31
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP) 2.1.1. Prinsip – prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP) Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970-an merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatif- alternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan berdasarkan ranking. AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas. Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990). Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan keputusan yang komperehensif. Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : decomposition, comparative

BAB 2 LANDASAN TEORI - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2008-2-00546-TIAS Bab 2.pdf · memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. ... seseorang yang akan memberikan

  • Upload
    lyquynh

  • View
    218

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

6

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Analytical Hierarchy Process (AHP)

2.1.1. Prinsip – prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process (AHP)

Analytic Hierarchy Process (AHP) yang dikembangkan oleh Thomas

Saaty pada tahun 1970-an merupakan suatu metode dalam pemilihan alternatif-

alternatif dengan melakukan penilaian komparatif berpasangan sederhana yang

digunakan untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan

berdasarkan ranking.

AHP adalah prosedur yang berbasis matematis yang sangat baik dan sesuai

untuk evaluasi atribut-atribut kualitatif. Atribut-atribut tersebut secara matematik

dikuantitatif dalam satu set perbandingan berpasangan, yang kemudian digunakan

untuk mengembangkan prioritas-prioritas secara keseluruhan untuk penyusunan

alternatif-alternatif pada urutan ranking / prioritas.

Kelebihan AHP dibandingkan dengan metode yang lainnya karena adanya

struktur yang berhirarki, sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih, sampai

kepada sub-sub kriteria yang paling mendetail. Memperhitungkan validitas sampai

dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai kriteria dan alternatif yang dipilih

oleh para pengambil keputusan (Saaty, 1990).

Karena menggunakan input persepsi manusia, model ini dapat mengolah

data yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Jadi kompleksitas permasalahan

yang ada di sekitar kita dapat didekati dengan baik oleh model AHP ini. Selain itu

AHP mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah yang multi-objektif

dan multi-kriteria yang didasarkan pada perbandingan preferensi dari setiap

elemen dalam hierarki. Jadi model ini merupakan suatu model pengambilan

keputusan yang komperehensif.

Ada beberapa prinsip yang harus dipahami dalam menyelesaikan

persoalan dengan AHP, diantaranya adalah : decomposition, comparative

7

judgement, synthesis of priority dan logical consistency (Sri Mulyono, 2007 :

220).

2.1.1.1. Decomposition

Setelah persoalan didefinisikan, maka perlu dilakukan decomposition yaitu

memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya. Jika ingin mendapatkan

hasil yang akurat, pemecahan juga dilakukan terhadap unsur-unsurnya sampai

tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa

tingkatan dari persoalan tadi. Karena alasan ini, maka proses analisis ini

dinamakan hirarki (hierarchy). Ada dua jenis hirarki yaitu lengkap dan tak

lengkap. Dalam hirakri lengkap, semua elemen pada suatu tingkat memiliki semua

elemen yang ada pada tingkat berikutnya. Jika tidak demikian, dinamakan hirarki

tak lengkap.

2.1.1.2. Comparative Judgement

Prinsip ini berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua

elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena ia akan berpengaruh terhadap

prioritas elemen-elemen. Hasil dari penilaian ini akan tampak lebih baik bila

disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matriks pairwise comparison.

Pertanyaan yang biasa diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah :

a. Elemen mana yang lebih (penting/disukai/mungkin) ?, dan

b. Berapa kali lebih (penting/disukai/mungkin) ?

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua elemen,

seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian menyeluruh tentang

elemen-elemen yang dibandingkan dan relevansinya terhadap kriteria atau tujuan

yang dipelajari. Dalam penyusunan skala kepentingan ini, digunakan acuan seperti

pada tabel berikut.

8

Tabel 2.1

Skala prioritas dalam AHP

Nilai Numerik Tingkat Kepentingan (Preference)

1 Sama pentingnya (Equal Importance)

2 Sama hingga Sedikit Lebih penting

3 Sedikit Lebih penting (Slightly more Importance)

4 Sedikit Lebih hingga Jelas lebih penting

5 Jelas lebih penting (Materially more Importance)

6 Jelas hingga Sangat jelas lebih penting

7 Sangat jelas lebih penting (Significantly more Importance)

8 Sangat jelas hingga Mutlak lebih penting

9 Mutlak lebih penting (Absolutely more Importance)

Dalam penilaian kepentingan relatif dua elemen berlaku aksioma

reciprocal artinya jika elemen i dinilai 3 kali lebih penting daripada j, maka

elemen j harus sama dengan 1/3 kali pentingnya dibanding elemen i. Disamping

itu perbandingan dua elemen yang sama akan menghasilkan angka 1, artinya sama

pentingnya.

2.1.1.3. Synthesis of Priority

Dari setiap pairwise comparison kemudian dicari eigen vectornya untuk

mendapatkan local priority. Karena matriks pairwise comparison terdapat pada

setiap tingkat, maka untuk mendapatkan global priority harus dilakukan sintesa

diantara local priority. Prosedur melakukan sintesis berbeda menurut bentuk

hirarki. Pengurutan elemen-elemen menurut kepentingan relatif melalui prosedur

sintesa dinamakan priority setting.

2.1.1.4. Logical Consistency

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa objek-objek yang

serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan relevansi. Kedua

adalah menyangkut tingkat hubungan antara objek-objek yang didasarkan pada

kriteria tertentu. AHP mengukur seluruh konsistensi penilaian dengan

menggunakan Consistency Ratio (CR), yang dirumuskan :

9

existencyIndRandomConsCICR =

Dimana :

CI : Consistency Index (CI)

1−−

=n

nZCI mak

Suatu tingkat konsistensi yang tertentu memang diperlukan dalam penentuan

prioritas untuk mendapatkan hasil yang sah. Nilai CR semestinya tak lebih dari

10% . Jika tidak, penilaian yang telah dibuat mungkin dilakukan secara random

dan perlu direvisi. Tabel 2.2

Random Consistency Index (RI)

n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

RI 0 0 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32 1,41 1,45 1,49

2.1. 2. Tahap-tahap pemecahan masalah dengan AHP

Misalkan kita akan memilih lokasi pabrik baru dengan tiga alternatif

pilihan A, B dan C maka terlebih dahulu kita harus menetapkan kriteria

pengambilan keputusan terhadap alternatif – alternatif tersebut, misalkan harga,

jarak dan tenaga kerja. Maka struktur hirarki lengkap dari masalah pemilihan

lokasi pabrik yang disederhanakan ini ditunjukkan seperti pada gambar berikut.

