masalah operasional yang terjadi pada peralatan militer yang berkembang

secara cepat. Masalah yang ada pada saat itu adalah penempatan dan

identifikasi untuk pengendali pesawat terbang, efektivitas alat peraga,

handle pembuka, ketidaknyamanan karena terlalu panas atau terlalu

dingin, desain pakaian untuk suasana kerja yang terlalu panas atau terlalu

dingin dan pengaruhnya pada kinerja operator.

Pembentukan Kelompok Ergonomi

Pembentukan Masyarakat Peneliti Ergonomi (the Ergonomics Research

Society) di England pada tahun 1949 melibatkan beberapa professional

yang berkecimpung dalam bidang ini. Hal ini menghasilkan jurnal

(majalah ilmiah) pertama dalam bidang Ergonomi pada November 1957.

Perkumpulan Ergonomi Internasional (the International Ergonomics

Association) terbentuk pada tahun 1957, dan The Human Factor Society di

Amerika pada tahun yang sama. Di samping itu, konfrensi Ergonomi

Page 4: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

21

Australia yang pertama diselenggarakan pada tahun 1964, dan hal ini

mencetuskan terbentuknya Masyarakat Ergonomi Australia dan New

Zealand ( The Ergonomics Society of Australia and New Zealand ).

2.2 DEFINISI ERGONOMI

Ilmu ergonomi merupakan studi mengenai aspek-aspek manusia

dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,

engineering, manajemen dan desain/perancangan (Nurmianto,1991). Egonomi

berkenaan pula dengan optimasi, efisiensi, kesehatan, keselamatan dan

kenyamanan manusia di tempat kerja, di rumah, dan tempat rekreasi.

Ergonomi juga digunakan oleh berbagai macam ahli/professional pada

bidangnya, misalnya: ahli anatomi, arsitektur, perancangan produk industri

fisika, fisioterapi, terapi pekerjaan, psikologi, dan teknik industri Di samping

itu ergonomi juga memberikan peranan penting dalam meningkatkan faktor

keselamatan dan kesehatan kerja, misalnya desain suatu sistem kerja untuk

mengurangi rasa nyeri dan ngilu pada sistem kerangka dan otot manusia, hal

ini untuk mengurangi ketidaknyamanan pada saat melakukan aktivitas.

Ergonomi sebenarnya berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti

kerja dan Nomos yang berarti hokum. Dengan demikian ergonomi

dimaksudkan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah Ergonomi sendiri lebih populer

Page 5: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

22

digunakan di Eropa, sedangkan di Amerika lebih populer dengan istilah

Human Engineering atau Human Factors Engineering (wignjosoebroto, 2003).

Ergonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam

kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi adalah

manusia pada saat bekerja dalam lingkungan . Secara singkat dapat dikatakan

bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh

manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara

lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar

tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar

sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia (Depkes RI).

Kroemer dkk. memberikan definisi ergonomi sebagai suatu disiplin

ilmu untuk mempelajari karakter manusia untuk perancangan lingkungan

hidup dan lingkungan kerja yang sesuai. Kroemer dkk. juga menyatakan

bahwa tujuan dasar dari ergonomi adalah agar semua alat buatan manusia,

peralatan, perlengkapan, mesin dan lingkungan harus mendukung, baik secara

langsung maupun tidak langsung, keselamatan kerja, kesejahteraan, dan

performansi manusia ( Kroemer, 2001 ). Sementara itu, Barnes (1980)

mendefinisikan ergonomi adalah sebagai suatu sistem yang berkaitan dengan

hubungan antar manusia, mesin dan lingkungan kerja yang tujuannya adalah

untuk mendapatkan keseimbangan optimum antara kemampuan manusia dan

tuntutan pekerjaan. Pendapat ini sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh

Bridger (1995) mengenai ergonomi, yaitu ergonomi mendekatkan pekerjaan

Page 6: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

23

dengan manusia (fit the job to the man) melalui tingkat biomekanika, fisiologi,

tingkah laku (behavioral), bahasa (linguitik) dan proses berpikir (kongnitif).

Penerapan ergonomi pada umumnya merupakan aktivitas rancang

bangun (design) ataupun rancang ulang (re-design). Hal ini dapat meliputi

perangkat keras seperti misalnya perkakas kerja, bangku kerja, platform,

kursi, pegangan alat kerja, sistem pengedah, alat peraga, jalan/lorong, pintu,

jendela, dan lain-lain. Masih dalam kaitannya dengan hal tersebut diatas

adalah bahasan mengenai rancang bangun lingkungan kerja, karena jika

sistem perangkat keras berubah maka akan berubah pula lingkungan kerjanya.

2.3 DEFINISI KERJA FISIK

Dalam kegiatan sehari-hari manusia selalu mengerjakan bermacam-

macam aktivitas. Salah satu aktivitas dapat diwujudkan dalam gerakan-

gerakan yang dinamakan kerja. Bekerja mengandung arti melaksanakan suatu

tugas yang diakhiri dengan buah karya yang dapat dinikmati oleh manusai

yang bersangkutan. Alasan yang mendorong manusia untuk bekerja adalah

adanya kebutuhan yang harus dipenuhi. Seperti kebutuhan sandang, pangan,

dan papan serta kebutuhan-kebutuhan lainnya yang juga harus dipenuhi

seperti pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. Manusia dalam melaksanakan

berbagai kegiatannya selalu menginginkan performansi yang optimal. Untuk

Page 7: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

24

itu manusia harus bias mengendalikan factor-faktor sedemikian rupa sehingga

tercipta suatu kondisi kerja yang baik.

Secara umum yang dimaksudkan dengan kerja fisik (physical work)

adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber

tenaganya (power). Kerja fisik seringkali juga disebut sebagai “manual”

operation dimana performansi kerja sepenuhnya akan tergantung manusia

baik yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja

(control). Kerja fisik seringkali pula dikonotasikan sebagai kerja berat

ataupun kerja kasar, dapat dirumuskan sebagai kegiatan yang memerlukan

usaha fisik manusia yang kuat selama periode kerja berlangsung

(Wignjosoebroto, 2003).

2.4 PRODUKTIVITAS

Berbicara mengenai produktivitas maka akan selalu dikaitkan dengan

pengertian efektivitas dan efisiensi. Produktivitas didefinisikan sebagai rasio

antara keluaran (output) dan masukan (input), dimana rasio keluaran

dihasilkan oleh aktivitas kerja dibagi dengan jam kerja (man hours) yang

dikontribusikan sebagai sumber masukan dengan rupiah atau unit produksi

lainnya sebagai dimensi tolak ukurnya (Wignjosoebroto, 2003). Produktivitas

dapat di formulasikan sebagai berikut:

Page 8: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

25

Produktivitas = MasukanKeluaran

Untuk menghasilkan suatu produk berbentuk barang atau jasa, terlebih

dahulu harus menyediakan sarana serta sumber daya. Dengan sarana dan

sumber daya tersebut, maka proses dapat berlangsung sedemikian rupa,

sehingga mencapai hasil seperti diharapkan.Uraian tersebut dapat dipersingkat

dengan sebuah model bergaya sistem sebagai berikut :

Gambar 2.1. Model Produktivitas

Tolak ukur yang memperlihatkan produktivitas akan meningkat apabila :

1. Volume / kuantitas keluaran bertambah besar, tanpa menambah jumlah

masukan.

2. Volume / kuantitas keluaran tidak bertambah, akan tetapi masukannya

berkurang.

3. Volume / kuantitas keluaran bertambah besar sedang masukannya juga

berkurang.

4. Jumlah masukan bertambah, asalkan volume / kuantitas keluaran

bertambah berlipat ganda.

( Sastrowinoto, 1985 )

Masukan KeluaranProses

Page 9: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

26

2.4.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Usaha Peningkatan

Produktivitas

Pada dasarnya produktivitas kerja akan banyak ditentukan oleh

dua faktor utama, yaitu :

Faktor teknis : yaitu faktor yang berhubungan dengan pemakaian

dan penerapan fasilitas produksi secara lebih baik, penerapan

metode kerja yang lebih efektif dan efisien, dan atau penggunaan

bahan baku yang lebih ekonomis.

Faktor manusia : yaitu faktor yang mempunyai pengaruh terhadap

usaha-usaha yang dilakukan manusia didalam menyelesaikan

pekerjaan yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. Disini ada

dua hal pokok yang menentukan, yaitu kemampuan kerja (ability)

dari pekerja tersebut dan yang lain adalah motivasi kerja yang

merupakan pendorong ke arah kemajuan dan peningkatan prestasi

kerja atas seseorang.

Pada industri-industri yang lebih banyak menghasilkan proses

mekanisasi dan atau otomatisasi untuk fasilitas produksinya, maka

penelitan mengenai produktivitas akan lebih banyak dititik-beratkan

pada aspek pengembangan teknologi dari pada aspek pengembangan

Page 10: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

27

manusianya. Sebaliknya untuk usaha-usaha dimana pengaruh

pengembangan kemampunan teknis relatif kecil sedangkan faktor

manusia sebagai unsur dalam sistem produksi jauh lebih menonjol,

maka usaha untuk peningkatan produktivitas akan lebih diarahkan

pada segi manusia daripada segi teknologinya.

2.4.2 Wahana Peningkatan Produktivitas

Berikut ini beberapa wahana peningkatan produktivitas yang

telah dilakukan sampai dewasa ini.

1. Studi kerja atau penelitian kerja atau telaah kerja (work study)

yang intinya terbagi atas :

a. Telaah metode (methods study), berupaya untuk meneliti

metode yang sedang berjalan, kemudian menemukan metode

baru yang lebih efektif untuk mencapai dan memperbesar

keluaran.

b. Pengukuran kerja (work measurement), berupaya untuk

mengetahui kecepatan kerja, kemudian menentukan prosedur

untuk menerampilkan tenaga kerja agar mampu bekerja lebih

cepat, jadi lebih efisien.

c. Sampel kegiatan atau percontoh kegiatan (work sampling,

activity sampling), berupaya untuk mengetahui persentase

Page 11: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

28

waktu yang produktif / aktif, dari tenaga kerja / mesin /

perkakas, kemudian melakukan pembaharuan dalam

pembagian tenaga kerja, dislokasi perkakas, penjadwalan

ulang mesin dan lain-lain agar waktu kerja mereka semakin

efektif.

2. Keselamatan Kerja (Occupational safety) berupaya meneliti

situasi kerja; kemudian menemukan cara untuk menghindarkan

kecelakaan. Setiap kecelakaan yang terjadi di dalam kerja akan

menurunkan produktivitas, karena mesin yang rusak akan berhenti

beroperasi, operator yang cedera / celaka harus disembuhkan

kembali, atau harus menggantikannya dengan operator baru yang

belum cukup terampil.

3. Kesehatan kerja (Occupational health; Industrial hygiene)

berupaya meneliti tentang kondisi kerja, kemudian menemukan

cara untuk menghilangkan hal-hal yang bisa mengakibatkan

gangguan kesehatan atau sakit pada karyawan. Penggunaan bahan

beracun, gas-gas yang bisa merusak kulit dan sebagainya harus

ditanggulangi.

4. Keamanan lingkungan kerja (security) berupaya meneliti dan

memperbaiki segenap saran untuk menjaga jangan sampai terjadi

musibah yang berupa kebakaran, kebanjiran, sambar petir,

kebocoran listrik dan sebagainya. Sampah, limbah dan buangan

Page 12: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

29

harus juga dikendalikan agar tidak membahayakan karyawan

maupun mencemari masyarakat di sekitar perusahaan.

5. Ergonomi melakukan studi ilmiah mengenai perkaitan antara

orang dengan lingkungan kerjanya (the scientific study of the

relationship between man and his working environment). Yang

dimaksud dengan lingkungan kerjanya di sini ialah keseluruhan

alat perkakas dan bahan yang ia hadapi, lingkungan sekitarnya di

mana ia bekerja, metode kerjanya, serta pengaturan kerjanya baik

sebagai perorangan maupun kelompok. Keseluruhan alat-orang-

lingkungan itu sering juga dinamakan sistem kerja. Karena itu

hakikat dari ergonomi ialah :

a. meneliti tentang kemampuan dan keterbatasan manusia secara

fisik maupun psikologik,

b. bagaimana biasanya manusia itu berkomunikasi secara baik

dengan mesin atau perkakas yang ia pakai,

c. bagaimana biasanya ia bekerjasama secara baik dengan

perabot dan perlengkapan yang ia pergunakan,

d. bagaimana agar ia dapat hidup aman, tenteram, selamat, sehat

dan nyaman dalam ruang kerjanya.

Untuk itu penelitian ergonomik akan meliputi :

a. anatomi (struktur), fisiologi (bekerjanya), dan antropometri

(ukuran) tubuh manusia,

Page 13: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

30

b. psikologi yang fisiologik mengenai berfungsinya otak dan

sistem saraf yang berperan dalam tingkah laku manusia,

c. kondisi yang dapat mencederai tubuh manusia,

d. kondisi teknis dan fisika yang dapat menyenangkan pekerja.

Adapun sasaran akhir dari ergonomi ialah terciptanya efisiensi yang

meningkat dari kegiatan manusia.

2.5 EFEKTIVITAS DAN EFISIENSI

Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan efisiensi

lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu dengan

membandingkan antara input dan outputnya.

Istilah efektif (effective) dan efisien (efficient) merupakan dua istilah

yang saling berkaitan dan patut dihayati dalam upaya untuk mencapai tujuan

suatu organisasi. Tentang arti dari efektif maupun efisien terdapat beberapa

pendapat. Efektifitas menekankan pada hasil yang dicapai, sedangkan

efisiensi lebih melihat pada bagaimana cara mencapai hasil yang dicapai itu

dengan membandingkan antara input dan outputnya.

Menurut Chester I. Barnard dalam Kebijakan Kinerja Karyawan

(Prawirosentono, 1999 : h.27), menjelaskan bahwa arti efektif dan efisien

adalah sebagai berikut : “When a specific desired end is attained we shall say

that the action is effective. When the unsought consequences of the action are

Page 14: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

31

more important than the attainment of the desired end and are dissatisfactory,

effective action, we shall say, it is inefficient. When the unsought

consequences are unimportant or trivial, the action is efficient. Accordingly,

we shall say that an action is effective if it specific objective aim. It is efficient

if it satisfies the motives of the aim, whatever it is effective or not”. (Bila suatu

tujuan tertentu akhirnya dapat dicapai, kita boleh mengatakan bahwa kegiatan

tersebut adalah efektif. Tetapi bila akibat-akibat yang tidak dicari dari

kegiatan mempunyai nilai yang lebih penting dibandingkan dengan hasil yang

dicapai, sehingga mengakibatkan ketidakpuasan walaupun efektif, hal ini

disebut tidak efisien. Sebaliknya bila akibat yang tidak dicari-cari, tidak

penting atau remeh, maka kegiatan tersebut efisien. Sehubungan dengan itu,

kita dapat mengatakan sesuatu efektif bila mencapai tujuan tertentu.

Dikatakan efisien bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan,

terlepas apakah efektif atau tidak).

Disamping itu, menurut Chester Barnard, dalam Kebijakan Kinerja

Karyawan (Prawirosentono, 1999 : h. 28), pengertian efektif dan efisien

dikaitkan dengan system kerjasama seperti dalam organisasi perusahaan atau

lembaga pemerintahan, sebagai berikut : “Effectiveness of cooperative effort

relates to accomplishment of an objective of the system and it is determined

with a view to the system’s requirement. The efficiency of a cooperative

system is the resultant of the efficiency of the individuals furnishing the

constituent effort, that is, as viewed by them”. (Efektifitas dari usaha

Page 15: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

32

kerjasama (antar individu) berhubungan dengan pelaksanaan yang dapat

mencapai suatu tujuan dalam suatu system, dan hal itu ditentukan dengan

suatu pandangan dapat memenuhi kebutuhan system itu sendiri. Sedangkan

efisiensi dari suatu kerjasama dalam suatu system (antar individu) adalah hasil

gabungan efisiensi dari upaya yang dipilih masing-masing individu).