Gambar 2.1

Contoh Hirarki Lengkap Pilihan Lokasi Pabrik

Langkah-langkah penyelesaian masalah selanjutnya adalah :

1. Membuat matriks hubungan perbandingan berpasangan antara tiap alternatif

untuk setiap kriteria keputusan. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan

10

dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan / preference level

suatu alternatif dibandingkan alternatif lainnya.

Gambar 2.2

Contoh Matriks Alternatif Vs Preferensi Untuk Tiap Kriteria

2. Untuk setiap matriks kriteria, dilakukan penjumlahan nilai tiap kolom.

3. Membagi setiap nilai alternatif berpasangan dengan hasil penjumlahan pada

kolom terkait, hasil pembagian kemudian dijumlahkan searah kolom, hasilnya

seharusnya sama dengan 1 untuk menunjukkan konsistensinya.

4. Merubah nilai ke bilangan desimal dan mencari nilai rata-rata pada tiap baris,

sehingga dari seluruh kriteria akan didapat matriks baru sebagai berikut.

Gambar 2.3

Contoh Matriks Nilai Alternatif Vs Kriteria

5. Membuat matriks nilai untuk kriteria, misalnya,

Gambar 2.4

Contoh Matriks Nilai Kriteria

Harga

A B C

A 1 3 2

B 1/3 1 1/5

C 1/2 5 1

Jarak

A B C

A 1 6 1/3

B 1/6 1 1/9

C 3 9 1

Tenaga Kerja

A B C

A 1 1/3 1

B 3 1 7

C 1 1/7 1

Lokasi Harga Jarak Tenaga Kerja

A .5012 2819 .1790

B .1185 .0598 .6850

C .3803 .6583 .1360

Kriteria Harga Jarak Tenaga Kerja

Harga 1 1/5 3

Jarak 5 1 9

Tenaga Kerja 1/3 1/9 1

11

6. Mengulangi langkah 2 sampai dengan 4 untuk matriks baru ini. Nilai akkhir

yang didapat dari matriks baru ini merupakan eigen vector (vektor pengali)

untuk matriks pada langkah 4.

Gambar 2.5

Perkalian Matriks Akhir

7. Mengalikan kedua matriks pada Gambar 2.5 diatas. Alternatif dengan nilai

terbesar merupakan alternatif yang harus dipilih.

2.2. Aspek Pasar

Dimasa lalu jumlah perusahaan belum begitu banyak, dan karenanya

persaingan untuk memperebutkan konsumen dari perusahaan yang menghasilkan

produk sejenis, demikian pula persaingan antar perusahaan untuk memperebutkan

konsumen pada umumnya belum begitu tajam. Pada keadaan demikian, aspek

pasar belum mendapatkan perhatian utama dari investor, dan pada umumnya

ditetapkan selling concept dalam memasarkan produknya.

Dewasa ini, banyak perusahaan bermunculan dan karenanya persaingan

antar mereka juga semakin tajam. Pada keadaan yang demikian, aspek pasar

menempati kedudukan utama dalam dalam pertimbangan investor dalam

memperebutkan konsumen mendasarkan diri pada integrated marketing concept.

Pada keadaan yang disebut terakhir nampak juga adanya kebebasan

pembeli potensial untuk melakukan pilihan terhadap produk yang diperlukan.

Pada situasi demikian, peranan analisa aspek pasar dalam pendirian maupun

perluasan usaha pada studi kelayakan proyek merupakan variabel pertama dan

utama untuk mendapat perhatian. Untuk itu perlu dipahami karakteristik polok

aspaek pasar dinegara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia yang dalam

batas-batas tertentu berbeda dengan hukum pasar yang telah mapan, diantaranya:

Lokasi Harga Jarak Tenaga Kerja

A .5012 .2819 .1790

B .1185 .0598 .6850

C .3803 .6583 .1360

Kriteria

Harga .1993

Jarak .6535

Tenaga Kerja .0860

X

12

1. Seringakali permintaan nasional untuk produk atau jasa tertentu tidak terlalu

besar, dengan kata lain pembangunan 4 atau 5 proyek telah menyebabkan

terjadinya kejenuhan pasar. Keadaan ini sering diabaikan oleh para investor.

2. Adanya garis pemisah yang cukup jelas dari segmen pasar yang ada, baik

segmen pasar atas dasar geografis, status sosial atau dasar yang lain. Hal ini

akan berpengaruh terhadap strategi pemasaran yang telah dijalankan.

3. Kebanyakan produk yang dibuat merupakan produk pengganti produk impor,

karenanya dalam batas tertentu data impor dapat digunakan sebagai pedoman

dalam estimasi potensi pasar untuk produk tersebut.

4. Untuk jenis produk tertentu, seringkali terjadi terlalu besarnya peranan

pemerintah untuk ikut campur tangan dalam mempengaruhi mekanisme pasar.

Dengan adanya data primer dan sekunder yang tersedia akan dapat menjawab

beberapa pertanyaan utama, terutama dalam kaitanya dengan pengukuran dan

peramalan pasar potensial dan penentuan market share.

2.2.1. Peramalan

Menurut Sofjan Assauri, ” Peramalan adalah kegiatan untuk

memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang ” (Sofjan

Assauri, 1984:1). Sedangkan menurut Hendra Kusuma, ”Peramalan adalah

perkiraan tingkat permintaan satu atau lebih produk selama bebrapa periode

mendatang” (Hendra Kusuma, 1999:13).

Pada dasarnya metode peramalan kuantitatif ini dapat dibedakan atas:

1. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan

antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel waktu, yang

merupakan deret waktu, atau ”time series”.

13

2. Metode peramalan yang didasarkan atas penggunaan analisis pola hubungan

antara variabel yang akan diperkirakan dengan variabel yang lain yang

mempengaruhinya, yang bukan waktu, yang disebut metode korelasi atau

sebab akibat ” causal methods” (Sofjan Assauri,1984:9).