Menurut Peter Drucker dalam Menuju SDM Berdaya (Kisdarto, 2002 :

h.139), menyatakan : “doing the right things is more important than doing the

things right. Selanjutnya dijelaskan bahwa: “effectiveness is to do the right

things : while efficiency is to do the things right” (efektifitas adalah

melakukan hal yang benar : sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara

benar). Atau juga “effectiveness means how far we achieve the goal and

efficiency means how do we mix various resources properly” (efektifitas

berarti sejauhmana kita mencapai sasaran dan efisiensi berarti bagaimana kita

mencampur sumber daya secara cermat).

Efisien tetapi tidak efektif berarti baik dalam memanfaatkan

sumberdaya (input), tetapi tidak mencapai sasaran. Sebaliknya, efektif tetapi

tidak efisien berarti dalam mencapai sasaran menggunakan sumber daya

berlebihan atau lajim dikatakan ekonomi biaya tinggi. Tetapi yang paling

parah adalah tidak efisien dan juga tidak efektif, artinya ada pemborosan

sumber daya tanpa mencapai sasaran atau penghambur-hamburan sumber

daya.

Page 16: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

33

Efisien harus selalu bersifat kuantitatif dan dapat diukur (mearsurable),

sedangkan efektif mengandung pula pengertian kualitatif. Efektif lebih

mengarah ke pencapaian sasaran. Efisien dalam menggunakan masukan

(input) akan menghasilkan produktifitas yang tinggi, yang merupakan tujuan

dari setiap organisasi apapun bidang kegiatannya. Hal yang paling rawan

adalah apabila efisiensi selalu diartikan sebagai penghematan, karena bisa

mengganggu operasi, sehingga pada gilirannya akan mempengaruhi hasil

akhir, karena sasarannya tidak tercapai dan produktifitasnya akan juga tidak

setinggi yang diharapkan.

Penghematan sebenarnya hanya sebagian dari efisiensi. Persepsi yang

tidak tepat mengenai efisiensi dengan menganggap semata-mata sebagai

penghematan sama halnya dengan penghayatan yang tidak tepat mengenai

Cost Reduction Program (Program Pengurangan Biaya), yang sebaliknya

dipandang sebagai Cost Improvement Program (Program Perbaikan Biaya)

yang berarti mengefektifkan biaya. Efektif dikaitkan dengan kepemimpinan

(leadership) yang menentukan hal-hal apa yang harus dilakukan (what are the

things to be accomplished), sedangkan efisien dikaitkan dengan manajemen,

yang mengukur bagaimana sesuatu dapat dilakukan sebaik-baiknya (how can

certain things be best accomplished).

Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa efektifitas kerja berarti

penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditetapkan. Artinya

apakah pelaksanaan sesuatu tugas dinilai baik atau tidak sangat tergantung

Page 17: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

34

pada bilamana tugas itu diselesaikan dan tidak, terutama menjawab

pertanyaan bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang

dikeluarkan untuk itu.

2.6 FAKTOR LINGKUNGAN KERJA

Manusia sebagai makhluk “sempurna” tetap tidak luput dari

kekurangan, dalam arti kata segala kemampuannya masih dipengaruhi oleh

beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut bias dating dari dirinya sendiri

(intern) atau mungkin dari pengaruh luar (extern). Salah satu faktor yang

berasal dari luar ialah kondisi lingkungan kerja, yaitu semua keadaan yang

terdapat di sekitar tempat kerja seperti temperature, tingkat kebisingan,

pencahayaan, getaran mekanis, bau-bauan, dan lain-lain. Dimana dalam hal

ini akan berpengaruh secara signifikan terhadap hasil kerja manusia tersebut.

2.6.1 Kebisingan

Kebisingan dapat didefinisikan sebagi bunyi yang tidak

disukai, suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan.

Kemajuan teknologi ternyata banyak menimbulkan masalah-masalah

seperti di antaranya yang dikatakan sebagai polusi, dimana keadaan ini

tidak terjadi di masa lampau. Salah satu polusi yang sekarang

Page 18: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

35

menyibukkan para ahli untuk mengatasinya ialah kebisingan, yaitu

bunyi-bunyian yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki

terutama karena dalam jangka panjang, bunyi-bunyian tersebut dapat

mengganggu ketenangan bekerja, merusak pendengaran, dan dapat

menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penyelidikan,

kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. ( Sutalaksana,

1979 )

Bising dapat didefinisikan sebagai bunyi yang tidak disukai,

suara yang mengganggu atau bunyi yang menjengkelkan. Bising yang

keras dan berulang-ulang dapat menimbulkan hilang pendengaran

(hearing loss) sementara. Tetapi kalau rangsangan itu berjalan terus

dapat mengakibatkan kerusakan pendengaran yang tidak dapat

disembuhkan, suatu kondisi yang disebut tuna rungu. Sumber bising

yang bernada tinggi lebih berbahaya daripada yang memiliki frekuensi

rendah, dan bising yang putus-putus lebih berbahaya daripada bising

yang kontinu. Nilai maksimum kebisingan bagi yang berhadapan lama

(sampai 1 tahun) dengan durasi 8 jam/hari adalah 85 dB. Hal ini

berarti kadar bising di bawah nilai ini jarang sekali menyebabkan tuna

rungu. ( Sastrowinoto, 1985 )

Ada tiga aspek yang menentukan kualitas suatu bunyi yang

bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia, yaitu: lama,

intensitas dan frekuensinya. Makin lama telinga kita mendengar

Page 19: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

36

kebisingan, makin buruk akibatnya bagi kita, di antaranya

pendengaran yang makin kurang. Intensitas biasanya diukur dengan

satuan desibel (dB), yang menunjukkan besarnya arus energi per

satuan luas. Frekuensi menunjukkan jumlah dari gelombang-

gelombang suara yang sampai ke telinga kita setiap detik, dinyatakan

dalam jumlah getaran per detik atau Hertz (Hz). Lama telinga kita

menerima kebisingan akan mempengaruhi tingkat pendengaran kita. (

Sutalaksana, 1979)

Tabel 2.1. Tingkat Kebisingan yang Diijinkan berdasarkan OSHA ( Sanders,

1992 )

Intensitas suara, dBA Waktu yang diijinkan, jam

80 32

85 16

90 8

95 4

100 2

105 1

110 0.5

115 0.25

Page 20: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

37

2.6.2 Pencahayaan

Mata dapat melihat sesuatu kalau ia mendapatkan rangsangan

dari gelombang cahaya, yaitu energi radiasi (radiant energy).

Pencahayaan sangat mempengaruhi kemampuan manusia untuk

melihat objek secara jelas, cepat, tanpa menimbulkan kesalahan.

Kebutuhan akan pencahayaan yang baik akan makin diperlukan

apabila kita mengerjakan suatu pekerjaan yang memerlukan ketelitian

karena penglihatan. Pencahayaan yang terlalu suram akan

mengakibatkan mata pekerja makin cepat lelah karena mata akan

berusaha untuk bisa melihat, dimana lelahnya mata mengakibatkan

kelelahan mental; lebih jauh lagi keadaan tersebut bisa menimbulkan

rusaknya mata karena bisa menyilaukan.

Kemampuan mata untuk dapat meilhat objek dengan jelas

ditentukan oleh ukuran objek, derajat kontras di antara objek dan

sekelilingnya, luminansi (brightness), dan lamanya melihat. Yang

dimaksud dengan derajat kontras adalah perbedaan derajat terang

relatif antara objek dengan lingkungan sekelilingnya. Luminansi

artinya arus cahaya yang dipantulkan oleh objek. ( Sutalaksana, 1979 )

Cahaya adalah energi yang dipancarkan dan mampu

merangsang retina dan menghasilkan sebuah sensasi visual. Cahaya

datang dari 2 sumber yaitu cahaya yang menerpa mata kita yang

Page 21: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

38

langsung berasal dari sumber sinar (luminous body) seperti matahari,

bola lampu, nyala api atau lilin (candle), yang sering disebut sebagai

sumber sinar “panas”. Cahaya bisa juga datang ke mata karena

pantulan dari sesuatu benda atau bidang yang disebut sumber sinar

“dingin”. ( Sastrowinoto, 1985 )

Tingkat pencahayaan biasanya diukur dalam istilah

Illuminance atau penerangan, yaitu flux-flux yang berpendar dari suatu

sumber cahaya yang dipancarkan pada suatu permukaan per luas

permukaan. Pengukuran dilakukan dengan meletakkan sebuah light

meter di atas permukaan benda kerja. Satuan internasional unit untuk

penerangan adalah lumens/sq. metre yang mempunyai nama lain lux

(lx). Unit lama adalah footcandle ( 1 footcandle = 10.76 lux).

(Nurmianto, 1996 )

Arus cahaya (‘luminous flux’) adalah banyaknya cahaya

tampak yang dipancarkan oleh sumber cahaya dalam setiap detik. Arus

cahaya dinyatakan dalam satuan lumen. Jika didefinisikan, maka Watt

cahaya merupakan banyaknya energi cahaya yang dapat terlihat yang

dipancarkan pada gelombang 555 nm (555 x 10-9 meter). Lumen

adalah banyaknya energi cahaya yang diterima oleh permukaan

lengkung/bola (‘spheric curve’) seluas 1 ft2 dengan radius 1 ft dari

sumber cahaya sebesar 1 lilin (‘candella’) yang berada di titik pusat

bola, yang dapat dilihat pada gambar 2.2.

Page 22: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

39

Gambar 2.2. Korelasi antara Lumen/Flux dan Kuat Cahaya

Selanjutnya Intensitas Cahaya (‘Luminous Intensity’) adalah

banyaknya arus cahaya yang dipancarkan persatuan sudut ruang.

Luminasi atau Kecemerlangan (‘Luminance’ atau ‘Brightness’) adalah

terang permukaan yang ditimbulkan dari intensitas cahaya terhadap

luas permukaannya.

Tabel 2.2. Tingkat Pencahayaan yang disarankan oleh IESNA ( Niebel, 2003 )

Kategori Terang lux (fc) Jenis aktivitas

A 20-30-50 (2-3-5) Tempat publik dengan lingkungan yang gelap

B 50-75-100 (5-7.5-10) Daerah untuk kunjungan singkat

C 100-150-200 (10-15-20) Area kerja dimana pandangan mata tidak

penting

D 200-300-500 (20-30-50) Pekerjaan visual dengan keadaaan kontras

tinggi dan ukuran besar: membaca, mengetik,

pemeriksaan, perakitan kasar

Page 23: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

40

E 500-750-1000 (50-75-100) Pekerjaaan visual dengan kontras medium dan

ukuran kecil

F 1000-1500-2000 (100-150-200) Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan

ukuran sangat kecil

G 2000-3000-5000 (200-300-500) Pekerjaan visual dengan kontras rendah dan

ukuran yang sangat kecil dan dalam waktu lama

: inspeksi yang sangat sulit, perakitan yang

rumit

H 5000-7500-10000 (500-750-

1000)

Pekerjaan yang sangat lama dan membutuhkan

pandangan yang eksak: perakitan dan inspeksi

yang super sulit.

I 10000-15000-20000 (1000-

1500-2000)

Pekerjaan yang membutuhkan pandangan mata

khusus pada kontras yang sangat rendah dan

ukuran yang sangat kecil: ruang operasi gawat

darurat.

Tabel 2.3. Tabel Pembobotan Faktor yang Diperlukan Dalam Memilih Tingkat

Illuminansi yang Spesifik ( Niebel, 2003 )

Karakteristik Pekerjaan dan

Pekerja

BOBOT

-1 0 1

Umur < 40 40-55 >55

Tingkat Reflectance >70% 30-70% <30%

Kecepatan dan Akurasi Tidak Penting Penting Sangat Penting

Page 24: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

41

Tabel 2.4 Ketentuan Dalam Pemilihan Illuminansi yang Sesuai Berdasarkan Bobot

yang Diperoleh ( Niebel, 2003 )

BOBOT Tingkat Illuminansi

-3 s/d –2 Paling Kiri

-1 s/d +1 Tengah

+2 s/d +3 Paling Kanan

Berikut adalah beberapa contoh lampu yang digunakan dalam

industri ( Niebel, 2003 )

Gambar 2.3. Jenis Lampu yang Dipakai Dalam Industri

2.6.3 Temperatur

Tubuh manusia akan selalu berusaha mempertahankan keadaan

normal dengan suatu sistem tubuh yang sempurna sehingga dapat

menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi di luar

tubuh tersebut. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan dirinya

dengan temperatur luar adalah jika perubahan temperatur luar tubuh

Page 25: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

42

tersebut tidak melebihi 20% untuk kondisi panas 35% untuk kondisi

dingin. Semuanya ini dari keadaan normal tubuh. Dalam keadaan

normal tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda-

beda seperti bagian mulut sekitar lebih kurang 37 derajat celcius,

baigan dada lebih kurang 35 derajat celcius, dan bagian kaki lebih

kurang 28 derajat celcius. Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri

karean kemampuannya utnuk melakukan proses konveksi, raidasi dan

penguapan jika terjadi kekurangan atau kelebihan panas yang

membebaninya.

Tubuh manusia bisa menyesuaikan diri karena kemampuannya

untuk melakukan proses konveksi, radiasi dan penguapan jika terjadi

kekurangan atau kelebihan panasnya. Menurut penyelidikan untuk

berbagai tingkat temperatur akan memberikan pengaruh yang berbeda

sebagai berikut :

a. � 49�C : Temperatur yang dapat ditahan sekitar 1 jam, tetapi

jauh diatas tingkat kemampuan fisik dan mental.

b. � 30�C : Aktivitas mental dan daya tanggap mulai menurun dan

cenderung untuk membuat kesalahan dalam pekerjaan.

c. � 24�C : Kondisi optimum.

d. � 10�C : Kelakuakn fisik yang extrem mulai muncul.

Dari suatu penyelidikan pula dapat diperoleh hasil bahwa

produktivitas kerja manusia akan mencapai tingkat yang paling tinggi

Page 26: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

43

pada temperatur sekitar 24�C sampai 27�C ( Wignjosoebroto, 2000 ).

Menurut Oborne ( 1986 ) pada suhu 29�C - 30�C seseorang mulai

membuat kesalahan dalam performansi kerjanya.

2.6.4 Sirkulasi Udara (ventilasi)

Jika di dalam sebuah ruangan terdapat orang, mesin ataupun

aktivitas di dalamnya, pastilah komposisi udara yang ada di dalam

ruangan yang terpakai tersebut akan berubah. Faktor-faktor yang

merubah tersebut adalah:

Bauan insani

Tambah uap air

Tukar panas

Hilang oksigen

Tambah karbon dioksida

Maka dari itu ventilasi sangatlah diperlukan untuk menyedot udara

dari dalam dan juga untuk memberikan udara segar yang berasal dari

luar.

Pencemaran udara bisa datang dari luar tetapi bisa juga datang

dari proses pekerjaan di dalam ruangan. Kelima faktor tersebut di atas

datang dari orangnya sendiri, karena itu tingkat cemarnya tergantung

pada jumlah orang di dalam ruangan itu; sedangkan pencemaran udara

Page 27: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

44

dari luar bergantung pada letak / posisi gedung dan pencemaran dari

dalam berasal dari berbagai proses pekerjaan.

Perubahan udara yang disebabkan bau insani, yakni bau yang

dikeluarkan melalui kulit sangat mengganggu. Walaupun kadar bau itu

kecil namun ia sudah bisa menimbulkan perasaan yang sangat tidak

menyenangkan, tidak nyaman merugikan atau memuakkan. Bauan

insani walau hanya kecil kadarnya akan merusak rasa nyaman lebih

cepat daripada rasa rusak yang disebabkan oleh karbon dioksida atau

uap air. Karena itu bau insani harus secepatnya anda hilangkan dengan

udara segar. ( Sastrowinoto, 1985 )

Sebagaimana kita ketahui, udara sekitar kita mengandung 21%

O2, 78% N2, 0,03% CO2 dan 0,97% gas lainnya (campuran). Oksigen

(O2 ) merupakan gas yang sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup

terutama untuk menjaga kelangsungan hidup kita, yaitu untuk proses

metabolisme. Udara di sekitar kita dikatakan kotor apabila kadar

oksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur

dengan gas-gas atau bau-bau yang berbahaya bagi kesehatan tubuh.

Kotornya udara di sekitar kita dapat dirasakan dengan sesaknya

pernafasan kita, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama,

karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat

proses kelelahan.