Peramalan kuantitatif hanya dapat digunakan apabila terdapat tiga kondisi sebagai

berikut:

1. Adanya informasi tentang keadaan yang lain.

2. Informasi tersebut dapat dikuantifikasikan dalam bentuk data.

3. Dapat diasumsikan bahwa pola yang lalu akan berkelanjutan pada masa

yang akan datang.

Ada empat jenis pola data, antara lain:

1. Pola horizontal atau stationary, bila nilai-nilai dari data observasi

berfluktuasi disekitar nilai konstan rata-rata. Dengan demikian dapat

dikatakan pola ini sebagai stationary pada rata-rata hitungnya (means).

2. Pola seasonal atau musiman, bila suatu deret waktu dipengaruhi oleh faktor

musim (seperti kuartalan, bulanan , mingguan dan harian).

3. Pola cyclical atau siklus bila data observasi dipengaruhi oleh fluktuasi

ekonomi jangka panjang yang berkaitan atau bergabung dengan siklus usaha

(business cycle).

4. Pola trend bila ada pertambahan atau kenaikan atau penurunan dari data

obserfasi untuk jangka panjang. Pola ini terliahat pada penjualan produk dari

banyak perusahaan. Pendapatan Domestik Nasional Bruto (GDP/GNP) dan

indikator ekonomi.

14

2.2.1.1. Model Peramalan Moving Averages

Metode moving averages diperoleh melalui penjumlahan dan pencarian

nilai rata-rata dari sejumlah periode tertentu, setiap kali menghilangkan nilai

terlama dan menambah nilai baru.

Keterangan:

1ˆ+tY = Nilai peramalan pada periode berikutnya

tY = Nilai aktual perintaan periode sebelumnya

n = Periode dalam rata-rata bergerak

Dengan tambahan bahwa satu nilai Y diganti setiap periode. Perhitungan rata-

rata dilakukan dengan bergerak ke depan untuk memperkirakan periode yang

akan datang dan dicatat dalam posisi terpusat pada rata-ratanya. Moving Averages

secara efektif meratakan dan menghaluskan fluktuasi pola data yang ada. Tentu

saja semakin panjang periodenya, semakin rata kurvanya. Kebaikan lainnya

adalah bahwa metode Moving Averages dapat diterapkan pada data apapun juga,

apakah data sesuai dengan kurva matematik atau pun tidak.

Kelemahan metode ini adalah tidak mempunya persamaan untuk peramalan.

Sebagai gantinya digunakan rata-rata bergerak terahir sebagai ramalan periode

berikutnya.

nYYYYY ntttt

t121

1ˆ +−−−+

+++=

15

2.2.1.2. Model Peramalan Exponential Smoothing

Exponential Smoothing adalah suatu tipe teknik peramalan rata-rata

bergerak yang melakukan penimbangan terhadap data masa lalu dengan cara

eksponensial sehingga data paling akhir mempunyai bobot atau timbangan lebih

besar dalam rata-rata bergerak. Dengan exponential smoothing sederhana,

peramalan dilakukan dengan cara ramalan periode terahir ditambah dengan porsi

perbedaan (disebut α) antara permintaan nyata periode terahir dan ramalan periode

terahir.

Persamaan exponential smoothing adalah :

)1(21+

−=N

α

Keterangan :

Ŷt = Peramalan Pada Periode t

Ŷt-1 = Peramalan Pada Periode t-1

α = Konstanta Pemulusan

Yt-1 = Data Permintaan Aktual pada Periode t-1

N = Banyaknya Periode Data Permintaan Aktual

Exponential smoothing sederhana tidak memperhitungkan trend , sehingga

tidak ada nilai α yang sepenuhnya menggantikan trend dalam data. Nilai-nilai α

rendah akan menyebabkan jarak yang lebih lebar dengan trend karena hal itu akan

memberikan bobot yang lebih kecil pada permintaan yang sekarang.

Nilai α yang rendah terutama cocok bila permintaan produk relatif stabil

(yang berat, tanpa trend atau variasi siklikal) tetapi variasi acak adalah tinggi.

)ˆ(ˆˆ111 −−− −+= tttt YYYY α

16

Nilai-nilai α lebih tinggi adalah lebih berguna dimana perubahan - perubahan

yang sesungguhnya cenderung terjadi karena lebih responsif terhadap fluktuasi

permintaan. Sebagai contoh nilai α tidak mungkin cocok bagi industri barang-

barang mode yang cepat dan dramatik. Pengenalan-pengenalan produk baru,

kampanye promosional, dan bahkan antisipasi terhadap resesi juga memerlukan

penggunaan nilai-nilai α yang lebih tinggi. Nilai α yang tepat pada umumnya

dapat ditentukan dengan pengujian ”trial – and – eror” (coba-coba) terhadap α

yang berbeda-beda untuk menemukan satu nilai α yang menghasilkan kesalahan

terkecil bila digunakan pada data masa lalu.

Dengan cara analogi yang dipakai waktu berangkat dari rata-rata bergerak

tunggal ke pemulusan (smoothing) eksponensial tunggal, kita juga dapat

berangkat dari rata-rata bergerak ganda ke pemulusan eksponensial ganda.

Perpindahan seperti itu mungkin menarik karena salah satu keterbatasan dari rata-

rata bergerak tunggal yaitu perlunya menyimpan N nilai terakhir masih terdapat

pada rata-rata bergerak linear, kecuali bahwa jumlah nilai data yang diperlukan

sekarang adalah 2N-1. Pemulusan eksponensial linear dapat dihitung hanya

dengan tiga nilai data dan satu nilai untuk α. Pendekatan ini juga memberikan

bobot yang semakin menurun pada observasi masa lalu. Perbedaan nilai

pemulusan tunggal dan ganda dapat ditambahkan kepada nilai pemulusan tunggal

dan disesuaikan untuk trend. Adapun persamaannya sebagai berikut:

tt YYY ˆ)1(ˆ11 αα −+=+

)ˆˆ(ˆ1−−+= tttt YYYα

17

)ˆˆ(1 ttt YYb −−

α

mbaY ttmt +=+

2.2.1.3. Model Peramalan Linear Regretion

Model analisis garis kecenderungan dipergunakan sebagai peramalan

apabila pola hitoris data actual permintaan menunjukan adanya suatu

kecenderungan naik dari waktu ke waktu. Model analisis garis kecenderungan

yang paling sederhana adalah menggunakan persamaan garis lurus (straight line

equation), sebagai berikut:

1. Perhitungan slope

2. Perhitungan intercept

Nilai ramalan ramalan permintaan periode t

btaYt +=ˆ

Keterangan:

tY = Nilai ramalan pada periode t

a = intersep

b = Slope dari garis kecenderunga (trend line), merupakan tingkat

18

perubahan dalam permintaan

t = Indeks waktu

n = Banyaknya periode

t-bar = nilai rata-rata dari t

tY = Variable permintaan (data aktual)

barYt − = Nilai rata-rata permintaan per periode waktu

2.2.2. Analisis Kesalahan Peramalan

Beberapa alternatif analisis kesalahan peramalan yang digunakan adalah:

1. Mean Squared Eror (MSE) : Nilai Tengah Kesalahan

n

YYMSE

n

ttt∑

=

−= 1

)ˆ(

1. Mean Absolute Percentage Error (MAPE): Nilai Tengah Kesalahan

Persentase Absolut

nY

YY

MAPE

n

t t

tt∑=

= 1

|ˆ|

Dua ukuran tersebut, merupakan alat evaluasi teknik-teknik peramalan

untuk berbagai macam parameter. Semakin rendah nilai MAPE dan MSE,

peramalan semakin baik (mendekati data masa lalu). Tetapi nilai terrendah

(kecuali nol) tidak memberikan indikasi seberapa baik metode peramalan yang

digunakan dibandingkan dengan metode lainnya (Hendra Kusuma, 199:38).

19

2.2.3. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan

Langkah penting setelah peramalan adalah verifikasi peramalan

sedemikian rupa sehingga dapat mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab-

akibat yang mendasari permintaan itu. Jika proses verifikasi ditemukan keraguan

atas validitas peramalan maka harus dicari metode yang lebih cocok. Validitas

harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Peramalan harus selalu

dibandingkan dengan permintaan aktual secara teratur. Pada suatu saat harus

diambil tindakan revisi terhadap peramalan tersebut apabila ditemukan bukti yang

meyakinkan adanya perubahan pola permintaan. Selain itu penyebab perubahan

pola permintaan pun harus diketahui. Penyesuaian metode peramalan dilakukan

segera perubahan pola permintaan diketahui (Hendra Kusuma, 1999:40).

Terdapat banyak perkakas yang digunakan untuk memverivikasi

peramalan dan mendeteksi perubahan sistem sebab akibat yang melatar belakangi

perubahan pola permintaan. Tetapi bentuk yang paling sederhana adalah peta

kendali peramalan, mirip peta kendali kualitas.

Tracking signal adalah suatu ukuran bagaimana baiknya suatu ramalan

memperkirakan nilai-nilai aktual. Tracking signal dihitung sebagai running sum

of the forcast errors (RSFE) dibagi dengan mean absolute deviation (MAD),

sebagai berikut:

MADRSFESignalTracking =⋅

⋅⋅⋅⋅⋅−⋅⋅⋅⋅∑

=MAD

iperiodindemandforecastiperiodindemandactual )(

⋅⋅⋅⋅∑

=MAD

erorforecastdariabsolutMAD )(

20

Tracking signal yang positif yang menunjukkan bahwa nilai aktual

permintaan lebih besar dari peramalan, sedangkan tracking signal yang negatif

berarti nilai aktual permintaan lebih kecil dari pada ramalan. Suatu tracking signal

disebut baik apabila memiliki RSFE yang rendah, dan mempunyai positive eror

yang sama banyak atau seimbang dengan negative eror, sehingga pusat dari

tracking signal mendekati nol. Apabila tracking signal telah dihitung kita dapat

membangun peta kontrol signal sebagaimana halnya dengan peta-peta kontrol

dalam pengendalian proses statistical (statistical proses control = SPC) yang

memiliki batas kontrol atas (upper control limit) dan batas control bawah (lower

control limit).

Beberapa ahli dalam sistem peramalan seperti menyarankan untuk

menggunakan tracking signal maksimum ± 4, sebagai batas-batas pengendalian

untuk tracking signal. Dengan demikian apabila tracking signal telah berada

diluar batas-batas pengendalian, model peramalan perlu ditinjau kembali, karena

akurasi peramalan tidak dapat diterima (Vincent Gaspersz, 2002:81).

2.3. Aspek Teknis

Bilamana berdasar evaluasi aspek pasar, suatu proyek memiliki kesempatan

pemasaran yangmemadai untuk suatu jangkauan waktu yang relatif panjang, maka

tahap selanjutnya yang perlu dilakukan adalah analisa aspek teknis dari proyek

tersebut. Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkeanaan dengan proses

pembangunan proek secara teknis dan pengoperasiannya setelah proyek itu

dibangun. Berdasarkan analisa inipula dapat diketahui rancangan awal penaksiran

biaya investasi termasuk biaya eksploitasinya.

21

Aspek teknis merupakan kajian untuk menganalisa kelayakan proyek dari

segi teknis engineering. Beberapa hal yang menjadi landasan teori dari kajian

teknis proyek ini, yakni:

2.3.1. ED Coating

Proses Painting ED coating adalah proses pelapisan benda kerja atau part

dengan bahan kimia berpigmen yang disdepositkan secara elektrik pada

permukaan part yang membentuk laposan film yang seragam dan tidak larut air,

dengan tujuan estetika maupun memberikan daya tahan pada benda kerja yang

telah dicat tersebut. Secara umum system pengecatan dapat dibagi dalam 3 proses

yaitu;

- Pretreatment

- ED coating

- Baking oven

Berdasarkan susunan kata, maka pretreatment dapat diartikan sebagai, pre

: sebelum, dan treatment : proses atau perlakuan. Pengertian umum pretreatment

adalah suatu proses yang dijalankan sebelum melakukan proses inti. Pengertian

khusus pretreatment painting adalah proses pendahuluan terhadap bahan sebelum

dilakukan pengecatan. Tujuan pretreatment painting ialah :

a. Menambah daya rekat antara cat dengan bahan dasar (part)

b. Menghilangkan kotoran berupa minyak, debu, silicon yang menempel pada

part. Setelah melewati proses pretreatment .kemudian part tersebut di rendam

secara bergerak menggunakan conveyor ke dalam cat ED, dimana diberikan

tegangan DC sebesar 160V. Proses ini memastikan part sudah terlapisi cat dengan

ketebalan tertentu. Setelah dicat, part dikeringkan pada oven dengan temperature

mencapai 90-110o C selama 30 menit untuk pre-oven dan 30 menit untuk bake

oven dengan suhu 150-170o C agar cat benar-benar kering. Setelah itu part

tersebut dilakukan pengecekan secara kualitas di final inspection sebelum masuk

pada proses selanjutnya.