Page 28: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

45

Untuk menjaga agar udara di sekitar tempat kerja tetap sehat

dalam arti kita cukup mengandung oksigen dan bebas dari zat-zat yang

mengganggu kesehatan, harus dipikirkan tentang sirkulasi udara yang

baik, sehingga udara kotor bisa diganti dengan udara segar dan bersih,

yang biasanya dilakukan melalui ventilasi. Contoh ventilasi sederhana

ialah jendela rumah, di mana melalui jendela inilah udara bersih dan

segar di dalam rumah bisa dijamin ada selamanya, karena akan terjadi

sirkulasi udara dengan sendirinya.

Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di

sekitar tempat kerja. Pada siang hari, di mana biasanya manusia

melakukan sebagian besar kegiatannya, pohon-pohon merupakan

penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh pernafasan kita. Dengan

cukupnya oksigen di sekitar kita, ditambah dengan pengaruh secara

psikologis akibat adanya tanaman-tanaman di sekitar tempat kerja,

keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani

kita. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan sangat membantu

untuk mempercepat pemulihan tubuh akibat lelah setelah bekerja (

Sutalaksana, 1979 ).

Page 29: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

46

2.6.5 Paparan Debu

Keluaran (output) perkakas kerja antara lain adalah adanya

debu yang berterbangan dan menyebabkan polusi yang pada akhirnya

akan menyebabkan iritasi pada kesehatan kerja. ( Nurmianto, 1996 ).

Berdasarkan http://www.kalbe.co.id jenis penyakit yang dapat

diderita oleh para pekerja dengan paparan debu yang berlebihan adalah

sebagi berikut :

-Penyakit paru interstitial: asbestosis, pnemokoniosis batubara,

silikosis, bcrylliosis dan pnemonitis hipersensitif

- Edema paru: inhalasi asap gas toksik akut (NO2, khlorin)

-Penyakit pleura: penebalan dan efusi yang berhubungan dengan

asbes, mesotclioma

- Bronkitis: debu tepung, debu berat (pekerja tambang batubara)

-Asma: toluen diisosianat, garam platina, tepung fonnalin, debu kapas,

western red cedar

- Karsinoma bronkus: uranium, asbes, kromnikel, Idormetil eter

- Penyakit infeksi: anthrax (penyortir kayu, kulit import)

- Coccidioidomycosis (pekerja bangunan, arkeologis)

- Penyakit mikobakterl (silikosis)

- Psitakosis (pemilik toko binatang)

- Echinococcus (pengembala biri-biri dan anjing)

- Q fever (penyamak dan pemelihara biri-biri

Page 30: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

47

2.6.6 Bau-Bauan

Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap

sebagai pencemaran, apalagi kalau bau-bauan tersebut sedemikian

rupa sehingga dapat mengganggu konsentrasi bekerja, dan secara lebih

jauh bau-bauan yang terjadi terus menerus bisa mempengaruhi

kepekaan penciuman. Temperatur dan kelembaban merupakan dua

faktor yang mempengaruhi kepekaan penciuman. Temperatur dan

kelembaban merupakan dua faktor lingkungan yang mempengaruhi

tingkat ketajaman penciuman seseorang. Oleh karena itu pemakaian

“air conditioning” yang tepat merupakan salah satu cara yang bisa

digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang mengganggu di

sekitar tempat kerja. ( Sutalaksana, 1979 )

2.6.7 Getaran Mekanis

Getaran mekanis dapat diartikan sebagai getaran – getaran

yang ditimbulkan oleh alat – alat mekanis yang sebagian dari getaran

ini sampai ke tubuh dan dapat menimbulkan akibat – akibat yang tidak

diinginkan pada tubuh kita. Besarnya getaran ini ditentukan oleh

intensitas, frekuensi getaran dan lamanya getaran itu berlangsung.

Page 31: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

48

Sedangkan anggota tubuh manusia juga memiliki frekuensi alami

dimana apabila frekuensi ini beresonansi dengan frekuensi getaran

akan menimbulkan gangguan – gangguan antara lain :

a. Mempengaruhi konsentrasi kerja

b. Mempercepat datangnya kelelahan

c. Gangguan – gangguan pada anggota tubuh seperti mata, syaraf,

otot – otot dan lain – lain.

( Wignjosoebroto, 2000 )

2.7 METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS

Analytical Hierarchy Process dikembangkan pada tahun 1970 oleh

Thomas L. Saaty, ahli matematika dari University of Pittsburg, Amerika.

Peralatan utama Analytical Hierarchy Process (AHP) adalah sebuah hirarki

fungsional dengan input utamanya persepsi manusia. Dengan metode AHP ini

memungkinkan kita mengambil keputusan secara efektif terhadap persoalan

yang kompleks dimana faktor-faktor logika, intuisi, pengalaman,

pengetahuan, data, emosi dan rasa dioptimasikan dalam suatu proses yang

sistematis.

Pada dasarnya, metode AHP ini memecah-mecah suatu situasi yang

kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bagian-bagiannya, lalu menata

bagian-bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, kemudian

Page 32: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

49

memberi nilai numeric pada pertimbangan subjektif tentang relatif pentingnya

setiap variabel mana yang memiliki prioritas yang paling tinggi.

AHP memiliki tujuan untuk menstrukturkan masalah secara hirarki

agar kita lebih dapat memahami persoalan yang sebenarnya, mulai dari

persoalan yang besar sampai yang kecil, maupun dari yang umum sampai

yang khusus. AHP berperan sebagai alat bantu analisi bukan mencari

kebenaran, karena kebenaran itu relatif sifatnya.

2.7.1 Prinsip-prinsip Dasar AHP

Prinsip-prinsip dasar AHP adalah prinsip-prinsip berpikir

analitis, yaitu prinsip yang mendasari logika manusia dalam

menganalisa dan memecahkan suatu masalah yang dapat dibedakan

dalam 3 bagian, yaitu :

1. Prinsip pembedaan hirarki

Penyusunan hirarki permasalahan merupakan langkah awal untuk

mendefinisikan masalah yang rumit dan kompleks sehingga

menjadi lebih jelas dan detail. Hirarki keputusan disusun

berdasarkan pada pandangan pihak-pihak yang memiliki keahlian

dan pengetahuan di bidang yang bersangkutan. Keputusan yang

akan diambil dijadikan sebagai tujuan utama yang dijabarkan

menjadi elemen-elemen yang lebih rinci sehingga mencapai suatu

tahapan yang paling operasional dan terukur.

Page 33: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

50

2. Prinsip pemenuhan prioritas

Prioritas dari elemen-elemen kriteria dapat dipandang sebagai

bobot atau kontribusi elemen tersebut terhadap tujuan

pengambilan keputusan. AHP melakukan analisis prioritas dengan

menggunakan metode perbandingan berpasangan antara dua

elemen sehingga semua elemen yang ada tercakup. Prioritas ini

ditentukan berdasarkan pandangan para ahli dan pihak-pihak yang

berkepentingan terhadap pengambilan keputusan.

3. Prinsip konsistensi logika

Konsistensi jawaban para responden dalam menentukan prioritas

elemen merupakan prinsip pokok yang akan menentukan

validitas data dan hasil pengambilan keputusan. Secara

umum, responden harus memiliki konsistensi dalam melakukan

perbandingan, misalnya : jika A B dan B C maka secara

logis responden harus menyatakan A C.

2.7.2 Penyusunan Struktur Hirarki Keputusan (Mangkusubroto,

Trisnadi, 1982)

Hirarki keputusan dengan input utama persepsi manusia

merupakan peralatan utama AHP. Dengan menggunakan hirarki, suatu

Page 34: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

51

masalah kompleks dan tidak terstruktur dipecahkan ke dalam

kelompok – kelompoknya dan kemudian kelompok – kelompok

tersebut diatur menjadi suatu bentuk hirarki.

Penjabaran tujuan dapat terus dilakukan hingga menjadi sub

tujuan, kriteria, dan alternatif – alternatif pada hirarki terendah.

Alternatif – alternatif ini kemudian akan dievaluasi. Alternatif ini

merupakan ukuran dari pencapaian tujuan utama dan pada hirarki

terendah ini dapat ditetapkan dalam satuan apa kriteria diukur.