22

2.3.2. Oven

Sistem pengeringan cat di painting steel menggunakan oven dengan mesin

utama berupa burner yang memiliki bahan bakar solar. Didalam sistem oven

terdapat 3 burner yang berfungsi sebagai pre-oven (pemanasan awal), bake oven

(pemanasan utama), dan incinerator (berfungsi sebagai burner support)

Berikut adalah diagram sistem oven di painting steel sunter:

Gambar 2.6

Sistem Oven Paintig Steel

CED OVEN SYSTEM DIAGRAM

INCINERATORHEX4

TO EVAPORATOR

HEX3OVEN EXHAUST

FAN

HEAT RECOVERY FAN

PROCESS FANPRE OVEN CIRC. FAN 1,2

BAKE OVEN CIRC. FAN 1,2

HEX1 HEX2

PRE OVEN BAKE OVEN

PRE OVEN FLUE GAS FAN

BAKE OVEN FLUE GAS FAN

ENTRANCE EXHAUST FAN EXIT EXHAUST FAN

PRE OVEN BURNER

BAKE OVEN BURNER

INCINERATOR BURNER

TANGKI SOLAR2000L

TANGKI SOLARPENAMPUNGAN

100L

OUTD

OO

RIN

DO

OR

23

Adapun komponen-komponen dalam pengeringan oven adalah :

2.3.2.1. Burner

Mesin yang berfungsi sebagai penghasil utama panas yang bekerja dengan

proses pengkabutan solar oleh nozzle dengan dinaikkan tekananya menggunakan

oil pump, selain itu juga mendapatkan tekanan udara dari blower untuk

menghasilkan terjadinya pembakaran.

Gambar 2.7

Burner

2.3.2.2. HEX(Heat Exchanger)

Alat yang berfungsi sebagai perantara panas yang terdiri dari lapisan pelat-

pelat tipis. Tujuan HEX disini adalah sebagai perantara panas secara tidak

langsung dari ruang bakar menuju ruang oven, hal ini bertujuan sebagai filter agar

part bersih dari residu atau jelaga yang dihasilkan dari pembakaran solar.

Gambar 2.8.

HEX

24

2.3.2.3. Filter CKR

Berfungsi sebagai penyaring panas dari ruang bakar menuju oven sehingga

panas yang di transfer menjadi bersih.

2.3.2.4. Circulation Fan

Berfungsi sebagai pengatur/pengarah udara panas menuju ruang oven

dengan volume dan tekanan udara tertentu.

2.3.2.5. Bahan Bakar

Bahan bakar adalah media penghasil panas yang di rubah menjadi api

didalam burner, berikut beberapa bahan bakar yang bias digunakan sebagai bahan

bakar oven burner :

1. Solar

Minyak solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan

yang jernih.Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan

bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000

RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran

langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran

yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel

Oil, High Speed Diesel

Solar memiliki nilai panas atau kalor sebesar 11488,49 kkal/liter dan saat

ini harga solar industri adalah Rp 9.314,00 per liternya

2. LPG

LPG adalah kependekan dari Liquefied Petroleum Gas, merupakan gas

hasil produksi dari kilang minyak atau kilang gas, yang komponen utamanya

adalah gas propane (C3H8) dan butane (C4H10) yang dicairkan. Pertamina

memasarkan LPG sejak tahun 1969 dengan merk dagang ELPIJI. Kegunaanya

adalah LPG butane dan LPG mix biasanya dipergunakan oleh masyarakat

umum untuk bahan bakar memasak, sedangkan LPG propane biasanya

dipergunakan di industri-industri sebagai pendingin, bahan bakar pemotong,

untuk menyemprot cat dan lainnya. Pada suhu kamar, LPG akan berbentuk

25

gas. Pengubahan bentuk LPG menjadi cair adalah untuk mempermudah

pendistribusiannya. Berdasarkan cara pencairannya, LPG dibedakan menjadi

dua, yaitu LPG Refrigerated dan LPG Pressurized. LPG Pressurized adalah

LPG yang dicairkan dengan cara ditekan (4-5 kg/cm2). LPG jenis ini disimpan

dalam tabung atau tanki khusus bertekanan. LPG jenis inilah yang banyak

digunakan dalam berbagai aplikasi di rumah tangga dan industri, karena

penyimpanan dan penggunaannya tidak memerlukan handling khusus seperti

LPG Refrigerated.

LPG Refrigerated adalah LPG yang dicairkan dengan cara didinginkan

(titik cair Propane ± 42°C, dan titik cair Butane ± 0.5°C). LPG jenis ini

umum digunakan untuk mengapalkan LPG dalam jumlah besar (misalnya,

mengirim LPG dari negara Arab ke Indonesia). Dibutuhkan tanki

penyimpanan khusus yang harus didinginkan agar LPG tetap dapat berbentuk

cair serta dibutuhkan proses khusus untuk mengubah LPG Refrigerated

menjadi LPG Pressurized

LPG memiliki nilai panas atau kalor sebesar 22451,51 kkal/kg dan saat ini

harga LPG industri adalah Rp 7.000,00 per kg

3. LNG

Gas alam cair (Liquefied natural gas, LNG) adalah gas alam yang telah

diproses untuk menghilangkan ketidakmurnian dan hidrokarbon berat dan

kemudian dikondensasi menjadi cairan pada tekan atmosfer dengan

mendinginkannya sekitar -160° C. LNG ditransportasi menggunakan

kendaraan yang dirancang khusus dan ditaruh dalam tangki yang juga

dirancang khusus. LNG memiliki isi sekitar 1/640 dari gas alam pada suhu

dan tekanan standar, membuatnya lebih hemat untuk ditransportasi jarak jauh

di mana jalur pipa tidak ada. Ketika memindahkan gas alam dengan jalur pipa

tidak memungkinkan atau tidak ekonomis, dia dapat ditransportasi oleh

kendaraan LNG, di mana kebanyakan jenis tangki adalah membran atau moss.

LNG menawarkan kepadatan energi yang sebanding dengan bahan

bakar petrol dan diesel dan menghasilkan polusi yang lebih sedikit, tetapi

biaya produksi yang relatif tinggi dan kebutuhan penyimpanannya yang

26

menggunakan tangki cryogenic yang mahal telah mencegah penggunaannya

dalam aplikasi komersial

Kondisi yang dibutuhkan untuk memadatkan gas alam bergantung dari

komposisi dari gas itu sendiri, pasar yang akan menerima serta proses yang

digunakan, namun umumnya menggunakan suhu sekitar 120 and -170 °C

(methana murni menjadi cair pada suhu -161.6 °C) dengan tekanan antara 101

dan 6000 [kPa] (14.7 and 870 lbf/in²). Gas alam bertakanan tinggi yang telah

didapat kemudian diturunkan tekanannya untuk penyimpanan dan pengiriman.

LNG memiliki nilai panas atau kalor sebesar 11942,29 kkal/kg dan

saat ini harga LNG industri adalah Rp 4.750,00 per kg

4. BCL

BCL (Brown Coal Liquified) adalah batubara yang berbentuk cair yang

sangat potensial dijadikan sumber energi pengganti bahan bakar minyak

(BBM) pada masa mendatang, selain memiliki kualitas yang sama dengan

BBM, sumber energi alternatif yang diolah dari batubara muda itu juga sangat

efisien dan ramah lingkungan. Berdasarkan kajian yang dilakukan BPPT

sumber energi ini akan dapat diterima oleh kalangan masyarakat karena

terbukti dapat meningkatkan kinerja mesin dan mengurangi pengeluaran asap

hitam secara signifikan. Nilai oktannya juga lebih tinggi dari BBM yang ada

sekarang. Harga bahan bakar alternatif tersebut juga relatif lebih murah

dibandingkan dengan harga BBM konvensional.

Dalam perkembangannya, para peneliti telah melakukan berbagai

terobosan teknologi untuk menghasilkan batubara cair yang berkualitas.

Dengan demikian, pengembangan batu bara cair ini akan menjadi suatu

industri yang prospektif bagi pelaku usaha untuk berinvestasi karena memiliki

beberapa kelebihan, antara lain :

Harga produksi lebih murah, yaitu setiap barel batu bara cair

membutuhkan biaya produksi yang tidak lebih dari US$15 per barel.

Bandingkan dengan biaya produksi rata-rata minyak bumi yang berlaku di

dunia saat ini yang mencapai US$23 per barel.

27

Jenis batu bara yang dapat dipergunakan adalah batu bara yang berkalori

rendah (low rank coal), yakni kurang dari 5.100 kalori, yang selama ini

kurang diminati pasaran.

BCL memiliki nilai panas atau kalor sebesar 20540,75 kkal/kg dan saat ini

harga industri adalah Rp 4.500,00 per kg.

2.4. Aspek Finansial

Studi mengenai aspek finansial merupakan aspek yang paling penting dari

studi kelayakan. Hal tersebut disebabkan karena, meskipun studi mengenai aspek-

aspek selain aspek finansial menyatakan bahwa proyek tersebut layak, tetapi

apabila studi aspek finansial memberikan hasil yang tidak layak, maka usulan

proyek akan ditolak karena tidak akan memberikan manfaat ekonomi.

2.4.1. Proyek, Investasi, dan Cost Reducing Project

Yang dimaksud dengan proyek adalah suatu keseluruhan kegiatan yang

menggunakan sumber-sumber untuk memperoleh manfaat (benefit), atau suatu

kegiatan dengan pengeluaran biaya dan dengan harapan untuk memperoleh hasil

pada waktu yang akan datang, dan yang dapat direncanakan, dibiayai, dan

dilaksanakan sebagai satu unit. Kegiatan suatu proyek selalu ditujukan untuk

mencapai suatu tujuan (objective) dan mempunyai suatu titik tolak (starting point)

dan suatu titik akhir (ending point). Baik biaya maupun hasilnya yang penting

biasanya dapat diukur.

Menurut Gitman (2000:332-334), investasi (jangka panjang) atau

pengeluaran modal (capital expenditure) adalah komitmen untuk mengeluarkan

dana sejumlah tertentu pada saat sekarang untuk memungkinkan perusahaan

menerima manfaat di waktu yang akan dating, dua tahun atau lebih. Lebih lanjut,

Fitzgerald (1978:6) menyatakan bahwa investasi adalah aktivitas yang berkaitan

dengan usaha penarikan sumber-sumber (dana) yang dipakai untuk mengadakan

barang modal pada saat sekarang, dan dengan barang modal itu akan dihasilkan

aliran produk baru di masa yang akan datang.

28

Dengan makna yang sama, van Horne (1981:106) dan J.J. Clark dkk. (1979:3)

menyatakan bahwa investasi adalah kegiatan yang memanfaatkan pengeluaran kas

pada saat sekarang untuk mengadakan barang modal guna menghasilkan

penerimaan yang lebih besar di masa yang akan datang untuk waktu dua tahun

atau lebih.

Menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:30), proyek

penghematan biaya adalah proyek yang ditujukan untuk memperbaiki proses

produksi atau proses bisnis dalam usaha menekan biaya usaha. Proyek ini

merupakan bagian dari proyek perusahaan (business sector project, profit motive

project), yang dibangun dan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

umum dengan tujuan untuk menghasilkan laba.

2.4.2. Dana Kebutuhan Investasi

Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan

dibedakan atas:

1. Dana investasi inisial (initial investment), yaitu dana investasi yang diperlukan

untuk mengadakan barang modal.

2. Dana modal kerja (working capital), yaitu dana yang diperlukan untuk

membiayai aktivitas operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial.