Kriteria yang dibentuk baris sesuai dengan tujuan

permasalahan dan harus mempunyai sifat-sifat :

1. Minimum

Jumlah kriteria yang diajukan harus optimal untuk mempermudah

proses analisis.

2. Independen

Setiap kriteria yang diajukan tidak boleh saling tumpah tindih

(overlap) dan harus dihindari pengulangan kriteria untuk maksud

yang sama.

3. Lengkap

Kriteria harus mencakup semua aspek penting yang berhubungan

dengan persoalan.

4. Operasional

Kriteria harus dapat diukur secara kualitatif dan kuantitatif.

Page 35: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

52

Dalam menyusun suatu hirarki tidak ada patokan penting yang

harus diikuti. Namun, ada beberapa pegangan yang perlu diperhatikan,

yaitu :

1. Pada waktu penjabaran tujuan dalam sub tujuan, kita harus

memperhatikan apakah setiap aspek dari tujuan yang lebih tinggi

tercakup dalam sub tujuan tersebut.

2. Meskipun yang di atas terpenuhi, kita perlu menghindarkan

terjadinya pembagian yang terlampau banyak, baik dalam arah

lateral maupun vertikal

3. Untuk itu maka sebelum menetapkan suatu tujuan untuk

dijabarkan atas hirarki tujuan yang lebih rendah, kita melakukan

test kepentingan : “Apakah suatu tindakan / hasil yang terbaik

dapat diperoleh bila tujuan tersebut tidak dimasukkan?”

Adakalanya meskipun telah berusaha menjabarkan tujuan

menjadi lebih spesifik, tetap tidak dapat ditentukan kriteria untuk

sejumlah tujuan. Untuk mengatasi hal ini, dapat digunakan kriteria

proksi, yaitu kriteria yang diperkirakan dan disepakati untuk dapat

mencerminkan tingkat pencapaian secara langsung.

Page 36: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

53

Gambar 2.4. Contoh Pembuatan Hirarki

2.7.3 Matriks Perbandingan Berpasangan

Setiap elemen yang terdapat dalam hirarki harus diketahui

bobot relatifnya satu sama lain, tujuannya adalah untuk mengetahui

tingkat kepentingan atau preferensi dari pihak-pihak yang

berkepentingan dalam permasalahan terhadap elemen dan struktur

hirarki memberikan indikasi bahwa dalam proses pembuatan model

keputusan dengan AHP, kriteria yang sudah dihasilkan dari proses

penyusunan kriteria dan tatanan hirarki mempunyai bobot yang tidak

sama sesuai dengan tingkat kontribusi masing-masing kriteria terhadap

tujuan yang ingin dicapai. Pemberian bobot yang berbeda-beda ini

akan lebih fair dengan syarat pembobotannya harus rasional dan bias

yang timbul tidak terlampau besar atau masih dalam batas toleransi

yang dianjurkan. Pada akhirnya validitas pengumpulan data yang

Page 37: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

54

dilakukan pada penelitian bisa diketahui dari hasil pembobotan lewat

pengujian konsistensi.

Langkah pertama dalam menentukan susunan prioritas adalah

dengan menyusun perbandingan berpasangan (pairwise comparison)

yaitu dengan membandingkan secara berpasangan semua elemen yang

ada dalam sebuah sub sistem hirarki. Hasil perbandingan tersebut pada

akhirnya ditransformasikan dalam bentuk matriks untuk memudahkan

proses analisa.

Misalkan suatu sub sistem hirarki dengan suatu kriteria C dan

sejumlah elemen di bawahnya A1 sampai dengan Ai. Perbandingan

antar elemen untuk sub sistem hirarki tersebut dapat dijabarkan dalam

suatu bentuk matriks i j dinamakan dengan matriks perbandingan

berpasangan, sebagai berikut

c A1 A2 …… A3

A1 a11 a12 …… a1j

A2 a2j a2j …… a2j

…… …… …… …… ……

A3 ai1 ai2 …… aij

Gambar 2.5 Matriks Perbandingan Berpasangan

Page 38: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

55

Pada matriks perbandingan berpasangan tersebut, masukkan nilai 1

sepanjang diagonal utama.

Jika terdapat multi partisipan maka nilai perbandingan

sebelumnya jawaban dari masing-masing partisipan harus dirata-

ratakan terlebih dahulu. Untuk itu, Saaty menyarankan untuk

menggunakan Metode Geometric Mean.

Geometric Mean merupakan teori yang menyatakan bahwa jika

terdapat n partisipan yang telah melakukan perbandingan berpasangan

terhadap suatu topik yang sama, maka akan terdapat n jawaban / nilai

numerik untuk setiap pasangan. Untuk mendapatkan satu nilai dari

semua nilai tersebut, masing-masing nilai harus dikalikan satu sama

lain kemudian hasil perkaliannya dipangkatkan dengan 1/n. Secara

matematik dapat ditulis sebagai berikut :

Aij = (Z1 Z2 Z3 ... Zn)1/n

Dimana :

Aij = Nilai rata - rata perbandingan antara kriteria ai dengan aj

untuk partisipan

Zi = Nilai perbandingan antara kriteria ai dan aj untuk

partisipan ke-1 dimana i = 1,2,3,....,n

n = Jumlah partisipan

Page 39: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

56

Langkah kedua yang dilakukan adalah menormalisasi

(perkalian baris) matriks perbandingan tersebut dengan menggunakan

rumus :

aijzi nn

ij (i,j = 1,..., n)

Langkah ketiga adalah perhitungan vektor prioritas atau bobot

dengan menggunakan rumus :

nn

ij

n

i

nn

iji

aij

aijeVP

1

Langkah keempat adalah menghitung nilai eigen masing –

masing kriteria. Perhitungan tersebut dilakukan dengan mengalikan

matriks perbandingan dengan bobot.

c A1 A2 …… A3

A1 a11 a12 …… a1j eVP1 1

A2 a2j a2j …… a2j x . = .

…… …… …… …… …… . .

A3 ai1 ai2 …… aij eVPn n

Gambar 2.6 Perkalian Matriks dengan Bobot

Page 40: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

57

Langkah kelima adalah menghitung nilai eigen maksimum.

Perhitungan tersebut dilakukan dengan menggunakan rumus :

n

max

Langkah keenam adalah perhitungan indeks konsistensi / CI.

Pengukuran ini dimaksudkan untuk mengetahui konsistensi jawaban

yang akan berpengaruh kepada kesahihan hasil, rumusnya sebagai

berikut :

1max

n

nCI

Untuk mengetahui apakah CI denganbesaran tertentu cukup

baik atau tidak, perlu diketahui rasio yang dianggap baik, yaitu apabila

CR 0.1. Rumus CR adalah

RICICR

Dari 500 sampel matriks acak dengan skala perbandingan 1 –

9, untuk beberapa orde matriks, Saaty mendapatkan suatu nilai rata-

rata RI sebagai berikut :

Page 41: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

58

Tabel 2.5 Nilai Indeks Random

N 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0.58 0.9 1.12 1.24 1.34 1.41 1.45 1.49

Dimana : N = ukuran matriks

RI = Indeks Random

Dari penelitian yang dilakukan oleh Saaty, dinyatakan bahwa

suatu matriks perbandingan adalah konsisten apabila nilai CR tidak

lebih dari 0.1.

2.8 FUZZY

Teori himpunan fuzzy merupakan kerangka sistematis yang digunakan

untuk merepresentasikan, ketidakpastian, ketidakjelasan, ketidaktepatan,

kekurangan informasi, dan kebenaran parsial. Ketidakjelasan juga dapat

digunakan untuk mendeskripsikan sesuatu yang berhubungan dengan

ketidakpastian yang diberikan dalam bentuk informasi linguistik atau intuisi.

Sebagai contoh, untuk meyatakan kualitas suatu data dikatakan “baik“, atau

derajat kepentingan seorang pengambil keputusan dikatakan “sangat penting“.

Ada beberapa alasan digunakan logika fuzzy, antara lain (Kusumadewi,

Hartanti, Harjoko & Wardoyo, 2006):

Page 42: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

59

1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti.

2. Logika fuzzy sangat fleksibel.

3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data – data yang tidak tepat.