Berdasarkan uraian diatas, maka sebuah proyek memerlukan dua macam

pengeluaran, yakni:

1. Pengeluaran modal (capital expenditure), yaitu pengeluaran untuk investasi

inisial.

2. Pengeluaran operasi untuk pendapatan (operating or revenue expenditure),

yaitu modal kerja yang dibutuhkan untuk membiayai operasi sesudah

memasuki fase komersial.

2.4.3. Depresiasi Mesin

Menurut I Nyoman Pujawan (2003:186), depresiasi pada dasarnya adalah

penurunan nilai suatu properti atau asset karena waktu dan pemakaian. Dampak

dari konsep depresiasi adalah pengurangan jumlah penghasilan yang dikenakan

29

pajak dan penurunan kemampuan ataupun fungsi kerja dan asset tersebut.

Komponen yang digunakan untuk melakukan perhitungan depresiasi ada 3 (tiga),

yaitu:

1. Nilai sekarang (P)

Nilai sekarang adalah harga dari peralatan pada waktu sekarang. Apabila

perhitungan depresiasi dihitung sejak peralatan masih baru, maka nilai

sekarang merupakan harga terpasang diperalatan tersebut.

2. Nilai sisa (S)

Nilai dari peralatan pada akhir guna pemakaian, dalam hal ini penentuan

harganya adalah dengan memperkirakan dengan kondisi yang ada.

3. Umur ekonomis (N)

Umur produktif yang menunjukan lamanya asset tersebut ingin dioperasikan

secara ekonomis.

Salah satu metode depresiasi adalah metode penyusutan garis lurus atau

Straight Line Method. Metode ini memberikan kemungkinan untuk menyusutkan

nilai suatu asset pada laju konstan selama periode penyusutan berlangsung.

Persamaan dalam metode ini yaitu:

dimana:

AD = Arus depresiasi (Rp)

P = Biaya awal (Rp)

S = Nilai sisa (Rp)

N = Usia ekonomis

2.4.4. Kriteria Perhitungan Kelayakan Proyek

Penentuan kelayakan suatu proyek dari aspek finansial dapat dilakukan

dengan menggunakan beberapa metode perhitungan. Beberapa metode tersebut

adalah sebagai berikut:

=−= )(1 SPN

AD

30

2.4.4.1. Metode Nilai Sekarang (Present Value Method)

Metode nilai sekarang adalah metode penilaian kelayakan investasi yang

menyelaraskan nilai akan datang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui

pemotongan arus kas dengan memakai faktor pengurang (diskon) pada tingkat

biaya modal tertentu yang diperhitungkan. Nilai sekarang, apabila arus kas tidak

seragam atau berbeda dari periode ke periode, dapat dihitung dengan persamaan

dibawah ini :

PVt = At ( 1 + i)-t

dimana:

PVt = nilai sekarang dari arus kas periode ke – t

At = arus kas nominal pada periode ke – t

i = tingkat bunga yang diperhitungkan

t = periode 1,2,…,n

sedangkan nilai sekarang total adalah

n

TPV = ∑ At ( 1 + i)-t

i = 1

dimana:

TPV = nilai sekarang total

At ( 1 + i)-t = nilai sekarang arus kas A setipa periode ke – t

selanjutnya, nilai sekarang bersih ( net present value ) adalah:

NPV = -Io + TPV

NPV = net present value ( nilai sekarang bersih )

-Io = nilai sekarang investasi inisial ( investasi periode awal )

TPV = nilai sekarang total

Kriteria kelayakan dari metode ini adalah:

1. Proyek dinyatakan layak apabila NPV bertanda positif ( > 0 )

2. Proyek dinyatakan tidak layak apabila NPV bertanda negatif ( < 0 )

31

2.4.4.2. Metode Periode Pengembalian (Payback Period )

Metode pemulihan investasi (payback method) adalah metode analisis

kelayakan investasi yang berusaha untuk menilai persoalan kelayakan investasi

menurut jangka waktu pemulihan modal yang diinvestasikan.

Jangka waktu pemulihan modal (payback period) adalah jangka waktu

yang diperlukan, biasanya dinyatakan dalam satuan tahun, untuk mengembalikan

seluruh modal yang diinvestasikan.

Menurut Murdifin Haming dan Salim Basalamah (2000:94,103), acuan

untuk menghitung masa pemulihan modal adalah sebagai berikut:

1. Metode arus kumulatif. Metode ini dipakai sebagai alat penilai kelayakan

apabila arus kas proyek tidak seragam, atau berbeda dari tahun ke tahun.

2. Metode arus rata-rata. Metode ini dipakai apabila arus kas proyek seragam,

atau sama besarnya dari tahun ke tahun selama usia ekonomis proyek.

Persamaan yang digunakan adalah:

dimana:

T = periode pemulihan modal

I o = investasi inisial

A = Arus kas yang seragam

Kriteria kelayakan dari metode ini adalah:

1. Proyek dikatakan sebagai proyek yang layak jika masa pemulihan modal

lebih pendek daripada usia ekonomis proyek.

2. Proyek dikategorikan sebagai proyek yang tidak layak jika masa pemulihan

modal lebih lama daripada usia ekonomis proyek yang bersangkutan.

2.4.4.3. Metode Tingkat Pengembalian Internal (Internal Rate of Return)

Metode tingkat pengembalian internal (IRR) adalah rasio laba dari

penanaman modal dalam jumlah tertentu dan dalam waktu tertentu, dimana nilai

sekarang arus kas masuk adalah sama dengan nilai sekarang pengeluaran investasi

inisial.

32

NPV = 0, sehingga Io = TPV

Io = nilai sekarang investasi inisial (investasi periode awal)

TPV = nilai sekarang total

Model interpolasi untuk mendapatkan

IRR

Dimana :

p% = persen tingkat bunga yang lebih kecil daripada perkiraan IRR

q% = persen tingakat bunga yang lebih besar daripada perkiraan IRR

∆1 = factor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai dikurangi dengan

masa pemulihan modal.

∆2 = factor diskon kumulatif untuk p% pada n yang sesuai dikurangi dengan

factor diskon kumulatif untuk q% pada n yang sesuai.