4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi – fungsi nonlinear yang sangat

kompleks.

5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman –

pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses

pelatihan.

6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik – teknik kendali secara

konvensional.

7. Logika fuzzy didasarkan pada bahasa alami.

2.8.1 Himpunan Fuzzy

Himpunan yang kita kenal selama ini adalah himpunan crisp.

Pada himpunan crisp, keberadaan suatu elemen pada suatu himpunan,

A, hanya akan memiliki dua kemungkinan keanggotaan, yaitu menjadi

anggota A atau tidak menjadi anggota A. Suatu nilai yang

menunjukkan seberapa besar tingkat keanggotaan suatu elemen (x)

dalam suatu himpunan (A), sering dikenal dengan nama nilai

Page 43: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

60

keanggotaan atau derajat keanggotaan, dinotasikan dengan A (x)

(Kusumadewi, Hartanti, Harjoko & Wardoyo, 2006).

2.8.2 Fungsi Keanggotaan

Fungsi keanggotaan (membership function) adalah suatu kurva

yang menunjukkan pemetaan titik – titik input data ke dalam nilai

keanggotaannya. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk

mendapatkan nilai keanggotaan adalah dengan melalui pendekatan

fungsi. Ada beberapa fungsi yang dapat digunakan (Kusumadewi,

Hartanti, Harjoko & Wardoyo, 2006):

1. Representasi linier

2. Representasi kurva segitiga

3. Representasi kurva trapesium

4. Representasi kurva bentuk bahu

5. Representasi kurva-S

6. Representasi kurva bentuk lonceng

Page 44: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

61

2.8.3 Fuzzy AHP

Analytical Hierarchy Process adalah suatu metode untuk

merumuskan pengambilan keputusan dimana terdapat pilihan – pilihan

yang terbatas, namum setiap pilihan tersebut memiliki beberapa atribut

dan sangat sulit untuk merumuskan beberapa atribut tersebut. Oleh

sebab itu, dari pada menggunakan exact number, kita dapat

menggunakan frasa seperti “much more important than“ untuk

menggambarkan pilihan pembuat keputusan. Penilaian dan persepsi

manusia dinyatakan secara linguistik dan vague bagi masalah yang

kompleks. Sebagai tambahan aplikasi dari AHP Saaty memiliki

beberapa kelemahan, yang dapat dirangkum sebagai berikut (Yang dan

Chen, 2004) :

a. Metode AHP digunakan bagi keputusan yang mendekati pasti.

b. Metode AHP menciptakan dan setuju dengan skala penilaian yang

tidak seimbang.

c. Metode AHP tidak menghitung ketidakpastian dalam pemetaan

yang diberikan melalui penilaian manusia.

d. Ranking dari AHP tidak jelas.

e. Penilaian subjektif, pemilihan, dan pilihan pengambil keputusan

memberikan pengaruh yang besar dalam hasil AHP.

Page 45: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

62

2.8.3.1 Representasi Fuzzy AHP

Setelah sturktur hirarki terbentuk, perlu dilakukan

perbandingan antar elemen dari tiap tingkat yang sama. Pada

AHP konvensional, skala yang digunakan adalah skala 1 – 9

yang menunjukkan penilaian equally, moderately, strongly,

very strongly, dan extermly prefferred. Dalam penelitian ini,

representasi fuzzy yang digunakan adalah representasi kurva

segitiga atau yang disebut dengan triangular fuzzy number.

Sebuah triangular fuzzy number N~ dinyatakan dengan three

real numbers a b c, dimana membership function N~ (x)

didefinisikan sebagai berikut :

N~ (x) =

otherwisecxbbcxcbxaabax

,0),/()(),/()(

Fuzzy number sering dinyatakan sebagai triple (a,b,c)

dimana b, a, dan c adalah batas tengah, batas bawah dan batas

atas (Tsvetinov,Mikhailov).

Fuzzy number akan dituliskan dengan tanda di atas

angka yang ada. Dalam penelitian ini, triangular fuzzy number

yang digunakan untuk menyajikan perbandingan berpasangan

Page 46: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

63

bagi karakteristik pelanggan untuk menangkap ketidakjelasan

adalah 1~ - 9~ . Untuk memperoleh ketidaktepatan dari

penilaian kualitatif yang diberikan, lima triangular fuzzy

number digambarkan hubungannya dengan membership

function pada gambar

Gambar 2.7 Triangular Fuzzy Number

(Sumber : Yang dan Chen, 2004)

2.8.3.2 Algoritma Fuzzy AHP

Prosedur perhitungan Fuzzy AHP dapat dirangkum

sebagai berikut (Triantophyllou, 1996 dalam Murtaza, Gupta &

Shah):

Page 47: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

64

Menetapkan nilai fuzzy. Digunakan triangular fuzzy number

untuk mengidentifikasikan tingkat kepentingan dari setiap

pasang faktor - faktor yang ada dalam pengambilan

keputusan. Langkah ini akan menghasilkan beberapa matriks

fuzzy. Matriks fuzzy ini kemudian akan dijabarkan menjadi

matriks untuk batas bawah, batas tengah dan batas bawah.

Mencari eigenvector fuzzy untuk setiap matriks.

Eigenvector fuzzy didapatkan dengan cara mengalikan

semua elemen dalan satu baris lalu mengambil akar n dari

hasil perkalian tersebut, dimana n adalah jumlah elemen

yang dikalikan.

Menormalisasi setiap vektor dengan membagi setiap elemen

dengan jumlah dari seluruh elemen tersebut.

Mencari nilai prioritas dari setiap alternatif dengan

mengalikan semua weights dari kriteria dengan nilai pada

kolom dari setiap alternayif dan mejumlahkan nilai – nilai

tersebut.

Langkah terakhir, menentukan ranking dari setiap pilihan

dan pilih yang terbaik.

Page 48: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

65

2.8.3.3 Defuzzifikasi

Setelah melakukan fuzzifikasi, variabel ouput harus

diubah kembali ke dalam nilai crisp. Tujuannya adalah untuk

menentukan suatu nilai numerik crisp yang dapat

merepresentasikan nilai fuzzy terbaik. Defuzzifikasi merupakan

transformasi yang menyatakan kembali output ke dalam

domain fuzzy ke dalam domain crisp. Berbagai teknik

defuzzifikasi yang telah disarankan salah satunya adalah

defuzzifikasi untuk fuzzy trapesoidal (Barry Shore, 2003 dalam

Eko Setiawan, 2004) :

crisp =

1121

abb

dcd

Dimana : a = angka lower

b = angka middle kiri

c = angka middle kanan

d = angka upper

Dalam penelitian ini, yang digunakan adalah fuzzy triangular.

Oleh karena itu, hanya terdapat satu angka middle sehingga

rumus diubah menjadi :

Page 49: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

66

crisp =

1121

abb

cbc

Dimana : a = angka lower

b = angka middle

c = angka upper

2.9 TEKNIK PENGUMPULAN DATA

2.9.1 Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data

dimana daftar pertanyaan-pertanyaan terperinci dan lengkap.

Keterangan-keterangan yang dibutuhkan diperoleh dengan cara

mengisi daftar pertanyaan. Jika mengisi daftar pertanyaan itu adalah

responden, maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan kuesioner,

sedangkan bila diisi oleh pencatat yang membawakan daftar isian,

maka daftar pertanyaan tersebut dinamakan schedule.

Dalam hubungan dengan leluasa tidaknya responden untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan, maka terdapat beberapa jenis

pertanyaan:

1. Pertanyaan tertutup / berstruktur

Page 50: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

67

Jawaban pertanyaan sudah ditentukan lebih dahulu dan responden

tidak diberikan kesempatan untuk memberikan jawaban yang lain.

2. Pertanyaan terbuka / tidak berstruktur

Jawaban pertanyaan tidak ditentukan lebih dahulu dan responden

bebas untuk memberikan jawaban lain.

3. Kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup

Jawaban pertanyaan sudah ditentukan tetapi kemudian disusul

dengan pertanyaan terbuka.

4. Pertanyaan semi terbuka

Jawaban pertanyaan sudah disusun tetapi masih ada kemungkinan

tambahan jawaban lain.