Kriteria kelayakan dari metode ini adalah membandingkan hasil i IRR

dengan MARR (tingkat pengembalian minimum yang diinginkan atau (Minimum

Attractive Rate of Return). Apabila i IRR lebih besar atau sama dengan MARR,

maka alternatif proyek dapat diterima.

2.5. Aspek Sosial dan Lingkungan

Dari beberapa aspek kelayakan diatas aspek sosial dan lingkungan yang

sangat berhubungan adalah masalah AMDAL (Analisa Mengenai Dampak

Lingkungan). Di negara-negara yang sedang berkembang dalam meningkatkan

kesejahteraan rakyatnya dengan pembangunan di segala bidang termasuk

prasarana dan industri, seringkali masalah menjaga kelestarian lingkungan belum

cukup mendapat perhatian. Keleatarian lingkungan dalam hal ini adalah yang

bersifat dinamis dimana lingkungan tetap mampu mendukung taraf hidup yang

lebih tinggi, berarti dampak yang ditimbulkan oleh pembangunan masih dapat

diserap dengan baik oleh daya dukung lingkungan disekitarnya. Dampak dalam

IRR = p% + ∆1 / ∆2 ( q% - p% )

33

kalimat diatas adalah segala perubahan lingkungan yang disebabkan oleh suatu

kegiatan, yang didalam konteksnya berupa pembangunan proyek dan dan

beroperasinya unit hasil proyek.

Menyadari akan besarnya dampak kegiatan pembangunan yang dapat

berpengaruh besar terhadap lingkungan hidup maka pemerintah mengeluarkan

Undang-Undang No.4 Tahun 1982tentang ketentuan pokok pengelolaan

lingkungan, sedangkan pelaksanaannya diluangkan dalam PP No.29 TAhun 1986.

Undang-undang beserta peraturan pelaksanaan tersebut dimaksudkan seebagai

sarana untuk melaksanakan pencegahan terhadap suatu rencana kegiatan,

misalnya proyek yang mungkin dapat menyebabkan kerusakan lingkungan.

Dari sifat-sifat atau kenampakan fisiknya, limbah/komponen polutan dapat dibagi

menjadi limbah cair, gas, padat dan energi (kebisingan, panas).

1. Limbah Cair

Limbah cair adalah buangan limbah yang mengandung kadar air cukup tinggi.

Limbah jenis ini umumnya berasal dari industri yang dalam operasinya

banyak berkaitan dengan air, baik yang semula diperlukan untuk proses

produksi maupun terbawa oleh bahan baku yang perlu dikeluarkan atau daria

air cucian tempat dimana proses produksi berlangsung.

2. Limbah Udara

Limbah yang berasal dari industri yang berbentuk gas atau partikel adalah

sumber utama pencemaran udara, partikel ini terdiri dari debu, kabut, jelaga,

dan asap. Sedangkan yang berbentuk gas yang terkenal adalah senyawa-

34

senyawa kimia seperti belerang , karbon, nitrogen, hidrokarbon, dll. Adapun

akibat dari bahan pencemaran tersebut dapat digolongkan sebagai berikut :

• Terhadap material

Kerusakan oleh polutan yang berbentuk partikel dan gas terhadap material

berupa abrasi, deposisi, dan korosi. Abrasi terjadi bila partikel seperti debu

atau bahan padat halus bergerak dengan kecepatan tinggi

menggosok/menumbuk material lain secara secara terus menerus. Ini

terjadi pada alat-alat pemisah benda benda padat dengan gas seperti

cyclone dan lain-lain. Deposisi disebabkan oleh pengendapan atau

melekatnya partikel di permukaan pelatan atau struktur bangunan,

misalnya jelaga atau abu yang melekat pada dindinga dan atap bangunan

rumah disekitar pabrik.

• Terhadap tumbuhan-tumbuhan

Daun merupakan bagian tumbuh-tumnuhan yang mempunyai fungsi amat

penting, yaitu sebagai pusat produksi makanan yang kemudian

didisbrusikan keseluruh bagian tumbuhan. Disini diproses CO2 dari udara

menjadi karbohidrat dengan bantuan sinar matahari, sehingga gangguan

yang dapat mengurangi intensitas sinar matahari yang jatuh kepermukaan

daun akan berakibat mengganggu kelancaran proses diatas, misalnya debu

pabrik semen yang terus menerus menutupi permukaan daun tanaman.

35

• Terhadap kesehatan

Pencemaran udara yang berpengaruh terhadap kesehatan terutama

terbawa oleh system pernafasan. Beberapa yang terpenting diantaranya

adalah sebagai berikut :

1. Karbon Monoksida (CO)

Gas tersebut tidak berbau dan mudah bersenyawa dengan butir darah

merah. Kadar CO lebih daro 500ppm diudara bila terhirup akan

berakibat fatal bagi manusia.

2. Timah Hitam (Pb)

Disamping terbawa lewat system pernafasan juga bias melalui

makanan atau minuman. Unsure ini beracun dan dalam tubuh bersifat

kumulatif. Sebagian besar senyawa Pb yang ditambahkan ke bahan

baker BBM dalam proses pembakaran akhirnya akan terbuang

keudara.

3. Hidrokarbon

Banyak senyawa hidrokarbon hasil pembakaran minyak, atau yang

berbentuk aromatic hidrokarbon atau pestisida dengan kadar tertentuk

menjadi bersifat racun.

4. Partikel

Supsensi partikel di udara umumnya berasal dari kegiatan alami,

proyek konstruksi, dan industri.

36

3. Limbah Padat

Limbah padat buangan industri atau sampah domestic dapat berupa

bubur, lumpur, atau betul-betul padat (sisa logam, plastic, dll). Limbah padat

yang yang terdiri dari berbagai material dan senyawa tertumpuk, misalnya di

pembuangan pengumpulan sampah terbuka, lambat laun senyawa organic

komponen limbah dengan bantuan bakteri akan mengalami reaksi

pembusukan dan mengeluarkan zat pencemaran terhadap udara dan dapat larut

dalam air waktu hujan. Contoh lain adalah limbah merkuri (Hg) yang terdapat

pada limbah penyerap karbon (activated carbon) pada limbah yang berasal

dari kilang minyak.