2.9.2 Skala Pengukuran : Likert

Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan

persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Dalam penelitian fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik

oleh peneliti yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

Dengan skala Likert, maka variabel yang akan diukur, dijabarkan

menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijadikan

sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat

berupa pertanyaan atau pernyataan. Jawaban setiap instrumen yang

Page 51: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

68

menggunakan skala Likert mempunyai gradasi dari sangat positif

sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata seperti :

1. Sangat Setuju

2. Setuju

3. Ragu-ragu

4. Tidak Setuju

5. Sangat Tidak Setuju

2.10 FMEA (Failure Mode and Effect Analysis)

Merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menekan kerugian yang

timbul karena kegagalan proses produksi maupun kegagalan produk sewaktu

digunakan oleh pengguna. Dimana cara yang dilakukan adalah dengan :

Dengan mengidentikasi kegagalan yang mungkin terjadi terjadi

Memberi skala prioritas dari setiap jenis kegagalan

Melakukan tindakan perbaikan

FMEA dimulai dengan mengidentifikasi berbagai jenis kegagalan dan

akibatnya. Langkah selanjutnya adalah:

menentukan nilai severity,

mencari penyebab,

menentukan nilai Occurance,

mengidentifikasi sistem control yang sudah ada (sudah ditetapkan),

menentukan nilai detection,

Page 52: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

69

menentukan nilai RPN (Risk priority number) dan akhirnya

menentukan tindakan perbaikan bila nilai RPN tinggi.

Definisi:

Severity: tingkat bahaya atau kerugian yang timbul. Score tinggi bila bahaya

tinggi atau kerugian besar

Occurance: seberapa banyak/sering kegagalan mungkin akan terjadi. Score

tinggi bila sering/banyak.

Detection: tingkat deteksi, kemampuan sistem yang dalam mendeteksi

terjadinya kegagalan. Score tinggi bila kemampuan mendeteksi rendah.

Ketiga nilai tersebut dikalikan dan menghasilkan RPN (risk priority number)

RPN = Severity x Occurance x Detection

Makin tinggi RPN, makin besar kebutuhan untuk melakukan tindakan

perbaikan.

2.11 Sampling Pekerjaan

Sampling pekerjaan pertama kali digunakan oleh L.H.C. Tippett di

pabrik textile di Inggris. Pada waktu diperkenalkan pada tahun 1940 diberi

nama “ratio delay”. Sampling pekerjaan adalah sebuah alat untuk

mendapatkan kenyataan. Pada banyak kasus, kebutuhan informasi mengenai

manusia atau mesin dapat diperoleh dengan waktu yang lebih singkat dan

Page 53: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

70

biaya yang lebih murah dengan cara ini daripada metode lainnya (Barnes,

1980).

Sampling pekerjaan dilakukan secara sesaat-sesaat pada waktu-waktu

yang ditentukan secara acak. Bagaimana suatu pengamatan demikian dapat

menghasilkan sesuatu yang berguna seperti waktu kerja? Untuk memahami

berbagai kegunaan sampling pekerjaan kiranya akan lebih baik kalau

diketahui terlebih dahulu bagaimana bekerjanya cara ini.

Sebenarnya pengamatan sesaat-sesaat pada waktu yang acak tidak

berbeda dengan seorang mahasiswa yang mengunjungi temannya di rumah.

Kunjungan ini biasanya dilakukan pada waktu-waktu yang tidak tentu,

kadang-kadang setiap hari sekali, dua kali sehari, dua atau tiga kali sehari,

atau mungkin juga seminggu sekali atau kurang dari itu. Jika mahasiswa

tersebut mengunjungi temannya pada waktu-waktu yang tidak tertentu seperti

demikian dapat dikatakan dia melakukan kunjungan pada waktu-waktu yang

acak. Misalkan dia telah melakukan sepuluh kali kunjungan dan di antaranya

tidak menjumpai temannya karena sedang tidak berada di rumah. Berdasarkan

pengalaman ini, jika dia bertemu dengan temannya mungkin akan berkata : “

Wah, tampaknya kamu sering tidak berada di rumah”. Jika dia melakukan

kunjungan-kunjungan lagi katakanlah 100 kali, dan dari keseratus kunjungan

ini temannya tidak dijumpai sebanyak 75 kali, maka sekarang dia dapat

berkata “rupanya tujuh puluh lima persen dari waktumu tidak dihabiskan di

rumah”.

Page 54: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

71

Ilustrasi di atas menunjukkan bagaimana kesimpulan tentang ada

tidaknya suatu kejadian dapat disimpulkan melalui kunjungan-kunjungan.

Terlihat pula semakin kurang lebih apa yang terjadi dengan sampling

pekerjaan. Kunjungan-kunjungan dilakukan untuk mengetahui apa yang

terjadi di tempat kerja yang bersangkutan. Cari catatan yang dilakukan setiap

kali kunjungan dapat dilihat berbagai kegiatan yang terjadi beserta berapa

sering (frekuensi) kegiatan itu teramati. Semakin tinggi frekuensinya semakin

sering kegiatan tersebut dilakukan dan dapat pula diduga bahwa total waktu

yang dibutuhkan semakin banyak (Sutalaksana, 1979). Notasi yang

digunakan untuk sampling pekerjaan ini adalah:

Di mana :

= persentase kegiatan produktif

N = total jumlah pengamatan

n = banyaknya pengamatan setiap subgroup (hari)

Sp = tingkat ketelitian absolut

Kegunaan dari sampling pekerjaan adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui distribusi pemakaian waktu sepanjang waktu kerja oleh

pekerja atau kelompok kerja (Sutalaksana, 1979).

2. Untuk mengetahui pemanfaatan mesin-mesin atau alat-alat di pabrik

(Sutalaksana, 1979).

N

ppSp

12

p

Page 55: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

72

3. Untuk memperkirakan kelonggaran bagi suatu pekerjaan (Sutalaksana,

1979).

4. Untuk menentukan waktu baku (Barnes, 1980).

5. Untuk menentukan performansi kerja dari seorang operator (Barnes,

1980).

2.12 Penentuan Waktu Pengamatan Secara Acak

Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa kunjungan-kunjungan

yang dilakukan dalam waktu-waktu yang ditentukan secara acak. Untuk itu

biasanya satu hari kerja dibagi ke dalam satuan-satuan waktu yang besarnya

ditentukan oleh pengukur. Biasanya panjang satu-satuan waktu tidak

terlampau singkat dan juga tidak terlampau panjang. Berdasarkan satuan-

satuan waktu inilah saat-saat kunjungan ditentukan. Misalnya satu-satuan

panjangnya 5 menit. Jadi satu hari kerja (7 jam) mempunyai 84 satuan waktu.

Ini berarti jumlah kunjungan per hari tidak lebih dari 84 kali. Saat-saat

kunjungan yang acak tersebut memerlukan angka acak (Sutalaksana, 1979).

Angka acak yang digunakan pada penelitian ini dibangkitkan melalui

pembangkit angka acak yang disebut Linear Congruential Generator (LCGs).

LCGs merupakan pembangkit angka acak yang sering digunakan akhir-akhir

ini. Metode ini diperkenalkan oleh Lehmer (1951). Serangkaian integer Z1,

Z2,….didefinisikan oleh rumus yang berulang-ulang

Zi = (aZi-1 + c)(mod m)

Page 56: BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00502-TI bab 2.pdf · 2.2 DEFINISI ERGONOMI ... dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi,

73

Ui = Zi/m

Dimana m (modulus), a (pengali), c (kenaikan), dan Z0 (angka awal)

adalah sebuah integer positif. Jadi, untuk mendapatkan Zi, bagi aZi-1 + c

dengan m dan Zi merupakan sisa bagi dari operasi tersebut. Sebagai tambahan

integer m, a, c, Z0 sebaiknya memenuhi 0 < m, a < m, c < m, dan Z0 < m. Ui

adalah bilangan acak yang dihasilkan didapat berdasarkan hasil pembagian

antara nilai Zi dengan modifier.

Contoh:

A = 2 c = 3 Z0 = 12 m = 200 total pengamatan adalah 420

Z1 = (2 x 12 + 3) mod 200

Z1 = 27 mod 200

Z1 = 27

Ui = 27/200 = 0.135

No acak = 0.135 � 420 = 57

Jadi no acaknya adalah 57